arsip - berkas.dpr.go.id

36
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT . PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/tanggal Waktu Deng an Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir PIMPINAN PANSUS PENAT AAN RUANG (RDPU T ANGGAL 24 MEI 2006) 2005-2006 IV Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Terbuka Jum'at, 24 Mei 2006 Pukul 14.00 WIB Ketua Real Estate Indonesia (REI), lkatah Konsultan Indonesia (INKINDO), Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Ketua Kontak Tani Nasional Andalan (KTNA), Ketua Dewan Maritim Indonesia (!;)Ml), dan Ketua GAPENSI. Ruang Rapat Komisi V DPR RI Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A./Wakil Ketua Pansus RUU Penataan Ruang Ora. Hani Juliasih/Kabag Set. Komisi V DPR RI Pembahasan RUU tentang Penataan Ruang 29 orang Anggota Pansus 1. Ir. H: A. Rahman Syagaff/F-PPP 2. Ir. H, Rendhy A. Lamadjido, M.B.A/F-PDIP 3. Ors. H. M. Syarfie Hutauruk/F-PG 4. M. Nasir D.iamil, S.Ag./F-PKS 5. Abdullah A.zwar Anas/F-KB 1. FRAKSI P. GOLKAR 6.FRAKSIK.BANGSA 1. Ors. H. M. Syarfie Hutauruk 1. Ors. H. M. Dachlan Chudori 2. Dr. H. Bomer Pasaribu,S.H., S.E., M.S. · 2. H. Ali Mubarak, Amd. Par. 3. Andi Wahab DT. Majokayo, S.M. 3. Ors. H. M. Arsa Suthisna, M.M. 4. Ors. H. Sulaeman Efendi 5. Drs .. Enggartiasto Lukito 6. Ir. Soeharsojo 7. Hasanuddin Murad, S.H. 2. FRAKSI PDIP 7. FRAKSI PKS 1. Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A. 1. Ir. Abdul Hakim, M.M. 2. Ors. H. Sumarsoto 3. Imam Soeroso 2. Syamsu Hila! 4. Ir. H. Heri Akhmadi ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARSIP - berkas.dpr.go.id

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

. PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/tanggal Waktu Deng an

Tempat Ketua Rapat

Sekretaris Rapat Acara Hadir

PIMPINAN PANSUS

PENAT AAN RUANG

(RDPU T ANGGAL 24 MEI 2006)

2005-2006 IV

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Terbuka Jum'at, 24 Mei 2006 Pukul 14.00 WIB Ketua Real Estate Indonesia (REI), lkatah Konsultan Indonesia (INKINDO), Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Ketua Kontak Tani Nasional Andalan (KTNA), Ketua Dewan Maritim Indonesia (!;)Ml), dan Ketua GAPENSI. Ruang Rapat Komisi V DPR RI Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A./Wakil Ketua Pansus RUU Penataan Ruang Ora. Hani Juliasih/Kabag Set. Komisi V DPR RI Pembahasan RUU tentang Penataan Ruang 29 orang Anggota Pansus

1. Ir. H: A. Rahman Syagaff/F-PPP 2. Ir. H, Rendhy A. Lamadjido, M.B.A/F-PDIP 3. Ors. H. M. Syarfie Hutauruk/F-PG 4. M. Nasir D.iamil, S.Ag./F-PKS 5. Abdullah A.zwar Anas/F-KB

1. FRAKSI P. GOLKAR 6.FRAKSIK.BANGSA 1. Ors. H. M. Syarfie Hutauruk 1. Ors. H. M. Dachlan Chudori 2. Dr. H. Bomer Pasaribu,S.H., S.E., M.S. · 2. H. Ali Mubarak, Amd. Par. 3. Andi Wahab DT. Majokayo, S.M. 3. Ors. H. M. Arsa Suthisna, M.M. 4. Ors. H. Sulaeman Efendi 5. Drs .. Enggartiasto Lukito 6. Ir. Soeharsojo 7. Hasanuddin Murad, S.H.

2. FRAKSI PDIP 7. FRAKSI PKS 1. Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A. 1. Ir. Abdul Hakim, M.M. 2. Ors. H. Sumarsoto 3. Imam Soeroso

2. Syamsu Hila!

4. Ir. H. Heri Akhmadi

ARSIP D

PR RI

Page 2: ARSIP - berkas.dpr.go.id

5. Nusyirwan Soejono 6. Ben Vincent Djeharu

3. FRAKSI PPP 1. Dra. Lena Maryana Mukti

4. FRAKSI P. DEMOKRAT 1. Teuku Riefky Harsya 2. Maruahal Silalahi 3. Ir. H. Roestanto Wahidi D, M.M. 4. E. E. Mangindaan,S.E., S.IP.

5. FRAKSI PAN 1. Ir. Afni Achmad

1.

1. -

1. -

KETUA RAPAT (H. RENDHY A. LAMADJIDO/F-PDIP):

8. FRAKSI BPD

9. FRAKSI PBR

10. FRAKSI PDS

Acara saya buka dengan resmi, an sekaligus saya skors selama kurang lebih dua puluh men it.

Terima kasih. (RAPAT DISKORS)

Bapak-bapak, Saudara-saudara Sekalian, maka Skors saya cabut.

(SKORS DICABUT)

Sudara Ketua Dewan Maritim Indonesia, Ketua Kontak Tani Nasional, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Ketua lnkindo dan K:etua Gapensi yang sama-sama saya hormati, serta seluruh rekan-rekan Pansus Anggota DPR yang terhormat.

Pertama-tama, hari ini kita melakukan Rapat Dengar Pendapat mengenai Undang-Undang Tentang Penataan Ruang.

Perlu kita ketahui bersama, bahwa Undang-Undang1 ini adalah merupakan Undang-undang inisiatif Pemerintah, di man a kami melakukan pendekatan-pendekatan dan ingin mendengar masukan-masukan dari teman-teman selwuh Asosiasi Profesi dan Ketua Kontak Tani Nasional.

Sebelum saya melanjutkan ha! ini, barangkali saya ingin memperkenalkan seluruh Anggota Pansus RUU tentang Penataari Ruang, mulai dari ujung belakang, ini orang tua kami, silahkan Pak diperkenalkan.

F·PG (SULAEMAN EFENDY): Sulaeman Efendi dari F.PG Komisi II Daerah Pemilihan Provinsi Bengkulu.

KETUA RAPAT: Silakan!

INKINDO (DJOKO SUPRIONO): Saya Djoko Supriono dari lnkindo mendampingi Ketua lnkindo, pak Lukman. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silakan!

F-PDIP (BEN VINCENT DJEHARU): Saya Ben Vincent dari Daerah Pemilihan Papua dari F.PDIP Terima kasih.

2

ARSIP D

PR RI

Page 3: ARSIP - berkas.dpr.go.id

F-PD (ROESTANTcP WAHIDI D.): Assalamu'alaikum '4Jr.Wb. ' Saya Roestanto da~i F.PD Daercilh Pemilihan Jawa Barat II Assalamu'alaikum '1Jr.Wb. ·

I F-PG (SOEHARSOµO): · Saya Soeharsojo, s~ya masih tetap di Golkar, karena Pak Roestanso pindah ke F.PD dan

dari Daerah Pemilihan Jaw~ Tengah V. Terima kasih. i Assalamu'alaikum Wr.Wb.

I F-PKS (SYAMSU HILAL): . Saya, Syamsul Hila) dari F.PKS qari Daerah Pemilihan Jawa Barat I.

. I

i I

F-PG (ENGGARTl4STO LUKIT0): Saya, Enggartiasto! Lukita dari f,.PG Daerah Pemilihan Jawa Barat 7, Komisi V, dan ada

keponakan saya dari Gaperisi. ' i i

F·PPP (RAHMAN ~y AGAFF): Saya, Rahman Syagaff dari F.PPP.

I F·PD (E. E. MANG,NDAAN): Saya Mangindaan ~ari F.PD dariPememilihan Sulawesi Utara bekas Golkar.

I

i KETUA RAPAT: ~ , Beliau ini mantan lubernur, silakan Pak Hen.

F-PDIP (HERi AK~MADI): Nama saya, Heri ~khmadi dari :Daerah Pemilihan Jawa Timur 7, F.PDI P, tidak boleh

disingkat P-nya pak," P " P~rjuangan nanti salah Pembaharuan. I

F·PD (MARUAHAU SILALAHI): · Saya Maruahal Sil~lahi F.PD Sumatera Utara 3, Komisi IV. Terima kasih. ·

I I

i

F-PKS (ABDUL HAKIM): Saya Abdul Hakim ~ari F.PKS dari Daerah Pemilihan Lampung 2. Terima kasih. '

KETUA RAPAT: I

Terima kasih, yang[ baru datang silakan.

F·PD (TEUKU RIEfKY HARSYA): Terima kasih i . Saya, Teuku Riefky Harsya dari Daerah Pemilihan Nanggroe Aceh Daruss,,alam I, Komisi

VII, dari F.PD I Terima kasih. I

KETUA RAPAT: I Baiklah, Saudara-~audara sekali<;in bahwa di Pansus ini kami dipimpin oleh satu ketua,

yaitu tadi sudah memper~enalkan diri, ~audara Rahman Syagaff, beliau ini sebenarnya Ketua Pansus ini, dan kami mem~erkenalkan dari sebelah kira saya silakan.

WAKIL KETUA (Sr ARFIE HUTA]URUK/F-PG): Saya, Syarfie Huta~ruk dari F.PG!Daerah Pemilihan Sumatera Utara 2.

I I

3

ARSIP D

PR RI

Page 4: ARSIP - berkas.dpr.go.id

WAKIL KETUA (A~DULLAH AZWAR ANAS/F-KB): Assalamu'alaikum Vrfr. Wb. Selamat Pagi, Nama Saya, Abdull$h Azwar Anas dari Daerah Pemilihan 3, Jawa Timur dari F.KB

KETUA RAPAT: i

Baiklah, terima kasi~. Sudara-saudara sekalian dari Asosiiasi Profesi maupun Asosiasi Perusahaan dan Ketua

Kontak Tani Andalan. , Perlu kami informqsikan, bahwa Pansus ini terdiri dari mulai dari jenderal sampai ke

kopral', mulai dari mantanl pejabat sampai penjambret, lengkap di Pansus ini, ini informasi terakhir. Selanjutnya barahgkali saya hanya rnenginformasikan, bahwa kami sengaja ingin mendengarkan pendapat-p~ndapat dari saudara-saudara sekalian mengenai adanya Rancangan Undang-Undang tentang Renataan Ruang ini, seperti kita ketahui bersama, bahwa Penataan Ruang ini memegang pera~an yang sangat penting dalam peranan di Republik yang kita cintai ini. Kita membahas Undang-urldang ada kurang lebih 50 an, kalau nanti teman-teman meninggalkan tempat ini, bukan berarti tidak senang dengan saudara-saudara sekalian, tetapi hampir dalam waktu yang bersamaan ada Pansus juga yang mengharuskan teman-teman pergi ke ruangan masing-masing Pansus. Uhtuk itu barangkali saya ingin minta pengertian, tetap kita lanjutkan masukan-masukan pada U!'lldang-undang tentang Tata Ruang ini sendiri.

Yang kedua, saya ~engingatkan kepada saudara-saudara sekalian, bahwa sengaja kami mengundang saudara-saudara tidak lain adalah bagaimana masukan-masukan terhadap Undang· undang ini benar-benar n~ntinya apabi:la undang-undang ini disahkan, saudara-saudara tidak termasuk yang dirugikan d~lam pengesahan Undang-undang nantinya, bahkan nanti tidak tertutup kemungkinan saudara-sauclara akan menjadi pelopor ke Mahkamah Konstitusi untuk barangkali meminta penundaan atau penjadualan ulang masalah Undang-undang ini, itulah yang kami tidak harapkan dalam persoalan pembahasan Undang-undang tentang Penataan Ruang ini.

Baiklah, untuk mernpersingkat waktu, barangkali saya persilahkan dari sebelah kiri saya, untuk itu barangkali yangl paling banyak mengena masalah kerakyatan tentang Kontak Tani Nasional Andalan, untuk itui saya persilahkan sekaligus memperkenalkan anggotanya. silahkan.

I

i

KETUA KTNA (WIJONO TOHIR): Assalamu' alaikum, j Selamat pagi dan ~elamat sejahtera untuk kita semua. Terima kasih Bapak Ketua atas waktu yang telah diberikan kepada saya. Kami dari Kontak ~ani Nasional Andalan ada empat Pa, saya sendiri Ketua Umum Witono

I

Tahir, dan Pa' Maman dari Jawa Barat dan lbu Ning dari DKl,dan Pa Bambang dari DKI. Kita berlima disini dan kebetulan teman-teman yang lain masih di dlaerah dengan waktu yang singkat kami belum bisa mengonte~ untuk segera datang.

Bapak-bapak yang 1 kami hormati, dalam waktu yang singkat ini, kami beserta teman-teman melihat dan mempelajari R;ancangan Unoang-Undang tentang Penataan Ruang ini, dan memang ini sangat unik sekali bagi lkami, khususnya dalam hal tata ruang bidang pertanian. Kami banyak menyoroti pada Bab 7, ~asal 55, 56, 57, dan 58 tentang Hak Kewajiban dan Perencanaan Masyarakat, itu yang lebih! kami tekankarn, dan kami juga membuat materi Pa', tetapi karena baru selesai pagi belum sempat1 di foto copy saya titipkan didepan untuk diperbanyak. Jadi di sini kam lebih banyak menekankan[, karena kami sebagai masyarakat petani dan nelayan, tentang tata ruang ini, tapi kami juga ~i sini perlu juga dipertimbangkan, karena kami juga punya Undang­undang Nomor 12 tentang! budi daya tanaman. Jadi di situ ada kebebasan petani untuk menanarn apa yang diinginkan oleh wara petani, sementara berdasa~kan tata ruang kami juga memerlukan adanya pemwilayahan taqaman, sehingga kalau Bapak-bapak Anggota Dewan yang terhormat melihat tata ruang yang 1ada di Jepang, kebetulan saya 9 bulan di sana, kami merasakan nikmatnya, jadi petani di ~egara sana selama 9 bulan, agar di Indonesia juga bisa dibuat tata ruang seperti di sana, mak~nya saya sangat strategis sekali dengan Tata Ruang ini yang ada ini , sehingga kami mempunyal pemikiran dengan teman-teman, bahwa untuk ketahanan pangan kita tidak bisa lagi selalu tertu~pu kepada Jawa. Jawa bisa meningkatkan ketahanan pangan dengan intensifikasi, tetapi untuk e~sentifikasinya itu lebih banyak diarahkan ke daerah Sumatera, karena

4

ARSIP D

PR RI

Page 5: ARSIP - berkas.dpr.go.id

daerah Sumatera ini sangat cocok sekali untuk pengembangan tanaman pangan dalam rangka ketahanan pangan nasional ini.

Yang kami pelajari bersama teman-teman di daerah Sumatera ini ternyata juga ada aliran sungai diantaranya sungai Musi, itu sangat memudahkan dan rnemungkinkan untuk dikernbangkan tanarnan pangan di sana. Dan untuk daerah Kalimantan, kami juga menghendaki di sana itu cocok untuk lahan perkebunan, jadi kalau di daerah Kalimantan akan dikembangkan untuk tanaman sawit, itulah yang kami sangat suka sekali, walaupun di Kalimantan Tengah sejuta hektar lahan gambut yang dulu belum terselesaikan dan Bapak Gubernur sekarang sudah mernulai lagi, karni juga masih mendukung untuk Kalimantan Tengah ini, walaupun memerlukan proses, tetapi ini tanda-tanda untuk keberhasilan sud<;ih mulai nampak Kalimantan Tengah, kalau mau dikembangkan untuk tanaman pangan, karena kalau kita lihat dari areal yang ada di Indonesia ini ternyata petani kita sudah cukup maju dibandingkan dengan petani di Asean, hanya saja luasan tanah kita dibandingkan kalau kita lihat Vietnam dan di Thailand itu produktifitasnya sudah linggi, tetapi karena kepemilikan lahan atau jumlah lahan perkapita ini sangat kecil sekali hanya 451 meter, sementara untuk Vietnam bisa dua kali' lipat bahkan Thailand bisa tiga kali lipat daripada Indonesia, sehingga bisa terjadi surplus dan bisa ekspor, sementara kita dengan kepemilikan lahan yang sempit ini hanya 451 meter perkapita ini diperlukan eksentifikasi dan kami beserta ternan­teman merekomendasikan untuk Sumatera ini, bahwa pengembangan lahan untuk menyarigga tanaman pangan selain Jawa.

Selanjutnya untuk daerah-daerah seperti lrian, kita lebih banyak untuk tanaman-tanarnan kehutanan dan juga surnber daya alarn yaitu dengan tarnbangnya, nah itu diantaranya garis besarnya untuk Tata Ruang secara nasional. Dan untuk Bab 7, Pasal 55, 56, 57, 58, bahwa kami sependapat sekali, karena di sana juga disampaikan bahwa setiap orang berhak mengajukan usul dan memberikan saran atau mengajukan keberatan kepadla F>emerintah dalam Penataan Ruang, dan juga Tata Ruang ini akan disebar luaskan, ini sangat baik sekali, karena selama ini Tata Ruang itu merupakan rahasia orang-orang tertentu, dianggapnya ini akan mendapatkan sesuatu, sehingga ini dianggap rahasia.

Saya sangat mendukung, kalau Rancangan Undang-undang yang akan datang ini bukan menjadi rahasia, tetapi diketahui oleh masyarakat, sehingga peran serta masyarakat termasuk pengawasannya juga bisa dilibatkan, itu sangat bagus SE!kali dan juga masyarakat akan mendapatkan manfaat hasil dari pelaksanaan dari Tata Ruang itu sendiri. Kalau ini diinformasikan secara luas, saya yakin masyarakat akan mendapatkan manfaat, sehingga tidak memberikan kesalahan dalam merencanakan usahanya. Saya sependapat juga dengan masyarakat memperoleh pergantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan Tata Ruang.

Jadi setelah direncanakan Tata Ruang dan di situ ada masyarakat yang harus melepaskan haknya, itu juga harus mendapatkan pergantian yang layak, sehingga disini masyarakat juga akan dapat membantu pelaksanaan Tata Ruang sesuai dengan yang diharapkan nanti. Dan juga masalah hak masyarakat tentang pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan Tata Ruang nantinya, selanjutnya Rancangan Undang-undang tentang Penataan Ruang ini agar dapat banyak melibatkan dan ada konsultasi publik serta masyarakat, sehingga peran masyarakat akan lebih besar d~lam pelaksanaan Tata Ruang ini. Mungkin itu garis besarnya, mungkin secara detailnya, nanti bahan dibagikan k:epada Bapak-bapak yang terhormat, karena keterbatasan waktu dan juga banyaknya yang akan memberikan masukan mungkin kita batasi saja penyampaian dari saya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasiih Ketua Kontak Tani Nasional Andalan, perlu kami informasikan, bahwa

di ruangan ini juga dihadiri oleh Pemerintah yang diwakili Dirjen Tata Ruang, saya kira perlu diperkenalkan beserta seluruh jajarannya, .silahkan Ketua Real Estate Indonesia.

KETUA REI (LUKMAN PURNOMO SIDI): Terima kasih bapak Pimpinan, Bapak-bapak lbu-lbu Anggota Pansus, ijinkan kami pertama kali memperkenalkan diri,

pertama, saya Lukman F'urnomo Sidi selaku Ketua Umum REI.

5

ARSIP D

PR RI

Page 6: ARSIP - berkas.dpr.go.id

Kemudian kami hadir berlima pada pagi hari ini didampingi oleh saudara Sekretaris I '

Jenderal Teguh Satria, Ir. Harry Gani, Ir. Ary Lazuardi, dan Ir. Sugeng Riyadi. Selamat pagi, Assalamu'alaikum Wr. Wb. Pertama-tama, kami mengucapkan terima kasih kepada Pansus Tata Ruang yang telah

berkenan mengundang REI dalam rangka memberikan masukan-masukan sesuai bidang kopetensi dan pengalaman-pengalaman yang kami punyai saat iini.

Dengan pengalaman-pengalam9n kami saat ini REI sudah berusia 34 tahun dengan anggota saat ini 2145, dengan 30 DPD REI seluruh Indonesia. ljinkan kami dalam perspektif kami selaku pengusaha Real Estate dan atas nama asosiasi memberikan tanggapan-tanggapan tentang keadaan tata ruang dan usulan-usulan yang akan kami sampaikan.

Bapak-bapak dan lbu-ibu sekalian, kami melihat kalau tata ruang yang ada saat ini, mungkin kami dapat memotret suatu

keadaan dimana dapat dibagi dua. Yang pertama, adalah daerah-daerah yang meman~J berkembang pesat, dimana pada

akhirnya daya dukung dari tata ruang itu sendiri terasa kualahan, ini adalah daerah-daerah yang pesat perkembangannya. Namun juga ada daerah-daerah dalam perspektif Kabupaten dan Kota yang juga memang relative biasa-biasa saja dan lambat. Pada daerah-daerah yang semacam ini, kami melihat tata ruangnya sendiri relative tidak terlalu bermasalah, meskipun menurut catatan yang kami peroleh, bahwa saat ini dari kabupaten dan kota yan!~ ada, yang sudah memiliki r~UTR mudah-mudahan data ini nanti bisa dikonfirmasi, baru sekitar 4% yang sudah ada tata ruangnya, artinya sebagian besar dari daerah-daerah kita sebenarnya mi;mang belum jelas tata ruangnya, ini kenyataan yang ada di lapangan. Akibat di daerah-daerah yang pesat perkembangannya terasa bahwa tata ruang itu mendapatkan tekanan-tekanan, kami mencatat pertama adalah tekanan kependudukan, dari sisi kepadatan manusia yang ada dalam suatu daerah dengan segala macam konsekuensinya. Konsekuensi hunian, transportasi, sampah semacam di Bandung, dan juga konsekuensi-konsekuensi lainnya. lni a~alah suatu tekanan pada daerah-daerah yang relative pesat perkembangannya, dan ini jujur harus kita akui, bahwa tata ruang itu sendiri kualahan terhadap perkembangan-perkembangan yang ada.

