arahan dan rekomendasi penggunaan lahan berkaitan dengan erosi tebing sungai di kelurahan jatirejo...
TRANSCRIPT
ARAHAN DAN REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN
BERKAITAN DENGAN EROSI TEBING SUNGAI
DILIHAT DARI ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN
KELURAHAN JATIREJO KECAMATAN NGAMPEL
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan
(TKP 150)
Disusun Oleh:Kelompok 4 Kelas B
Aulia Finti Alda (21040111130030)Vicky Rasyid Maulana (21040111130046)Rizky Maulana (21040111130052)Febriana Ayu Kusumadewi (21040111130066)Pulung Priyo Utomo (21040111130074)Lina Nurul Ikhsani (21040111130076)Utari Ardiyanti (21040111130082)Tiasa Adimagistra (21040111130086)Muhammad Alvan Nur Tsani (21040111140104)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN GEOLOGI LINGKUNGANARAHAN DAN REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN BERKAITAN DENGAN EROSI TEBING SUNGAI DI LIHAT DARI ASPEK GEOLOGI
LINGKUNGAN KELURAHAN JATIREJO KECAMATAN NGAMPEL
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan (TKP 150)
Disusun Oleh:Kelompok 4
Kelas BAulia Finti Alda 21040111130030Vicky Rasyid Maulana 21040111130046Rizky Maulana 21040111130052Febriana Ayu 21040111130066Pulung Priyo Utomo 21040111130074Lina Nurul 21040111130076Utari Ardiyanti 21040111130082
Tiasa Adi Magistra 21040111130086 Muhammad Alvan Nur 21040111140104
Disahkan dan dikumpulkan pada tanggal 2 Juli 2012
Mengetahui,Dosen Pembimbing
Ir. Hadi Nugroho, Dipl. EGS, MTNIP. 131 602 718
ii
Asisten Dosen I Asisten Dosen II Asisten Dosen III
Ario Arief Dorasi Sianturi Melisa Grace GirsangNIM L2L008009 NIM L2L008020 NIM L2D009122
Asisten Dosen IV Asisten Dosen V Asisten Dosen VI
Imam Wahyudi Annisa Fauziah Astrini Ayu PuspitaNIM L2D009025 NIM L2D009027 NIM L2D009017
ABSTRAK
Dalam proses perencanaan wilayah, ketersediaan sumber daya alam harus
menjadi pertimbangan utama di dalam menetapkan kebijakan tata guna lahan.
Persoalan-persoalan yang muncul sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dari
proses pembangunan kiranya perlu diminimalkan melalui suatu paradigma
pembangunan yang akrab lingkungan, yaitu pembangunan yang didasarkan atas
pengetahuan yang lebih baik tentang karakteristik alam dan manusia (masyarakat).
Daerah yang kami ambil pada pembahasan ini adalah Kelurahan Jatireji,
Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal. Kelurahan Jatirejo berbatasan di sebelah
utara dengan Kelurahan Rejosari di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan
Jatirejo Selatan, di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Winong dan di
sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tunggulsari.Permasalahan yang terjadi
di Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Ngampel ini adalah terjadinya erosi pada tebing
sungai (river bank) karea pengikisan oleh arus sungai, rayapan penurunan tanah
karena berjenis tanah latosol coklat, dan banjir akibat adanya pemukiman yang lebih
rendah dari anak sungai.
Keadaan fisik Kelurahan Jatirejo dapat dilihat berdasarkan aspek aspek geologi
seperti morfologi, litologi, topografi, klimatologi, statigrafi, hidrologi, hodrogeologi,
bahaya geologi, dan tata guna lahan.
Morfologi Kelurahan Jatirejo tergolong dalam bentuk lahan fluvial. Jenis
batuan di Kelurahan Jatirejo memiliki jenis batupasir tuffan dan batu breksi, yang
mengandung mineral mafik, feldspar dan kuarsa.Topografi kelurahan Jatirejo
dibedakan menjadi dua kelerengan yaitu datar dan agak curam. Sedangkan secara
umum Kelurahan Jatirejo beriklim tropis. Statigrafi di Kelurahan Jatirejo tergolong
dalam Formasi Damar (Qtd).Hidrologi Kelurahan Jatirejo ditentukan salah satunya
ditentukan berdasar densitas sungai. Sungai di Kelurahan Jatirejo yaitu Sungai
Blorong memiliki densitas sungai sebesar 0,00193 – 0,001787.Hidrologi di
Kelurahan Jatirejo di Dusun Magangan dan Krajan termasuk akuifer produktif
iii
sedang dengan penyebaran luas.Sedangkan di Dusun Mijil dan Duren mempunyai
jenis akuifer produktif dan setempat.
Setelah melakukan analisis kondisi eksisting pada wilayah studi sehingga
menghasilkan arahan tata gula lahan yang sesuai dengan kondisi fisik dan aspek
geologi wilayah studi. Menurut analisis skoring Kelurahan Jatirejo cocok untuk
dijadikan kawasan pemukiman, kawasan budidaya tanaman tahunan, dan tanaman
semusim. Pemukiman yang dimaksudkan adalah pemukiman yang berada jauh dari
tebing sungai karena tebing sungai berpotensi erosi.Begitu juga dengan analisis
SWOT, Kelurahan Jatirejo cocok untuk dijadikan kawasan pemukiman, kawasan
budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim.
Sehubungan dengan keadaan wilayah studi dan kondisi eksistingnya, maka
didapatkan suatu rekomendasi tentang pemanfaatan lahan Kelurahan Jatirejo yang
menitikberatkan kondisi lingkungan dari aspek geologi lingkungannya dengan
harapan rekomendasi ini dapat dijadikan acuan mengenai pemanfaatan lahan dari
wilayah tersebut sehingga pembangunan pada wilayah ini sesuai dan berkelanjutan.
Kata kunci: keadaan geologi Kelurahan Jatirejo
iv
KATA PENGANTAR
Pujisyukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Arahan dan
Rekomendasi Penggunaan Lahan Berkaitan dengan Erosi Tebing Sungai Dilihat dari
Aspek Geologi Lingkungan Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Ngampel”.Penulisan
laporan adalah merupakan persyaratan dalam memenuhi tugas besar mata kuliah
Geologi Lingkungan TKP (150).
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian
ini, khususnya kepada :
1. Bapak Ir. Hadi Nugroho. Dipl. EGS. MT sebagai dosen pengampu mata kuliah
Geologi Lingkungan yang telah membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
tugas besar ini dapat diselesaikan dengan baik dan penulis memiliki ilmu dan
wawasan yang lebih luas.
2. Orang tua yang telah memberikan do’a dan restu untuk penyelesaian laporan.
3. Seluruh tim asisten dosen yang telah membantu, memberikan arahan, memberikan
kritikan, dan memberikan masukan kepada tim penulis dalam mengerjakan
laporan sehingga laporan dapat terselesaikan.
4. Perangkat Desa Jatirejo yang telah membantu penulis dalam penyelesaian laporan.
5. Teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan untuk menyelesaikan
laporan ini.
6. Seluruh pihak yang telah membantu kami selama ini, yang tidak dapat kami
ucapkan satu-persatu.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.
v
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Semarang,Juni 2012
Tim Penulis
Kelompok 4
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………….ii
ABSTRAK…………………………………………………………………………..iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..vii
DAFTAR PETA…………………………………………………………………….xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3Tujuan dan Sasaran...................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup........................................................................................................3
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah.......................................................................................3
1.4.2 Ruang Lingkup Materi..........................................................................................3
1.5 Metodologi Penulisan Laporan................................................................................3
1.5.1 Metode Pengumpulan Data..................................................................................4
1.5.2 Metode Analisis....................................................................................................4
1.6Kerangka Pikir..........................................................................................................6
1.7 Sistematika Penulisan..............................................................................................7
BAB II KAJIAN LITERATUR MENGENAI ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN DAN
METODE ANALISIS..................................................................................................8
vii
2.1Pengertian dan konsep geologi lingkungan..............................................................8
2.2Aspek - aspek Geologi Lingkungan.........................................................................9
2.2.1Morfologi...............................................................................................................9
2.2.2Topografi.............................................................................................................10
2.2.3Litologi................................................................................................................12
2.2.4Stratigrafi.............................................................................................................14
2.2.5Klimatologi..........................................................................................................16
2.2.6Hidrologi..............................................................................................................18
2.2.7Hidrogeologi........................................................................................................19
2.2.8 Bahaya geologi...................................................................................................21
2.2.9Struktur Geologi..................................................................................................27
2.3 Alat-Alat analisis...................................................................................................28
2.3.1 SWOT.................................................................................................................28
2.3.2 Overlay Peta.......................................................................................................28
2.3.3 Skoring................................................................................................................29
BAB III IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KECAMATAN NGAMPEL ;
KELURAHAN JATIREJO...........................................................................................31
3.1Gambaran Umum Kecamatan Ngampel.................................................................31
3.2Letak Geografis dan Batas Administrasi Kecamatan Ngampel.............................32
3.3 Aspek Fisik Kecamatan Ngampel.........................................................................32
3.3.1 Morfologi............................................................................................................32
3.3.2 Litologi...............................................................................................................33
3.3.3 Topografi............................................................................................................33
3.3.4 Klimatologi.........................................................................................................33
viii
3.3.5 Stratigrafi............................................................................................................34
3.3.6 Hidrologi.............................................................................................................35
3.3.7 Hidrogeologi.......................................................................................................35
3.3.8 Bahaya Geologi..................................................................................................36
3.3.9 Tata Guna Lahan................................................................................................37
3.3.10 Utilitas Umum..................................................................................................37
3.4 Gambaran Umum Kelurahan Jatirejo....................................................................40
3.5 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kelurahan Jatirejo.................................41
3.6 Aspek Fisik Kelurahan Jatirejo..............................................................................41
3.6.1 Morfologi............................................................................................................41
3.6.2 Litologi...............................................................................................................42
3.6.3 Topografi............................................................................................................42
3.6.4 Klimatologi.........................................................................................................42
3.6.5 Stratigrafi............................................................................................................42
3.7.6 Hidrologi.............................................................................................................43
3.6.7 Hidrogeologi.......................................................................................................43
3.6.8 Bahaya Geologi..................................................................................................43
3.6.9 Tata Guna Lahan................................................................................................44
3.6.10 Utilitas Umum..................................................................................................44
BAB IV ANALISIS ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN KELURAHAN JATIREJO
......................................................................................................................................47
4.1Analisis Aspek Geologi Lingkungan......................................................................47
4.1.1Analisis Morfologi...............................................................................................47
4.1.2Analisis Litologi..................................................................................................48
4.1.3 Analisis Topografi..............................................................................................49
ix
4.1.4 Analisis Klimatologi...........................................................................................50
4.1.5Analisis Stratigrafi...............................................................................................51
4.1.6Analisis Hidrologi................................................................................................51
4.1.7 Analisis Hidrogeologi..........................................................................................52
4.1.8Analisis Bahaya Geologi......................................................................................55
4.1.9Analisis Tata Guna Lahan....................................................................................57
4.2Analisis Kelayakan Lahan.......................................................................................57
4.3Analisis Potensi dan Kendala..................................................................................59
4.4Kesesuaian Lahan....................................................................................................61
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......................................................62
5.1.1Potensi dan Kendala di Kelurahan Jatirejo...........................................................62
5.2Arahan Tata Guna Lahan Wilayah Studi Kelurahan Jatirejo.................................63
5.3Rekomendasi Mengenai Wilayah Studi..................................................................63
5.3.1Rekomendasi Pemanfaatan Lahan Kelurahan Jatirejo.........................................63
5.3.2Rekomendasi bagi Pemerintah Kelurahan Jatirejo...............................................64
5.3.3Rekomendasi bagi Developer atau Swasta Kelurahan Jatirejo............................64
5.3.4Rekomendasi bagi Masyarakat Kelurahan Jatirejo..............................................65
5.3.5 Rekomendasi dalam Penanggulangan erosi tebing sungai..................................65
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................67
x
DAFTAR PETA
Peta Geologi Regional Kendal...................................................................................3
Peta Administrasi Kecamatan Ngampel.....................................................................3
Peta Administrasi Kelurahan Jatirejo.........................................................................3
Peta Morfologi Kecamatan Ngampel.........................................................................35
Peta Geomorfologi Kecamatan Ngampel...................................................................35
Peta Jenis Batuan Kecamatan Ngampel.....................................................................35
Peta Jenis Tanah Kecamatan Ngampel......................................................................35
Petatopografi Kecamatan Ngampel............................................................................36
Peta Klimatologi Kecamatan Ngampel......................................................................36
Peta Statigrafi Kecamatan Ngampel..........................................................................37
Peta Hidrologi Kecamatan Ngampel..........................................................................37
Peta Hidrogeologi Kecamatan Ngampel....................................................................38
Peta Bahaya Geologi Kecamatan Ngampel...............................................................39
Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Ngampel..............................................................40
Peta Morfologi Kelurahan Jatirejo.............................................................................44
Peta Geomorfologi Kelurahan Jatirejo.......................................................................44
Peta Jenis Tanah Kelurahan Jatirejo.........................................................................44
Peta Jenis Batuan Kelurahan Jatirejo........................................................................44
Peta Topografi Kelurahan Jatirejo.............................................................................45
Peta Klimatologi Kelurahan Jatirejo..........................................................................45
Peta Statigrafi Kelurahan Jatirejo...............................................................................45
Peta Hidrologi Kelurahan Jatirejo..............................................................................45
xi
Peta Hidrogeologi Kelurahan Jatirejo.......................................................................45
Peta Bahaya Geologi Kelurahan Jatirejo....................................................................46
Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Jatirejo..................................................................46
Peta Analisis Morfologi Kelurahan Jatirejo...............................................................49
Peta Analisis Geomorfologi Kelurahan Jatirejo.........................................................49
Peta Analisis Jenis Batuan Kelurahan Jatirejo...........................................................50
Peta Analisis Jenis Tanah Kelurahan Jatirejo............................................................50
Peta Analisis Topografi Kelurahan Jatirejo...............................................................51
Peta Analisis Klimatologi Kelurahan Jatirejo............................................................53
Peta Analisis Statigrafi Kelurahan Jatirejo................................................................54
Peta Analisis Hidrologi Kelurahan Jatirejo................................................................54
Peta Analisis Hidrogeologi Kelurahan Jatirejo.........................................................55
Peta Analisis Bahaya Geologi Kelurahan Jatirejo......................................................58
Peta Analisis Tata Guna Lahan Kelurahan Jatirejo....................................................60
Peta Kesesuaian Lahan Kelurahan Jatirejo................................................................63
xii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1Sifat Kelerengan Tanah............................................................................................12
Tabel II.2Jenis Jenis Tanah......................................................................................................15
Tabel II.3Jenis Jenis Stratigrafi................................................................................................16
Tabel II.4Data Pembagian Nilai Q Menurut Schmidt=Fergusson...........................................19
Tabel II.5Intensitas Hujan Harian Rata Rata...........................................................................19
Tabel II. 6Kriteria Dan Tata Cara PenentuanKawasan Lindung Dan Budidaya.....................31
Tabel II. 7Kelas Lereng Dan Nilai Skor..................................................................................31
Tabel II. 8Kelas Tanah Menurut KepekaanErosi Dan Nilai Skor...........................................32
Tabel II. 9Intensitas Hujan Harian Rata-RataDan Nilai Skor..................................................32
Tabel II. 10Klasifikasi Tingkat Erosi Dan Skoringnya UntukPenentuan Lahan Kritis...........32
Tabel III.1Curah Hujan Kecamatan Ngampel Tahun 2008.....................................................36
Tabel III.2Kondisi jalan Kecamatan Ngampel.........................................................................40
Tabel III.3Sistem Pengeloalaan Lahan....................................................................................42
Tabel III.4Jumlah penduduk Kelurahan Jatirejo......................................................................43
Tabel III.5Sistem pengelolaan lahan Kelurahan Jatirejo.........................................................48
Tabel IV.1Tabel Topografi Kelurahan Jatirejo Tahun 2012....................................................51
Tabel IV.2Tabel Skoring..........................................................................................................61
Tabel IV. 3Matriks Analisis SWOT.........................................................................................63
Tabel IV.4Kesesuaian Lahan...................................................................................................63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1Siklus Hidrologi....................................................................................................20
Gambar III.1 Bahaya Geologi banjir........................................................................................39
Gambar IV.1Tanah latosol coklat............................................................................................50
Gambar IV.2Daerah Jatirejo yang cukup datar sebagai lahan pemukiman.............................52
Gambar IV.3Tebing curam di Kelurahan jatirejo bagian selatan............................................52
Gambar IV.4Tanah yang kering akibat curah hujan rendah dan suhu tinggi...........................53
Gambar IV.5Sungai Blorong mempunyai densitas tinggi.......................................................54
Gambar IV.6Aliran Sungai Blorong di sekitar pemukiman.....................................................55
Gambar IV.7Sumur bor swadaya masyarakat..........................................................................56
Gambar IV.8 Sumur bor sumbangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah................................56
Gambar IV.9 Air sumur bor yang keruh dan berbau...............................................................57
Gambar IV.10 Sumur bor sumbangan Pemerintah Kabupaten Kendal...................................57
Gambar IV.11 Air sumur bersih dan tidak berbau...................................................................58
Gambar IV.12Bronjong Sungai Blorong yang mengalami erosi akibat aliran air sungai.......58
Gambar IV.13Rumah yang terletak di daerah penurunan tanah mengalami keretakan...........59
Gambar IV.14Sungai yang melebihi tinggi pemukiman..........................................................60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Transek Penampang Geologi Kelurahan Jatirejo Kecamatan Ngampel
2. Lembar Asistensi
3. Berita Acara
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam proses perencanaan wilayah, ketersediaan sumber daya alam harus
menjadi pertimbangan utama di dalam menetapkan kebijakan tata guna lahan.
