aplikasi senyawa kompleks siklometal iridium dalam oled’s dan dssc (dye sensitized solar cell)
DESCRIPTION
MAKALAHTRANSCRIPT
-
APLIKASI SENYAWA KOMPLEKS SIKLOMETAL IRIDIUM DALAM OLEDs
DAN DSSC (Dye Sensitized Solar Cell)
Aditya Cahya Nugraha
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Energi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh hampir seluruh
negara di dunia. Ketergantungan terhadap energi fosil menyebabkan beberapa
ancaman serius antara lain menipisnya cadangan energi serta ketidakstabilan harga
akibat laju permintaan yang semakin besar. Solar cell adalah salah satu sumber energi
yang memanfaatkan cahaya matahari.
Semikonduktor yang dipakai untuk solar cell ternyata dapat diikatkan dengan suatu
senyawa kompleks organologam seperti Siklometal Iridium sehingga proses
penyerapan cahaya matahari lebih optimal atau DSSC. Senyawa Siklometal Iridium juga
merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan energi listrik pada sel
fotovoltaik dan perubahan listrik menjadi cahaya atau pembentukan cahaya didalam
diode emisi cahaya (Organic light-emitting diodes/ OLEDs) diketahui dapat
dimanfaatkan dalam OLEDs yaitu piranti penting dalam teknologi elektroluminensi.
Pemilihan logam iridium didasarkan karena logam ini memiliki
geometri oktahedral, photophysical dan sifat elektrokimia dari kompleks iridium yang
dapat diatur dengan cara yang dapat diprediksi. Selain itu juga, logam iridium diketahui
memiliki oksidasi stabil dan pada kompleksnya memiliki triplet tertinggi hasil kuantum
Kata kunci : Energi, solar cell, senyawa kompleks organologam.
-
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh hampir
seluruh negara di dunia. Hal ini mengingat bahwa energi merupakan faktor utama
bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Permasalahan energi menjadi semakin
kompleks ketika kebutuhan akan energi semakin meningkat yang justru akan
membuat persediaan cadangan energi konvensional seperti energi fosil semakin
sedikit jumlahnya.
Ketergantungan terhadap energi fosil menyebabkan beberapa ancaman
serius antara lain menipisnya cadangan energi serta ketidakstabilan harga akibat
laju permintaan yang semakin besar. Energi fosil terdiri atas minyak bumi, gas
alam, dan batubara. Dimana sifat dari energi fosil yang tidak ramah lingkungan ini
memberikan sumbangan yang besar terhadap terjadinya pemanasan global akibat
emisi gas CO2 yang dihasilkan.
Pemanfaatan energi terbarukan seperti air, panas bumi, energi angin dan
energi surya (matahari) saat ini sudah mulai dilirik, namun baru energi air dan
panas bumi yang sedang dikembangkan secara komersial. Penggunaan sumber
energi terbarukan merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk
mewujudkan program sustainability lingkungan.
Energi terbarukan seperti matahari merupakan sumber energi utama yang
memancarkan energi yang luar biasa besarnya ke permukaan bumi. Solar cell
adalah salah satu sumber energi yang memanfaatkan cahaya matahari. Solar cell
merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi
arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang paling
menjanjikan, mengingat sifatnya yang berkelanjutan (sustainable) serta jumlahnya
yang sangat besar.
Matahari merupakan sumber energi yang diharapkan dapat mengatasi
permasalahan kebutuhan akan energi masa depan setelah berbagai sumber
energi konvensional mengalami perkurangan jumlah dan sifatnya yang tidak
ramah terhadap lingkungan. Total kebutuhan energi yang berjumlah 10 TW
tersebut setara dengan 3 x 1020 J setiap tahunnya. Sementara total energi
matahari yang sampai di permukaan bumi adalah 2,6 x 1024 Joule/tahun. Sebagai
perbandingan, energi yang dapat dikonversi melalui proses fotosintesis di seluruh
-
permukaan bumi mencapai 2,8 x 1021 J setiap tahunnya. Jika dilihat dari jumlah
energi yang dibutuhkan dan dibandingkan dengan energi matahari yang tiba di
permukaan bumi, maka sebenarnya dengan menutup 0,05% luas permukaan bumi
dengan solar cell yang memiliki efisiensi 20%, seluruh kebutuhan akan energi yang
ada di bumi sudah dapat terpenuhi (Yuliarto, 2011).
