artikel

22
ARTIKEL PENELITIAN Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Orang Usia Lanjut dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan Kecamatan Grogol Petamburan, April 2013 Logo Mohd Hazim bin Ahmad Fuad 11-2011-043 PEMBIMBING Dr. dr. Aris Susanto, SpOk Tugas Akhir Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, April 2013

Upload: mohd-hazim-ahmad-fuad

Post on 09-Dec-2014

46 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

gambaran gds lansia TDS

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel

ARTIKEL PENELITIAN

Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Orang Usia Lanjut dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Selatan Kecamatan Grogol Petamburan, April 2013

Logo

Mohd Hazim bin Ahmad Fuad 11-2011-043

PEMBIMBINGDr. dr. Aris Susanto, SpOk

Tugas Akhir Pendidikan DokterFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, April 2013

Page 2: Artikel

Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Orang Usia Lanjut dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan Kacamatan Grogol

Petamburan, April 2013

Mohd Hazim bin Ahmad Fuad

*Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Kristen KridaWacana,

Jakarta

Abstrak

Berbagai perubahan fisiologis tubuh yang berhubungan dengan proses penuaan berperan pada timbulnya gangguan metabolism glukosa pada usia lanjut. Diabetes Melitus Tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit kronis yang prevalensinya tinggi. Untuk mencegah timbulnya kasus DM tipe 2, masyarakat perlu mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kadar glukosa darah pada orang usia lanjut di Kelurahan Tg. Duren Selatan dan faktor-faktor yang berhubungan. Dirancang studi cross sectional dengan 74 subyek dari Kelurahan Tg Duren Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan kuesioner terstruktur, pemeriksaan fisik tinggi dan berat badan dan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) pada empat dan lima April 2013. Metode pengambilan sampel adalah dengan cara non probability consecutive sampling. Analisis statistik dilakukan dengan uji Chi-square dan uji Kolmogorov Smirnov Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 25,7% (19 orang) yang memiliki kadar GDS lebih dari 200 mg/dL. Tidak didapatkan hubungan jenis kelamin (p =0,6728 ), usia (p=0,152), riwayat DM dalam keluarga (p=0,289), riwayat hipertensi (p=4,034), pola makan ( p= 3,441), aktifitas fisik (p=0,273), IMT (p=5,301), stress (p=0,682) antara dengan kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, riwayat DM dalam keluarga, riwayat hipertensi, pola makan, aktifitas fisik, IMT, stress antara dengan kadar glukosa darah orang usia lanjut di Puskesmas KelurahanTg Duren Selatan.

Abstracts

The Description of Blood Glucose Levels on Elderly People at Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan and its associated factors. Various physiological changes associated with aging process contributes to the onset of impaired glucose metabolism in elderly. Type 2 Diabetes Mellitus ( Type 2 DM) is a chronic disease with high prevalence. To prevent DM, people should know the risk factors that lead to the disease. This study aims to see the description of blood glucose levels on the elderly at diKelurahanTg. Duren Selatan and its associated factors. A cross-sectional study was planned with 74 subjects from KelurahanTg Duren Selatan. Data were collected by interview techniques with questionnaires, height and weight physical examination and the results ofblood glucose levels on fourth and fifth of April 2013. The sampling method is non probability consecutive sampling. Statistical analysis is by using Chi Square test and Kolmogorov Smirnov test. The result of the study shows that 25,9% (19 subjects) have blood glucose levels more than 200 mg/dL. There was no association between gender, age, nutritional status, diet, physical activities, DM history in family, hypertension, stress with blood glucose levels. Based on this study, we can conclude that there was no association between gender, age, nutritional status, diet, physical activities, DM history in family, hypertension, stress with blood glucose levels at PuskesmasKelurahanTanjung Duren Selatan.Keywords : elderly people, blood glucose levels, Diabetes Mellitus.

