artikel

7
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN STRATEGI REACT Kemajuan pembelajaran matematika sekarang belum mampu menciptakan pemetaan kemampuan siswa di bidang matematika karena aktivitas siswa lebih banyak pada kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat. Maka dari itu, materi yang disampaikan oleh guru terkesan kaku dan sulit dipahami oleh siswa. Proses belajar mengajar masih cenderung teacher centered dibandingkan student centered. Sehingga menyebabkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tidak berkembang. Siswa masih belum terlalu aktif dan tidak mengemukakan semua gagasan dan ide matematika untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, maka diperlukan adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diharapkan yaitu dapat mengaktifkan, mengembangkan daya pikir siswa dan memecahkan masalah matematis. Adapun kriteria strategi yang diharapkan adalah strategi yang dapat : a. Mengaitkan materi dengan situasi nyata dan pengetahuan awal siswa; b. Melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dan manipulasi alat peraga; c. Melibatkan siswa untuk belajar secara kooperatif; d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri, mengaplikasikan, dan mentransfer konsep yang dipelajari. Strategi pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah strategi REACT. Strategi ini memfokuskan pada pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Strategi REACT memuat lima komponen,yaitu: a. Mengaitkan( Relating); b. Mengalami(Experiencing); c. Menerapkan(Applying); d. Bekerjasama(Cooperating); e. Mentransfer (Transferring). Strategi REACT memiliki lima strategi penting yang harus dilaksanakan selama proses pembelajaran yaitu : 1. Relating (Mengaitkan) Relating adalah belajar dalam konteks pengalaman hidup seseorang atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya (Crawford,2001:3).Hal ini berarti pembelajaran dimulai dengan

Upload: riantiaprilia

Post on 18-Jul-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN STRATEGI

REACT

Kemajuan pembelajaran matematika sekarang belum mampu menciptakan pemetaan

kemampuan siswa di bidang matematika karena aktivitas siswa lebih banyak pada

kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat. Maka dari itu, materi yang

disampaikan oleh guru terkesan kaku dan sulit dipahami oleh siswa. Proses belajar mengajar

masih cenderung teacher centered dibandingkan student centered. Sehingga menyebabkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tidak berkembang. Siswa masih belum

terlalu aktif dan tidak mengemukakan semua gagasan dan ide matematika untuk

memecahkan masalah.

Oleh karena itu, maka diperlukan adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat

untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diharapkan yaitu dapat

mengaktifkan, mengembangkan daya pikir siswa dan memecahkan masalah matematis.

Adapun kriteria strategi yang diharapkan adalah strategi yang dapat :

a. Mengaitkan materi dengan situasi nyata dan pengetahuan awal siswa;

b. Melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dan manipulasi alat peraga;

c. Melibatkan siswa untuk belajar secara kooperatif;

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri, mengaplikasikan,

dan mentransfer konsep yang dipelajari.

Strategi pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah strategi REACT.

Strategi ini memfokuskan pada pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan

sehari-hari siswa. Strategi REACT memuat lima komponen,yaitu:

a. Mengaitkan(Relating);

b. Mengalami(Experiencing);

c. Menerapkan(Applying);

d. Bekerjasama(Cooperating);

e. Mentransfer (Transferring).

Strategi REACT memiliki lima strategi penting yang harus dilaksanakan selama proses

pembelajaran yaitu :

1. Relating (Mengaitkan)

Relating adalah belajar dalam konteks pengalaman hidup seseorang atau pengetahuan

yang sudah ada sebelumnya (Crawford,2001:3).Hal ini berarti pembelajaran dimulai dengan

Page 2: Artikel

cara mengaitkan konsep konsep baru yang akan dipelajari dengan konsep-konsep yang telah

diajarkan.

Seorang guru dikatakan menggunakan strategi relating ketika guru menyampaikan suatu

konsep baru yang asing bagi siswa kemudian dihubungkan dengan informasi atau

pengalaman siswa yang tidak asing lagi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dapat dijawab oleh hampir seluruh siswa.

