artikel

15
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN MAKE A MATCH DALAM MATA PELAJARAN TEKNIK ANIMASI DUA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PROGRAM KEAHLIAN MULTIMEDIA KELAS XI SMK NEGERI 1 BOYOLANGU Selly Handik Pratiwi Syaad Patmanthara Hari Putranto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No.5 Malang ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi pada kelas XI MM di SMK Negeri 1 Boyolangu diperoleh informasi bahwa dalam proses belajar mengajar sekolah ini menggunakan metode pembelajaran Make a Match tersebut kebanyakan masih bersifat konvensional, sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran dan akirnya menyebabkan keaktifan siswa kurang. Pemilihan model pembelajaran sangat menentukan kualitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan sebagai alternatif dalam membelajarkan materi Teknik Animasi Dua Dimensi adalah model pembelajaran berbasis proyek . Pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pada peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisa dan berfikir kritis. Kata kunci: PBL, Make a Match, hasil belajar. ABSTRACK: Based on the results of observation in class XI in SMK Negeri 1 Boyolangu obtained information that in this school of teaching and learning using learning methods Make a Match that most still conventional, so students are less interested in following lessons and akirnya cause liveliness students less. Selection of model learning largely determine the quality of learning. One of the appropriate learning model used as Artikel Skripsi Selly Handik Pratiwi | 1

Upload: selly-handik-pratiwi

Post on 03-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

peran undang undang dalam pendidikan kejuruan

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

DAN MAKE A MATCH DALAM MATA PELAJARAN TEKNIK

ANIMASI DUA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PROGRAM KEAHLIAN MULTIMEDIA KELAS XI

SMK NEGERI 1 BOYOLANGU

Selly Handik PratiwiSyaad Patmanthara

Hari Putranto

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri MalangJalan Semarang No.5 Malang

ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi pada kelas XI MM di SMK Negeri 1 Boyolangu diperoleh informasi bahwa dalam proses belajar mengajar sekolah ini menggunakan metode pembelajaran Make a Match tersebut kebanyakan masih bersifat konvensional, sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran dan akirnya menyebabkan keaktifan siswa kurang. Pemilihan model pembelajaran sangat menentukan kualitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan sebagai alternatif dalam membelajarkan materi Teknik Animasi Dua Dimensi adalah model pembelajaran berbasis proyek . Pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pada peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisa dan berfikir kritis.

Kata kunci: PBL, Make a Match, hasil belajar.

ABSTRACK: Based on the results of observation in class XI in SMK Negeri 1 Boyolangu obtained information that in this school of teaching and learning using learning methods Make a Match that most still conventional, so students are less interested in following lessons and akirnya cause liveliness students less. Selection of model learning largely determine the quality of learning. One of the appropriate learning model used as an alternative in membelajarkan Two-dimensional Animation Technique material is a project-based learning model. Learning Project Based Learning is a learning model that emphasizes on improving students ' ability in analyzing and thinking critically.

Keywords: PBL, Make a Match, the results of the study.

Artikel Skripsi Selly Handik Pratiwi | 1

Page 2: Artikel

PENDAHULUAN Pendidikan di sekolah

mempunyai tiga variabel yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru dan proses belajar. Proses belajar mengajar sebagai realisasi pelaksanaan kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang didalamnya terdajadi interaksi guru dan siswa. Dalam proses belajar mengajar seorang guru diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa terdorong untuk belajar sehingga apa yang diajarkan dapat dipahami oleh seluruh siswa. Tetapi hal tersebut tidak dapat begitu saja tercapai dengan mulus tanpa hambatan satupun.

