artikel 2

19
60% POPULASI R.S.J. PASIEN SKIZOFRENIA Dynna Akmal Mahasiswa FK UNBRAH (1110070100137) [email protected] ABSTRAK Skiozofrenia adalah gangguan psikotik yang mempengaruhi berbagai berbagai area individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta berprilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial. Yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetik (menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang), faktor biokimia (keseimbangan kimiawi otak), faktor psikologis dan sosial (interaksi dalam keluarga dan lingkungan). Tipe skizofrenia memiliki kekhasan tersendiri dalam gejala-gejala yang berbeda seperti tipe paranoid adanya waham yang mencolok, tipe disorganized pembicaraan yang kacau, tipe katatonik gangguan pada psikomotor, tipe undifferentiated berupa symptom-symptom dan tipe residual dengan gejala yang tidak menonjol. Penyakit skizofrenia dapat di obati dengan terapi seperti terapi biologis, terapi psikososial dan terapi psikoreligius. Kata kunci:

Upload: testimelina

Post on 07-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rrr

TRANSCRIPT

Page 1: artikel 2

60% POPULASI R.S.J. PASIEN SKIZOFRENIA

Dynna AkmalMahasiswa FK UNBRAH

(1110070100137)[email protected]

ABSTRAK

Skiozofrenia adalah gangguan psikotik yang mempengaruhi berbagai berbagai area individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta berprilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial. Yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetik (menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang), faktor biokimia (keseimbangan kimiawi otak), faktor psikologis dan sosial (interaksi dalam keluarga dan lingkungan). Tipe skizofrenia memiliki kekhasan tersendiri dalam gejala-gejala yang berbeda seperti tipe paranoid adanya waham yang mencolok, tipe disorganized pembicaraan yang kacau, tipe katatonik gangguan pada psikomotor, tipe undifferentiated berupa symptom-symptom dan tipe residual dengan gejala yang tidak menonjol. Penyakit skizofrenia dapat di obati dengan terapi seperti terapi biologis, terapi psikososial dan terapi psikoreligius.

Kata kunci:

Page 2: artikel 2

45% POPULASI R.S.J. PASIEN SKIZOFRENIA

A. Pendahuluan

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara – negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Menurut paham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak mampu lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupanya sehari-hari, rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan di lingkungan sosialnya. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami ketidak mampuan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.

Secara umum gangguan jiwa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu psikosa dan nonpsikosa. Golonga psikosa ditandai dengan dua gejala utama yaitu tidak adanya pemahaman diri (insight) dan ketidak mampuan menilai realitas (reality testing ability) RTA. Sedangkan golongan non psikosa kedua gejala utama tersebut masih baik. Golongan psikosa yaitu terbagi dalam dua sub golongan, yaitu psikosa fungsional dan psikosa organik. Yang dimaksud dengan psikosa fungsional adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena terganggunya fungasi sistem transmisi sinyal pengantar saraf (neurotransmitter) sel-sel saraf dalam susunan saraf pusat (otak), tidak terdapat kelainan struktural pada sel-sel saraf otak tersebut. Psikosa organik adalah gangguan jiwa karena adanya kelainan pada struktur susunan saraf pusat otak yang disebabkan misalnya terdapatnya tumor diotak, kelainan pembuluh darah di otak, infeksi di otak, keracunan (intoksikasi) NAZA (narkotika, alkohol dan zat adiktif lain) dan lain-lain.

Salah satu jenis gangguan jiwa psikosa fungsional yang terbanyak adalah Skiofrenia. Karena Skizofrenia cendrung menjadi penyakit yang menahun (kronis) dan diperkirakan mendekati 1 per 10.000 pertahun (DSM-IV, APA 1994). Berdasarkan data terakhir yang disampaikan pada konfrensi tahunan “The American Psychiatric Association” APA. Di miami, florida, Amerika Serikat, Mei 1995, disebutkan bahwa angka penderita Skizofrenia cukup tinggi mencapai 1/100 penduduk.

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit Skizofrenia. Sehingga diharapkan kita semua terhindar dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya Skizofrenia.

