app kronis

14
Apendiks Vermiformis Anatomi Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira kira 10 cm ( kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian pada bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah unungnya Fisiologi Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendesitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT yang teradapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks adalah igA. Imunoglobulin ini sangat efektif terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limf disini kecil sekali duibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh. Patogenesis Setelah terjadi obstruksi lumen apendiks akan menyerupai suatu kantong tertutup yang disebut closed loop, di dalam lumen ini terjadi penumpukan sekret apendiks dan pada saat bersamaan terjadi perkembangbiakan kuman kuman

Upload: coassukoy

Post on 09-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

app

TRANSCRIPT

Page 1: app kronis

Apendiks Vermiformis

Anatomi

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira kira 10 cm

( kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit dibagian proksimal dan

melebar di bagian distal. Namun demikian pada bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar

pada pangkalnya dan menyempit kearah unungnya

Fisiologi

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Hambatan aliran lendir di muara

apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendesitis. Imunoglobulin sekretoar

yang dihasilkan oleh GALT yang teradapat disepanjang saluran cerna termasuk

apendiks adalah igA. Imunoglobulin ini sangat efektif terhadap infeksi. Namun demikian,

pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan

limf disini kecil sekali duibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh

tubuh.

Patogenesis

Setelah terjadi obstruksi lumen apendiks akan menyerupai suatu kantong tertutup

yang disebut closed loop, di dalam lumen ini terjadi penumpukan sekret apendiks dan

pada saat bersamaan terjadi perkembangbiakan kuman kuman dalam lumen apendiks, hal

ini mengakibatkan terjadinya reaksi peradangan dan distensi apendiks. Distensi ini

mengakibatakan bendungan aliran limfe, aliran vena dan arteri yang pada proses

peradangan ini akan mengenai seluruh dinding apendiks. Pada tahap awal terjadinya

reaksi peradangan apendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat

distensi dari apendiks dalam usaha menghilangkan sumbatan lumen tadi.

Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal jika reaksi

peradangan telah sampai ke serosa disertai adany supuratif akibat ekspansi kuman ke

dinding disebut apendesitis akut stadium gangrenosa yang jika tiak dilakukan pertolongan

akan menjadi apendesitis perforasi. Perjalanan alamiah apendesitis akut seperti dijelaskan

diatas merupakan perjalanan yang paling sering , namun tidak menutup kemungkinan

Page 2: app kronis

dalam tahapan tahapan tersebut terjadi penyimpangan. Perjalanan penyakit apendesitis

akut bisa berhenti di stadium fokal, namun mukosa yang telah mengalami iritasi akan

menyisakan jaringan parut dalm proses penyembuhannya, sehingga hal ini akan

mengakibatkan keluhan sekitar pusar berulang, secara patologi stadium ini disebut

apendesitis kronis.

Pada stadium supuratif gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan

tubuh yang baik yang salah satu tandanya adanya proses pendidingan dari apendiks yang

meradang oleh omentum (walling off) maka akan terbentuk sutu infiltrasi di kanbawah

yang disebut apendik sinfiltrat.

Diagnosis

Nyeri perut

Umumnya dimulai dengan nyeri pada epigastrium atau periumbilikal sebagai

tanda awal serangan apendesitis akut. Hal ini terjadi karena terdapat obstruksi yang

disertai distensi lumen yang mengakibatkan peregangan pada peritonium visceral, oleh

karena proses yang terjadi secara lokal pada apendiks tersebut. Proses ini menimbulkan

perangsanagan pada susunan saraf otonom yang bersifat viscerosensoris dan

visceromotoris. Penghantaran impuls sensoris berasal dari napendiks melalui serabut

saraf yang bersinapas di ganglion spinalis thorakalis X.

Nyeri visceral ini bersifat diffus dan tidak dapat ditentukan lokasinya dengan

tepat oleh penderita. Seringkali nyeri ini memencar kepermukaan tubuh sebagai reffered

pain dan nyeri direfer ke daearah umbilikus pada dermatom TH X,XI.XII. Nyeri ini

timbul lambat dan akhirnya menetap pada kuadran kanan bawah sesuai dengan lokasi

nyeri dari daerah epigastrium atau periumbilikal ke perut kanan bawah ini sangat penting.

Merupakan suatu tanda untuk diagnosa. Dengan meningkatnya rangsangan peritonium

rangsangan peritonium, maka nyeri lokal akan bertambah kuat dan cenderung menekan

nyeri umbilikal.