Guru sangat memegang peranan penting terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktifitas belajar dengan efektif. Dalam menciptakan interaksi yang baik diperlukan adanya tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha membangkitkan prestasi siswa dalam belajar. Salah satu yang menentukan kualitas pembelajaran adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat dengan materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil observasi pada kelas XI MM di SMK Negeri 1 Boyolangu diperoleh informasi bahwa dalam proses belajar mengajar sekolah ini menggunakan metode pembelajaran Make a Match tersebut kebanyakan masih bersifat konvensional, sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran dan akirnya menyebabkan keaktifan

siswa kurang. Dari hasil wawancara dengan salah satu siswa, guru hanya memberikan berupa materi dalam power point dan disuruh merangkum materi yang telah disajikan dalam power point, jarang sekali ada project yang diberikan. Sesekali guru menyuruh siswa untuk belajar kelompok, tapi masih ada siswa yang tidak ikut berperan aktif dalam pembelajaran ini karena masih sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan/menanggapi pertanyaan. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar yang diperoleh sebagian siswa belum memenuuhi kriteria kelulusan minimal yaitu 78 karena dalam model pembelajaran make a match guru hanya menyuruh siswa untuk berkelompok,berdikusi,membuat pertanyaan dari hasil sajian materi power point tanpa adanya proyek mengingat materi yang diajarkan adalah Teknik Animasi Dua Dimensi yang memerlukan banyak latian proyek.

Pemilihan model pembelajaran sangat menentukan kualitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan sebagai alternatif dalam membelajarkan materi Teknik Animasi Dua Dimensi adalah model pembelajaran berbasis proyek . Pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pada peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisa dan berfikir kritis. Explorative, bekerja dalam kelompok, dan keterampilan komunikasi merupakan landasan untuk mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Dalam model pembelajaran ini, sekelompok siswa diminta untuk mengerjakan suatu proyek dengan hasil yang jelas yaitu nilai,pengetahuan, dan skills.

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi | 2

Page 3: Artikel

Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan feedback secara bertahap, menilai proses kisi-kisi penilaian terkait dengan penumbuhan skills tersebut. Jadi model pembelajaran Project Based Learning ini merupakan proses pembelajaran berbasis pada sebuah proyek yang menuntut siswa untuk lebih berkembang dan menyalurkan kreatifitasnya dengan menyelesaikan proyek tersebut untuk menghasilkan suatu produk yang tentu saja berguna dan mempunyai daya guna yang tinggi. Model pembelajaran ini didukung dengan penelitian terdahulu dan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Oktaviani (2013) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Praktik Kerja Kayu melalui Pembelajaran Project Based Learning di SMK Negeri 1 Singosari menyatakan bahwa (1) Proses pembelajaran dengan menggunakan PBL dapat meningkatkan aktivitas kegiatan belajar siswa pada siklus I dan siklus II, dan (2) Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 69% dan pada siklus II mencapai 97%. Peningkatan ketuntasan hasil belajar yang terjadi pada siklus I ke siklus II yaitu mencapai 28%.

Explorative, bekerja dalam kelompok, dan keterampilan komunikasi merupakan landasan untuk mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Dalam model pembelajaran ini, sekelompok pebelajar diminta untuk mengerjakan suatu proyek dengan hasil yang jelas yaitu skills.

Berdasarkan beberapa penelitian model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar pebelajar,

hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Noviandari (2012), dan Pangestuti (2012).

METODEPenelitian ini termasuk jenis

penelitian eksperimen semu (quasi experiment) type pretest-posttest control group design. Rancangan eksperimen semu bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelas PBL dan kelas Make a Match. Rancangan ini menggunakan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan kedua model pembelajaran.

Tabel 1. Rancangan EksperimenKelompok Pre-

testPerla-kuan

Post-test

Eksperimen Y1 X1 Y2

Kontrol Y2 X2 Y2

Variabel penelitiaan ini adalah pembelajaran PBL dan Make a Match sebagai variabel bebas dan variabel terikatnya adalah hasil belajar. Populasi penelitiannya yaitu seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung tahun ajaran 2014/2015. Sampel penelitian ini adalah kelas XI MM 1 dengan jumlah 33 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MM 2 dengan jumlah 33 sebagai kelas kontrol.

