ari awaludin j. x4610020

85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE DENGAN BANTUAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI OLEH: ARI AWALUDIN JAMIL X4610020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013

Upload: rizal-r-riez

Post on 26-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE

DENGAN BANTUAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII C

SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

OLEH:

ARI AWALUDIN JAMIL

X4610020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Januari 2013

Page 2: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE

DENGAN BANTUAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII C

SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh:

ARI AWALUDIN JAMIL X4610020

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Januari 2013

Page 4: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Ari Awaludin Jamil. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE DENGAN BANTUAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember2012.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 dengan bantuan tutor sebaya.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun Pelajaran 2012/2013 berjumlah 28 orang yang terbagi atas 14 siswa putra dan 14 siswa putri. Teknik pengumpulan data adalah melalui pengamatan dan pengukuran kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle dan observasi dari proses kegiatan pembelajaran. Analisis data menggunakan statistik deskriptif yang didasarkan pada analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle siswa dari prasiklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. dari hasil analisis yang diperoleh, peningkatan pada siklus 1 dalam kategori tuntas adalah 67.89% dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 19 siswa. Pada siklus 2 terjadi peningkatan persentase ketuntasan sebesar 85.71%. dengan jumlah siswa yang tuntas 24 siswa. Kemampuan teknik dasar dan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat walaupun belum optimal. Pelaksanaan siklus 2 menyebabkan kemampuan teknik dasar dan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi lebih baik serta terjadinya diskualifikasi saat melompat dapat diminimalkan sehingga bisa mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas.

Simpulan penelitian ini adalah melalui pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle dalam pembelajaran Penjas siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Kata kunci: hasil belajar lompat tinggi gaya straddle, tutor sebaya.

Page 7: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

#Ketidakmampuan bukanlah masalah situasi,tapi masalah ada dalam diri kita

sendiri.

(AAJ & Ariend)

#Tuhan memberi kita satu lidah,akan tetapi memberi kita 2 (dua) telinga,agar kita

mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara.

(La Rouchefoucauld)

#Segala sesuatu dalam kehidupan ini harus melalui proses.biarkanlah proses itu

berjalan sebagaimana adanya agar hasil yang di inginkan tercapai.

( Motivator)

#Jangan menganggap remeh setiap detail dalam suatu tugas, karena jika kurang satu

bagian terkecilpun,tugas itu tidak akan bisa berjalan sempurna.

(Penulis)

#Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan

diminta pertanggungan jawabnya.

(AL Quran surat Al Israa' ayat 36)

Page 8: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

Kasih sayang, perhatian, serta Do a kalianlah yang menjadi semangat dalam

hidupku, aku sangat bangga memiliki kalian.

Candatawa dan kalianlah yang menjadi motivasi dalam keseharianku

Kakak bangga memiliki kalian.(Arif NH,M.Anwar F,A.Fatkhur R.)

My princess yang selalu memberi semangat dan perhatian

Keluarga besar mbah Khusosi (alm)

Page 9: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang

memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE DENGAN BANTUAN TUTOR

SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 10 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Progran Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan

dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Ismaryati, M.Kes., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Waluyo, M.Or., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala SMP Negeri 10 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat

guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Slamet S.R, S.Pd., selaku Guru mata pelajaran Penjas SMP Negeri 10

Surakarta, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.

8. Para siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013

yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

Page 10: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Keluarga besar FKIP JPOK dan kos Kemi Fc.( Supri, Didi, Evan, Subhan,

Topo, Parwoto, Joni, Anji, Kasno, Siwi, Giri, Hendra,Haryono, ) kos bastill (

Narto, Oji ) yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Desember 2012

Penulis,

Page 11: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7

1. Lompat Tinggi ........................................................................ 7

2. Gaya dalam Lompat Tinggi ................................................... 7

a. Lompat Tinggi Gaya Straddle ........................................... 7

b. Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle ............................... 8

Page 12: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

1) Awalan .......................................................................... 8

2) Tolakan dan Tumpuan .................................................. 9

3) Sikap badan di atas Mistar ............................................ 10

4) Saat Mendarat ............................................................... 11

3. Hakikat Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama .......... 11

a. Pengertian belajar dan Pembelajaran ................................ 11

b. Hakikat Pembelajaran ........................................................ 12

c. Prinsip Prinsip Pembelajaran ............................................ 13

4. Pengertian Strategi ................................................................. 14

5. Instrumen Pembelajaran ......................................................... 15

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................. 15

b. Instrumen Evaluasi ............................................................ 15

c. Lembar Observasi Pembelajaran ....................................... 16

6. Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 16

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ................................. 16

b. Fase fase Pembelajaran Kooperatif ................................. 17

7. Macam-macam model Pembelajaran Kooperatif ................... 18

a. Student Teams Achievement Division (STAD) ................ 19

b. Tim Ahli (Jigsaw) .............................................................. 19

c. Investigasi Kelompok ........................................................ 19

d. Tutor Sebaya ...................................................................... 20

e. Aplikasi Tutor Sebaya dalam pembelajaran Lompat Tinggi

Gaya Straddle .................................................................. 20

1) Kebaikan Tutor Sebaya ....................................... 21

2) Kelemahan Tutor Sebaya .................................... 22

8. Prinsip- prinsip dalam DAP (Developmentally Appropriate

Practice) ................................................................................. 21

a. Patut Menurut Umur .......................................................... 21

b. Patut Menurut Lingkungan Sosial Budaya ........................ 22

c. Patut Menurut Anak sebagai individu yang unik .............. 22

Page 13: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

9. Pembelajaran teknik Lompat Tinggi gaya Straddle dengan Tutor

Sebaya .................................................................................... 23

a. Latihan Awalan ................................................................. 24

b. Latihan Menumpu ............................................................. 24

c. Melayang ........................................................................... 24

d. Melompat dan Mendarat ................................................... 25

B. Kerangka Berpikir ........................................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 29

1. Tempat Penelitian................................................................... 29

2. Waktu Penelitian .................................................................... 29

B. Subjek Penelitian ......................................................................... 30

C. Data dan Sumber Data ................................................................. 30

D. Pengumpulan Data ....................................................................... 31

E. Uji Validitas Data ........................................................................ 31

F. Analisis Data ................................................................................ 32

G. Indikator Kinerja Penelitian ......................................................... 33

H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 34

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan .................................................................. 39

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................................... 39

1. Siklus 1 Pertemuan 1 .............................................................. 41

2. Siklus 1 Pertemuan 2 .............................................................. 48

3. Siklus 2 Pertemuan 1 .............................................................. 53

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ................................. 57

D. Pembahasan.................................................................................. 58

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

1. Simpulan ...................................................................................... 64

Page 14: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

2. Implikasi ...................................................................................... 64

3. Saran ............................................................................................ 66

Daftar Pustaka ................................................................................................ 67

Lampiran ........................................................................................................ 68

Page 15: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ilustrasi Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle ................................. 8

2. Ilustrasi Awalan Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle .................... 9

3. Ilustrasi Tumpuan Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle ................. 10

4. Ilustrasi Sikap badan saat diatas Mistar ............................................. 10

5. Ilustrasi Sikap badan saat Mendarat .................................................. 11

6. Ilustrasi Pembelajaran Tutor Sebaya ................................................. 21

7. Ilustrasi Awalan dengan permainan memindahkan bola .................. 24

8. Permainan melompati kardus dengan tumpuan satu kaki .................. 24

9. Permainan menggapai sasaran bola yang di gantung ........................ 24

10. Permainan Lompat kardus dalam pembelajaran Lompat Tinggi..... 24

11. Analisis Interaktif Milles dan Huberman ........................................ 33

12. Siklus PTK dalam Penjas ................................................................ 34

13. Grafik Peningkatan ketuntasan Hasil Belajar Lompat Tinggi Gaya

Straddle Siklus 1 .............................................................................. 52

14. Grafik Peningkatan ketuntasan Hasil Belajar Lompat Tinggi Gaya

Straddle Siklus 2 .............................................................................. 57

15. Grafik Peningkatan persentasi ketuntasan Hasil Belajar Teknik dasar

Lompat Tinggi Gaya Straddle ......................................................... 58

Page 16: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Fase- fase Pembelajaran Kooperatif ............................................ 17

2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ............................................... 29

3. Teknik dan Alat Pengumpul Data ................................................ 31

4. Hasil Pencapaian Hasil belajar Siswa .......................................... 34

5. Deskripsi Pratindakan .................................................................. 40

6. Deskripsi Hasil Pengamatan Hasil belajar Lompat Tinggi Gaya

Straddle pada Prasiklus ............................................................... 42

7. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketuntasan Hasil belajar Lompat

Tinggi Gaya Straddle pada Siklus1.............................................. 52

8. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketuntasan Hasil belajar Lompat

Tinggi Gaya Straddle pada Siklus2.............................................. 56

Page 17: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Tinggi ..............................

Bentuk Kartu Ceria.............................................................................

Lembar Contoh Penilaian Kartu Ceria................................................

Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Survei

Awal....................................................................................................

Rekap Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Survei

Awal....................................................................................................

Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Survei Awa

Lembar Observasi Alat Pembelajaran

Data Hasil Belajar Lompat tinggiSurvei Awal..................................

Silabus Pembelajaran Siklus 1............................................................

Rencana Pelaksanaan Pe

Silabus Pembelajaran Siklus 2............................................................

Rencana Pelaksanaan Pembelaj

Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 1

Pertemuan 1........................................................................................

Rekap Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 1

Pertemuan 1........................................................................................

Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Siklus 1

.

Lembar Observasi Alat Pembelajaran pada Siklus 1 Pertemuan 1.....

Lembar Observasi Tindakan Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 1.........

Hasil Kartu Ceria pada Siklus 1 Pertemuan 1...................................

Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 1

Pertemuan 2........................................................................................

Rekap Lembar Obervasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 1

70

71

72

73

74

75

76

77

90

91

111

112

129

130

131

132

133

134

135

Page 18: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

Pertemuan 2........................................................................................

Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Siklus 1

Pertemuan ..

Lembar Observasi Alat Pembelajaran pada Siklus 1 Pertemuan 2.....

Lembar Observasi Tindakan Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 2.........

Hasil Kartu Ceria pada Siklus 1 Pertemuan 2.....................................

Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 2

Pertemuan 1........................................................................................

Rekap Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 2

Pertemuan 1........................................................................................

Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Siklus 2

.............

Lembar Observasi Alat Pembelajaran pada Siklus 2 Pertemuan 1.....

Lembar Observasi Tindakan Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 1.........

Hasil Kartu Ceria pada Siklus 2 Pertemuan 1.....................................

Lembar Contoh Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 2

Pertemuan 2........................................................................................

Rekap Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat KBM pada Siklus 2

Pertemuan 2........................................................................................

Lembar Observasi Aktivitas Guru Saat KBM pada Siklus 2

.

Lembar Observasi Alat Pembelajaran pada Siklus 2 Pertemuan 2.....

Lembar Observasi Tindakan Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 2.........

Hasil Kartu Ceria pada Siklus 2 Pertemuan 2.....................................

Data Hasil Belajar Lompat tinggi p

Data Hasil Belajar Lompat tinggi pada Siklus 1 Pertemuan 2...........

Data Hasil Belajar Lompat tinggi pada Siklus 2 Pertemuan 1...........

Data Hasil Belajar Lompat tinggi pada Siklus 2 Pertemuan 2...........

Foto Pembelajaran pada

Foto Pembelajaran pada ..

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

165

167

Page 19: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Page 20: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan gerak fisik

untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut,

maka dalam pendidikan jasmani diajarkan berbagai macam cabang olahraga. Dari

cabang-cabang olahraga yang harus diajarkan, peserta didik harus melakukan

dengan gerak fisik sesuai tuntutan cabang olahraga yang dipelajari

Lompat tinggi merupakan salah satu nomor lompat yang diajarkan bagi

peserta didik. Membelajarkan lompat tinggi bagi peserta didik Kelas VIII C SMP

harus disesuaikan dengan karakteristiknya baik fisiologis, psikologis dan sosial.

dari hasil observasi di SMP Negeri 10, diketahui pelaksanaan pembelajaran penjas

secara keseluruhan telah berjalan dengan baik, Namun dalam sub pokok bahasan

atletik khususnya materi gerak dasar lompat tinggi, masih banyak siswa yang

belum maksimal dalam hasil belajarnya seperti siswa hanya mampu melompat

tanpa memperhatikan kecepatan lari,tolakan,dan pada saat di atas mistar serta

posisi mendarat. Pada kenyataannya, pembelajaran lompat tinggi peserta didik

Kelas VIII C sering dilakukan seperti orang dewasa. Peserta didik harus

melakukan gerakan lompat tinggi secara berulang-ulang sesuai instruksi dari guru

Penjas. Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 10 Surakarta. Dari pembelajaran

lompat tinggi pada peserta didik Kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta, ternyata

sebagian besar siswa kurang senang dengan nomor lompat tinggi. Para peserta

didik Kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tidak memiliki semangat belajar,

bermalas-malasan melakukan tugas ajar, kurang berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran dan lain sebagainya. Data tersebut ditemukan pada saat diadakan

survey awal, Kondisi yang demikian mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak

tercapai dengan baik, Kasus yang ditemukan oleh peneliti pada saat observasi di

SMP Negeri 10 Surakarta khususnya saat pembelajaran lompat tinggi siswa kelas

VIII C tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan angka 42.85% dari jumlah siswa 28

mendapat nilai di atas 75 hanya 12 siswa, sedangkan yang lainnya nilainya di

Page 21: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

bawah 75 atau belum tuntas. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya siswa tidak tertarik terhadap mata pelajaran atletik kususnya lompat

tinggi, sarana dan prasarana yang kurang memadai dan faktor perencanaan,

pengemasan dan penyajian pembelajaran yang kurang menarik, disamping

minimnya pengetahuan guru tentang perkembangan model dan desain

pembelajaran khususnya yang terkait dengan pembelajaran Penjas. Permasalahan

pembelajaran tersebut tentunya berakibat pada prestasi belajar siswa, baik yang

berhubungan dengan nilai proses maupun hasilnya.

