aplikasi psikologi bermain dalam play therapy

17
PSIKOLOGI BERMAIN APLIKASI PSIKOLOGI BERMAIN DALAM PSIKOTERAPI DI SUSUN OLEH: Muhammadiyah Thoyib Ghani (201210230311072) Nova Ariyanthi (201210230311081) Galuh Kikiany S. (201210230311104) Reski Fazrian (201210230311116) Mughny Ilman Rusdy (201210230311129) 1 | Page

Upload: galuh-kikiany-s

Post on 29-Sep-2015

253 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Aplikasi Psikologi Bermain Dalam Play Therapy

TRANSCRIPT

PSIKOLOGI BERMAINAPLIKASI PSIKOLOGI BERMAIN DALAM PSIKOTERAPI

DI SUSUN OLEH:Muhammadiyah Thoyib Ghani(201210230311072)Nova Ariyanthi(201210230311081)Galuh Kikiany S.(201210230311104)Reski Fazrian(201210230311116)Mughny Ilman Rusdy(201210230311129)

FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2013/2014KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatulla Wr. Wb.Puji syukur saya panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyusun serta menyelesaikan Makalah Psikologi Bermain dengan materi Aplikasi Psikologi Bermain Dalam Psikoterapi. Disamping itu, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya mohon maaf apabila ada kata-kata maupun bahasa yang kurang baik di dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif di samping penyempurnaan makalah ini dan untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik serta mempunyai potensi untuk dikembangkan .Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini seberapa kecil dan sederhananya makalah ini, kami harapkan mempunyai nilai guna atau faidah bagi semua pihak yang membacanya. Wassalamualaikum warahmatullah Wr. Wb.

Malang, 02 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL1KATA PENGANTAR2DAFTAR ISI 3BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang41.2 Rumusan Masalah41.3 Tujuan4BAB II PEMBAHASAN2.1 Definisi Play Therapy......................................................................52.2 Prinsip-prinsip Play Therapy...........................................................62.3 Tahapan-tahapan Play Therapy.......................................................62.4 Aplikasi Play Therapy..................................................................... 7BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan 10DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................11

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangTerapi bermain adalah suatu terapi interaksi sosial yang menyediakan kesempatan untuk belajar keterampilan sosial-emosional dan meningkatkan ketahanan emosional. Terkadang anak tidak dapat membedakan antara bermain dengan bekerja, karena seluruh aktivitas dianggap bekerja bagi anak-anak, bermain tidak hanya dilakukan anak-anak normal tetapi anak berkebutuhan khusus juga dapat bermain. Anak memerlukan berbagai variasi mainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Melalui bermain anak tidak hanya menstiluasi anak tidak hanya menstimulasi perkembangan otot-ototnya tetapi juga perkembangan kognitif dan sosioemosi.Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan social. Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam diskusi makalah ini, yaitu:1. Apa yang dimaksud dengan play therapy?2. Mengetahui prinsip-prinsip dari play therapy?3. Mengetahui tahapan-tahapan dari play therapy?4. Untuk mengkajikan aplikasi play therapy untuk anak ABK terutama tuna netra?1.3 TujuanAdapun tujuan dari makalah ini, yaitu:1. Untuk memahami definisi play therapy.2. Untuk memahami prinsi-prisinp dari play therapy.3. Untuk memahami tahapan-tahapan dari play therapy.4. Untuk mengetahui aplikasi play therapy untuk anak ABK terutama tuna netra.