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen perlakuan yang meliputi: (1) Silabus, (2) RPP, (3) bahan ajar. Sedangkan instrumen pengukuran meliputi: (1) Lembar observasi digunakan untuk mengukur kemampuan belajar siswa dalam ranah afektif dan psikomotorik selama mendapatkan perlakuan, (2) Instrumen tes yaitu pre-test

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi | 3

Page 4: Artikel

digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa sebelum dan post-test sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran PBL dan Make a Match.

Uji instrumen meliputi: (1) uji validitas isi untuk mengukur kevalidan soal yang dibuat pretest dan posttest, (2) validasi butir soal, (3) uji reabilitas tes, (4) uji tingkat kesukaran butir soal, dan (5) uji daya beda butir soal.

Teknik analisis data berupa uji prasyarat analisis yang meliputi: (1) uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak, (2) uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data ang dianalisi, (3) uji kesamaan dua rata-rata untuk membuktikan kemampuan awal pada kedua sampel, dan (4) uji perbedaan antara kemampuan awal dan akhir siswa.

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar dari ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menggunakan analisis uji-t sedangkan untuk efektifitasnya.

HASIL

Validitas isi dilakukan oleh ahli dari SMKN 1 Boyolangu Tulungagung yaitu Siti Afidah, S.Kom. sebagai guru Teknik Animasi Dua Dimensi dan dosen di Universitas Negeri Malang yaitu Dr. Ir. H. Syaad Patmantara, M.Pd. dan Drs. Hari Putranto.. Hasil validasi isi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2 Hasil Validasi Isi dari Ahli

No. Validator Presentase (%)

Rata-Rata

1 Siti Afidah, S.Kom.

97,3 93,7

2 Dr. Ir. H. 91,35

Syaad Patmantara, M.Pd.

3 Drs. Hari Putranto

92,5

Hasil validasi butir soal dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:

Butir Soal Keterangan

1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 12,

13, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 24

Valid

6, 11,14,15,25 Tidak Valid

Hasil uji reabilitas soal dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4 Hasil Uji Reabilitas Cronbach’s Alpha Jumlah soal

0,938 25

Hasil uji kesukaran butir soal dapat dlihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal

Butir Soal Keterangan1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25

Sedang

6 Sukar

Hasil uji daya beda dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:Tabel 6 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal

Nomor Soal Keterangan6 Cukup11,14,15,25 Baik1,2,3,4,5,9,10,12,13,16,17,18,19,20,21,22,23,24

Baik Sekali

Hasil analisis uji normalitas kemampuan awal dan hasil belajar menggunakan pemrograman SPSS 16 for Windows yaitu Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 7 dan 8 sebagai berikut:Tabel 7 Uji Normalitas Kemampuan AwalKelas N Mean Std

deviasiAsymp-Sig

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi | 4

Page 5: Artikel

Eksperimen 33 50,61 10,589 0,032Kontrol 33 49,09 14,001 0,289

Tabel 8 Uji Normalitas Hasil BelajarKelas N Mean Std

deviasiAsymp-Sig

Eksperimen 33 67,42 12,319 0,238Kontrol 33 50,76 14,368 0,516

Hasil uji homogenitas kemampuan awal hasil belajar pada penelitian ini dianalisis menggunakan bantuan program SPSS versi 16 for Windows menggunakan Test of homogeneity of variance pada Tabel 9 dan 10 sebagai berikut :Tabel 9 Uji Homogenitas Kemampuan AwalKelas N Fhitung Ftabel Asym-

SigEksperimen 33

3,042 4,01 0,086Kontrol 33

Tabel 10 Uji Homogenitas Hasil BelajarKelas N Fhitung Ftabel Asymp-

SigEksperimen 33

2,071 4,01 0,105Kontrol 33

Hasil uji kesamaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui sama tidaknya kemampuan awal dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pengujian dilakukan menggunakan bantuan SPSS versi 16 for Windows yaitu Independent Sample Test pada Tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Kelas N thitung ttabel Asymp-Sig

