appendisitis

25
APENDISITIS A. PENGERTIAN Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing. (Dr.Hendra : T.Laksmana,(2003).Kamus kedokteran,hal 23,Djambatan,Jakarta) Apendisitis adalah ujung seperti jari kecil , panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci) melekat pada sekum tepat di bawah katup ileoseice. (Smeltzer Zusanne,(2001).Buku Ajar Medikal Bedah,EGC,Jakarta) Apendisitis adalah peradangan apendiks yang seratif sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh tinja atau akibat terputusnya apendiks atau pembuluh darahnyaa. (Corwin Elisabeth,(2000),Patofisiologi,EGC,Jakarta) B. ETIOLOGI Penyebab dari apendisitis adalah 1. Inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan rongga abdomen 2. Penyumbatan lumen apendiks oleh: Fecalith (feces keras)

Upload: nunuk-rovida

Post on 12-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lp appendisitis

TRANSCRIPT

Page 1: appendisitis

APENDISITIS

A. PENGERTIAN

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai

cacing.

(Dr.Hendra : T.Laksmana,(2003).Kamus kedokteran,hal 23,Djambatan,Jakarta)

Apendisitis adalah ujung seperti jari kecil , panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci)

melekat

pada sekum tepat di bawah katup ileoseice.

(Smeltzer Zusanne,(2001).Buku Ajar Medikal Bedah,EGC,Jakarta)

Apendisitis adalah peradangan apendiks yang seratif sering dijumpai yang

dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh

tinja atau akibat terputusnya apendiks atau pembuluh darahnyaa.

(Corwin Elisabeth,(2000),Patofisiologi,EGC,Jakarta)

B. ETIOLOGI

Penyebab dari apendisitis adalah

1. Inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan rongga abdomen

2. Penyumbatan lumen apendiks oleh:

Fecalith (feces keras)

Benda asing

Tumor

(Mansoer,Arif,2000,hlmn;307)

Page 2: appendisitis

C. KLASIFIKASI

Adapun Klasifikasi appendiksitis berdasarkan klinik patologis adalah :

Appendiksitis Akut, terbagi :

a. Appendiksitis akut sederhana (Cataral Appendicitis )

Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan submukosa yang disebabkan

obstruksi.sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi

peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa

appendiks jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan nyeri di

daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada

appendiksitis kataral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat normal,

hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa.

b. Appendiksitis akut purulenta ( Supurative appendicitis )

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

terbend.. ungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan

trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada appendiks.

Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks

menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi

eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema,

hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan

rangsangan peritonium lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc.Burney,

defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans

muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis

umum.

c. Appendksitis akut gangrenosa

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu

sehingga terjadi infrak dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif,

appendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding appendiks

berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada appendicitis akut

gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang

purulen.

Page 3: appendisitis

Appendiksitis Infiltrat

Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat

dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga

membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang

lainnya.

Appendiksitis Abses

Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus),

biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal, dan

pelvic.

Appendiksitis Perforasi

Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang

menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis

umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan

nekrotik.

Appendiksitis Kronis

Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif sebagai

proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi

rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa appendicitis

kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut

kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendiks secara

makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks menebal,

sub mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel

radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa.

Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Betz, Cecily, 2000 :

Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah

Anoreksia

Mual

Page 4: appendisitis

Muntah,(tanda awal yang umum, kurang umum pada anak yang lebih besar).

Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.

Nyeri lepas.

Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.

Konstipasi.

Diare.

Disuria.

Iritabilitas.

Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam

setelah munculnya gejala pertama

E. PATOFISIOLOGI

Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat

disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab

terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti

cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain

misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan

dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.

Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka

rangsangan itu. dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,

kemudian timbul ganLgguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,

peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,

sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan

appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut

dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,

dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat

Page 5: appendisitis

mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal,

keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena

omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding

apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga

pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi

terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian

gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.

F. KOMPLIKASI

Menurut zmeltzer C. Suzane, 2011 : 1099

Peritonitis.

Hipovolemik syok

Obstruksi intestinum.

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000:

1. Sebelum Operasi

Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendiksitis

seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu

dilakukan. Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh

diberikan bila dicurigai adanya appendiksitis ataupun bentuk peritonitis

lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah diulang

secara periodik. Foto abdomen dan thoraks tegak dilakukan untuk mencari

kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis

ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam

setelah timbulnya keluhan.

Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

Page 6: appendisitis

Pemasangan kateter untuk control produksi urin.

Rehidrasi

Antibiotic

Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil

untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah

rehidrasi tercapai.

Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

2. Operasi

Apendiktomi.

Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka

abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.

Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin

mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu

beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif

sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

3. Pasca operasi

Observasi TTV untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok,

hipertermia, atau gangguan pernapasan.

Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan

lambung dapat dicegah.

Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama

pasien dipuasakan.

Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa

dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.

Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30

ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya

diberikan makanan lunak.

Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat

tidur selama 2x30 menit.

Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.

Page 7: appendisitis

Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan

istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan

perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih

dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila

dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan menurut Betz(2002), Catzel(1995), Hartman(1994), antara lain :

1. Anamnesa

Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah:

o Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu

kemudian menjalar ke perut kanan bawah.

o Muntah oleh karena nyeri viseral.

o Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).

o Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita

nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan

diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat

ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan

karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan

perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

3. Laboratorium

Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih

dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis

tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri.