Persoalan-persoalan yang muncul sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dari
proses pembangunan kiranya perlu diminimalkan melalui suatu paradigma
pembangunan yang akrab lingkungan, yaitu pembangunan yang didasarkan atas
pengetahuan yang lebih baik tentang karakteristik alam dan manusia
(masyarakat). Geologi lingkungan sebagai ilmu terapan dari pengetahuan geologi
yang ditujukan dalam upaya memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif dan
efisien guna memenuhi kebutuhan hidup manusia masa kini dan masa mendatang
dengan seminimal mungkin mengurangi dampak lingkungan yang
ditimbulkannya.
Geologi adalah ilmu yang mempelajari susunan, bentuk, sejarah
perkembangan bumi, serta proses - proses yang telah, sedang, dan akan bekerja di
bumi. Adapun pengertian Geologi lingkungansecara umum dapat diartikan
sebagai hubungan antara suatu obyek dengan sekitarnya.Hubungan ini dapat
bersifat aktif maupun pasif, dinamis ataupun statis.Geologi lingkungan pada
hakekatnya merupakan ilmu geologi terapan yang ditujukan sebagai upaya
memanfaatkan sumber daya alam dan energi secara efisien dan efektif untuk
memenuhi kebutuhan perikehidupan manusia pada masa kini dan masa mendatang
dengan mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya semaksimal
mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bumi sebagai suatu obyek
yang dipengaruhi oleh lingkungannya, termasuk didalamnya adalah manusia
sebagai salah satu unsur yang mempengaruhinya (Djauhari Noor: 2006).
Proses pembangunan di setiap daerah pasti memiliki aspek aspek geologi,
dan begitu juga dengan wilayah Kecamatan Ngampel tepatnya di Kelurahan
1
Jatirejo. Wilayah ini merupakan daerah yang terletak di bawah perbukitan, dimana
masih banyak terdapat lahan kosong atau hutan dengan tanah yang subur,
sehingga mata pencarian penduduk sebagian besar adalah bertani.
1.2Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi di Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Ngampel ini
adalah terjadinya erosi pada tebing sungai (river bank).Penyebab utama dari erosi
tebing sungai ini adalah terjadi sebagai akibat pengikisan tebing sungai oleh air
yang megalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat
pada belokan sungai. Hal tersebut terjadi karenaarus air yang ingin berbelok di
tikungan sungai dengan energi yang sangat besar, arus air yang kencang ini akan
mengerus tebing sungai dengan tekanan yang kuat sehingga materialnya
penyusunnya terlepas dan terbawa air. Sungai yang terletak di kelurahan Jatirejo
merupan sungai yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar sebab digunakan
sebagai pengairan sawah dan MCK (mandi, cuci, kakus) sehingga apabila tidak
ditanggulangi akan merugikan dan membahayakan bagi masyarakat.
1.3Tujuan dan Sasaran
Laporan ini dibuat dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut:
Tujuan dari analisis laporan ini yaitu mengetahui kondisi fisik di lingkungan
Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Ngampel sehingga mampu mengidentifikasi dan
menganalisis kondisi lingkungan fisik alamiahnya dan dapat memberikan arahan
dan gambaran mengenai kebijakan tata guna lahan yang terdapat di wilayah studi.
Dalam mencapai tujuan ini, ada beberapa sasaran yang harus dicapai yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik geologi wilayah Kelurahan Jatirejo, Kecamatan
Ngampel.
2. Menganalisis aspek-aspek geologi lingkungan, seperti morfologi, topografi,
litologi, klimatologi, hidrologi, dan tata guna lahan.
3. Memahami permasalahan-permasalahan geologi dan mengedentifikasi potensi-
potensi alam yang terdapat di lingkungan wilayah studi
2
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Pada pembahasan laporan ini, ruang lingkup terbagi menjadi dua yaitu
ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.
a. Ruang Lingkup Makro
Ruang lingkup makro mencakup wilayah Kecamatan Ngampel seluas 33,
88 km2, dengan batas batas administrasi Kecamatan Ngampel dapat dilihat pada
lampiran peta.
b. Ruang Lingkup Mikro
Ruang lingkup mikro mencakup kelurahan yang ada di Kecamatan
Ngampel,yaitu Kelurahan Jatirejo dengan batas batas administrasinya dapat
dilihat pada lampiran peta.
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Materi yang dibahas dalam laporan ini meliputi keadaan fisik wilayah
kecamatan ngampel, kelurahan Jatirejo ditinajau dari aspek fisik seperti:
Morfologi
Litologi
Topografi
Klimatologi
Hidrologi
Hidrogeologi
Bahaya geologi
Tata guna lahan
Aspek-aspek tersebut diteliti kemudian dianalisis untuk mendapatkan suatu
pemecahan masalah geologi yang terjadi.
3
1.5 Metodologi Penulisan Laporan
Dalam proses penelitian wilayah studi ini mengugunakan metode analisis
untukmengetahui keadaan wilayah Kelurahan Jatirejo, Kabupaten Kendal.
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data kami peroleh dari dua survei yaitu survei primer dan
survei sekunder.
Data Primer
Data primer adalah cara data yang dikumpulkan dengan mencari langsung
data tersebut. Survei primer dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi
penelitian dan melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait seperti tokoh
masyarakat ataupun warga masyarakat.Berkenaan dengan itu juga diadakan
tinjauan langsung ke lokasi Kelurahan Jatirejo, Kabupaten Kendal untuk
mengetahui kondisi fisik dan geologi secara riil dari kawasn tersebut.Pengambilan
sampel tanah dan bebatuan juga dirasa penting untuk mendukung penelitian
ini.Selain itu juga telah diadakan sesi wawancara terhadap tokoh masyarakat
seperti kepala desa dan kepala kelurahan.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dengan mencari data
seperti dari literature, internet, atupun data dari instansi-instansi terkait seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), kantor Ngampel, kantor Kelurahan Jatirejo, Badan Meteoroligi dan
Geofisika (BMG), dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).
1.5.2 Metode Analisis
Metode analisis diperlukan untuk mencari kesinambungan antara keadaan
geologi ditinjau dari topografi, litologi, klimatologi, morfologi, hidrologi, struktur
geologi, statigrafi, hidrogeologi, dan lain-lain yang meyebabkan bahaya geologi.
Sehingga dari analisis tersebut dapat diperkirakan bahaya geologi yang dapat
4
terjadi, yang kemudian dapat dijadikan acuan untuk memberikan solusi
permasalahan geologi bagi wilayah Jatirejo Kabupaten Kendal.
a. Metode Analisis Kuantitatif
Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat
numerik (jumlah).Variabel yang diolah dengan metode kuantitatif adalah
topografi, klimatologi, dan litologi.
b. Metode Analisis Kualitatif
Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang tidak
mempunyai nominal angka tertentu tetapi lebih mengutamakan kearah
kualitas.Data kualitatif mempunyai indikator relative (tidak menentu) seperti
baik-buruk, penting-tidak penting, dan sebagainya.
Dalam metode analisis kualitatif digunakan alat seperti:
1. SWOT adalah perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Dari
analisis inilah dipertimbangkan faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Aplikasinya
adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang
yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan
dari peluang yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi
ancaman yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan
yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah
ancaman baru.
2. Skoring
Penentuan prioritas yang dilakukan dengan mengelompokkan data
berdasarkan pemikiran yang rasional.
3. Overlay Peta
Overlay merupakan pendekatan tata guna lahan/landscape. Overlay ini
merupakan suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk dari
5
INPUT
Wilayah Studi Kasus (Kelurahan Jatirejo, Kecaatan Kendal)
Identifikasi Kondisi Geologi Lingkungan Kelurahan Jatirejo
Kecamatan Ngampel(melalui aspek geologi)
Survey Primer
Survey Sekunder
Observasi Wawancara
Literatur, BMG, BPS, Bappeda, Kantor Kelurahan Jatirejo, Kantor Kecamatan Ngampel dan BPN
Morfologi
penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database yang
spesifik).
1.6 Kerangka Pikir
6
Litologi Topografi Klimatologi
Stratigrafi Hidrologi Hidro-geologi
Bahaya Geologi
Tata guna lahan
Overlay PetaKesesuaian Lahan
Kelayakan lahan Potensi dan Kendala
Analisis Kelayakan Lahan
Analisis Potensi dan Kendala
AnalisisMorfologi
AnalisisLitologi
AnalisisTopografi
AnalisisKlimatologi
AnalisisStratigrafi
AnalisisHidrologi
AnalisisBahaya Geologi
Analisis Tata Guna Lahan
PROSES
AnalisisHidrogeo
-logi
Skoring
SWOT
Arahan dan Rekomendasi Tata Guna Lahan wilayah Jatirejo, Ngampel, Kendal
OUTPUT
1.7 Sistematika PenulisanSistematika dari Laporan Analisis Geologi Lingkungan dalam ruang lingkup
Kelurahan Jatirejo Kecamatan Ngampel adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUANBerisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup, metode penulisan laporan, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.Bab ini menjelaskan secara rinci tentang alasan dasar pengambilan wilayah Kelurahan Jatirejo Kecamatan Ngampel, dan menjelaskan keadaan-keadaan dasar dari wilayah studi.
BAB II KAJIAN LITERATUR MENGENAI ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN DAN METODE ANALISIS
Berisi teori-teori geologi lingkungan yang mendasari analisis-analisis yang digunakan sebagai acuan proses analisis, pembahasan masalah, dan rekomendasi yang tepat bagi wilayah studi. Berisi konsep dan pengertian geologi lingkungan, aspek-aspek geologi lingkungan, tata guna lahan (pengertian, konsep, tujuan adanya tata guna lahan, jenis tata guna lahan), metode-metode analisis, dan alat-alat analisis.
BAB III IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KELURAHAN JATIREJO KECAMATAN NGAMPELMengidentifikasikan karakteristik geologi lingkungan wilayah studi yang meliputi letak dan luas wilayah, karakteristik fisik dasar Morfologi, Litologi, Topografi, Klimatologi, Stratigrafi, Hidrologi, Bahaya Geologi, dan Tata Guna Lahan.
BAB IV ANALISIS ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN KELURAHAN JATIREJO, KECAMATAN NGAMPELMeliputi analisis potensi dan kendala, aspek fisik geologi yang terkait dengan kondisi wilayah studi, dan analisis kesesuaian lahan wilayah studi.
BAB V PENUTUPMeliputi kesimpulan dan arahan mengenai pemanfaatan tata guna lahan di wilayah studi.
7
BAB II
KAJIAN LITERATUR MENGENAI ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN DAN METODE ANALISIS
2.1Pengertian dan konsep geologi lingkunganSecara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang
artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang
mempelajari bumi.Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet
Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya.Karena Bumi tersusun
oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya
merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain batuan
merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.