Menciptakan pembelajaran teknik lompat tinggi gaya straddle yang

menyenangkan sangat penting agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, maka

seorang guru Penjas harus mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Salah satu karateristik peserta

didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Surakarta terutama Kelas VIII C

yaitu senang bermain, Pembelajaran penjas dengan bantuan tutor sebaya sangat

sesuai dengan Prinsip DAP (Developmentally Appropriate Practice) dalam tutor

sebaya anak di bebaskan untuk meng explor (menjelajah) seluas-luasnya

kemampuan yang ada pada dirinya serta menemukan segala sesuatu untuk dirinya

yang akan mengembangkan kreatifitas siswa itu sendiri. Tutor sebaya adalah

model pembelajaran kooperatif yang paling tepat dalam membelajarkan penjas

pada siswa SMP dikarenakan pada masa-masa umur tersebut anak paling suka jika

dijadikan tutor dan juga demikian yang menjadi peserta tutornya lebih senang jika

yang menjadi contoh temanya sendiri. tetapi dari sekian banyak model

pembelajaran kooperatif Tutor Sebaya tersebut yang tepat karena sesuai dengan

prinsip DAP .

Dengan demikian merupakan tugas yang harus di selesaikan oleh para

Guru penjas, didalam mengajarkan materi penjas seorang guru harus bisa

menyesuaikan materi sesuai dengan kondisi dan karakteristik anak yang memiliki

ciri khas dan keunikan dalam bersikap dan bertingkahlaku dalam pembelajaran

penjas. Kekhasan tersebut yaitu cara mereka memahami, dan melaksanakan

Page 22: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pembelajaran. Karakteristik siswa inilah yang harus diangkat untuk menjembatani

antara keinginan guru dan anak, guru harus mampu menerapkan model

pembelajaran yang baik dan tepat sesuai dengan perkembangan anak . Namun

pada kenyataanya sekarang ini, masih banyak para guru penjas kurang memahami

model pembelajaran penjas.

Berdasarkan karakteristik siswa yang telah dijelaskan diatas, maka

pembelajaran teknik lompat tinggi gaya straddle disesuaikan dengan kondisi

siswa. Perlu diketahui oleh seorang guru bahwa siswa mempunyai karakter cepat

bosan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pembelajaran teknik lompat tinggi

gaya straddle hendaknya bisa diajarkan secara bervariasi dalam bentuk aktivitas

yang menyenangkan. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap

pelajaran atletik harus diterapkan melalui bentuk-bentuk desain pembelajaran

yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Seorang guru harus mampu

menerapakan desain pembelajaran yang baik dan tepat. Dengan desain

pembelajaran yang tepat, siswa akan mudah menerima materi pelajaran dan

hasilnya juga akan optimal.

Pembelajaran strategi belajar mengajar terdapat beberapa metode yang

dapat digunakan guru salah satunya ialah : Tutor Sebaya dimana setiap siswa

diharapkan mengerti, memahami dan mampu mengajarkan materi yang di

sampaikan guru kepada teman atau anggota kelompoknya dan bagi siswa yang

merasa canggung untuk bertanya langsung kepada guru mungkin karena takut

atau ada alasan lain maka siswa tersebut dapat bertanya kepada teman satu

kelompoknya.

Menggunakan model pendekatan pembelajaran tutor sebaya merupakan

cara yang sangat baik untuk mendorong dan meningkatkan keterlibatan di dalam

rentang keterampilan dan aktivitas yang luas, Tutor sebaya pada dasarnya

merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan pada cabang olahraga apa

saja bahkan dapat digunakan di kelas untuk teori. Model pembelajaran ini bukan

hal yang baru. Guru dapat menggunakan kelompok sebagai penyampaian materi.

Membelajarkan teknik lompat tinggi gaya straddle dengan model

pembelajaran tutor sebaya jarang sekali dilakukan oleh para guru Penjas,

Page 23: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

termasuk di SMP Negeri 10 Surakarta. Pembelajaran lompat tinggi pada peserta

didik Kelas VIII C dilakukan secara konvensional. Dari pembelajaran secara

konvensional ternyata peserta didik Kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta

kurang maksimal berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini

mencerminkan pembelajaran yang dilakukan kurang berkualitas. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

agar siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang

mendalam untuk mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran tutor sebaya

sebagai salah satu alternatif dalam permasalahan pembelajaran lompat tinggi. Hal

tersebut dilaksanakan dengan menggunakan penelitian jenis Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Hal itu dilakukan sebagai upaya meningkatkan keberhasilan dalam

pembelajaran lompat tinggi di SMP Negeri 10 Surakarta khususya pada siswa

Kelas VIII C. Maka diperlukan upaya pengoptimalan hasil belajar siswa melalui

tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Lompat Tinggi gaya

straddle Dengan Bantuan Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas VIII C Negeri 10

Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah bantuan Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar

lompat tinggi gaya straddle siswa Kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun

pelajaran2012/2013?

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya

Pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya adalah suatu model pendekatan

dalam mengajar dengan menggunakan teman sebaya atau sejawat sebagai tutor

yaitu guru memilih siswa yang sudah lulus dalam survey awal selanjutnya guru

dan kolaborator memilih siswa yang mampu menjalankan tugasnya sebagai tutor

dan diberikan pengarahan dan pelatihan lebih intensif dari pada teman-teman yang

lainya seperti :

Page 24: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

1. Tutor lebih sering diberi materi yang lebih mendalam tentang lompat

tinggi gaya straddle.

2. Tutor diberi latihan dengan porsi lebih banyak.

3. Hasil belajar lompat tinggi gaya straddle.

Hasil belajar lompat tinggi adalah hasil penilaian dari melakukan

rangkaian gerakan lompat tinggi dari awalan, tumpuan/tolakan, saat melayang,

mendarat dan tinggi lompatan.

4. Siswa Kelas VIII C SMP 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

Siswa Kelas VIII C SMP 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013

berjumlah 28 siswa. Dengan perincian siswa putra berjumlah 14 anak dan siwa

putri berjumlah 14 anak.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk:

Meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya staddle dengan bantuan

Tutor Sebaya. Pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran

2012/2013

D. Manfaat Hasil Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat

memberi manfaat antara lain:

1. Manfaat bagi siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta

a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan

meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjas,

serta meningkatkan kemampuan lompat tinggi.

b. Dapat meningkatkan teknik lompat tinggi gaya straddle sehingga hasil

belajar meningkat dan kriteria ketuntasan minimum (KKM) dapat

tercapai.

Page 25: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Manfaat bagi guru Penjas SMP Negeri 10 Surakarta

a. Untuk meningkatkan kreatifitas guru Penjas dalam pembelajaran Penjas

agar lebih berkualitas.

b. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara

profesional, terutama dalam pendekatan pembelajaran Perjasorkes.

3. Manfaat bagi sekolah SMP Negeri 10 Surakarta

Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat

terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya

akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.

Page 26: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Lompat Tinggi

Lompat tinggi merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang

olahraga atletik. Lompat tinggi merupakan suatu bentuk gerakan melompat

setinggi-tingginya dengan target melawati rintangan atau mistar. Gerakan-

gerakan dalam lompat tinggi tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis

tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan setinggi-

tingginya. Seperti yang dikemukakan oleh Jarver

adalah mengoptimalkan perubahan energy kinetic pada saat lari menjadi

gerakan anguler (bersudut) sewaktu take off, sehingga diperoleh lompatan yang

.

2. Gaya dalam Lompat Tinggi

a. Lompat Tinggi Gaya Straddle

Lompat Tinggi gaya straddle bagi kita lebih dikenal dengan gaya

anjing kencing. Cara melakukanya, Awalan dari samping, menumpu dengan

kaki yang terdekat dengan mistar kemudian kaki ayun diayaunkan kuat ke

depan atas, di atas mistar seolah-olah tidur telungkup. Kepala segera

diturunkan dan kaki tumpu diluruskan atau disepakkan ke belakang atas.

Adanya sikap seperti ini maka pendaratan sering lebih cenderung dengan

tangan kanan terlebih dahulu dan diteruskan berguling. Tetapi bagi pemula,

pendaratan akan lebih mudah dilakukan dengan kaki ayun lebih dahulu.

Perlu pula di ketahui, bahwa pada saat kaki tumpu akan melewati mistar

tidak harus di sepakkan lurus ke belakang atas, akan tetapi dari dari sikap

lutut kaki tumpu yang agak tertekuk itu langsung ditarik kebelakang,

sehinggga sikap badan akan sedikit terlentang, dan pendaratan dengan sisi

bahu atau punggung terlebih dahulu. Cara ini hanya mungkin dilakukan

Page 27: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

apabila alas pendaratan bukan dari pasir, tetapi dari bahan yang lunak( kasur

busa/ matras)

Gambar 2.1. Ilustrasi Teknik lompat Tinggi Gaya Straddle (Jarver 2009: 53)

1) Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar

lompat tinggi terdiri empat tahapan yaitu awalan, Tolakan atau tumpuan,

Sikap badan di atas mistar dan sikap mendarat. Keempat tahapan

tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak

terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih

jelasnya keempat teknik dasar lompat tinggi dapat diuraikan secara

singkat sebagai berikut:

a) Awalan

Awalan merupakan tahap pertama dalam teknik lompat tinggi

gaya straddle. Tujuan awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan

maksimal pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada

posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan lompat tinggi harus

dilakukan dengan harmonis, Lancar dan kecepatan yang tinggi, Tanpa

ada gangguan langkah agar diperoleh ketepatan dalam bertumpu.

Menurut Jarver (2009:52) "Awalan adalah untuk meningkatkan

kecepatan sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan momentum

anguler tanpa menghambat . Adapun pelaksanaannya

sebagai berikut:

Page 28: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Pertama jarak awalan tergantung pada tiap-tiap pelari (sekitar

7 sampai 9 langkah). Jarak awalan harus cukup jauh dan lari cepat

untuk mendapatkan momentum yang paling besar, kecepatan awalan

dan irama langkah harus tetap. Pada saat melangkah konsentrasi

tertuju pada lompatan yang setinggi-tingginya.

Melalui gambar 2 berikut ini di sajikan Ilustrasi gerakan pada

saat melakukan Awalan.

Gambar 2.2. Ilustrasi Awalan teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle

(Syarifuddin , 1992:76)

Awalan di sesuaikan dengan tinggi mistar yang akan

dilompati. Kecepatan awalan dalam lompat tinggi biasanya dilakukan

secara berangsur-angsur. Artinya mulai dari pelan makin lama makin

cepat, namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa tiga langkah yang

terakhir akan melakukan tolakan, langkah harus lebih panjang dan

cepat, serta badan agak direndahkan dan agak di condongkan ke

depan.

b) Tolakan atau Tumpuan

Tolakan atau tumpuan posisi kaki sama dengan lompat yang

lainnya yakni harus kuat/keras dengan bantuan ayunan kedua tangan

untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila tolakan

menggunakan kaki kanan, maka awalan harus dilakukan dari sebelah

kiri mistar. Pada waktu menolakan kaki bersamaan dengan ayunan

kedua tangan ke atas di samping kepala, di mana badan melompat ke

Page 29: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

atas dan membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama

atau serentak.

Melalui gambar 3 berikut ini di sajikan Ilustrasi gerakan pada

saat menumpu/menolak.

Gambar 2.3. Ilustrasi Tumpuan teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle

( Syarifuddin , 1992:77)

c) Sikap badan di atas Mistar

Perhatikan pada saat posisi badan berada diatas mistar,

sehingga akan membantu pendaratan pada fase melayang bertujuan

Sikap

badan di atas mistar hendaknya terlentang dengan kedua kedua kaki

tergantung lemas, dagu agak di tarik dekat dada, serta punggung

berada di atas mistar seperti busur yang melenting.