Eksperimen 332,071

1,6715

0,622Kontrol 33

Uji hipotesis pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar Teknik Animasi Twenning antara siswa yang menerapkan model Project based Learning (PBL) dengan siswa yang

menerapkan model Make a Match . Penelitian ini menggunakan bantuan bantuan SPSS versi 16 for Windows yaitu Independent Sample T-Test pada Tabel 12 sebagai berikut:

Tabel 12 Uji HipotesisKelas N thitung ttabel Asymp-

SigEksperimen 33

3,042 1.670 0,086Kontrol 33

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Belajar Model Pembelajaran Make a Match

Deskripsi hasil belajaran model pembelajaran Make a Match model pembelajaran make a match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. (Suprijono, 2014:94)

Hasil belajar siswa didapatkan dari nilai rata-rata hasil belajar kognitif melalui posttest yaitu pada Lampiran 12 saat kegiatan pembelajaran. Berdasarkan data nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Make a Match

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi | 5

Page 6: Artikel

menunjukan pencapaian yang lebih rendah dari kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajran Project Based Learning (PBL).

Hal tersebut terjadi karena ketika pembelajaran kelompok dilakukan mereka pada beberapa kelompok ditemukan siswa yang kurang bersungguh-sungguh dan bergantung pada teman yang pandai di kelompoknya sehingga ketika penilaian individu dilakukan pencapaian hasil belajar kognitif yang mereka dapatkan rendah dan mempengaruhi nilai rata-rata kelas secara keseluruhan.

Penggunaan model pembelajaran Make a Match terbukti dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa meskipun tidak sebaik model PBL. Meskipun terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa namun selama menggunakan model ini sebagian besar siswa di dalam kelompoknya terlihat masih bergantung terhadap siswa yang pandai dan rajin dalam pengerjaan tugas kelompok. Dengan demikian, hanya siswa yang benar-benar mengerjakan tugas yang memiliki pemahaman tinggi terhadap materi diskusi. Meskipun hasil belajar kognitif yang didapatkan lebih rendah dari kelas eksperimen yang menggunakan model PBL. Pada kelas yang menggunkan model pembelajaran Make a Match interaksi social mereka tampak pada kegiatan diskusi ditandai dengan adanya sikap saling menghargai hasil pemikiran atau pendapat siswa satu dengan yang lainnya serta saling kerjasama agar kelompoknya dapat menjadi kelompok yang terbaik.

B. Deskripsi Hasil Belajar Model Pembelajaran PBL

Pada hakikatnya, model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu (Abidin, 2014 : 167)

Tahapan pertama dalam model PBL adalah guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, serta memutarkan video yang menunjang materi pembelajaran. Tahapan berikutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen beranggotakan 5 siswa yang terdiri dari berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa pada proses pembelajaran sebelumnya yang diperoleh dari guru mata pelajaran. Selanjutnya guru memberikan tugas proyek yang harus diselesaikan. Setelah proyek selesai dikerjakan, setiap kelompok mempresentasikan serta menguji hasil proyek masing-masing kelompok.

Pada saat pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.

Hasil belajar siswa didapatkan dari nilai posttest, berdasarkan data rata-rata hasil belajar pada Lampiran 12 dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL lebih tinggi dari kelas kontrol yang menggunkan model Make a Match. Penggunaan model Pembelajaran PBL terbukti dapat meningkatkan hasil belajar

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi | 6

Page 7: Artikel

siswa pada ranah kognitif karena menunjukkan kenaikan nilai rata-rata hasil belajar jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pretest yang dilakukan sebelumnya.

Kemampuan pada ranah psikomotor berhubungan dengan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 KD-4 yaitu Penugasan proyek, mencoba dan mempresentasikan. Aspek ini dinilai sesuai dengan indikator-indikator pada tema pembelajaran Papan Rangkaian Tercetak (PRT). Nilai rata-rata ranah psikomotor pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai nilai rata-rata ranah kognitifnya disebabkan karena siswa pada Sekolah Menengah Kejuruan lebih tertarik pada pelajaran yang bersifat praktek daripada teori. Siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model PBL melakukan pengerjakan proyek sesuai pembagian tugas masing-masing dalam kelompok.