Sesuai dengan batasan Geologi Lingkungan, yaitu mempelajari interaksi
antara alam (lingkungan geologis / geological environment) dengan aktivitas
manusia yang bersifat timbal balik. Pengertian timbal balik adalah bagaimana
proses-proses geologis mempengaruhi manusia, baik sebagai suatu potensi
sumber daya yang dimanfaatkan manusia, maupun menjadi kendala dan limitasi
seperti dalam bentuk bencana alam, bahaya-bahaya geologis (geological hazard),
atau fenomena-fenomena alam lain yang dianggap mengganggu manusia.
Sebaliknya, dibahas juga bagaimana aktivitas manusia mengganggu
kesetimbangan alam yang akhirnya akan mengganggu dan mempengaruhi
manusia sendiri.
Geologi Lingkungan bisa dikategorikan sebagai bagian dari ilmu
lingkungan, karena ilmu lingkungan adalah dasar pemahaman kita mengenai bumi
dan membahas interaksi manusia dengan seluruh aspek yang ada disekelilingnya,
termasuk aspek geologis serta dampaknya bagi kehidupan manusia.Karena itu
filosofi utama dari geologi lingkungan adalah konsep manajemen lingkungan
yang didasarkan pada sistem geologi untuk pembangunan berkelanjutan dan
bukan pada beban lingkungan yang tidak bisa diterima.
Tujuh konsep dasar geologi lingkungan :
1. Pada dasarnya bumi merupakan suatu sistem tertutup.
8
2. Bumi adalah satu-satunya tempat kehidupan manusia, namun sumber
daya alamnya terbatas.
3. Proses-proses alam yang terjadi sekarang mengubah bentang alam yang
telah tersusun selama periode geologi, baik secara alamiah maupun
buatan.
4. Selalu ada proses alam yang membahayakan dan mengancam bagi
kehidupan manusia.
5. Perencanaan tata guna lahan dan penggunaan air harus diusahakan untuk
mendapatkan keseimbangan antara pertimbangan ekonomi dan penilaian
estetika.
6. Efek dari penggunaan tanah sifatnya kumulatif, oleh karena itu kita
mempunyai kewajiban untuk menerima dan menanggungnya.
7. Komponen dasar dari setiap lingkungan manusia adalah faktor geologi,
dan pemahaman terhadap lingkungannya membutuhkan wawasan dan
penafsiran yang luas terhadap ilmu bumi dan ilmu lain yang berkaitan.
2.2 Aspek - aspek Geologi LingkunganGeologi lingkungan memiliki beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut :
2.2.1Morfologi Morfologi adalah uraian tentang bentuk-bentuk muka bumi, khususnya
mengenai sifat (nature), cara terbentuknya (origin), proses-proses dan
perkembangan serta komposisi materialnya.
Secara umum, bentangalam Indonesia terbagai atas 7 unit bentukan asal
(origin) yaitu: denudasi, struktur, gunungapi, laut, sungai, pelarutan, angin.
Bentukan asal denudasi/denudation (D) adalah bentangalam yang dibentuk
oleh proses geomorfologi, jika proses tersebut bekerja terus dalam jangka waktu
yang panjang, mampu meratakan seluruh permukaan bumi yang kasar ini. Dua
buah proses yang berkaitan dengan proses geomorfologi adalah proses degradasi
sebagai contoh disentegrasi batuan (pelapukan), material pelapukan di permukaan
bumi dipindahkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan massa/ mass wasting.
9
Sedangkan proses agradasi adalah suatu bentuk aneka ragam proses sedimentasi
yang mampu membentuk daratan berkaitan dengan proses degradasi.
Bentukan asal struktur/structure (S) adalah bentangalam yang dibentuk oleh
kegiatan tektonik, dalam skala yang lebih rinci akan memberikan kenampakan
morfologi struktur, antara lain: pematang pebukitan sesar (horst) , lembah sesar
(graben), telaga sesar (sagpond), gawir sesar (fault scarp), plateau , pebukitan
siklin/antiklin, lembah siklin/antiklin , pebukitan homoklin, dsb.
Bentukan asal gunungapi/volcanic (V) adalah bentangalam yang dibentuk
oleh hasil kegiatan gunungapi (tubuh gunungapi, leleran lava dan lahar, dataran
piroklastika halus, kawah gunungapi dsb).
Bentukan asal laut/marine (M) adalah bentangalam yang dibangun oleh
hasil kegiatan laut (dataran pantai, pematang pantai, undak pantai, lagun, kipas
delta dsb).
Bentukan asal sungai/fluvial (F) adalah bentangalam yang dibangun oleh
hasil kegiatan sungai (dataran limpah banjir, pematang sungai, undak sungai dsb).
Bentukan asal pelarutan/karst (K) adalah bentangalam yang dibangun oleh
hasil proses pelarutan yang terjadi pada batugamping dikenal dengan “karstâ€.
Morfologi karst dapat berupa bentuk lahan pelarutan yang negatip (dolina, uvala,
lembah karst dsb), sedangkan bentuklahan karst yang positip diantaranya kerucut
karst, menara karst.Terutama pada menara karst dipisahkan dengan kerucut karst
semata-mata karena bentuk didingnya agak tegak sampai tegak dan dipisahkan
antara satu dengan lainya oleh dataran berawa atau dataran aluvial yang luas.
Bentukan asal angin/aeolian (A) adalah bentangalam yang dibangun oleh
kegiatan angin. Di Indonesia morfologi semacam ini sangat jarang dijumpai,
hanya dapat dijumpai pada daerah pantai (Parangtritis) dan beberapa tempat lain
dengan luasan yang sangat sempit.
2.2.2TopografiTopografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain
seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam
pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan
10
saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan
kebudayaan lokal.Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model
tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan.Penggunaan kata topografi dimulai sejak
zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu
tempat.Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat, dan graphia
yang berarti tulisan.Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan
secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan
garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian.Mengidentifikasi jenis lahan juga
termasuk bagian dari objek studi ini.
Berikut ini merupakan daftar kelas lereng tanah dengan sifat sifat dan kondisi
alamiah yang dapat menimbulkan terjadinya warna pada daerah tersebut :
Tabel II.1Sifat Kelerengan Tanah
Kelas Lereng Sifat Sifat dan Kondisi Alamiah Warna
0-2 % Datar hingga hampir datar, tidak ada proses denutasi yang berarti.
Hijau
2-7% Agak miring, gerakan tanah dengan kecepatanrendah,erosi lembar dan erosi alur, rawan erosi
Hijau Muda
7-15% Miring, kecepatan gerakan rendah tapi denganbesaran yang lebih tinggi, sangat rawan erositanah
Kuning
15-30% Agak curam, banyak terjadi gerakan tanah danerosi , terutama longsoran yang bersifat nendatan
Jingga
30-70% Curam, proses denudasional intensif, erosi dangerakan tanah sering terjadi
Merah Muda
70-140% Sangat curam, batuan umumnya mulai tersingkap,proses denudasional sangat intensif, sudah mulaimenghasilkan rombokan (koluvial)
Merah
11
>140% Curam sekali,batuan tersingkap, prosesdenudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu,tanaman jarang tumbuh
Ungu
Sumber : Pedoman Penyusunan Rehabilitasi Lahan Konservasi Tanah, 1986.
Cara- cara untuk mengetahui topografi :
1. Survei secara langsung
Survei membantu studi topografi secara lebih akurat suatu permukaan
secara tiga dimensi, jarak, ketinggian, dan sudut dengan memanfaatkan
berbagai instrumen topografi.
Meski penginderaan jarak jauh sudah sangat maju, survei secara langsung
masih menjadi cara untuk menyediakan informasi yang lebih lengkap dan
akurat mengenai keadaan suatu lahan.
2. Penginderaan jarak jauh
Penginderaan jarak jauh adalah studi mengenai pengumpulan data bumi
dari jarak yang jauh dari area yang dipelajari. Penginderaan jarak jauh dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan satelit, radar, radar inframerah,
seismogram, sonar, dan lain-lain.
2.2.3LitologiLitologi adalah ilmu mengenai batuan yang berkenaan dengan sifat fisik,
kimia, dan strukturnya.Litologi lebih membahas pasa batuan dan tanah, sedangkan
pada lapisan lebih kedalam dibahas oleh litosfer diman berupa lapisan kerak bumi
yang paling luar. Litosfer itu sendiri tersusun mulai dari lapisan kerak (sial) yang
tersusun atas unsur Silisium dan Magnesium, kemudian lapisan berikutnya
(Asthenosfer atau mantel) yang tersusun atar unsur persenyawaan logam Sulfida
dan pada bagian inti (Barisfer) tersusun oleh unsure besi dan nikel.
1. Batuan
a. Batuan beku atau sering disebut igneous rocks
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa
mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku
12
plutonik dan vulkanik.Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar
mineral penyusun batuannya.Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya
terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat
letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
b. Batuan sediment
Batuan sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan
yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses
pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya
terendapkan. Batuan sedimen ini bisa digolongkan lagi menjadi beberapa
bagian diantaranya batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimia, dan
batuan sedimen organik.
2. Tanah
Klasifikasi tanah berdasarkan ganesa dikelompokkan:
a. Tanah Residu (Residual Soil )
Terjadi dan terbentuk sebagai hasil pelapukan kimia (dekomposisi
batuan induk).
b. Tanah terangkut (Transported Soil )
Tanah residu yang mengalami perpindahan ke tempat lain karena
pengaruh gravitasi atau perantara alamiah seperti air, angin, dan es.
Tabel II.2Jenis Jenis Tanah
Jenis Tanah Keterangan
Aluvial Hidromorf Bahan asalnya berupa endapan liat (tanah hasil angkutanair).Grumosol Kelabu Tua
Bahan asalnya berupa abu/pasir dan tufa vulkanintermedier
Assosiasi Alluvial Kelabudan Cokelat Kekelabuan
Berasal dari batuan induk tuff volkan intermedier yangcocok untuk kawasan pertanian. Tanah alluvium sifatnyatidak peka terhadap erosi sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan terbangun karenamemiliki daya dukung beban yang cukup baik.
Kompleks Gerosol Bahan induknya berupa batu kapur dan nepal.
13
Kelabudan KekelabuanLatosol Cokelat TuaKemerahan
Berupa tanah residu hasil dari pelapukan breksi tufaan danpasir tufaan yang mengandung tufa vulkan intermedier
Latosol Cokelat Merupakan tanah residu hasil pelapukan dari breksi tufaandan batupasir tufaan. Berpotensi untuk terjadi gerakantanah berupa runtuhan batu
Latosol Cokelat Tua Endapan sangat tebal antara 1-3m, berwarna coklat muda,bersifat lepas hingga sangat lepas, berbutir halus hinggakasar, dan berbentuk menyudut hingga memutar
Sumber: Diktat Perkuliahan Geologi Lingkungan, 2010
2.2.4StratigrafiBerdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata,
yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata
“grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”,yang artinya gambar atau
lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai
ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan.Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi adalah
studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan
batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah
bumi.Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan
fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya
(kronostratigrafi).Stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran
lapisan batuan.
Ada dua unsur penting pembentukan stratigrafi dalam penyelidikan
stratigrafi, yaitu :
1. Unsur Batuan
Hal terpenting dalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian
litologi.Kita mengetahui betul bahwa volume bumi didisi oleh batuan sedimen
dan batuan non-sedimen, sekitar 5% dan 95%.Tetapi pada kenyataannya,
dalam penyebaran batuan, batuan sendimen dan non-sedimen mencapai 75%
dan 25%.
Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi adalah sendimen yang memberi
arti kronologis dari urut-urutan lapisannya yang ditinjau dari kejadian dan
14
waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan. Dengan itu
dipermudahkannya pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan antara satu
batuan dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan
stratigrafi yang berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lain.
2. Unsur Pelapisan
Perlapisan merupakan sifat utama dalam batuan sendimen, yang
memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses
sedimentasi. Weimer berpendapat bahwa akumulasi batuan pada umumnya
searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan
mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk
karena massa endapan yang beragam serta sudut lapisan sendimentasi
dibawahnya terbentuk dari endapan di atas suatu sedimen.
Tabel II.3Jenis Jenis Stratigrafi
No Jenis Formasi Ciri Ciri1 Endapan Alluvium (Qa) Terdiri dari endapan dataran pantai,endapan sungai,dan
endapan danau2 Formasi Damar (QTd) Terdiri dari batu pasir tufaan,konglomerat,breksi
vulkanik, dan tufa3 Batuan Gunungapi
Gajah Mungkur (Qhg)Batuannya berupa lava andesit berwarna abu-abu kehitaman,berbutir halus,holokristalin,komposisi terdiri dari feldspar,homblende,danaugit
4 Batuan gunungapi kali gesit (Qpk)
Batuannya berupa lava basaslt,berwarna abu-abu kehitaman,halus,komposisi mineral terdiri dari feldspar,olivine,dan augit
5 Formasi Jongkong (Qpj) Breksi andesit homblende yang berwarna coklat kehitaman,dan aliran larva berwarna abu-abu tua
6 Formasi kali getas (Qpkg)
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuff halus,sampai kasar,dibawahnya ditemukan batu lempung mengandung molusca dan fosil
7 Formasi Kalibeng (Tmpk)
Batuannya terdiri dari napa,batu pasir tufaan,dan batu gamping
8 Formasi Kerek (Tmk) Interkalasi batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi vuklanik, dan batu gamping.
Sumber : SK Mentri Kehutanan No.837/ KPTS/UM/II /1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981
15
2.2.5KlimatologiKlimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah
cabang dari ilmu atmosfer.Dikontraskan dengan meteorologi yang mempelajari
cuaca jangka pendek yang berakhir sampai beberapa minggu, klimatologi
mempeljari frekuensi di mana sistem cuaca ini terjadi.
Klimatologi tidak mempelajari fenomena atmosfer secara tepat (misalnya
pembentukan awan, curah hujan, dan petir), tetapi mempelajari kejadian rata-rata
selama beberapa tahun sampai millenia, dan juga perubahan dalam pola cuaca
jangka panjang, dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer.Klimatologi berasal
dari bahasa Yunani Klima dan Logos.Klima artinya kemiringan yang diarahkan
ke lintang tempat sedangkan Logos artinya ilmu.Sehingga Klimatologi data
diartikan sebagai ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim,
penyebab perbedaan iklim di bumi,dan juga kaitannya dengan iklim dan
aktivitasmanusia.
Iklim merupakan salah satu factor pembatas dalam proses pertumbuhan dan
produksi tanaman Jenis-jenis dan sifat-sifat ikim bias menentukan jenis-jenis
tanaman yang bias tumbuh dengan iklim tertentu. Oleh karena itu, iklim sangat
berpengaruh di bidang pertanian.Seiring dengan dengan semakin berkembangnya
isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor
pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal
musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para
petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk
daerah tropis seperti Indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar
matahari.