Silikon (Si) adalah semikonduktor yang biasa digunakan pada solar cell.
Namun karena harganya yang mahal, sehingga solar cell ini tidak menjadi
alternatif sebagai pengahasil energi yang murah. Senyawa kompleks memiliki
keunikan yaitu dapat menghasilkan warna sesuai dengan panjang gelombang
yang diserapnya dan warna yang sampai ke penglihatan kita merupakan warna
komplemennya. Semikonduktor yang dipakai untuk solar cell ternyata dapat
diikatkan dengan suatu senyawa kompleks sehingga proses penyerapan cahaya
matahari lebih optimal. Proses ini dinamakan dengan sel surya yang tersinsitasi
zat pewarna (DSSC).
Dalam pengembangannya, DSSC memanfaatkan senyawa kompleks
organologam sebagai Adsorbed photosensitizer dye. Senyawa kompleks jenis ini
memiliki keunikan diantaranya dapat menghasilkan warna sesuai dengan panjang
gelombang yang diserap dan warna yang sampai ke penglihatan merupakan
warna komplemennya. Semikonduktor yang dipakai untuk solar cell ternyata dapat
diikatkan dengan suatu senyawa kompleks sehingga proses penyerapan cahaya
matahari menjadi lebih optimal. Selain itu juga, senyawa kompleks organologam
diketahui dapat dimanfaatkan dalam OLEDs yaitu piranti penting dalam teknologi
elektroluminensi. Teknologi tersebut memiliki dasar konsep pancaran cahaya yang
dihasilkan oleh piranti akibat adanya medan listrik yang diberikan.
Senyawa kompleks organologam seperti Siklometal Iridium diketahui
merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan energi listrik pada
sel fotovoltaik dan perubahan listrik menjadi cahaya atau pembentukan cahaya
didalam diode emisi cahaya (Organic light-emitting diodes/ OLEDs). Senyawa
kompleks ini diperlukan dalam transformasi, menyimpan dan menjaga efisiensi
produksi energi. Sifat fisika dan kimia yang dimiliki senyawa kompleks
organologam ini diketahui mudah sekali diatur (fined-Solar Cell OLEDs tuned),
sehingga dengan melakukan variasi struktur kimianya maka dapat
menghasilkan material terbaik yang dapat digunakan untuk mengkonversi energi.
-
Tujuan
1. Mengetahui manfaat senyawa kompleks Siklometal Ir (III) dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mengetahui prinsip kerja OLEDs dan DSSC (Dye Sensitized Solar Cell)
dengan senyawa kompleks Siklometal Ir(III) .
Manfaat
1. Dapat memanfaatkan senyawa kompleks Siklometal Ir (III) dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Dapat mengembangkan senyawa kompleks Siklometal Ir (III) sebagai OLEDs
dan DSSC (Dye Sensitized Solar Cell)
-
BAB II
ISI
Kompleks siklometal iridium adalah salah satu contoh senyawa organologam
yang dipelajari dan digunakan pada solar cell dan OLEDs. Kompleks siklometal
iridium (III) ini sendiri merupakan dopan yang sangat efisien untuk diaplikasikan dalam
OLEDs. Pemilihan logam iridium didasarkan karena logam ini memiliki
geometri oktahedral, photophysical dan sifat elektrokimia dari kompleks iridium yang
dapat diatur dengan cara yang dapat diprediksi. Selain itu juga, logam iridium diketahui
memiliki oksidasi stabil dan pada kompleksnya memiliki triplet tertinggi hasil
kuantum (Baranoff et al., 2009).
A. Kompleks Iridium untuk DSSC (Dye Sensitized Solar Cell)
Kompleks siklometal Iridium telah diteliti sebagai sensitizer dalam TiO2-sel
fotoelektrokimia. Prinsip kerja dari DSSC digambarkan pada gambar dibawah ini.
Sebagai contoh semikonduktor yang digunakan adalah TiO2. Adsorben sensitizer
akan menyerap cahaya yang mengarahkan elektron dipita konduksi TiO2.