Page 3: Artikel

1. Pendahuluan

Pertumbuhan penduduk usia lanjut

(usila) di Indonesia tercatat sebagai paling

pesat di dunia dalam kurun waktu tahun

1990-2025. Pada tahun 2005 terdapat

17.767.709 jiwa atau 7,97% dari total

populasi, akan menjadi sekitar 25,5 juta

orang pada tahun 2020 atau sebesar 11,37

persen dari jumlah penduduk, itu berarti

jumlah usila di Indonesia akan berada di

peringkat empat dunia sesudah Cina, India

dan Amerika Serikat. Sedangkan di DKI

Jakarta, berdasarkan data survei kesehatan

nasional 2001 usilanya berjumlah 641.124

jiwa atau 8,64% dari keseluruhan

penduduk DKI Jakarta yang berjumlah

7.423.379 jiwa.1

Insidens dan prevalensi dari DM

semakin meningkat dan pada tahun 2030

diperkirakan prevalensi DM di seluruh

dunia akan meningkat. menjadi dua kali

lipat. DM tipe 2 didapatkan pada 85-90%

dari total penderita DM dan seringkali

ditemukan pada usila. Prevalensi DM

tertinggi didapatkan pada penduduk

berusia 60 tahun dan ke atas dengan

insidens tertinggi juga didapatkan pada

kelompok usia tersebut. Hasil penelitian

The Canadian Study of Health and Aging

(CHSA) menunjukkan prevalensi DM

besarnya 12,1%. Menurut survei yang

dilakukan World Health Organization

(WHO), Indonesia menempati urutan ke-4

dengan jumlah penderita DM terbesar di

dunia setelah India, Cina dan Amerika

Serikat. Studi epidemiologi menunjukkan

bahwa prevalensi Diabetes Melitus

maupun Gangguan Toleransi Glukosa

(GTG) meningkat seiring dengan

pertambahan usia, menetap sebelum

akhirnya menurun. Dari data WHO

didapatkan bahwa setelah mencapai usia

30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-

2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan

naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam

setelah makan.2

Seiring dengan pertambahan usia, usila

mengalami kemunduran fisik dan mental

yang menimbulkan banyak konsekuensi.

Proses menua adalah keadaan yang tidak

dapat dihindarkan. Perubahan-perubahan

pada usia lanjut dan kemunduran

kesehatannya kadang-kadang sukar

dibedakan dari kelainan patologi yang

terjadi akibat penyakit. Dalam bidang

endokrinologi hampir semua produksi dan

pengeluaran hormon dipengaruhi oleh

enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh

proses menjadi tua.1 Diabetes Mellitus

(DM) adalah penyakit gangguan

metabolisme yang bersifat kronis dengan

karakteristik hiperglikemia. Klasifikasi

DM berdasarkan etiologi mempunyai 4

bentuk klinis yaitu DM tipe-1, DM tipe-2,

DM tipe lain dan gestational diabetes

mellitus. Diabetes mellitus yang terdapat

Page 4: Artikel

pada usia lanjut gambaran klinisnya

bervariasi luas dari tanpa gejala sampai

dengan komplikasi nyata yang kadang-

kadang menyerupai penyakit atau

perubahan yang biasa ditemui pada usia

lanjut.3

Berdasarkan penelitian oleh Laurentia

Mihardja, Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta dengan judul

Faktor yang Berhubungan dengan

Pengendalian Gula Darah pada Penderita

Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia,

hasil yang didapat adalah prevalensi

responden yang mempunyai riwayat DM

meningkat sesuai dengan bertambahnya

usia. Prevalensi lebih banyak pada wanita

dan kelompok sosioekonomi yang lebih

tinggi. Penderita yang makan sayur dan

buah 5 porsi atau lebih hanya 8,8%,

beraktivitas fisik kurang 35,1%, prevalensi

kegemukan 60,8% pada laki-laki dan

66,9% pada perempuan, obesitas sentral

32,5% pada laki-laki dan 59,9% pada

wanita, tekanan darah tidak terkontrol (>

130/80 mmHg) 70,0% pada laki-laki dan

76,8 % pada wanita.4

Pria dalam kelompok usia 45-54

memiliki diabetes tipe 2 dua kali lebih

sering daripada wanita. Di atas usia 75

tahun, wanita memiliki diabetes tipe 2

laki-laki lebih sering daripada (Hummel).4

Sebagian besar penelitian sebelumnya

telah menunjukkan bahwa wanita memiliki

insiden lebih besar dari obesitas

dibandingkan dengan pria. Hal ini karena

estrogen berpengaruh pada metabolisme

lemak. perempuan memiliki proporsi

tubuh dan distribusi lemak sangat banyak

berbeda dari laki-laki. Dalam penelitian K

M Prasanna Kumar dengan tentang

hubungan jenis kelamin usia lanjut dengan

DM yang dilakukan di Ramaiah Medical

College dan Rumah Sakit nya, dan Diacon

Hospital, Bangalore melibatkan 13.662

Pasien NIDDM yang terdiri dari 8.344

laki-laki dan 5.318 perempuan, dan

hasilnya ditemukan obesitas lebih sering

terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Mengambil batas atas BMI sebagai 27