Hujan adalah peristiwa jatuhnya titik air yang semula berupa uap air di udara
kepermukaan bumi dalam bentuk cair atau padat.Alat pengukur hujan dinamakan penakar
hujan.Jumlah curah hujan di Indonesia tidak merata dan paling banyak terjadi selama
angin muson barat bertiup.
16
Menurut Schmidt dan Fergusson iklim dibagi menjadi delapan tipe dengan perhitungan
Nilai Quatient (Q) dengan rumus (Nugroho,2007) :
Q= Σbulan keringΣbulan basah
x100%
Untuk perhitungan bulan kering dan basah menggunakan skala Mohr sebagai berikut :
- Bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya < 60 mm.
- Bulan basah yaitu bulan yang curah hujannya > 100 mm.
- Bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya antara 60 – 100 mm.
Sedangkan untuk penentuan nilai Q, bulan lembab dimasukan pada bulan basah.
Berdasarkan rasio nilai Q, maka Schmidt – Fergusson membagi iklim sebagai berikut :
Tabel II.4Data Pembagian Nilai Q Menurut Schmidt=Fergusson
Tipe Besar Nilai Q (%) Ciri CiriA 0 - ≤ 14,3 Sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis B 14,3 - ≤ 33,3 Basah, vegetasi hutan hujan tropis
C 33,3 - ≤ 60 Agak basah, vegetasi hutan rimba, vegetasi meranggas
D 60 - ≤ 100 Sedang, vegetasi hutan musim E 100 - ≤ 167 Agak kering, vegetasi hutan belantara
(sabana) F 167 - ≤ 300 Kering, vegetasi sabana G 300 - ≤ 700 Sangat kering, vegetasi padang ilalang H > 700 Ekstrim kering, vegetasi padang ilalang
Sumber : Data Klimatologi BMG Kota Semarang 2001
Tabel II.5Intensitas Hujan Harian Rata Rata
No Kelas Interval(mm/hr) Deskripsi Skor
1 I 0 – 13,6 Sangat rendah 10
2 II 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 III 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 IV 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5 V >34,8 Sangat tinggi 50
17
Sumber : SK Mentri Kehutanan No.837/ KPTS/UM/II /1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981
2.2.6HidrologiHidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya peredaran,
sifat-sifat kimia dan fisiknya, reaksi dengan lingkungannya,termasuk hubungan
dengan mahluk-mahluk hidup (Internasional Glossary of Hidrology, 1974).
Karena perkembangan yang begitu cepat, hidrologi telahmenjadi dasar dari
pengelolaan sumber daya-sumber daya air rumah tanggayang merupakan
pengembangan dan penggunaan sumber daya-sumber daya air secara terencana.
Banyak proyek di dunia (rekayasa air, irigasi,pengendalian banjir, drainase, tenaga
air dan lain-lain) dilakukan denganterlebih dahulu mengadakan survey kondisi-
kondisi hidrologi yang cukup.Survey-survey tersebut meliputi prosedur-prosedur
pengumpulan data dilapangan sampai pemrosesan daya dan karena itu
menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
Jumlah air di Bumi adalah tetap. Perubahan yang dialami air di bumi hanya
terjadi pada sifat, bentuk, dan persebarannya. Air akan selalu mengalami
perputaran dan perubahan bentuk selama siklus hidrologi berlangsung. Air
mengalami gerakan dan perubahan wujud secara berkelanjutan.Perubahan ini
meliputi wujud cair, gas, dan padat.Air di alam dapat berupa air tanah, air
permukaan, dan awan.
Air-air tersebut mengalami perubahan wujud melalui siklus
hidrologi.Adanya terik matahari pada siang hari menyebabkan air di permukaan
Bumi mengalami evaporasi (penguapan) maupun transpirasi menjadi uap air. Uap
air akan naik hingga mengalami pengembunan (kondensasi) membentuk awan.
Akibat pendinginan terus-menerus, butir-butir air di awan bertambah besar hingga
akhirnya jatuh menjadi hujan (presipitasi).
18
Sumber :http://blog.uin-malang.ac.id
Gambar II.1Siklus Hidrologi
Selanjutnya, air hujan ini akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan
perkolasi) atau mengalir menjadi air permukaan (run off). Baik aliran air bawah
tanah maupun air permukaan keduanya menuju ke tubuh air di permukaan Bumi
(laut, danau, dan waduk).Inilah gambaran mengenai siklus hidrologi.
Jadi siklus hidrologi adalah lingkaran peredaran air di bumi yang
mempunyai jumlah tetap dan senantiasa bergerak.Siklus Hidrologi adalah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan sirkulasi atau peredaran air secara umum.
2.2.7HidrogeologiHidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi dengan ilmu
hidrolika yang kajiannya dititikberatkan pada gerakan air tanah delam secara
hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit
pengertian geologi dan air, atau dengan kata lain adalah merupakan suatu studi
tentang interaksi antara kerangka unsur batuan dengan air tanah. Dalam istilah
hidrolika maka istilah gerakan dalam tanah dikenal dengan hidrolika dalam media
porus, karena air tanah mengalir diantara sela-sela butiran tanah yang sekaligus
sebagai media.
Pengetahuan tentang hidrogeologi ini penting bagi manusia, karena fungsi
dan kegunaannya meliputi 3 aspek (Told daiam RJ Kodoatie, 1990) :
19
1) Aspek sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
manusia.
2) Aspek bagian hidrologi di dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan
siklus global.
3) Aspek anggota atau gen dari geologi.
Istilah penting yang merupakan bagian dari hidrogeologi dijelaskan
definsinya, yaitu:
a. Akuifer
Definisi akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi
satuan geologi yang permeable baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung)
maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan
mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat
membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis.
b. Aquiclude (impermeable layer)
Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi
suatu geologi yang impermable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang
sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan
juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu confined aquifer.
c. Aquitard (semi impervious layer)
Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi
suatu geologi yang permable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil
namun masih memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan
gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas
dan bawah suatu semi confined aquifer.
d. Confined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan
bawahnya merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan
atmosfir.Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).
e. Semi Confined (leaky) Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupa
aquitard dan lapisan bawahnya merupakan aquiclude.Pada lapisan pembatas di
20
bagian atasnya karena bersifat aquitard masih ada air yang mengalir ke akuifer
tersebut (influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya jauh lebih kecil
dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer.Tekanan airnya pada akuifer
lebih besar dari tekanan atmosfir. f. Unconfined Aquifer
Merupakan akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya, yang
merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas
aquitard dilapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Dengan
kata lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah.
g. Semi Unconfined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air (satured) yang dibatasi hanya lapisan
bawahnya yang merupakan aquitard. Pada bagian atasnya ada pembatas yang
mempunyai hidraulik konduktivitas lebih kecil daripada hidraulik
konduktivitas dari akuifer.Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah yang
terletak pada lapisan pembatas tersebut.
h. Artesian Aquifer
Merupakan confined aquifer dimana ketinggian hidrauliknya
(potentiometric surface) lebih tinggi daripada muka tanah. Oleh karena itu
apabila pada akuifer ini dilakukan pengeboran maka akan timbul pancaran air
(spring), karena air yang keluar dari pengeboran ini berusaha mencapai
ketinggian hidraulik tersebut.
2.2.8 Bahaya geologiBerdasarkan data yang telah kami peroleh, menunjukan bahwa proses-proses
geologi yang terjadi baik bersifat endogen maupun eksogen dapat menimbulkan
bahaya atau bencana bagi kehidupan manusia.Pengertian Bahaya geologi
merupakan aktivitas geologi yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan-
perubahan keadaan alam di lingkungan tersebut dari keadaannya semula.Contoh
dari bahaya geologi yang dapat berdampak pada aktivitas manusia di berbagai
wilayah di muka bumi yaitu banjir, gerakan tanah, erosi dan sebagainya.
1. Gempa bumi
Gempa bumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses
endogen pada kedalaman tertentu. Kerak bumi tempat kita tinggal ini terdiri
21
dari sejumlah lempeng atau bongkahan besar yang selalu bergerak, pergerakan
itu menyebabkan terlepasnya energi yang menimbulkan getaran sehingga dapat
mengguncang permukaan bumi.Setiap hari terjadi puluhan bahkan ratusan
gempabumi di muka bumi ini, hanya saja kebanyakan kekuatannya kecil sekali
sehingga tidak terasa oleh kita.
Gempabumi dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor :
o Pergerakan lempeng. Jenis ini disebut gempa tektonik, umumnya
regional dan sangat merusak.
o Kegiatan gunungapi yang disebut gempa vulkanik. Umumnya gempa
jenis ini terjadi setempat.
o Kegiatan manusia yang disebut gempa buatan atau gempa tiruan,
umumya setempat dan tidak selalu dibuat
2. Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa
batuan, tanah, bahan timbunan dan material campuran yang bergerak kearah
bawah dan keluar dari lereng.
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah :
Curah hujan tinggi dan lama disertai angin kencang memicu terjadinya
gerakan tanah.
Kemiringan lereng yang terjal (>25°) sehingga masa tanah mudah untuk
bergerak.
Sifat fisik batuan berupa material vulkanik yang bersifat lepas dan
kelerengan terjal sehingga mudah runtuh jika dipicu curah hujan tinggi.
3. Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan
yang banyak dialiri oleh aliran sungai.Secara sederhana banjir dapat
didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi
permukaan bumi kawasan tersebut.
22
Bencana banjir memiliki ciri-ciri dan akibat sebagai berikut.
Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus
sepanjang hari.
Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.
Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan,
dan manusia.
Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di
tempat-tempat yang rendah.
Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau
hilangnya orang.
Banjir dapat menyebabkan kerugian yg besar baik secara moril maupun
materiil.
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
- Rusaknya areal pemukiman penduduk,
- Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
- Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
- Rusaknya areal pertanian
- Timbulnya penyakit-penyakit
- Menghambat transportasi darat
Penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut :
- Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
- Pendangkalan sungai,
- Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun
gotong royong,
- Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
- Pembuatan tanggul yang kurang baik,
- Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
23
4. Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen,tanah, batuan, dan
partikel lainnya)akibat transportasiangin,air ataues, karakteristik
hujan,creeppada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh
makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang,dalam hal ini disebut bio-
erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang manamerupakan
proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik,
ataugabungan keduanya.
Jenis -Jenis Erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya yaitu:
1. Erosi oleh Air
a. Splash erosion:
Erosi oleh butiran air hujan yang jatuh ke tanah.Karena benturan
butiran air hujan, partikel-partikel tanah yang halus terlepas dan
terlempar ke udara.
b. Sheet erosion:
Erosi oleh air yang jatuh dan mengalir di permukaan tanah
secaramerata sehingga partikel-partikel tanah yang hilang merata di
permukaan tanah.Permukaan tanah menjadi lebih rendah secara
merata.Erosi ini terjadi bila permukaantanah memiliki ketahanan
terhadap erosi yang relatif seragam.
c. Riil erosion
Erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah dengan
membentuk alur-alur kecil dengan kedalaman beberapa senti
meter.Erosi ini terjadi pada permukaan tanah yang landai dan
memiliki daya tahan yang seragam terhadap erosi.
d. Gully erosion
Erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah yang miring
atau dilereng perbukitan yang membentuk alur-aluryang dalam dan
lebarnya mencapai beberapa meter, dan berbentuk “V”.
e. Valley erosion:
24
Erosi oleh air yang mengalir di daerah perbukitan yang
membentuk lembah-lembah sungai atau lereng-lereng perbukitan.
Alur atau lembah berbentuk berbentuk “V”. Erosi dominan secara
vertikal.
f. Stream erosion:
Erosi oleh air dalam bentuk aliran sungai.Lembah sungai
berbentuk “U”. Terjadi erosi lateral yang makin ke hilir makin
dominan dan dapatmembentukaliran sungai bermeander.
2. Erosi oleh gelombang
Erosi terjadi oleh gelombang laut yang memukul ke pantai.
Erosi dapat dibedakan menjadi:
- Erosi oleh pukulan gelombang yang memukul ke tebing pantai.
Pukulangelombang menyebabkan batuan pecah berkeping-
keping.
- Abrasi atau corrasi (abrasion / corrasion): erosi oleh material
yang diangkutgelombang ketika gelombang memukul ke tebing
pantai.
3. Erosi oleh Angin
Erosi ini terjadi oleh angin yang bertiup.Erosi ini terjadi di
daerah yang tidak bervegetasiatau bervegetasi sangat jarang di
daerah gurun atau pesisir. Erosi ini dapat dibedakanmenjadi:1.
- Deflasi : Erosi oleh angin yang bertiup dan menyebabkan
material
lepas yanghaalus terangkut.2.
- Abrasi :Erosi oleh material-material halus yang diangkut oleh
anginketikaangin menerpa suatu batuan.
A. Akibat Erosi
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaantanahbagian
atas, yang akanmenyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi
25
lahan). Akibat lain dari erosiadalah menurunnya kemampuan tanah untuk
meresapkan air (infiltrasi). Penurunankemampuan lahan meresapkanair ke
dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir disungai. Selain itu butiran tanah yangterangkut oleh
aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi)
yangselanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan
pendangkalan sungai sehinggaakan memengaruhi kelancaran jalur
pelayaran.Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang
alami, dan baik untuk ekosistem.Misalnya, kerikil secara berkala turun ke
elevasi yang lebih rendah melaluiangkutan air.erosi yang berlebih, tentunya
dapat menyebabkan masalah, semisal dalam halsedimentasi, kerusakan
ekosistem dan kehilangan air secara serentak.Banyaknya erosi tergantung
berbagai faktor.Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitashujan /
presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin,
frekuensi badai.faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas
dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan
vegetasi lahan,makhluk yang tinggal dilahan tersebut dan tata guna lahan
ooleh manusia.
B. Penanggulangan Erosi
Usaha untuk mencegah erosi di lakukan dengan pengolahan pada
tanah.Usaha ini seringdisebut konservasi tanah. Untuk mengetahui cara
konservasi tanah, sebelumnya harusmengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya erosi dan peranannya.Faktor iklim,
terutama curah hujan dapat menyebabkan erosi.Curah hujan yang
tinggidengan intensitas yang lama sangat mendukung terjadinya erosi. Salah
satu contoh pengendalian faktor ini dapat dilakukan dengan membuat
saluran air, sehingga air hujan yang jatuh dapat diatur dan akan
dimanfaatkan untuk irigasi.