Gambar 1 Prinsip kerja DSSC
Sistem foto elektrokimia ini sendiri memiliki 5 komponen penting, yaitu :
1. Photoanode (glass + TCO)
2. Mesoporous electron semiconductor (e.g. TiO2)
3. Adsorbed photosensitizer dye (organometallic or organic dye)
4. Electrolyte / hole transporter
5. A counterelectrode (e.g., Pt)
Dye mengalami oksidasi dan mendapatkan donasi elektron dari larutan
elektrolit yang mengandung iodida/triiodida karena proses redoks. Elektron akan
mengalir melalui semikonduktor kemudian mengalir melalui elektroda
-
counter. Proses reduksi pada elektroda counter dari triiodida akan kembali menjadi
iodida (regenaratif). Energi yang stabil pada sistem konversi photovoltaic dan
dibawah pencahayaan sehingga proses regeneratif dapat berlangsung.
Untuk sensitizer dye sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
pewarna organik dan pewarna anorganik. Diketahui bahwa pewarna anorganik telah
memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan pewarna organik
karena stabilitas terhadap fotodegradasi untuk pewarna organik rendah. Pewarna
anorganik yang dimaksud adalah pewarna kompleks logam seperti kompleks
Rutenium, Osmium, Iridium, dll. Dari perkembangan penelitian akan DSSC yang
dibuat 20 tahun yang lalu, banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan
kompleks logam transisi serta pewarna organik, tetapi tidak ada yang mampu
melebihi kinerja kompleks rutenium berdasarkan hasil konversi dan stabilitas jangka
panjang atau daya tahan pengggunaannya. Namun, baru-baru ini telah ditemukan
sebuah jenis baru dari kompleks Iridium (III) dengan sensitizer ligan piridin karboksil,
menghasilkan maksimum 66% IPCE dan konversi daya 2,16% efisiensi dalam
simulasi 1.5 AM sinar matahari. Konversi efisiensi energi dapat ditingkatkan dengan
fine tuning dari overlap spektral antara Ir (III) pewarna dan spectrum sinar matahari.
Siklometal Ir (III) kompleks ternyata memiliki dua keuntungan. Pertama, stabilitas
tinggi ditemukan dalam cincin khelat sistem siklometal Ir (III) kompleks dan kedua,
karena lifetime eksitasi dari siklometal Ir (III) kompleks lebih lama daripada N3, yang
higheroverall untuk konversi energi dapat diantisipasi. Berdasarkan bahan
fluorescent yang hanya dapat menggunakan singlet exciton dan efisiensi internal
yang terbatas sekitar 25%, bahan ini dapat memancarkan cahaya baik singlet
maupun triplet excitons dan dengan potensi mencapai efisiensi internal 100%
(Ayyan, 2011).
Dibidang DSSC, kompleks iridium siklometal memang baru dikenal.
Besarnya spliting d orbital menuju pusat logam (MC)
menyatakan kemungkinan untuk membuat molekul lebih stabil dibandingkan
dengan kompleks Rhutenium. Penemuan akan Rhutenium kompleks merupakan
sebuah tantangan yang menarik untuk meningkatkan koefisien
kompleks iridium yang secara signifikan meningkatkan arus pendek
dan menghasilkan konversi yang efisiensi dan daya guna yang besar.
-
B. Kompleks Netral Tris Siklometal Iridium sebagai OLEDs
Mekanisme kerja dari OLEDs adalah ketika pada elektrode diberikan medan
listrik, fungsi kerja dari elektrode negatif (katode) tersebut akan turun yang
menjadikan elektron - elektron dari katode bergerak menuju pita konduksi di bahan
organik. Keadaan ini mengakibatkan munculnya hole di pita valensi. Sementara itu
elektrode bermuatan positif (anode) akan meng-injeksi hole untuk bergerak menuju
pita valensi bahan organik. Dengan keadaan ini mengakibatkan terjadinya proses
rekombinasi elektron dan hole di dalam bahan organik. Pada waktu proses
rekombinasi terjadi, elektron akan turun dan bersatu dengan hole sambil
memberikan kelebihan energi sebesar hn dalam bentuk foton cahaya dengan
panjang gelombang tertentu. Skema dari proses rekombinasi elektron-hole dapat
digambarkan sebagaimana pada Gambar 2 Dari struktur piranti OLEDs yang
sederhana seperti di atas akan diperoleh satu jenis pancaran cahaya dengan
panjang gelombang tertentu tergantung jeniis bahan emitter yang dipergunakannya
(Hariyadi, 2008).
