artikel
DESCRIPTION
gambaran gds lansia TDSTRANSCRIPT
ARTIKEL PENELITIAN
Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Orang Usia Lanjut dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren
Selatan Kecamatan Grogol Petamburan, April 2013
Logo
Mohd Hazim bin Ahmad Fuad 11-2011-043
PEMBIMBINGDr. dr. Aris Susanto, SpOk
Tugas Akhir Pendidikan DokterFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, April 2013
Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Orang Usia Lanjut dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan Kacamatan Grogol
Petamburan, April 2013
Mohd Hazim bin Ahmad Fuad
*Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Kristen KridaWacana,
Jakarta
Abstrak
Berbagai perubahan fisiologis tubuh yang berhubungan dengan proses penuaan berperan pada timbulnya gangguan metabolism glukosa pada usia lanjut. Diabetes Melitus Tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit kronis yang prevalensinya tinggi. Untuk mencegah timbulnya kasus DM tipe 2, masyarakat perlu mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kadar glukosa darah pada orang usia lanjut di Kelurahan Tg. Duren Selatan dan faktor-faktor yang berhubungan. Dirancang studi cross sectional dengan 74 subyek dari Kelurahan Tg Duren Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan kuesioner terstruktur, pemeriksaan fisik tinggi dan berat badan dan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) pada empat dan lima April 2013. Metode pengambilan sampel adalah dengan cara non probability consecutive sampling. Analisis statistik dilakukan dengan uji Chi-square dan uji Kolmogorov Smirnov Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 25,7% (19 orang) yang memiliki kadar GDS lebih dari 200 mg/dL. Tidak didapatkan hubungan jenis kelamin (p =0,6728 ), usia (p=0,152), riwayat DM dalam keluarga (p=0,289), riwayat hipertensi (p=4,034), pola makan ( p= 3,441), aktifitas fisik (p=0,273), IMT (p=5,301), stress (p=0,682) antara dengan kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, riwayat DM dalam keluarga, riwayat hipertensi, pola makan, aktifitas fisik, IMT, stress antara dengan kadar glukosa darah orang usia lanjut di Puskesmas KelurahanTg Duren Selatan.
Abstracts
The Description of Blood Glucose Levels on Elderly People at Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan and its associated factors. Various physiological changes associated with aging process contributes to the onset of impaired glucose metabolism in elderly. Type 2 Diabetes Mellitus ( Type 2 DM) is a chronic disease with high prevalence. To prevent DM, people should know the risk factors that lead to the disease. This study aims to see the description of blood glucose levels on the elderly at diKelurahanTg. Duren Selatan and its associated factors. A cross-sectional study was planned with 74 subjects from KelurahanTg Duren Selatan. Data were collected by interview techniques with questionnaires, height and weight physical examination and the results ofblood glucose levels on fourth and fifth of April 2013. The sampling method is non probability consecutive sampling. Statistical analysis is by using Chi Square test and Kolmogorov Smirnov test. The result of the study shows that 25,9% (19 subjects) have blood glucose levels more than 200 mg/dL. There was no association between gender, age, nutritional status, diet, physical activities, DM history in family, hypertension, stress with blood glucose levels. Based on this study, we can conclude that there was no association between gender, age, nutritional status, diet, physical activities, DM history in family, hypertension, stress with blood glucose levels at PuskesmasKelurahanTanjung Duren Selatan.Keywords : elderly people, blood glucose levels, Diabetes Mellitus.
1. Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk usia lanjut
(usila) di Indonesia tercatat sebagai paling
pesat di dunia dalam kurun waktu tahun
1990-2025. Pada tahun 2005 terdapat
17.767.709 jiwa atau 7,97% dari total
populasi, akan menjadi sekitar 25,5 juta
orang pada tahun 2020 atau sebesar 11,37
persen dari jumlah penduduk, itu berarti
jumlah usila di Indonesia akan berada di
peringkat empat dunia sesudah Cina, India
dan Amerika Serikat. Sedangkan di DKI
Jakarta, berdasarkan data survei kesehatan
nasional 2001 usilanya berjumlah 641.124
jiwa atau 8,64% dari keseluruhan
penduduk DKI Jakarta yang berjumlah
7.423.379 jiwa.1
Insidens dan prevalensi dari DM
semakin meningkat dan pada tahun 2030
diperkirakan prevalensi DM di seluruh
dunia akan meningkat. menjadi dua kali
lipat. DM tipe 2 didapatkan pada 85-90%
dari total penderita DM dan seringkali
ditemukan pada usila. Prevalensi DM
tertinggi didapatkan pada penduduk
berusia 60 tahun dan ke atas dengan
insidens tertinggi juga didapatkan pada
kelompok usia tersebut. Hasil penelitian
The Canadian Study of Health and Aging
(CHSA) menunjukkan prevalensi DM
besarnya 12,1%. Menurut survei yang
dilakukan World Health Organization
(WHO), Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita DM terbesar di
dunia setelah India, Cina dan Amerika
Serikat. Studi epidemiologi menunjukkan
bahwa prevalensi Diabetes Melitus
maupun Gangguan Toleransi Glukosa
(GTG) meningkat seiring dengan
pertambahan usia, menetap sebelum
akhirnya menurun. Dari data WHO
didapatkan bahwa setelah mencapai usia
30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-
2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan
naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam
setelah makan.2
Seiring dengan pertambahan usia, usila
mengalami kemunduran fisik dan mental
yang menimbulkan banyak konsekuensi.
Proses menua adalah keadaan yang tidak
dapat dihindarkan. Perubahan-perubahan
pada usia lanjut dan kemunduran
kesehatannya kadang-kadang sukar
dibedakan dari kelainan patologi yang
terjadi akibat penyakit. Dalam bidang
endokrinologi hampir semua produksi dan
pengeluaran hormon dipengaruhi oleh
enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh
proses menjadi tua.1 Diabetes Mellitus
(DM) adalah penyakit gangguan
metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik hiperglikemia. Klasifikasi
DM berdasarkan etiologi mempunyai 4
bentuk klinis yaitu DM tipe-1, DM tipe-2,
DM tipe lain dan gestational diabetes
mellitus. Diabetes mellitus yang terdapat
pada usia lanjut gambaran klinisnya
bervariasi luas dari tanpa gejala sampai
dengan komplikasi nyata yang kadang-
kadang menyerupai penyakit atau
perubahan yang biasa ditemui pada usia
lanjut.3
Berdasarkan penelitian oleh Laurentia
Mihardja, Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta dengan judul
Faktor yang Berhubungan dengan
Pengendalian Gula Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia,
hasil yang didapat adalah prevalensi
responden yang mempunyai riwayat DM
meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia. Prevalensi lebih banyak pada wanita
dan kelompok sosioekonomi yang lebih
tinggi. Penderita yang makan sayur dan
buah 5 porsi atau lebih hanya 8,8%,
beraktivitas fisik kurang 35,1%, prevalensi
kegemukan 60,8% pada laki-laki dan
66,9% pada perempuan, obesitas sentral
32,5% pada laki-laki dan 59,9% pada
wanita, tekanan darah tidak terkontrol (>
130/80 mmHg) 70,0% pada laki-laki dan
76,8 % pada wanita.4
Pria dalam kelompok usia 45-54
memiliki diabetes tipe 2 dua kali lebih
sering daripada wanita. Di atas usia 75
tahun, wanita memiliki diabetes tipe 2
laki-laki lebih sering daripada (Hummel).4
Sebagian besar penelitian sebelumnya
telah menunjukkan bahwa wanita memiliki
insiden lebih besar dari obesitas
dibandingkan dengan pria. Hal ini karena
estrogen berpengaruh pada metabolisme
lemak. perempuan memiliki proporsi
tubuh dan distribusi lemak sangat banyak
berbeda dari laki-laki. Dalam penelitian K
M Prasanna Kumar dengan tentang
hubungan jenis kelamin usia lanjut dengan
DM yang dilakukan di Ramaiah Medical
College dan Rumah Sakit nya, dan Diacon
Hospital, Bangalore melibatkan 13.662
Pasien NIDDM yang terdiri dari 8.344
laki-laki dan 5.318 perempuan, dan
hasilnya ditemukan obesitas lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Mengambil batas atas BMI sebagai 27
pada pria, kami menemukan bahwa 13,2%
pria yang obesitas dibandingkan dengan
55% dari wanita yang memiliki BMI lebih
dari 25. Rasio pinggang pinggul lebih dari
0.85 di perempuan adalah 35,1% dan lebih
dari 0,95 pada pria adalah 25,4%.5
Lebih dari 50% usila diatas 60 tahun yang
tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Intoleransi glukosa ini masih
belum dapat dikatakan sebagai diabetes.