26
2.2.9 Struktur GeologiStruktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat
kerja kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi
disamping itu struktur geologi juga merupakan struktur kerak bumi produk
deformasi tektonik.
Para ahli geologi menyebut Struktur Geologi dengan Kekar , Sesar , serta
Lipatan .
1. Kekar (Joint) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat
pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan, tanpa mengalami
perpindahan tempat.
Jenis Kekar
a. Kekar Gerus (Shear Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat
tekanan
b. Kekar Tarik (Tension Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat
tarikan
2. Sesar (Faults) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat
pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan dan mengalami
perpindahan tempat/dislokasi/pergeseran.
Jenis Sesar
- Sesar Normal / Turun (Normal / Gravity Fault)
- Sesar Naik (Reverse / Thrust Fault)
- Sesar Mendatar / Geser (Horizontal / Strike-Slip Fault)
- Sembul (Horst)
- Terban (Graben)
3. Lipatan (Folds) adalah struktur lapisan batuan sedimen berbentuk lipatan/
gelombang/ lengkungan yang terbentuk akibat gaya endogen berupa tekanan.
- Jenis Lipatan
- Lipatan Tegak/Setangkup (Upright Fold / Symmetrical Fold)
- Lipatan Tidak Setangkup (Asymmetrical Fold)
- Lipatan Miring / Menggantung (Inclined Fold / Overturned Fold)
27
- Lipatan Rebah (Recumbent Fold)
- Antiklin (Anticline)
- Sinklin (Syncline)
2.3 Alat-Alat analisis
Alat-alat yang kami gunakan untuk menganalisis adalah sebagai berikut:
2.3.1 SWOT1. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek
atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities(peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi.Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri.misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah,
kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar.Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2.3.2 Overlay Peta
Overlay merupakan pendekatan tata guna lahan/landscape. Overlay ini
merupakan suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk dari
penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database yang
spesifik).
28
2.3.3 Skoring
Skoring merupakan penentuan prioritas yang dilakukan dengan
mengelompokkan data berdasarkan pemikiran yang rasional.Dalam skoring,
kriteria yang digunakan adalah:
Tabel II. 6Kriteria Dan Tata Cara PenentuanKawasan Lindung Dan Budidaya
Sumber : SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo. 683/KPTS/UM/8/1982
Tabel II. 7Kelas Lereng Dan Nilai Skor
No Kelas lereng Lereng (%) Diskripisi Skor 1 I 0-8 Datar 202 II 8,01-15 Landai 403 III 15,01-25 Agak curam 604 IV 25,01-45 Curam 805 V >45 Sangat curam 100
Sumber: SK Mentan No. 837/ KPTS/UM/1 1/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982
Tabel II. 8Kelas Tanah Menurut Kepekaan
Erosi Dan Nilai SkorNo Kelas tanah Jenis tanah Diskripsi
terhadap erosiNilai skor
1 I Aluvial, glei, planosol, hidromorf kelabu
Tidak peka 15
2 II Latosol Kurang peka 303 III Brown forest soil, non calcic
brown, mediteran Agak peka 45
4 IV Andosol, laterit, grumosol, podsol, podlosit
Peka 60
5 V Regosol, litosol, organosol, renzina
Sangat peka 75
Sumber : SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo. 683/KPTS/UM/8/1982
29
No Fungsi kawasan Total nilai skor
1 Kawasan lindung ≥ 175
2 Kawasan penyangga 125-174
3 Kawasan budidaya tanaman tahunan <125
4 Kawasan budidaya tanaman semusim <125
5 Kawasan pemukiman <125
Tabel II. 9Intensitas Hujan Harian Rata-Rata
Dan Nilai SkorNo Kelas Interval Diskripsi Nilai skor1 I 0-13,6 Sangat rendah 102 II 13,61-20,7 Rendah 203 III 20,71-27,7 Sedang 304 IV 27,71-34,8 Tinggi 405 V >34,81 Sangat tinggi 50
Sumber : SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo. 683/KPTS/UM/8/1982
Tabel II. 10Klasifikasi Tingkat Erosi Dan Skoringnya Untuk
Penentuan Lahan KritisKelas Besaran/diskripsi SkorRingan Tanah dalam (>60 cm):
<25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak 20-50 mTanah dangkal (<60 cm)<25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi pada alur jarak >50m
5
Sedang Tanah dalam25-75% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak kurang dari 20 mTanah dangkal 25-50% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi pada alur jarak 20-50m
4
Berat Tanah dalamLebih dari 75% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi parit dengan jarak kurang dari 20-50 mTanah dangkal 50-75% lapisan tanah atas hilang
3
Sangat berat
Tanah dalamSemua lapisan tanah atas hilang >25% lapisan tanah bawah dan/atau erosi parit dengan kedalaman sedang pada jarak kurang dari 20 mTanah dangkal >75% lapisan tanah atas telah hilang, sebagian tanah bawah telah tererosi
2
Sumber: balai pengelolaan das tondano
30
BAB III
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KECAMATAN NGAMPEL;
KELURAHAN JATIREJO
3.1 Gambaran Umum Kecamatan Ngampel
Kecamatan Ngampel merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Kendal sebagai wilayah makro studi. Jarak Kecamatan Ngampel
dengan Ibukota dan ke beberapa kota lainnya seperti, Kabupaten Kendal berkisar
10 Km², Kecamatan Petebon berkisar 5 Km². Ketinggian tanah pada Kecamatan
Ngampel ± 6 meter dpl dengan suhu udaranya berkisar 27 °C. Luas wilayah
Kecamatan Ngampel dirinci menurut desa pada tahun 2009 berjumlah 33.88 Km2.
Setiap wilayah memiliki karakteristik berbeda-beda yang bisa digunakan
sebagai dasar dalam proses perencanaan maupun proses pengembangan wilayah
tersebut. karakteristik geologi terdiri dari 9 aspek yang satu sama lain saling
mempengaruhi secara fisik dapat berupa letak dan luas wilayah, morfologi,
topografi, litologi, hidrologi, hidrogeologi, klimatologi, dan topografi.
Banyaknya penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2007-2009.
Pada tahun 2007 berjumllah 34.627 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 16,919
jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 17,708 jiwa. Pada tahun 2008 berjumlah
34.895 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 17,042/jiwa sedangkan Perempuan
berjumlah 17,853 jiwa. Pada tahun 2009 berjumlah 35,226 dari Laki-laki
berjumlah 17,186 jiwa dan Perempuan berjumlah 18,040 jiwa. Banyaknya
penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2007-2009. Pada tahun 2007
berjumllah 34.627 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 16,919 jiwa, sedangkan
Perempuan berjumlah 17,708 jiwa. Pada tahun 2008 berjumlah 34.895 jiwa terdiri
dari Laki-laki berjumlah 17,042/jiwa sadangkan Perempuan berjumlah 17,853
jiwa. Pada tahun 2009 berjumlah 35,226 dari Laki-laki berjumlah 17,186 jiwa dan
Perempuan berjumlah 18,040 jiwa.
Banyaknya penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2007-2009.
Pada tahun 2007 berjumllah 34.627 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 16,919
31
jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 17,708 jiwa. Pada tahun 2008 berjumlah
34.895 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 17,042/jiwa sedangkan Perempuan
berjumlah 17,853 jiwa. Pada tahun 2009 berjumlah 35,226 dari Laki-laki
berjumlah 17,186 jiwa dan Perempuan berjumlah 18,040 jiwa. Banyaknya
penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2007-2009. Pada tahun 2007
berjumllah 34.627 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 16,919 jiwa, sedangkan
Perempuan berjumlah 17,708 jiwa. Pada tahun 2008 berjumlah 34.895 jiwa terdiri
dari Laki-laki berjumlah 17,042/jiwa sadangkan Perempuan berjumlah 17,853
jiwa. Pada tahun 2009 berjumlah 35,226 dari Laki-laki berjumlah 17,186 jiwa dan
Perempuan berjumlah 18,040 jiwa.
3.2 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kecamatan Ngampel
Kecamatan Ngampel berbatasan di sebelah utara dengan Kecamatan
Patebon di sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Singorejo, di sebelah
barat berbatasan dengan Kecamatan Gemuh, dan di sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Brangsong.
Jarak ibukota kecamatan Ngampel ke Kota Kabupaten Kendal adalah 10
Km, jarak dengan Kota Propinsi Jawa Tengah adalah 38 Km. Sedankan
ketinggian rata-rata adalah 6 dpl.
3.3 Aspek Fisik Kecamatan Ngampel
Karakteristik Kecamatan Ngampel dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek
non fisik yang menjelaskan kondisi fisik Kecamatan Ngampel berupa aspek-aspek
geologi yang terdapat di wilayah tersebut.
3.3.1 Morfologi
Kecamatan Ngampel terletak di bagian timur Kabupaten Kendal, yang
merupakan daerah rawan erosi dan memiliki banyak sungai dan
bendungan.Bentuk lahan Kecamatan Ngampel adalah bentuk lahan struktural
dengan struktur mendatar (horizontal).Hal ini disebabkan karena kecamatan
Ngampel merupakan dataran rendah yang memiliki elevasi 0-500 kaki diatas
permukaan air laut.
32
3.3.2 Litologi
Pada Kecamatan Ngampel jenis batuan sedimen yaitu sandstone (batupasir)
dan breksi. Batupasir yaitu batuan sediment dengan ukuran butir antara 1/16
milimeter dan 2 mm, batuan ini terbentuk karena segmentasi butiran-butiran pasir
yang terbawa oleh arus sungai, ombak san angin sehingga terakumulasi di suatu
tempat dan membentuk batuan. Batuan breksi memiliki butiran-butiran yang
bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar
dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter.Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan
menyudut.Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang
terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu
fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi.
Jenis tanah di kecamatan Ngampel yaitu terdiri dari tanah asosiasi alluvial
kelabu, latosol coklat dan mediteran coklat kemerahan.Tanah alluvial cenderung
subur karena mengandung unsur zat hara dan mineral. Tanah latosolol yaitu tanah
yang cenderung subur untuk pertanian..Sedangkan tanah mediteran yaitu tanah
yang berasal dari pelapukan kapur sehingga tidak subur.
3.3.3 Topografi
Kecamatan Ngampel termasuk ke dalam region A Kabupaten kendal yang
memiliki karakteristik topografi berupa wilayah dataran rendah, Kelerengan
Kecamatan Ngampel dibedakan tiga tingkat yaitu 0-8 % berada di desa
Sumbersari, Winong dan Jatirejo. 15-35% yaitu di desa Bojonggede, banyuurip,
Ngampel Kulon, kebonagung, putatgede dan rejosari. 25-40% yaitu didesa
dempel rejo, sudipayung, ngampel wetan. Oleh karena itu karakteristik topografi
di Kecamatan Ngampel sebagian besar dapat diklasifikasikan kepada wilayah
yang datar.
3.3.4 Klimatologi
Secara umum di Kecamatan Ngampel suhu rata-rata sekitar 27oC , beriklim
tropis. Rata-rata curah hujan berdasar tahunan berdasar pencatatan curah hujan
tahun 2004 adalah sebesar 2799 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak
105 hari.
33
Tabel III.1Curah Hujan Kecamatan Ngampel Tahun 2008
Bulan Curah hujan (mm) Hari hujanJanuari 306 15Februari 436 17Maret 767 15April 252 12Mei 535 11Juni 38 3Juli 25 3Agustus 4 0September 62 4Oktober 29 3November 113 10Desember 231 13Jumlah 2799 105
Sumber : Data morfologi Kecamatan Ngampel tahun 2008
Q = Jumlah bulan kering x 100%
Jumlah bulan basah
= 4 x100%
8
= 50%
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 bulan kering
yaitu pada bulan Juni, Juli,Agustus dan Oktober. 8 bulan basah yaitu pada bulan
Januari, Februari, maret, april, mei, september, november dan desember. Dari data
curah hujan dapat diketahui nilai Q sebesar 50% sehingga Kecamatan Ngampel
termasuk kedalam iklim agak basah berdasarkan pembagian iklim menurut
Schmidt Fergusson
3.3.5 Stratigrafi
Statigrafi di Kecamatan Ngampel tergolong dalam formasi damar dan
endapan Alluvium.Formasi damar (Qtd) terdiri atas batupasir tufaan,
konglomerat, breksi vulkanik dan tufa.Batupasir mengandung mineral mafik,
feldspar dan kuarsa.Breksi vulkanik mungkin diendapkan sebagai lahar.Formasi
ini beumur Plio-Plistosen, dan terdiri atas sedimen yang diendapkan dilingkungan
nonmarin, moluska setempat ditemukan dan diindikasikan fosil sisa
vertebrata.Sedangkan endapan alluvium menutupi hampir 90 % di Kecamatan
34
Ngampel.Terbentuk dari endapan dataran pantai, endapan sungai dan endapan
danau.Umumnya terdiri dari lempung dan pasir kemudian membentuk endapan
delta dan mencapai ketebalan kurang lebih 80 m. selain itu endapan alluvium yang
ada pada alur sungai terdiri atas kerikil, kerakal dan pasir.
3.3.6 Hidrologi
Dalam wilayah Kecamatan Ngampel mengalir Sungai Blorong yang
mempunyai panjang 93 km. Sungai Blorong mengalir di bagian timur Kecamatan
Ngampel, tepatnya di Desa Mijil. Debit air sungai blorong pada musin kemarau
4,053m3/detik, sedangkan pada musim penghujan sebanyak 7,686m3/detik.
Densitas air sungai di Kecamatan Ngampel bagian Utara kurang dari 0,000598
yaitu di Desa Rejosari, Sumbersari, Kebonagung, Ngampel kulon, Ngamapel
Wetan, Banyuurip, Bojonggede, Dudipayung, Dempelrejo dan Putatgede.
Sedangkan Ngampel bagian selatan adalah 0,00193 – 0,001787 yaitu di Desa
Winong dan Jatirejo. Tingkat evaporasi Kecamatan Ngampel tergolong stabil,
sedang tingkat infiltrasinya stabil karena hujan yang terjadi sesuai dengan
musimnya.
3.3.7 Hidrogeologi
Di daerah Kendal memiliki 21 sumber mata air yang terletak di bagian
selatan meliputi wilayah Kecamatan Pageruyung, Pelantungan, Sukorejo, Patean,
Limbangan, dan Boja. Sumber mata air tersebut berasal dari sumur dalam.