Melalui gambar 4 berikut ini disajikan Ilustrasi gerakan pada

saat badan berada di atas mistar:

Gambar 2. 4. Ilustrasi sikap badan di atas mistar ( Syarifuddin, 1992:80)

Page 30: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

d) Saat Mendarat

Posisi badan saat mendarat sangat menentukan benar atau

tidak lompat tinggi ini di lakukan. Mendarat dengan sikap dan gerakan

yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh

pelompat, karena mendarat adalah sikap akhir dari rangkaian gerakan

lompat tinggi yang menentukan berhasil atau tidaknya dalam

melakukan lompatan. Bagi para pemula pendaratan dengan sisi bahu

atau punggung terlebih dahulu jika alas yang digunakan bukan bak

pasir tetapi matras/ kasur busa.

Gambar 2.5. Ilustrasi sikap badan saat mendarat ( Syarifuddin, 1992:80)

3. Hakikat Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama

a. Pengertian belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan sebuah proses dari yang belum bisa menjadi

bisa dari yang belum tahu menjadi tahu, sehingga adanya pengalaman

dalam proses belajar. Intinya pada proses belajar dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan atau kompetensi pribadi. Sehingga akan terjadi

perubahan dalam hal pola pikir dan tindakan karena pengalaman yang

dimilikinya. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk menbantu

peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami

sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan

kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar,

walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,

guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi

pelajaran sehingga mencapai suatu objektif yang ditentukan (aspek

Page 31: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta

keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik.

Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga

mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the

learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa.

b. Hakekat Pembelajaran

Menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran

merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi

aktif. Antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik.

Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada

perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh

guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan

terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua

subjek, meskipun disini guru lebih berperan sebagai pengelola.

Istilah pembelajaran sama dengan instruction diantara menurut

Purwadarminta yang dikutip H.J.Gino Suwarni,sucipto, Maryanto dan

Sutijan (1998:30) dalam Kristiyanto

di kemukakan Sanjaya (2010

Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang

jelas. Ini berarti, Proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya

tidak jelas. jika tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode

mengajar juga tidak mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru

harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar,

metode, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan yang akan

dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar

mengajar, maka seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar

cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Page 32: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka

kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungan dengan

usaha meningatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam

empat kemampuan yakni:

1) Merencanakan program belajar mengajar.

2) Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.

3) Menilai kemampuan proses belajar mengajar.

4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi

atau mata pelajaran yang di pegangnya.

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yang

dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan

dan juga perbedaan. Diantaranya menurut Nasution yang dikutip Gino dkk

(1998: 51) dalam Kristiyanto (2010: 125)

tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam

kecakupan, kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat,

penghargaan, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa

untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam

proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang

tepat.

Menurut Sanjaya menyatakan bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:

1) Berpusat pada siswa 2) Belajar dengan melakukan 3) Mengembangkan kemampuan sosial 4) Mengembangkan keingintahuan,imajinasi dan fitrah 5) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah 6) Mengembangkan kreatifitas siswa 7) Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi 8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik 9) Belajar sepanjang hayat (Kristiyanto, 2010: 125)

Page 33: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk

diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar,

maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

4. Pengertian Strategi

Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang

dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan tertentu.

demi tercapainya tujuan harus menggunakan perencanaan yang baik dan

benar. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, strategi adalah

rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus

(yang diinginkan) yaitu sebagai berikut:

1) Wawasan waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh kedepan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.

2) Dampak. Walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu lama, dampak akhir akan sangat berarti.

3) Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit.

4) Pola keputusan. Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan- keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikut suatu pola yang konsisten.

5) Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spectrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumberdaya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi. ( Hamdani,2010:18).

Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan,

pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan

menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara optimal.

Page 34: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 5. Instumen Pembelajaran

Pembelajaran yang baik dan terencana merupakan syarat awal

tercapainya hasil belajar yang baik dengan demikian apabila kita mau

melakukan suatu pembelajaran, baik itu teori maupun praktek khususnya

pembalajaran penjas tentu harus di dukung dengan instrumen dalam

pembelajaran seperti alat-alat, sarana dan prasarana sampai dengan alat

pendukung sebagai pelengkap demi kelancaran dan tercapainya hasil

pembelajaran yang maksimal. diantaranya yaitu:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat diartikan sebagai

perkiraan atau proyeksi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada

saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. RPP juga mengambarkan

prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan di

dalam silabus. Langkah-langkah Penyusunan RPP yaitu (a) mengisi kolom

identitas; (b) menentukan alokasi wajtu yang dibutuhkan untuk pertemuan

yang telah ditetapkan; (c) menetukan SK, KD dan indikator yang akan

digunakan; (c) merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan

Indikator yang telah ditentukan; (d) mengidentifikasi materi ajar berdasrkan

materi pokok atau pembelajaran yang terdapat dalam silabus; (e)

menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan; (f) menentukan

langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; (g)

menentukan alat/bahan/sumber belajar; (h) menyusun kriteria penilaian,

lembar pengamatan, contoh soal, teknik pensekoran.

b. Instrumen Evaluasi

Instrument evaluasi disini yaitu alat, sarana dan prasarana yang

digunakan untuk pengumpulan data dan menentukan nilai kepada objek

tertentu berdasarkan kriteria tertentu.dan juga semua alat dan bahan yang

terlibat dalam penelitian ini dan di gunakan sebagai evaluasi.seperti: lembar

observasi kondisi awal, lembar observasi siklus 1 dan 2 dan hasil dari

Page 35: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

triangulasi data yang kemudian di jadikan sebagai acuan dalam penentuan

hasil akhir dalam penelitian.

c. Lembar Observasi Pembelajaran

Observasi pembelajaran adalah cara-cara untuk menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dan

melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Lembar

observasi pembelajaran berarti lembar penilaian yang dilakukan pada saat

pembelajaran sedang berlangsung dengan mengamati tingkah laku individu

atau kelompok.

6. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar

siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

dirumuskan. Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan paham konstuktivis. Dalam pembelajaran

kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Dalam pembelajaran ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu

teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Beberapa cirri pembelajaran kooperatif adalah:

1) Setiap anggota memiliki peran. 2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. 3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara

belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. 4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok. 5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat di perlukan.

Page 36: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang

sederajat tetapi heterogen (kemampuan, jenis kelamin, suku/ras), dan satu

sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah

untuk memberi kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara

aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama belajar dalam

kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi

yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk

mencapai ketuntasan belajar. Selengkapnya fase pembelajaran kooperatif

dalam Suprijono (2009:65) sebagai berikut:

Tabel 2. 1. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goasl and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajarn dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teams Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membentu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil pembelajaran

Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan presentasi individu maupun kelompok

Page 37: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan pertisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama, siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran

kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa dan sebagai guru.

Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama,

maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan

sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar

sekolah.

Pendekatan dalam kooperatif dimulai dengan informasi guru

tentang tujuan- tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

Dari tabel diatas tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan

kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian

tugas, tujuan dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung

dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana

keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang

positif dalam belajar kelompok.

7. Macam -macam model Pembelajaran kooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,

terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat

pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru

dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe

dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-

kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa

secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja

Page 38: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai

pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi

tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu..

b. Tim Ahli ( Jigsaw)

Jigsaw bisa dikatakan hampir sama dengan pembelajaran tipe

STAD hanya pada pemberian materinya yaitu, pemberian materi pada tiap

tiap kelompok berbeda sesuai dengan bagian-bagianya. Misalkan materi

yang disampaikan mengenai system ekskresi. Maka seorang siswa dari satu

kelompaok mempelajarai tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok

yang satunya tentang paru paru, begitupun siswa yang lainya.

c. Investigasi Kelompok

Implementasi tipe investigasi kelompok yaitu guru membagi kelas

menjadi kelompok kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.

Kelompok di sisni dapat mempertimbangkan keakraban persahabatan atau

minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik

untuk di selidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas atas

topik yang dipilih.selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan

laporanya kepada seluruh kelas dan setelah satu kelompok selesai

mempresentasikan guru menilai setiap kelompok kemudian menerangkan

tentang masing-masing topik dan meng evaluasi hasil presentasi kelompok-

tersebut.

d. Tutor Sebaya

- benar

dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada

peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang

sama, saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. (Silberman, 2009: 165).

Page 39: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Pembelajaran Tutor Sebaya merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif yang tujuanya yaitu bagaimana membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajan tersebut dan fungsi teman adalah sebagai tutor bagi siswa yang belum begitu paham. Dalam bukunya Silberman (2009: 165) berikut kami sajikan prosedur pelaksanaan tutor sebaya: 1) Membagi kelas ke dalam sub-kelompok. membuat sub-

kelompok sebanyak topik yang diajarkan. 2) Masing-masing kelompok di beri sejumlah informasi, konsep,

atau keahlian untuk mengajar yang lain. Topik yang di berikan hendaknya yang saling berhubungan.

3) Kelompok membuat persentase atau mengajarkan topiknya kepada teman satu kelas. Sebaiknya menghindari ceramah atau membaca laporan. Guru membantu mereka agar membuat pengalaman belajar untuk peserta didik seefektif mungkin.

4) memberikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan, kemudian meminta setiap kelompok mempersentasekan pelajaran mereka.

5) Menghargai setiap usaha mereka dengan cara pemberian penghargaan walaupun hanya tepuk tangan dan ucapan yang menyenangkan dan nilai dari hasil apa yang telah mereka kerjakan.

e. Aplikasi Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya

Straddle

Aplikasi Tutor Sebaya kedalam pembelajaran lompat tinggi gaya

straddle dapat di uraikan sebagai berikut. Dalam satu kelas terdapat 28 siswa

, kemudian di bagi menjadi 3-4 kelompok. Dari hasil observasi yang

dilakukan sebanyak 6 orang siswa yang memiliki hasil keterampilan teknik

lompat tinggi gaya straddle dengan hasil yang maksimal. Setiap kelompok

memiliki 2-3 orang tutor dan masing-masing kelompok mendapatkan

materi yang sama. Guru memerintahkan kepada tutor untuk melakuan

gerakan-gerakan yang sudah dikuasai oleh tutor dan juga di bawah

bimbingan guru, kemudian guru memberikan tes tentang materi yang

diajarkan oleh tutor dengan melibatkan tutor.

Pembelajaran Tutor Sebaya ini mudah dan sangat cocok di

applikasikan dalam pembelajaran lompat tinggi, maka sangat tepat untuk di

terapkan di siswa SMP khususya kelas VIII C yang di harapkan hasil

belajarnya meningkat dan sesuai dengan yang diharapkan yaitu semakin

Page 40: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

banyak siswa yang bersemangat, termotivasi, dan pada akhirnya tercapailah

tujuan pembelajaran yang di inginkan.

Berikut Ilustrasi pembelajaran Tutor Sebaya.

1 2 3 4

Ket. : Tutor : Anggota Kelompok

Gambar 2.6. Ilustrasi pembelajaran Tutor Sebaya

1) Kelebihan Tutor Sebaya

Pembelajaran penjas dengan bantuan Tutor Sebaya sangat sesuai

dengan Prinsip DAP (Developmentally Appropriate Practice) dalam

Tutor Sebaya anak di bebaskan untuk meng explor (menjelajah) seluas-

luasnya kemampuan yang ada pada dirinya serta menemukan segala

sesuatu untuk dirinya yang akan mengembangkan kreatifitas siswa itu

sendiri. Tutor Sebaya adalah model pembelajaran kooperatif yang tepat

dalam membelajarkan penjas pada siswa SMP dikarenakan pada masa-

masa umur tersebut anak paling suka jika dijadikan tutor dan juga

demikian yang menjadi peserta tutornya lebih senang jika yang menjadi

contoh temanya sendiri. tetapi dari sekian banyak model pembelajaran

kooperatif Tutor Sebaya yang tepat karena sesuai dengan prinsip DAP .

2) Kelemahan Tutor Sebaya

Tutor Sebaya juga memiliki kekurangan yaitu jika dalam satu

kelompok siswa merasa ada saingan dan kebetulan siswa tersebut

menjadi tutor maka pembelajaran yang diharapkan tidak sesuai dengan

yang kita harapkan,dikarenakan anak yang di jadikan tutornya adalah

sainganya. Waktu yang dipakai relative lebih lama, karena dulunya

penerapanya di dalam kelas maka jika di aplikasikan di lapangan sedikit

membingungkan. Tentunya semua hal tersebut dapat diatasi apabila

semua pihak yang bersangkutan bekerjasama demi tercapainya tujuan

dari pembelajaran tersebut.

Page 41: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22 8. Prinsip prinsip dalam DAP (Developmentally Appropriate Practice)

konsep DAP adalah (1) Patut menurut umur, maksudnya sesuai dengan tahap-

tahap perkembangan anak, (2) Patut menurut lingkungan sosial dan budaya,

yaitu sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai

dengan kondisi sosial budaya, dan (3) Patut secara individual, yaitu sesuai

dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihannya, ketertarikannya dan

pengalaman-pengalamannya. DAP mencerminkan suatu pembelajaran yang

interaktif dan berpandangan konstruktivisme. Kunci dari pendekatan ini adalah

prinsip bahwa anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka.

