appendix

26
OPERASI USUS BUNTU (APENDIKTOMI) (Studi Deskriptif tentang Operasi Sedang) MAKALAH Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti UTS matakuliah Alat Kesehatan Oleh Kelompok III 1. Dyah Putri Ayu Dinastyar 2. Liska 3. Iin Suhesti 4. Fretty Eka Novia 5. Erna Yafniwati SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH i

Upload: dyah-putri-ayu-dinastyar

Post on 28-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

alat-alat yg digunakan dalam operasi apendiktomi

TRANSCRIPT

Page 1: Appendix

OPERASI USUS BUNTU (APENDIKTOMI)

(Studi Deskriptif tentang Operasi Sedang)

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti UTS matakuliah Alat Kesehatan

Oleh

Kelompok III

1. Dyah Putri Ayu Dinastyar

2. Liska

3. Iin Suhesti

4. Fretty Eka Novia

5. Erna Yafniwati

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

TANGERANG

2013

i

Page 2: Appendix

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul “Apendiktomi”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah alat kesehatan untuk memenuhi kompetensi nilai.

Dalam penyusunan makalah ilmiah ini, kami akui mendapatkan beberapa hambatan. Namun berkat dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan secara moril maupun materil akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Tak lupa, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.

kami menyadari bahwa makalah ini, masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan masukan dari pembaca, baik saran maupun kritikan yang bersifat membangun agar kami dapat lebih baik lagi kedepannya. kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Wassalam`alaikum Wb.Wb.

Tangerang, Oktober 2013

Penulis

Page 3: Appendix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI …..........………...………………………….....................….. iii

BAB I PENDAHULUAN ...........….…….....……….................……. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................………………………… 2

1.3 Tujuan ................................................................................... 2

1.4 Manfaat ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........…....…...…….….............….. 3

2.1 Usus Buntu (Appendix) ........................................................ 3

2.2 Radang Usus Buntu (Appendicitis) ....................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................... 5

3.1 Alat-alat Operasi Usus Buntu ...............................................

3.2 Cara Sterilisasi Alat ..............................................................

BAB IV PENUTUP ................................................................................. 14

4.1 Kesimpulan …...………...............…………………………. 14

4.2 Saran ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15

iii

Page 4: Appendix

BAB I

PENDAHALUAUN

1.1 Latar Belakang

Appendicitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada appendix dan

merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Appendix disebut juga umbai

cacing. Appendicitissering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya

adalah caecum. Appendicitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor,

diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga

menimbulkan penyumbatan.

Insiden Appendicitisakut lebih tinggi pada negara maju daripada negara berkembang, namun

dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap

100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini disebabkan perubahan pola makan,

yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi

Appendicitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya

pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden

appendicitissama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa

remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab yang dominan

dan merupakan pencetus untuk terjadinyaappendicitis. Kuman-kuman yang merupakan flora normal

pada usus dapat berubah menjadi patogen, menurut Schwartz kuman terbanyak penyebab

appendicitisakut adalah Bacteriodes Fragilis bersama E.coli.Beberapa gangguan lain pada sistem

pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut

(peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung,

seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi

HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus,

sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah jika lambung

dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan

pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada

lambung. Dapat pula appendix terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut appendicitis.

Dalam hal ini salah satu penatalaksaannya ialah dengan dilakukannya operasi, dimana

dilakukannya pengangkatan appendix dari dalam tubuh. Namun sebelum dilakukannya operasi

tersebut dibutuhkan beberapa perlakuan khusus seperti, mensterilkan alat dan ruangan, peninjauan

terhadap pasien dan menunggu hasil observasi.

Page 5: Appendix

Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk menjelaskan lebih lanjut alat-alat yang akan

digunakan, fungsi dari alat-alat tersebut dan bagaimana cara mensterilkan alat-alat dan ruangan

sebelum dilakukannya operasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Alat-alat apa saja yang dipakai ketika melakukan operasi sedang?

2. Apa kegunaan dari masing-masing alat tersebut serta bagaimana cara

mensterilisasikannya?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Alat

Kesehatan.

1.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Kita dapat mengetahui alat-alat yang akan digunakan pada saat melakukan operasi

sedang, yaitu operasi appendix (usus buntu).