Yang kedua, tekanan itu juga berasa bahwa lambatnya ataupun kurangnya infrastruktur terhadap tekanan-tekanan kebutuhan kependudukan itu sencliri. Jadi, masyarakatnya, daerahnya berkembang pesat misalnya semacam daerah cibubur atau depok, rapat, tetapi infrastrutur yang menjadi kewajiban pem1:irintah ini juga terasa lambat, terasa kurang. Akibatnya terjadi suatu stagnasi, terjadi inefisiensi waktu, inefisiensi bahan bakar dan sebagainya, terjadi suatu masalah­masalah di dalam pelaksanaannya.

Hal lain yang kami catat adalah Tata Ruang yan~1 ada saat ini pada daerah-daerah semacam itu cenderung untuk belum menjadi acuan pembangunan dari semua pihak. Jadi sektor perumahan, pertanahan, perhubungan bisa jadi ini kita ke1temu krodit didalam realisasi Tata Ruangnya , kepentingannya berbeda, tetapi pengacu utamanya belum ketemu seperti yang jelas di Jabodetabek. Pada sisi yang lain sebenarnya sangat baik terjadi di masyarakat saat ini adalah kesadaran masyarakat akan good governance, kalau dulu mungkin lebih ya, kalau Tata Ruang melenceng orang menjacli tidak terlalu sensitive, tetapi sekarang kami di sektor perumahan, kalau dulunya ada suatu peruntukan di dalam side plant, peruntukannya adalah fasilitas tertentu, dirubah ataupun ada perubahan side plant, masyarakat otomatis langsung mempertanyakan, kenapa ini bisa terjadi?dan sebagainya-dan sebaga:inya. lni memang sangat kasuistis, tetapi kami melihat bahwa kondisi masyarakat saat ini adalah kondusif untuk melakukan suatu kritis terhadap Tata Ruang yang ada atau aturan-aturan yang ada.

Demikian juga kami melihat bahwa Rancangan Undang-undang Penataan Ruang yang ada atau ketentuan Tata Ruang yang ~da dikaitkan dengan kalau di daerah-daerah adanya Undang-Undang Otonomi Daerah, yang baru datang belakangan, ini juga menimbulkan permasalahan-permasalahan, karena didalam konteks Tata Ruang belum jelas diatur titik terrunya dimana di dalam persin9gungan itu send!iri. lni adalah suatu Tata Ruang sudah ada, kemudian otonomi daerah datan!J belakangan, di dalam kenyataanya, jadi kami misalnya selaku pengembang, ini adalah bagian dari masyarakat yang mengisi tata ruang itu sendiri, kadang­kadang bingung, ini ada suatu benturan-benturan titik singgung ini bagaimana cara mengaturnya. Tentu dengan kondisi dcm fakta-fakta se~acam itu, kami dari R:EI sangat berharap tata ruang ini

6

ARSIP D

PR RI

Page 7: ARSIP - berkas.dpr.go.id

nanti mengatur beberapa hal, artinya ada suatu kondisi yang diharapkan yang ingin dicapai dari adanya Undang-undahfl Tata Ruang itu sendiri.

Harapan kami pertama, adalah tata ruang sejogjanya menjadi acuan pemerintah baik Pusat, Daerah maupLJn Sektoral, swasta, masyarakat, jadli Tata Ruang ini kami berharap melalui tingkatan Undang-undang adalah meng~integrasikan berbagai macam kepentingan sektor dan pemerintah, swasta dan masyarakat tadi ..

Yang kedua, harapan kami juga biisa diatur untuk di tingkatkannya pengawasan sistim sangsi ataupun mendorong insentif-in!sentif tentang suatu pembangunan ini juga sejogjanya memungkinkan diaturdidalam suatu mekanisme Undang-undang Tata Ruang itu sendiri .

Hal yang ketiga, adalah perlu adanya mekanisme dibuka suatu mekanisme peran swasta dan masyarakat didalam pelaksanaan Tata Ruang sendiri, kamna seperti yang tadi kami laporkan bahwa terkadang perkembangan kependudukan ini berjalan dengan pesat, kemudian infrastruktur berjalan dengan lambat dan ini timbul kompleksitas permasalah. Di dalam hal ini perlu adanya suatu mekanisme, b·ahwa masyarakat dan peran swasta juga punya urun rempug terhadap pelaksanaan khususnya yang langsung terhadap pemecahan-pemecahan masalah dilapangan.

Bapak dan lbu ibu, para anggota pansus yang kami hormati, dengan harapan- harapan yang demikian kami ada usulan-usulan yang secara kongkrit ingin kami sampaikan didalam Rapat Dengar Pendapat dengan pansus ini.

Pertama, kami berharap mengusulkan, bahwa didalam Undang-undang tentang Tata Ruang ini kita mempunyai suatu orientasi, jadi Tata Ruang tidak hanya datar, tetapi mempunyai orientasi secara nasional menuju daya saing nasional kita. Jadi kalau kita Negara banyak hutan, Negara banyak pulau, banyak pantai atau juga Negara punya perbatasan dengan daerah-daerah lain, ini juga Tata Ruang punya jiwa membangun suatu daya saing nasional terhadap bangsa­bangsa lain, ini suatu usulan dari kami dimana didalamnya adalah juga mengakomodir kepentingan pemerintah swasta dan masyarakat dimana harapannya adalah terutama diatur mengenai infrakstrutur yang dalam hal ini menjadi bagian dari pemerintah, sehingga potensi­potensi yang ada dari sumber daya nasional ini dapat diarahkan oleh Tata Ruang menjadi suatu kekuatan.

Kemudian hal yang kedua, ada!lah tata ruang bersifat future orented artinya kita tahu bahwa didalam menyusun Rancangan Undang-undang tentang Penataan Ruang ini kita tidak sendirian ada didalam Republik Indonesia ini, tetapi kita hidup didalam alam global yang sedang berkembang dengan pesat, kalau lah ini ada pada bidang kami saat ini, di Negara-negarn lain sudah terbuka untuk property untuk orang asing, misalnya ini hanya suatu misal, maka kami juga berharap di dalam tata ruang nasional ini ada suatu dorongan dimana kita mengikuti irama itu, kalaulah ini tidak diatur kondisi saat ini. lebih banyak orang Indonesia membeli property di luar negeri yang notabenya merupakan capita/plain uang kita membeli di singapur, di Malaysia, di Australia, di Amerika dan lain-lain. Tet~pi disisi yang lain kita belum membuka pintu terhadap masuknya para pembeli property dari luar negeri ke Indonesia, nah ini sebenarnya suatu opportunity didalam era globalisasi dima8a seyogyanya salah satu elemennya adalah melalui tata ruang, ini juga didorong untuk menghasilkan suatu daya saing. Bisa jadi semacam ini property orang asing ini ada!ah mungkin bisa dlatur dalam tata ruang, tidak diatur di semua provinsi, misalnya Jabotabek, Bali, Batam, Bintan, Medan misalnya, atau ada satu aturan tertentu, tetapi ada suatu dorongan, sehingga tata ruang ini mengandung unsur insentif di dalam melakukan investasi-investasi. ·

Hal ketiga, yang kami ingin usulkan adalah Tata Ruang ini agar bisa mengakomodasi kepentingan dan pro!~ram semua sektor, ilustrasinya adalah dibidang perumahan. Saat ini pemerintah mencanangkan gerakan na~ional pengembangan satu juta rumah, seyogyanya di dalam Kabupaten dan Kata itu ditetapkarl adanya kawasan siap bangun minimum satu pada satu kabupaten untuk mendukung GNPSR ini dengan pola kasiba (Kawasan Siap Bangun) yang di inisiatifi oleh Pemerintah Daerah. Tentu :ada sektor-sektor yang lain Sektor Pertanahan, Sektor lnfrastruktur dan Ungkungan Hidup, ini harapan kami, bahwa ini bisa betul-betul menjadi suatu dorongan, sehingga satu sektor perumahan memang terwadahi kepentingannya di dalam Undang­undang Tata Ruang ini.

Yang kedua, adalah kita berbicara Jabotabek, Jabotabek ini jelas permasalahannya salah satu menjadi beban Jabodetabek ini adalah beban lalu lintas para komuter yang bekerja di Jakarta tinggal di Bogar, T(:mgerang, Depok dan Bekasi. Seyogyanya bisa diakomodir juga, bahwa sebenarnya mutlak adanya kebutuhan Rurnah Susun Sederhana di tangah kota. Sampai sejauh ini

7

ARSIP D

PR RI

Page 8: ARSIP - berkas.dpr.go.id

rumah susun murah ~i tengah kota belu~ ada suatu dorongan, di satu sisi dari pihak pemerintah melalui Menteri Perurmahan Rakyat suda~ memprogramkan. Tetapi real tidak ada dorongan, siapa yang mencadangkan 'tanah, siapa yang! akan memberikan insentif infrastruktur terhadap rumah susun murah di Jakarta. Kalau tidak ad~, di sini tidak GNPRS-nya gerakan 1 juta rumah , tetapi kemarin di Pansus Megapolitan kami rr)engusulkan adanya gerakan seratus ribu rumah susun murah di Jabotabek yang dicadangkan t~nahnya, kemudian diberi dorongan melalui tata ruangnya, diberikan insentif infrastrukturnya, dan ~asyarakat yang akan tinggal di situ juga diberi insentif listrinya 50%, airnya 50% dan sebagainy$. Jadi kami sangat berharap, karena tata ruang ini sangat strategis bisa mendo~ong dan bisa men6iptakan · kemanfaatan-kemanfaatan dari kami pengusaha timbul suatu insentif ~ntuk mendorong k~pada titik tertentu yang bisa menyelesaikan tata ruang, sekaligus juga insentif kepada masyar$kat. Karena kalau tidak diatur Pak, mohon maaf, jadi misalnya bicara mengenai air, listrik. Listlriknya rumah susun dengan rumah susun yang lain tidak ada bedanya, rumah: susun yang lain li~triknya sama dengan hotel berbintang, nah ini menu rut saya suatu hal yang perlu mendapatkan ~orongan.

Demikian juga air, air di rumah spsun lebih mahal daripada air yang ada di landed house', Landed house satu kibik kalau tidak salap Rp 1500, rumah susun Rp 11.000, jadi ini ilustrasi saja, mungkin keterbatasan kami yang terlal~ detail pada persoalan, tetapi paling tidak kami punya harapan yang sangat besar terhadap ~ndang~undang Tata Ruang ini agar bisa memberikan dorongan. ·

Demikian, Bapak Pimpinan dan Anggota yang kami hormati. Berbagai masukan sebagai dis~usi awal, bahan diskusi di dalam pembahasan yang

sangat baik ini. Terima kasih:atas perhatiannya, • Assalamu'alaikum.

KETUA RAPAT: , Terima kasih Ketua Real Estate lhdonesia, Sebelum saY,a lanjut ke Dewan I Maritim, mungkin teman-teman ada yang baru datang.

Saya perkenalkan mulai dari sebelah bel~kang, silakan.

F·KB (ALI MUBARAK): Terima kasihi Pimpinan. Nama saya,: Ali Mubarak dari ~.KB dari Daerah Pemilihan 10 Pekalongan Pemalang

Batang. Terima kasih.

KETUA RARAT: Baik, ada juga dari senior kita darli Komiisi V, Silakan.

F·PG (ANDI ~AHAB OT. MAJOKAYO): Assalamu'alaikum Wr.Wb. · Nama saya, andi Wahab dari F.PG Daerah Pemilihan Sumatera Barat 2. Terima kasih.. Assalamu'alaikum Wr.Wb.

KETUA RAPAT: lni dari senior kita dari Komisi V, ~eliau adalah Pimpinan Komisi V.

F-PDIP (H. SUMARYOTO): Assalamu'alqiikum Wr.Wb. Nama saya, Sumaryoto dari F.PD!I Perjuangan dari Daerah Pemilihan 4 Jawa tengah.

KETUA RAPAT: Silakan.

8

ARSIP D

PR RI

Page 9: ARSIP - berkas.dpr.go.id

F·KB (DACHLAN CHUDORI): Nama saya, Dachlan Chudori a~al Daerah PemiHhan 10 Jawa Barat, Kabupaten Tasik,

Kata Tasik dan Kabupaten Garut F.KB dqri Komisi X.

KETUA RAPAT: Silakan!

F·PDIP (IMAM SOEROSO): Saya Imam Soeroso dari F.PDI Perjuangan Daerah Pemilihan 4 Jawa Timur Kabupaten

Lumajang dan Jember. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silakan!

F-PPP (LENA MARYANA MUKl\I): Assalamu'alaikum Wr.Wb. i

Saya, Lena Maryana dari F.PPP,Daerah Pemilihan DKI I. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silakan!

F·PG (BOMER PASARIBU): Bomer Pasaribu, dari daerah PertJilihan 3 Sumatera Utara dari F.PG.

KETUA RAPAT: Kebetulan ada yang baru datang

1

1agi, s1ilakan pak.

F·KB (ARSA SUTHISNA): Saya, M.ArsaSuthisna, dari FKB Daerah Pemilihan Banten

KETUA RAPAT: Baik, saya kira kita lanjutkan kepada Dewan Maritim, kami persilahkan.

SEKRET ARIS UMUM DMI: Terima kasih kepada Pimpinan Si

1

dang dan Bapak lbu Anggota Pansus yang terhormat. Assalamu'alaikum Wr.Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Tentu yang pertama, barangkali ada yang belum mengetahui tentang Dewan Maritim

Indonesia, Dewan Maritim Indonesia ketuanya sebenar betulnya Presiden, Ketua Harianya Menteri Kelautan dan Perikanan. :

Kemudian, ada 10 Menteri di ~alam dan ada satu Kepala Staf Angkatan Laut, ada Anggota dari berbagai stakeholders dari instansi yang berkaitan dengan kemaritiman dari HNSI dan semacam itu, oleh karena itu hari 'ini saya ingin menyampaikan, bahwa biasanya dalam pertemuan adalah Ketua Harian yang hacdir, tapi tadi malam ada rapat bersama dengan Korrisi IV sampai jam 24.00 lewat, sehingga beliaµ menugaskan Sekretaris Umum untuk menyampaikan tanggapan terhadap Rancangan Undanglundang tentang Penataan Ruang. Oleh karena itu dari Ketua Harian menyampaikan mohon maaf, tidak bisa hadir di sini dan saya kira tidak rugi juga, karena yang hadir Sekertaris Umum.

Kemudian dari Dewan Maritim :Indonesia memang hanya saya sendiri, karena ada beberapa Sekretaris Bidang, staf kami sedang membantu DPD dalam menggodok UU Kepelabuanan yang sekarang ada di Mataram bersama-sama dengan Asosiasi Pemerintah Daerah.

Dan kedua, ada staf kami juga m~mbantu Perla didalam menyusun naskah akademiknya untuk menyusun Undang-undang Pelaya~an Rakyat yang nanti tahun depan kita ajukan, karena mitra kerja dari Dewan Maritim Indonesia ini sebetulnya ada di Komisi IV dan kami sudah

9

ARSIP D

PR RI

Page 10: ARSIP - berkas.dpr.go.id

menyampaikan, bahwa tahun depan kita akan masukan dengan Undang-undang pelayaran yang sekarang kita sedang menggodok naskah akademiknya dan staf kami sudah ada dilapangan, oleh karena itu mo hon maaf, karena say a sendiri.

Bapak Pimpinan dan Para Angg9ta Yang Terhormat. Kemudian Bapak Dirjen Tata RU!ang, ini barangkali setelah saya membaca memang saya

mohon maaf, kami tidak menyampaikani secara tertulis, karena baru terima kemarin sore jam 5, sedangkan jam 7 ada rapat dengan Komisi IV, sehingga tidak sempat kami merangkum, tapi kami sudah membaca di dalam. Ada beberapa hal yang akan kami komentari pertama, bahwa penyusunan tata ruang ini barangkali tidak bisa memisahkan antara ruang darat, ruang laut dan ruang udara, sebagai contoh nanti, kala~ RancanganUndang-undang katakanlah Undang-undang kita boleh bertentangan dengan Undarg-undang lnternasional yang namanya ruang laut itu menurut UNCLOS adalah badan air dibi.awah daripada badan air dibawahnya dan badan air di udara itu namanya Ruang Laut, ini kal~u pandangan air saja ini bertentangan dengan Hukum lnternasional nanti kita kena jebakan lagi! Oleh karena itu harus mendapat perhatian serius.

Yang kedua, barangkali dalam penyusunan ini saya melihat sepintas ini pola pikirnya masih sama dengan dulu. Padahal jan~an lupa, bahwa Undang-Undang Dasar 1945 kita yang revisinya terakhir Pasal 25 Ayat (25) a' menjelaskan, bahwa Negara Indonesia adalah Negara Kepulauan yang berbasis Nusantara, apa artinya Nusantara, NUSANTARA itu sama ironisnya dengan bahasanya dengan Kelautan, oleh karena itu didalam tata ruang itu harus berangkat dari Undang-Undang ini dalam Pasal 25 hart.ls masuk, ini tidak masuk, saya lihat bertolak dari Pasal 33 tanah milik Negara dan sebagainya, i~i barangkali saran untuk masukan.

Kemudian untuk pendekatan diaalam penyusunan Tata Ruang kebetulan Bapak Dirjen juga ada dan Bapak-bapak yang terhormat di DPR. Barangkali harus kita lihat tidak melihat dari Darat, Laut dan Udara, tetapi pendekatamnya haruslah pendekatan wilayah, kenapa, disampaikan oleh pembicara pertama tadi jangan sampai terfokus di Jawa, kita harus pendekatan wilayah, pendekatan wilayah itu bisa saja kita ~embagi Indonesia 3 wilayah atau pendekatan perpulau yang besar, sehingga apa yang kita idam~idamkan perencanaan Tata Ruang ini adalah merupakan acuan dari pembangunan nasional kita. Saya kira berangkat dari sana tidak tumpang tidih satu dengan yang lain memang sekarang ini pun, kalau kita mau lepas kan Tata Ruangnya untuk di pulau jawa ini sudah tidak beraturan lagi memang ini tantangan besar bagi Bapak Dirjen untuk menghadapi, oleh karena itu didalam penyusunan Tata Ruang itu tidak memerlukan pendeka-ian Ruang Laut, Ruang Darat dan Ruang Wdara, tetapi haruslah pendekatan dengan pendekatan wilayah. Apakah dia bersifat pendekatan wilayalh sebagai Wilayah Timur, Wilayah Tengah, ataukah Wilayah Barat ataukah pendekatan wilayah melihat posisi pulau, sehingga Tata Ruang itu akan mencakup sampai dengan batas Kelautan kita yang sekarang ini menjadi tantangan besar bagi kita.

Indonesia ini sekarang ada didalam kondisi yang sangat rawan, kalau mau lihat batas wilayah kita ini dengan beberapa Nega(a tetangga yang belum tuntas, kita dengan Singapurn belum tuntas, kita dengan Malaysia beilum tuntas Pasca dari Sipadan Ligitan belum selesai, Ambalat-pun belum selesai belum clear, pleh karena itu tata ruang harus juga memikirkan hal hal demikian, sudah tidak lagi pikirkan kita saja dengan Philipina ini ada born waktu yang tersimpa~ mereka masih mikirkan dengan traktat tahun 1927. Padahal sudah ada pembicaraan bilateral, oleh karena itu pendekatan dengan penyusuncrin tata ruang itu harus pendekatan wilayah jangan hanya dengan Darat, Laut, Udara, saya setuju memang dalam tujuan ini kita harus mengakui semuanya ~~tu.k melihat per~em~angan keseimbangian dan l~in-1.ain. Keputusan dasar untuk pengkembangan 1ni k1ta harus mel1hat JUga, karena pemb~ngunan 1tu JUga harus merata seluruh Indonesia .iangan sampai nanti, kalau tidak melihat wilayah mmti akan tersentral, sentral pada daerah-daerah tertentu, sehingga pada bagian-bagian kecil tidak akan kebagian.

Selanjutnya barangkali saya tidak telalu banyak pak, nanti secara tertulis dari Dewan Maritim akan menyampaikan ke Pansus, karena mungkin minggu depan, saya akan mengundang semua, karena di Dewan Maritim ini banyak ahli pak, baik ahli hukum, ahli maritim maupun barangkali Bapak Bomer, Bapak Silalahi itahu, karena mitra kerja kita dengan Komisi IV, jadi itu terkumpul disana, sehingga nanti kita rapatkan dan kita berikan masukan. Dan ada satu hal yang sang.pt prinsif , kalau saya melihat disini ada Pasal 17 Bagian 3, bahwa harus dilaksanakan dengan tetap menghormat hak yang dimiliki orang, Laut tidak dimiliki orang, tetapi ada hak ulayat harus dipertimbangkan pak, misalnya hak ulayat yang ada di Aceh, itu harus mendengar tentang Panglima Laut di sanger ta laut itu ada hak ulayat, itu yang mengaturnya adalah opolau, begitu

10

ARSIP D

PR RI

Page 11: ARSIP - berkas.dpr.go.id

juga dengan lrian ada hak ulayatnya tidak dimiliki orang, tapi hak ulayat ini harus dimasukan, sehingga ada pertimbangan-pertimbangan di dalam penetapan penetapan wilayah itu, saya kira demikian pak, untuk penyampaian dari D~wan Maritim Indonesia dan saya mohon maaf barangkali kalau nadanya agak keras, karena saya kira ini lebih baik dari awal harus kita cepat-cepat mengemukakan ini supaya jangan sampai nanti terbentur sesudah terjadi peristiwa-peristiwa sesudah Undang-Undang keluar, ini narnti timbul lagi persoalan yang baru, lebih awal awal kita mengasah otak dan kita sama-sama surnbangkan demi Bangsa dan Negara.