Manfaat dari penulisan makalah adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan metoda yang digunakan dalam penulisan makalah berasal dari sebagai sumber bacaan. Adapun masalah yang akan dibahas dalam artikel ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang:

1. Bagaimana epidemologi skizofrenia2. Apa etiologi dari skizofrenia3. Bagaimana gejala pada pasien skizofrenia4. Bagaimana patogenesa terjadinya skizofrenia5. Bagaimana pengobatan pada pasien skizofrenia.

Page 3: artikel 2

B. PembahasanSkizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau pecah (spilit), dan

“frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang memiliki gangguan jiwa. Skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian.

1. Epidemologi Skiofrenia dapat ditemukan pada dua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah.

Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.

Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun. Sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu usia 25-35 tahun. Insiden skizogonia lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan dan lebih besar didaerah urban dibandingkan daerah rural (Sadock,3003)

Menurut Howard, Castle,wessey dan murray, 1993 diseluruh dunia prevalensi seumur hidup sskizogonia kira-kira sama dintara laki-laki dan perempuan, perbedaan diperkirakan sekitar 0,2%-1,5%. Meskipun ada beberapa ketidak sepakatan tentang distribusi skizofrenia antara laki-laki dan perempuan, perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam halnya umur dan onsetnya jelas. Onsetnya untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang perbandingan resiko onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia lanjut dibandingakan laki-laki (durand, 2007).

2. Etiologi Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia,

antara lain:a. Faktor genetikPenyekit keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah terbukti dengan

penelitian keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 – 1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7 - 16% , bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar satu telur (heterozigot) 2-15%, bagi kembar satu telur (homozigot) 61-86%.

Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut dengan quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat – tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasi mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang – orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa resiko untuk mengalami skiofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini.

b. Faktor Biokimia Skizofrenia mungkin berasal dari ketidak seimbangan kimiawi otak yang disebut

neurotransmiter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransnitter dopamine yang berlebihan di bagian –bagian tertentu otak atau dikarenakan

Page 4: artikel 2

sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotranssmiter lain seperti serotonin dan dorepinephrine juga memainkan peranan.

c. Faktor Psikologis dan SosialBanyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi

penderita skizofregonia. Sebagai contoh, schizopheregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya.Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga pada masa anak-anak memegang peran penting dalam pembentukan kepribadian. Orang tua terkadang bertindak terlalu sedikit dan tidak meransang anak, atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkanya.

Skizofrenia dapat disebabkan perubahan dalam kehiduan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stresor (tekanan mental) yang timbul. Namun tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbullah keluhan-keluhan jiwa.

Pada umumnya aspek psikososial yang dimaksud dapat juga berupa perkawinan, problem orang tua, hubungan interpresonal, pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau cidera, faktor keluarga dan lain – lain.Skiofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk.

3.Gejala- gejala skozofrenia dibagi dalam 2 kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif.

Gejala positif pada penderita skizofrenia adalah a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal).

Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenaranya.

b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indra tanpa ada ransangan (stimulus). Misalya penderita mendengar suara-suara/bisikan-bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.

c. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraanya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirnya.

d. Gaduh , gelisah, tidak dapat diam, mondar- mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan

e. Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dam sejenisnya.f. Pikiranya penuh dengan kecurigaan atau seakan- akan ada ancaman terhadap dirinya.g. Menyimpan rasa permusuhan.

Gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skiofrenia adalah a. Alam perasaan “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat

dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.b. Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain,

suka melamun.c. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.

Page 5: artikel 2

d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.e. Sulit dalam berfikir abstrak.f. Pola pikir stereotip.g. Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada

upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu).

4. PatogenesaPerjalanan penyakit skiofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan

klinis kizofrenia berlansung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimuali dari keadaan premorbit, prodromal, fase aktif dan keadaan residual.

Pola gejala premorbit merupakan tanda pertama penyakit skiofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skiofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlansung beberapa hari sampai beberapa bulan.

Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia mengatakan bahwa penderita mengeluh gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan.

Fase aktif skiofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam fikiran, perasaan dan prilaku. Penilaian terhadap pasien skiofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada.

Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withrawal) dan perilaku aneh.

Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison,2006):

a) Tipe paranoid (gangguan waham)Terjadinya waham atau sistem waham yang biasanya menetap, kadang-kadang

seumur hidup, dan tidak memiliki dasar organik yang dapat diidentifikasi. Pasien tidak menderita skizofrenia atau gangguan mood, meskipun gejala depresif dapat terjadi secara intermiten.