2. Kita dapat mengetahui kegunaan dari masing-masing alat-alat pada saat proses operasi.

5

Page 6: Appendix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Usus Buntu (Appendix)

2.1.1 Pengertian Usus Buntu

Usus buntu(appendix)adalah organ berbentuk seperti tabung berukuran sekitar 10

cm, terletak di persimpangan usus kecil dan usus besar. Berdasarkan hasil studi yang

dilakukan di Mount Sinai School of Medicine, usus buntu (appendix) merupakan organ

“sampah”yang bekerja sangat keras, karena ia merupakan organ penyimpanan bakteri

baik yang membantu proses pencernaan makanan.

2.1.2 Anatomi dan FisiologiUsus Buntu(Appendix)

2.1.2.1 Anatomi Appendix

Appendix merupakan organ berbentuk

tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4

inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc

melekat pada sekum tepat dibawah katup

ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia

yaitu: taenia anterior, medial dan

posterior. Secara klinis, appendixterletak

pada daerah Mc Burney yaitu daerah

1/3 tengah garis yang menghubungkan

spina iliaka anterior superior kanan

dengan pusat. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian

distal. Namun demikian, pada bayi, appendix berbentuk kerucut, lebar pada

pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Persarafan parasimpatis pada

appendix berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesentrika

superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari

nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula

disekitar umbilikus.

2.1.2.2 Fisiologi Appendix

Page 7: Appendix

Appendix menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya

dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam

appendix bersifat basa mengandung amilase dan musin. Immunoglobulin

sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang

terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendix ialah IgA.

Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan appendix tidak mempengaruhi sistem imun

tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan

dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh. Appendix berisi makanan

dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena

pengosongannya tidak efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks

cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi

( Sjamsuhidayat, 2005).

2.2.2 Radang Usus Buntu (Appendicitis)

2.2.1 Pengertian Radang Usus Buntu (Appendicitis)

Appendicitis adalah peradangan pada appendix vermiformis dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-

laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30

tahun (Mansjoer, 2000). Sedangkan menurut Smeltzer C. Suzanne (2001), Appendicitis

adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga

abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

Jadi, dapat disimpulkan appendicitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai

appendixdan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi.

2.2.2 Klasifikasi Appendicitis

1. Appendicitis akut.

Appendcitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang

mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun

tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala appendicitis akut talah nyeri

samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium

disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah.

Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah

7

Page 8: Appendix

ketitik Mc Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya

sehingga merupakan nyeri somatik setempat

2. Apendisitis kronik.

Diagnosis appendcsitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya:

riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik

appendixsecara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik appendicitis

kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding appendix, sumbatan parsial atau

total lumen appendix, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya

sel inflamasi kronik. Insiden appendicitis kronik antara 1-5% (Sjamsuhidayat,

2005).

2.2.3 EtiologiAppendicitis

Appendicitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang

bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya Hiperplasia jaringan

limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa

merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada beberapa faktor yang

mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya : 

1. Faktor sumbatan

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya appendicitis (90%)

yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia

jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing

dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi

yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis

akut diantaranya; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana,

65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus

apendisitis akut dengan rupture.

2. Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada appendicitis akut.

Adanya fekolith dalam lumen appendix yang telah terinfeksi memperburuk dan

memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen

appendix, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara

Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, Lacto-bacilus, Pseudomonas,

Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah

kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.

Page 9: Appendix

3. Kecenderungan Familiar

Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,

appendix yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang

mudah terjadi appendicitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan

dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya

fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.

4. Faktor Ras dan Diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa

kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi

dari negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya

terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi

serat. Justru negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke

pola makan rendah serat, memiliki resiko appendicitis yang lebih tinggi.

5. Faktor Infeksi Saluran Pernapasan

Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza

dan pneumonitis, jumlah kasus appendicitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena

penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan

appendicitis.

2.2.4 Patofisiologi Appendicitis

Akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feces) atau

benda asing, appendix terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi tersebut

menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna,  meningkatkan tekanan

intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif,

dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya

appendix yang terinflamasi berisi pus. Appendix mengalami kerusakan dan terjadi

pembusukan (gangren) karena sudah tak mendapatkan makanan lagi. Pembusukan usus

buntu ini menghasilkan cairan bernanah, apabila tidak segera ditangani maka akibatnya

usus buntu akan pecah (perforasi/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri menyebar

ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding

rongga perut (Peritonitis). Pada umumnya obstruksi pada appendix ini terjadi karena:

1. Hiperplasia dari folikel limfoid.

9

Page 10: Appendix

2. Adanya faekolid dalam lumen appendix.

3. Adanya benda asing seperti biji- bijian, biji lombok, jeruk dan lain-lain.

4. Steiktula lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

5. Infeksi kuman dari colon oleh E-coli dan Streptococcus.

6. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita, yang terbanyak pada umur 15-30 tahun

(remaja dewasa). Di sebabkan karena pembanyakan jaringan limfoid pada masa

tersebut.