pada pria, kami menemukan bahwa 13,2%

pria yang obesitas dibandingkan dengan

55% dari wanita yang memiliki BMI lebih

dari 25. Rasio pinggang pinggul lebih dari

0.85 di perempuan adalah 35,1% dan lebih

dari 0,95 pada pria adalah 25,4%.5

Lebih dari 50% usila diatas 60 tahun yang

tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang

abnormal. Intoleransi glukosa ini masih

belum dapat dikatakan sebagai diabetes.

Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun

kemampuan insulin terutama pada post

reseptor.4

Beberapa faktor yang berkaitan

dengan penyebab diabetes mellitus pada

Page 5: Artikel

usila (Jeffrey) umur yang berkaitan

dengan penurunan fungsi sel pankreas dan

sekresi insulin, umur yang berkaitan

dengan resistensi insulin akibat kurangnya

massa otot dan perubahan vaskuler,

obesitas, aktivitas fisik yang kurang dan

keturunan. Tahun 1995, dilaporkan

prevalensi usia lanjut dengan DM di Jawa

Timur dan Bali adalah 5,7%. DM

meningkat seiring umur. Pada 2010,

dianggarkan prevalensi DM pada umur

<20 tahun adalah 0,2% dan 11,3% pada

usia >20 tahun. Pada orang berusia >60

tahun, prevalensi DM adalah 26,9%.

Prevalensinya dalah sama antara

perempuan dan laik-laki pada semua

tingkat usia (11,8% dan 10,8% pada usia >

20 tahun). World Health Organization

(WHO) mengatakan bahawa obesitas

merupakan salah satu dari 10 kondisi yang

berisiko di seluruh dunia dan salah satu

dari 5 kondisi berisiko di negara

berkembang.4,5.

Penelitian ini bertujuan umum

untuk mengetahui gambaran kadar glukosa

darah pada orang usia lanjut di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan,

Kecamatan Grogol Petamburan dan faktor-

faktor yang berhubungan.

2. Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional mengenai gambaran kadar

glukosa darah pada orang usia lanjut dan

faktor-faktor yang berhubungan di

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Selatan Kacamatan Grogol Petamburan.

Subjek penelitian yang diambil adalah

orang usia lanjut (berumur 60 tahun dan ke

atas) yang tinggal di Kelurahan Tanjung

Duren Selatan, Jakarta Barat. Penelitian ini

dilakukan di Puskesmas Kelurahan

Tanjung Duren Selatan pada tanggal empat

dan lima April 2013.

Sumber data terdiri dari data primer yang

diambil dengan kuesioner, pemeriksaan

tinggi badan, berat badan dan pemeriksaan

glukosa darah sewaktu pada orang usia

lanjut yang berkunjung ke Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan.

Populasi target adalah orang usia lanjut

yang tinggal di Kelurahan Tg Duren

Selatan. Populasi Terjangkau adalah orang

usia lanjut (yang berkuinjung ke

Puskesmas Kelurahan Tg Duren Selatan.

Metode pengambilan sampel adalah

dengan cara non probability sampling

yaitu consecutive sampling. Kriteria

inklusi bagi penelitian ini adalah orang

usia lanjut yang berkunjung di Puskesmas

Kelurahan Tg Duren Selatan dan bersedia

untuk diperiksa kadar gula darah, status

Page 6: Artikel

gizi dan mengisi kuisioner. Besar sampel

minimal adalah 84 orang berdasarkkan

perhitungan menggunakan rumus.

Data – data yang diperoleh kemudiannya

diedit, verifikasi dan coding. Pengolahan

data adalah menggunakan program SPSS

16. Data yang didapat, disajikan secara

tekstular dan tabular. Uji statistik

menggunakan uji Chi-square dan

Kolmogorov – Smirnov telah dilakukan

pada data-data yang diolah. Data-data ini

diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel – variabel.