Dan Dewan Maritim Indonesia siap untuk membantu Bapak-bapak Pansus L'ntuk menggodok Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang ini, dan kami siap juga untuk menyiapkan beberapa ahli untuk membantu ini pak, saya kira demikian.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih kepada Ketua pewan Maritim Indonesia, Selanjutnya kepada Ketua Himpunan K:erukunan Tani Indonesia, silahkan.

KETUA HKTI (MARTIN H.): Saudara Ketua, Para Angota Dewan Perwakilan Rakyat Yang T erhormat, Saudara Dirjen dan hadirin yang berbahagia. lzinkan kami menyampaikan permohonan maaf, Ketua Umum HKTI tidak bisa hadir dan

mewakilkan kepada kami ada 6 orang. F?ertama saya ingin memperkenalkan Sdr. Winarno Tahir, Ketua HKTI juga Ketua KTNH, Sdr. Edi Prabowo, salah satu Ketua HKTI, Ahsandul Kasasi, Ketua HKTI, Sdr. Dr.Rahmat Mahfudi, Sekjen

1 HKT:I dan Sdr. Syaiful Darner, Bendahara HKTI, dan

Sdr.Silalahi, saya sendiri Martin Hutab~rat. Kami sangat menghargai sekali atas undangan ini, karena ini kesempatan kami untuk mengingatkan kepada Dewan Yang Terhormat, bahwa karena Negara kita ini Negara agraris. Oleh :Dewan Maritim tadi sudah dikatakan ini juga daerah Kepulauan. Tetapi kami juga ingin mehgingatkan, bahwa Negara agraris ini seyogyanya tidak boleh tergantung kebutuhan pangannya itu kepada import dari luar, maka dalam rangka ini, Penataan Ruang ini juga harus menduk~ng bagaimana ketahanan pangan nasional kita didukung oleh pengaturan ruang agar petani-petani kita ini mampu untuk memenuhi kebutuhan nasional kita di bidang pangan.

Sekarang ini Saudara Ketua dan Saudara-saudara Anggota Dewan yang Terhormat, ada 12,8 juta hektar tanah yang dijadikan sebagai tanah untuk pertanian, khususnya dalam memproduksi padi di Negara kita. Di Jawa saja ada 29,5 juta ton produksi padi yang dihasilkan oleh irigasi pertanian di Jawa, sedangkan di luar Jawa itu ada 24,8 juta ton padi, maka keseluruhan produksi padi di Indonesia pada tahun yang lalu adalah 54,8 juta ton padi. Pada saat kita akan membuat Penataan Ruang, kita ingin b$gaimana agar supaya tanah-tanah pertanian ini jangan mudah untuk dikonfersi kepada penggunaan yang lain. Bagaimana kita lihat, bahwa tanah-tanah pertanian yang bagus itu begitu gampang dikonfersi kepada penggunaan yang lain, seperti industri sehingga sangat mengurangi potensi kita untuk meningkatkan produksi pangan kita.

Dari 12,8 juta hektar tanah untuk pertanian, sekarang malah mengalami kerusakan itu kira­kira 22%. Dalam keadaan inilah, maka lkami mengingatkan agar di dalam pembahasan ini ada suatu penekanan terhadap Indonesia ini sebagai daerah pertanian. Dan didalam penataan ini memang kita tidak melihat secara signifikan kalimat-kalimat itu, kami memahami, karena ini memang merupakan satu Undang-undang yang mengatur secara garis besarnya saja. Tetapi kami kira tidak ada salahnya, bahwa penekanan terhadap perlindungan penggunaan tanah-tan2,h untuk pertanian itu perlu juga digaris bawahi di dalam Rancangan Undang-undang ini.

Saudara Ketua dan saudara-saudara sekalian, Kami melihat, bahwa pada saat i~i di Indonesia ada di Pulau Jawa daerah pertanian yang

sudah mengalami tingkat yang sangat susah untuk eksentifikasi, maka tadi dikatakan saudara Winarno intensiflkasi akan dilakukan, tetapi ada daerah-daerah yang lain yang berpotensi untuk membuka perluasan sawah, misalnya di Maraoke. Maraoke itu adalah suatu daerah yang sangat potensial sebenarnya sebagai lumbung padi kita ke depan. Ada ratusan ribu hektar dalam satu tanah yang datar yang tidak memerlukan 9uatu pembangunan irigasi yang terlalu rumit.

Hal-hal seperti ini memang memerlukan adanya koordinasi penyusunan mengenai Penataan Ruang dengan instansi-instansi yang terkait instansi Departemen Pertanian, khususnya

1 1

ARSIP D

PR RI

Page 12: ARSIP - berkas.dpr.go.id

nantinya akan membahas mengenai k itan ini dengan Undang-undang tentang Pokok-pokok Agraria. Kami melihat, bahwa memang kan ada penyempurnaan tentang Undang-undang Pokok Agraria, tetapi sejak awal kami ingin m ngingatkan agar ada sinkronisasi di dalam penyusunan Undang-undang Tata Ruang ini denga~ Undang-undang Agraria yang akan datang, sehingga dengan demikian ada satu usaha-usaha yang sungguh-sungguh untuk membangun kepentingan bangsa, tetapi yang berangkat dari ketah nan pangan kita dan juga memberikan kesempatan yang luas bagi tanah-tanah pertanian digunakan oleh petani kita.

Saudara Ketua dan Saudara-saubara Sekalian. Kami menghargai, bahwa di diam Undang-undang ini dikatakan keikutsertaan peran

masyarakat di dalam merumuskan Pendtaan Ruang ke depan. Saya kira sangat penting, karena Indonesia ini begitu luas sekali, maKa banyak daerah-daerah yang memiliki keunggulan­keunggulan tertentu, khususnya di bidan~ masalah pertanian. Keunggulan-keunggulan tertentu ini hendaknya jangan sampai diabaikan, te~api ini bisa disinkronkan dalam rangka penyusunan satu Undang-undang yang bersifat Nasional. I

Terakhir saya kira Saudara Ket~a adalah mengenai masalah keterbukaan, kami sangat menggaris bawahi mengenai Undang-urydang Penataan Ruang ini ke depan. Kalau sesudah ini diundangkan yang paling panting ada.la~h bagaimana keterbukaan itu dinyatakan didalam public kepada masyarakat. Karena Tata Ruan ini seringkali menjadi objek bisnis daripada orang yang mengetahui, sedangkan masyarakat yan memerlukan mengenai ini tidak dapat akses untuk bisa menjadikan ini sebagai pegangannya di dalam mengatur bagaimana penggunaannya ke depan, maka kami sangat mengharapkan aga 'I di dalam Rancangan Undang-Undang ini keterbukaan mengenai Penataan Ruang ini dapat

1 diakses oleh masyarakat secara terbuka agar dapat

membantu masyarakat dalam rangka m mahami, membangun pertanian kita, penggunaan lahan­lahan secara berencana yang tepat di dalam kepentingan Negara kita.

Demikianlah, saya kira Saud ra Ketua, Saudara-saudara Anggota Dewan Yang Terhormat, pemikiran-pemikiran kami, k rena masih banyak teman-teman yang lain, dan kami berharap kalau ada seperti ini diberikan waktu agak luas beberapa hari supaya ada kesempatan bagi kami untuk mengumpulinya, dan n~pti dalam tanya jawab ada teman-teman yang membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan Bapa~-bapak Anggota Dewan Yang Terhormat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: I

Baik! Terima kasih Ketua HKTI. ~aya lanjutkan Ketua INKINDO, saya persilahkan! I

SEKRETARIS UMUM INKINDOl(LUKMAN HAKIM): Assalamu'alaikum, Selamat pagi.

1

Yang Terhormat Pimpinan Rapatldan Anggota Pansus, rekan-rekan dari Asosiasi. Pertama-tama, kami perkenalka~I' bahwa kami nama Lukman Hakim, jabatan Sekretaris

Umum, karena Ketua kami berhalangan untuk hadir, dan hadir bersama ini adalah rekan kami Djoko dari Ketua Jawa Timur. \

Bapak dan lbu Sekalian. !

lnkindo adalah asosiasi konsul~an Indonesia yang beranggotakan kurang lebih 5000 anggota, diantara anggota itu sekitar 5%1.sekitar 250 adalah konsultan perencanaan tata ruang, dan konsultan Perencanaan Tata Ruang rtu sudah tersebar hampir seluruh Indonesia, jadi sudah ada. Jadi pengalaman didalam proses ta~a ruang selama kita ada Republik ini banyak sekali kami tidak ceritakan, bapak dan lbu saya kiral bisa mengetahui pada garis besarnya yang ditemukan adalah inkonsistensi terhadap apa yang ~·ta buat.

Pertama-tama, saya ingin sampaikan, bahwa rencana Tata Ruang adalah suatu kesepakatan, berbagai kekuatan dalam s atu masyarakat di suatu wilayah administrasi, itu sudah saya lihat di bungkus dalam kata-kata Pabal demi Pasal. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam gambar, gambarnya diwarnai hijau, kuning, dan cokelat, dan gambar tersebut terikat suatu bentuk koordinat geografis. Dan lebih jauh lagi! dari koordinat geografis itu, dia lebih jauh lagi akan b~~d~mpak secara ekonomis terhadap lpemilik tanah atau yang mengembangkan tanah itu, d1s1nilah letaknya permasalahan yang akan dihadapi oleh Rancangan Undang-Undang atau rumusan tata ruang. ~

12

ARSIP D

PR RI

Page 13: ARSIP - berkas.dpr.go.id

Dalam Rancangan IUndang-Un ang tentang Penataan Ruang, Rancangan Tata Ruang yang disampaikan tadi malaf. I

I . ANGGOTA PANsys: ' Bapak Pimpinan, s1ya pikir bisa iganti mengganggu sekali suaranya.

KETUA RAPAT: I Oh mikenya ya.

I SEKRET ARIS UMUM INKINDO (LUKMAN HAKIM): Dalam Rancangan ndang-Und ng tentang Penataan Ruang yang disampaikan baru satu

hari ini, kami tidak menemu an Pasal-P~sal yarig mengatur tata cara proses pengambil keputusan di dalam menghasilkan Ra cangan tata 1uang ini. Di dalam proses menghasilkan suatu keputusan ini tidak dibuat didalam ta a ruang, pa aha! undang-undang ini adalah mengikat semua warga Negara termasuk instansi, adi kami me yarankan disini dimasukan dalam proses menghasilkan tata ruang. Di sini disebutk n proses te sebut akan diatur oleh Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah terlalu banyak khirnya nga bang, jadi ini tidak mengikat lagi.

Kami maksudkan, ahwa proses itu adalah dimulai dari konsep, jalan pemikiran, sehingga sampai perjalanannya Ran angan Tata uang itu sampai ke Legislatif, maupun Legislatif Tingkat Nasional, Provinsi maupun Kabupaten/K ta. Jadi proses inilah yang sebetulnya mengikat, karena di dalam proses inilah e sekutif bisa ermain, ini kesulitan kita. Di dalam suatu kota yang menguasai investasi bisa engatur tat ruang, segi proses ini yang harus ada dalam Undang-undang, ini tidak ada sama ekali. I

Kemudian, itu men~enai tidak a~anya tata cara dan proses, karena kita tadi menyatakan tata ruang itu merupakan ~uatu kesepa~atan. Kesepakatan itu sebelum kita gambar, tentu harus ketemu dulu jalan pikiran~a, kalau ka1arnya konsepnya, kalau sederhananya ini dipilah. Tata Ruang Nasional adalah mi~pi kita secana nasional kita sepakat terhadap bentuk fisik tata ruang Indonesia ini. Konsepnya hFrus sederha a bisa diterima dari Aceh, Kalimantan maupun lrian, jadi mimpi ini harus jelas tidak renjelimet. K lau ini .mimpinya panjang-panjang tidak tertangkap, inilah yang disebut konsep. BegiJ.u juga kons p satu Provinsi, mimpi ini juga harus jelas dengan kata­kata sederhana, ini harus k\ta sepakati, j di proses inilah mewujudkan mimpi, mimpi yang begitu di awan, turun ke bawah sarr,pai menjadi ertas jadi gambar kuning, hijau dan cokelat, jadi ininya setuju dulu, jadi proses inil9h didalam Ra cangan ini tidak ada.

Selanjutnya mengenai hierarki 1ata Ruang, didalam Pasal-Pasal ini disebutkan, bahwa Tata Ruang Provinsi berpedoman kepad$ Tata Ruang Nasiionall, Tata Ruang Kota dan Kabupaten berpedoman dengan Tata 1 Ruang Provirsi, kata-kata berpedoman ini apa? apa anjuran? apa mengikat? dan sebagainy~, jadi kata-ka~~ "pedoman" itu lebih bagus dihilangkan. Berdasarkan jadi urutannya, turunan, kal~u pedoman ~· i masih ngambang, jadi masih bisa ini diselewengkan, itu kata-kata hierarki. I

Kemudian di dala beberapa P sal yang saya baca disitu tidak ada sanksi pidana hanya sanksi administrative, k mudian dis butkan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku ini juga nga~bang, ini harus dibuat sajalah sanksinya, misalnya kalau melanggar itu sekian tahu , apa 5 tahu~ atau 3 tahun, dijelaskan saja, jadi ada kalimat-1<.alimat seperti itu. Misalnya Kepal Daerah bers~kongkol melanggar itu, ya .. dia diturunkan, jadi Anggota Dewan Perwakilan Rakya di daerah j~las, oh ini Kepala Daerah melanggar, melanggarnya misalnya 20%, 30% jelas, alau sekaran$ kan susah melanggar sedikit kena banyak, jadi supaya bisa operasional di dalam ~engawasan. I

Bapak dan lbu se~rlian, Mengenai Tata R~ang Nasional. Tata Ruang Nasional tidak disebutkan secara jelas,

hanya disebutkan garis be arnya saja. Saya ingin menyampaikan, bahwa Tata Ruang Nasional tadi adalah hanya me gatur kepad infrastruktur skala nasional, Pelabuhan Nasional, lnternasional, Bandara N~sional, Band ra lnternasional, Jalan Raya Nasional, Hutan-hutan Lindung Skala Nasional, Areal-areal Prod ksi Skala Nasional, dan ini saja yang bisa dibiayai oleh APBN di dalam proyek-pr~yek yang me unjang Tata Ruang Nasional. Jadi APBN ini tidak bisa membiayai misalnya proye -proyek yang di Provinsi yang trdak menunjang Tata Ruang Nasional. Jadi keberadaan Tata R ang Nasional ini adalah kesepakatan kita terhadap mimpi nasional dituangkan kedalam gamb,r, dituangkan ~alam rancangan, dan inilah uang rakyat secara nasional

I I

I I

I 13

ARSIP D

PR RI

Page 14: ARSIP - berkas.dpr.go.id

boleh keluar. Kalau sement~ra ini kan uiang APBN inikan Bupati usulkan, Gubernur usulkan, ini proyeknya skalanya kira-kir~ Nasional dikeluarin uangnya dari APBN. Jadi belum tentu uang diturunkan di Kalimantan lrekan-rekan ; kita di lrian setuju, dibuat jembatan begitu panjang, dikeluarkan uang Rp 500 rrjiliar di lriannya tidak kebagian. Jadi jalan jembatan di Kalimantan itu belum berarti, itu mimpi n~sional, itu bc;iru mimpi Provinsi ya uang Provinsi, itu mengenai Tata Ruang Nasional. Apa yang ikita hadapi sekarang contohnya, seperti Samarinda ingin membangun lapangan terbang, 30 km 1nya kabupaten tenggarong buat juga lapangan terbang, tidak ada keputusan Gubernur pasti Wilih mana? Menteri pun ragu, siapa yang banyak menggosok di tingkat nasional, dia yang mengarilbil keputusarl, tidak ada suatu kepastian. Jadi kembali lagi, kalau ada Tata Ruang Nasional yang· mengatur teptang dimana kita bangun Bandara Skala Nasional dan lnternasional dan itu memqng biayanya i Nasional, investornya pun bergabung dengan Nasional, jadi tidak ada investornya qergabung dengan pemerintah local, tetapi Dirjen Perhubungan Udara atau Menteri Perhubungan \ngin mengat4r investor, saya kira tidak bisa. Jadi Tata Ruang Nasional itu adalah membatasi sk~la-skala nasional saja, seperti pemerintah Malaysia membangun perkebunan kelapa sawit yang begitu be,sar, itu juga biaya nasional tidak ada biaya local. Jadi di dalam Tata Ruang Nasionfl ini kepada !yang menyusun ini ditegaskan Tata Ruang ini apa saja yang bisa kita atur, jangan ~ang kecil-kecil, karena duitnya, duit keseluruhan.

Bapak dan lbu sekalian, !

Ada lagi yang in~in kami sampaikan, bahwa Tata Ruang Nasional ini nomor satu perioritasnya adalah Satu, 1mempertahankan ideology dan persatuan bangsa, tidak usah disebut, tapi itulah urutan pertama~ Kedua, mehjamin · efisiensi jaringan transportasi dan perhubungan secara nasional, itu tujua~nya. Ketiga, mempertahankan tanah-tanah produksi yang menjadi bagian kehidupan dan bagjian daripada pekerjaan kita, seperti yang tadi bapak sampaikan, kho tidak ada jaminannya sawah itu bertahan, kho tidak ada jaminan tempat perkebunan itu bertahan, semua dihabiskan untuk ~angunan, semua didirikan untuk industri, satu saat industrinya mati semuanya akhirnya produki>i tidak ada. J~di tata ruang nasional ini adalah tujuannya itu, kalau kita sepakat atau masih merasa kita ini masih makan beras 20 tahun atau 30 tahun yang akan datang, tentu kan lahan pertanian i~i kan dipertahankan. Di dalam rancangan ini kami tidak melihat ini bisa ada. i '

Dan terakhir, masi~ didalam Pasal-Pasal itu disebutkan Presiden menunjuk Menteri untuk urusan tata ruang. Kalima( ini ngambang juga, kesehatan jelas Menteri Kesehatan, tanah jelas BPN, kenapa tidak dipastik~n saja Menteh apa yang ditunjuk. Jadi Bapak dan lbu di Pansus, saya menyarankan dipastikan s$ja, karena supaya masyarakat ini tahu, ini kalau Tata Ruang kita ini ngacok siapa siapa yan1g bertanggun:g jawab? Kan tidak bisa Bapak Presiden, pasti ada Menterinya, Menteri mana? Kalau sekarang mungkin masih dipegang oleh Dirjen Tata Ruang,

I

Departemen Pekerjaan Urryum, tetapi secara legal Undang-undangnya tidak ada pak. Jadi mesti dipastikan saja kalau kita kesih ke Pekedaan Umum, Pekerjaan Umum, apa dikasih ke Bapenas, Bapenas, jadi sudah pasti. I ,

Dan terakhir, ini riiohon maaf ~epada Bapak Dirjen yang mengonsep ini, setelah era reformasi dan era pikiran-pikiran baru kami berpendapat, khususnya konsultan kata-kata yang tercantum didalamnya ad~lah "pembina9n" itu tidak tepat lagi, karena "pembinaan" itu dengan yang dibina lebih bodoh yang membina lebih pintar. Kata dan Kabupaten maupun Provinsi itu tidak dalam pengertian lebih bodph daripada Pemerintah Pusat.

Jadi kata-kata "p~mbinaan" itu ~olong dipikirkanlah, apakah itu masih tepat untuk kita sekarang. Khususnya untyk "pengawasan" justru ditekankan, karena ditingkat nasionallah yang bisa mengawasi kurang le~ihnya atau peryelewengan tata ruang itu Pemerintah Nasionallah yang mempunyai wewenang. Ja~i di sanalah letaknya, jadi kata-kata yang menyangkut pembinaan itu hanyalah klise bagaimana[ instansi pusat ingin campur pekerjaan di daerah. Jadi lebih bagus "pembinaan" itu dibuang,. dan itu mengur$ngii harga dari ahli-ahli maupun instansi di daerah. Jadi itu sajalah pak, kira-kira surnbang pikiran 'dari lkatan Nasional Konsultan Indonesia dan tertulisnya akan kami sampaikan kep~da Bapak, sekian.

Terima kasih, i Wassalamu'alaiku~.

!

14

ARSIP D

PR RI

Page 15: ARSIP - berkas.dpr.go.id

KETUA RAPAT: Terima kasih Ketua lnkindo, sebelum saya lanjutkan kepada Ketua Gapensi ada anggota

yang baru datang, yann pertama adalah beliau ini dulunya juru bicara Amin Rais.Silakan memperkenalkan diri.

F-PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO): Terima kasih Pak Ketua, ' Nusyirwan dari F.PDIP.

KETUA RAPAT: Baik, silakan Saudara Ketua Gapensi.

KETUA GAPENSI (EFENDI SIANIPAR): Terima kasih Bapak Pimpinan dan Bapak-bapak Sekalian. Pertama, saya rnemperkenalkan diri saya, saya Effendi Sianipar, dari Gapensi bersama

saya turut hadir Bapak Suep Dido, Fane! Pandjaitan, lbu Sri Suharyati Suharsoyo, dan Bapak Sarmi.

Bapak Sekalian diruangan ini kenyamanan kami terjamin, karena banyak orang-orang kami disini, sehingga keb19ranian kami cukup terjamin.

Bapak-bapak Sekalian, bahwa kpmi dari pelaksana konstruksi tentu tidak begitu banyak memasuki ruang-ruang yang filosofis t~ntang tata ruang, tadi telah banyak kami mendengar teman-teman kami yang lebih menguasai mengenai tata ruang, sehingga hal-hal yang bersifat filosofis kami merasa terjamin, tetapi setalah ke kontraktor banyak hal-hal yang kami alami karena tata ruang ini mencakup kepada Penataan Ruang, pemanfaatan dan juga pengendalian, karena tentu dari hal-hal Penataan Ruang ini akan terwujudlah diatasnya beberapa pembangunan infrastruktur yang tentunya pembangunan infrastruktur ini sangat erat dengan tugas-tugas kami, sehingga kami melihat dalam perjala~an profesi kami1, bahwa ada hal-hal yang menjadi penghambat profesi karni dan juga bagi kenyamanan d~ tengah-tengah masyarakat kalau mengenai beberapa hal tentang tata ruang ini tidak benar-benar kita kritisi, antara lain, bilamana Penataan Ruang ini rnasalah pertama pelepasan hak. Sering kami alami dalam proses pembangunan dalam pelaksanaannya rnasalah pelepasan hak ini menjadi kendala yang besar pada saat kita melaksanakan pembangunan. Jadi tentu hal ini menjadi catatan dalam penyusunan ini, bagaimana pengaturan dalam pemanfaatan Tata Ruang dan penyusunan Tata Ruang supaya hal-hal yang telah di plot d.i dalam pemanfaatan ruang tersebut betul-betul pelepasan-pelepasan hal< dilakukan secara baik.