Anoreksia, mual dan muntah

Pada umumnya anoreksia mual dan muntah timbulnya nyeri abdomen, ini

disebakan oleh karena adanya spasme pylorus, sehingga penderita akan memuntahkan

Page 3: app kronis

apa saja yang dimakan dan diminum. Bila gejala ini timbul sebelum nyeri perut maka

kecurigaan apendesitis akut dapat disingkirkan.

Nyeri Tekan dan Nyeri Lepas

Dicari nyeri tekan perut kanan bawah sesuai dengan letak appendiks, tanda khas

apada appendisitis akut adalah nyeri tekan pada titik Mc Burney. Tetapi nyeri juga dapat

dirasakan di daerah lain akibat variasi letak appendiks.Selain itu juga dicari nyeri lepas.

Nyeri tekan kontra lateral

Rovsing menemukan bahwa penekanan pada fossa iliaka kiri dapat menimbulkan

nyeri pada daerah apendiks yang meradang, disebabkan tertekannya appendiks yang

meradang, disebabkan tertekannya appendiks oleh usus yang tergeser .

Pemeriksaan colok dubur

Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai

dengan jari telunjuk , misalnya pada apendesitis pelvika

Pemeriksaan Psoas dan dan uji obturator

Merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak appendiks.

Demam

Demam biasanya ringan dengan suhu 37,5-38,5ºC. Bila suhu lebih tinggi mungkin sudah

terjadi perforasi.

Alvarado Score

Dengan sistem score ini diberikan nilai kuantitatif dari sign dan symtom nyeri perut.

M : migratory of pain from peri umbilical to right iliaca fossa nilainya 1

A : Anoreksia nilainya 1

N : Nauseanya or vomitus nilainya 1

Page 4: app kronis

T : Tenderness : nainya 2

R : Rebound Tenderness nilainya 1

E : Elevation of temperature nilanya 1

L : Leukositosis nilainya 2

Total score 9

7-9 : Apendesitis akut

5-6 : Obsevasi 24 jam , nilai ulanh setelah 24 jam

<5 : Bukan apendesitis akut, pasien bisa dipulangkan

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Leukositosis menyatakan peningkatan kadar leukosit dalam sirkulasi yang

melebihi 10 000/uL, peningkatan ini sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh

dari serangan mikroorganisme.

Radiologis

Bila anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium meragukan , diagnosis dapat

ditegakkan dengan pemeriksaaan radiologik. Gambaran yang dapat dipakai sebagai tanda

adalah gambaran udara usus yang abnormal pada perut kanan bawah yang biasanya

terjadi akibat obstruksi, terdapatnya gambaran fecolith dan benda asing

Diagnosis Banding

Kelainan ovulasi

Infeksi panggul

Kehamilan ektopik terganggu

urolitiasis pielum

Page 5: app kronis

Penatalaksanaan Apendesitis akut

Diagnosis apendisittis telah ditegakkan, tindakan yang paling tepat adalah

apendiktomi dan merupakan pilihan terbaik. Apendiktomi dapat dilakukan secara terbuka

maupun laparoskopi.Pada apendisitis yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan

obsevasi. Bila masih di dapati keraguan dalam observasi maka dianjukan melakukan

pemeriksaan laboratorim dan ultrasonografi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya

tidak diperlukan pemberian antibiotik.kecuali aada apendesitis gangrenosa.

Masa Periapendikuler

Massa appendiks terjadi apabila apendesitis gangrenosa atau mikro perforasi

ditutupi oleh omentum dan / lekuk usus halus. Pada masa periapendikuler yang

perdindingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus ke rongga peritonium

jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu massa

periapendikuler yang masih bebas disarankan untuk operasi. Apendiktomi direncanankan

pad ainfiltrat periapendikuler tanpa pus yang telah ditenangkan. Sebelumnya pasien

diberi antibiotik kombinasi aerob dan an aerob. Setelah keadaan tenang ,6-8 minggu

dilakukan appendiktomi. Pada anak kecil,wanita hamil dan penderita usia lanjut jika

secra konservatif tidak membaik dan timbul abses dianjurkann untuk operasi secepatnya

Appendisitis perforasi

Adanya fekalit didalam lumen, dan keterlambatan diagnosisi merupakan faktor

yang berperan dalam terjadinya perforasi appendiks. Faktor yang mempegaruhi tingginya

insiden perforasi pad orang tua adalah gejalanyayang samar, keterlambatan berobat ,

adanya perubahan anatomi appendiks berupa penyempitan lumen, dan arteriosklerosis.