Dalam pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan

mengarahkan diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu

membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen

dan dalam pengalaman nyata.

Menurut Bredekamp dan Rosegrant Sebagaimana dikutip oleh

Rebecca Novick dalam papernya (2012) Terdapat tiga dimensi yang harus

dipahami dalam konsep DAP yaitu:

a. Patut Menurut Umur

Pendidik diharapkan memahami tahapan perkembangan anak

secara kronologis. Pemahaman tentang hal ini dapat menjadi bekal bagi

pendidik untuk mengetahui aktifitas, materi, dan interaksi sosial apa saja

yang sesuai, menarik, aman, mendidik, dan menantang bagi anak. Hal ini

sangat penting sebagai acuan dalam merancang dan menerapkan

kurikulum, serta menyiapkan lingkungan belajar yang patut dan

menyenangkan.

b. Patut menurut lingkungan Sosial dan Budaya

Pemahaman pendidik terhadap latar belakang sosial budaya anak

dapat dijadikan dijadikan sebagai acuan guru dalam mempersiapkan

materi pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi anak. Disamping

itu, pendidik juga dapat mempersiapkan anak secara lebih dini untuk

Page 42: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

menjadi individu yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial

budayanya.

c. Patut menurut anak sebagai individu yang unik

Pendidik juga harus memahami bahwa setiap anak merupakan

pribadi yang unik, dimana ia membawa bakat, minat, kelebihan dan

kekerangannya, serta pengalaman masing masing anak dalam

berinteraksi. Program DAP yang dikemukakan oleh Bredekamp dalam

bahwasanya pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai

aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi

siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil

maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk

berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai

aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan

integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema

yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.

Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu

bermakna bagi anak. Proses pembelajaran seharusnya memperhatikan

kebermaknaan artinya apa yang bermakna bagi anak menunjuk pada

pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dengan minat-minatnya.

9. Pembelajaran teknik lompat Tinggi Gaya Straddle dengan Tutor Sebaya

Sebagai model pembelajaran yang berbasis pembelajaran, model

Tutor Sebaya dalam pelaksanaan pembelajarannya membutuhkan persiapan

dan rancangan yang sistematis. Pembelajaran dengan model Tutor Sebaya

dalam teknik lompat tinggi gaya straddle disesuaikan dengan langkah-langkah

menganalisis dan mensintesis model Tutor Sebaya dengan lompat teknik

lompat tinggi gaya straddle yang mengarah pada 4 (empat) pengembangan.

Latihan gerakan tersebut mengarah pada teknik lompat tinggi gaya straddle

dengan bentuk permainan agar siswa tidak terkesan bosan sehingga mudah

untuk mengikuti serta menirukan.

Page 43: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Berikut ini permainan pengembangan ketrampilan awalan,

menumpu/menolak dan melayang serta mendarat :

a. Latihan Awalan

Latihan awalan dengan memindahkan bola:

Siswa di bagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompok dibagi

menjadi dua berbaris berhadapan. Kelompok tersebut memindahkan

anggotanya dengan cara memindahkan bola dengan berlari secepat-

cepatnya.

Gambar 2.7. Melatih Awalan dengan bantuan Tutor Sebaya dalam

Pembelajaran Teknik lompat tinggi gaya straddle.

b. Latihan menumpu

Latihan menumpu dengan estafet kardus dengan satu kaki. melatih

koordinasi otot kaki sebagai gerakan pada saat menolak. Siswa diberi

kesempatan memindahkan kardus melalui samping badan dan kemudian

melompatinya

Gambar 2.8. Permainan melompati kardus dengan tumpuan/tolakan satu kaki

c. Melayang

Melayang menggapai sasaran:

Siswa diberi kesempatan menggapai sasaran yang tersedia yang digantung

diatas mistar.

Gambar 2.9. Permainan mengapai sasaran dengan Tutor Sebaya dalam Pembelajaran teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle

Sasaran

10 15Lari

4-5 m

Page 44: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

d. Melompat dan Mendarat

Melompat dan mendarat dengan permaian antar regu atau

kelompok.

Gambar 2.10. Permainan lompat kardus yang berdiri dengan Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Teknik lompat tinggi gaya straddle

( Syarifuddin, 1992)

Pembelajaran Lompat Tinggi yang dikemas dalam bentuk

pembelajaran Melalui Tutor Sebaya dapat mengembangkan keterampilan

gerak anak, mengembangkan fisik dan kesegaran jasmani, memberikan

dorongan kerjasama, saling menghargai, penyalur kebutuhan dan

keinginan,sebagai sumber belajar dan rangsangan beraktivitas, sebagai

tempat menyalurkan energi bagi anak tersebut, dan tempat belajar

bermasyarakat dan mengembangkan kepribadian.

Melalui Ilustrasi dan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa

model pembelajarn Tutor Sebaya dapat di gunakan untuk membantu

meningkatkan keaktifan siswa, memberikan rasa kemandirian dan

memberikan percaya diri bahwa suatu pembelajaran bisa didapatkan dari

temanya,dengan melakuan pembelajaran yang demikian di harapkan dapat

tercapai hasil pembelajaran yang meningkat.

Page 45: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

B. Kerangka Berpikir

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan program

pendidikan melalui gerak. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran

yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar

yakni menggunakan kegiatan siswa itu sendiri secara efektif dalam

pembelajaran. Siswa di beri kesempatan seluas-luasnya untuk

mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan melakukan latihan yang

sesuai dengan materi pembelajaran.

Pembelajaran penjas harus disesuaikan dengan model dan tipe

pembelajaran yang tepat. Banyaknya model pembelajaran menuntut seorang

guru pendidikan jasmanai olahraga dan kesehatan harus menguasai dan

memahami model- model pembelajaran pendidikan jasmanai. Tutor Sebaya

adalah model pembelajaran kooperatif yang paling tepat dalam

membelajarkan penjas pada siswa SMP dikarenakan pada masa-masa umur

tersebut anak paling suka jika dijadikan tutor dan juga demikian yang

menjadi peserta tutornya lebih senang jika yang menjadi contoh temanya

sendiri. tetapi dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif Tutor

Sebayalah yang paling tepat karena sesuai dengan prinsip DAP

Permasalahan umum dalam pembelajarn penjas adalah kurangnya

model dan strategi pembelajaran sehingga mempengaruhi peran siswa dalam

kegiatan belajar. Selama ini metode yang digunakan guru belum sesuai

dengan karakteristik pembelajaran penjas bagi siswa.yaitu masih banyak

siswa yang belum maksimal dalam hasil belajarnya seperti siswa hanya

mampu melompat tanpa memperhatikan kecepatan lari,tolakan,dan pada

saat di atas mistar serta posisi mendarat. Pada kenyataannya, pembelajaran

lompat tinggi peserta didik Kelas VIII C sering dilakukan seperti orang

dewasa. Peserta didik harus melakukan gerakan lompat tinggi secara

berulang-ulang sesuai instruksi dari guru Penjas, dari data awal yaitu dari

jumlah 28 siswa hanya 12 siswa atau 42.85% yang mampu melakukan

Page 46: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

rangkaian gerakan keterampilan teknik lompat tinggi gaya straddle dengan

baik dan benar

Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat di

gambarkan sebagai berikut:

Kondisi Awal Guru kurang

kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran

1. Siswa kurang tertarik dan cepat bosan dengan pembelajaran penjas 2. Hasil belajar lompat tinggi kurang maksimal dan cenderung rendah. 3. Siswa kurarng banyak mencoba dan belum menunjukan sikap antusiasme terhadap pembelajaran.

Tindakan

Meng aplikasikan model Tutor Sebaya kedalam pembelajaran penjas

Siklus I : -belajar awalan dengan memindahkan bola. -menumpu dengan estafet kardus. -melayang dengan menggapai sasaran . -mendarat dengan melompati kardus dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle yang di bantu oleh tutor.

Siklus II : -belajar awalan dengan memindahkan bola. -menumpu dengan estafet kardus. -melayang dengan menggapai sasaran. -mendarat dengan melompati kardus dan melakukan permainan estafet kardus di lanjutkan melakukan rangkaian gerakan lompat tinggi gaya straddle.

Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Hasil belajar lompat tinggi gaya straddle meningkat

Page 47: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Berdasarkan kerangka konseptual yang di gambarkan tersebut

bahwa, pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan Tutor Sebaya

merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan gerak dasar siswa. Melalui pembelajaran ini siswa menjadi

lebih senang dan aspek-aspek yang terdapat pada diri siswa dapat

dikembangkan. Pembelajaran lompat tinggi dengan Tutor Sebaya aspek

yang di kembangkan yaitu : Kebugaran jasmani, memupuk rasa

kebersamaan dan kerjasama, mengembangkan skill dan untuk

mengembangkan sikap kompetisi. Hal ini dapat diartikan, pembelajaran

yang di aplikasikan melalui Tutor Sebaya tidak hanya mengembangkan

aspek hasil pembelajaran lompat tinggi saja, tetapi aspek yang lain yang

sangat berguna untuk perkembangan siswa tersebut kedepan

Aplikasi pembelajaran Tutor Sebaya dan model-model yang di

terapkan di dalamnya diharapkan siswa mampu mengembangkan dan meng

explorasi seluas luasnya materi yang diberikan guru dalam pembelajaran

Penjas model Tutor Sebaya juga sedikit banyak mengadopsi permaian yang

mengarah ke pembelajaran lompat tinggi tersebut dengan tujuan untuk

merangsang siswa agar tidak cepat bosan dan lebih tertarik melakukan

gerakan-gerakan tersebut. Diharapkan siswa dalam melakuakan

pembelajaran dengan penuh kesenangan dan rasa tanggung jawab yang

tinggi, sehingga hal ini akan merangsang Kemampuan siswa untuk

menjalankan model Tutor Sebaya ini, sehingga dapat meningkatkan hasil

pembelajaran lompat tinggi dan mendapatkan hasil pembelajaran yang

maksimal dan juga meningkatkan skill siswa.

Karakteristik pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan

model Tutor Sebaya tersebut menunjukan bahwa, pendekatan pembelajaran

lompat tinggi dengan bantuan Tutor Sebaya memberikan pengaruh yang

optimal terhadap peningkatan hasil belajar lompat tinggi.

Page 48: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMP N) 10 Surakarta yang beralamatkan di jalan Kartini

No.12 Telp (0271) 635910 Surakarta 57131 atau ± 100 m sebelah selatan

mangkunegaran kota Surakarta. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP N 10

Surakarta ini tergolong belum lengkap dan belum memadai hal ini terlihat

ketika survei awal seperti sarana olahraga.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan selama kurang

lebih dua bulan, yaitu bulan September sampai dengan Oktober 2012.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus mempunyai

kesempatan dua kali pertemuan, namun pertemuan bisa ditambah lagi

sebelum mencapai target capaian yang ditentukan oleh guru dan peneliti.

Setiap tatap muka merupakan bagian dari siklus yang dapat digunakan untuk

melihat peningkatan kemampuan gerak dan aktifitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran teknik lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya. Waktu

pelaksanaan tindakan dari awal siklus, siklus I, kemudian siklus II tersebut

dapat dilihat pada jadwal yang berupa Gantt Chart sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

Kegiatan Penelitian Bulan

Jul Agt Sep Okt Nov Des

1. Persiapan Penelitian

a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru Penjas

Page 49: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa

kelas VIII C SMP N 10 Surakarta. tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah

28 dengan rincian jumlah siswa putra 14 siswa dan jumlah siswa putri 14

siswa.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai

berikut :

1. Informan, meliputi:

a. Siswa: Untuk mendapatkan data tentang lompat tinggi dengan penerapan

pembelajaran pada siswa kelas VIII C SMP N 10 Surakarta tahun

pelajaran 2012/2013.

b. Guru Penjas : Mengetahui tingkat keberhasilan penerapan pembelajaran

lompat tinggi melalui model Tutor Sebaya.

2. Tempat penelitian di lapangan halaman SMP Negeri 10 Surakarta, Peristiwa

yang terjadi yaitu proses pembelajaran Lompat tinggi gaya straddle dengan

bantuan tutor sebaya serta Peristiwa yang berlangsung serta kejadian-

kejadian selama pembelajaran, data tentang aktivitas guru, aktivitas siswa,

dan pelaksanaan Tutor Sebaya.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Siklus I

b. Siklus II

3. Analisis Data dan Pelaporan

a. Analisis data (hasil tindakan 2 siklus)

b. Menyusun laporan/skripsi c. Penggandaan dan pengumpulan

laporan

Page 50: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3. Dokumen, berupa daftar absensi dan daftar nilai Penjas kelas VIII C,

silabus, RPP, dan sebagainya, hasil tes lompat tinggi.

D. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi informasi

tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif. Aspek kualitatif berupa

catatan lapangan pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi dengan

berpedoman pada lembar observasi.

Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi :

Tabel 3.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data

Teknik Pengumpulan

Instrumen

1

Hasil belajar lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan Tutor Sebaya

Siswa Non tes Lembar observasi

2 Aktivitas siswa selama PBM

Kejadian-kejadian selama PBM

Pengamatan Lembar observasi

3 Efektifitas penggunaan alat bantu

Kejadian-kejadian selama PBM

Pengamatan

Lembar observasi dan menggunakan perekam gambar atau foto.