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisasi) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi dan agresif.

b) Tipe disorganied (tak terorganisasi)Ciri utama skiifrenia disorganied adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan

afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitanya dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.

Sejenis diagnostik skizofrenia tipe Disorganied,

Page 6: artikel 2

Semua gejala berikut terpenuhi Pembicaraan kacau Tingkah laku kacau Afek datar atau inappropriate Tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonikc) Tipe katagonik

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi ketidak bergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain (epraxichoa).

Motoric immobility dapat dimunculkan berupa catalepsy (waxy flexibility – tubuh menjadi sangat fleksibel untuk digerakkan atau di posisikan dengan berbagai cara, sekalipun untuk orang biasa diposisitersebut akan sangat tidak nyaman).

Kriteria diagnostik skizofrenia tipe kata gonik :Jenis skozogonia dimana ganbaran klinis didominasi oleh paling tidak dua dari yang

berikut ini: Motoric immobility ( ketidak bergerakan motorik) sebagaimana terbukti

dengan adanya catalepsy (termasuk waxy flebility) atau stupor (gemetar). Aktivitas motor yang berlebihan (yang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi

oleh stimulasi eksternal). Negativism yang ekstrim (tanpa motivasi yang jelas, bersikap sangat menolak

pada segala instruksi atau mempertahankan postur yang kaku untuk menolak dipindahkan) atau mustim (sama sekali diam).

Gerakan-gerakan yang khas dan tidak terkendali. Echolalia (menirukan kata-kata orang lain) atau Echopraxia (menirukan

tingkah laku orang lain.d) Tipe Undifferentiated

Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simtom-simtom yang cepat menyangkut semua indikator skiofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingunggan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.

e) Tipe ResidualTipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi

masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas dan afek datar.

Tipe residual yaitu jenis skizofrenia dimana kriteria-kriteri berikut terpenuhi : Tidak ada yang menonjol dalam hal delusi, halusinasi, pembicaraan kacau,

tingkah laku kacau atau tingkah laku kata tonik.

Page 7: artikel 2

Terdapat bukti keberlanjutan gangguan ini, sebagaimana ditandai oleh symptom-symptom negative atau dua atau lebih symptom yang terdaftar di kreteria A untuk skizofrenia, dalam bentuk yang lbih ringan.

Kritaria diagnostik skizofrenia menurut DSM-IV TRKriteria diagnostik menurut Diagnostic and Statical Manual of mental disorder

(DSM-IV TR) sebagai berikut:a. Symtom-Symtom khasDua atau lebih dari yang berikut ini, masing-masing muncul cukup jelas selama jangka waktu satu bulan (atau kurang, bila ditangani dengan baik):

Delusi Halusinasi Pembicaraan kacau Tingkah laku kacau atau katatonik Symptom-symptom negatif

b. Disfungsi sosial / okupasionalc. DurasiSynptom-symtom gangguan ini tetap ada untuk paling sedikit 6 bulan. Periode 6 bulan ini paling tidak mencakup paling tidak 1 bulan dimana symtom-symtom muncul.d. Tidak termasuk gangguan schizoaffective atau gangguan mood.e. Tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis.f. Hubungan dengan Pervasive Developmental Disorder. Bila ada riwayat Autistic

Disorder atau gangguan PDD lainya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila ada halusinasi atau delusi yang menonjol, selama paling tidak 1 bulan.

5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis dan terapi psikososial

a. Terapi BiologisPada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu terapi dengan

menggunakan obat antipsikosis, terapi elektrokonvulsif dan pembedahan bagian otak. Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala skizofrenia.

Obat yang digunakan adalah chlorpromaine (thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Obat ini disebut obat penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak menimbulkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak rlevan.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, dapat dapat dibagi dalam dua golongan generasi pertama (typical) dan golongan generasi kedua (atypical).

Termasuk golongan obat generasi pertama misalnya:Nama Generik Nama Dagang

1. Chlorpromazine HCL Largactil, Promactil, Meprosetil2. Trifluoperazine HCL Stelazine3. Thioridazine HCL Melleril4. Haloperidol Haldol,Govotil, Serenace

Page 8: artikel 2

Termasuk golongan generasi ke dua misalnya:Nama Generik Nama Dagang

1. Risperidone Risperdal, Rizodal, Noprenia2. Clozapine Clozaril3. Quetiapine Seroquel4. Olanzapine Zprexa Terapi Elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada penatalaksanaan

terapi biologis. Pada akhir 1930, electrocobvulsive therapy (ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia. Tetapi terapi ini telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karna berbagai alasan. ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa termasuk skizofrenia.