Kedua, mengenai masalah yang berkaitan perizinan-perizinan,pak. Tentu kita sebagai pelaksana konstruksi meminta supaya I masalah perizinan-perizinan juga diatur secara baik masalah tingkatan-tingkatan pengambil keputusan, karena begitu kita melaksanakan pembangunan sering kita terhambat di dCllam perizinan atau peruntukan daripada objek yang akan kita laksanakan. Jadi saya kira masalah !teknis mengenai objek ini begitu kita mendapat perintah untuk melaksanakan, artinya pelaksan~an itu telah masuk didalam koridor-koridor daripada Penataan Ruang secara baik. Yang tidak kalah pentingnya saya kira adalah yang berkaitan dengan sosialisasi, tentu karena tata ruang ini mencakup kepada kehidupan masyarakat dan diatasnya ada pemanfaatan yang benmanfaat bagi masyarakat tentu sosialisasi daripada pemanfaatan ruang dan tata ruang itu h'arus secara terus menerus secara baik disosialisasikan mungkin oleh aparat-aparat pemerintah ldari tingkatan yang lebih rendah sampai atas supaya masyarakat itu mengerti objek apa yang' akan ada di dalam pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan kepemilikan daripada tanahnya, karena hal ini yang sering kita lihat, kita akan menbangun suatu fasilitas atas perintah dari pemerintah, tetapi di dalam kendalanya berlarut-larut karena masyarakat yang menurut pikiran dari pembuat kebijakan bermanfaat bagi masyarakat karena tidak disosialisasikan dengan baik menjadi kendala bagi masyarakat. Jadi saya kira, karena kami ini dari Gapensi kontraktor kami nanti lebi~ banyak mendengar, tentu kalau ada hal-hal yang teknis yang perlu mendapat masukan dari kami, kami siap akan dimintai oleh Bapak lbu yang terhormat sebagai masukan dalam aturan ini.

T erima kasih.

15

ARSIP D

PR RI

Page 16: ARSIP - berkas.dpr.go.id

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih ketua Gapensi. Barangkali perlu saya informa$ikan, bahwa sebenarnya bahan Rancangan Undang­

undang ini sudah kami k.irimkan dua minggu lalu, saya tidalc tahu persis dimana hambatannya sampai ada beberapa, menurut sekretariat kami sudah mengirim itu kurang lebill dua minggu lalu, tetapi tidak ada masalah, barangkali masukan-masukan dari saudara-saudara sekalian adalah merupakan hal yang sangat penting buat k.ami mengingat, bahwa undang-undang ini dilakukan secara integritas, sinkronisasi dan mencakup masalah-masalah yang membutuhkan kelangsungan daripada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Untuk itu barangkali disini sudah ada tujuh teman-teman yang ingin memperdalam dan mernperkaya wacana tentang Undang­undang ini. Untuk itu barangkali nama-nc;imanya saya bacakan mungkin ada lagi yang mendaftar, yang pertama adalah Syamsul Hilal, kedua, Heri Akhmadi, ketiga, Maruahal Silalahi, Ke-ernpat, Mangindaan, Abdul Hakim, Bomer Pasa:ribu dan Arsa Suthisna, hanya 7 orang barangkali. Kira­kira siapa lagi yang mendaftar sebelum kita berikan, Bapak Afni.

F·PAN (AFNI ACHMAD): Saya ingin mendaftar, tapi saya irgin pi1ndah ke Pansus lain pak, jadi saya agak malu.

KETUA RAPAT: Baik, nanti kita lihat waktunya, hanti kita waktunya nanti kita persilakan. Baiklah, untuk

tidak membuang waktu, saya persilak~n Saudara Syamsul Hilal bersiap-siap Saudara Heri Akhmadi. '

F·PKS (SY AMSU HILAL): Terima kasih Pimpinan, Assalamu'alaikurn Wr.Wb. Yang saya hormati Bapak Pimpi~an Pansus dan Anggota Pansus Penataan Ruang, Bapak-bapak undangan yang nadir pada hari ini, saya sangat berterima kasih atas

masukan-masukan yang kami terima paqa kesempatan pagi hari ini. Memang yang idealnya yang ingin kami harapkan tadinya kita akan mendapatkan masukan Pasal per Pasal, sehingga kita akan lebih konkret untuk menyempurnakan Rancangan Undang-Undang ini ke depan. Sedikit saya mengingatkan, bahwa sering kali kita salah dalam mengungkapkan, seringnya mengatakan Rancangan Undang-Undang Tata Ruang,seringnya sepeprti itu. Padahal yang benar adalah Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang meskipun masuk RUU, ini sekedar mengingatkan saja.

Ada beberapa t1al yang ingin !saya tanggapi terkait dengan masukan-masukan tadi, pertama, mengenai Penataan Ruang itu

1yang diusulkan ba~1aimana, kalau Penataan Ruang itu

berdasarkan region,masalah wilayah barat, timur, tengah dan seterusnya, yang sesungguhnya di dalam Pasal 4 di bagian kedua, pengelo

1mpokan memang di situ Penataan Ruang dikelompokan

berdasarkan system, fungsi kawasan, adminiistrasi, kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan, di situ sudah dipilah-pilah hanya saja saya ingin meminta masukan dari bapak-bapak sekalian, bahwa kata-kata Rancangan Undang-unqang Penataan Ruang ditambah kata-kata system disana yang ingin menekankan lkepada keterpad!uan dari perencanaan atau panataan ruang ini, sehingga pengelompokan-pengelompokan yang ad~ di pasal 4 itu dilakukan secara terintegrasi. Mohon juga ingin mendapatkan tanggapan dari bapak'-bapak sekalian,

Kemudian tentang konsep Ranc~ngan Undang-Undang tentang Penataan Ruang yang juga tadi selalu disinggu11g oleh salah satu bapak yang ada di depan, memang kita ingin memiliki konsep global tentang F1enataan Ruang !Nasional, sehingga kita bisa mengacu kemana arahnya Rancangan U11dang-Undang tentang PE?nataan Ruang ini nantinya, karena kalau kita sudah memiliki semacam blue print Penataan !Ruang Nasional kita, sehingga kita bisa mengarahkan Rancangan Undang-Undlang ini ke depan. Tetapi didalam Pasal 15 sudah ada tentang Rencana Tata Ruang Nasional yang sesungguhnya itu terkait dengan Dirjen Penataan Ruang dan tidak mungkin sulit untuk dimasukan ke dalam Rancangan Undang-Undang ini, karena konsep Penataan Ruang Nasional tentu saja merupakan hal yang operasional dan Rancangan Undang­Undang ini hanya mengatur bagaimana Penataan Ruang Nasional khususnya mencapai target dan tujuannya dan tujuannya sudah ada disan'a, hanya saja memang kita ingin mendapatkan masukan apakah tujuan dari Rancangan Undang-~ndang tentang Penataan Ruang ini sudah tepat atau

16

ARSIP D

PR RI

Page 17: ARSIP - berkas.dpr.go.id

tidak, misalnya di sini salah satu tujuannya adalah mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sejahtera. lni antara yang satu dengan yang lainnya seolah-olah terpisE1h. Mewujudkan keterpaquan dalam penggunaan sumber daya alam, sumber daya buatan dengan memperhatikan sumqer daya manusia, mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negative terhadap lingkungan. Yang juga sering mendapat sorotan dalam Rancangan l.Jndang-Undang ini adallah bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang lebih cenderung kepada daratan dan lebih berat kepada perkotaan, sehingga di dalam Rancangan Undang-Undang ini juga sering mendapat sorotan dalam beberapa kali Rapat Dengar Pendapat kita, belum ada rencana atau penataan ruang untuk pedesaan, sehingga ketika Rancangan Undang-Undang tentang ~enataan Ruang ini dan muatannya sudah terintegrasi bahkan mencakup seluruh aspek kehidupan, maka kita berharap dengan adanya Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang ini masyarakat pedesaan itu tidak tersedot lagi ke kota, karena meraka telah mendapatkan sebagaimana tujuan meraka di sini agar menghasilkan kenyamanan dan kesejahteraan, · rnewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas bahkan iJroduktif dan berkelanjutan. Bagairn.ana orang-orang desa itu dengan adanya penataan ruang dia merasa nyaman dan produktif k:ehidupan disana dan merasa kota dengan desa itu tidak berbeda jauh, mereka bisa mendapatkan penghasilan disana, fasilitas kehidupan juga ada si sana, nah ini juga perlu mendapatkan niasukan dari bapak sekalian, bahwa penataan ruang itu cenderung ke daratan hanya diatur bagaimana menata ruang 'di daratan sementara ruang lautan dan ruang udara itu belum diatur secara l~bih luas.

Jadi mungki~ ini tanggapan dari ,saya, saya berharap kalaupun bahan yang diberikan oleh kami kepada bapak sekalian terlambat, isehingga belum begitu bisa mencerna lebih detail, kami juga berharap masukan secara tertulis1, sehingga kita bisa memasukan hal-hal yang belum tercantum di dalam Rancangan Undang~Undang ini dan kita segera membahas lebih lanjut untuk memperdalam bahkan untuk lebih komprehensif Rancangan Undang-Undang ini dan lebih sempurna ke depan.

Terima kasih.

KETUA RARAT: Baik, silahkan bapak Heri Akhmadi, bersiap-siap bapak Maruahal Silalahi.

F·PDIP (HERi AKHMADI): Terima kasih! saudara Pimpinan, Pertama, kepada bapak Lukman Hakim dari lnkindo yang telah menyampaikan sesuatu

yang sangat menarik tentang bagaimana Rancangan Undang-Undang ini belum menyusun tata cara di dalam penyusunan atau pembentukan tata ruan·g itu sendiri dalam pengertian proses sampai dengan mengambil keputusan. Selama ini saya kira anggapannya yang berkembang adalah tata ruang itu adalah wewenang dari pemerintah dan legislative, sehingga produknya cli pusat undang-undang, di Provinsi Perda, dan kemudian dibawahnya lagi apa begitu. Tetapi saya kira ini harus membGngkar kembali pikiran kita, apakah memang kenyataan selama ini kalau tata ruang itu hanya mengandalkan saja sebagai suatu produk hukum saja/ produk peraturan, ternyata di bawah tidak bisa berjalan. lnkonsisterisi yang tadi disebutkan barangkali bukan karena faktor­faktor, ya memang tidak bisa dilaksanakan karena tidak ada kesepakatan yang lebih luas yang dicapai itu, bagaimara ini yang dicapai. ,Apakah undang-undang sendiri ini sesungguhnya cukup menentukan kaidah~kaidah di dalam pehyusunannya saja termasuk proses itu tadi , sehingga sepenuhnya nantinya harus dibalikan ke !bawah saja yang mernang itu berurusan sehari-hari atau seperti apa.

Usu! saya,pal< Lukman mungkin kita diberi masukan yang lebih konkret, dan saya kira anggapan yang berkernbang kan seperti i!tu, karena nantinya tata ruang itu menjadi produk hukum, ya urusan pemerintah dan legislative. Pr~sesnya seperti konsultasi public biasa, kalau ini memang tidak dianggap cukup prosedur atau pros~dur seperti apa yang barangkali konkret, saya kira saya merespon dengan s~ngat baik apabila ad~ pemikiran yang lebih jauh ke sana.

Kemudian, mengenai yang kedu~, sudah ada diskusi sebelumnya kalau ditentukan satu Menteri, sementara kilta mengetahui bahwa tata ruang ini adalah berkaitan dengan lintas sektor, lintas Departemen dan lain-lain itu selam:a ini saya kira pak Dirjen juga memahami itu tidak akan efektif juga Menteri f!Jana yang mau ngatur, semuanya juga berjalan sendiri-sendiri,dan karena itu apakah,bagaimana sE:baiknya. Di dalam negeri ini kalau koordinasi kan sangat sulit untuk

17

ARSIP D

PR RI

Page 18: ARSIP - berkas.dpr.go.id

dilaksanakan, apakah ada suatu badan supra yang mengatur atau seperti apa? supaya terjadi konsistensi yang lebih: baik. ,

Yang kedua, 0ntuk Dewan Marititn Indonesia dan HKTI, tadi yang satu lebih cenderung ke maritimnya, yang ked(rn ke agrarisnya. P.adahal tentu saja harus ada senyawanya, harus ada titik temunya, bagaimana ikira-kira konsep yahg untuk mempertemukan ini pak. saya kira, dulu pernah ada pikiran waktu bapak Habibie masih ! di BPPT mengembangkan konsep benua maritim, say a tidak tahu bagaimana detailnya, tetapi juga kita tidak lepas dari kenyataan bahwa 56% klausul kita di Indonesia masih tergantung kepada a~rarian pada pertanian, imbangnya seperti apa di Negara lain, misalnya di masyarakat kepulauan di Indonesia ini, di Jepang misalnya, berapa masyarakat yang hidup dari kekayaan maritimnya dari kegiatan-kegiatan ekonomi maritimnya dan berapa yang diagraris. Apakah ke depan memang kita juga harus mend'orong dengan insentif tadi seperti yang disebutkan oleh pak Lukman tadi intensif tertentu, sehingga lebih akan banyak masyarakat yang tinggal kemudian di pinggir pantai dan' mempunyai kegiatan ekonomi dalam bidang kelautan, apakah memang harus didorong seper~i itu dan kalau ki1ta lihat bandingan idealnya ke depan mungkin 100 tahun lagi atau seperti apa, Indonesia ini seharusnya rakyatnya harus hid up lebih dimana? Di daratnya, di maritimnya atau di agrarianya, ini yang kedua.

Kemudian pertanyaan yang terakhir tadi, mengenai kontak tani ini agar lahan kita itu pertanian ini kan semakin hari makin t~rpecah-pecah, sehingga dikatakan tidak ekonomis lagi, pada kenyataannya, .apakah perlu kemudian diadakan suatu pengaturan supayE1 didalarn lahan khusus untuk pertanian tidak boleh lagi pecah pada suatu ukuran tertentu, misalkan 1 ha nanti dia tergantung sebenamya skala ekonominya berapa? yang bisa dioperasikan secma ekonomis, kalau lahan sekarang rata-rata sepertiga hektar, itukan tidak bisa menghidupi satu keluarga. Setahu saya kalau tidak salah di Amerika ditetapkan pertanian itu adalah bisnis keluarga, usaha keluarga dan keluarganya menetap disan!a besaran lahannyapun ditentukan batas minimum, tidak boleh kelewat kecil, .karena mereka tahUJ kalau itu kelewat kecil tidak akan bisa lagi mernenuhi kehidupan keluarganya. ltu beberapa pertanyaan saya.

Terirna kasih.

KETUA RAP·AT: Baik, terirna kasih Bapak Heri. Pbrlu saya inforrnasikan beliau ini adalah pemikir di Fraksi

POI Perjuangan dan merupakan tokoh senior. Berikutnya silahkan bapak Maruahal Silalahi.

F-PD (MARUAHAL SILALAHI): 1

Terirna kasih Pirnpinan, dan terima kasih teman-teman sekalian. Saya ucapkcin terima kasih yang sebesar-besarnya dengan apresiasi yang tinggi kepada

semua bapak-bapak yang telah membenikan pemikiran yang luar biasa, pendapat-pendapat dari beliau tai, kenapa sqya katakana luar biasa? Karena barangkali sama dengan pemiliran saya. ltu yang luar biasa. Betul-betul mau kita apakan Negara kita ini? Bagaimana kita menata, jadi itu yang saya katakan tadi. Jadi yang paling menarik pak HKTI, bukan karena saya di Komisi IV, pak KTNA Data yang dari bapak HKTI itu tadi i 12,8 juta hektar yang menghasilkan padi dengan menghasilkan 54 jutc:i ton padi, saya rasa !kalau kita berdasarkan kepada ini dan kita pikirkan untuk 5 sampai 10 tahun 20 tahun lagi atau bahkan sampai 100 tahun penduduk Indonesia sud ah berapa milyar, masih bisakah dipertahanl<an yang 12 juta hektar ini sebagai penghasil padi, kalau tidak masih bisa ya, saya kurang tahu,, tata ruang jawabnya, kalau tidak bisa tata ruang pula jawabnya. Sudah jelas kita cenderung mengatakan bahwa itu tidak bisa, karena rakyat Indonesia bertambah terus, berarti 54 juta ton padi iitu sudah tidak mampu lagi kita pertahankan, apakah kita harus import, itu tadi

1 pertanyaannya. Jawaban bisa tidak import kalau yang 12 juta hektar sawah

ini kita tambah, 1 ju~a hektar akan bertambah di Kalimantan Tengah, karena ini proyek mega besar yang menjadi permasalahan akhir-akhir ini, tetapi Gubernur yang terpilih di sana walaupun itu dari PDIP mari kita salut kepada ,rencaria dia, setelah dia hidupkan kembali itu demi kesejahteraan rakyat Indonesia, karena kalau 1 juta hektar ini berhasil bukan hanya Kalimantan Tengah yang akan rnenikmati itu, tetapi juga sampai ke Sumatera Utara.

Untuk itu saya minta tolong buatkan sandingan Pasal demi Pasal, dan saya minta juga kepada Dirjen yang ihadir, barangkali ke~ada bapak-bapak belum kita berikan ada lampiran ini, kalau kepada kami ~nggota Pansus ini l,ampiran undang-undang ini diberikan yaitu bagaimana Pulau Sumatera, Pylau Jawa sudah ada itu diberikan kepada kita. Untuk itu tolong diberikan kepada mereka supaya mereka juga bisa, apakah memang Peraturan Pemerintah yang menjadi

18

ARSIP D

PR RI

Page 19: ARSIP - berkas.dpr.go.id

lampiran ini ada yang kita angkat untuk menjadi Pasal-Pasal dari Undang-undang ini, tidak hanya sekedar lampiran, saya sangat tertarik 'itu, harus ada dari bapak, termasuk jug~i dari Dewan Maritim Indonesia ada sandingan Pasal per Pasal, jangan hanya pola pikir nanti kami terlalu cape nanti kami berdebat mempertahankan pola pikir bapak itu kemana larinya. Tetapi kalau bapak­bapak nanti sudah memberikan sandingan Pasal demi Pasal berarti pola pikir itu di situ, khusus kepada Dewan Maritim, KTNA dan HKTI harus ada ini pak, supaya kami tidak mau egois sektoral dari komisi IV, tidak, hanya kita berpikir rT)emang dimasa depan ini mau bagaimana? kalaupun kita mau import jangan terlalu besar importhya, karena kita masih mampu untuk mencetak sawah. Berkurangnya sawah kita ini sebenarnya tidak pas lagi 12 hektar yang menghasilkan padi, tidak, karena irigasi sudah amburadul di luar Pulau Jawa, saya kurang tahu pak, ada Komisi VI disini atau Komisi VII.

Untuk REI, tidak saya katakan merusak, tetapi barangkali REI itu kan sebenarnya harus menghayal, kalau saya bangun di sini kira-kira bagaimana, saya walaupun ilmu social pak, saya bisa saya menghayal, saya mohonkan juga kepada REI termasuk juga Gapensi walaupun juga Gapensi hanya sekedar pemborong untuk membangun saja, tetapi menghayallah bangunan yang asri itu yang bagaimana,. jadi yang asri hanya ada sedikit di Jakarta, termasuk lnkindo.

Untuk itu, Pimpinan, saya minta juga dari semua kita tidak hanya pola-pola pikir ini, tolong sandingan Pasal-Pasalnya supaya nantinya agar betul-betul setelah akhir jangan ada seperti yang dijelaskan oleh ketua tadi dari bapak-bapak yang meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk dirubah. Jadi tolong pak, sandingannya, dan saya rasa tidak hanya kali ini beliau-baliau ini kita undang akan kita undang dihari-hari kemudian untuk lebih melengkapi dari undang-undang kita ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Barangkali tidak percuma beliau pernah litsus di Golkar, beliau punya pertanyaan begitu

tajam, baik saya persilahkan, Bapak Mangindaan, silahkan.

F·PD (E. E. MANGINDAAN): Terima kasih Pimpinan dan Semua Anggota Pansus Saudara-saudara sekalian dari Tani,Rei,lnkindo,Gapensi, Dewan Maritim dan sebagainya

yang saya hormati, saya banggakan. Setelah mendengarkan detail dari penjelasan saudara-saudara sekalian, saya coba

menghayati dahulu, hampir semua yang bicara penekanan pertama adalah mohon kelihatannya selama ini tata ruang hanya untuk milik beberapa elit saja atau kurang tersosialisasikan, karena ada UU tata ruang yang lalu Nomor 24, sehinQ!Ja terjadilah ketidak tahuan banyak orang mungkin termasuk jug a dari saudara-saudara kita.