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun
kemampuan insulin terutama pada post
reseptor.4
Beberapa faktor yang berkaitan
dengan penyebab diabetes mellitus pada
usila (Jeffrey) umur yang berkaitan
dengan penurunan fungsi sel pankreas dan
sekresi insulin, umur yang berkaitan
dengan resistensi insulin akibat kurangnya
massa otot dan perubahan vaskuler,
obesitas, aktivitas fisik yang kurang dan
keturunan. Tahun 1995, dilaporkan
prevalensi usia lanjut dengan DM di Jawa
Timur dan Bali adalah 5,7%. DM
meningkat seiring umur. Pada 2010,
dianggarkan prevalensi DM pada umur
<20 tahun adalah 0,2% dan 11,3% pada
usia >20 tahun. Pada orang berusia >60
tahun, prevalensi DM adalah 26,9%.
Prevalensinya dalah sama antara
perempuan dan laik-laki pada semua
tingkat usia (11,8% dan 10,8% pada usia >
20 tahun). World Health Organization
(WHO) mengatakan bahawa obesitas
merupakan salah satu dari 10 kondisi yang
berisiko di seluruh dunia dan salah satu
dari 5 kondisi berisiko di negara
berkembang.4,5.
Penelitian ini bertujuan umum
untuk mengetahui gambaran kadar glukosa
darah pada orang usia lanjut di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
Kecamatan Grogol Petamburan dan faktor-
faktor yang berhubungan.
2. Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional mengenai gambaran kadar
glukosa darah pada orang usia lanjut dan
faktor-faktor yang berhubungan di
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren
Selatan Kacamatan Grogol Petamburan.
Subjek penelitian yang diambil adalah
orang usia lanjut (berumur 60 tahun dan ke
atas) yang tinggal di Kelurahan Tanjung
Duren Selatan, Jakarta Barat. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Kelurahan
Tanjung Duren Selatan pada tanggal empat
dan lima April 2013.
Sumber data terdiri dari data primer yang
diambil dengan kuesioner, pemeriksaan
tinggi badan, berat badan dan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu pada orang usia
lanjut yang berkunjung ke Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan.
Populasi target adalah orang usia lanjut
yang tinggal di Kelurahan Tg Duren
Selatan. Populasi Terjangkau adalah orang
usia lanjut (yang berkuinjung ke
Puskesmas Kelurahan Tg Duren Selatan.
Metode pengambilan sampel adalah
dengan cara non probability sampling
yaitu consecutive sampling. Kriteria
inklusi bagi penelitian ini adalah orang
usia lanjut yang berkunjung di Puskesmas
Kelurahan Tg Duren Selatan dan bersedia
untuk diperiksa kadar gula darah, status
gizi dan mengisi kuisioner. Besar sampel
minimal adalah 84 orang berdasarkkan
perhitungan menggunakan rumus.
Data – data yang diperoleh kemudiannya
diedit, verifikasi dan coding. Pengolahan
data adalah menggunakan program SPSS
16. Data yang didapat, disajikan secara
tekstular dan tabular. Uji statistik
menggunakan uji Chi-square dan
Kolmogorov – Smirnov telah dilakukan
pada data-data yang diolah. Data-data ini
diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel – variabel.