Kemampuan pada ranah afektif berhubungan dengan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 KD-2 yaitu sikap dan tanggung jawab. Berdasarkan hasil pengamatan ketika pembelajaran PBL berlangsung, siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyelesaiakn tugas proyek yang diberikan sehingga setiap individu didalam kelompok berusaha menyelesaikan tanggungjawab masing-masing agar kelompoknya berhasil menjadi kelompok yang terbaik.

C. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran PBL dan Make a Match

Dari perolehan data yang dilakukan bahwa nilai post test tertinggi kelas eksperimen 95,00, nilai

terendah 40,00 , dan skor rata-rata yang diperoleh 67,42. Sedangkan nilai post test tertinggi kelas kontrol 75,00, nilai terendah 25,00 , dan skor rata-rata yang diperoleh 50,76. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman pada kelas eksperimen lebih optimal daripada kelas kontrol. Selain itu, setelah dilakukan uji-t hasil belajar diperoleh hasil thitung 3,042 dan ttabel dengan derajat kebebasan 58 dan taraf signifikansi 5% adalah 1.670 sehingga diperoleh thitung > ttabel (3,042 > 1.670) maka H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signigfikansi antara siswa yang diajar dengan metode pembelajaran berbasis proyek dengan siswa yang diajar dengan metode Make a Match.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Siswa cenderung senang

menggunakan model pembelajaran Project Based Learning karena merupakan model pembelajaran yang menekankan pada peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisa dan berfikir kritis. Explorative, bekerja dalam kelompok, dan keterampilan komunikasi merupakan landasan untuk mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Dalam model pembelajaran ini, sekelompok siswa diminta untuk mengerjakan suatu proyek dengan hasil yang jelas yaitu nilai,pengetahuan, dan skills dibandingkan model pembelajaran

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi | 7

Page 8: Artikel

Make a Match yang hanya menekankan belajar kelompok dan tanya jawab.

2. Ada perbedaan signifikasi penerapan model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknik Animasi Dua Dimensi di kelas XI SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Project Based Learning yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Make a Match .

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran sebagai berikut:1. Agar hasil belajar siswa

meningkat disarankan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PBL) karena dapat mencapai nilai yang lebih tinggi lagi dan merata maka hendaknya siswa diberi pemahaman yang mendalam lagi tentang model pembelajaran berbasis proyek, sehingga siswa lebih paham lagi dengan langkah-langkahnya dan dapat melaksanakannya dengan lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran Make a Match kurang efisien karena siswa hanya disajikan ppt lalu merangkum dan hanya sedikit proyek diberikan.

2. Guru hendaknya mendampingi siswa secara instens dalam pengerjaan proyek secara berkelompok agar mencapai hasil

yang optimal dan juga dilengkapi sarana dan prasarana praktikum yang mendukung

RUJUKAN

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Agus Salim dan Siswati. 2013. Animasi 2D. Malang: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Arifa, Amalia Beladinna.2013. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Dengan Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 5 Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang : Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Azizah, Marina. 2013. Penggunaan Metode Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 Mata Pelajaran TIK SMA Negeri 1 Garum Blitar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang:

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi | 8

Page 9: Artikel

Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

Deswira Novi. 2013. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match.

(http://novideswira.blogspot.com/2013/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-make-and_30.html, Diakses Tgl 27 Februari 2015)

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fabiano, Giovani Ronaldo.2014.Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas X TKJ Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Dan Pembelajaran Ekspositori Pada Pokok Bahasan Perakitan PC Di SMK Negeri 3 Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

Imron, Ali. 1996. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning Metode,Teknik,Struktur Dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Lualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Universitas Negeri Malang.2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian (Edisi Kelima).Malang: UM Press.

Artikel Skripsi Oleh Selly Handik Pratiwi | 9