Dari pengalaman saya, pernah kami buat tata ruang, begitu kita buat RUU Tata Ruang di Sulawesi Utara,belum apa-apa, kita tentukan di sini kawasan iindustri IKABIMA itu, tidak sampai dua hari tanah mahal, atau pejabat pemerintah yang tahu dia sudah beli tanah itu dengan llarga Rp 250 per meter dan sebagainya, itu mungkin akibat itu sehingga tertutup, tetapi saya setuju sekali sebaiknya tersosialisasi sekarang ~esegera mungkin, kalau perlu sedang kita buat ini juga masyarakat sudah tahu ada tata ruang nanti, sehingga instansi yang kemungkinan besar akan terlibat dia juga sudah siap-siap untuk menyesuaikan diri, jadi saya sangat setuju usul-usul sosialisasi tadi ada keterbukaan. ·

Yang kedua, dari Kontak Tani. Dalam R:apat Dengar Pendapat Umum yang lalu kita sudah bicara, bahwa bukan hanya space kita bicara, bukan hanya ruang tetapi plus waktu, sehingga tadi dari kontak tani mengatakan kita dengan hanya sekian lahan yang sudah ada bukan hanya intensifikasi yang disiapkan tetapi eksentifikasi, pertanyaan saya dilihat dari segi waktu tadi disinggung jug a oleh bapak Silalahi, dari 12 juta sekian dilihat dari konteks dan bukan kita lihat dan pertumbuhan penduduk kemungkinan di eksE1ntifikasi kira-kira menurut bapak kemana? agai< bertentangan dengan HKTI tadi ya, HKTI tadi bilang lahan di Meraoke, tetapi dari Kontak Tani mengatakan Meraoke bukan untuk itu, sumber daya alam saja dan hutan, ini mungkin juga perlu ada kesesuaian, saya catat semua karena saya ingin lihat di DIM-DIM kami nanti kita harus tegas disitu, jadi saya mohon penjelasan sejauHmana dari segi waktu, mungkinkah juga ada space yang sekarang sawah mungkin 10 tahun saya tidak bisa di intensifikasikan, makin melorot produknya, mungkin ada perhitungan-perhitungan yang mungkin bapak lebih tahu, sehingga pada waktu kita buat Pasal demi Pasal ini akan begini, sehingga waktunya kita sudah hitung, sehingga tata ruang

19

ARSIP D

PR RI

Page 20: ARSIP - berkas.dpr.go.id

I

bukan hanya satu atau dua puluh tahun ltetapi mungkin bisa sampai lama, itu yang pertama dari HKTI. 1

Real Estate tadi mohon supaya memang kita sudah bagi wilayah, daerah dan sebagainya. Ada berkembang lambat, berkembang c~pat dan sebagainya, itu sangat dinamis memang, kami sangat setuju itu. Tetapi ada tekanan-te~enan, mungkin kalau boleh saya katakan di dalam tata ruang, misalnya Real Estate sudah letjih kecil yang kita katakan action plant, sehingga ada tekanan-tekanan antara lain infrastruktu1 tidak tersedia dan sebagainya itu. Pertc:1nyaan saya, di dalam menyusun tata ruang tentu terint,grasikan yang dimaksudkan bapak adalah kemarin kita sudah berbicara tentang manajemen ruang, how to plant, how to act, how to organiwd, dan how to control. Jadi dalam pengorganisasian wil~yah itulah yang sebenarnya menjadi masalah, saran apa yang bapak bisa berikan dalam kita m~ngorganisasikan dalam lintas sektoral tadi, harus lintas sektoral saran yang konkrit bagaimana?,i karena saat ini saja ruang kita sudah terisi, setelah kita atur-atur masa mau dibongkar lagi, apakah mau dipindahkan sudah kawasan industri padahal dia sebenarnya lahan untuk sawah, dengan: sudah ada begini, tata ruang kita sudah begini, saran bapak bagaimana kira-kira dalam ramgka konteks kita membuat kawasan siap bangun, lingkungan siap bangun dan sebagainyqi, itu yang dikatakan tadi harus terintegrasi, bagaimana kira-kira? Konkritnya supaya kita buat undang-undang ini memang sudah betul-betul teranalisa lebih dulu. ;

Dewan Maritim, saya setuju se~ali masukan Pasal 25, karena Pasal 25 itu saya lihat menunjukan bahwa kita Negara kepula~an, jangan kita bersifat darat saja,setuju sekali sama dengan Pll juga kemarin mengatakan b~gitu. Yang ingin lkami tanyakan tadi, kalau kita berpikir bukan laut, darat, dan udara, kita lari ke p~rwilayahan karena ini akan bertentangan dengan hukum lnternasional.

Kira-kira adakah alat banding yang bapak katakan tadi, bahwa ada suatu Negara yang membuat tata ruang yang tidak laut, udara, darat, tetapi perwilayah, kira-kira yang mana.

Yang kedua, dikatakan bahwa j~ngan kita bicara laut itu ada pemiliknya, yang hak-hak ulayat dan sebagainya, apa yang dikatakan ada panglima laut di Aceh, dia tentukan ini sampai berapa jaraknya kira-kira pantai yang tid~k bisa ditentukan, apa sampai ke tengah laut sana, atau sampai dimana saja, karena setahu say~ laut itu dia tidak tentukan semua, tetapi memang ada bagian-bagian itu yang adat memang ya~g menentukan, sehingga jangan sampai kita tidak berani mengatur laut hanya gara-gara itu, mohon penjelasan.

Dari HKTI, saya setuju sekali, !memang harus sinkron antara UU tata ruang dengan agraria. Pertanyaan saya sebenarnya, s~ya mengenal sekarang bahwa kita berbicara dalam tata ruang nanti, agraria, kita sudah bicara b~kan agrobisnis lagi, tetapi sudah menuju agro industri, sejauh mana kira-kira dalam kita menat$ ruang ini menjadi agro industri, berarti lahannya tidak jauh dari industri itu sendiri atau pendu~ung-pendukung industri. Mohan jelaskan gambarannya bagaimana ini kira-kira dalam rangka m~nsinkronkan dari agro bisnis menjadi agro industri atau sudah menjadi satu dan sebagainya, karena lingkungannya harus disiapkan sejak awal supaya tata ruang nanti terutama action plant set~lah kita buat tata ruang di daerah nanati dia harus berani menentukan itu. Di sini harus sudah rambµ-rambu yang kita berikan.

lnkindo, Pak Heri sudah bicar~, mengapa kita hanya bicara manajemen secara garis besar di dalam undang-undang, minta supaya tata caranya pun dimasukan supaya inilah sangat mengikat, kita tinggal sama-sama mau kbmpromi atau kita buat suatu batasan, apakah undang­undang tata ruang ini yang strategis s~tahu saya, kita bikin cukup dengan garis besar saja makronya dan sebagainya, pertama. .

Kedua, apakah undang-undang lni kita buat makro plus penjelasannya yang lebih besar, lebih banyak lampirannya, tetapi dia s$tu, sehingga dia bisa masuk yang disampaikan oleh lnkindo, sehingga kita sudah bicara kemµngkinan PP apa saja yang boleh, yang lain tidak perlu lagi karena sudah ada di situ. 1

Kalau kita bicara state angel, it~ dia lengkap, saya kira sama dengan yang diusulkan lnkindo tadi, kalau mau itu kita sepakat s~karang, supaya dalam rangka kita mau menyusun nanti kita sudah arah ke sana, jangan samp~i di sini tidak ada, pasal berikut ada, sehingga tidak konsisten. Saya kira saran itu baik sek~li supaya betul-betul mengikat tetapi kita harus punya kesepakatannya, undang-undang tata rua[ng kita akan berteriak akan lari kemana nanti. Saya kira itu saran saya. ·

Terima kasih.

20 J

ARSIP D

PR RI

Page 21: ARSIP - berkas.dpr.go.id

KETUA RAPAT: : . Saya pikir kita suda~ mendengankan, ini bukan lagii pertanyaan, tetapi wejangan ya, beliau

ini ad al ah salah satu mantan Gubernur, dan salah satu yang mungkin berperan dalam TN I Angkatan Darat kita, terima kasih bapak Mangindaan. Saya persilahkan saudara Abdul Hakim.

F-PKS (ABDUL H~KIM): Terima kasih Pimpinan, rekan,-rekan Anggota Pansus, tamu undangan yang kami

muliakan, hadirin hadirot ya~g berbahagia, Assalamu'alaikum. I Selamat Siang, dani Salam Sejahtera untuk kita semua.

! :

Mencermati apa yahg telah disampaikan oleh tamu undangan kami yang kami banggakan, secara substansial kami (elah menangkap gagasan-gagasan itu, tetapi sudah barang tentu sebagaimana harapan te~an-teman tadi bahwa gagasan-gagasan yang disampaikan tadi alangkah lebih baiknya k~tika kita rriencoba mencermati daripada Pasal demi Pasal dari Rancangan Undang-undan@ ini, itu akani lebih baik saya kira. Oleh karenanya mencermati usulan­usulan tadi, saya juga ingi1 merespon b!eberapa hal, kita juga barangkali sependapat bahwa kita sedang tidak berbicara terk~it dengan T~ta Ruang Wilayah Nasional, karena memang kalau dalam Rancangan Undang-undan$ ini dia akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu pada saat ini kita belum berbicarr tentang detail daripada gambar itu, tetapi kita berbicara lebih kepada aspek proses bagaimana nnenggambar dan apa yang harus ada di dalam gambar itu. Ketentuar:­ketentuan yang mengikat ~pa yang harus ada ketika kita membuat gambar itu, dan produk untuk apa produk dari gambar Jtu. Kita saya kira baru berbicara dalam kerangka itu tetapi belum berbicara tentang seperti apa gambarny!a. Karena itu akan diatur di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang it~ aspeknya qdalah bagian dari pada Peraturan Pemerintah kalau di dalam Rancangan Undang~undang ini. ~adi barangkali dasar kebijakan kita harus kita samakan terlebih dahulu. Oleh karfnanya saya · sependapat dengan usulan terkait dengan kalau dari beberapa ketentuan-ketentµan umum misalnya di point nomor 5, penataan ruang adalah proses Perencanaan Tata Ruang', oleh karena itu saya kira memang hal yang paling substansial diantaranya yang harus lada di dalam Rancangan Undang-undang ini, karena dia akan memberikan guidance bag~imana proses itu, maka saya kira memang tadi sebagaimana telah dijelaskan oleh Bapak Heri! Akhmadi memang harus tegas di sini terkait dengan proses itu, saya sependapat dengan usulah tadi itu. di, sini memang belum terungkap dengan jelas walaupun misalnya dalam Pasal 5( di ayat (21), bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang flilaksanakan sekurang-kurangnya melalui konsu/tasi public, saya kira ini belum memadai, sa,o/a sependapat itu. Oleh karena itu memang harus ada Pasal tersendiri terkait dengan yang menjel[askan bagaimana proses perencanaan tata ruang ini, saya sependapat barangkali dengan usulan ~ang telah disampaikan tadi.

Kemudian yang kJdua, saya pun ingin memberikan respon terhadap beberapa usulan­usulan tadi, kalau kita sewendapat bahwa Rancangan Undang-undang ini barulah memberikan guidance, apa yang haru,· ada nantinya dalam Rencana Tata Ruang Nasional, Rencana Tata Ruang Provinsi, Rencana Tata Ruang Daerah maupun Kota, maka paling tidak hal yang perlu dicermati saya kira usulanrusulan tadi itu sudah relative tertampung, saya membacanya di Pasal 15, Pasal 15, di ayat terkyit dengan usulan bapak-bapak tadi itu, Pasal 18 muatan recana tata ruang mencakup rencana ! struktur ruang dan rencana pola pemanfaatan ruang, tadi kan nada u~ulan harus ada tata ruang pemukim.an,~ kemudian u~tuk bagaim~na kalau kita mengizinkan untu~ d1bangun perumahan untu~ orang asing .dan sebagamya, saya k1ra muatannya sudah tercakup d1 sini, misalnya dalam ren~ana struktur :ruang sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) meliputi rencana system pusat pe~ukiman dan! rencana system jaringan prasarana. Kemudian terkait dengan rencana pola p~manfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peruntukan kawasan lindurg dan kawasan budi daya dan seterusnya, saya kira tadi ada usulan terkait dengan bagaimana I secara spesifik terkait dengan areal untuk tan a man pang an, saya kira wadahnya sudah ada, kalru memang barangkali pandangan bapak-bapak bahwa usulan-usulan tadi belum tertampung baif dari sisi str~ktur ruang ataupun rencana pemanfaatannya barangkali mana lagi yang ingin kita p~rtegas di sini.:

Tetapi saya yakin · ketika kita kemudian payungnya sudah ada tentu nantinya lebih rinci akan terjabarkan di dalam rencana tata ruang nasional yang diatur melalui peraturan pemerintah

21

ARSIP D

PR RI

Page 22: ARSIP - berkas.dpr.go.id

I i I

I kemudian Rencana Tata Juang Provinsi yang diatur melalui Perda dan seterusnya, saya kira barangkali detailnya akan ~da di bagian itu. Oleh karena itu, saya kira terhadap berbagai pemikiran tadi misalnya memang ada ;ehendak Re.ncana Tata Ruang Nasional ,itu yang mengaturnya bukan Peraturan Pemerintah, teta i diatur sam.pai tingkat Undang-undang. Saya .kira barangkali tinggal bagaimana wacana ini kita oba diskusikan, apakah kemudian nantinya Rencana Undang-undang Tata Ruang ini juga akan engatur terkait dengan Tata Ruang Nasional, karena sekaligus ada di sini. Barangkali wacana-w cana sepertii inilah yang kemudian kita coba diskusikan mana yang lebih baik. Apakah Rencan Tata Ruang 'Nasional akan kita angkat ke tingkat Undang-undang atau cukup pada tingkat, misaln a Peraturan Pemerintah saja. Barangkali demikian, beberapa hal yang bisa saya respon dari us Ian yang telah disampaikan oleh tamu undangan kami yang kami muliakan pada kesempatan1ini, demikian.

Terima kasih, 1

Assalamu'alaikum. i I I

KETUA RAPAT: i Baiklah, terima k4sih, saya persilahkan Bapak Bomer Pasaribu. Bersiap-siap Arsa

Suthisna. I

F-PG (BOMER PA~ARIBU): Terima kasih, Saud~ra Ketua, Assalamu'alaikum. I Rekan dari narasurnber kita yang sangat bagus dalam paparannya, kami secara umum

setuju, bahwa ke depan in yang menjadi konflik terbesar adalah konfiik ruang dalam arti luas, konflik agrari, konflik lahan, konflik air baik dalam arti mikro maupun arti mesa maupun arti makro antar Negara. Jadi bahka; lingkup aturannya ada yang bersifat aturan lnternasional, Nasional maupun local. Untuk itu r ncangan ini menjadi panting untuk mengantisipasi dan yakinlah di Indonesia konfli ini akan d hsyat, dan itu yang akan terjadi tiap harinya nanti, konflik ruang, tanah, batas, air, pertanian. Sekar ng ini misalnya dalam arti yang paling komplit konflik itu kan degradasi hutan kita antara 2 sampai 3,5 juta hektar per tahun. Sedangkan rehabilitasinya tidak sampai 300 sampai 400 ribu, jadi deg adasi yang menimbulkan konflik 2 samapi 3,5 juta hektar terlealisasi hanya 300 sampai 400 ri u, artinya kami belum menemukan bagaimana mengakhiri konflik ini. Konflik ini berasal dari Pen taan Ruang yang akan consisten kita ikuti bersama, baiklah itu tidak perlu lagi kita diskusikan p njang lebar, kita sud ah sadar semua itu.

Saya ingin meng antar dulu konstruksi hukum kita yang akan datang sebagai proses legislasi nasional, dalam aial dari tugas masa reses DPR ini ditetapkan program legislasi nasional sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2000 dimana harus ada program legislasi yang dikerangkak n dalam 1 tahun, jangka menengah 5 tahun, jangka panjang 20 tahun. Oleh karena itu Dewan me

1 utuskan adai284 Rancangan Undang-undang yang harus diselesaikan

oleh Dewan, tetapi baru t~hun pertama dan kedua telah membengkak menjadi lebih dari 350 Rancangan Undang-undang.

Diantara berbaga~· rancangan itu konstruksi hukumnya pun perlu jelas, sekitar 32 diantaranya adalah menya gkut langsung atau tidak langsung dengan Tata Ruang. Yang sedang dibahas sekarang ini seda g dipersiapkan dan masuk di dalam Prolegnas baik jangka menengah maupun tahunan antara lfin disampaing Rancangan Undang-undang Penataan Ruang ini ada Rancangan Undang-unda~g Pembangunan Jangka Panjang 20 tahun, Pansusnya sedang jalan, ada Rancangan Undang- ndang disiapkan agrari, ada Rancangan Undang-undang Wilayah Negara. Kami di Baleg, s ya Pimpinan Sadan Legislasi sedang merancang ini dan ini masuk di dalam perintah Undang-U dang Dasar dan Undang-undang Wilayah Negara dan batas Negara, kemudian Rancangan Un ang-undang kelautan juga Rancangan Undang-undang pengelolaan Wilayah Pesisir sudah taha pembahasan oleh teman-teman di Komisi IV DPR RI.

Ada Rancangan µndang-undang atau Undang-undang yang lebih sektoral misalnya Undang-undang tentang Lihgkungan Hidup, Undang-undang tentang Kehutanan, Undang-undang tentang Perkebunan dan ~ebagainya. Dan juga di dalam 32 itu ada Rancangan Undang-undang tadi banyak disinggung m salnya Rancangan Undang-undang Perlindungan Lahan, Rancangan Undang-undang Konfersi ahan Subur, · apakah lahan bisa dikonfersi ? boleh saja, itu bukan barang haram. Kalau mod I di Taiwan, sample anda ambil tanah subur di sini 1 hektar, anda ganti

22 j

ARSIP D

PR RI

Page 23: ARSIP - berkas.dpr.go.id

2 hektar di sana atau 3 hektar, jadi itu prinsip-prinsip rancangan kemungkinan juga Rancangan Undang-undang tentang Wilayah Perkotaan dan Perbukitan ..

Pertanyaannya adalah banyak sekali diskusi ini, mana diantara materi-materi yang dipikirkan tadi sebaiknya ditampung didalam Rancangan Undang-undang tentang Penataan Ruang dan mana yang pantas di Rrancangan Undang-undang lain. Sebab apabila saya dengarkan tadi banyak sekali muatan ini atau mungkin tidak perlu lagi, misalnya Rrancangan Undang-undang Konfersi Lah an. Apakah itu nan ti menjadi turunan yang merupakan lekspisiale sedangkan ini merupakan leksgenerale, ini pertanyaan, kami mohon kita pikirkan jawabannya bersama-sama, sebab apabila undang-undang ini tumpang tindih terlalu banyak muatannya ya jelas kadang­kadang dia menjadi /eksgenerale, kemudian kadang-kadang menjadi lekspisiale, apakah tidak kita catat ini kemudian kita transfer didalam menangani Rancangan Undang-undang ini.

Yang kedua, acla diskusi yang sangat kuat di clalam Rancangan Undang-undang Pembangunan Jangka Panjang. Ke depan saya kira butuh lahan, ruang adalah metrix dasar dari semua kehidupan, dengan semua turunan-turunan ratenya, ada yang mengandung space rate, ada yang mengandung political rate. Kita perlu memilah-millah pendekatan yang paling mendasar, pertanyaannya adakah kita sudah melihat dalam perbedaaan antara lane base oriented atau ocean arcipelegic base oriented atau nanti ada model-model lain di Negara-negara lain dalam penataan ruang ini , saya mempelajari itu. Kebetulan studi saya di bidang pembangunan dan perencanaan pembangunan wilayah. Kalau ini terlalu lane base mana yang perlu dirombak untuk lebih menyeimbangkan antara lane base oriented dengan ocean arcipelegic base orientecf, saya bilang sebetulnya pas waktu saya minta anda duduk di sini tentunya ini yang kami harapkan supaya ini sejalan dengan Rancangan Undang-undang tentang Pembangunan Jangka Panjang yang kesan kami adalah terlalu sederhana.

Pertanyaan yang ketiga, manajemen F1enataan Ruang. Menurut hemat kami di negeri ini paling amburadul adalah manajemen. Manajemen pemerintahan, politik, semua yang bersifat manajemen sedang berada dalam keamburadulan yang tinggi. Saya kira dari tangkapan saya, kawan-kawan tadi banyak sekali perhatian yang diberikan kepada manajemen Penataan Ruang karena konflik akan tinggi, yakinlah. Pada saat konflik akan tinggi maka manajemen akan sangat diperlukan secara efektif.

Ada tiga model manajemen Penataan Ruang, yang pertama model yang lebih menekankan kepada pengalokasian ruang berdasarkan market mechanism, berdasarkan mekanisme pasar, dimana peranan institusi, peranan negara di minimalisir model ini banyak di Amerika, di Kanada. Jadi mengalokasian, menata ruang, mendistribusikan ruang, itu lebih banyak tunduk kepada market mechanism. Model yang kedua, sebaliknya pendistribusian, pengalokasian, panataan ruang banyak menganut bukan kepada market mechanism, tetapi kepada institusional mechanism peranan kelembagaan, peranan pemerintah, peranan Negara. Kalau di Korea Utara dan di China ini lebih banyak dipakai dimana pada pilihan kedua ini peranan pasar diperkecil. Pada yang pertama tadi peranan pasar sangat besar, peranan kelembagaan begitu kecil. Ada model ketiga, model ketiga adalah mengkombinasikan antara model market mechanism dengan institusional mechanism, sehingga timbul suatu fokus yang kita sebut kesejahteraan rakyat. Model mana yang ditempuh untuk itu, ini sebetulnya terus terang, maaf , ini tidak jelas ini, selama anda akan masuk ke dalam market mekanism di dalam penataan ruang, distribusi ruang, pengalokasian ruang apa yang tadi dikatakan konfersi lahan akan terjadi dengan tidak adil. Lahan subur akan habis-habisan karena pasar, sebab pada waktu terjadi konflik penggunaan lahan, maka siapa memenangkan konflik itu adalah mereka yang dapat mendayagunakan space rate yang paling tinggi ekonomi rate nya dengan pertarungannya pasar, maka menanglah pasar. Tapi kalau kita menggunakan model yang kedua, pada waktu terjadi konftik penggunaan lahan tetapi kalau Pemerintah kuat tetap ini harus dilakukan di pertanian, pasar akan tunduk dan kalah atau dia akan mencari lahan lain. Pilihan kita apa sebetulnya, ini diskusi terlalu luas mungkin, tetapi saya harap ini penyelesaian ke depan. Saya mengantisipasi konflik ruang ini akan sangat tinggi, kalau begini terus tidak jelas, serahkan kepada Peraturan Pemerintah, serahkan kepada Peraturan Menteri, saya agak khawatir ini. Model mana yang kita anut di sin,i, ada tidak orang-orang dari PU yangr menggagas Rancangan ini, tolong diperhatikan ini. Saya lebih cenderung mengkombinasikan penggunaan market mechanism terkombinasi dengan institusional mechanism. Jadi i11i tidak tunduk di bawah, kalau faham ekonominya faham yang liberalism di dalam ekonomi lahan. Jadi kalau kita menata ini sekaligus ada land market reform supaya bisa, contohnya konkrit saya bilang tadi pasar menghendaki lahan ini,sangat bagus, sangat cocok untuk mendirikan pabrik, boleh,

23 ~

ARSIP D

PR RI

Page 24: ARSIP - berkas.dpr.go.id

tetapi lahan yang subur kau bangun di sana gantinya. ltu siapa yang mengatur bukan lagi pasar, tetapi kombinasi pasar dengan kelembagaan. lni tidak jelas, yang nanti banyak mengambil manfaat tadi, pak Gubernur mengatakan hanya penguasa-penguasanya, padahal kalau di Amerika gubernurnya tetap selamanya gubernur, menteri selamanya menteri. Pa, ini kalau saya boleh diskusi lebih mendalam model mana yang harus kita termasuk kawan-kawan yang mensponsori rancangan ini.