3. Hasil dan pembahasan

Selama proses pengumpulan data yang

dilakukan pada tanggal 4 dan 5 April 2013

dengan sampel sebanyak 74 orang usia

lanjut yang datang ke Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan, berikut

adalah hasil penelitian yang disajikan

dalam bentuk tabel ;

Tabel 1 : Distribusi gambaran kadar

glukosa darah pada orang usia lanjut dan

faktor-faktor yang berhubungan di

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Selatan Kacamatan Grogol Petamburan,

April 2013.

Kadar GDS (mg/dL) Frekuensi(n) Persentase (%) >200110-199<110Total

19163974

25.7 21.6 52.7 100.0

Page 7: Artikel

Tabel 2 : Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin, Usia, Riwayat DM dalam Keluarga,

Hipertensi, IMT, Pola Makan, Aktifitas Fisik, dan Stress pada Orang Usia Lanjut di

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, April 2013.

Karakteristik Frekuensi(n) Persentase (%)Jenis kelamin

Laki-lakiPerermpuan

Usia 60 – 75 tahun >75 tahunRiwayat keluarga

Ya Tidak

Hipertensi Ya Tidak

IMT Lebih Normal Kurang

Pola makanBuruk Sedang Baik

Aktifitas fisikKurang Cukup

Stress Berat Sedang Ringan Tidak stress

1658

686

1460

3836

34364

46280

3836

48

1844

21.678.4

91.98.1

18.9

81.1

51.448.6

46.048.65.4

62.237.8

0

51.4 48.6

5.410.824.359.5

Page 8: Artikel

Tabel 3 : Hubungan antara Gambaran Gula Darah Sewaktu dengan Jenis Kelamin, Usia, Riwayat DM dalam Keluarga, Hipertensi, IMT, Pola Makan, Aktifitas Fisik, dan Stress pada Orang Usia Lanjut di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, April 2013.

Variabel

Kadar GDS

Total dF Uji p Ho>200 110-

199

<110

Jenis kelaminLaki-lakiPerermpuan

4 6 15 10

6 33

16 258 KS = 0,6728 > 0,05 Gagal

Ditolak

Usia 60 – 75 tahun >75 tahun

Riwayat keluargaYa Tidak

Hipertensi Ya Tidak

IMT*Lebih Kurang/Normal

Pola makan*Buruk Sedang

Aktifitas fisikKurangCukup

Stress*Sedang/BeratTidak/Ringan

18 15 1 1

4 4 15 12

13 9 6 7

11 10 8 6

14 7 5 9

10 9 9 7

4 3 15 13

35 4

6 33

16 23

13 26

25 14

19 20

5 34

68 26

14 260

38 236

34 240

46 228

38 236

12 262

KS = 0,152

KS = 0,289

X2 = 4,034

X2 = 5,301

X2= 3,441

X2= 0,273

KS= 0,682

> 0,05

> 0,05

> 0,05

> 0,05

> 0,05

> 0,05

> 0,05

Gagal Ditolak

Gagal Ditolak

Gagal Ditolak

Gagal Ditolak

Gagal Ditolak

Gagal Ditolak

Gagal Ditolak

*telah disederhanakan untuk tujuan menghitung uji hipotesis

Page 9: Artikel

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan didapatkan beberapa

keterbatasan. Antara keterbatasaan tersebut

adalah karena penelitian ini dilakukan

salah satu pada hari Kamis di mana

terdapat kemungkinan terdapat sebagian

responden beragama Islam yang berpuasa

sunat. Jadi hal ini menyebabkan nilai

kadar glukosa darah sewaktu yang

didapatkan tidak sesuai dengan nilai

sebenar. Selain itu, salah satu cara untuk

mencapai tujuan penelitian adalah dengan

menggunakan kuesioner. Dengan

menggunakan kuesioner berkemungkinan

besar untuk terjadinya kesalah pahaman

antara pertanyaan yang ditanya dengan

jawaban yang diberikan. Selaian itu,

pertanyaan dengan kuesioner tidak boleh

dijamin tahap kebenarannya dimana

sekiranya orang usia lanjut tidak

mengetahui dan memahami pertanyaan

kuesioner, mereka coba mengarang

jawaban. Justeru, berkemungkinan

informasi yang diberikan adalah tidak

tepat dan ini boleh mempengaruhi hasil

penelitian.