Gambar 2 Proses rekombinasi elektron-hole yang menghasilkan pancaran
cahaya sebagai konsep dasar dari OLEDs
Kompleks Iridium sebagai OLEDs memiliki keunggulan yaitu dapat
menghasilkan kuantum triplet emisi yang besar. Senyawa kompleks tris-
siklometal iridium adalah kompleks netral dengan pola dasar Ir (C^N)3. Salah satu
contohnya adalah Ir(PPy)3. Spektrum serapan dari Ir(PPy)3 yang kuat adalah berasal
dari ligan ke ligan (LC, p-p *) dan MLCT pada daerah UV dan daerah tampak.
Transisi MLCT lebih rendah energinya dari pada transisi p-p LC*. Keadaan
triplet tereksitasi menunjukkan perpendaran yang kuat pada wilayah warna hijau
disekitar 515 nm. Analisis sifat spectra kompleks Ir (PPy)3 telah diketahui bahwa
HOMO dari [Ir (PPy)3] pada prinsipnya terdiri dari p orbital dari
-
cincin fenil dan logam d-orbital. Pyridin adalah netral dan merupakan penyumbang
utama terhadap LUMO pada [Ir (PPy)3]. Emisi maksimum kompleks
iridium luminescent ditentukan terutama oleh kesenjangan HOMO-LUMO.
Sebuah strategi yang efektif untuk menyempurnakan warna emisi Ir (III)
kompleks bergantung pada stabilisasi selektif atau destabilisasi dan HOMO/ LUMO
atau kompleks. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan
substituen penarik elektron atau donor elektron.
Sifat dari senyawa kompleks tris-siklometal iridium dapat mengalami
konfigurasi facial (fac) atau meridional (Mer). Isomer facial lebih stabil daripada
meridional. Namun disisi lain kompleks Iridium dengan karben tidak dapat dicapai
secara termal atau secara fotokima dan degradasi senyawa ini tidak dapat diamati.
Menariknya sampel murni facial atau meridional dapat dijadikan untuk OLEDs.
Kompleks fac- [Ir (pmb)3] dengan ligan 1-phenyl-3-mathyl benzimidazole memiliki
fotoluminesen yang kuantumnya lebih besar dibandingkan kompleks mer-
Ir (pmb)3 di dalam larutan. Persiapan OLEDs dengan mer-Ir(pmb)3 memiliki
efisiensi sekitar dua kali lebih tinggi dari pada fac- Ir (pmb)3.
Penggunaan senyawa organologam yang digunakan sebagai OLEDs selain
kelompok senyawa netral kompleks dengan logam Iridium yaitu senyawa anion bis-
siklo metal Iridium. Selain itu senyawa dengan atom logam Rhutenium juga telah
dipelajari dapat digunakan sebagai OLEDs. Semikonduktor TiO2 mesopori dengan
fotosensitiser baru dari kompleks piridilazoresorinolkobal (II) telah digunakan
sebagai sel fotovoltaik DSSC. Kompleks piridilazoresorinol memiliki absorptivitas
molar tinggi (~ 104 L mol-1) dari transisi elektronik dan transisi MLCT (metal to ligand
charge transfer) di daerah ultra violet dan visibel.
Aplikasi OLEDs telah banyak digunakan dimasyarakat luas salah
satunya hingga saat ini teknologi OLEDs telah digunakan untuk display yang
terbatas dalam beberapa produk komersial seperti mobile phone, MP3 players,
digital cameras, dan sebagainya. Biasanya untuk resolusi display yang rendah
semacam ini dikendalikan oleh teknologi fitur berbasis passive matrix
(PM). Penggunaan solar cell untuk melengkapi OLEDs dimaksudkan untuk
mendaurulang energi foton yang terbuang dari OLEDs. Penggunaan solar cell
dibawah OLEDs menunjukan bahwa keduanya dapat diregenari kembali. Energi
foton yang terbuang dari OLEDs akan diserap oleh solar cell dan dirubah menjadi
energi listrik.