Yang terakhir, saya senang pemidanaan sanksi, salah satu keamburadulan di dalam ujung sebuah proses manajemen di Indonesia tidak konsistensinya kita menegakan ketentuan atau yang sekarang di sini sanksi dan pemidanaan, cendrungnya disini sebetulnya hampir longgar ya. Dari pandangan teman-teman tadi saya tangkap diperlukan adanya pemidanaan yang lebih tegas. Ada tiga model juga, model yang pertama, adalah setiap Undang-undang yang mempunyai nilai public policy yang tinggi tanamkan di situ pemidanaan yang tegas, atau yang kedua biarpun dia mempunyai nilai public policy yang tinggi itu turunkan pemidanaan atau sanksi itu ke dalam Undang-undang yang lain yang sudah ada, ada lagi yang ketiga, kita sedang merancang penggantian Undang-undang hukum pidana, sedang diproses di Baleg hanya bengkak terus dari 700 Pasal sekarang sudah 800 sekian Pasal bakal bengkak lagi, apakah kita serahkan saja kesitu, ada untungnya ada ruginya.

Menurut teman-teman dengan membayangkan ini akan merupakan arena yang penuh konflik, apakah sebaiknya pemidanaan itu kita tancapkan dengan kokoh, sehingga orang tidak perlu lagi mencari referensi lain pada waktu ter~iadi pelanggaran Undang-undang, mana modelnya. Mungkin pertanyaan saya ini agak menjadi umumnya tetapi menurut saya format dari ini apa sebenarnya kalau hanya bikin Pasal-pasal tadi, tidak terlalu susah itu.

Terima kasih, Assalamu'alaikurn.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Silahkan bapak Hasanuddin.

F-PG (HASANUDDIN MURAD): Terima kasih, Assalamu'alaikurn. Sekaligus saya memperkenalkan diri, nama saya Hasanuddin Murad. Saya hanya ingin

urun rembug, dari perbincangan yang muncul yang kita dengarkan tadi bahwa bagitu kita melihat dalam rancangan ini temyata tidak ada sank.Si pidananya. Ada satu pertanyaan yang sangat menggelitik, bahwa persoalan tata ruang adalah persoalan masalah kebijakan, karena dia adalah suatu kebijakan katakanlah Tata Ruang Kabupaten, Tata Ruang Kabupaten itu dibuat oleh Bupati dengan DPR.

KETUA RAPAT: Saya potong, kira-kira ini interupsi, karena ada 3 penanya, kalau bertanya kita daftar.

F-PG (HASANUODIN MURAD): lnterupsi sajalah .. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin ikut berwacana dengan teman-teman

sekalian. Maaf tadi saya tidak tahu, saya kira sudah habis pak ketua. Perlu menjadi pemikiran kita bersama, bahwa ada keinginan yang besar dari wacana yang muncul dari RDPU kita tentang sanksi pidana ini , tetapi bahwa tata ruang adalah persoalan kebijakan, apakah suatu kebijakan itu bisa kita pidana.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, saya persilahkan penanya berikutnya adalah bapak Arsa Suthisna.

F-KB (ARSA SUTHISNA): Terima kasih. Assalamu 'alaikum.

24

ARSIP D

PR RI

Page 25: ARSIP - berkas.dpr.go.id

Pertanyaan saya tidak tahu kepada siapa ditujukan, tetapi mungkin lebih banyak kepada kelompok tani. Saya ~kan teknis saja, s;aya mau bertanya tentang masalah-masalah yang timbul saat ini, supaya nanti' Undang-undang ini tidak menimbulkan rnasalah yang sama, mungkin saya agak teknis sedikit. Bapak tadi mengatakan, bahwa lahan itu menyusut karena alih fungsi, begitu pabrik bangkrut, orang kena PHK, lahan pertanian yang kena pabrik kan tidak bisa digunakan lagi, timbulah sekarang men!Jgelembung pengangguran begitu tinggi.

Saya pernah dengar juga lahan pertanian, apa perkebunan di Pulau Jawa tinggal 20% atau 10% kecil, malah pad a waktu kita bahas Undang-undang Megapolitan, karena itu menyangkut Jawa Barat dan Banten, di Jakarta itu masih ada 400 hektar sawah mungkin tidak akan dijadikan sawah lagi, akan dibangun infrastruktur megapolitan itu, sehingga ada pertanyaan apa perlu sawah di Jakarta. Kalau dia merambat ke Jawa Barat atau Banten tentu ada lahan-lahan pertanian juga akan kena karena pembangunan real estate.

Selama ini yang saya lihat juga banyak Pemda membangun melalui Perda-perdanya karena begitu besarnya kewenangan, sehingga menyebabkan misalnya begini, di Bandung di Kebon Kelapa, itukan sudah banyak r:nasyarakat atau pengusaha kecil/menengah itu ribuan bedagang di situ, tetapi karena menurutmeref~a itu mengatakan kalau itu kaki lima, itu tidak ada PAD pemasukan, s~hingga dibikinlah Perda dibangun Mall, dan mereka kena gusur, karena namanya Mall pasti idapat masukan Perda. Waktu saya kunjungan ke Sumatera Baral, ada seorang Bupati di daerah Dharmasraya, di situ ada semacam lumbung padi, 75% penduduknya memang bersawah, tetapi kami rugi tidak ada masukan bagi PAD, makanya dia tawarkan siapa yang ingin membangun pabrik di situ supaya dapat PAD, nah bagaimana menurut Eapak pengaturan tata rua~g, apa harus lebih detail seperti kata bapak Bomer tadi tentu ada konflik­konflik dalam pengatl!lran tata ruang, mi~alnya apakah di sini boleh dibangun, di sana tidak boleh, apa bisa ditentukan 1dalam induknya, karena tentu ini akan berbenturan juga dengan Undang­undang Otonomi Daerah yang ada, karena mereka juga mempunyai kewenangan untuk menentukan daerahnya sendiri.

Kedua, menurut Bapak dimana kelemahan se1lama ini, sehingga yang sebenarnya menurut bapak, misalnya ini untuk daerah pertanian harus dipertahankan, tetapi tiba-tiba dia hilang. Selama ini lermahnya dimana ? kalrena dulu juga sudah ada UU No 24 tahun 1992. Peranan Asosiasi atau BapakLbapak kontak tani ini dimana selama ini, apakah tidak ada masukan bagi Pemerintah Daerah "T!ingkat I atau Tingkat II termasuk Pemerintah Pusat.

Ketiga, menwrut saya tadi pembinaan itu, kalimat "pembinaan" perlu, karena namanya pembinaan bukan berarti yang di bawah dianggap bodoh, tidak pak. Kai au kita baca di Bahasa Indonesia baku yang disebut pembinaan itu berarti mengawasi, mengarahkan, dan mengendalikan, itu perlu, kalau tidak dikendalikan kan amburadul. Makanya konotasi pembinaan itu bukan berarti dia rnenganggap di bawah lebih bodoh dari pada di pusat. Oleh karena itu menurut saya kalimat itu harus tetap ada di dalam Undang-undang itu. Nah itu mungkin beberapa pertanyaan saya, sepab kenapa ini saya kemukakan pak, ternyata akibat berdiri mall-mall yang menggusur sektor-syktor informal, pen1gusaha kecil dan menengah yang selama ini dapat penghasilan di situ, ternyata sekarang darii 109 juta angkatan kerja, kayanya sud ah masalah nasional. ltu 69% bekerja disektor informal, itu yang disebut penganggur sebenarnya, dia tidak bekerja, karena dia tidak berada dalam hubungan kerja. Na~1 ini kedepan dengan pengaturan Undang-undang Tata Huang saya kira harus diselamatkan, karena bagaimanapun mereka juga adalah bangsa kita ju1ga yang harus kita lindungi penghasilannya.

Terima kasih.

KETUA RA~AT: Baik, barangkali sebelum saya lanjutkan ke bapak Afni, kita sepakati dulu waktu yaitu Bab

Tata Tertib mengatur pada jam 12.00 WIB berakhir Rapat Dengar Pendapat, untuk itu saya perpanjang sampai j~m 12.30 WIB. Silakan Pak Afni 10 men it.

(RAPAT: SETUJU)

F·PAN (AFNil ACHMAD): Terima kasihi, bapak Ketua, Dan saya r:iohon izin setelah 1ni saya meninggalkan ruangan. Saya akhirnya ingin

berkomentar, tetapi rhungkin bukan dalam bentuk pertanyaan. Saya juga konsen dengan apa yang

25

ARSIP D

PR RI

Page 26: ARSIP - berkas.dpr.go.id

dikatakan bapak Bomer tadi. Persoalan undang-undang ini nanti persoalan implementasi, dan itu persoalan konflik dan

1memang kebudayaan itu lahir karena konflik, jadi tidak selamanya konflik itu

jelek, ada jug a bag us, tetapi konflik-konflik yang mengarah kepada suatu hasil yang positif. Tadi saya m~nggaris bawahi apa yang dikatakan lnkindo, soal kata-kata menghilangkan

"pembinaan''. Memang kita kapok rasanya di zaman orde baru kata "pembinaan" itu mE'njadi wacana, bukan hanya wacana tetapi realita yang harus kita terima, dan itu akhirnya memasung kreatifitas seluruh banlgsa ini, dikoptasi oleh suatu kelompolk tertentu yang akan membuat kita tidak cerdas. Tetapi persoc~lannya hari ini adalah ketika kita berlhasil melawan itu semua, kita nyatakan kebebasan sebebas-6ebasnya, sehingga akh;irnya susah sekali kita mendapatkan kesepakatan hari ini. Tadi bapak ~atakan, bahwa Undang-undang ini nuansanya adalah konsistensi terhndap kesepakatan, Undang-undang ini intinya adalah kesepakatan bersama tetapi realitas hari ini susah sekali kita menemuKan kesepakatan itu. Penyebabnya seperti dikatakan bapak Bomer tadi pertempuran yang tidak ada habis-habisnya antara institusi dengan market. Sekarang kita tahu market menguasai kita, bahkan harga diri kita pun dikuasai oleh market itu hari ini, pertanyaan saya adalah apakah kita harus meminimalisir institusi itu untuk meneruskan syahwat market ini, ini persoalan besar, dan saya yakin seyakin-yakinnya setelah ini diundang-undangkan ada demonstrasi menentang undang-undang ini, dan akhirnya kita tidak menemukan suatu kekuatan untuk melakukan langkah-langkah implementasi terhadap undang-undang ini, dan ini saya mohon menjadi konsern kita bersama.

Ketika Undang·-undang ini kita putuskan, kita sepakati, kita bersama-sama mempertahankannya, jangan kita memprovokasi, karena dengan melawan itu kita mendapatkan posisi. Di tengah-tengah upaya rekonstruksi nasional ini, recoveri bangsa ini saya melihat terlampau lama rezirn ini membuang-buang energi untuk konsolidasi. Tiga Presiden yang telah memimpin Republik ini tidak berhasil membuat bangsa in'i siap untuk melambung pak, hari demi hari kita berubah, dan kita membanding-bandingkan Negara kita hari ini dengan Negara-negara yang sudah maju, kita mengabaikan proses, kita cuma mau out put. Kita membandingkan diri kita dengan Amerika, derngan China dan segala macamnya, kita tidak melihat system politik disana sudah mapan, gampang saja dia melakukan perubahan. Tetapi di tengah-tengah kita sekarang ini dimana perubahan m~njadi sesuatu kepentingan yang sangat kuat, tetapi kepastian menjadi suatu niscaya, saya tidak t~hu perubahan macam apa yang kita temui nanti. Jadi mohon sama-sama kita berubah pak, tetapi b;ayangkan apakah perubahan-perubahan ini bisa diterima secara kolektif oleh bangsa ini, ataukah iri akan menghasilkan pertengkaran-pertengkaran yang akan mengahabiskan energi bangsa ini unt:uk recovery. Tadi bapak katakana, bahwa perbatasan-perbatasan kita punya potensi untuk diambil Negara tetangga, memang selalu ketika bangsa kita lema1 kepemimpinannya, Negara tetangga punya syahwat untuk mengambil alih dan selalu peperangan diantara dua Negara' tetangga adalah apabila satu Negara lemah, maka Negara tetangga akan mencaplok, itu hukurti alam. Jadi jangan salahkan Malaysia, jangan salahkan Singapura, Filipina dan Australia, karena itu salah kita sendiri, karena kita hari ini sedang mencabik-cabik diri kita sendiri.

Saya tidak tahu sampai kapan bapak SBY selalu bermanis-manis dalam keadaan in,. Maaf, bapak Demokrat, bapak Silalahi. Artinya bapak SBY baik betul orangnya, sehingga tidak pernah tegas, saya tidak mengerti kalau Golkar, saya ngeri seperti bapak Harto lagi semua dipindahkan. Jadi ini kan persoalan bangsa kita ditengah perjalanan, apakah kembali ke otoriterier ataukah kita akan menemukan jalan anarki, itu persoalannya, atau kembali kepada kepastian atau ketidak ten tu an.

Hari ini kita seakan-akan berada diluar masalah, kita rubah-rubah saja undang-undang ini. Pertanyaannya, adalah mampukah kita meyakinkan bangsa kita bahwa akhirnya undang-undang itu penting untuk kita bersama-sama, itu persoalan mendasar dan itu mungkin tidak bisa dijawab dan tidak perlu dijawab Pa, terima kasih. Saya cuma mau menyampaikan perasaan saya saja, saya khawatir melihat undang-undang ini, ngeri sekali saya melihat undang-undang ini.

Terima kasih. Assalamu'alaik:um.

KETUA RA~AT: Memang be~ar apa yang dikatakan orang, bahwa dulu beliau adalah penasehatnya bapak

Amin Rais, kalau Sutrisno Bachir tidak mampu merekrut baliau, saya sayangkan bapak. Baik, terima kasih Bapak-bapak sekalian, saya kira masih ada.

26

ARSIP D

PR RI

Page 27: ARSIP - berkas.dpr.go.id

F-PG (HASANUDIN MURAD): Ketua, Kalau masih diijinkan.

KETUA RAPAT: Silahkan!

F-PG (HASANUDIN MURAD): Oke!

KETUA RAPAT: Bapak Hasanuddin, masih? Silakan, 5 menit!

F-PG (HASANUDIN MURAD): Nggak, 2 menit saja. Saya nambahkan kakak saya, Pak Heri, yang menyampaikan

berkaitan dengan luasan ekonomik dari lahan-lahan pertanian di dratf Rancangan Undang­Undang. Ada Pasal 29, 30, 31 yang berkaitan dengan batasan-batasan luasan untuk Ruang Terbuka. Tapi di sini disebutkan berkaitan dengan persediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau. Kemudian penyediaan Ruang Publik, ada syarat-syarat 30%, 10% dan sebagainya. Saya hanya mohon tanggapan dari bapak-bapak sekalian yang mungkin dari lnkindo, dari HKTI dan nelayan. Apakah untuk menyelamatkan ketersediaan atau ketahanan pangan untuk seperti yang disampaikan bapak pendeta tadi itu, untuk 5 tahun, 10 tahun yang akan datang, kita perlu memberikan batasan-batasan luasan? Kami, kebetulan dari Komisi lnfrastruktur, ada satu aspek yang menjadi krusial berkaitan dengan penyediaan air baku untuk pertanian. Pihak Departemen Pekerjaan Umum, sumber daya air untuk men9-aplikasikan waduk yang baru sekarang ini mereka pertimbangkan dan tidak mungkin untuk di 1lakukan sekarang ini adalah kepastian atau jaminan perlindungan kawasan untuk menjaga di balik suplai air tersebut. Jadi kalau kita menanyakan, kenapa tidak dibikin waduk-waduk baru untuk suplai air pertanian maupun untuk pembangkit listrik? Jawabnya adalah tidak ada jaminan untuk perlindungan kawasan hutan, untuk menyelamatkan suplai air tersebut.

Untuk itu saya mohon tanggapan, karena ini ada beberapa Pasal yang menyebutkan menyangkut batasan-batasan luasan meskipun ini bersifat prosentif dari tingkat untuk Kota maupun untuk kawasan Ruang Terbuka Publik maupun terbangun Publik. Bagaimana tanggapan untuk adanya sebuah luasan untuk kawasan-kawasan tertentu.

Terima kasih.

F-PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO): Pak Ketua, !!mu Kesehatan.

KETUA RAPAT: Baik, Silakan pak.

F-PDIP (NUSYIRWAN SOEJONP): Baik, kalau begitu. (Teori umum untuk kesehatan, ya.) (Ya, silahkan). Baik saudara-saudara sekalian dari Serikat Tani, Real Estate, Dewan Maritim Indonesia

dari Provinsi (tidak jelas) barangkali satu saran dan penajaman dari pada rekan-rekan apa di Pansus Tata Ruang ini.

KETUA RAPAT: Baik, saudara-saudara sekalian dari f<:ontak Tani, Real Estate, Dewan Maritim, lnkindo,

Gapensi, demikian barangkali suatu penajaman daripada rekan-rekan anggota Pansus tata Ruang ini barangkali masih ada jawaban dari rekan-rekan dan saudara-saudara sekalian, silahkan satu persatu dengan mengingatkan waktu, waktu kita tinggal 27 menit lagi. Untuk itu barangkali kita serahkan dari awal pada sesuatu yang tarnggun9, selamat malam. Silahkan.

KETUA KTNA (WITONO TOHIR): Baik, Mungkin saya secara ringkas saja.

27

ARSIP D

PR RI

Page 28: ARSIP - berkas.dpr.go.id

Yang pertama, tadi masalah penataan ruang-ruang pedesaaan agar masyarakat desa sudah ke Kota. Selama dia mendapatkan seluruh fasilitas Kota, ya listrik, telpon, persediaan air dan jalan desa, yang terakhir nanti dari usaha, dia tidak akan ke Kota. Karena sekarang kondisinya sudah berbeda kalau investasi swasta itu masuk. Nah, ini yang lebih penting mungkin masalah ketentuan pengolahan lahan. Jadi sebetulnya yang dulu telah dipersiapkan bahwa kepemilikan tanah ini untuk transmigrasi ini kan 2 hektar. lni tergantung usaha yang ditekuninya, kalau itu memang aturan 2 hektar itu dikatakan minimal, walaupun Menteri Pertanian kita pertemuan di Surabaya dengan KTNA seluruh Indonesia lewat Paripurna, itu akan mendapatkan 5 hektar. Tapi ini rasanya sulit. Tapi dengan 2 hektarpun sudah cukup hanya saja dari segi usaha apa itu mau tanaman pangan, Holtikultura maupun dari perkebunan, kalau tanaman pangan memang rangkingnya terendah dibandingkan dengan tanaman perkebunan maupun hortikultura, begitu juga dari peternakan.

Jadi tanaman pangan ini paling rendah rangkingnya, kalau itu bukan tanaman pangan perlu ada penambahan luasan. Tidak 2 lagi, tapi minimal 3. ltu perhitunganya, untuk kepemilikan seorang petani itu mendapatkan sejahtera. Nah, kalau ingin memikirkan bagaimana petani agar sejahtera, nanti belum disebut ya bapak Bomer katanya ada ~~ancangan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Petani. Saya rasa itu dperlukan sekali, kalau itu ada karena juga akan mengait dengan Rancangan Undang-Undang tentang Tata Ruang, larinya kepemilikan, Jadi kesejahteraan ini nanti akan saya tidak akan jelaskan nanti akan lebih panjang, tapi nanti bisa dilihat dari petani dari Eropa, mungkin di Paris kita bisa dapatkan melalui kedutaan kita di sana.

Selanjutnya, masalah lampiran ini kami perlukan sekali, karena kalau tidak ada lampirannya kami juga tidak bisa lengkap dan detail, gitu pak. Jadi kami mohon dikirimkan lampiran dari Rancangan Undang-Undang ini, yang katanya Anggota Dewan dapat lampiran, tapi kita tidak dapat., jadi agar lebih baik lagi. Dan untuk mempertahankan lahan ini memang kita perlu ada lahan abadi yaitu dengan pemberi,an sertifikat, katakanlah gratis, tapi dia akan jadi lahan abadi, kita sudah sampaikan juga kepada teman walaupun di daerah variasi informasinya. Tapi mayoritas banyak yang setuju dan ada permintaan itu masalah PBB dibedakan antara lahan abadi dan lahan non abadi. Jadi lahan abadi itu PBB-nya agar diperlunak, yang non abadi ini sesuai dengan ketentuan, walaupun sepertinya PBB tidak seberapa, tapi ini merupakan rangsangan bagi petani agar dia tetap lahannya jadi lahan abadi, karena pada waktu krismon yang lalu, ini lebh mudah menjual, lebih menguntungkan dibandiingkan dengan dikelola, tapi sekarang situasi sudah berubah lebih untung dikelola daripada dijual tanah. Nah, terus kaitannya dengan bapak Gubernur, pak Mangindaan, kebetulan saya pernah kesana lihat latihan beliau, jadi ada tempat latihan.