Antusiasme awal terhadap ECT semakin memudar karena metode ini diketehui tidak menguntungkan bagi sebagian besar penderita skizofrenia meskipun penggunan terapi ini masih dilakukan hingga saat ini. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT merupakan pengalaman yang sangat menakutkan bagi pasien. Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan lagi ke tubuhnya dan mengakibatkan ketidak sadaran sementara, sering kali menderita kerancuan pikiran dan hilangnya pikiran setelah itu. Adakalanya, intensitas kekejangan otot yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik.

Pada terapi biologis lainya seperti pembedahan bagian otak Moniz (1935, dalam Davison, et al, 1994) memperkenalkan prefrontal lobotomy, yaitu proses operasi primitif dengan cara membuang “stone of madness” atau disebut dengan batu gila yang dianggap menjadi penyebab prilaku yang terganggu. Menurut Moniz, cara ini cukup berhasil dalam proses penyembuhan yang dilakukanya, khususnya pada penderita yang berlaku kasar. Akan tetapi, pada tahun 1950 cara ini ditinggalkan karena menyebabkan penderita kehilangan kemampuan kognitifnya, otak tumpul, tidak bergairah, bahkan meninggal.

b. Terapi PsikososialGejala-gejala gangguan skizofrenia yang kronik mengakibatkan situasi pengobatan

didalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton dan menjemukan. Secara historis, sejumlah penanganan psikososial telah diberikan pada pasien skizofrenia, yang mencerminkan adanya keyakinan bahwa gangguan ini merupakan akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena berbagai pengalaman yang dialami di usia dini. Pada terapi psikososial terdapat dua bagian yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga.

Terapi kelompok merupaka salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta terapi saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialaminya. Peserta diposisikan pada situasi sosial yang mendorong peserta untuk berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya pengalaman peserta dalam kemampuan berkomunikasi.

Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari ungkapan – ungkapa emosi yang bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali.

Page 9: artikel 2

Dalam hal ini, keluarga diberi informasi tentang cara-cara untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara kontruksif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon (Davison, et al., 1994; Rathus, et al., 1991) ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurang-kurangnya mencegah kekambuhan penyakit penderita, dibandingkan dengan trapi-terapi secara individual.

c. Terapi PsikoreligiusTerapi keagamaan (psikoreligius) terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai

manfaat. Dalam penelitian yang dilakukan, secara umum memang menunjukkan bahwa komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik.

Terapi keagamaan yang dimaksudkan dalam penelitian di atas adalah berupa kegiatan spiritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada tuhan, ceramah keagamaan dan kajian kitap suci dan lain sebagainya. Dengan terapi psikoreligius ini gejala patologis dengan sentral keagamaan dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan penderita dapat dipulihkan lagi ke jalan yang benar.

Di dalam ajaran agama (islam) adanya penyakit itu dianggap sebagai suatu cobaan dan ujian keimanan seseorang, oleh karenanya orang harus bersabar dan tidak boleh berputus asa berusaha untuk mengobatinya dengan senantiasa berdoa memohon pertolongan Allah SWT.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka umat yang beragama berdoa dan berzikir (mengigat Tuhan) dikala sedang menghadapi musibah (penyakit) merupakan upayayang amat dianjurkan guna memperoleh ketenangan dan penyembuhan penyakit. Bahwa: “Terapi medis tanpa d”oa dan zikir, tidak lengkap; doa dan zikir saja tanpa terapi medis, tidak efektif.

Kekambuhan pasien skizofrenia adala istilah yang secara relatif merefleksikan perburukan gejala atau prilaku yang membahayakan pasien dan atau lingkunganya. Tingkat kekambuhan sering diukur dengan menilai waktu antara lepas rawat dari perawatan terakhir sampai perawatan berikutnya dan jumlah rawat inap pada preode tertentu.