Daerah Kecamatan Ngampel bagian utara dan timur memiliki karakteristik
hidrogeologi Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dan aliran melalui
celahan dan ruang antar butir.Akuifer produktif dan setempat meliputi Winong
dan jatirejo.Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas memiliki daerah
penyebaran yang meliputi Rejosari, Kebonagung, Dawungsari, Ngampel Wetan
dan Sumbersari.Sedangkan akuifer produktif dengan penyebaran luas memiliki
daerah penyebaran yang meliputi Putatgede, Bojonggede, Banyuurip, Ngampel
Kulon, Sudipayung dan Dempelrejo.
Berdasarkan pola dan arah aliran airtanah secara umum aliran airtanah di
daerah Kecamatan Ngampel akan mengalir dari arah selatan ke utara, dari tempat
35
yang memiliki head/elevasi muka airtanah tinggi ke head rendah dan memberikan
supply ke arah sungai yang ada di sekitarnya (gaining stream).
Berdasarkan hasil pengujian kualitas airtanah di lapangan berdasarkan nilai
TDS (Total Dissolved Solid), Kecamatan Ngampel memiliki kualitas air tanah
Kriteria baik, yaitu jika kandungan unsur tersebut di bawah nilai maksimum yang
disarankan (0-1000 mg/l). Sedangkan kualitas airtanah berdasarkan nilai Daya
Hantar Listrik (DHL) di Kecamatan Ngampel mempunyai kriteria sangat baik,
jika kandungan unsur daya hantar listrik tersebut berada pada nilai minimum atau
nilai aman (0 – 1000 Is/cm).
3.3.8 Bahaya Geologi
Dengan kondisi geografinya, Kecamatan Ngampel mempunyai bahaya
geologi banjir dan erosi.Banjir ini disebabkan kelerengan yang landai,
penggunaan lahan bukan vegetasi permanen sehingga mengurangi ruang terbuka
untuk penyerapan air.Tanahnya yang berjenis alluvial dengan sedikit grumusol
dan mediteran juga mempengaruhi adanya banjir ini.
Dalam Penelitian Terapan Daerah Rawan Bencana Kabupaten Kendal 2008,
Kecamatan Ngampel termasuk dalam kawasan yang mengalami penurunan tanah
sangat rendah yaitu 1 - 2,4 cm setiap tahunnya. Tingkat penurunan tanah tersebut
dalam termasuk tingkat penurunan sedang dan tidak memberi pengaruh yang
signifikan pada kondisi di lapangan.Gerakan tanah yang terjadi pada daerah
kerentanan gerakan tanah rendah berupa gerakan tanah dangkal dengan
kedalaman bidang gelincir sekitar 2 – 4 m, kemiringan lereng 20o – 50o.Gerakan
tanah pada daerah ini memiliki penyebaran yang kecil karena gerakan tanah ini
sedikit dijumpai dan hanya bersifat setempat (lokal) pada bantaran sungai jika
terjadi erosi lateral, seperti yang terdapat di bantaran Sungai Blorong.
36
Sumber: foto kelompok 4Gambar III.1
Bahaya geologi banjir
3.3.9 Tata Guna Lahan
Lahan di Kecamatan Ngampel dimanfaatkan sebagai tanah sawah seluas
12,76 km², tanah pekarangan seluas 4,28 km², tanah tegalan seluas 4,69 km2,
tanah hutan seluas 9,87 km², dan lain –lain seluas 2,28 km2.
3.3.10 Utilitas Umum
Utilitas umum merupakan sarana wilayah Kecamatann Ngampel yang
berupa jaringan jalan, listrik, telepon, air bersih, persampahan, dan drainase.
A. Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk
pelayanan masyarakat di dalam suatu wilayah. Jalan yang terdapat di wilayah
Kecamatan Ngampel sebagian besar merupakan jalan arteri dalam lingkup
kecamatan. Sedangkan kondisi jalan di wilayah Kecamatan ini hampir 90% dalam
keadaan kurang baik.
37
Berikut tabel kondisi jalan kecamatan Ngampel :
Tabel III.2Kondisi jalan Kecamatan Ngampel
No Kondisi Jalan Panjang Jalan
Unit
I Jenis Permukaana. Aspal 52.69 Kmb. Kerikil 0.00 Kmc. Tanah 21.60 Km
II
Kondisi Jalan
a. Baik 61.79 Kmb. Sedang 0.00 Kmc. Rusak 12.50 Km
III
Kelas Jalan
a. Kelas I 0.00 Kmb. Kelas II 2.00 Kmc. Kelas III 6.00 Kmd. Kelas IIIA 12.80 Kme. Kelas IV 2.50 Kmf. Kelas V 7.00 Km
Sumber: Ngampel dalam angka tahun 2009
B. Jaringan Listrik
Jaringan listrik sudah mencakup keseluruhan dari Kecamatan Ngampel,
rata-rata daya yang terpasang adalah 450 watt – 900 watt.
C. Jaringan Telepon
Jaringan telepon kabel maupun maupun jaringan telepon selular sudah
memasuki kawasan Kecamatan Ngampel, namun jaringan telepon kabel jarang
digunakan karena telepon seluler dianggap lebih efektif dan efisien dibanding
telepon kabel. Meskipun begitu tidak semua penduduk memiliki telepon seluler,
hanya beberapa orang di dalam kepala keluarga yang menggunakan telepon
seluler.
D. Jaringan Air Bersih
Air bersih di Kecamatan Ngampel masih terbatas, hal ini dibuktikan dengan
pemanfaatan air sungai yang kotor untuk keperluan rumah tangga seperti mandi,
cuci, dan kakus.
38
E. Jaringan Persampahan
System pengelolaan jaringan sampah di Kecamatan Ngampel dilakukan
dengan 2 sistem, yaitu dengan sistem tradisional yaitu dilakukan sendiri-sendiri
dengan cara menimbun atau membakar hal tersebut dilakukan biasanya oleh
masyarakat didesa, dan cara kedua yaitu sistem pengelolaan yang dilakukan
melalui lembaga yang terstruktur dengan cara mengkoordinir sampah-sampah
kemudian membuangnya ke tempat pembuangan akhir. Tempat Pembuangan
Akhir di Kecamatan Ngampel sendiri ada 1 yaitu berada di Desa Jatirejo, sistem
pengelolaannya masih menggunakan Sistem Open Dumping, dengan luasan lahan,
kapasitas volume, jumlah timbunan sampah dan jumlah timbunan terangkut.
Tabel III.3Sistem Pengeloalaan Lahan
System pengelolaan Open DumpingLuas lahan (ha) 1,8 haKapasitas volume (m3) 30-40 m3
Tahun mulai operasional 1998Jumlah timbunan sampah (m3/hari)
20 m3
Jumlah terangkut(m3/hari) 20 m3
Permasalahan Overload karena tidak ada sarana alat beratSistem operasi : tidak memenuhi secara teknik (Open Dumping)
Sumber : Cipta karya dan tata ruang kabupaten Kendal 2011
F. Jaringan Drainase
Kondisi wilayah Kecamatan Ngampel mempunyai topografi yang bervariasi
mulai dari dataran tinggi, perbukitan, dan dataran rendah dengan pola aliran air
sejajar menuju ke pantai utara laut jawa.Ketinggian tanah pada Kecamatan
Ngampel ± 6 meter dpl.Kondisi tersebut sangat rawan terhadap bahaya banjir,
terutama pada wilayah daerah cekungan disamping dengan daerah tangkapan air
(catchment area).Jaringan drainase yang terdapat di Kecamatan Ngampel saat ini
menggunakan jaringan drainase primer, yaitu sungai-sungai yang dikendalikan
oleh bendung-bendung dan DAM serta dilengkapi Pintu Pengendali Air yang
terletak di Kelurahan Jatirejo. Namun oleh masyarakat sekitar saluran drainase
39
tersebut disalah gunakan, seperti membuang sampah disaluran drainase tersebut
sehingga akan menyumbat saluran drainase, padahal di Kelurahan tersebut sudah
ada TPA (Tempat pembuangan Akhir), sehingga akan menyebabkan banjir.
3.4 Gambaran Umum Kelurahan Jatirejo
Kelurahan Jatirejo berbatasan di sebelah utara dengan Kelurahan Rejosari di
sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jatirejo Selatan, di sebelah barat
berbatasan dengan Kelurahan Winong dan di sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Tunggulsari.Luas wilayah Kelurahan Jatirejo dirinci menurut desa pada
tahun 2010 berjumlah 238,485 Hayaitu 37.96% bagian dari Kecamatan Jatirejo.
Karakteristik tiap wilayah berbedadilihat dari aspek letak dan luas wilayah,
morfologi, topografi, litologi, hidrologi, hidrogeologi, klimatologi, dan topografi.
Karakteristik-karakteristik inilah yang digunakan dalam proses perencanaan
maupun perencaan wilayah.
Banyaknya penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2009.
berjumlah 3173 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 1547 jiwa, sedangkan
Perempuan berjumlah 1626 jiwa.
Dengan pengklasifikasian menurut kelompok umur sebagai berikut:
Tabel III.4Jumlah penduduk Kelurahan Jatirejo
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah0-4 220 191 4115-9 212 226 438
10-14 156 148 30415-19 231 222 45320-24 185 164 34925-29 151 159 31030-39 187 115 30240-49 121 119 24050-59 88 70 15860+ 107 101 208
Jumlah 1658 1515 3173Sumber :Ngampel dalam angka tahun 2009
40
Berdasarkan hasil olah cepat Sensus Penduduk 2009, jumlah penduduk
Kepadatan penduduk Kelurahan Jatirejo bila dilihat dari Kepadatan Orang/Km².
Pada tahun 2009berjumlah 24,7 jiwa/km2.
Perkembangan Penduduk per tahun Kecamatan Ngampel tahun 2007-2009.
Jumlah penduduk tahun 34,627 jiwa dengan perkembangan penduduk 1,50 %, per
tahun bila dilihat dari tahun sebelumnya, Sedangkan pada tahun 2008 jumlah
penduduk meningkat 34,895 jiwa dengan perkembangan punduduknya 0,77 %.
pertahun. Pada tahun 2009 jumlah penduduk ada 35,226 dengan perkembangan
penduduk 0.95 % per tahun.
3.5 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kelurahan Jatirejo
Kelurahan jatirejo berada di bagian tenggara Kecamatan
Ngampel.Kelurahan Jatirejo berbatasan di sebelah utara Kelurahan Rejosari di
sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jatirejo Selatan, di sebelah barat
berbatasan dengan Kelurahan Winong dan di sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Tunggulsari.
Jarak Kelurahan Jatirejo dari pusat emerintahan kecamatan adalah 5 Km,
jarak dengan ibukota kabupaten daerah tingkat II adalah 9 Km, jarak dengan
ibukota kabupaten daerah tingkat I adalah 37 Km, sedangkan jarak dengan
ibukota negara adalah 525 Km.
3.6 Aspek Fisik Kelurahan Jatirejo
Karakteristik Kelurahan Jatirejo dapat dilihat dari aspek fisik wilayahnya.
3.6.1 Morfologi
Morfologi Kelurahan Jatirejo tergolong dalam bentuk lahan fluvial. Bentuk
lahan fluvial ini terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi
yang berupa aliran air sungai maupun yang terkonsentrasi yang berupa limpasan
permukaan. Sedangkan untuk geomorfologi Kelurahan jatirejo termasuk kategori
bergelombang miring.
41
Sedangkan untuk geomorfologi Kelurahan jatirejo termasuk kategori
bergelombang miring di Dusun Mijil bagian selatan dan berbukit bergelombang di
Dusun Krajan, Magangan, Duren, dan sebagian besar Mijil sebelah utara. Satuan
ini memiliki beda elevasi (ketinggian) antara 50-100 meter dengankelerengan
antara 8-13 %. Kondisi geomorfologi satuan bentuk lahan ini memilikikondisi
lahan yang relatifbergelombang Dimanfaatkan penduduk sebagi persawahan,
tegalan, dan pemukiman.
3.6.2 Litologi
Jenis batuan di Kelurahan Jatirejo memiliki jenis batupasir tuffan dan batu
breksi, yang mengandung mineral mafik, feldspar dan kuarsa.Sedangkan jenis
tanah di seluruh Kelurahan Jatirejo memiliki jenis tanah latosol coklat, tanah ini
merupakan tanah residu hasil pelapukan dari breksi tufaan dan batupasir
tufaan.Tanah ini berpotensi untuk terjadi gerakan tanah berupa runtuhan
batu.Selain itu jenis tanah ini subur untuk pertanian.Sehingga di Desa Jatirejo
terdapat banyak lahan persawahan.
3.6.3 Topografi
Topografi kelurahan Jatirejo dibedakan menjadi dua kelerengan yaitu datar
dan agak curam, wilayah yang datar yaitu berada di dusun Mijil, Krajan,
Magangan dan Duren.Sedangkan yang agak curam yaitu berada di sebagian kecil
dusun Mijil dan sebagian kecil dusun Krajan.Sehingaa dapat dikatakan sebagian
besar Desa Jatirejo bertopografi datar.
3.6.4 Klimatologi
Secara umum Kelurahan Jatirejo beriklim tropis, rata-rata curah hujan
tahunan berdasar pencatatan curah hujan tahun 2008, curah hujan di Desa Jatirejo
adalah 2799mm/tahun dengan jumlah hari 105 hari dan jumlah hari terbanyak 17
hari. Dengan curah hujan tersebut artinya Desa Jatirejo bercurah hujan
rendah.Suhu rata-ratanya mencapai 32oC.
3.6.5 Stratigrafi
Statigrafi di Kelurahan Jatirejo tergolong dalam Formasi Damar (Qtd).Berisi
litologi berupa batupasir tuffan, konglomerat, breksi vulkanik.Batupasir
42
mengandung mineral mafik, feldspar dan kuarsa.Breksi vulkanik mungkin
diendapkan sebagai lahar.Formasi ini sebagian non-marine; moluska setempat
ditemukan dan sisa vertebrata.
3.7.6 Hidrologi
Hidrologi Kelurahan Jatirejo ditentukan salah satunya ditentukan berdasar
densitas sungai. Sungai di Kelurahan Jatirejo memiliki densitas sungai sebesar
0,00193 – 0,001787.Hal ini disebabkan karena Desa Jatirejo dilalui oleh sungai
Blorong sehingga densitasnya cukup tinggi.