Masalah yang tadi disampaikan pak Marauke. Kita memang secara global saja, walaupun di Sulawesi ini, Sulawesi Selatan yang kita lihat, tapi di Sulawesi Utara juga ada tanaman pangan, tapi nanti setelah kita lihat Tata Ruang per Provinsi ini akan tampak nantinya Kabupaten mana untuk tanaman pangannya. Jadi tadi kita lihat secara global saja. Jadi seperti lrian itu secara globalnya karena dilihat dari kondisi alamnya, walaupun di Merauke ini ada lahan yang luas. Jadi untuk itu kita nanti didetailkan per Provinsi, mengenai Provinsi-provinsi gabah tanaman pangan ini. Nah, untuk ekstensifikasi memang kita pada waktu itu kita sama-sama, kebetulan waktu itu tahu 1988, kita sudah bahas ini, bahasnya bukan dengan orang Indonesia dan orang Jepang pak, karena sudah 9 bulan di sana ternyata orang Jepang sudah banyak masuk ke Indonesia, sudah tahu persis tentang kondisi di Indonesia. Orang Indonesia sendiri tidak tahu tahun 1988 itu dan setelah kami jajaki di sini, memang yang paling memungkinkan Sumatera untuk pengganti bukan pengganti tapi pendamping Pulau Jawa ini Sumatera yang sangat memungkinkan untuk di tingkatkan ketahanan pangan ini, bukan berarti daerah lain, tidak, seperti daerah Kalimantan Tengah tadi itu memang waktu itu pro-kontra ternyata sudah dicoba lagi oleh Gubernur dengan petani di sana ternyata sudah cukup berhasil, menurut saya didorong tidak perlu dikomentari, tapi didorong karena sudah kadung ada tanah itu di sana, jadi dilanjutkan saja untuk 1 juta hektar itu lahan di sana di kalimantan Tengah. Kalimantan Selatan juga memungkinkan tapi ini juga perlu dicari yang termurah untuk mencetak sawahnya.

Selanjutnya, kalau melihat negara yang punya Tata Ruang yang baik, pak, dari sisi pertanian ini, bukan dari sisi yang lain ini, dari sisi pertaniannya Jepang. Disana sudah jelas di setiap Kabupaten itu berbeda-beda di maha lahan sawah seperti daerah Pukui itu daerah padinya, terus baru ke Provinsi lain itu juga dia tanam buah-buahan.

Jadi kalau dia itu daerah padi seperti di Pukui, dia tidak boleh tanam, apa itu buah Peach ataupun itu tidka boleh buah Apel, Apel adanya di tempat lain, di Provinsi Komamoto, Komamoto

28

ARSIP D

PR RI

Page 29: ARSIP - berkas.dpr.go.id

itu daerah Apel semua. Ja~i kalau dilihat sisi pertaniannya di Jepang sama merekomendasikan, mohon maaf, merekomend~sikan petani di sini itu dari sisi pertanian, tapi dari di sisi lain, mungkin juga negara lain. Pertumbu~annya juga, pak, termasuk bagaimana di sana produsen traktor begitu banyaknya, tapi per Kabupaten itu sudah jelas, bahwa satu kecamatan ini satu mesin penggilin1J yang besar, satu pompa pensin dan satu market. ltu satu kecamatan. Sehingga petani di kecamatan itu, supermarket sudah ada, pombensinnya sudah ada, pabrik yang besarnya sudah ada, jadi mereka tidak kerrnana-mana, karena sud ah ditata sedemikian. Dan itupun termasuk penjualan traktor, kalau kec~matan wilayah Kubota, itu di sana itu tidak ada Yanmar. Yanmar itu di tempat lain, itu Yanmar semua. Sehingga koperasi maupun itu mulai dari yang kecil sampai yan 1J besar itu Yanmar semua. ltu wilayahnya di situ, diprotektur di situ, nanti prefektur lain itu K.ubota. Sehingga penyediaanya lengkap, mulai dari ring sampai baut. yang gede ada, karena meman·J Kubota - Kubota semua, Yanmar - Yanmar semua. Jadi itupun Tata Ruang itu begitu bagus. Saya merasakan sekali, bahwa hal itu perlu juga kita tiru disini, jadi tidak 1 (satu) Kabupaten itu 2 (dua) merk sehingga terjadi 1Pertarungan yang tidak sehat.

Selanjutnya masalah Agro-lndustri, ini sangat perlu sekali dan saya rasa sudah ada di kita di daerah-daerah di mana daerah horti, di mana daerah perkebunan. lni sangat kita sayangkan, kenapa orang lain yang bisa memanfaatkan tapi di kita tidak bisa, contoh saja, tidak usah jauh­jauh, coklat. Coklat ini, koq, inegara lain yang punya nama, ya, bahan baku dari kita. Ta pi, kita tidak bisa, memang di kita ini tiqak ada rangsangan bagi investor di bidang pertanian, kalau dinegara lain investor itu di bidang pertanian, itu ada rangsangan dari Pemerintahnya. Padahal kita usulkan, kalau ada investor di bidang pertanian paling tidak itu investasinya itu ada masuk subsidi bunga, di sini tidak ada semuanya. ~adi tidak ada daya tarik bagi orang lain masuk ke Indonesia. Jadi kalaupun kita ngobrol mas9lah Agro-lndustri, ini baru hanya cerita saja. Masih jauh sekali, kalau tidak ada fasilitas yang bis~ dirasakan oleh investor apabila masuk ke Indonesia. Jadi demikian tadi dari saya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, silahkan dari Real Esatate

i

KETUA REI (LUK~AN P.): Terima kasih, Bapak Pimpinan.

I

Jadi sesuai dengan apa yang kami catat masukan-masukan dari para Anggota Pansus untuk masuk pada Pasal-pasal. Dari usulan-usulan yang kami sampaikan, pak, tadi harapan­harapan mengenai Tata R(Jang yang secara integrasi, yang menghasilkan kompetitif Edge bagi Indonesia. Saya mengusulkan penajaman kembali di Pasal 20, 23 dan 25. di mana kalau tadi kita dengar dari rekan dari lnkindo, bahwa Tata Ruang ini akan berujung pada suatu rencana, sampai pada gambar-gambar.

Di dalam Pasal 20 itu dikatakan bahwa konfennya adalah dengan tujuan penggunaan tanah. Kami berpendapat bahwa sebelum tujuan pemanfaatan tanah itu ada, yang paling penting dalam setiap Tata Ruang iadalah visi, kalau kita hendak menyusun suatu Tata Ruang Nasional, apakah bisa dilakukan tanRa kita belum merumuskan dulu visi nasional kita mau bagaimana. Saya melihat, mohon maaf, saya mencontoh di Malaysia di bangunnya Putra Jaya 75.000 Hektar, kemudian Kuala Lumpur Airport, Twin Towers, Pelabuhan kelas lnternasional di dahului suatu visi 20 tahun ke depan hampir!sama dengan Tata Ruang kita berumur 20 tahun, bahwa Malaysia 20 tahun lagi akan menjadi b~ngsa yang bagaimana dengan pola perekonomian bagaimana. Oleh Karena itu kami berharap, !bahwa di Pasal 20 itu ditambahkan adanya suatu visi yang mengikat Tata Ruang ini mau ke mara. Saya sependapat dengan bapak Bomer, pak, itu akan terjadi suatu konflik di perjalanan kala~ kita tidak diikat dcilam suatu visi. Contoh lagi, misalnya Provinsi Wangtalo, pak Gubernur, ipadahal disana mencanangkan sebagai Provinsi jagung. Bagaimana mungkin membuat Tata Rµang Provinsi tanpa diikat dan disahkan bahwa visi sebagai Provinsi penghasil jagung nasional lini mengikat kepada seluruh masyarakat dan elemen-elemen di dalam Provinsi itu, contoh lain misalnya di Kabupaten Sleman, tempat Universitas Gajah Mada atau katakan Bandung, kalau Tata Ruang Bandung atau Sleman hendak dibuat tanpa ditetapkan adanya suatu visi. Kabupaten Sleman mciu menjadi Kola apa, kalau Kata Bandung menjadi Kola Pendidikan, atau Kabupat~n Bekasi ingin menjadi suatu Kata lndustri, atau bagaimana yang lain, menurut hemat saya ini tid?k mungkin dilakukan. Jadi saran kami, pada tingkat nasional perlu ada

29

ARSIP D

PR RI

Page 30: ARSIP - berkas.dpr.go.id

ditetapkan visi. Dan alang~ah baiknya pada level UU ini juga ditetapkan, siapa yang harus menentukan visi itu. bapak ~residen-kah, atau siapa, ini jelas.

Demikian juga di dalam Tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, tanpa itu, saya pikir, penggunaan Ruang dan Pe~ataan Ruang ini akan mengambang. Kemana larinya. Jadi terkait juga nanti di dalam pelaksanaan[ timbul konf!i~ dan s.ulit ~danya .. siapa yang aka~ ~imenangka~ dalam suatu konflik permasalahan~ Kota pend1d1kan, k1ta b1cara mfrastruktur pend1d1kan, apa saia yang harus dipenuhi. Kota PariWisata, tentunya Tata· Ruang adalah mengarah ke pariwisata, karena kompetitif edge dari pada Kabupaten/Kota itu harus menuju kepada pariwisata. Demikian juga Kota perdagangan atau misalnyq Kepulauan Riau, sebagai daerah yang perbatasan antara Batam dan Riau, harus ada kesepakat~n dulu kalau tidak di tengah jalan ini berantem, pak. Jadi menurut saya di dalam konten ini di Rasal 20, 23 dan 25 saya usul ditambahkan adanya suatu visi, Kabupaten/Kota, Provinsi ataupun visi Nasional.

Yang kedua, menyangkut pertanyaan ataupun penajaman dari Bapak Mangindaan mengenai manajemen. Kami usul di dalam Pasal 35 dan Pasal 50, di sini yang belum disinggung adalah bagaimana melakukran ijin pemanfaatan Ruang. Menurut saya, ijin pemanfaatan Ruang ini adalah awal konflik masal~h mis-koordinasi. Seyogyanya ini juga ditetapkan ijin pemanfaatan ruang untuk suatu pemanf$atan tingkat Kabupaten/Kota ditetapkan di sini. Pak Bupati atau pak Walikota. Tingkat tadi misalnya, contohnya bandara, pak. Bandara kalau itu memang untuk kepentingan Kalimantan Tilmur tidak bisa ter.iadi suatu konflik antara Walikota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kertanegara. Hanya dalam jarak beberapa puluh kilometer mengenai lapangan terbang. Harus diputus olehi pak Gubernur dan ini harus ditetapkan.

Mengenai ijin pemqnfaatan ruang, menurut hemat kami mestinya bisa dilakukan pada saat ijin. lni kalau di real estate c;idalah ijin prinsip Penataan Ruangnya, sebelum ada ijin-ijin berikutnya. Pada saat ijin itu dilakukan; akan dilakukan suatu sidang akan disalurkan suatu dengar pendapat, seyogya semua sektor ter111asuk sektor transportasi, pertanian kalau perlu tidak hanya dinasnya. Jadi misalnya teman-teman dari kelompok masyarakat juga dilibatkan, pak. Nah, ini sehingga ketika ijin ini sudah selesa) disepakati, ijin pemanfaatan Ruang untuk lapangan terbang Tingkat Provinsi di Kalimantan Timur disepakati dor demikian, semua yang hadir, yang ikut hadir Permitted, termasuk segalar sesuatu pendukungnya. Nah, ini suatu usu Ian

F-PDIP (NUSYIH~AN SOEJONO): lnterupsi sedikit, K~tua. Boleh saya menanggapi pak Lukman, penebangan daerah pemukiman itu, itu kan ada ijin

lokasi, ijin apa dan sebagalnya. Apakah itu tidak disebut juga i.iin pemanfaatan Ruang, karena ijin dari Tata Kata itu juga nontonnya dari rencana Tata Ruang daerah?

KETUA REI (LUKMAN P.): Terima kasih. Jadi sekarang ini ~etiap ijin memang ada suatu sidang, pak, didalam kita memanfaatkan

ruang, tetapi kondisi sekar$ng barangkali lebih cenderung suat:u hal yang normative, sehingga ini adalah sekedar suatu prqses yang harus dilalui. Nah, apa yang kami usulkan adalah di dalam Pasal 35 dan Pasal 50 ini idiangkat menjadi UU dalam suatu Pasal, sehingga ini akan mengikat semua pihak, pak. Jadi ini (llisalnya begini, kalaulah kita mendapat suatu ijin pembangunan suatu fasilitas, di situ ada misalnya masalah dihadirkan juga PLN, dihadirkan juga PDAM. lni kalau komit juga listrik ada, pak. Jangan sampai nanti kita membayangkan sesuatu, ini terus juga tidak ada, pak. Jadi ini yang kami maKsudkan.

Jadi kalau misalnya tadi, masalah pelabuhan. Saya dengar pelabuhan penggantinya Tanjung Perak, tarik menc1rik antara Pemerintah Daerah Surabaya dengan Kabupaten Gresik. Bisa juga tarik menarik yang lain. Nah, ini juga harus disepakati. Jadi kami maksudkan, pak. Supaya, karena ini diangkat di dalam kerangka Undang-Undang, harapannya adalah ini bisa menjadi penentu, bahwa di dalam kasus semacam itu sudah diatur didalam Undang-Undang, bahwa hal diputuskan, kalpu fasilitas dengan Provinsi sesuai dengan Tata Ruang Nasional ada bandara di situ atau ada sa~u pelabuhan, maka diputuskan.

Hal ini, pak Mangipdaan, mudah-mudahan ya, memang koordinasi ini memang menjadi suatu hal yang sulit, pak. Tapi setidaknya, kalau pada waktu ijin pemanfaatan Ruang, komitmen­komitmen itu terjadi, mak~ misalnya pihak pemohon ijin juga seyogyanya sudah mengajukar menginginkan dukungan-d~kungan apa yang harus dilakukan oleh instansi-instansi yang lainnya.

I

30

ARSIP D

PR RI

Page 31: ARSIP - berkas.dpr.go.id

Barangkali, konsen kami, pak, di dalam. kami tegaskan Pasal 20, 23 dan 25 menyangkut visi dan kemudian ijin pemanfaatan Ruang, Pasal 35 dan Pasal 50 untuk ditetapkan adanya ijin pemanfaatan Ruang dan oleh siapa: Sehingga itu juga, komponen-komponen yang akan mendukung seyogyanya dikaitkan di situ.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Baik,terima kasih. Silahkan bapak Dewan Maritim.

DEWAN MARITllVI INDONESIA: Terima kasih, pak. Saya tegasnya hanya singkat saja. Yang pertama, barangkali harus kita ingat bahwa RUU ini adalah leg genera/is, jadi

keterlibatan banyak. Oleh karena itu dari tadi saya sudah menekan bahwa dasar dari penyusunan ini, karena ini genera/is ini harus berangkat dari pada Asistibilistik dengan pendekatan tadi adalah pendekatan wilayah. Jangan diparsialkan antara darat, laut dan udara, artinya ini adalah suatu sistem keterpaduan.

Kemudian tadi saya sangat setuju dengan 3 metode yang pendekatan, bagian yang terakhir itu khan sebetulnya untuk kebutuhan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat itu berangkat dari apa? Dari sumber daya alamnya, pak. Jadi konfiik yang terjadi bukan hanya melihat penduduk yang ada. Konflik terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Kalau kita hanya melihat penduduk, maka fokusnya adalah pada Landis, padahal kita adalah negara kepulauan. Asistibilistik yang harus kita lihat. ltu yang harus menjadi dasar. Sehingga yang belum disentuh tentang pembangunannya untuk kepentingan rakyat di daerah-daerah terpencil ini, itu bisa tertampung di sini. Tadi Bapak sudah mengatakan bahwa memang ada, kita mempunyai gambaran bahwa sudah adanya gambaran-gambarannya itu, tapi Frame-nya ini harus dibuat dalam UU ini, pak. UU ini harus dibuat, Frame-nya harus dibuat. Nah, Frame-nya ini yang muatan-muatannya ini harus berangkat dari Asistibilistik. Kalau ini melihat bahwa ini hanya melihat dari segi Tata Kotanya,. Provinsi. Padahal ini banyak sekali konflik terjadi.

Saya, bisa bayangkan saja, ini ada beberapa kali Dewan Maritim mengadakan pertemuan antara dari pertambangan dengan pemanfaatan pelabuhan bersama dengan para MSI. lni setelah temukan tentang sumber daya alam dan ada kepentingannya Over Lapping semuanya. Yang diatur adalah Tata Ruan1~. Jadi Tata Ruang. ini adalah Panglima dari semua pembangunan. Oleh karena itu kami mohon maaf, karena di sini tidak tertulis, pak. Karena ini baru kemarin sore kami terima. Tapi kami berjanji, kami bukan sanding, pak. Tapi akan kami perbaiki. Akan menambah dan memperbaiki supaya lebih indah dan lebih mengena sampai kepada bagian dasarnya. Oleh karena itu, barangkali pada kesempatan ini, ingin kami sampaikan bahwa Dewan Maritim Indonesia akan siap membantu ini.

Memang ada beberapa Pasal yang menurut pikiran kami dengan teman-teman tadi pagi kami sempat kertemu bahwa ini adalah perlu ada perubahan-perubahan, karena kalau misalnya yang di laut, yang tadi jangan sampai bertentangan dengan lnternasional, kita punya alur laut kepulauan. ltu wilayah negara kita, tapi komitmen dengan dunia luar. Jangan sampai ini rnasuk Tata Ruang untuk pemanfaatan, padahal. ini sudah kepentingan lnternasional. Nah, belakangan ini, teman-teman yang dari perhubungan, bisa tanya perhubungan, yang dulu sebagai konsulnya di IMO, ini sudah menimbulkan bahwa di antara Kalimantan dan Sulawesi, PBB sudah mendesak memperlebar lagi alur kepulauan. Jadi harus dilebarkan ini. Oleh karena itu saya katakan tadi jangan dipisahkan antara laut, darat dengan udara. lni harus satu sistem karena ini sangkut paut. Kegiatan yang ada di sungai itu akan menyangkut sampai kelaut. Kalau wilayah alur kepulauan ini tercemar yang ada dari alatmos ini, tidak akan diblokade oleh lnternasional. Dan ini akan berbahaya apalagi dengar-dengar PBS sudah menjalankan apa yang namanya /SS Code. Keamanan itu harus ada terjamin. Oleh karena itu saya mengharapkan bahwa ini ada perubahan­perubahan dan Dewan Maritim akan membantu ini.

Kemudian, pak Mangindaan, sebetulnya hak ulayat itu mereka lakukan karena sudah dari keturunan adalah konservasi tujuannya: Jadi wilayah itu konservasi. Jadi tidak ada penetapan berapa besar tapi biasanya karena populasi ikan yang di situ terlalu banyak, tidak boleh diganggu wilayah ini harus mendengar dari opolau sama dengan yang ada di Aceh harus mendengar kepada Panglima laut. ltu karena berdasarkan pada konservasi saja, jadi tidak ada batasan-

31

ARSIP D

PR RI

Page 32: ARSIP - berkas.dpr.go.id

batasan itu. Dan itu, boleh dikatakan, komitmen tidak tertulis, tapi masyarakat sana patuh terhadap itu. Saya kira demikian, pak. Terima kasih. Barangkali akan kami kirimkan secara tertulis.

KETUA RAPAT: Baik, tadi dari Dewan Maritim Indonesia. Terima kasih. Silahkan dari Himpunan Kerukunan

Tani Indonesia (HKTI)

KETUA HKTI (MARTIN): Baik, Pak Pimpinan. Saudara Rahmat akan menjawab dari HKTI

HKTI (RAHMAT): Terima kasih. Assalamu'alaikum Wr. Wb. Bapak-bapak sekalian, setelah kami melihat dengan teliti Rancangan Undang-Undang

tentang Penataan Ruang ini, kami bersyukur sekali ada beberapa-berapa hal yang sangat memperhatikan di bidan£1 pertanian, tapi satu hal lagi yang kami ingin tetap tambcihkan supaya masalah pertanian, pangan itu secara eksplisif dan masuk di dalam kata-kata dimanapun tempatnya ini berada.

Kami ingin, seperti yang dikatakan ale~ pak Bomer Pasaribu, di masa-masa yang akan datang tidak akan ada konfiik-konflik yang berkaitan dengan Penataan Ruang, khususnya sebagai sumber pangan kita. ·

Kemudian, khusus untuk pak Mangindaan, kami sangat menghargai usulan bapak mengenai kawasan untuk Agro-lndustri. Kita ingin sekali bahwa aspek Agro-lndustri yang meningkatkan nilai tambah produk pertanian itu juga dimasukan entah dimana tempatnya, khususnya menyangkut Pasal 5 Ayat (2), di situ dikatakan sebagai Kawasan Budi Daya, kalau boleh juga di situ juga ada secara spesifik tidak hanya budi daya tetapi juga kawasan produksi.

Dan kawasan produksi itu mencakup Agro-lndustri. Dan di situ juga disebutkan supaya dalam konteks lndustri khususnya menyangkut Agro-lndustri itu tidak hanya dikembangkan di kota­kota tetapi juga di pedesaan. Sehingga wilayah pedesaan itu juga mendapatkan nilai tambah. Dan nilai tambah itu pedesaan bisa berkembang dengan sendirinya, karena pedesaan bisa mengembangkan dirinya sendiri. Dan itu merupakan bagian tak terpisahkan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang. Dan mohon juga, dalam konteks perubahan Rancangan Undang-Undang menjadi Undang-Undang, hal-hal semacam ini juga dimasukan.