3. Hasil dan pembahasan
Selama proses pengumpulan data yang
dilakukan pada tanggal 4 dan 5 April 2013
dengan sampel sebanyak 74 orang usia
lanjut yang datang ke Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan, berikut
adalah hasil penelitian yang disajikan
dalam bentuk tabel ;
Tabel 1 : Distribusi gambaran kadar
glukosa darah pada orang usia lanjut dan
faktor-faktor yang berhubungan di
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren
Selatan Kacamatan Grogol Petamburan,
April 2013.
Kadar GDS (mg/dL) Frekuensi(n) Persentase (%) >200110-199<110Total
19163974
25.7 21.6 52.7 100.0
Tabel 2 : Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin, Usia, Riwayat DM dalam Keluarga,
Hipertensi, IMT, Pola Makan, Aktifitas Fisik, dan Stress pada Orang Usia Lanjut di
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, April 2013.
Karakteristik Frekuensi(n) Persentase (%)Jenis kelamin
Laki-lakiPerermpuan
Usia 60 – 75 tahun >75 tahunRiwayat keluarga
Ya Tidak
Hipertensi Ya Tidak
IMT Lebih Normal Kurang
Pola makanBuruk Sedang Baik
Aktifitas fisikKurang Cukup
Stress Berat Sedang Ringan Tidak stress
1658
686
1460
3836
34364
46280
3836
48
1844
21.678.4
91.98.1
18.9
81.1
51.448.6
46.048.65.4
62.237.8
0
51.4 48.6
5.410.824.359.5
Tabel 3 : Hubungan antara Gambaran Gula Darah Sewaktu dengan Jenis Kelamin, Usia, Riwayat DM dalam Keluarga, Hipertensi, IMT, Pola Makan, Aktifitas Fisik, dan Stress pada Orang Usia Lanjut di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, April 2013.
Variabel
Kadar GDS
Total dF Uji p Ho>200 110-
199
<110
Jenis kelaminLaki-lakiPerermpuan
4 6 15 10
6 33
16 258 KS = 0,6728 > 0,05 Gagal
Ditolak
Usia 60 – 75 tahun >75 tahun
Riwayat keluargaYa Tidak
Hipertensi Ya Tidak
IMT*Lebih Kurang/Normal
Pola makan*Buruk Sedang
Aktifitas fisikKurangCukup
Stress*Sedang/BeratTidak/Ringan
18 15 1 1
4 4 15 12
13 9 6 7
11 10 8 6
14 7 5 9
10 9 9 7
4 3 15 13
35 4
6 33
16 23
13 26
25 14
19 20
5 34
68 26
14 260
38 236
34 240
46 228
38 236
12 262
KS = 0,152
KS = 0,289
X2 = 4,034
X2 = 5,301
X2= 3,441
X2= 0,273
KS= 0,682
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
> 0,05
Gagal Ditolak
Gagal Ditolak
Gagal Ditolak
Gagal Ditolak
Gagal Ditolak
Gagal Ditolak
Gagal Ditolak
*telah disederhanakan untuk tujuan menghitung uji hipotesis
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan didapatkan beberapa
keterbatasan. Antara keterbatasaan tersebut
adalah karena penelitian ini dilakukan
salah satu pada hari Kamis di mana
terdapat kemungkinan terdapat sebagian
responden beragama Islam yang berpuasa
sunat. Jadi hal ini menyebabkan nilai
kadar glukosa darah sewaktu yang
didapatkan tidak sesuai dengan nilai
sebenar. Selain itu, salah satu cara untuk
mencapai tujuan penelitian adalah dengan
menggunakan kuesioner. Dengan
menggunakan kuesioner berkemungkinan
besar untuk terjadinya kesalah pahaman
antara pertanyaan yang ditanya dengan
jawaban yang diberikan. Selaian itu,
pertanyaan dengan kuesioner tidak boleh
dijamin tahap kebenarannya dimana
sekiranya orang usia lanjut tidak
mengetahui dan memahami pertanyaan
kuesioner, mereka coba mengarang
jawaban. Justeru, berkemungkinan
informasi yang diberikan adalah tidak
tepat dan ini boleh mempengaruhi hasil
penelitian.