7. Tergantung pada bentuk appendix, seperti appendix yang terlalu panjang, messo

appendixyang pendek, penonjolan jaringan limfoid dalam lumen appendix dan

kelainan katup di pangkal appendix.

2.2.5 Manifestasi Klinik

Gejala utama terjadinya appendicitis adalah adanya nyeri perut. Nyeri perut yang

klasik pada appendicitis adalah nyeri yang dimulai dari ulu hati, lalu setelah 4-6 jam akan

dirasakan berpindah ke daerah perut kanan bawah (sesuai lokasi appendix). Namun pada

beberapa keadaan tertentu (bentuk appendix yang lainnya), nyeri dapat dirasakan di

daerah lain (sesuai posisi appendix). Ujung appendix yang panjang dapat berada pada

daerah perut kiri bawah, punggung, atau di bawah pusar. Anoreksia (penurunan nafsu

makan) biasanya selalu menyertai appendicitis. Mual dan muntah dapat terjadi, tetapi

gejala ini tidak menonjol atau berlangsung cukup lama, kebanyakan pasien hanya muntah

satu atau dua kali. Dapat juga dirasakan keinginan untuk buang air besar atau buang

angin. Demam juga dapat timbul, tetapi biasanya kenaikan suhu tubuh yang terjadi tidak

lebih dari 1◦C (37,8 – 38,8◦C). Jika terjadi peningkatan suhu yang melebihi 38,8◦C. Maka

kemungkinan besar sudah terjadi peradangan yang lebih luas di daerah perut (peritonitis).

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada

orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya

tidak terlalu terasa. Bila appendix pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi

yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

Beberapa hal yang penting dalam gejala penyakit appendicitis yaitu:

1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian

menjalar ke perut kanan bawah. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang

berdekatan dengan appendix oleh inflamasi.

2. Muntah dan mual oleh karena nyeri viseral. Nutrisi kurang dan volume cairan

yang kurang dari kebutuhan juga berpengaruh dengan terjadinya mual dan

muntah.

Page 11: Appendix

3. Suhu tubuh meningkat dan nadi cepat (karena kuman yang menetap di dinding

usus).

4. Rasa sakit hilang timbul.

5. Diare atau konstipasi.

6. Tungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit jika diluruskan.

7. Perut kembung.

8. Hasil pemeriksaan leukosit meningkat 10.000 - 12.000 /ui dan 13.000/ui bila

sudah terjadi perforasi.

9. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak

sakit, menghindarkan pergerakan.

Selain gejala tersebut masih ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai

akibat dari appendicitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letakappendix ketika

meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut adalah:

1. Bila letak appendix retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum

(terlindung oleh sekum). Tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan

tidak ada tanda  rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau

nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam,

batuk, dan mengeden. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor

yang menegang dari dorsal.

2. Bila appendixterletak di rongga pelvis:

a. Bila appendixterletak di dekat  atau menempel pada rektum, akan timbul

gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis

meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-

ulang (diare).

b. Bila appendix  terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat

terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

Gejala appendicitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan

diagnosis, dan akibatnya appendicitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga

biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala

appendicitis tidak jelas dan tidak khas adalah :

1. Pada anak-anak

11

Page 12: Appendix

Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak

tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi

muntah-muntah dan anak menjadi lemah. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering

appendicitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 %

appendicitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

2. Pada orang tua berusia lanjut

Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh

penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.

3. Pada wanita

Gejala appendicitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya

serupa dengan appendicitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi,

menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil

dengan usia kehamilan trimester, gejala appendicitis berupa nyeri perut, mual, dan

muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia

ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan appendix terdorong ke

kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih 

ke regio lumbal kanan.

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi yang paling sering dari appendicitis adalah perforasi (pelubangan).

Perforasi dari appendix dapat menjurus pada bisul nanah periappendiceal (koleksi dari

nanah yang terinfeksi) atau diffuse peritonitis (infeksi dari seluruh lapisan perut dan

pelvis). Alasan utama untuk perforasi appendiceal adalah penundaan dalam diagnosis dan

perawatan. Pada umumnya, lebih lama penundaan antara diagnosis dan operasi, lebih

mungkin perforasinya. Risiko perforasi 36 jam setelah timbulnya gejala adalah paling

sedikit 15%. Oleh karenanya, sekali appendicitis didiagnosa, operasi harus dilakukan

tanpa penundaan yang tidak perlu.