Dan lagi-lagi mengenai usul pak Bomer Pasaribu, mengenai aspek market mekanism dan institusional mekanism, saya pikir UU int nantinya justru bisa menata dan menyeimbangkan antara kepentingan market mekanism dan institusiona/ mechanism, karena di situlah ini bisa mengurangi hal-hal yang berkaitan dengan market value dan nantinya interfensi Pemerintah itu bisa menjadi kuat. Dan lnterfensi Pemerintah bisa kuat, k.arena ada Undang-Undang yang dibuat dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu juga kami mengusulkan, dimanapun tempatnya supaya Pemerintah mempunyai mekanisme di dalam pengaturan tidak hanya sekedar pengaturan, tapi mempunyai kewenangan yang lebih kuat. Konkritnya adalah supaya Pemerintah juga tidak hanya menguaE.ai lahan-lahan Publik tapi juga memiliki lahan-lahan Publik yarig tidak bisa di-konversi oleh siapapun karena ini adalah milik Pemerintah, contoh yang paling konkrit adalah kawasan hutan, kawasan danau, kawasan sumber-sumber yang bisa mensejahterakan rakyat termasuk kawasan hijau terbuka yang disebut di sini, tapi masih belum konkrit. Hutan Kata sangat baik untuk paru-paru Kata, selama ini makin lama makin hilang dan seharusnya ini milil< Pemerintah yang tidak bisa dikonversi oleh siapapun dan dalam bentuk apapun. Karena itu kami mohon supaya Pasal-pasal ini juga masuk di dalam Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang nantinya. Jadi kalau di sini sudah ada taman terbuka, tadi usul bapak Anggota yang terakhir harus ada nanti di dalam penjelasannya, berapa jumlahnya, berapa luasannya. Sehingga hal semacam ini bisa menjadi sanksi, kalau misalnya ini berkurang.

Dan hal semacam ini menjadi bagian dari kewenangan UU, dimana UU itu memjadi pedoman kita semua. Supaya kalau nanti ada perubahan sanksi inipun ada sanksi-sanksi pidananya dan pidana ini menyangkut dan mengatur kita semua. Apakah pejabatnya? Apakah pengembangnya? Atau siapapun yang melakukan perubahan atas pelanggaran UU tersebut.

32

ARSIP D

PR RI

Page 33: ARSIP - berkas.dpr.go.id

Kemudian juga yang menyangkut hak-hak yang menyangkut hak-hak milik Publik yang nantinya ada hubungannya dengan pengaturan khususnya ada hubungannya dengan pertanian kita. Tadi ada yang menyebut mengenai lahan dimana lahan dibuat sebagai kompleks pasar seperti Careefor, di negara manapun yang namanya pasar-pasar seperti itu tidak pernah ada di perkotaan. Pasar-pasar yang menguasai sedemikian banyak orang dimana ini bisa menghancurkan milik rakyat itu seharusnya jauh dari pemukiman kita, seperti Carrefor atau Hiper­hiper market itu tidak diclatangi oleh orang yang jalan kaki, tapi oleh orang yang punya mobil, seharus itu ada di wilayah pedesaan.

Ada 2 hal yang kita dapatkan, di satu sisi masyarakat pedesaan mendapatkan manfaat pasar lebih dekat dengan tempat penjualan. Di satu sisi, masyarakat perkotaan juga bisa datang ke pedesaan dan itu bisa langsung mensejahterakan masyarakat pedesaan. Dan kami jug a berharap yang namanya Rancangan Undang-Undang tenta~g Penataan Ruang yang di sini disebut-sebut sebagai mensejahterakan rakyat itu benar-benar mensejahterakan rakyat. Dan kalau ini benar-benar terjadi maka ketakutan atau, katakanlah peringatan yang disampaikan oleh pak Bomer Pasaribu, mengenai konflik yang di masa-masa mendatang akan terjadi ini tidak akan terjadi. Dan seperti apa yang dikatakan oleh pak Winarno tadi, bahwa Penataan Ruang jug a harus membuat sedemikian keseimbangan di dalam hidup kita. Di desa harus ada pasar tertentu, infrastruktur jalan tertentu, pusat hiburan tertentu sehingga semuanya tidak hanya menumpuk di perkotaan. Nan hal-hal seperti ini nantinya kita tidak bisa hanya menyelesaikan melalui UU ini saja, tapi juga berkaitan dengan UU yang lainnya misalnya perpajakan. Bagaimana mekanisme perpajakan terhadap alih fungsi, bagaimana mekanisme perpajakan terhadap pemukiman yang menyalahi aturan, itu juga bisa diatur dengan mekanisme perpajakan, termasuk kepemilikan lahan yang double, sehingga pajak-pajak progresif juga dikaitkan. Nah, ini kewenangan bapak-bapak yang ada di sini. Dan dengan kondisi seperti itu maka konflik-konflik yang mungkin akan terjadi, paling tidak dari sekaran~1 ini sudah diantisipasi melalui UU ini.

Dan juga untuk kawan-kawan kami yang khususnya di REI, di Gapensi dan di lnkindo. Kami juga ingin sekali kawan-kawan ini memperhatikan juga kalau Real Estate Indonesia tidak hanya pemukiman-pemukiman yang ada di perkotaan, tapi juga yang ada di desa-desa, kalau mengembangkan kawasan industri, seperti Pak Mangindaan katakan, tidak hanya industri elektronik, industri otomotif, tapi bagaimana industri-industri yang berbasis pertanian kita. Ramra tercipta menjadi ban. Kemudian industri gabah kita menjadi' beras, beras menjadi limbahnya menjadi particle-board dan seterusnya. Dan ini harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam RUU Penataan Ruang. Sekian, terima kasih atas perhatian pada kami Himpunan Konsumen Tani Indonesia.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

KETUA RAPAT: Barang kali saya ingin menyiapkan waktu. Terima kasih kepada Himpunan-Himpunan

bahwa tadi kesepakatan kita sampai jam 12.30 untuk itu kita minta kesepakatan lagi, kita tambah lagi 15 menit sampai dengan jam 12.45. WIB, setuju, ya?

(RAPAT : SETUJU) Silahkan dari lnkindo!

INKINDO: Terima kasih. Tadi dari Pak Heri Akhmadi, kami bersedia untuk menyampaikan secara

detail mengenai proses bagaiman dari awal seperti mimpi yang bisa disebutkan visi dan misi sampai kepada proses sehingga sebagian dari masyarakat ikut dalam proses, tidak nanti di komplain pad a waktu di... (?). Jadi itu nanti saya sampaikan karena pernah kita membuat, seperti rencana Tata Ruang di Jawa Barat itu untuk menentukan sekian persen disediakan untuk hutan di Jawa Barat itu tidak mudah, angkanya ditentukan sekian persen itu mulai Gubernur sampai DPR da~ .sebagainya terlibat Akhirnya setelah diputuskan itu diakui. Walaupun pencapaiannya susah, tap1 1tu suatu proses.

Kedua, tadi dari Pak Mangindaan menyampaikan ini masalahnya masalah manajemen. Kemudian pertanyaannya, bagaimana dengan bangunan yang sudah ada? kan itu masalahnya. Bangunan yang sudah ada ini mau di-apa kan? sebagai latar belakang bahwa bila menganut perencanaan ini dari Eropa atau lnggris itu bila membangun kota baru, dia membangun yang baru,

33

ARSIP D

PR RI

Page 34: ARSIP - berkas.dpr.go.id

yang lama tetapi ditinggal, seperti Delhi dan New Delhi, yang lama dan baru. Tapi bila mengikuti pasar seperti tadi Arnerika, Kanada, kotanya dirombak aja, yang lama tetap aja ada di sini. Tapi kita sebagai dari dut~ dari Indonesia terpaksa juga melihat kenyataan seperti di Republik China (RRC), itu mereka ti~ak sudah ada visi, sudah ada mimpi, bahwa begitu luasnya RRC, tetap meraka mempertaha~kan bahwa tanah yang luas ini tetap dipertahanan. ltu negara yang begitu luas dipertahankan. ~emudian di sana ada aturan, .bahwa apabila petani atau ~e~ilik rumah yan.g awalnya adalah rumalhnya satu, satu, satu, kemudran mereka bergabung meniadr satu lahan, dra bertingkat, mereka m~ndapat kredit untuk membangun rumah ini dan itu Pemerintah khususnya Departemen Peruma~an yang mengunJs ini. Di situ negara mengatur rumah ini jangan melebar kemana-mana. .

Kemudian in~u1stripun diatur, sampai industri itu juga bisa dalam satu gedung. Bisa di tingkat 20, di atas rnasih ada industri ~ekstil, memang menyadari bahwa negara begitu luas ini suatu saat tanahnya ihi akan sampai habis. Jadi.ini memang ada tadi. Jadi itu masih bisa berubah, itu ada cara-cara. Jadi tetap di visi.

Kemudian menanggapi apakah model tadi, pak Bomer Pasaribu, apakah model yan~1 kita pakai, apakah ini pas~r? Kelembagaan? Atau campuran? Bapak tadi usulkan campuran. Kalau kita melihat dari pada manimbang dan sebagainya, kemudian dari filosofi kita, kalau kaya tidak boleh kaya, kalau miskin itu jangan miskin barlget dibantu oleh yang kaya. Kemudian kalau daerah yang maju, terus daerah y~ng nggak maju, ya pikirin. Atas dasar ini berarti kita masih membantu yang lemah juga yang tinggi juga jangan terlalu cepat, ingetin ini masih ada. Atas dasar itu, pasar itu tidak mungkin diam8il, itu lebih menganut kepada kelembagaan. Hanya dalam proses, sudah diputuskan oleh lem~aga atau diawasi pada waktu proses itu. Studi atau faktor pasar itu masuk jadi bukan faktor ke~uasaan di dalam menyusun Tata Ruang itu di dalam proses. Di situ sudah dipertimbangkan, ap~kah daerah ini bagus untuk coklat? Apakah bagus untuk jagung? ltu studinya yang mendalam. Baru dimasukan, baru diputuskan, kelembagaan yang mengamankan. Mengamankan inilah! unsur kelembagaan. Jadi saya lebih cenderung model 2 dan model 3 itu repot juga, pak. Ngambang-ngambang, suatu saat nanti, ya khan pasar membutuhkan jadi saya ijinkan. Nah, ini sulit ilagi. Jadi pasti ada 2 itu begini. Kita sebagai contoh, kalau kita mau pasar, pasar sini aja. Tapi <eontohlah misalnya, Planning perijinan berdasarkan pasar. Contoh misalnya diterapkan di negara~negara kapitalis, lah. Misalnya Jepang. ltu hotel itu sudah terbangun bintang 5. Ada satu hotel maili bangun di sampingnya lagi bintang 5. ltu tidak boleh. Lho kamu nyaingin ini, nanti ini nggak bisa dijual kredit. Nah, si ,hotel ,ini ngajukan, saya bintang 5 tapi pasar saya khusus orang Afrika. Saya b~kan orang Asia. OK, anda tunjukin pasar anda orang Afrika. Dari desainnya, dari interiornya, dan ~ebagainya dan sebagainya, dia menganut paham di orang Afrika yang akan masuk bintang 5. :

Atas dasar it~ pemilik hotel yang lama di sampingnya ace, oke saya setuju. lni pasar juga, tapi pasar ini melindL)ngi investasi pertama. lnilah perlindungan kepada investor. Tidak seperti kita sekarang ini, orang qatang bangun swalayan sudah berkorban bangun, bangun, bangun. Melihat ini bagus datang lagil Gubernur nenteng teman, OK bangun. Di sini baru 3 tahun, lari lagi ke sini. Jadi perlindungan Tata Ruang itu berfungsi melindungi investasi, kalau orang bangun itu terus bangkrut, nggak ada yang mau datang. Jadi inilah maupun pasar, maupun itu sama saja. Tapi kalau ini pasar itu I biasa diterapkan untuk negara-negara yang sudah maju, lah. Mungkin masyarakatnya tidak1terlalu berbeda, jadi bisa berdebat, lah. Lihat gambar juga persis. Kita masih lihat gambar bisa ter~alik, pak apalagi pakai kursinan. Jadi pahamnya lebih kepada Subtitusi inilah yang melindungi. :

Kemudian t~di Pak Nusyirwan, mengatakan bagaimana mengenai batasan Ruang Terbuka 30%? Kalay saya baca di sini disebutkan adalah 30% adalah untuk Ruang Terbuka dan 10% untuk Ruang Piliblik. lni pengertiannya di dalam tulisan rancangan ini adalah untuk kota dan Kabupaten. ·

Pendapat s~ya, bahwa ini tidak bisa diberlakukan untuk Kabupaten, karena kalau saja Kabupaten luasnya 3p0.000 hektar seperti Kabupaten Bandung, itu 30%-nya itu Ruang Terbuka itu 100.000 hektar, terla(u luas. lni hanya bisa diberlakukan untuk kota saja. Khusus untuk kota. Untul< Kabupaten tidak bisa. Tetapi di situ disebutkan untuk Kata dan Kabupaten. lni tidak tercapai. lni kalau tidak tercapai, bagaimana? Siapa yang disalahkan.

Jadi ini men~rut saya, perlu spesifikasi lagi. Contoh kota maupun, kalau luasnya kota di satu Kabupaten atau~ di satu Provinsi, satu Kabupaten itu luas kota tidak lebih dari 1 O sampai 20% dari seluruh wilaya~ di Jawa. Di luar Jawa, Kalimantan dan Sumatera itu luas kota kalau

!

34

ARSIP D

PR RI

Page 35: ARSIP - berkas.dpr.go.id

dijumlahkan luas-lua~ kota itu tidak lebih 5%. 90% itu berupa sungai hutan. dan seba~ainy~" Ja~i apabila mengacu ke~ada 30% ini terbwka ini gaw?t. la~i terl.alu .luas. Saya. k1ra per~u d1 spes1f1kas1. Tadi juga disampaikcin, membangun bendungan 1rn mmta iamman, baga1mana air supaya tetap, supaya tetap ini sung~inya.

F·PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO): Mungkin say~ klarifikasi sedikit'i maksud saya, karena di Ruang terbuka, itu ada batasan

luasan persentase, rheskipun itu angkFJ persentase masih menjadi perhitungan pertimbangan­pertimbangan dan sebagainya, maks~d saya yag berkaitan dengan waduk dan sebagainya. ltukhan mereka membutuhkan sebuah jaminan untuk kawasan perlindungan konservasinya. lni, waduk ini kalau ngg~k ada airnya khan tidak ada fungsi dan manfaatnya tidak .ialan. Nah, ini kaitannya dengan ba~asan luasan.

Di dalam d~aft ini adalah kaitannya untuk Ruang terbuka, tapi bagaimana dengan konservasi hutan lin~ung dan sebagainya. Apakah ini kita perlu memberikan sebuah batasan­batasan luasan terha~ap hal tersebut. ·

Terima kasih~ ;

INKINDO: I Ya, tadi sepf11i yang disampai~an, kawasan hutan lindung ini perlu diberikan persentasi

dalam satu Kabupat~n atau dalam Kota:atau dalam satu Provinsi. Dan itu sebagai jaminan, hanya masalahnya kawasa~ hutan lindung itu; apabila jadi milik masyarakat tanah-tanahnya apa lagi di dekat kota atau dekat waduk itu otomatis Pemerintah harus memilih. Apakah Pemerintah Kabupaten, Provinsi ~an Nasional.

Jadi tidak bisa kita menetapkarn untuk hutan lindung, rakyat tidak boleh memakai, harus berdiri terus pohonnya, ditebang tidak '!boleh,, tapi itu milik masyarakat, saya kira itu tidak bisa, mesti itu milik Pemeri,ntah. Baik, itu saja isebagai tambahan.

Terima kasihi.

KETUA RA~A.T: Baik, dari ln~indo. Silakan terakhir dari Gapensi.

GAPENSI: i Terima kasih:, Pimpinan. Sebagaimanp dari awal tadi, ka1mi dari Gapensi selaku pelaksana, tentu yang kami soroti

terutama dari penjelasan-penjelasan dlari rekan-rekan saya dan juga tadi arahan-arahan dari bapak-bapak Anggo~a Dewan yang ter~ormat, khususnya Pansus ini bahwa kami melihat bahwa RUU ini tentu tujua~nya sangat mulia., Bagaimana menata dan mengatur tentang pemanfaatan alam semesta lndomesia, sehingga masing-masing fungsi dapat berjalan dengan baik. Tentu masing-masing peril~ku mempunyai kep1entingan dalam Penataan Ruang ini sesuai dengan fungsi

I ,

masing-masing, sehirgga masing-masirlg kepentingan itu harus mendapat jaminan. Jaminan dari pada Undang-Undarl

1

g ini supaya masin$-masing fungsi itu dapat berjalan dengan baik. Tadi saya sangat tertarik, tentUJ dalam penyusun~n ini pasti ada konflik, pak. Konflik itu karena memang kepentingan yang m~sing yang beraneka ragam apalagi sebagai mana kata pak Myanmar tadi ada lagi kepentingan-ke~entingan yang dipolitisir, · karena memang Rancangan Undang-Undang ini akan memasuki ko'.ridor politik. Tapi '1kami dari Gapensi selaku pelaksana teknis daripada infrastruktur yang ak~n terlibat dalam jaminan dari pada UU ini, tentu yang paling pokok kami akan nyatakan, bagaiman~ kita menata Ruarg ini menjadi suatu Penataan yang permanen, begitu. Yang tidak gampan~ dirubah-rubah, se~ingga mempengaruhi kredibilitas bangsa, mempen9aruhi pasar dan akan merrlPengaruhi pertumbl)han ekonomi.

Dan juga ba~aimana proses pedjinan-perijinan bilamana telah ditata dalam Tata Ruang ini menjadi mudah, *hingga perlakuanLperlakuan dalam pelaksanaan kegiatan, karena di lapanganpun sampai

1 sekarang tanpa kit~ sadari sangat banyak konflik karena jaminan Tata Ruang

yang khusus di jasa 1konstruksi. lni serin:g terhambat oleh pembangunan bahkan bisa berdampak politik. karena hal i~i, apa lagi di Jakarta Peraturan Daerah yang mengatur pada Rancangan Undang-Undang yarng belum jelas, te~tu harapan kami kalau secara teknis detail mengenai Ran~an~an Undang-IUndan~ ini dari Gap~nsi nanti ini yang akan. me~bahas, karena baru kemarin kam1 tenma tentu srcara f1losofis belurti dapat. kam1 membenkan iawaban, karena menibahas

I

35

ARSIP D

PR RI

Page 36: ARSIP - berkas.dpr.go.id

Undang-Undang ini saya kira bukan hanya retorika karena perlu mendapat nilai-nilai yang sangat bis a kita pertanggungjawabkan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baiklah, terima kasih saudara-saudara sekalian, Anggota Dewan yang terhormat dan rekan-rekan dari Asosiasi Profesi, Ketua Kontak Tar:i

Andalan, Himpunan Kehutanan Tani dan Dewan Maritim yang saya hormati. Demikian lancar sekali Rapat Dengar Pendapat pagi ini sesuai dengan Tata Tertib

mengimbangi Rapat Dengar Pendapat, Rapat Dengar Pendapat Umum kali ini. Kita hanya melahirkan satu catatan, jadi bukan satu rekomendasi. Untuk itu barangkali saya bacakan catatan ini.

Yang Pertama, Pansus Penataan Ruang DPR RI memberikan apresiasi kepada ketua Kontak Tani Andalan Indonesia.

Yang kedua, kepada REI. Yang Ketiga kepada HKTI, lnkindodan Gapensi dan Dewan Maritim atas masukan dan saran berkaitan dengan pembahasan RUU Penataan Ruang s,~bagai revisi atas UU Nomor 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.

Yang kedua, Pansus Penataan Ruan9 DPR RI mengharapkan agar masukan dan saran substantif maupun Pasal dari Pasal dari masing-masing Asosiasi Profesi dan Kontak Tani Andalan dan Himpunan Kehutanan Tani, ini masuk dalam Daftar lnventaris Masalah (DIM) Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang yang antara lain meliputi : a. Proses dan kaidah-kaidah Penataan Ruang; b. Peran serta masyarakat dalam Proses Penataan Ruang; c. Keterbukaan akses masyarakat atas Penataan Ruang; d. Sinkronisasi Penataan Ruang dengan UU Otonomi Daerah dan UU Pokok Agraria; e. Akumulatif terhadap lintas Sektoral/sektor; f. Mekanisme sanksi, Disinsentif dan lnsentif baik administratif maupun pidana; g. Orientasi terhadap ketahanan pangan, daya tahan nasional dan kecenderungan masa depan; h. lntegrasi pengaturan ruang darat, ruang laut dan ruang udara; i. Pendekatan Kenusantaraan kewilayahan atau perpulau besar; j. Pengakuan terhadap hak ulayat dalam Penataan Ruang; k. Kejelasan Menteri atau Departemen penaniggung jawab Penataan Ruang.

Yang Ketiga, Pansus Penataan Ruang menghendaki agar KTNA, REI, Dewan Maritim, HKTI, lnkindo dan Gapensi dapat berperan lebih optimal dan sebagai mitra strategis Pansus untuk memberikan pemikiran-pemikiran alternatif dalam penyempurnaan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang. Saya kira ini adalah hasil notulen atau catatan kita pada hari ini barangkali masih ada tambahan saya serahkan dulu kepada !lnstansi-instansi terkait, masih ada tambahan, pak? Dari anggota DPR? Baik,Terima kasih.

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, hari ini kita bisa bersama-sama dapat melakukan Rapat Dengar Pendapat Umum tentang Rancangan Undanig-Undang Penataan Ruang.

Wabillahi taufik walhidayah wassalamu'alaikum Wr.Wb. Rapat Dengar Pendapat Umum dengan resmi saya tutup. Terima kasih.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 12.45 WIB)

a.n. Ketua Rapat Sekretaris Rapat,

~ Ora. Hani Juliasih

NIP. 210001453

36

ARSIP D

PR RI