Pada penelitian ini didapatkan gambaran
kadar glukosa darah sewaktu lebih 200
mg/dL pada orang usia lanjut sebesar 25,7
%. Hal ini didukung oleh prevalensi DM
pada orang usia lanjut berusia lebih 60
tahun yang dikeluarkan oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 2010
sebesar 26,9 %.3
Hubungan Antara Usia Dengan
Gambaran Kadar Glukosa Darah
Orang Usia Lanjut di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
April 2013.
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Goldberg dan Coon dalam Rochman
(2006) menyatakan bahwa umur sangat
erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan
kadar glukosa darah, sehingga semakin
meningkat usia maka prevalensi diabetes
dan gangguan toleransi glukosa semakin
tinggi.1 Sekitar 6% individu berusia 45-64
tahun dan 11% individu diatas usia 65
tahun menderita DM tipe II (Ignativicius &
Workman, 2006). Pada penelitian ini, hasil
uji statistik menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov didapatkan nilai p = 0,152, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara usia dengan
diabetes mellitus dengan kadar glukosa
sewaktu pada orang usia lanjut di
kelurahan Tanjung Duren Selatan ini. Hal
ini mungkin karena jumlah sampel orang
usia lanjut di atas 75 tahun sebanyak enam
orang di mana jumlah ini tidak sebanding
dengan jumlah sampel orang usia lanjut
antara 60 hingga 75 tahun yaitu 68 orang.
Hubungan Antara Jenis Kelamin
Dengan Gambaran Kadar Glukosa
Darah Orang Usia Lanjut di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
April 2013.
Hasil uji statistik menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai nilai
p = 0,6728, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan bermakna
antara jenis kelamin dengan kadar glukosa
sewaktu pada orang usia lanjut di
kelurahan Tanjung Duren Selatan ini. Hal
ini mungkin karena kami menggunakan
metode non probability sampling iaitu
consecutive sampling sehingga proporsi
sampel antara laki-laki dan perempuan
yang didapatkan tidak sama banyak.
Kedua, mungkin karena populasi orang
usia lanjut di kelurahan Tanjung Duren
Selatan ini mempunyai tingkat kepedulian
terhadap kesehatan yang tinggi seperti
penyertaan posbindu yang dilakukan setiap
bulan.
Hubungan Antara Riwayat DM dalam
Keluarga Dengan Gambaran Kadar
Glukosa Darah Orang Usia Lanjut di
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren
Selatan, April 2013.
Berdasarkan dari data statistik diabetes di
United Kingdom tahun 2010, mengatakan
bahwa jika terdapat anggota keluarga yang
mempunyai riwayat diabetes mellitus
( ayah, ibu, kakak, adik atau kembar)
kemungkinan seseorang itu mempunyai
risiko untuk mendapat penyakit ini. Hasil
uji statistik menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov didapatkan nilai p = 0,289, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara riwayat
keluarga dengan diabetes mellitus dengan
kadar glukosa sewaktu orang usia lanjut
ini. Hal ini mungkin dikarenakan
kesadaran masyarakat telah meningkat
tentang penyakit DM yang bisa diturunkan
dalam keluarga sehingga mereka lebih
berwaspada dan berusaha menurunkan
faktor risiko penyakit DM dengan cara
pemilihan makanan yang seimbang dan
aktifitas fisik yang teratur.
Hubungan Antara Hipertensi Dengan
Gambaran Kadar Glukosa Darah
Orang Usia Lanjut di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
April 2013.
Pada penelitian ini, hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square didapatkan
nilai X2= 4,034, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan bermakna
antara riwayat hipertensi dengan diabetes
mellitus dengan kadar glukosa sewaktu
orang usia lanjut ini, sesuai dengan
penelitian – penelitian terdahulu. Hal ini
karena penderita yang mempunyai riwayat
hipertensi telah mempunyai kesadaran dan
kepedulian tentang penyakit hipertensi nya
sendiri. Jadi, mereka perlu mengatur pola
makan dan aktifitas fisik untuk
mendapatkan nilai tekanan darah yang
normal. Secara tidak langsung membantu
regulasi kadar gula darah yang baik.