E. Uji Validitas Data

Validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Penelitian Tindakan

Kelas ini menggunakan triangulasi data. Pengumpulan lebih dari satu jenis data

mungkin terlihat berlebihan, namun sebenarnya hal ini dapat lebih membantu

peneliti. Sebagai contoh dengan mengumpulkan data yang berbeda dengan

yang dikumpul di sekolah yang selaras dengan struktur sekolah yang sudah

berjalan. Dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar lompat tinggi dan afektif

Page 51: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

siswa diambil melalui pengamatan dan pengukuran oleh guru penjas. Data

kognitif siswa diambil menggunakan bentuk mengerjakan soal di dalam kelas.

Kemudian untuk memperkuat data digunakan lembar observasi yang dilakukan

oleh peneliti. Dalam lembar observasi tercatat data tentang proses tindakan,

pengaruh tindakan, kendala dalam inplementasi tindakan, identifikasi penyebab

terkendalanya tindakan, dan persoalan lain yang timbul. Ini dimaksudkan

bagaimana pengambilan data yang beragam dapat berhasil berjalan bersama

mengumpulkan data dari berbagai sisi yang dapat memperkuat kasus yang

diteliti. Meskipun demikian ada satu yang harus melebihi atau di atas yang

sudah berjalan. Hanya 1 dari metode pengumpulan data yang bersangkutan

dengan proses penelitian dan oleh karena itu harus secara hati-hati dimasukkan

dalam rencana penelitian.

Uji validitas data dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah

sebagai berikut :

1. Menggunakan triangulasi data observer dari peneliti, guru, dan teman

sejawat

2. Menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya

3. Kemampuan melakukan rangkaian teknik lompat Tinggi Gaya Straddle.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan aktivitas pengorganisasian data. Afifuddin dan

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

analisis data. Kegiatan pengumpulan yang benar merupakan jantungnya

penelitian, sedangkan analisis data akan member kehidupan dalam kegiatan

lih, memilah, membuang,

menggolongkan, serta menyusun kedalam kategorisasi, mengklasifikasi data

untuk menjawab pertanyaan pokok : (1) tema apa yang dapat ditemakan pada

data, (2) seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/tujuan penelitian

Page 52: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

(Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 132). Dalam penelitian ini ada dua

jenis data yang dianalisis menggunakan statistik diskriptif yaitu :

1. Data kuantitatif yaitu nilai dari siswa yang meliputi aspek psikomotor, afektif

dan kognitif yang telah di jumlahkan.

2. Data kualitatif yang berupa lembar observasi yang berisi tentang gambaran

tentang ekspresi siswa dan guru dalam menyampaikan materi.

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan

siklus PTK dianalisis dengan menggunakan prosentase untuk melihat peningkatan

hasil kemampuan gerak dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan keterampilan

gerak dasar lompat tinggi dianalisis dengan menjumlahkan nilai dari 4 aspek.

Kemudian dikategorikan dalam batas tuntas dan tidak tuntas berdasarkan KKM.

Berikut skema model interaktif dalam analisis data :

Gambar 5. Analisis Interaktif Milles dan Huberman (2009:337)

G. Indikator Kinerja Penelitian

Melalui pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya,

diharapkan kemampuan penguasaan lompat tinggi siswa meningkat menjadi lebih

baik dibandingkan sebelumnya. Kemampuan yang diharapkan adalah siswa

menguasai gerakan lompat tinggi.

Penelitian ini ditentukan indikator keberhasilan yaitu apabila 80% dari

jumlah siswa (28 siswa) dapat memperoleh nilai penguasaan lompat tinggi sama

atau lebih dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu nilai 75

Penyajian data

Reduksi data

Display data

Penarikan kesimpulan

Page 53: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Persentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Hasil Pencapaian Hasil Belajar Siswa

Aspek yang diukur Persentase Siswa yang Ditargetkan

Cara mengukur

Kemampuan dalam melakukan lompat tinggi

80 %

Diukur dan diamati pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran, pengamatan secara langsung pada kemampuan teknik gerak lompat tinggi di setiap tatap muka yang meliputi psikomotor, afektif dan kognitif (mengerjakan soal)

Siklus akan dihentikan jika rata-rata atau lebih siswa sudah mencapai

80 % dari KKM(75) dikarenakan dalam penelitian ini jumlah siklus tidak bisa

tentukan.

H. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat

tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi

dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga

(Agus Kristiyanto, 2010: 19)

Page 54: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Keterangan:

1. Plan (perencanaan tindakan): peneliti mengobservasi siswa yang dijadikan

subjek penelitian.

2. Action (pelaksanaan tindakan): guru dan peneliti berkolaborasi membuat

model pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya yang

bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar lompat tinggi.

3. Observation (observasi dan interpretasi): mengamati proses penerapan model

pembelajaran tutor sebaya dan melakukan wawancara kepada siswa setelah

diteliti.

4. Reflection (analisis dan refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan

penerapan model pembelajaran tutor sebaya yang telah dilakukan pada siklus

1 dan siklus selanjutnya.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya

hasil belajar pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran

2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran tutor sebaya. Setiap tindakan

upaya pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus.

Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)

pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi

untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus.

1. Rencana Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil tes dan pengukuran lompat tinggi dan hasil nilai

ketuntasan hasil belajar, selanjutnya peneliti merencanakan tindakan 1, meliputi

kegiatan sebagai berikut.

Pada tahap ini peneliti menyusun sekenario pembelajaran yang terdiri

dari :

1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar

yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran penjas

2) Membuat rencana perencanaan pembelajaran (RPP) dengan

mengacu pada silabus.

Page 55: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.

4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

5) Menyiapkan skenario pembelajaran lompat tinggi.

6) Menyiapkan lembar Observasi.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan mengacu pada RPP yang telah

direncanakan, sebagai berikut :

1) Menyampaikan bahan ajar secara umum dilanjutkan pemanasan.

2) Membentuk kelompok belajar

3) Melakukan latihan teknik dasar lompat tinggi dengan permainan

(awalan, tumpuan/tolakan,gerakan pada saat di atas mistar dan

pendaratan dengan beberapa permainan).

4) Melakukan rangkaian gerakan lompat tinggi .

5) Menarik kesimpulan dan memberikan penilaian selama proses

pembelajaran berlangsung.

6) Melaksanakan pendinginan.

c. Pengamatan Tindakan

Pengamatan dilakukan terhadap: (1) Hasil keterampilan Lompat Tingi

dengan bantuan Tutor Sebaya; (2) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan

keterampilan Lompat Tingi dengan Tutor Sebaya; (3) Kemampuan melakukan

rangakaian gerakan ketrampilan Lompat Tinggi dengan menggunakan bola

yang sudah digantung; (4) Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung;

(5) Efektivitas penggunaan Tutor Sebaya terhadap pembelajaran lompat tinggi.

d. Tahap Evaluasi ( Refleksi )

Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil

penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan

yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.

Page 56: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Rancangan Siklus II

Berdasarkan dari analisis dan refleksi pada siklus pertama, maka

perencanaan tindakan berikutnya adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

1) Guru dan peneliti bersama-sama membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan (treatment) yang

diterapkan dalam PTK, yaitu menerapkan model pembelajaran tutor

sebaya untuk meningkatkan kemampuan teknik lompat tinggi gaya

straddle dengan tingkat kesulitan yang meningkat.

2) Menyiapkan alat yang digunakan dalam permainan untuk membantu

pembelajaran dan menyiapkan formasi penataan alat yang lebih

menarik lagi.

3) Menyusun lembar observasi atau pengamatan pembelajaran

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah

melaksanakan proses pembelajaran dilapangan dengan langkah-langkah

kegiatan antara lain:

1) Menyampaikan bahan ajar secara umum dilanjutkan pemanasan.

2) Membentuk kelompok belajar

3) Melakukan teknik lompat tinggi gaya straddle.

4) Melakukan rangkaian gerakan lompat tinggi (awalan,

tumpuan/tolakan,gerakan pada saat di atas mistar dan pendaratan

dengan bantuan tutor sebaya).

5) Melakukan rangkaian gerakan lompat tinggi dengan peralatan yang

sesungguhnya serta di ukur ketinggianya.

6) Menarik kesimpulan dan memberikan penilaian selama proses

pembelajaran berlangsung.

7) Melaksanakan pendinginan.

Page 57: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

c. Tahap Pengamatan Tindakan

Pengamatan dilakukan terhadap: (1) Hasil tes keterampilan lompat

tinggi; (2) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan keterampilan lompat

tinggi; (3) Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Evaluasi (Refleksi)

Dengan demikian hasil belajar gerak dasar lompat tinggi gaya straddle

terjadi peningkatan yang sangat berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa

penerapan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor

sebaya sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar.

Page 58: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survei untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan. Hasil

dari survei awal sebagai berikut:

1. Siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang

mengikuti pelajaran Penjas berjumlah 28 anak yang terdiri atas 14 siswa putra

dan 14 siswa putri. Dilihat dari hasil penilaian harian siswa yang nilainya baik

pada pelajaran Penjas, khususnya yang berhubungan dengan materi lompat

tinggi gaya straddle hanya berjumlah 12 siswa, dan selebihnya belum tuntas

dalam mengikuti pelajaran lompat tinggi gaya straddle. Dari kegiatan

pengamatan siswa cenderung sulit diatur saat pembelajaran Penjas

berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan oleh observer saat melakukan

pengamatan. Saat mengikuti pembelajaran Penjas, siswa menunjukkan sikap

seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak

memperhatikan pelajaran sepenuhnya (sambil lalu), ada yang berbicara

dengan teman lainnya, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya.

2. Guru kurang bisa mengkondisikan kelas. Dikarenakan model pembelajaran

yang monoton maka situasi pembelajaran kurang menarik dan menyenangkan.

Keadaan seperti ini berdampak pada rendahnya kemampuan teknik dasar

lompat tinggi gaya straddle.

Dari hasil observasi juga diperoleh kondisi awal yang didapat

berdasarkan pengamatan langsung di lapangan selama proses pembelajaran oleh

guru penjas. Berikut merupakan hasil observasi yang telah dilakukan.

Page 59: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 4.1. Deskripsi Pratindakan (Prasiklus)

Aspek yang Diukur

Pratindakan

Cara Mengukur Jumlah Siswa yang Tuntas

Persentase Ketuntasan

Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar lompat tinggi gaya Straddle.

12 42.85%

Diamati pada saat guru memberikan materi teknik dasar lompat tinggi gaya straddle dan soal kognitif dalam kelas.

Berdasarkan data awal yang diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai yang

menunjukkan angka ketuntasan 42.85% dari jumlah keseluruhan siswa. Ini berarti

16 dari 28 siswa belum mencapai batas KKM yaitu nilai 75. Jumlah dari nilai

siswa yang mendapat nilai dibawah 75 menjadi bukti kongkrit bahwa kemampuan

teknik dasar lompat tinggi gaya straddle siswa kelas VIII C belum mampu

mencapai batas ketuntasan belajar siswa.

Selain hasil survei berupa pengambilan data tentang hasil keterampilan

dan rangkaian lompat tinggi gaya straddle, kenyataan atau kondisi di lapangan

pada saat observasi ditemukan terdapat beberapa siswa kurang memperhatikan

saat pembelajaran penjas. Dari kegiatan pengamatan siswa cenderung sulit diatur

saat pembelajaran penjas berlangsung. Saat mengikuti pembelajaran penjas, siswa

menunjukkan sikap seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru,

tidak memperhatikan pelajaran sepenuhnya (sambil lalu), ada yang berbicara

dengan teman lainnya, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya. Selain

itu sarana dan prasarana yang dimiliki sangat terbatas. Hal ini terbukti dengan

sedikitnya alat-alat olahraga yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran Penjas.

Seperti peralatan lompat tinggi hanya memiliki 2 buah matras , tidak memiliki

bilah, tidak memiliki bendera, dan lain sebagainya.

Dari kondisi awal yang telah diketahui, peneliti menerapkan dua siklus

dengan menerapkan pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya

Page 60: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada kelas VIII C. Pada setiap

siklus yang diterapkan masing-masing menggunakan pembelajaran lompat tinggi

dengan bantuan tutor sebaya didalam pembelajaran tersebut setiap tahapan

gerakan pada lompat tinggi gaya straddle dimodifikasi, baik alat-alat

pembelajaran maupun peraturanya.

Skenario pembelajaran telah dibuat sebagai kegiatan lanjutan yang

meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan

refleksi tindakan. Penelitian diakhiri sampai ada perubahan pada indikator

partisipasi siswa ke arah yang lebih baik. Pembahasan masing-masing siklus dapat

dilihat seperti di bawah ini.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap

sampel yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan dari hasil tes kemampuan

lompat tinggi dan nilai ketuntasan hasil belajar sebelum diberi pembelajaran

penjas, dan setelah diberi siklus 1 dan siklus 2. Berikut ini disajikan secara

berturut-turut pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:

1. Siklus 1 Pertemuan 1

a. Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan PTK lompat tinggi meliputi: (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interprestasi dan (4) analisis dan

refleksi.