Keputusan untuk melakukan rawat inap di rumah sakit pada pasie skizofrenia adalah hal terutama yang dilakukan atas indikasi keamanan pasien karena adanya kekambuhan yang tampak dengan tindakan seperti ide bunuh diri atau kecelakaan orang lain, dan bila terdapat perilaku yang sangat terdisorganisasi atau tidak wajar termasuk bila pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar berupa makan, perawatan diri dan tempat tinggalnya. Selain itu rawat inap rumah sakit diperlukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan diagnosa dan stabilisdasi pemberian medikasi.

Perawatan pasien skizofrenia cendrung berulang (recurrent), apapun bentuk subtipe penyakitnya. Tingkat kekambuhan lebih tinggi pada pasien skizofrenia yang hidup bersama anggota keluarganya yang penuh keteganggan, permusuhan dan keluarga yang memperlihatkan kecemasan yang berlebihan. Tingkat kekambuhan dipengaruhi juga oleh stress dalam kehidupan, seperti hal yang berikatan dengan keuangan dan pekerjaan. Keluarga merupakan yang penting dalam proses pengobatan pasien dengan skizofrenia.

Keluarga berperan dalam deteksi dini, proses penyembuhan dan pencegahan kekambuhan. Penelitian pada keluarga di Amerika, membuktikan bahwa peran keluarga yang

Page 10: artikel 2

baik akan mengurangi angka perawatan di rumah sakit, kekambuhan dan memperpanjang waktu antara kekambuhan.

Meskipun angka kekambuhan tidak secara otomatis dapat dijadikan sebagai kriteria kesuksesan suatu pengobatan skizofrenia, tetapi parameter ini cukup signifikan dalam beberapa aspek. Setiap kekambuhan berpotensi menimbulkan bahaya bagi pasien dan keluarganya, yakni sering kali mengakibatkan perawatan kembali/rehospitalisasi dan membengkaknya biaya pengobatan.

Maka dari itu, penyakit skizofrenia dapat di cencegahan dengan a. Organobiologik

Untuk menghindari kemungkinan adanya faktor genetik (turunan), maka perlu diteliti riwayat atau silsilah keluarga, misalnya:

o Bila dalam silsilah suatu keluarga ditemukan salah seorang menderita skizofrenia maka hendaknya bila ia ingin menikah sebaiknya dengan orang dari keluarga jauh yang dalam silsilah keluarganya tiadak ada anggota keluarga yang menderita skizofrenia.

o Meskipun dalam silsilah keluarga tidak ada anggota keluarga menderita skizofrenia, bila salah seorang keluarga hendak menikah dengan orang lain yang juga dalam silsilah keluarganya tidak ada penderita skizofrenia maka sebaiknya kedua keluarga tadi merupakan keluarga jauh bukan keluarga dekat yang masih bertalian darah.

o Sesama penderita dan mantan skizofrenia sebaiknya tidak saling menikah.Untuk menghindari kemungkinan adanya faktor epigenetik, maka hendaknya selama

kehamilan seorang ibu perlu mendapat perawatan yang baik agar tidak terjadi gangguan pada perkembangan otak janin, misalnya:

o Perlu dicegah adanya infeksi virus atau infeksi penyakit lainya.o Perlu dicegah menurunya auto-immune yang mungkin disebabkan oleh infeksi

selama kehamilan.o Perlu dicegah berbagai macam komplikasi kandungan.o Gizi makanan harus cukup dan berimbang, terutama gizi protein sejak trisemester

pertama kehamilan. o Selama kehamilan upayakan kondisi mental emosional ibu dalam keadaan sehat

atau stabil (bebeas dari stres, cemas dan depresi).b. Psiko-edukatif

Dalam perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang dari mulai bayi hingga remaja (18 tahun) hendaknya tidak hanya berkembang secara baik dalam arti fisik tetapi juga terutama secara kejiwaanya (psikologik). Perkembangan jiwa/kepribadian anak tergantung bagaimana kedua orang tua mendidiknya (faktor psiko-edukatif).

Beberapa hal berikut ini adalah sikap-sikap yang merupakan daya kemampuan dan kompetensi anak perlu mendapat perhatian kedua orang tuanya.

o Sikap pertama adalah kemampuan untuk percaya pada kebaikan orang lain.o Sikap kedua adalah sikap terbukao Sikap yang ketiga adalah anak mampu menerima kata tidak atau kempuan

pengendalian diri terhadap orang lain atau terhadap hal-hal yang mengecewakan.