Page 8: appendisitis

Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih

dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika.

Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk

melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis

akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin)

nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis

infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian menurut Wong (2003), Doenges (1999), Catzel (1995), Betz

(2002), antara lain :

1. Wawancara

Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :

Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium

menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah

mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di

epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri

dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu

yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual

dan muntah, panas.

Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah.

kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang tua.

Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.

Kebiasaan eliminasi.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

Sirkulasi : Takikardia.

Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

Page 9: appendisitis

Aktivitas/istirahat : Malaise.

Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.

Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau

tidak ada bising usus.

Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,

yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat

karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran

kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

Demam lebih dari 38C.

Data psikologis klien nampak gelisah.

Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.

Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita

merasa nyeri pada daerah prolitotomi.

Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

o Tes appendiksitis

a. Rebound tes dan Rovsing’s sign

Nyeri perut dan tenderness bisa dijadikan indikasi potensi iritasi.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara palpasi dengan sedikit tekanan

pada bagian perut yang terasa nyeri, dan lepaskan secara tiba-tiba.

Dengarkan dan lihat ekspresi klien terhadap nyeri. Minta klien puntuk

menjelaskan lebih jauh apa yang dirasakan. Tekan juga pada bagian

perut lain kemudian lepaskan dan cari dimana nyeri terjadi.

Hasil : Tidak ada reboun tenderness. Klien dengan tenderness akan

merasakan nyeri tajam seperti ditikam pada perut yang ditekan.

Kemungkinan ini adalah peritonitis(akibat appendiksitis). Jika klien

merasakan nyeri pada daerah lain perlu dilakukan pengkajian

tenderness. Dengan pertimbangan area tersebut sebagai sumber nyeri.

Palpasi dengan tekanan pada area LLQ

Page 10: appendisitis

Hasil : Normalnya tidak ditemukan nyeri. Nyeri muncul di RLQ selama

dilakukan pada area LLQ. Ini sebagai tanda positif rovsing’s sign. Ini

sebagai akibat appendiksitis akut.

b. Psoas Sign

Angkat kaki klien dari panggul dan letakkan tangan di atas paha bagian

bawah. Minta klien untuk menahan kaki selama diangkat dan tekan paha

ke area bawah.

Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri perut. Nyeri pada RLQ dikaitkan

dengan adanya iritasi pada otot iliopsoas sebagai tanda appendiksitis.

c. Obturator Sign

Sangga lutut dan engkel kanan klien. Lakukan fleksi pada paha kanan

dan lutut dan letakkan rotasi internal dan eksternal kaki.

Hasil : normalnya klien tidak merasakan nyeri pada perut. Nyeri pada

area RLQ sebagai tanda iritasi otot obturatori yang menunjukkan

appendiksitis atau perforasi appendiks.

GAMBAR:

1. Pemeriksaan Reboun Test

Page 11: appendisitis

2. Pemeriksaan Psoas Sign

3. Pemeriksaan Obturator Sign

Page 12: appendisitis

3. Pemeriksaan Penunjang

o Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan

mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan

cairan udara di sekum atau ileum).

o Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.

o Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

o Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.

o Pada enema barium apendiks tidak terisi.

o Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.

2. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan mual,muntah,

anoreksia.

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan luka post

operasi apendektomi.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman pada luka post operasi

appendiktomy

Page 13: appendisitis

K. INTERVENSI

Pre Operasi

Dx 1 Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

Nyeri berkurang

Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah

Kegelisahan atau ketegangan otot

Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.

Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai

kenyamanan.

Intervensi

Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi,

keparahan, factor presipitasinya.

Observasi ketidaknyamanan non verbal.

Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat

pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara:

masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-

buru.

Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan.

Anjurkan pasien untuk istirahat.

Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri

Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Page 14: appendisitis

Dx II. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan mual,muntah,

anoreksia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan

pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.

Kriteria Hasil :

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT

normal.

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa

lembab.

Tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

Monitor vital sign dan status hidrasi.

Monitor status nutrisi

Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.

Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.

Atur kemungkinan transfusi darah.

Post Operasi

Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan luka post

operasi appendiktomy

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang

atau hilang.

Kriteria Hasil :

Nyeri berkurang

Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah

Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.

Page 15: appendisitis

Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

Intervensi

Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.

Observasi ketidaknyamanan non verbal

Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien

untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,

perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.

Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidaknyamanan.

Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat

nyeri.

Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri

Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Dx II. Risiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman pada luka post

operasi appendiktomy

Tujuan : Faktor risiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status

imun pasien, pengetahuan yang penting: pengendalian infeksi, dan secara konsisten

menunjukkan perilaku deteksi risiko, dan pengendalian risiko.

Kriteria hasil :

Terbebas dari tanda atau gejala infeksi

Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat

Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, imun dalam

batas normal

Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi

Page 16: appendisitis

Intervensi :

Pantau tanda/ gejala infeksi (misalnya suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan,

penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, keletihan dan malaise)

Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya usia lanjut, tanggap

imun rendah, dan malnutrisi)

Pantau hasil laboratorium

Amati penampilan praktik higiene pribadi untuk perlindungan terhadap infeksi

Page 17: appendisitis
Page 18: appendisitis