3.6.7 Hidrogeologi
Hidrologi di Kelurahan Jatirejo di Dusun Magangan dan Krajan termasuk
akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas.Sedangkan di Dusun Mijil dan
Duren mempunyai jenis akuifer produktif dan setempat. Sedang berdasarkan
pengujian kualitas air tanah berdasarkan nilai TDS (Total Dissolved Solid) maka
wilayah Kelurahan Jatirejo memiliki Kriteria baik, yaitu jika kandungan unsur
tersebut di bawah nilai maksimum yang disarankan (0-1000 mg/l). Kualitas air
dan tanah berdasarkan nilai Daya Hantar Listrik(DHL) Kriteria sangat baik, jika
kandungan unsur daya hantar listrik tersebut berada pada nilai minimum atau nilai
aman (0 – 1000 µs/cm). selain itu Desa Jatirejo memiliki tiga sumur bor yang bisa
dimanfaatkan oleh masyrakat.
3.6.8 Bahaya Geologi
Dengan kondisi geografinya, Kelurahan Jatirejo mempunyai bahaya geologi
erosi tebing sungai, banjir dan penurunan tanah.Penyebab utama dari erosi tebing
sungai ini adalah terjadi sebagai akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang
mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat pada
belokan sungai. Hal tersebut terjadi karena arus air yang ingin berbelok di
tikungan sungai dengan energi yang sangat besar, arus air yang kencang ini akan
mengerus tebing sungai dengan tekanan yang kuat sehingga materialnya
penyusunnya terlepas dan terbawa air. Penurunan tanah disebabkan oleh tanah di
Desa Jatirejo yang berjenis latosol coklat.Sedangkan banjir disebabkan oleh aliran
sungai Blorong yang cukup deras dan pemukiman warga dibawah aliran sungai.
43
3.6.9 Tata Guna Lahan
Lahan di Kelurahan Jatirejo dimanfaatkan sebagai:
Tegalan Kebun Pemukiman
Air Tawar Hutan0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
3896
64346.16
49322
3309839422
Lahan Kelurahan Jatirejo
Lahan Kelurahan Jatirejo
3.6.10 Utilitas Umum
Utilitas umum merupakan sarana wilayah Jatirejo yang berupa jaringan jalan,
listrik, telepon, air bersih, persampahan, dan drainase.
A. Jaringan Jalan
Sistim jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk
pelayanan masyarakat di dalam suatu wilayah.Kondisi jalan di wilayah
Kelurahan Jatirejo dalam keadaan kurang baik. Hal itu ditunjukkan oleh jalan
yang beraspal namun rusak parah. Sehingga askes menjadi lancar dan
terhambat.
B. Jaringan Listrik
Jaringan listrik sudah mencakup keseluruhan dari Kelurahan Jatirejo,
rata-rata daya yang terpasang adalah 450 v dan 900 v.
C. Jaringan Telepon
Jaringan telepon kabel maupun maupun jaringan telepon selular sudah
memasuki kawasan Kelurahan Jatirejo, namun jaringan telepon kabel jarang
digunakan karena telepon seluler dianggap lebih efektif dan efisien dibanding
44
telepon kabel. Meskipun begitu tidak semua penduduk memiliki telepon
seluler, hanya beberapa orang di dalam kepala keluarga yang menggunakan
telepon seluler.
D. Jaringan Air Bersih
Di kelurahan jatirejo sudah ada PDAM sebagai sarana air bersih, namun
air PDAM tidak mengalir efektif.Dan juga sebagian penduduk dalam kegiatan
MCK masih ada yang menggunakan sumur dan sungai.Penduduk yang
menempati Jatirejo sudah lama lebih memilih menggunakan air sungai
meskipun air sungainya sudah tercemar.Air sungai tersebut dimanfaatkan
mulai dari mandi, mencuci, dan buang air besar.
E. Jaringan Persampahan
System pengelolaan jaringan sampah di Kelurahan Jatirejo dilakukan
dengan 2 sistem, yaitu dengan sistem tradisional yaitu dilakukan sendiri-sendiri
dengan cara menimbun atau membakar hal tersebut dilakukan biasanya oleh
masyarakat didesa, dan cara kedua yaitu sistem pengelolaan yang dilakukan
melalui lembaga yang terstruktur dengan cara mengkoordinir sampah-sampah
kemudian membuangnya ke tempat pembuangan akhir. Tempat Pembuangan
Akhir di Kelurahan Jatirejo sendiri ada 1 yaitu berada di Desa Jatirejo, sistem
pengelolaannya masih menggunakan Sistem Open Dumping, dengan luasan
lahan, kapasitas volume, jumlah timbunan sampah dan jumlah timbunan
terangkut.
Tabel III.5Sistem pengelolaan lahan Kelurahan Jatirejo
System pengelolaan Open Dumping
Luas lahan (ha) 1,8 ha
Kapasitas volume (m3) 30-40 m3
Tahun mulai operasional 1998
Jumlah timbunan sampah (m3/hari)
20 m3
Jumlah terangkut(m3/hari) 20 m3
Permasalahan Overload karena tidak ada sarana alat beratSystem operasi : tidak memenuhi secara teknik (Open Dumping)
Sumber : Cipta karya dan tata ruang kabupaten Kendal 2011
45
F. Jaringan Drainase
Jaringan Drainase yang terdapat di Kelurahan Jatirejo saat ini
menggunakan jaringan drainase primer, yaitu sungai-sungai yang dikendalikan
oleh bendung-bendung dan DAM serta dilengkapi Pintu Pengendali Air yang
terletak dikelurahan Jatirejo. Namun oleh masyarakat sekitar saluran drainase
tersebut disalah gunakan, seperti membuang sampah disaluran drainase
tersebut sehingga akan menyumbat saluran drainase, padahal di Kelurahan
tersebut sudah ada TPA (Tempat pembuangan Akhir), sehingga akan
menyebabkan banjir.
46
BAB IV
ANALISIS ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN KELURAHAN JATIREJO
4.1 Analisis Aspek Geologi Lingkungan
Setelah melewati proses identifikasi masalah aspek geologi di Kecamatan
Ngampel tepatnya di Kelurahan Jatirejo maka permasalahan tersebut dianalisis.
4.1.1Analisis Morfologi
Kecamatan Ngampel terletak di bagian Timur Kabupaten kendal, yang
merupakan daerah rawan erosi dan memiliki banyak sungai dan bendungan.
Morfologi Kelurahan Jatirejo tergolong dalam bentuk lahan fluvial yang
terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan
pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang
berupa bentangan dataran alluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur
horizontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Sedangkan untuk geomorfologi Kelurahan jatirejo termasuk kategori
bergelombang miring di Dusun Mijil bagian selatan dan berbukit bergelombang di
Dusun Krajan, Magangan, Duren, dan sebagian besar Mijil sebelah utara. Satuan
ini memiliki beda elevasi (ketinggian) antara 50-100 meter dengankelerengan
antara 8-13 %. Kondisi geomorfologi satuan bentuk lahan ini memilikikondisi
lahan yang relatifbergelombang Dimanfaatkan penduduk sebagi persawahan,
tegalan, dan pemukiman.
4.1.2Analisis Litologi
Analisis Litologi terdiri dari analisis:
A. Batuan
Kelurahan Jatirejo memiliki jenis batuan sedimen yang telah mengalami
pelapukan sedang-tinggi. Material penyusun batuan sedimen dominan berasal
dari proses pelapukan dan erosi batuan yang terbentuk lebih dulu.
47
Batuan yang terdapat di Kelurahan Jatirejo yaitu batupasir tuffan yang
mengandung mineral mafik, feldspar dan kuarsa. Sealin itu juga terdapat batu
breksi di tebing dusun Mijil.
B. Tanah
Kelurahan Jatirejo memiliki jenis tanah latosol coklat sehingga tidak
peka terhadap erosi akan tetapi jenis tanah latosol coklat peka terhadap gerakan
tanah. Oleh karena jenis tanah latosol coklat berpotensi untuk gerakan tanah
dengan runtuhan batu, maka disekitar daerah lahan dengan kemiringan agak
curam sebaiknya tidak digunakan sebagai pemukiman. Selain itu jenis tanah
latosol coklat kaya oleh unsur zat hara. Tanah latosol terbentuk dari batuan
gunung api yang mengalami pelapukan lanjut. Sehingga sangat cocok sebagai
lahan pertanian dan perkebunan akan lebih baik jika digunakan sebagai kebun
yang ditanami tumbuhan rendah yang berjenis sedikit dengan jangka waktu
pendek.
Sumber : foto kelompok 4Gambar IV.1
Tanah latosol coklat
4.1.3 Analisis Topografi
Tabel IV.1Tabel Topografi Kelurahan Jatirejo Tahun 2012
Kelas Wilayah Kelerengan Deskripsi1 Dusun Krajan, Mijil,
Duren, Magangan0-8 % Datar
2 Dusun Krajan dan mijil 15-25 % Agak curamSumber :Bappeda Kabupaten Kendal, 2012
48
Kelurahan Jatirejo datarannya dibedakan menjadi dua yaitu datar dan agak
curam, sehingga terdapat perbedaan ketinggian yang signifikan antara wilayah
utara dan selatan.Daerah yang datar dengan kemiringan lereng 0-8% terdapat di
Dusun Krajan, Magangan, Mijil, dan Duren. Wilayah ini sebagian besar
digunakan sebagai pemukiman, tegalan dan sawah.Sedangkan daerah agak curam
dengan kemiringan lereng 15-25% terdapat di Dusun Krajan dan Mijil yang
sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan.
Sumber: foto kelompok 4Gambar IV.2
Daerah Jatirejo yang cukup datar sebagai lahan pemukiman
49
Gambar IV.3Tebing curam di Kelurahan jatirejo bagian selatan
Sumber: foto kelompok 4
4.1.4 Analisis Klimatologi
Kelurahan Jatirejo merupakan daerah yang memiliki tingkat curah
hujan 2799 mm pertahun.Dengan tingkat curah hujan tersebut, berarti
daerah Jatirejo termasuk daerah yang bercurah hujan rendah. Keadaan
tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan di daerah Jatirejo
yang sebagian besar mata pencahariansebagai petani, selain itu keadaan
tersebut menyebabkan Kelurahan Jatirejo kering dan suhunya tinggi sebesar
32o C. Namun daerah tersebut dibantu dengan adanya sungai Blorong yang
memiliki debit air yang besar yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian
setempat. Sehingga aktivitas warga tetap lancar.
50
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.4Tanah yang kering akibat curah hujan rendah dan suhu tinggi
4.1.5Analisis Stratigrafi
Statigrafi di Kelurahan Jatirejo tergolong dalam Formasi Damar
(Qtd).Berisi litologi berupa batupasir tuffan, konglomerat, breksi
vulkanik.Batupasir mengandung mineral mafik, feldspar dan kuarsa.Breksi
vulkanik mungkin diendapkan sebagai lahar.Formasi ini sebagian non-marine;
moluska setempat ditemukan dan sisa vertebrata.
4.1.6Analisis Hidrologi
Kondisi hidrologi di Kelurahan Jatirejo didukung dengan adanya sungai
besar yaitu sungai Blorong yang mengalir di tepian desanya.Sungai Blorong
mempunyai andil besar dalam system perairan Kelurahan Jatirejo, meskipun
dalam musim kemarau yang panjang, Sungai Blorong tetap mengalir deras untuk
menopang system perairan Kelurahan Jatirejo.Dengan densitas sungai sebesar
0.001787 - 0.00193.
51
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.5Sungai Blorong mempunyai densitas tinggi
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.6Aliran Sungai Blorong di sekitar pemukiman
Untuk memperlacar aktivitas penduduk, maka dibuat anak-anak sungai yang
dialirkan ke daerah pemukiman warga dan lahan persawahan untuk digunakan
sebagai pendukung aktivitas warga seperti perairan sawah dan keperluan rumah
tangga.
4.1.7 Analisis Hidrogeologi
Hidrogeologi di Kelurahan Jatirejo bagian utara termasuk akuifer
produktif sedang dengan penyebaran luas dan Jatirejo bagian selatan mempunyai
52
jenis akuifer produktif dan setempat. Sedang berdasarkan pengujian kualitas air
tanah berdasarkan nilai TDS (Total Dissolved Solid) maka wilayah Kelurahan
Jatirejo memiliki Kriteria baik, yaitu jika kandungan unsur tersebut di bawah nilai
maksimum yang disarankan (0-1000 mg/l). Kualitas air dan tanah berdasarkan
nilai Daya Hantar Listrik(DHL) Kriteria sangat baik, jika kandungan unsur daya
hantar listrik tersebut berada pada nilai minimum atau nilai aman (0 – 1000
µs/cm).
Wilayah Jatirejo memiliki tiga sumur bor yang letaknya berdekatan.Sumur
bor yang pertama merupakan sumur yang dibuat oleh swadaya masyarakat. Sumur
bor tersebut memiliki kedalaman permukaan air 60 m dan kedalaman dasar 75 m.
Sumur tersebut sudah tidak difungsikan karena pompa air tidak berfungsi.
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.7Sumur bor swadaya masyarakat.
Sumur bor yang kedua terletak di dekat sumur bor hasil swadaya
masyarakat dibuat oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.Sumur ini
menggunakan gen-set, memiliki kedalaman permukaan 30 m dan kedalaman dasar
75 m.
Sumur tersebut memiliki masalah yaitu air yang keruh, berbau, dan jika
diendapkan akan terbentuk suatu endapan yang berwarna kuning. Hal ini
menandakan bahwa sumur tersebut mengalami pencemaran. Salah satu penyebab
pencemaran air tanah ini dalah adanya air lindian (leachate) yang berasal dari
tumpukan sampah. Sampah yang ditumpuk di sembarang tempat inilah yang
53
menyebabkan terbentuknya air lindian yang mengandung senyawa Fe++ yang
memberikan kekuning-kuningan pada air.
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.8Sumur bor sumbangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.9Air sumur bor yang keruh dan berbau.
Sumur bor yang ketiga terletak di seberang jalan dari kedua sumur
sebelumnya dan dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Kendal.Sumur ini memiliki
air yang bersih dan tidak memiliki masalah, hanya saja karena pompa sumur bor
ini menggunakan listrik, jika listrik padam maka pompa tersebut tidak
berfungsi.Kedalaman permukaan sumur ini 60 m dengan kedalaman dasar 85 m.