BAB IIPEMBAHASAN

2.2 Definis Play Therapy(Wilson 2000) Terapi bermain dapat didefinisikan sebagai sarana untuk menciptakan pengalaman hubungan intens antara terapis dan anak-anak atau anak muda, yang media utama komunikasinya adalah bermain. Sedangkan APT (Association for Play Therapy) mendefinisikan terapi bermain sebagai "penggunaan yang sistematis dari model teoritis untuk mendirikan sebuah proses interpersonal dimana terapis bermain terlatih menggunakan kekuasaan terapi bermain untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai tumbuh kembang optimal.". Terapi Bermain adalah bentuk konseling atau psikoterapi yang menggunakan bermain untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk membantu orang, terutama anak-anak, untuk mencegah atau mengatasi tantangan psikososial. Hal ini diduga untuk membantu mereka ke arah pertumbuhan sosial yang lebih baik, integrasi dan pembangunan. Sukinah berpendapat bahwa terapi bermain adalah teknik penyembuhan terhadap anak berkebutuhan khusus, dengan menggunakan media berbagai macam bentuk permainan, baik tanpa maupun memakai alat yang tidak membahayakan dirinya, dan dapat dilaksanakan di alam terbuka sepanjang membantu program pembelajaran.Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terapi bermain adalah sebuah bentuk terapi yang membantu anak-anak, orang yang masih muda atau orang yang berkebutuhan khusus untuk mengatasi permasalahan dalam hidupnya dengan menggunakan media bermain. Semula terapi bermain diterapkan berdasarkan ajaran dan pola kerja dari sigmund freud dengan titik tolaknya pada analisa kejiwaan sebagai alat untuk kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan : berbicara, rasa interest, kebenaran mengungkapkan perasaan diri. Terapi bermain berkembang menjadi suatu terapi yang menitik beratkan pada gerak seseorang (psychomotor performance) dengan alatnya berbagai bentuk permainan. Bentuk permainan ini pun diharapkan dapat memacu anak yang bersangkutan dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya : kegiatan toilet training.2.2 Prinsip-prinsip Play TherapyDelapan prinsip dasar dari pendekatan terapi bermain adalah sebagai berikut (Axline, 1974) :1. Terapis harus menciptakan suasana yang hangat, hubungan yang bersahabat dengan anak2. Terapis menerima anak sebagaimana adanya3. Terapis harus mengembangkan perasaan permisif dalam hubungan dengan anak4. Terapis harus waspada terhadapa perasaan anak yang diekspresikan dan direfleksikan kembali dalam bentuk tingkah laku5. Terapis diharapkan menghargai kemampuan anak dalam memecahkan masalahnya sendiri jika diberi kesempatan untuk melakukannya6. Terapis tidak diperkenankan langsung menegur perbuatan anak atau bercakap-cakap dengan cara apapun7. Terapis jangan cepat-cepat melakukan terapi8. Terapis hanya mengembangkan keterbatasan-keterbatasan yang diperlukan dalam menarik anak untuk terapi dan pada kenyataannya akan membuat anak sadar akan tanggung jawabanya dalam berhubungan dengan terapis.

2.3 Tahapan-tahapan Play TherapyProsedur tahapan-tahapan terapi bermain, yaitu:A. Tahap Pra Interaksi1. Melakukan kontrak waktu2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum membaik atau kondisi yang memungkinkan)3. Menyaiapkan alat

B. Tahap Orientasi1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C. Tahap Kerja1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain6. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan

D. Tahap Terminasi1. Berpamitan dengan pasien2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula3. Mencuci tangan4. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga kegiatan dalam lembar catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain meliputi emosional, hubungan inter-personal, psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga

2.4 Aplikasi Play Therapy Bagi Anak TunanetraAnak penyandang cacat menerima tanggapan positif lebih sedikit dalam penawaran atau upaya untuk terlibat dalam interaksi sosial mereka, dan akhirnya membuat mereka lebih rentan terhadap isolasi sosial (Guralnick et al, 1996a, 1996b;. Guralnick & Groom, 1987; Kopp, Baker, & Brown, 1992; McConnell & Odom, 1999; Odom, Zercher, Li, MARQUART, & Sandall, 1998). Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak tunanetra menunjukkan perilaku bermain yang kurang mengarah kepada eksplorasi alam. Anak-anak ini kurang terlibat dalam permainan manipulative atau menggunakan permainan yang fungsional dan cenderung menunjukkan perilaku yang lebih stereotip selama bermain (Adelson & Fraiberg, 1974; Parsons, 1986; Rettig, 1994; Sacks et al, 1992;. Skellenger & Hill, 1994; Troster & Brambring, 1994; Warren, 1984). Selain itu mereka jarang terlibat dalam permainan simbolik, imajinatif dan permainan peran. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain permainan soliter dan lebih suka berinteraksi dengan orang dewasa daripada teman sebayanya yang dapat melihat (Adelson & Fraiberg, 1974; Anderson, Dunlea, & Kekelis, 1984; Anderson & Kekelis, 1985, Erwin, 1993; Parsons, 1986; Rettig, 1994; Sacks et al, 1992;. Schneekloth, 1989; Skellenger & Hill, 1994; Troster & Brambring, 1993, 1994, Warren, 1984).Play therapy yang bisa dilakukan oleh anak tunanetra adalah permainan pura-pura. Permainan pura-pura merupakan bentuk permainan yang dilakukan secara berkelompok. Permainan ini bisa dimainkan dengan menggabungkan anak penyandang tunanetra dengan anak normal. Kelebihan permainan pura-pura selain adanya sejumlah peran yang harus dimainkan, juga digunakan sejumlah peralatan permainan. Anak secara berpura-pura memerankan peran tertentu dengan menggunakan peralatan yang dipakai seorang dokter adalah stetoskop, tas dokter yang berisi obat-obatan dan baju dokter yang berbentuk jas putih. Dengan tersedianya peralatan ini anak tunanetra bisa berimajinasi bagaimana dokter yang sebenarnya.Manfaat dari permainan pura-pura sangat besar untuk perkembangan anak, terutama perkembangan kognitif dan afeksinya. Menurut Vygotsky (dalam Rubin dalam Suminar, 1997) jenis permainan ini memungkinkan anak dapat memberikan arti terhadap objek dan perilaku, sehingga akan berkembangn representasi symbol, yaitu anak dalam member symbol terhadap apa yang akan dilihat dan dimainkan. Dan menurut Freud, permainan ini dapat dipakai sebagai mekanisme dalam meringankan kecemasan dan ketakutan.Melalui permainan pura-pura anak dpt saling berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Mereka memainkan peran seperti dalam realita sesungguhnya. Misalnya dalam permainan dokter dan rumah sakit, maka ada pembagian peran sebagai dokter, perawat, pasien, keluarga yang mengatur pasien. Mereka berdialog dan bertindak seolah-olah peristiwa itu nyata terjadi. Melalui penghayatan peran ini, masing-masing anak dapat merasakan bagaimana seorang dokter harus berperilaku atau seorang pasien harus mendapat perawatan. Penghayatan peran ini dapat menumbuhkan pengertian sifat-sifat dan sikap tokoh yang diperankan, sehingga akan menumbuhkan rasa empati dan tenggang rasa terhadap peran lain, yang mana sangat penting bagia anak tunanetra dan anak normal yang berada disekitar anak tunanetra. Dengan memainkan permainan pura-pura ini anak tuna netra diharapkan bisa menumbuhkan kepercayaan dirinya dan menghilangkan rasa terisolasi dari lingkungannya.Permainan lain yang bisa dimainkan sebagai play therapy untuk anak tunanetra adalah permainan eksplorasi. Tempat permainan ini telah dirancang seberaneka ragam mungkin bagi anak tunanetra. lingkungan bermain ini menggunakan tekstur yang berbeda-beda pada lantai, dinding atau tanah diberbagai ruangan. Hal ini akan membantu anak-anak tunanetra mengenali daerah-daerah berbeda dengan menggunakan indera peraba mereka. Anak-anak ini diajarkan untuk berani mengeksplorasi lingkungan mereka. Bukan hanya lingkungan yang sudah mereka kenal baik seperti rumahnya tetapi juga lingkungan yang baru mereka kenal. Mereka akan diminta untuk mencari barang-barang tertentu didaerah tertentu. Misalnya di daerah yang berlantai bulu (menggunakan karpet bulu) mereka harus menemukan benda berbentuk bulat. Benda yang harus ditemukan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Permainan ini dimaksudkan untuk mempertajam kemampuan mengenali lingkungannya walaupun dengan keterbatasan penglihatan yang mereka miliki. Diawal permainan anak diberikan modal sebesar 25 token jika anak menemukan benda tepat di tempat yang tepat maka anak akan mendapatkan poin lebih sebanyak 5 token, sebaliknya jika anak mengambil benda yang salah maka token yang dimiliki anak tunanetra akan dikurangi 5. Di dalam permainan ini anak tunanetra berlomba dengan anak tunanetra lainnya dalam menemukan benda, jika salah satu anak berhasil terlebih dahulu mengumpulkan 50 token dalam permainan ini maka anak tunanetra tersebut dapat menukarkan token yang di miliki dengan reward yang telah disiapkan.

BAB IIIPENUTUP1.1 KesimpulanPlay therapy adalah bentuk konseling atau psikoterapi yang menggunakan bermain untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk membantu orang, terutama anak-anak, untuk mencegah atau mengatasi tantangan psikososial. Play therapy memiliki beberapa prinsip dimana prinsip tersebut terdiri dari delapan prinsip yang dapat menciptakan suasana yang nyaman saat melakukan pendekatan dalam terapi bermain sehingga anak-anak dapat menikmati dari setiap permainan. Kemudian tahapan-tahapan terapi bermain tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi dimana setiap tahapan tersebut dapat dijadikan prosedur pelaksanaan dalam terapi bermain. Aplikasi terapi bermain untuk anak tunanetra dapat meningkatkan kognitif, empati, dan percaya dirinya dalam bersosialisasi dengan teman-temannya.

DAFTAR PUSTAKA

Reid, S.E & Schaefer, C.E.(1986). Game Play Therapeutic Use of Childhood Games.Kanada: Penerbit John Wiley & Sons, Inc.

Oconnor, J, Kevin & Braverman, L. Mages.(1997). Play Therapy Theory and Practice:A Comparative Presentation/Edited. America: Jhon Wiley & Sons, Inc.

1 | Page