Pada siklus 1 diberi pembelajaran teknik dasar lompat tinggi gaya

straddle dengan bantuan tutor yaitu masing- masing kelompok di beri dua

orang tutor dan memperagakan gerakan lompat dari Awalan, tumpuan,

melayang, mendarat yang dikemas dalam bentuk permainan. Pembelajaran

ini diberikan satu (1) kali dalam satu minggu selama dua minggu.

Sebelum siklus 1 diberikan, peneliti bersama guru penjas

melakukan tes dan pengukuran hasil belajar lompat tinggi dan penilaian

observasi dari proses kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui survei awal (pratindakan) kemampuan lompat tinggi sampel

Page 61: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

penelitian. Survei awal (pratindakan) kemampuan lompat tinggi dan

ketuntasan hasil belajar disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Deskripsi hasil belajar Lompat Tinggi pada Siswa Kelas VIII C SMP N

Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 pada Survey Awal ( pratindakan)

Aspek yang Diukur

Pratindakan

Cara Mengukur Jumlah Siswa yang Tuntas

Persentase Ketuntasan

Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar lompat tinggi gaya Straddle.

12 42.85%

Diamati pada saat guru memberikan materi teknik lompat tinggi gaya straddle dan soal kognitif dalam kelas.

Berdasarkan data awal yang diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai yang

menunjukkan angka ketuntasan 42.85% dari jumlah keseluruhan siswa. Ini berarti

16 dari 28 siswa belum mencapai batas KKM yaitu nilai 75. Jumlah dari nilai

siswa yang mendapat nilai dibawah 75 menjadi bukti kongkrit bahwa kemampuan

teknik dasar lompat tinggi gaya straddle siswa kelas VIII C belum mampu

mencapai batas ketuntasan belajar siswa.

Berdasarkan hasil tes dan pengukuran kemampuan lompat tinggi dan

hasil nilai ketuntasan hasil belajar, selanjutnya peneliti merencanakan tindakan 1,

meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Peneliti merancang skenario pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar lompat tinggi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Peneliti bersama guru penjas SMP N 10 Surakarta membuat permainan

yang melatih teknik dasar lompat tinggi gaya straddle seperti gerakan

yang melatih awalan, tumpuan, melayang, mendarat.

Page 62: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

b) Peneliti, guru penjas, dan siswa merefleksikan terhadap proses

pembelajaran yang dilakukan

c) Peneliti bersama guru penjas menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) materi teknik dasar lompat tinggi sesuai dengan

materi pada siklus 1.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan Siklus I Pertemuan pertama dilaksanakan

pada hari kamis, 20 September 2012 di lapangan halaman sekolah SMP N

10 Surakarta. Setiap tatap muka dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Tahap

pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang

telah direncanakan dalam RPP, implementasinya adalah sebagai berikut :

Pelaksanaan tindakan 1 dilaksanakan selama dua minggu dengan

dua (2) kali pertemuan. Dalam satu minggu pembelajaran diberikan

dengan satu kali pertemuan dengan waktu pembelajaran 2 x 40 menit.

Pelaksanaan tindakan 1 dengan memberikan pembelajaran penjas dengan

bantuan tutor yang berisikan pengenalan tentang lompat tinggi gaya

straddle yaitu permainan yang menuju kearah pembelajaran lompat tinggi

gaya straddle seperti permainan yang melatih gerakan awalan,

(memindahkan bola), melatih gerakan tumpuan/tolakan (estafet kardus),

melatih gerakan pada saat melayang (melayang menggapai sasaran),

melatih gerakan pendaratan (melompat kardus). Pelaksanaan dari masing-

masing pembelajaran pada siklus 1 sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

a) Guru menyiapkan peralatan / media pembelajaran, setting letak dan

alat.

b) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi

respon siswa.

c) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan memulai proses

pembelajaran dengan berdoa kemudian mempresensi.

Page 63: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

d) Guru memberikan apersepsi, motivasi, penjelasan tujuan

pembelajaran dan indikator yang harus dicapai.

e) Guru memilih siswa yang telah dinilai cukup pada saat kondisi

awal dilakukan sebagai tutor masing- masing kelompok.

f) Melakukan pemanasan statis dan dinamis.

2) Kegiatan Inti

a) Pengenalan Lompat Tinggi

Lompat tinggi merupakan salah satu cabang olahraga dalam atletik

yang sering dipertandingkan ditingkat Internasional maupun

Nasional maupu tinggkat daerah. Lompat tinggi atau dalam bahasa

Inggris disebut high jump.

b) Pengenalan Alat Lompat Tinggi

Alat yang di gunakan dalam Lompat Tinggi yaitu: Matras 4x5

Meter,tiang dengan tinggi 2 meter,mistar dengan panjang 4,25

meter, meteran, tiang, mistar dan peralatan untuk permainan

seperti, bola, tali plastik, kardus.

c) Teknik Dasar Lompat Tingi Gaya Straddle

(1) Awalan

Posisi badan dari condong ke depan menjadi tegak, yang

berikutnya menjadi condong ke belakang dengan titik berat

badan agak direndahkan untuk memperoleh pelencangan

tungkai tolak dan ayunan kaki ayun yang lebih panjang pada

waktu menolak.

(2) Tolakan/ Tumpuan

Menolak ditandai oleh jejak tumit kaki tolak pada titik

tolakan yang jaraknya kira-kira 80cm dari tiang.

kecondongan badan ke belakang, dengan sudut kecondongan

antra 100-120 derajat. Tungkai dan tubuh bagian atas lurus,

telapak kaki tolak membuat gerak guling dari tumit sampai

ujung kaki.

Page 64: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

(3) Saat Melayang

horizontal untuk dapat melewati mistar. Sementara itu terjadi

putaran pada poros bahu dan panggul sambil bergerak

menuju ke arah mistar dengan sikap badan yang agak pasif

dan mengendur.

(4) Pendaratan

kaki ayun dan tangan yang dekat dengan kaki ayun

bersama-sama mendarat, dengan badan mengeper, terus

berguling ke depan pada bahu.

d) Rangkaian teknik dasar lompat tinggi gaya straddle yang di

peragakan siswa dengan gerakan yang di contohkan tutor,dengan

awalan dan ketingian mistar maksimum 65 cm .

e) Setiap akhir pembelajaran guru penjas memberikan tes kepada

siswa dengan melakukan rangkaian teknik dasar lompat tinggi gaya

straddle satu siswa diberi kesempatan 3 kali lompatan.

3) Penutup

a) Melaksanakan penenangan / pendinginan dengan memijat teman

yang ada di hadapanya dan bergantian.

b) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

c) Siswa berdoa, kemudian masuk kelas untuk menjawab soal yang

telah dipelajari selama proses pembelajaran.

c. Observasi Tindakan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi saat proses

pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar

observasi dan lembar penilaian terhadap kemampuan teknik dasar lompat

tinggi dan afektif siswa selama mengikuti proses KBM. Hasil observasi

tersebut adalah :

1) Proses Tindakan

Pertemuan pertama pengenalan tentang lompat tinggi dan

pembelajaran teknik dasar lompat tinggi. berjalan cukup baik. Guru

Page 65: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

sudah menyampaikan materi dan memberi contoh. Namun masih

banyak siswa yang gerakannya masih salah dalam melakukan teknik

dasar awalan, tumpuan/tolakan,saat melayang, pendaratan. Pada gerak

awalan ada 12 siswa yang masih salah, pada gerak tolakan/tumpuan

ada 11 siswa yang masih salah, pada gerak melayang ada 19 siswa

yang masih salah, dan pada pendaratan ada 15 siswa yang masih

salah.

2) Pengaruh Tindakan

Pembelajaran yang menggunakan bantuan tutor sebaya ternyata

lebih menarik perhatian siswa. Peserta didik menjadi semangat untuk

mengikuti permainan yang diberikan oleh guru. Perbaikan-perbaikan

gerakan mulai bisa diamati menjadi lebih baik meskipun belum

semuanya mengalami peningkatan.

3) Kendala dalam Implementasi Tindakan

Ada beberapa kendala yang dihadapi ketika pelaksanaan

tindakan. Pada pertemuan pertama, siswa masih sulit diatur di awal

kegiatan. Konsentrasi siswa terkadang tidak fokus. Hal ini disebabkan

karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran tutor sebaya. Selain

itu pembelajarannya kurang menantang belum ada permainan yang

berkaitan dengan inti pembelajaran.

4) Identifikasi Penyebab Terkendalanya Tindakan

Kendala yang dihadapi dapat diidentifikasi penyebabnya. Dalam

1 lapangan digunakan dengan kelas lain dalam waktu yang bersamaan

Konsentrasi yang tidak fokus disebabkan karena siswa melihat secara

langsung siswa dari kelas lain dengan materi pembelajaran yang

berbeda. Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran karena belum

sepenuhnya siswa memahami dan terbiasa dengan teknik dasar lompat

tinggi gaya straddle

Page 66: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

d. Refleksi Tindakan

Berdasarkan hasil observasi pada tindakan pertama tersebut, peneliti

melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut:

1) Pada pertemuan pertama, indikator yang tercantum dalam RPP

belum sepenuhnya tercapai. Namun demikian telah menujukan

hasil yang lebih baik. Terbukti dengan hasil rekap nilai dimana

siswa yang nilainya sudah mencapai KKM bertambah 5 siswa

yaitu Amar Riyan, Della K, Disma, Faisa ahmad, Intan.

2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana

yang telah dibuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

3) Pembelajaran lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya dalam

proses pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dan guru lebih

menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga proses belajar

mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal.

4) Hasil dari rekap nilai psikomotor, afektif dan kognitif sudah

menunjukkan peningkatan. Meskipun telah menujukan

peningkatan akan tetapi belum sesuai dengan target capaian pada

siklus I. Maka peneliti harus melanjutkan pada pertemuan

berikutnya dengan perbaikan-perbaikan pada kekurangan yang

ditemui pada pertemuan pertama.

5) Untuk menghindari gangguan konsentrasi siswa, guru akan

melakukan pencegahan dengan menjaga suasana kondusif diwaktu

proses belajar mengajar. Mengkondisikan siswa untuk tidak

terpengaruh dengan sekolah lain. Salah satu caranya adalah dengan

membuat barisan yang berlawanan arah dengan kelas yang lain

serta pembelajaran dibuat menyenangkan.

6) Agar pembelajaran menjadi lebih tertib, guru akan selalu

memantau, mengingatkan siswa, dan menegur siswa yang tidak

memperhatikan pelajaran atau bercanda dengan temannya.

Page 67: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

7) Dalam penyusunan RPP selanjutnya hendaknya memilih bentuk

pemanasan yang menarik yang berkaitan dengan inti pembelajaran

tujuannya siswa lebih terbiasa dengan teknik dasar lompat tinggi

gaya straddle. Untuk menumbuhkan motivasi dan antusias siswa

terhadap pembelajaran maka siswa diberikan kesempatan seluas-

luasnya untuk melakukan aktifitas dan bertanya apabila mereka

mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung. Jika

diperlukan, penguatan yang diberikan kepada siswa tidak hanya

berupa kata-kata atau pujian saja, tetapi juga berupa hadiah atau

reward.

2. Siklus 1 Pertemuan Kedua

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari analisis dan refleksi pada pertemuan pertama, maka

perencanaan tindakan berikutnya adalah sebagai berikut:.

1) Guru dan peneliti bersama-sama membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan (treatment) yang

diterapkan dalam PTK, yaitu menerapkan pembelajaran tutor sebaya,

untuk meningkatkan kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya

straddle dengan tingkat kesulitan yang meningkat

2) Menyiapkan alat yang digunakan dalam permainan untuk membantu

pembelajaran dan menyiapkan formasi penataan alat yang lebih

menarik lagi.

3) Menyusun lembar observasi atau pengamatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan Siklus I Pertemuan kedua dilaksanakan pada

hari kamis, 27 September 2012 di lapangan halaman sekolah SMP N 10

Surakarta. Setiap tatap muka dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Tahap

pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang

telah direncanakan dalam RPP, implementasinya adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan Awal

Page 68: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

a) Guru menyiapkan peralatan / media pembelajaran, setting letak dan

alat.

b) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi

respon siswa.

c) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan memulai proses

pembelajaran dengan berdoa kemudian mempresensi.

d) Guru memberikan apersepsi, motivasi, penjelasan tujuan

pembelajaran dan indikator yang harus dicapai.

e) Guru memilih siswa yang telah dinilai cukup pada saat kondisi

awal dilakukan sebagai tutor masing- masing kelompok.

f) Melakukan pemanasan statis dan dinamis dan dilanjutkan

pemanasan menggunakan permainan Bangau dan Katak .