54
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.10 Sumur bor sumbangan Pemerintah Kabupaten Kendal.
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.11 Air sumur bersih dan tidak berbau.
4.1.8 Analisis Bahaya Geologi
Permasalahan yang dapat ditemukan di Kelurahan jatirejo erosi tebing
sungai.Pada Kelurahan jatirejo yang dekat dengan garis sungai sudah sering
mengalami bahaya erosi dan banjir.Pada wilayah ini sudah tidak cocok untuk
dijadikan kawasan pemukiman, kecuali pada wilayah yang jauh dari garis sungai.
55
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.12Bronjong Sungai Blorong yang mengalami erosi akibat aliran air sungai.
Selain itu di wilayah studi juga terjadi gerakan tanah yang dipengaruhi
oleh sifat fisik batuan dan tanah pembentuk lereng, dengan kemiringan lereng
yang cukup tinggi. Kelurahan Jatirejo memiliki jenis tanah latosol coklat yang
mempunyai potensi ancaman gerakan tanah dan runtuhan batu. Hal ini
mengakibatkan beberapa rumah yang terdapat di daerah gerakan tanah mengalami
kerusakan berupa retakan.
Sumber: foto kelompok 4
Gambar IV.13Rumah yang terletak di daerah penurunan tanah mengalami keretakan.
Selain itu Kelurahan Jatirejo juga mempunyai bencana banjir.Bencana
banjir di Kelurahan Jatirejo dikarenakan oleh pemanfaatan lahan yang kurang
tepat.Pada bagian utara terdapat percabangan sungai Blorong yang mengalir di
samping pasar, sedangkan tinggi sungai melebihi tinggi pasar.
56
Sumber: foto kelompok
Gambar IV.14Sungai yang melebihi tinggi pemukiman
4.1.9 Analisis Tata Guna Lahan
Wilayah Jatirejo sebagian besar didominasi oleh persawahan dan hutan.
Sejumlah 20% digunakan untuk pemukiman, 30% adalah hutan, kebun sebesar
10%, dan sawah irigasi sebesar 40%.
Kelurahan Jatirejo memiliki penggunaan lahan sebagai wilayah
pemukiman, sawah irigasi, kebun, air tawar dan tegalan. Sebagian besar penduduk
di wilayah tersebut bermata pencaharian petani dengan lahan persawahan yang
cukup luas.Distribusi hasil panen sudah mudah diakses dengan adanya jalan
penghubung yang sudah memadai.Lahan perairan yang ada di Kelurahan Jatirejo
dimanfaatkan untuk membuat tambak, dimana sumber airnya berasal dari sungai
langsung, sehingga irigasi dapat berjalan lancar.
4.2 Analisis Kelayakan Lahan
Proses menentukan kelayakan lahan pada Kelurahan Jatirejo, Kecamatan
Ngampel dapat digunakan tabel skoring seperti yang telah ditetapkan dalam SK
Menteri Kehutanan No. 873/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/1981 seperti
terlihat dalam tabel di bawah ini:
57
Tabel IV.2Tabel Skoring
Topografi Klimatologi Jenis tanah Skoring Fungsi kawasan Wilayah
Kemiringan Kelas Skor Curah hujan
Kelas Skor Jenis tanah
Kelas Skor Kawasan pemukiman, kawasan budidaya tanaman tahunan,
Dusun Krajan, Mijil, Duren, Magangan
0-8% I 20 16.67 II 20 latosol coklat
II 30 70
15-25% III 60 16.67 II 20 latosol coklat
II 30 110 kawasan budidaya tanaman semusim
Dusun Krajan
Sumber: Analisis Kelompok 4, 2012
58
Berdasarkan analisi litologi, Kelurahan Jatirejo jenis tanahnya latosol
coklat, jenis tanah tersebut tidakpeka terhadap erosi. Berdasarkan analisis
morfologi Kelurahan Jatirejo sebagian besar bergelombang miring dan sedikit
berbukit gelombang. Curah hujan kelurahan Jatirejo bercurah hujan rendah antara
13,61-20,7 mm/hari, curah hujan tersebut kurang cocok untuk pertanian selain itu
karena jenis tanah latosol coklat yang miskin untuk pertanian namun dengan
didukung oleh pengairan dari sungai Blorong yang cukup deras pertanian diswah
irigasi berjalan lancar.
4.3 Analisis Potensi dan Kendala
59
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang ada di Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Ngampel, yang mencakup kelemahan atau
kekurangan, potensi-potensi serta ancaman yang ada.Tabel IV. 3
Matriks Analisis SWOT
Internal
Eksternal
STRENGTH
1. Mempunyai sumur bor yang berair lancar dan alirannya yang kontinyu.
WEAKNESS
1. Curah hujan rendah.
2. Perbedaan kelerengan yang signifikan antara wilayah utara dan selatan.
OPPORTUNITIES1. Densitas air
Sungai Blorong yang tinggi dan alirannya yang kontinyu.
Air sungai yang lancar digunakan untuk perairan sawah, sedangkan air sumur bor yang jernih digunakan sebagai keperluan rumah tangga.
Densitas air Sungai Blorong dapat membantu irigasi lahan dikarenakan daerah Jatirejo memiliki curah hujan yang rendah.
THREATH1. Terdapat tinggi
air sungai yang melebihi ketinggian pemukiman.
2. Daerah rawan erosi akibat aliran air sungai.
3. Adanya penurunan tanah.
Perbedaan kelerengan yang signifikan membuat terdapat daerah yang memiliki ketinggian di bawah air sehingga tanggul harus dibuat lebih kuat.
Pemukiman seharusnya dibuat menjauhi aliran sungai.
Daerah ini jangan terlalu banyak dibangun pemukiman, sebaiknya digunakan untuk lahan pertanian.
Sumber: Analisis Kelompok 4, 2012
60
4.4 Kesesuaian Lahan
Setelah mengetahui funsi kawasan, potensi dan kendala dari wilayah studi
maka didapati kesesuaian lahan. Berikut kesesuaian dari wilayah studi:
Tabel IV.4Kesesuaian Lahan
Wilayah Fungsi Kawasan
Dusun Krajan, Mijil, Duren, Magangan
Kawasan pemukiman, kawasan budidaya tanaman tahunan,
Dusun Krajan Kawasan budidaya tanaman semusim
Sumber: Hasil analisis kelompok 4, 2012
61
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan
yang menjelaskan keadaan di Kelurahan Jatirejo berupa potensi dan kendala pada
masing-masing wilayah.
5.1.1 Potensi dan Kendala di Kelurahan Jatirejo
Potensi yang terdapat di Kelurahan Jatirejo berupa:
1. Kelurahan jatirejo terdapat aliran air sungai Blorong yang cukup lancar dan
kontinyu sehingga aktivitas pertaian menjadi lancar karena dimanfaatkan untuk
pertanian.
2. Sebagian besar daerahnya bertopografi datar cocok untuk pemukiman dan
pertanian
3. Jenis tanah latosol coklat yang kaya kan zat hara sehingga cocok untuk
pertanian.
5.1.2 Kendala yang terdapat di Kelurahan Jatirejo adalah:
Kendala yang terdapat di kelurahan jatirejo antara lain :
1. Saluran drainase yang tidak lancar karena pembuangan sampah disaluran
drainase tersebut hal itu terjadi karena perbuatan masyarakat itu sendiri
sehingga ketika hujan airnya tidak mengalir lancar, maka airnya akan menguap
sehingga bisa menyebabkan banjir.
2. Jaringan jalan yang terdapat di wilayah ini sangat buruk, terdapat banyak
lubang. Aspal – aspal mulai rusak dan belum ada perbaikan sehingga askesnya
menjadi sedikit terhambat.
62
3. Adanya erosi tebing sungai di sungai blorong hal itu terjadi karena pengikisan
tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan
aliran sungai yang kuat pada belokan sungai, sehingga pada daerah yang
berada didekat tebing sungai sangat berbahaya jika dijadikan pemukiman.
4. Mempunyai curah hujan rendah
5. Perbedaan kelerengan yang signifikan antara wilayah utara dan selatan.
6. Berpotensi terjadi runtuhan tanah karena jenis tanah latosol coklat
5.2 Arahan Tata Guna Lahan Wilayah Studi Kelurahan Jatirejo
Setelah melakukan analisis kondisi eksisting pada wilayah studi sehingga
menghasilkan arahan tata gula lahan yang sesuai dengan kondisi fisik dan aspek
geologi wilayah studi. Menurut analisis skoring Kelurahan Jatirejo cocok untuk
dijadikan kawasan pemukiman, kawasan budidaya tanaman tahunan, dan
tanaman semusim. Pemukiman yang dimaksudkan adalah pemukiman yang
berada jauh dari tebing sungai karena tebing sungai berpotensi erosi.Begitu juga
dengan analisis SWOT, Kelurahan Jatirejo cocok untuk dijadikan kawasan
pemukiman, kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman
semusim.
5.3 Rekomendasi Mengenai Wilayah Studi
Setelah menganalisis keadaan wilayah studi dan kondisi eksistingnya,
maka didapatkan suatu rekomendasi tentang pemanfaatan lahan Kelurahan
Jatirejo yang menitikberatkan kondisi lingkungan dari aspek geologi
lingkungannya dengan harapan rekomendasi ini dapat dijadikan acuan mengenai
pemanfaatan lahan dari wilayah tersebut sehingga pembangunan pada wilayah ini
sesuai dan berkelanjutan.
5.3.1 Rekomendasi Pemanfaatan Lahan Kelurahan Jatirejo
Rekomendasi pemanfaatan lahan yang dapat diberikan adalah:
1. Pada wilayah di dekat tebing sungai jangan dibuat kawasan pemukiman,
melainkan kawasan pertanian dengan terasering.
63
2. Pembuangan sampah ditempat yang telah disediakan sehingga tidak
mencemari drainase.
3. Meninggikan jalan agar pemukiman dan jalan tidak tergenang air saat banjir
datang.
4. Perbaikan jaringan jalan yang rusak serta paving jalan pada wilayah yang
sering tergenang air agar jalan tidak mudah rusak.
5. Aktivitas mandi, mencuci dan kakus sebaiknya menggunakan air PDAM atau
air sumur, bukan air dari sungai blorong karena akan mencemari air.
6. Pemanfaatan jenis tanah latosol untuk pertanian sehingga tanaman akan
subur.
5.3.2 Rekomendasi bagi Pemerintah Kelurahan Jatirejo
Pemerintah Kabupaten Kendal juga memegang peranan sebagai penentu
kebijakan dalam penentuan pemanfaatan lahan di Kelurahan Jatirejo yang harus
memperhatikan perizinanan pemanfaatan lahan di daerah ini.
Rekomendasi tersebut antara lain:
1. Lebih tanggap dalam menanggapi bahaya geologi erosi tebing sungai,
penurunan tanah dan banjir di Desa Jatirejo.
2. Menindaklanjuti keluhan dari masyarakat.
3. Mengawasi pembangunan dan penggunaan lahan, khususnya di wilayah studi.
4. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penggunaan lahan dan
menanggulangi bahaya geologi.
5. Restrukturisasi atau pembangunan infrastruktur dan akses jalan.
6. Bedol desa bagi masyarakat yang berada di kawasan pemukiman di dekat
tebing sungai pada Kelurahan Jatirejo maupun pemukiman dibawah aliran
sungai.
7. Melakukan penyuluhan tentang bahaya pencemaran sampah agar tidak
merusak saluran drainase.
8. Melakukan penyuluhan tentang bahaya mandi, mencuci dan kakus karena
airnya akan tercemar.
64
5.3.3 Rekomendasi bagi Developer atau Swasta Kelurahan Jatirejo
Dalam membangun dan menggunakan tata guna lahan di wilayah ini,
Developer atau pihak swasta harus memperhatikan keadaan fisik dari geologi
lingkungannya.
Rekomendasi tersebut antara lain:
1. Pemanfaatan lahan sesuai dengan keadaan fisik lingkungan kelurahan jatirejo.
2. Tidak membangun kawasan pemukiman di wilayah di dekat tebing sungai
karena berpotensi erosi tebing sungai.
3. Memperbaiki kembali air terjun di sungai Blorong yang telah mati karena
berpotensi sebagai tempat wisata.
4. Tidak membangun kawasan pemukiman di wilayah bawah aliran sungai karena
berpotensi banjir.
5.3.4 Rekomendasi bagi Masyarakat Kelurahan Jatirejo
Masyarakat Kelurahan Jatirejo merupakan objek dan subjek utama dari
pemanfaatan lahan, tentunya sangat perlu untuk diberikan suatu rekomendasi
sebagai pedoman tentang pemanfaatan lahan.
Rekomendasi tersebut antara lain:
1. Masyarakat agar lebih peduli akan lingkungan sekitar.
2. Masyarakat agar tidak mendirikan pemukiman di dekat tebing sungai
3. Ikut menjaga tanggul pencegah erosi tebing sungai
4. Menjaga kebersihan saluran drainase.
5. Kerja bakti membersihkan saluran drainase dari sampah yang menumpuk.
6. Tidak menggunakan air sungai Blorong untuk mandi, cuci dan kakus karena
mencemari air.
7. Ikut menjaga kebersihan air sungai Blorong.
5.3.5 Rekomendasi dalam Penanggulangan erosi tebing sungai
Dalam menanggulangi erosi tebing sungai rekomendasi yang diberikan
adalah:
65
1. Dengan pembuatan tanggul pencegah erosi tebing sungai diperkuat karena
sudah mulai rusak
2. Persawahan diarea sungai dibuat terasering
3. Penanaman pohon didekat sungai.
5.4.6Rekomendasi dalam Penaggulangan banjir
Dalam menaggulangi banjir rekomendasi yang diberikan adalah :
1. Menjaga kebersihan saluran got atau talut agar saluran pembuangannya
menjadi lancar.
2. Melakukan pengerukaan dasar sungai agar sungai dapat menampung volume
air lebih banyak.
3. Penyesuaian antara pembuatan sistem drainase seperti penyesuaian daya
tamping selokan, kanal, dan sebagainya dengan curah hujan terbesar saat
musim penghujan.
5.4.7 Rekomendasi dalam Penanggulangan penurunan tanah
Dalam menanggulangi penurunan tanah rekomendasi yang diberikan
adalah :
1. Mengalihkan fungsi tata guna lahan yang sesuai
2. Membuat tanaman diatasnya sehingga lebih kuat
3. Bila memnugkinkan suntik beton, bila tidak pembuatan tanggul yang kuat.
66