Pada penelitian ini didapatkan gambaran

kadar glukosa darah sewaktu lebih 200

mg/dL pada orang usia lanjut sebesar 25,7

%. Hal ini didukung oleh prevalensi DM

pada orang usia lanjut berusia lebih 60

tahun yang dikeluarkan oleh World Health

Organization (WHO) pada tahun 2010

sebesar 26,9 %.3

Hubungan Antara Usia Dengan

Gambaran Kadar Glukosa Darah

Orang Usia Lanjut di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan,

April 2013.

Pada penelitian yang dilakukan oleh

Goldberg dan Coon dalam Rochman

(2006) menyatakan bahwa umur sangat

erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan

kadar glukosa darah, sehingga semakin

meningkat usia maka prevalensi diabetes

dan gangguan toleransi glukosa semakin

tinggi.1 Sekitar 6% individu berusia 45-64

tahun dan 11% individu diatas usia 65

tahun menderita DM tipe II (Ignativicius &

Workman, 2006). Pada penelitian ini, hasil

uji statistik menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov didapatkan nilai p = 0,152, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan bermakna antara usia dengan

diabetes mellitus dengan kadar glukosa

sewaktu pada orang usia lanjut di

kelurahan Tanjung Duren Selatan ini. Hal

ini mungkin karena jumlah sampel orang

usia lanjut di atas 75 tahun sebanyak enam

Page 10: Artikel

orang di mana jumlah ini tidak sebanding

dengan jumlah sampel orang usia lanjut

antara 60 hingga 75 tahun yaitu 68 orang.

Hubungan Antara Jenis Kelamin

Dengan Gambaran Kadar Glukosa

Darah Orang Usia Lanjut di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan,

April 2013.

Hasil uji statistik menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai nilai

p = 0,6728, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan bermakna

antara jenis kelamin dengan kadar glukosa

sewaktu pada orang usia lanjut di

kelurahan Tanjung Duren Selatan ini. Hal

ini mungkin karena kami menggunakan

metode non probability sampling iaitu

consecutive sampling sehingga proporsi

sampel antara laki-laki dan perempuan

yang didapatkan tidak sama banyak.

Kedua, mungkin karena populasi orang

usia lanjut di kelurahan Tanjung Duren

Selatan ini mempunyai tingkat kepedulian

terhadap kesehatan yang tinggi seperti

penyertaan posbindu yang dilakukan setiap

bulan.

Hubungan Antara Riwayat DM dalam

Keluarga Dengan Gambaran Kadar

Glukosa Darah Orang Usia Lanjut di

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Selatan, April 2013.

Berdasarkan dari data statistik diabetes di

United Kingdom tahun 2010, mengatakan

bahwa jika terdapat anggota keluarga yang

mempunyai riwayat diabetes mellitus

( ayah, ibu, kakak, adik atau kembar)

kemungkinan seseorang itu mempunyai

risiko untuk mendapat penyakit ini. Hasil

uji statistik menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov didapatkan nilai p = 0,289, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan bermakna antara riwayat

keluarga dengan diabetes mellitus dengan

kadar glukosa sewaktu orang usia lanjut

ini. Hal ini mungkin dikarenakan

kesadaran masyarakat telah meningkat

tentang penyakit DM yang bisa diturunkan

dalam keluarga sehingga mereka lebih

berwaspada dan berusaha menurunkan

faktor risiko penyakit DM dengan cara

pemilihan makanan yang seimbang dan

aktifitas fisik yang teratur.

Hubungan Antara Hipertensi Dengan

Gambaran Kadar Glukosa Darah

Orang Usia Lanjut di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan,

April 2013.

Pada penelitian ini, hasil uji statistik

menggunakan uji Chi Square didapatkan

nilai X2= 4,034, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan bermakna

antara riwayat hipertensi dengan diabetes

mellitus dengan kadar glukosa sewaktu

orang usia lanjut ini, sesuai dengan

Page 11: Artikel

penelitian – penelitian terdahulu. Hal ini

karena penderita yang mempunyai riwayat

hipertensi telah mempunyai kesadaran dan

kepedulian tentang penyakit hipertensi nya

sendiri. Jadi, mereka perlu mengatur pola

makan dan aktifitas fisik untuk

mendapatkan nilai tekanan darah yang

normal. Secara tidak langsung membantu

regulasi kadar gula darah yang baik.