Diagnosa

Perforasi appendiks akan mengakibatkan peritonitis yang ditandai dengan

demam,nyeri yang makin hebat yang meli puti seluruh perut, dan perut menjadi tegang

dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut . abses rongga

peritonium bis terjadi bilamana pus yang menyebar bisa dilokalisasi di suatu tempat,

Page 6: app kronis

paling sering rongga pelvis dan subdiafragma. Ultrasonografi dapat membantu

mendeteksi adanya kantong nanah.

Penatalaksanaan

Perbaiki keadaan umum dengan pemberian antibiotik,infus, dan pemasangan

nasogastrik penting sebelum pembedahan.Perlu dilakukan lapparatomi dengan insisi yang

apjang supaya ddapat dilakukan pencucian rongga peritonium dari pus maupun

pengeluaran fibrin yang adekuat secara mudah , begtu pula pembersihan kantong nanah .

akhir akhir ini laparoskopi juga menjadi pilihan.

Apendisitis kronis

Diagnosa appendisitis kronis baru dapt ditegakkn jika dipenuhi semua,riwayat

niyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara

makroskopik dan mikroskopik dan keluhan menghilang setelah appendiktuh aomi.

Kriteria mikroskpik appendisitis kronik adlah fibrosis menyeluruh dinding

appendiks , sumbatan parsial atau total lumen apendiks adnaya jaringan parut dan ulkus

lama di mukosa dan infiltrat inflamasi kronik.

Case Report Session

Seorang pasien perempuan umur 26 tahun dirawat di RSAM bukittinggi sejak tanggal 27

maret dengan

Keluhan utama

Nyeri pada perut kanan bawah

Riwayat Penyakit sekarang

Nyeri pada perut bagian bawah sejak 1 tahun yanga lalu, nyeri hilang timbul dan

terasa menusuk.1 tahun sebelumnya pasien pernah mengeluhkan nyeri disekitar

umbilikus, terasa tumpul, setelah itu nyeri sering terasa di perut kanan bawah

Page 7: app kronis

pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat (pasien tidak tau nama

obatnya,karena nyeri masih sering berulang pasien dirujuk ke RSAM Bukittinggi

Nafsu makan menurun sejak 10 bulan yang lalu

Mual ada muntah ada, berisi apa yang dimakan dan diminum

Demam tidak ada

BAB jumlah dan konsistensi biasa

BAK jumalah dan warnja biasa

Pasien jarang sekali makan buah dan sayur

Riwayat haid teratur setiap bulannya.5-6 hari/siklus

Riwayat keputihan tidak ada

Haid terakhir 3 minggu yang lalu

Riwayat penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Alert,GCS 15(E4M6V5)

Tekanan darah :110/70 mmHg

Nadi :85x/menit

Nafas :21x/menit

Suhu :37,2ºC

Status Generalisata

Kepala : Tidak ditemukan kelainan

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Page 8: app kronis

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Tenggorokan : Tidak dsitemukan kelainan

Thorak :

Pulmo

Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan

Palpasi : Fremitus kiri=kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, wheezing tidaka ada ,ronkhi tidak ada

Jantung : Dalam batas normal

Abdomen : Status Lokalis

Ektremitas : Akral hangat, perfusi baik

Status Lokalisata

Abdomen

Inspeksi : Distensi tidak ada, darm counur tidak ada, darm stefung tidak ada

Palpasi : Nyeri tekan perut kanan bawah (+),Nyeri lepas (-) Defans muskular(-)

Rovsing sign(-), Psoas sign (-), Obturator sign (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+)

Anus

Anus tenang fistel tidak ada, fissura tidak ada, abses peranal tidak ada

Tonus sfingter ani baik

Mukosa : licin

Ampula : normal

Handschoen : lendir (-),darah(-),feses(-)

Diagnosa Kerja : Apendesitis kronis

Page 9: app kronis

Diagnosa Banding

PID

KET

Urolithiasis pielum

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium:

Hb : 11,9gr/dl

Leukosit : 5400/mm3

Trombosit : 259 000/mm3

Plano test (-)

Radiologi

Apendikogram: Appendiks terisikontras tidak merata dengan bentuk ireguler

BNO : Tidak tampak urolitiasis opaq

Rencana Tindakan : Appendictomy

Page 10: app kronis