Hubungan Antara IMT Dengan
Gambaran Kadar Glukosa Darah
Orang Usia Lanjut di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
April 2013.
Menurut data yang yang didapatkan dari
penelitian oleh penelitian K M Prasanna
Kumar, perempuan dengan DM yang
memiliki obesitas lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki yang
memiliki DM. Hal ini karena hormon
estrogen berpengaruh pada metabolisme
lemak. Perempuan memiliki proporsi
tubuh dan distribusi lemak sangat banyak
berbeda dari laki-laki. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rizky Ashary 2010
didapatkan hubungan yang bermakna
antara obesitas dengan kadar glukosa
darah sewaktu pada lansia. Hasil uji
statistik menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai X2 = 5,301. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara IMT dengan kadar
glukosa darah sewaktu pada orang usia
lanjut di kelurahan Tanjung Duren Selatan
ini. Hal ini mungkin berhubungan cara
pengukuran tinggi badan yang tidak sesuai
dilakukan ke atas orang usia lanjut. Perlu
ditekankan disini bahwa pemeriksaan
tinggi badan pada lansia dapat
memberikan nilai kesalahan yang cukup
bermakna oleh karena telah terjadinya
osteoporosis pada lansia yang akan
berakibat pada kompresi tulang-tulang
columna vertebral. Untuk itu para ahli
sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi
badan dapat dipakai panjang rentang
tangan (armspan) dalam penentuan indeks
massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin,
Gross, Salomons, Schultink,1995).
Ternyata korelasi koefisien antara BMI
dengan BMA (body mass-armspan) cukup
tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita
dan untuk pria dengan nilai p-0,001.10
Hubungan Antara Pola Makan Dengan
Gambaran Kadar Glukosa Darah
Orang Usia Lanjut di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
April 2013.
Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan uji chi square pada tabel 3
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara kebiasaan makan responden dengan
kadar glukosa darah responden. Hal ini
ditunjukkan dengan besarnya nilai p
=3,441. Hal ini tidak sejalan dengan data
yang yang didapatkan dari penelitian
Achmad Yoga Setyo Utomo yang
memperlihatkan bahwa pengaturan pola
makan mempunyai hubungan yang
signifikan dengan keberhasilan
pengelolaan DM tipe 2 ( P= 0,008 ). Hal
ini boleh dikaitkan dengan keadaan sosial
ekonomi penduduk di kelurahan Tanjung
Duren Selatan di mana rata-rata orang usia
lanjut yang datang ke puskesmas adalah
dengan sosial ekonomi rendah sehingga
asupan makanan mereka kurang
mengandung makanan yang berkalori
tinggi.
Hubungan Antara Aktifitas fisik
Dengan Gambaran Kadar Glukosa
Darah Orang Usia Lanjut di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
April 2013.
Berdasarkan data dari Tabel 3, berdasarkan
uji Chi Square didapatkan aktifitas fisik
tidak berhubungan dengan kadar glukosa
darah yang mana didapatkan nilai
X2=0.273. Beberapa studi menunjukkan
bahwa aktifitas fisik terbukti dapat
meningkatkan sensitivitas insulin,
memperbaiki profil lipid dan mengurangi
kadar lemak perut. Studi DA Qing di Cina
menunjukkan bahwa aktifitas fisik secara
regular dapat mengurangi risiko
berkembangnya diabetes sampai 46 %.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Roro Utami
Adiningsih (2011) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara
aktifitas fisik yang rendah (OR=260)
dengan kejadian diabetes mellitus pada
orang dewasa di bandingkan dengan orang
yang memiliki aktifitas tinggi di Kota
Padang Panjang Tahun 2011. Selain
sampel yang dikumpulkan dalam jumlah
yang sedikit, hal ini dapat dikaitkan
dengan ketidakseimbangan antara pola
makan dan aktifitas fisik.
Hubungan Antara Stress Dengan
Gambaran Kadar Glukosa Darah
Orang Usia Lanjut di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
April 2013.