Hubungan Antara IMT Dengan

Gambaran Kadar Glukosa Darah

Orang Usia Lanjut di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan,

April 2013.

Menurut data yang yang didapatkan dari

penelitian oleh penelitian K M Prasanna

Kumar, perempuan dengan DM yang

memiliki obesitas lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki yang

memiliki DM. Hal ini karena hormon

estrogen berpengaruh pada metabolisme

lemak. Perempuan memiliki proporsi

tubuh dan distribusi lemak sangat banyak

berbeda dari laki-laki. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Rizky Ashary 2010

didapatkan hubungan yang bermakna

antara obesitas dengan kadar glukosa

darah sewaktu pada lansia. Hasil uji

statistik menggunakan uji Chi-Square

didapatkan nilai X2 = 5,301. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

bermakna antara IMT dengan kadar

glukosa darah sewaktu pada orang usia

lanjut di kelurahan Tanjung Duren Selatan

ini. Hal ini mungkin berhubungan cara

pengukuran tinggi badan yang tidak sesuai

dilakukan ke atas orang usia lanjut. Perlu

ditekankan disini bahwa pemeriksaan

tinggi badan pada lansia dapat

memberikan nilai kesalahan yang cukup

bermakna oleh karena telah terjadinya

osteoporosis pada lansia yang akan

berakibat pada kompresi tulang-tulang

columna vertebral. Untuk itu para ahli

sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi

badan dapat dipakai panjang rentang

tangan (armspan) dalam penentuan indeks

massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin,

Gross, Salomons, Schultink,1995).

Ternyata korelasi koefisien antara BMI

dengan BMA (body mass-armspan) cukup

tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita

dan untuk pria dengan nilai p-0,001.10

Hubungan Antara Pola Makan Dengan

Gambaran Kadar Glukosa Darah

Orang Usia Lanjut di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan,

April 2013.

Berdasarkan hasil penelitian dengan

menggunakan uji chi square pada tabel 3

menyatakan bahwa tidak ada hubungan

antara kebiasaan makan responden dengan

kadar glukosa darah responden. Hal ini

ditunjukkan dengan besarnya nilai p

=3,441. Hal ini tidak sejalan dengan data

yang yang didapatkan dari penelitian

Page 12: Artikel

Achmad Yoga Setyo Utomo yang

memperlihatkan bahwa pengaturan pola

makan mempunyai hubungan yang

signifikan dengan keberhasilan

pengelolaan DM tipe 2 ( P= 0,008 ). Hal

ini boleh dikaitkan dengan keadaan sosial

ekonomi penduduk di kelurahan Tanjung

Duren Selatan di mana rata-rata orang usia

lanjut yang datang ke puskesmas adalah

dengan sosial ekonomi rendah sehingga

asupan makanan mereka kurang

mengandung makanan yang berkalori

tinggi.

Hubungan Antara Aktifitas fisik

Dengan Gambaran Kadar Glukosa

Darah Orang Usia Lanjut di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan,

April 2013.

Berdasarkan data dari Tabel 3, berdasarkan

uji Chi Square didapatkan aktifitas fisik

tidak berhubungan dengan kadar glukosa

darah yang mana didapatkan nilai

X2=0.273. Beberapa studi menunjukkan

bahwa aktifitas fisik terbukti dapat

meningkatkan sensitivitas insulin,

memperbaiki profil lipid dan mengurangi

kadar lemak perut. Studi DA Qing di Cina

menunjukkan bahwa aktifitas fisik secara

regular dapat mengurangi risiko

berkembangnya diabetes sampai 46 %.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Roro Utami

Adiningsih (2011) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara

aktifitas fisik yang rendah (OR=260)

dengan kejadian diabetes mellitus pada

orang dewasa di bandingkan dengan orang

yang memiliki aktifitas tinggi di Kota

Padang Panjang Tahun 2011. Selain

sampel yang dikumpulkan dalam jumlah

yang sedikit, hal ini dapat dikaitkan

dengan ketidakseimbangan antara pola

makan dan aktifitas fisik.