Pertanyaan yang diajukan selalu dalam fenomena-fenomena yang menarik dan sudah tidak

asing lagi bagi siswa, bukan menyampaikan sesuatu yang abstrak atau fenomena yang berada

diluar jangkauan persepsi, pemahaman, dan pengetahuan para siswa (Suhandru, 2011:28).

Crawford (2001:4) mengemukakan bahwa terdapat penelitian yang menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan strategi relating meningkat pada proses belajar, khususnya

ketika guru memberikan instruksi awal berupa pertanyaan yang dikaitkan dengan

pengalaman siswa.

2. Experiencing (Mengalami)

Experiencing adalah strategi membangun suatu konsep yang baru dipelajarinya dengan

cara mengkonsentrasikan pada pengalaman-pengalaman yang terjadi di dalam kelas, baik itu

melalui kegiatan eksplorasi, pencarian, maupun penemuan. Belajar dalam konteks eksplorasi,

pencarian dan penemuan adalah jantung dari pendekatan konstektual (Cord, 1999).

Safutra (2012:16) mengungkapkan bahwa pengalaman-pengalaman tersebut bisa

mencakup penggunaan manipulasi yang dapat membantu siswa membangun konsep abstrak

secara jelas, pemecahan masalah yang mengajari siswa mengenai keterampilan memecahkan

masalah, berpikir analisis, berkomunikasi serta berinteraksi dengan kelompok dan aktivitas

di laboratorium. Melalui kegiatan ini siswa diharapkan dapat bekerja dalam kelompok untuk

mendapatkan data dengan cara pengukuran, menganalisi data, membuat prediksi, dan

kesimpulan. Wahyudi (2012:12) mengemukakan bahwa experiencing menitik beratkan

pembelajaran pada keefektifan siswa.

3. Applying (Menerapkan)

Strategi Applying merupakan strategi pembelajaran dengan cara penggunaan konsep

(Crawford, 2001:8). Penggunaannya dapat dilakukan ketika siswa dihadapkan dalam

kegiatan pemecahan masalah matematika atau kegiatan-kegiatan matematika lainnya. Dalam

hal ini, guru juga dapat memberi motivasi bagi pemahaman konsep dengan pemberian tugas

yang realistis dan relevan.

Page 3: Artikel

4. Cooperating (Bekerjasama)

Strategi Cooperating merupakan strategi pembelajaran dalam konteks saling berbagi,

merespon, dan berkomunikasi dengan sesama temannya. (Crawford,2001:11). Pembelajaran

yang dilakukan dengan berdiskusi dipandang memiliki kemampuan untuk membuat siswa

bebas dalam mengemukakan pendapat atau bertukar pikiran kepada temannya. Ketika siswa

diberikan suatu permasalahan, tak jarang siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

masalah tersebut secara individu. Bahkan, tak jarang pula banyak siswa yang menyerah

begitu saja jika tidak menemukan solusinya. Dengan pembelajaran secara berkelompok,

melalui kegiatan berbagi, merespon, dan berkomunikasi maka guru telah meminimalisirkan

hal yang seperti diutarakan diatas.

Tidak sedikit hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif atau

kolaboratif memberikan prestasi siswa yang lebih baik daripada pembelajaran dengan

metode tradisional (Crawford, 2001:11). Pembelajaran secara kelompok, tidak menutup

kemungkinan pula bahwa akan adanya siswa yang tidak dapat berpartisipasi dalam proses

kegiatan kelompok, sementara siswa yang lain mendominasi.

5. Transferring (mentransfer)

Safutra (2012:9) mengungkapkan bahwa peran guru dalam pembelajaran dengan

pendekatan konstekstual adalah menciptakan pengalaman belajar mereka yang menfokuskan

pemahaman daripada mengingat. Siswa yang belajar dengan pemahaman juga dapat belajar

untuk mentransfer pengetahuan.

Crawford (2001:14) mendefinisikan transferring sebagai suatu strategi pembelajaran

dimana siswa menghubungkan materi pembelajaran dengan konteks baru dimana siswa

belum pernah melakukannya di dalam kelas. Transferring adalah kemampuan untuk berpikir

dan beragumentasi tentang situasi baru melalui penggunaan pengetahuan.