Hasil uji statistik menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p =
0,682, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara stress
dengan kadar glukosa darah sewaktu pada
orang usia lanjut di kelurahan Tanjung
Duren Selatan ini. Data dari penelitian ini
tidak bersesuaian dengan penelitian yang
dilakukan oleh Atyanti Isworo dan
Saryono yang menyatakan terdapat
hubungan yang bermakna antara stress
dengan kadar gula darah sewaktu orang
usia lanjut. Hal ini mungkin karena
jumlah sampel pada penelitian ini yang
masih belum cukup banyak sehingga data
yang didapatkan tidak ada hubungan
signifikan antara stress dengan glukosa
darah sewaktu.
4. Kesimpulan
Gambaran kadar Glukosa Darah pada
orang usia lanjut di Puskesmas Kelurahan
Tanjung Duren adalah 25,7% yang
memiliki kadar glukosa darah
hiperglikemia (> 200mg/dL), 21,6 %
normoglikemia (110mg/dL-199mg/dL)
dan 52,7% hipoglikemia (<110mg/dL).
Didapatkan sebaran jenis kelamin
perempuan 78,4%, usia 60-75 tahun adalah
91,9%, riwayat DM dalam keluarga
18,9%, hipertensi 51,4%, IMT >25,0kg/m2
adalah 46,0%, pola makan buruk adalah
62,2%, aktifitas fisik yang kurang adalah
51,4%, dan tidak stress adalah 59,5%.
Pada penelitian ini tidak didapatkan
hubungan bermakna antara status gizi, pola
makan, aktifitas fisik, riwayat DM dalam
keluarga, usia, hipertensi, jenis kelamin
dan stress dengan kadar glukosa darah
yang pada orang usia lanjut.
Daftar Pustaka
1. Darmojo B, Martono H. Teori proses menua. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2006.hal 7-8.
2. Report of WHO. Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate hyperglycaemia. Geneva: WHO; 2006.p.9-43.
3. Diabetes. Diunduh dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/ pada tanggal 22 Maret 2013
4. Rochmah W. Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006.p.1915-18.
5. Khatib NM, Quazi ZS, Gaidhane AM, Waghmare TS, Goyal RC.Risk factors of type 2 diabetes mellitus in rural Wardha: A community based study. Int J Diabetes. 2008; vol 28 (3):79-82
6. Skripsi: Roro Utami Adiningsih. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Orang Usia lanjut Di Kota Padang Panjang Tahun 2011
7. Sherwood. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem. Jakarta: Buku Penerbitan ECG: 2001. Hal 651-676
8. Wasilah R, Aswin. Tua dan proses menua. Majalah Berkala Ilmu Kedokteran
2001 . Volume 33, nomor 4, 2001 hal 221-8.
9. Achmad Yoga Setyo Utomo. Hubungan Antara 4 Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus dengan keberhasilan Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. Program Pendidikan Sarjana kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2011.
10. Krishnan S, Rosenberg L, Djousse L, Cupples A, Palmer YR. Overall and central obesity and risk of type 2 diabetes. Obesity.2007;15:1860-6.
11. Yunir, E. M. & Soebardi S.(2006). Terapi nonfarmakologis pada diabetes mellitus. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Jakarta: Pusat penerbit Departemen Penyakit Dalam FK UI
12. Perkeni. Konsensus Diagnosis Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta: Perkeni; 2006
13. Lie, B.A., Todd, J.A., Pociot, F., et al. The predisposition to type 1 diabetes linked to the human leukocyte antigen complex includes at least one non-class II gene. Am J Hum Genet, 1999. 64: 793-800.
14. Nejentsev, S., Reijonen, H., Adojaan, B., et al. The effect of HLA-B allele on the IDDM risk defined by DRB1*04 subtypes and DQB1*0302. Diabetes, 1997. 46: 1888-1892
15. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2010. Diabetes Care.2010;33(1):S11-4.
16. Basuki E. Penyuluhan Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S, Soewondo P dan Subekti I (eds). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta,2004.