Komplikasi yang kurang umum dari appendicitis adalah rintangan dari usus.

Rintangan terjadi ketika peradangan yang mengelilingi appendix menyebabkan otot usus

untuk berhenti bekerja, dan ini mencegah dikeluarkannya isi-isi usus. Jika usus diatas

rintangan mulai terisi dengan cairan dan gas, perut menggelembung dan mual dan

muntah mungkin terjadi. Maka kemudian mungkin diperlukan untuk mengalirkan isi-isi

dari usus melalui tabung yang dimasukan melaui hidung dan esophagus dan kedalam

lambung dan usus. Komplikasi yang ditakutkan dari appendicitis adalah sepsis, kondisi

Page 13: Appendix

dimana bakteri yang menginfeksi memasuki darah dan berjalan ke bagian-bagian lain

tubuh. Ini adalah komplikasi yang serius bahkan mengancam nyawa

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik

a) Laboratorium: terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif

(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara

10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. Sedangkan pada

CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.

b) Radiologi: terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada

pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang

terjadi inflamasi pada appendix. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan

ditemukan bagian menyilang dengan apendikalit serta perluasan

dariappendixyang mengalami inflamasi serta pelebaran sekum.

2.2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 yaitu:

1) Sebelum operasi

1. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi.

2. Pemasangan kateter untuk control produksi urin.

3. Rehidrasi.

4. Antibiotik dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara

intravena.

5. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil

untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah

rehidrasi tercapai.

6. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anastesi.

2) Operasi Apendiktomi.

1. Appendixdibuang, jika appendixmengalami perforasi bebas,maka abdomen

dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.

2. Abses appendix diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin

mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu

beberapa hari.

3. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6

minggu sampai 3 bulan.

13

Page 14: Appendix

3) Pasca operasi

1. Observasi TTV.

2. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan

lambung dapat dicegah.

3. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

4. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama

pasien dipuasakan.

5. Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan

sampai fungsi usus kembali normal.

6. Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30

ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya

diberikan makanan lunak.

7. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur

selama 2×30 menit.

8. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.

9. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Pada keadaan massa appendix dengan proses radang yang masih aktif yang

ditandai dengan :

1. Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi

2. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas

terdapat tanda-tanda peritonitis

3. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat

pergeseran ke kiri.

4. Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien

dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses appendix dan

peritonitis umum.

5. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat

penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada appendicitis

sederhana tanpa perforasi .

Pada keadaan massa appendix dengan proses radang yang telah mereda ditandai

dengan:

Page 15: Appendix

1. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh

tidak tinggi lagi.

2. Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan

hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.

3. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik

dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan

perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa appendix telah terbentuk lebih

dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila

dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.

2.3

15

Page 16: Appendix

BAB III

Pembahasan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat-alat yang akan digunakan dalam operasi

appendiktomi dan fungsi dari alat-alat tersebut serta cara mensterilakan alat-alat tersebut, sebelum

dan sesudah digunakan.

3.1 Alat-alat dan Fungsinya

Sebelum dilakukan proses operasi terlebih dahulu menyiapkan alat-alat yang akan

digunakan. Berikut alat-alat yang akan digunakan:

3.1.1 Alat Steril

No. Nama Alat Jumlah yg

Digunakan

Fungsi

1 Desinfeksi Klem (Sponge

Holding Forceps)

1

2 Doek Klem (Towel

Forceps)

5

3 Pincet Chirurgie 2

4 4.Pincet Ariatomie 2

5 Hand vat mes(Knifehandle) 1

6

3.2 Sterilisasi alat-alat

3.3 fffff

Page 17: Appendix

DAFTAR PUSTAKA

Amazine. Apakah Usus Buntu Memiliki Fungsi: Online Populer Knowledge

http://www.amazine.co/23065/apakah-usus-buntu-memiliki-fungsi-inilah-guna-usus-buntu/

Ardi, Dian. 2013. Obat Radang Usus Buntu Herbal: Warung Herbal (online)

http://warungherbal15.blogspot.com/2013/08/obat-radang-usus-buntu-herbal.html

Fitriyah, Lailatul. 2009. Penatalaksanaan Operasi.

WordPress(online)http://lailatulfitriyah.wordpress.com/2009/10/27/hello-world/

Gejala Usus Buntu. 2013. Blogspot (online) http://gejalapenyakitmu.blogspot .com/2013/04/gejala-

usus-buntu-definisi-penyebab-dan.html

17