Hubungan Antara Stress Dengan

Gambaran Kadar Glukosa Darah

Orang Usia Lanjut di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren Selatan,

April 2013.

Hasil uji statistik menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p =

0,682, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan bermakna antara stress

dengan kadar glukosa darah sewaktu pada

orang usia lanjut di kelurahan Tanjung

Duren Selatan ini. Data dari penelitian ini

tidak bersesuaian dengan penelitian yang

dilakukan oleh Atyanti Isworo dan

Saryono yang menyatakan terdapat

hubungan yang bermakna antara stress

dengan kadar gula darah sewaktu orang

usia lanjut. Hal ini mungkin karena

jumlah sampel pada penelitian ini yang

masih belum cukup banyak sehingga data

yang didapatkan tidak ada hubungan

signifikan antara stress dengan glukosa

darah sewaktu.

Page 13: Artikel

4. Kesimpulan

Gambaran kadar Glukosa Darah pada

orang usia lanjut di Puskesmas Kelurahan

Tanjung Duren adalah 25,7% yang

memiliki kadar glukosa darah

hiperglikemia (> 200mg/dL), 21,6 %

normoglikemia (110mg/dL-199mg/dL)

dan 52,7% hipoglikemia (<110mg/dL).

Didapatkan sebaran jenis kelamin

perempuan 78,4%, usia 60-75 tahun adalah

91,9%, riwayat DM dalam keluarga

18,9%, hipertensi 51,4%, IMT >25,0kg/m2

adalah 46,0%, pola makan buruk adalah

62,2%, aktifitas fisik yang kurang adalah

51,4%, dan tidak stress adalah 59,5%.

Pada penelitian ini tidak didapatkan

hubungan bermakna antara status gizi, pola

makan, aktifitas fisik, riwayat DM dalam

keluarga, usia, hipertensi, jenis kelamin

dan stress dengan kadar glukosa darah

yang pada orang usia lanjut.

Daftar Pustaka

1. Darmojo B, Martono H. Teori proses menua. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2006.hal 7-8.

2. Report of WHO. Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate hyperglycaemia. Geneva: WHO; 2006.p.9-43.

3. Diabetes. Diunduh dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/ pada tanggal 22 Maret 2013

4. Rochmah W. Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006.p.1915-18.

5. Khatib NM, Quazi ZS, Gaidhane AM, Waghmare TS, Goyal RC.Risk factors of type 2 diabetes mellitus in rural Wardha: A community based study. Int J Diabetes. 2008; vol 28 (3):79-82

6. Skripsi: Roro Utami Adiningsih. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Orang Usia lanjut Di Kota Padang Panjang Tahun 2011

7. Sherwood. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem. Jakarta: Buku Penerbitan ECG: 2001. Hal 651-676

8. Wasilah R, Aswin. Tua dan proses menua. Majalah Berkala Ilmu Kedokteran

Page 14: Artikel

2001 . Volume 33, nomor 4, 2001 hal 221-8.

9. Achmad Yoga Setyo Utomo. Hubungan Antara 4 Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus dengan keberhasilan Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. Program Pendidikan Sarjana kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2011.

10. Krishnan S, Rosenberg L, Djousse L, Cupples A, Palmer YR. Overall and central obesity and risk of type 2 diabetes. Obesity.2007;15:1860-6.

11. Yunir, E. M. & Soebardi S.(2006). Terapi nonfarmakologis pada diabetes mellitus. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Jakarta: Pusat penerbit Departemen Penyakit Dalam FK UI

12. Perkeni. Konsensus Diagnosis Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta: Perkeni; 2006

13. Lie, B.A., Todd, J.A., Pociot, F., et al. The predisposition to type 1 diabetes linked to the human leukocyte antigen complex includes at least one non-class II gene. Am J Hum Genet, 1999. 64: 793-800.

14. Nejentsev, S., Reijonen, H., Adojaan, B., et al. The effect of HLA-B allele on the IDDM risk defined by DRB1*04 subtypes and DQB1*0302. Diabetes, 1997. 46: 1888-1892

15. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2010. Diabetes Care.2010;33(1):S11-4.

16. Basuki E. Penyuluhan Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S, Soewondo P dan Subekti I (eds). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta,2004.