2) Kegiatan Inti

a) Pengenalan Lompat Tinggi

Lompat tinggi merupakan salah satu cabang olahraga dalam atletik

yang sering dipertandingkan ditingkat Internasional maupun

Nasional maupu tinggkat daerah. Lompat tinggi atau dalam bahasa

Inggris disebut high jump.

b) Pengenalan Alat Lompat Tinggi

Alat yang di gunakan dalam Lompat Tinggi yaitu: Matras 4x5

Meter,tiang dengan tinggi 2 meter,mistar dengan panjang 4,25

meter, meteran, tiang, mistar dan peralatan untuk permainan

seperti, bola, tali plastik, kardus.

c) Rangkaian teknik dasar lompat tingi gaya straddle dengan

ketinggian mistar minimal 65cm dan dengan rangkaian gerakan

serta gayanya.

d) Setiap akhir pembelajaran guru penjas memberikan tes kepada

siswa dengan melakukan rangkaian teknik dasar lompat tinggi gaya

straddle satu siswa diberi kesempatan 3 kali lompatan.

3) Penutup

Page 69: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

a) Melaksanakan penenangan / pendinginan dengan memijat teman

yang ada di hadapanya dan bergantian.

b) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

c) Siswa berdoa, kemudian masuk kelas untuk menjawab soal yang

telah dipelajari selama proses pembelajaran.

c. Observasi Tindakan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi saat proses

pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar

observasi dan lembar penilaian terhadap kemampuan teknik dasar lompat

tinggi dan afektif siswa selama mengikuti proses KBM. Hasil observasi

tersebut adalah :

1) Proses Tindakan

Pertemuan kedua, guru menjalankan skenario yang ada dalam

RPP. Peserta didik semakin tertarik dengan pemanasan yang

diberikan dibuat sebuah permainan yang menantang. Siswa

antusias dalam mengikuti permainan. Semua siswa mengikuti

proses pembelajaran. Dalam melakukan pembelajaran terkadang

beberapa siswa afektifnya masih kurang.

2) Pengaruh Tindakan

Pembelajaran menjadi semakin menarik. Dengan didahului

dengan pemanasan yang dibuat permainan dalam bentuk kompetisi

antar individu dapat lebih terlihat kemampuan gerak yang semakin

baik. Peningkatan kebenaran gerak dari sebagian besar siswa.

Semangat yang ditunjukkan oleh siswa juga semakin tinggi.

3) Kendala dalam Implementasi Tindakan

Pelaksanaan permainan dalam pemanasan terkadang harus

terhambat karena ada siswa yang tidak mematuhi peraturan yaitu

melompatkan bola terlalu jauh sehingga bola sering hilangdan

menjadi lama,dan juga pemburu kesulitan untuk mengenai sasaran

Page 70: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

yang menyebabkan permainan terpaksa diulang sehingga siswa

yang lain dirugikan.

4) Identifikasi Penyebab Terkendalanya Tindakan

Guru kurang dalam penanaman sikap kepada peserta

didiknya.

5) Persoalan lain yang timbul

Kondisi lapangan yang harus berbagi dengan kelas lain,

sehingga tempat untuk melakukan pemanasan tidak dapat leluasa.

b. Refleksi Tindakan

Berdasarkan hasil observasi pada tindakan kedua tersebut, peneliti

melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut:

1) Siklus 1 pertemuan kedua, indikator yang tercantum dalam RPP

juga belum sepenuhnya tercapai. Namun ada peningkatan yang

lebih baik lagi. Pada pertemuan ini, siswa yang tuntasbertambah

menjadi 19 anak dari batas nilai KKM .

2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana

yang telah dibuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

3) Untuk menghindari gangguan konsentrasi siswa, guru harus tetap

menjaga suasana kondusif diwaktu proses belajar mengajar.

Mengkondisikan siswa untuk tidak terpengaruh dengan kelas lain.

Salah satu caranya adalah dengan membuat suasana pembelajaran

lebih menyenangkan.

4) Agar pembelajaran menjadi lebih tertib, guru harus selalu

memantau, mengingatkan siswa, dan menegur siswa yang tidak

memperhatikan pelajaran atau bercanda dengan temannya.

5) Hasil dari rekap nilai psikomotor, afektif dan kognitif sudah

menunjukkan peningkatan yang baik. Dari data tersebut dapat

dihitung bahwa target capaian pada siklus I sudah terpenuhi.

Page 71: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketuntasan Hasil Belajar Lompat Tinggi

gaya Straddle Pada Siklus I

Aspek yang Diukur

Survei Awal Siklus I

Cara Mengukur Jumlah Siswa yang

Tuntas

Persentase Ketuntasan

Jumlah Siswa yang

Tuntas

Persentase Ketuntasan

Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle

12 42.85% 19 67.89%

Diamati saat proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi peneliti

Gambar 4.1. Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Lompat Tingi gaya straddle.

Berdasarkan diskripsi tabel 4.3 dan gambar 4.1, pada akhir siklus 1

dapat dilihat 19 siswa sudah mencapai batas KKM. Angka ini menunjukkan

67.89% dari jumlah siswa di Kelas VIII C SMP Negeri 10 telah tuntas.

Persentase ini sudah melebihi target capaian yaitu 60%. Maka proses

tindakan dilanjutkan ke Siklus 2.

Page 72: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3. Siklus 2 Pertemuan 1

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan, sebagai berikut:

1) Guru dan peneliti berkolaborasi membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan

dalam PTK dan berdasarkan apa yang telah terjadi pada siklus I.

2) Menyiapkan alat-alat menarik yang dapat digunakan dalam permainan

untuk membantu pembelajaran.

3) Menyusun lembar observasi atau pengamatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan Siklus II pertemuan pertama pada hari kamis,

4 Oktober 2012 di lapangan halaman sekolah SMP N 10 Surakarta. Setiap

tatap muka dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Siklus 2 diberikan dengan

tujuan agar kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle lebih

baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. siswa diberikan pembelajaran

terlebih dahulu yang bertujuan sebagai pembiasaan dalam gerakan awalan

,tumpuan, melayang,dan mendarat pembelajaran ini sama dengan gerakan

pemanasan pada siklus 1. Bentuk pembelajaran lompat tinggi dengan

bantuan tutor sebaya pada siklus 2 pertemuan 1 sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

a) Guru Menyiapkan peralatan / media pembelajaran, setting letak dan

alat yang dibantu oleh para peserta didik.

b) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi

respon siswa.

c) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan memulai proses

pembelajaran dengan berdoa kemudian presensi.

d) Guru memberikan apersepsi, motivasi, penjelasan tujuan

pembelajaran dan indikator yang harus dicapai.

e) Guru memilih siswa yang telah dinilai cukup pada saat kondisi

awal dilakukan sebagai tutor masing- masing kelompok.

Page 73: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

f) Melakukan pemanasan statis dan dinamis dan dilanjutkan

pemanasan menggunakan permainan halang rintang.

2) Kegiatan Inti

a) Guru penjas memberikan pembelajaran yang dinamakan

permainan dengan permainan ini di harapkan

siswa akan terbiasa dengan gerakan melompat dan apabila

kelompok yang menang akan memberikan sanksi kepada

temanya yaitu melompat dan melewati kardus sebanyak 3kali

b) Siswa melakukan gerakan lompat tinggi gaya straddle dengan

tingkat kesulitan yang ditambah dan perbaikan gaya dan

tekniknya.

c) Guru memberikan kesempatan 1 kali rangkaian gerakan lompat

tinggi kemudian mengoreksi kesalahan.

d) Guru memberikan kesempatan 2 kali dengan menambah

tingkat kesulitan masing- masaing siswa sampai mereka

mendapatkan nilai terbaik.

4) Penutup

a) Melaksanakan penenangan / pendinginan dengan memijat

teman yang ada di hadapanya dan bergantian.

b) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

c) Siswa berdoa, kemudian masuk kelas untuk menjawab soal

yang telah dipelajari selama proses pembelajaran.

c. Observasi Tindakan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi saat proses

pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar

observasi dan lembar penilaian terhadap kemampuan teknik dasar lompat

tinggi dan afektif siswa selama mengikuti proses KBM. Hasil observasi

tersebut adalah :

1) Proses Tindakan

Page 74: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Pertemuan kedua pada siklus 2 proses tindakan telah berjalan

dengan lancar. Guru menyampaikan materi dengan baik. Peserta

didik juga dapat dikondisikan dengan baik. Pembelajaran

berlangsung menarik pembelajaran menembak sasaran. Semua

siswa mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir tindakan.

2) Pengaruh Tindakan

Peningkatan kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya

straddle dengan bantuan tutor sebaya telah diamati dapat

meningkatkan kemampuan gerak. Selain psikomotor yang

meningkat, afektif dan kognitif juga semakin baik.

3) Kendala dalam Implementasi Tindakan

Konsentrasi pembelajaran sedikit terpecah karena kondisi

cuaca yang panas tidak seperti biasanya dan banyak siswa yang

kondisi badannya kurang fit (pusing, batuk, dan pilek), tetapi

pembelajaran dapat berjalan sesui dengan yang diharapkan.

4) Identifikasi Penyebab Terkendalanya Tindakan

Karena kondisi cuaca panas dan banyak siswa yang kondisi

badannya kurang fit (pusing, batuk, dan pilek) yang mungkin

disebabkan karena banyak belajar karena akan menghadapi ujian

tengah semester.

d. Refleksi Tindakan

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I pertemuan Kedua

tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut:

1) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang

dibuat apa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2.

2) Pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor

sebaya yang diterapkan oleh peneliti dan guru mampu mengatur

kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer materi

dapat berlangsung lebih maksimal, serta penguatan materi yang

dilakukan pada siklus 2 pertemuan pertama dapat terlaksana dengan

baik.

Page 75: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

3) Guru dan peneliti memberikan reward bagi siswa yang dapat

melakukan gerakan dengan benar.

4) Afektif siswa selama mengikuti proses belajar mengajar pada siklus II

pertemuan pertama telah semakin baik, tetapi masih ada 6 siswa

(Fachry, Amalia,Dewi, Suwaninur,Ardi,Nimas) yang belum dapat

mencapai nilai maksimal dikarenakan masih sulit untuk diatur. Pada

saat melakukan permainan terkadang masih seenaknya sendiri dan

suka mengganggu temanya.

5) Pemahaman materi yang telah dituangkan dalam pengerjaan soal

sudah ada sedikit peningkatan dibanding siklus sebelumnya.

6) Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar lompat tinggi gaya

straddle meningkat dari 67.89% ketuntasan pada siklus 1 menjadi

85.71% pada siklus II. Ini membuktikan bahwa target capaian

ketuntasan sudah tercapai.

Dengan demikian baik secara ketuntasan belajar maupun rata-rata

hasil belajar teknik dasar lompat tinggi gaya straddle terjadi peningkatan

yang sangat berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan

pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor sebaya

sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar lompat tinggi.

Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Pengamatan Ketuntasan Hasil Belajar Lompat tinggi

Pada Siklus 2

Aspek yang

diukur

Pratindakan Siklus I Siklus II

Cara Mengukur

Jumlah Siswa tuntas

Persentase Ketuntasan

Jumlah Siswa tuntas

Persentase Ketuntasan

Jumlah Siswa tuntas

Persentase Ketuntasa

n

Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle

12 42.85% 19 67.89 % 24 85.71%

Diamati pada saat guru memberikan materi gerak dasar lompat tinggi dan soal kognitif dalam kelas

Page 76: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.2. Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar lompat tinggi gaya

straddle Siklus II

Berdasarkan hasil deskripsi pada gambar 4.2 kemampuan teknik

dasar lompat tinggi gaya straddle kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta

tahun pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan persentase ketuntasan.

Data Pratindakan menunjukkan 12 siswa tuntas dengan persentase

ketuntasan 42.85%. Setelah diadakan tindakan pada siklus 1 mengalami

peningkatan menjadi 19 siswa tuntas dengan persentase ketuntasan

67.89%. Dan setelah diadakan siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 24

siswa tuntas dengan persentase ketuntasan 85.71%. Dari jumlah total 28

siswa masih ada 4 siswa yang belum mencapai batas KKM pada semester

I tahun ajaran 2012/2013.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 dan siklus 2, terdapat

peningkatan kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas

Page 77: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

VIII C SMP Negeri 10 Surakarta. Peningkatan ini dapat dilihat pada grafik yang

merupakan gambaran peningkatan dari kemampuan tersebut.

Gambar 4.3. Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Teknik Dasar Lompat Tinggi Gaya Straddle.

Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan keadaan

siswa pratindakan yang semula 42.85% meningkat menjadi 67.89% pada siklus 1 dan

masih meningkat lagi menjadi 85.71% pada siklus 2. Peningkatan ini merupakan

peningkatan secara aspek psikomotor, afektif dan kognitif siswa.

D. Pembahasan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan

hasil belajar lompat tinggi gaya straddle. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII

C SMP Negeri 10 Surakarta melalui penerapan pembelajaran lompat tinggi gaya

straddle dengan bantuan tutor sebaya. Melalui penerapan pembelajaran lompat

tinggi gaya straddle yang semula bersifat monoton dan membosankan, akan

menjadi lebih menyenangkan, tidak monoton, tidak menegangkan, dan

membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran lompat tinggi.