Page 11: artikel 2

c. PsikoreligiusManfaat komitmen agama tidak hanya di bidang penyakit fisik, tetapi juga dibidang

kesehatan jiwa. Dua studi epidemologik yang luas telah dilakukan terhadap penduduk, untuk mengetahui sejauh mana penduduk menderita tekanan kejiwaan/mental (psychological distress). Dari studi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pada mereka yang religius jauh kurang menderita stres dibandingkan dengan kelompok penduduk yang tidak/kurang religius.

Pada kelompok kontrol lebih konsisten dalam keyakinan agamanya dan pengalaman ibadahnya, bila dibandingkan dengan kelompok yang sakit. Temuan ini menunjukkan bahwa agama berperan sebagai pelindung dari pada sebagai penyebab masalah.

Dari penelitian Daum dan Lavenhar (1980), yang menunjukkan bahwa mereka yang tidak menganut agama dan dalam riwayat hidupnya tidak pernah menjalankan ibadah keagamaan di usia remaja, mempunyai kecendrungan dan beresiko tinggi untuk jatuh sakit dari pada mereka yang beragama/beriman dan konsekuen menjalankan ibadanya.d. Psikososial

Untuk menghindari seseorang jatuh sakit, maka faktor stresor psikososial yang dapat dialami oleh anak selama tumbuh kembangnya dalam keluarga, yang pada giliranya dapat mempengaruhi perkembangan jiwa/kepribadian anak.

Agar anak tumbuh kembang sehat baik fisik, psikologik, sosial dan spiritual, hendaknya diciptakan rumah tangga yang sehat dan bahagia agar supaya kepribadian anak matang danb kuat sehingga tidak mudah jatuh sakit.

“The National Study on Family Strength” mengemukakan 6 hal sebagai suatu peganggan atau kriteria membina keluarga yang sehat dan bahagia (keluarga sakinah). Keenam kriteria tersebut adalah:

o Ciptakan kehidupa beragama dalam keluarga.o Adakan waktu bersama dalam keluarga.o Ciptakan hubungan yang baik antar anggota keluarga (silahturahmi).o Keluarga sebagai unit sosial yang terkecil ikatanya harus erat dan kuat, jangan

longgar dan rapuh.o Harus saling harga-menghargai (apresiasi) sesama anggota keluarga.o Bila ada keluarga mengalami krisis, maka prioritas utama adalah keutuhan keluarga

dan bila diperlukan berkonsultasi kepada ahlinya (marriage counselor).

C. Kesimpulan

Page 12: artikel 2

Skizofrenia adalah salah satu gangguan psikiatri yang paling melemahkan. Yang

merupakan jenis gangguan jiwa psikosa fungsional yang terbanyak di rumah sakit jiwa.

Gambaran klinis yang khas mencakup perubahan dalam berfikir, perubahan dalam persepsi,

afek tumpul atau tidak sesuai dan penurunan tingkat fungsi sosial.

Skizofrenia dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetik (menunjukkan

bahwa gen yang diwarisi seseorang), faktor biokimia (keseimbangan kimiawi otak), faktor

psikologis dan sosial (interaksi dalam keluarga dan lingkungan).

Penyakit skizofrenia dapat di obati dengan terapi seperti terapi biologis, terapi psikososial

dan terapi psikoreligius. Dan dapat dicegah dengan organobiologik, Psiko-edukatif,

Psikoreligius dan psikososial.

Saran

Demikianlah artikel ini kami buat semoga bermanfaat bagi orang yang membacanya serta

dapat menambah wawasan. Artikel ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi

isi maupun dari segi penulisan. Kami banyak berharap pada pembaca sudi untuk memberikan

saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik. Semoga artikel

ini berguna bagi penulis juga khususnya para pembaca.

Daftar pustaka

Page 13: artikel 2

Arias,miguel md.1997.Buku Saku Psikiatri.ECG,Jakarta. Kaplan,narold dkk,1998.Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat,widya medika, Jakarta. Kaplan,I.harold.1994.Sinopsis Psikiatri, binarupa aksara, Jakarta. Muslim, Rusdi. 1998. Buku Saku Diagnosis Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-

III. Bandung Development Aura Informatika Niven,nell.1994.Psikologi Kesehatan.ECG, Jakarta.