Strategi REACT memiliki lima komponen yang dapat membantu siswa dalam berpikir

kritis, berpikir kreatif,dan mengkomunikasikan materi matematika dengan baik juga dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis. Salah satu

komponen dari Strategi REACT yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah

matematis adalah Strategi Applying. Karena, strategi ini merupakan strategi penerapan atau

penggunaan konsep yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematis.

Menurut Sumarmo (2010), kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas

dan solusi dari suatu masalah belum diketahui atau tidak segera ditemukan. Kemampuan

pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Para ahli

Page 4: Artikel

pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas

tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Rosdiana,

2010:16)

Menurut McIntosh (Mahmudi,2008), pemecahan masalah mempunyai berbagai peran

yaitu, sebagai:

1. Konteks (problem solving as a context for doing mathematics) yakni memfungsikan

masalah untuk memotivasi siswa belajar matematika;

2. Keterampilan (problem solving as a skill) yang merujuk pada kemampuan kognitif siswa

dalam menyelesaikan suatu masalah;

3. Seni (problem solving as an art) yakni memandang pemecahan masalah sebagai seni

menemukan (art of discovery).

Tujuan pembelajaran pemecahan masalah matematika adalah untuk mengembangkan

kemampuan siswa untuk menjadi cakap (skillful) dan antusias (enthusiastic) dalam

memecahkan masalah menjadi pemikir yang independen yang mampu menyelesaikan

masalah terbuka (open-ended problem).

Sependapat dengan McIntosh, Branca(Rosdiana, 2010:16) mengemukakan konsep

pemecahan masalah dalam matematika dapat diartikan dengan menggunakan tiga interpretasi

umum, yaitu pemecahan masalah sebagai:

1. Tujuan (goal) menyangkut alasan mengapa matematika itu diajarkan. Oleh karena itu,

dalam interpretasi ini pemecahan masalah bebas dari soal, prosedur,metode,atau konten

khusus. Oleh karena itu, yang menjadi pertimbangan utama adalah bagaimana caranya

menyelesaikan masalah;

2. Proses (process) muncul suatu kegiatan yang dinamis. Misalnya, penggunaan suatu

pengetahuan ke dalam suatu keadaan baru yang memerlukan metode, strategi, prosedur,

dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan

jawaban. Pandangan pemecahan masalah sebagai proses ini yang kemudian menjadi fokus

dalam mengembangkan kurikulum matematika tingkat sekolah;

3. Keterampilan Dasar (basic skill) menyangkut dua pengertian yang banyak digunakan

diantaranya adalah :

a. Keterampilan umum yang harus dimiliki siswa dan dievaluasi di tingkat lokal maupun

nasional;

b. Keterampilan minimum yang diperlukan seorang siswa agar dapat menjalankan

fungsinya dalam masyarakat.

Page 5: Artikel

Menurut Mulia (Rosdiana, 2010:16), indikator yang digunakan dalam pemecahan

masalah antara lain :

1. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang dinyatakan, dan kecukupan unsur yang

diperlukan;

2. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika;

3. Menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah (baik yang sejenis maupun masalah

baru) di dalam atau di luar matematika;

4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal;

5. Menggunakan matematika secara bermakna.

Sejalan dengan Novak, Polya (Rosdiana, 2010:18) mengemukakan ada empat langkah

yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah :

1. Memahami masalah;

a. Apa yang tidak diketahui atau apa yang dinyatakan ?;

b. Data apa yang diberikan ?;

c. Bagaimana kondisi soal ?;

d. Buatlah gambar atau notasi yang sesuai ! .

Langkah-langkah ini sangat penting dilakukan sebagai tahap awal dari pemecahan suatu

masalah agar siswa dapat dengan mudah dalam mencari penyelesaian masalah yang diajukan.

Siswa diharapkan dapat memahami kondisi soal atau masalah meliputi:mengenali soal,

menganalisis soal, dan menerjemahkan informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal

tersebut.

2. Membuat rencana penyelesaian;

a. Perhatikan yang dinyatakan;

b. Jika soal serupa, dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah sekarang

?;

c. Andaikan soal yang baru belum dapat diselesaikan, coba pikirkan soal serupa untuk

menyelesaikan soal baru.

