artikel

3
Jika Tahun Baru Mereka, Bukan Tahun Baruku Datangnya tahun baru bagi setiap orang selalu dilakukan dengan berbagai kegiatan yang istimewa. Jalanan penuh ramai dan sesak oleh masyarakat yang ingin melewatkan tahun baru di tempat-tempat wisata ataupun di pusat kota. Suara ramai dari anak-anak kecil yang sibuk meniup terompet serta kilauan kembang api menambah gegap gempita pergantian tahun. Sebenarnya perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah yang panjang. Perayaan tahun baru merupakan pesta warisan yang dirayakan oleh bangsa Romawi terdahulu. Bangsa Romawi menganggap perayaan pergantian tahun dipersembahkan untuk dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beginnings. Janus merupakan dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menghadap ke depan dan satunya lagi menghadap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400). Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa perayaan tahun baru bukanlah berasal dari budaya kaum muslimin. Momen pergantian tahun sendiri masih dirayakan sampai saat ini. Perayaannya pun kian beragam seperti dengan permainan, berlibur, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dsb. Pandangan Islam terhadap “Perayaan Tahun Baru” Merayakan tahun baru bukan merupakan bagian dari budaya Islam sehingga hukumnya terlarang. Pernyataan diatas di dukung oleh beberapa alasan, yakni : Pertama, turut merayakan tahun baru sama dengan

Upload: fiyan-rush

Post on 09-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel

Jika Tahun Baru Mereka, Bukan Tahun Baruku

Datangnya tahun baru bagi setiap orang selalu dilakukan dengan berbagai kegiatan yang istimewa. Jalanan penuh ramai dan sesak oleh masyarakat yang ingin melewatkan tahun baru di tempat-tempat wisata ataupun di pusat kota. Suara ramai dari anak-anak kecil yang sibuk meniup terompet serta kilauan kembang api menambah gegap gempita pergantian tahun.

Sebenarnya perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah yang panjang. Perayaan tahun baru merupakan pesta warisan yang dirayakan oleh bangsa Romawi terdahulu. Bangsa Romawi menganggap perayaan pergantian tahun dipersembahkan untuk dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beginnings. Janus merupakan dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menghadap ke depan dan satunya lagi menghadap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400).

Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa perayaan tahun baru bukanlah berasal dari budaya kaum muslimin. Momen pergantian tahun sendiri masih dirayakan sampai saat ini. Perayaannya pun kian beragam seperti

dengan permainan, berlibur, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dsb.

Pandangan Islam terhadap “Perayaan Tahun Baru”

Merayakan tahun baru bukan merupakan bagian dari budaya Islam sehingga hukumnya terlarang.

Pernyataan diatas di dukung oleh beberapa alasan, yakni :

Pertama, turut merayakan tahun baru sama dengan meniru kebiasaan mereka. Nabi Muhammad SAW melarang kita untuk meniru kebiasaan orang kafir. Beliau bersabda,

م�» «. ن�ه� م� و� ه� ف� و�م� ب�ق� ب�ه� ت�ش� م�ن�

“Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (Hadis shahih riwayat Abu Daud)

Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan,

ن�ع� و�ص� ر�ك�ين� ال�م�ش� ض� ر�ب�أ� ب�ن�ى م�ن�

ت�ى م�ح� ب�ه� ب�ه� ت�ش� و� ان�هم� ج� ر� و�م�ه� ه�م� وز� ن�ي�ر�ي�ام�ة ال�ق� ي�و�م م� ع�ه� م� ر� ش� ح� ي�م�وت

“Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan (hari raya orang majusi), dan meniru kebiasaan mereka, sampai mati maka dia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.”

Kedua, Turut serta merayakan Tahun baru ibarat mencintai budaya kaum kafir yang sebenarnya hal ini sangat di benci oleh Allah SWT.

Page 2: Artikel

Allah berfirman,

�م� و�ع�د�و�ك ع�د�و�ي �خ�ذ�وا �ت ت ال� �وا آم�ن �ذ�ين� ال �ه�ا ي� أ �ا ي

�م�ا ب وا �ف�ر� ك و�ق�د� �م�و�د�ة� �ال ب �ه�م� �ي �ل إ �ق�ون� �ل ت �اء� �ي و�ل� أ

�ح�ق� … ال م�ن� �م� ج�اء�ك

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (rahasia), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..” (QS. Al-Mumtahanan: 1)

Ketiga, Sesungguhnya hari Raya para muslim adalah hari Raya Idul fitri & Idul adha dimana layaknya kita berlomba lomba meramaikan suara-suara takbir, dan menyalakan gemerlap kebaikan. Nabi Muhammad SAW bersabda di hadapan penduduk madinah,

�ن� إ ، ف�يه�م�ا �ون� �ع�ب �ل ت �و�م�ان� ي �م� �ك و�ل �م� �ك �ي ع�ل ق�د�م�ت��و�م� ي �ه�م�ا م�ن ا �ر5 ي خ� �ه�م�ا ب �م� �ك �د�ل ب

� أ و�ج�ل� ع�ز� �ه� الل. ر� �ح� الن �و�م� و�ي ، �ف�ط�ر� ال

 “Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i).

Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk Madinah merupakan perayaan yang bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut adalah perayaan orang kafir, Nabi Muhammad SAW melarangnya. Sebagai gantinya,

Allah berikan dua hari raya yakni hari Raya Idul fitri & Idul adha.

Keempat, Allah berfirman menceritakan keadaan ‘ibadur rahman (hamba Allah yang pilihan),

ور� … �الز ه�د�ون� �ش� ي ال� �ذ�ين� و�ال

“Dan orang-orang yang tidak turut dalam kegiatan az-Zuur…”

Sebagian ulama menafsirkan kata ‘az-Zuur’ pada ayat di atas dengan hari raya orang kafir. Maka kita sebaiknya menjaga diri untuk tidak terlalu ikut memeriahkan pergantian tahun dengan bermain- main atau bahkan menghamburkan uang untuk membeli petasan atau kembang api serta berpesta dengan kemubadziran.

Sumber: Artikel www.KonsultasiSyariah.com/