-
Gambar 3 Senyawa kompleks Iridium
Senyawa kompleks Siklometal Ir(III) merupakan senyawa kompleks
organologam, karena senyawa ini terbentuk dari atom logam dan gugus organik dimana
atom-atom karbon dari gugus organiknya terikat pada atom logam. Sifat senyawa
organologam yang umum ialah atom karbon yang lebih elektronegatif daripada
kebanyakan logamnya. Senyawa kompleks logam (biasanya logam-logam transisi)
merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih ikatan logam-karbon. Senyawa ini
terdiri dari atom pusat dan ligan (Blaser et al, 2000).
Gambar 3. Karakteristik dari Kompleks Organologam (Blaser et al, 2000)
Atom pusat dari suatu senyawa kompleks yang digunakan antara lain dapat
berupa logam-logam transisi seperti: Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Ir dan Zn (Hijazi et al, 2008).
Ligan dari suatu senyawa komplek dapat mempengaruhi bentuk geometri dari senyawa
organologam itu sendiri sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai reaksi kimia.
Tabel 1 menjelaskan tentang perbedaan jenis ligan yang terikat pada atom pusat,
dimana memberikan bentuk geometri yang berbeda.
-
Metal oxidation state Exampel Geometry
Ni0 Ni(CO4) Tetrahedral
Pd0 Pd(PR3)2 Linear
NiII Pd II ArPd(PR3)2X Square planar
RhI Ir I Rh(PR3)3X2 Square planar
Ru II Ru(PR3)3X2 Trigonal pyramid l
Ru II Rh III Rh(Pr3)3XH2 Octahedral
Ir III
Tabel 1. Senyawa komplek organologam dengan perbedaan ligan dan
geometri yang dihasilkan (Blaser et al, 2000).
Dari Gambar 3 Senyawa kompleks Iridium dapat diketahui logam Ir berfungsi
sebagai atom pusat, dan siklometal sebagai ligannya.
-
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Senyawa organologam seperti kompleks siklometal Iridium (III) dapat digunakan
sebagai salah satu komponen dalam Solar cell dan OLEDs.
2. Penggunaan senyawa organologam sebagai solar cell dan OLEDs dikarenakan
senyawa ini menghasilkan warna yang sesuai dengan panjang gelombang yang
diserap dan warna yang sampai ke penglihatan merupakan warna
komplemennya.
-
DAFTAR PUSTAKA
Ayyan, S. 2011. A Critical Review on Dye Sensitized Solar Cells. Institute Of
Technology, Nirma University. Ahmedabad 382 481, 08-10.
Baranoff, Etienne., Jun-Ho Yum, Michael Graetzel, Md.K. Nazeeruddin.,
2009. Cyclometallated iridium complexes for conversion of light into
electricity and electricity into light. Journal of Organometallic
Chemistry, Institute of Chemical Sciences and Engineering, School of Basic
Sciences, Swiss Federal Institute of Technology, CH-1015 Lausanne,
Switzerland.
Blaser, Hans-Ulrich., A. Indolese., A. Schnyder. 2000. Applied Homogeneous
Catalysis by Organometallic Complexes, Current Science, vol. 78, No. 11, pp.
1336-1344.
Hariyadi. 2008. LED-Organik (OLED) Multi Warna.
Diakses pada tanggal : 8 April 2015
http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek13.html
Hijazi, A. K., A. Al-Hmaideen., S. Syukri., N. Radharkrishnan., E. Herdtweck., B. Voit., F.
E. Khn., 2008. Synthesis and Characterization of Acetonitrile-Ligated
Transition-Metal Complexes with Tetrakis(pentafluorophenyl)borate as
Counteranions, Eur. J. Inor. Chem, pp. 2892-2898.
Yuliarto, B. 2011. Solar Cell Sumber Energi Terbarukan.
Diakses pada tanggal : 9 April 2015
http://esdm.go.id/berita/56-artikel/4034-solar-cell-sumber-energi-terbarukan-
masa depan-.html