Masalah perencanaan ini penting dilakukan karena pada saat siswa mampu membuat

suatu hubungan dari data yang diketahui dan tidak diketahui maka siswa dapat

menyelesaikannya dari pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Pada tahap ini diharapkan

dapat menggunakan persamaan atau rencana yang diperoleh.

3. Melakukan perhitungan;

a. Laksanakan rencana pemecahan;

b. Periksalah tiap langkah, apakah perhitungannya sudah benar? ;

Page 6: Artikel

c. Apakah siswa dapat membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar ?.

Langkah-langkah perhitungan ini penting dilakukan karena pada langkah ini dapat

terlihat apakah siswa paham atau tidak terhadap masalah, disamping itu dapat melihat

apakah siswa dapat menilai penyelesaian yang dibuatnya sudah benar atau belum. Pada tahap

ini siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam yang diperlukan termasuk

rumus yang sesuai. Siswa harus dapat membentuk sistematika yang lebih baku dalam arti

rumus-rumus yang akan digunakan merupakan rumus yang siap untuk digunakan sesuai

dengan apa yang dinyatakan soal hingga menuju pada rencana pemecahannya.

4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, apakah siswa dapat :

a. Memeriksa hasilnya ?;

b. Memeriksa alasannya ?;

c. Memperoleh hasil yang berbeda?;

d. Menggunakan hasil atau metode untuk masalah lainnya?.

Pada tahap ini siswa diharapkan berusaha untuk mengecek kembali dan menelaah

dengan teliti setiap tahap yang telah dilakukan. Dengan demikian kesalahan dan kekeliruan

dalam menyelesaikan soal dapat dihindari dan ditemukan sebelumnya.

Tujuan pembelajaran pemecahan masalah matematika adalah untuk mengembangkan

kemampuan siswa untuk menjadi cakap (skillful) dan antusias (enthusiastic) dalam

memecahkan masalah menjadi pemikir yang independen yang mampu menyelesaikan

masalah terbuka (open-ended problem).

Sesuai dengan pengertian strategi REACT dan tujuan pembelajaran pemecahan masalah

matematika maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran melalui strategi

REACT berakibat pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Selain itu juga, salah satu komponen dari Strategi REACT yang sangat berkaitan dengan

pemecahan masalah matematis adalah Strategi Applying. Strategi ini merupakan strategi

penerapan atau penggunaan konsep yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematis.

Page 7: Artikel

DAFTAR PUSTAKA

Ahidiyah,Siti.(2013).Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika SMP.Skripsi pada Fakultasi Sains dan

Teknologi UIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta

Andriatna,R.(2012).Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada

FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Crawford, M.L. (2001). Teaching Contextually: Research,Rationa,and Techniques for

Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics Sciences.

[Online].Tersedia:http://www.cord.org/contextual-classroom-resources/ [14 Maret

2013].

Fauziah,A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT.

.Tersedia:http//www.forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/ANA20%FAUZIAH.pdf

[8 April 2014]

Huda, N. (2011). Pemecahan Masalah dengan Teknik Polya. [Online]. Tersedia: http://nuril-

hudaspd.blogspot.com/2011/11/pemecahan-masalah-matematika-dengan.html. [6 Maret

2014].

Mahmudi,A. (2008). Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif.[Online]

Tersedia:http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali2520Mahmudi,%2520S.Pd,

%2520M.pd,%2520Dr./Makalah%252001%2520KNM%2520UNSRI%25202008%2520

_Pemecahan%2520Masalah%2520%26%2520Berpikir%2520Kreatif.pdf. [2 Oktober

2014].

Mustikawati,Mega.(2013).Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT

untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP.Skripsi pada

FPMIPA UPI.Bandung:Tidak diterbitkan.

Rosdiana. (2010). Penggunaan Teknik Problem-Prompting Pada Pembelajaran Matematika

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi

pada FPMIPA Bandung:Tidak diterbitkan.

Wahyudi,E.(2012).Penerapan Pembelajaran Matematika melalui Strategi REACT untuk

Meningkatkan Kompetensi Strategis Siswa Kelas X.Skripsi pada FPMIPA

UPI.Bandung:Tidak diterbitkan