Siklus 1 dilaksanakan dalam 2x pertemuan. Pelaksanaan tindakan 1

merupakan tindak lanjut dari hasil survey awal yang menunjukkan bahwa kelas

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Awal - Siklus 2 42.85% 67.89% 85.71%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

Pers

enta

se

Awal - Siklus 2

Page 78: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

VIII C SMP Negeri 10 Surakarta memiliki masalah dalam pembelajaran Lompat

Tinggi gaya straddle. Berdasarkan masalah yang ada di kelas tersebut, peneliti

dan guru penjas melakukan diskusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa

kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta dalam pembelajaran Lompat Tinggi Gaya

Straddle.

Pada pelaksanaan tindakan 1, siswa melakukan pembelajaran lompat

tinggi dengan cara melihat guru dan tutor memperagakan teknik dasar lompat

tinggi gaya straddle pengenalan tentang lompat tinggi, pengenalan tentang alat

lompat, cara melakukan lompatan, gaya dalam lompat tinggi dan gerakan

gerakannya mulai dari awalan, tumpuan/tolakan, saat diatas mistar dan saaat

mendarat , dan gerakan pemanasan yang dibuat permainan dari hasil pengamatan

peneliti terhadap proses pembelajaran, dapat diketahui bahwa pembelajaran

lompat tinggi dengan bantuan tutor sebaya tersebut pada siklus I masih terdapat

kekurangan atau kelemahan. Kekurangan tersebut berasal dari guru, siswa, dan

peralatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian.

Kelemahan dari segi guru, yaitu pemberian umpan dari guru untuk

membuat siswa aktif dalam pembelajaran masih kurang mendapat respon dari

siswa, apersepsi yang diberikan masih belum memberi gambaran bagi siswa

tentang materi yang sedang diajarkan, tanya jawab yang belum maksimal, dan

belum adanya penguatan dari guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kelemahan dari segi siswa, antara lain siswa tidak berkonsentrasi dan belum

tampak aktif serta sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Di samping

itu, beberapa siswa dalam melakukan gerakan lompat tinggi masih banyak

mengalami kesulitan terutama pada gerak tumpuan, saat diatas mistar dan

pendaratan sehingga hasilnya kurang maksimal, serta kebanyakan dalam

melakukan gerak tumpu apalagi setelah mendekati mistar masih banyak yang

ragu-ragu dalam menentukan kaki tumpu. Nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes

lompat tinggi pada tindakan 1 ini masih harus ditingkatkan karena belum

mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sedangkan kelemahan

yang muncul dari segi jenis permainan pembelajaran kurang menantang siswa

untuk termotivasi pada materi lompat tinggi, karena jenis permainan pada

Page 79: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

tindakan 1 masih terkesan monoton belum dapat membangkitkan minat siswa,

selain itu pembiasaan gerak dasar lompat tinggi belum begitu dimunculkan.

Solusi yang disepakati oleh guru dan peneliti dalam pelaksanaan siklus 2,

yaitu guru lebih menghidupkan suasana dalam kelas, melakukan apersepsi

secukupnya sebelum pembelajaran dimulai, menggunakan jenis permainan yang

memunculkan gerakan-gerakan yang membuat siswa akan lebih terbiasa dengan

teknik dasar lompat tinggi, serta mencontohkan teknik dasar lompat tinggi yang

benar secara konkrit dan sejelas mungkin, memberikan kesempatan bertanya

seluas-luasnya bagi siswa, memancing siswa untuk aktif di dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan kecil, serta memberikan penghargaan/ reward disetiap

munculnya sisi positif yang dilakukan siswa. Penghargaan tidak hanya dilakukan

melalui pemberian pujian, tetapi juga tepuk tangan dan pemberian reward atau

hadiah. Penggunaan jenis permainan dan peragaan tutor dalam pembelajaran pada

siklus 2 lebih dipersiapkan, yaitu sebelum berlatih teknik dasar lompat tinggi,

Halang Rintang nya

siswa akan lebih terbiasa dalam melakukan gerak lompat tinggi gaya straddle.

Selain itu dalam siklus 2 ini, ditambahkan dengan peraturan sehingga memotivasi

siswa untuk lebih memperbaiki gerakan yang dilakukan. Pada pelaksanaan siklus

2 sebelum siswa diberi tes, terlebih dahulu siswa diberikan kesempatan melompat

beberapa kali sehingga sudah menjadi terbiasa. latihan ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerak tumpu/tolak serta tidak

ragu-ragu lagi apabila sudah sampai di depan mistar.

Siklus 1 dalam penelitian ini masih belum mampu mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, guru penjas dan

peneliti mengadakan tindakan perbaikan dari siklus 1, yaitu dengan merencanakan

dan melaksanakan siklus 2. Berdasarkan hasil observasi, analisis, dan refleksi

pada siklus 1, peneliti bersama guru penjas merencanakan tindakan-tindakan yang

akan dilakukan pada siklus 2 untuk mengatasi kelemahan proses pembelajaran

lompat tinggi gaya straddle yang telah dilaksanakan pada siklus 1.

Dilihat dari perbaikan pada tindakan 1, pelaksanaan tindakan 2

menunjukkan peningkatan pembelajaran yang maksimal. Dari pelaksanaan siklus

Page 80: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2 dapat dilihat peningkatan motivasi belajar dan kemampuan melakukan lompat

tinggi gaya straddle yang cukup signifikan pada siswa, jika dibandingkan pada

hasil pembelajaran pada tindakan 1 ataupun sebelum dilaksanakannya tindakan.

Dibandingkan sebelum adanya tindakan, pelaksanaan siklus 1 berdampak positif

pada meningkatnya kualitas proses dan hasil lompat tinggi gaya straddle yang

dilakukan siswa. Namun demikian, hasil pembelajaran pada siklus 1 belum

mampu mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan masih

ditemukan beberapa kelemahan dalam proses pelaksanaannya.

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus 1, dilakukan perbaikan

kelemahan proses pembelajaran dengan melaksanakan siklus 2. Dari proses

pembelajaran pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan, baik proses

maupun hasil lompat tinggi gaya straddle yang dilakukan oleh siswa kelas VIII C

SMP Negeri 10 Surakarta. Keberhasilan siklus 2 ini dapat dilihat dari perubahan

tingkah laku siswa dalam merespon dan mengikuti jalannya pembelajaran sebuah

materi yang ditawarkan oleh guru. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran

guru penjas dalam memberikan motivasi serta reward kepada siswa, serta media

yang digunakan dalam pembelajaran lompat tinggi. Pemilihan media

pembelajaran yang tepat dan efektif sangat menentukan keberhasilan sebuah

pembelajaran karena karakteristik suatu media pembelajaran akan berbeda antara

satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru harus melakukan banyak

pertimbangan dalam memilih suatu media pembelajaran agar menemukan media

yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan 2 menunjukkan

peningkatan pembelajaran dibandingkan sebelum adanya tindakan. Pelaksanaan

siklus 1 berdampak positif pada meningkatnya kualitas proses dan kemampuan

gerak yang dilakukan siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah terlaksana

dengan baik, peneliti yang bekerjasama dengan guru penjasorkes menemukan

beberapa hal sebagai temuan pada saat penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatnya Kemampuan Teknik Dasar Lompat tinggi gaya straddle.

Peningkatan kemampuan gerak dapat dilihat dari hasil selama proses

belajar siswa dari sebelum tindakan hingga akhir siklus terakhir. Sebelum

Page 81: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

pelaksanaan tindakan, siswa yang berhasil mencapai batas ketuntasan nilai

pada angka 75 sebanyak 12 siswa yaitu 42.85% tuntas dari jumlah siswa

sebanyak 28 peserta didik. Selanjutnya mengalami peningkatan pada siklus 1

menjadi 19 siswa atau 67.89%. dari jumlah siswa dan meningkat menjadi 24

atau 85.71% pada siklus 2. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas pada

siswa kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta mencapai keberhasilan pada

pelaksanaan siklus kedua. Dengan tercapainya indikator keberhasilan, maka

penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan dapat dihentikan.

2. Meningkatnya Keaktifan Siswa

Penerapan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan

tutor sebaya dapat meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan

memanfaatkan media pembelajaran berarti guru melakukan usaha untuk

membuat proses pembelajaran menjadi tidak monoton, semata hanya

menggunakan media ceramah saja. Guru memancing siswa untuk aktif dan

memberikan kesempatan seluas-luasnnya bagi siswa untuk bertanya tentang

kejelasan materi ataupun kesulitan yang dihadapi siswa ketika mengikuti

proses pembelajaran. Guru Peneliti dan Tutor mempersiapkan dan

memperagakan sejelas mungkin sehingga membuat siswa lebih semangat

untuk mencoba serta menyerap pesan yang disampaikan oleh guru penjas dan

peneliti.

3. Meningkatnya Perhatian Siswa

Perhatian siswa terhadap penjelasan guru sangatlah penting. Perhatian

ini akan turut menentukan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

dijelaskan oleh guru. Dalam hal ini guru harus mampu memunculkan sesuatu

yang baru, unik, dan inovatif dalam pembelajaran, termasuk di dalamnya

adalah pemilihan media yang kreatif dan menyenangkan dan juga ke

kreatifannya tutor dalam menjelaskan dan memperagakan setiap gerakan

kepada teman-temanya.

4. Meningkatnya Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas

Page 82: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Dengan adanya penelitian ini membuat guru semakin piawai dalam

memimpin kelas. Pengelolaan kelas pada pelaksanaan tindakan 1 dan 2 jauh

lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan pada survei awal. Sedikit demi

sedikit kelemahan guru berkurang karena setiap akhir siklus guru dan peneliti

melakukan analisis dan refleksi kegiatan pembelajaran. Jika terdapat

kekurangan dalam siklus yang bersangkutan, pada pelaksanaan tindakan

selanjutnya akan dicarikan solusi pemecahan dan meminimalkan kekurangan

tersebut sehingga kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dapat teratasi dan tidak akan terulang kembali. Selain itu

guru juga dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian tersebut, sehingga

wawasan dan pengetahuan guru dapat berkembang sehingga dapat digunakan

untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan bekal jika terdapat masalah yang

serupa .

Page 83: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 64

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Proses Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 10

Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 dilaksanakan dalam dua siklus dan berjalan

dengan lancar. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan

tidakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi tindakan, dan (4) Refleksi.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah

diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan bahwa penerapan pembelajaran

lompat tinggi gaya straddle dengan bantuan tutor sebaya, dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan teknik dasar lompat tinggi gaya straddle pada siswa

kelas VIII C SMP Negeri 10 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh,

terdapat peningkatan yang signifikan dari siklus 1 dan siklus 2. Kemampuan

gerak dasar lompat tinggi gaya straddle pada siklus 1 dalam persentase kelulusan

adalah 67.89%. jumlah siswa yang mencapai batas KKM adalah 19 siswa. Pada

siklus 2 terjadi peningkatan persentase kelulusan sebesar 85.71%. dengan 24

siswa berhasil mencapai batas KKM dari keseluruhan jumlah siswa.

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa

keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang

digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan

materi, mengembangkan keprofesionalitas atau kemampuan guru dalam dalam

mengajar, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru

dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana

untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan

motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media

Page 84: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65 pembelajaran yang menarik dapat juga membantu motivasi siswa belajar siswa

sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus

diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru

dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di

lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan

materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan

prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik.

Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat

dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan

demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif,

efektif, dan efisien.

Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan

penerapan bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran lompat

tinggi gaya straddle dan juga meningkatkan kemampuan dan ketuntasan hasil

belajar siswa (baik proses maupun hasil), sehingga penelitian ini dapat digunakan

sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin mengembangkan proses

pembelajaran lompat tinggi gaya straddle kepada para siswanya. Bagi guru

bidang studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran

Penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar lompat tinggi

gaya straddle bagi pemula yang lebih efektif. Apalagi bagi guru yang memiliki

kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang

lebih banyak.

Pemberian tindakan dari siklus 1 dan 2 memberikan deskripsi bahwa

terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran

berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada

pelaksanaan tindakan pada pertemuan dan siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan

tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat

dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses

maupun hasil) dan peningkatan motivasi belajar siswa. Dari segi proses

Page 85: Ari Awaludin j. x4610020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66 pembelajaran Penjas, penerapan pembelajaran tutor sebaya ini dapat merangsang

aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran

Penjas yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran

jasmani, mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill dan mengembangkan

sikap kompetitif yang kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya

kepada para guru penjas sebagai berikut:

1. Guru Penjas hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya

dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola

kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus

meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain

itu, guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk

masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas

mengajarnya.

2. Guru Penjas hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan metode

untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam hal ini khususnya materi

lompat tinggi gaya straddle.

3. Dengan penerapan tutor sebayan dapat meningkatkan hasil belajar lompat

tinggi gaya straddle dan dapat meningkatkan aktivitas siswa.