layanan kesehatan dan psikososial · mengeluhkan nyeri otot dan nyeri kepala. “hal ini...

4
KAREBA PALU KORO KABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG november 2018 - II edisi #2 Seorang warga menerima obat-obatan di posko kesehatan. Foto: Martin Dody/ERCB LAYANAN KESEHATAN DAN PSIKOSOSIAL “Banyak yang mulai mengeluhkan gatal- gatal di sini, mas,” kata Aziz, koordinator Posko Dusun 3 Desa Langaleso ketika ditemui oleh Kareba Palu Koro. Menanggapi hal tersebut, ERCB melalui tim kesehatan dari Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) yang terdiri dari 2 dokter, 4 perawat, dan 1 apoteker bergerak ke Dusun 3 Desa Langaleso untuk memberikan layanan kesehatan. ”Hal itu kemungkinan dikarenakan kegiatan mandi dan cuci baju berasal dari sumber air baru yang muncul setelah likuifaksi,” ujar Dokter Caraka Anto Yuwono. Selain gatal-gatal, banyak warga yang mengeluhkan nyeri otot dan nyeri kepala. “Hal ini dimungkinkan akibat kondisi di pengungsian yang kurang nyaman dan di malam hari pasien susah tidur,” tambahnya. Kasus infeksi saluran pernafasan atas akut (ISPA) karena kondisi lingkungan berdebu pun mulai ditemukan pada beberapa warga. Selain keluhan-keluhan yang sudah disebutkan di atas, di desa lain ditemukan kasus pada anak-anak yang kemungkinan akibat alergi. Menurut dr. Dion Sulistyo, alergi yang ditemukan pada anak-anak tersebut kemungkinan akibat makanan instan. Bantuan berupa makanan instan dan susu formula memang tidak disarankan karena dapat menyebabkan alergi dan diare pada anak-anak. Bros untuk Ketenangan Selain Layanan Kesehatan, PERDHAKI juga memberikan Layanan Psikososial. Pertimbangannya adalah keadaan yang tiba-tiba berubah secara drastis bukan tidak mungkin memengaruhi kondisi seseorang. Tidak hanya secara fisik, namun bisa juga secara psikis. Oleh karena itu, Maria Goretti Ivoni Utami dan Maria Goretti Djanuria Samosir, RGS tergerak untuk membantu para warga terdampak dengan memberikan layanan psikososial di wilayah-wilayah yang terdampak. “Tujuan pemberian psikososial yang kami adakan untuk memantau keadaan trauma mereka akibat bencana alam secara psikisnya. Adapun secara psikis keadaan mereka (warga terdampak) bisa diobservasi melalui bahasa tubuh mereka dari cara mereka menjawab pertanyaan baik melalui angket yang kami buat maupun dari cara mereka ketika berbagi cerita,” kata Ivon, sapaan Maria Goretti Ivoni Utami. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk menggali keadaan mereka berupa melakukan kegiatan play therapy, role play, menggambar atau membuat bentuk

Upload: haminh

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAYANAN KESEHATAN DAN PSIKOSOSIAL · mengeluhkan nyeri otot dan nyeri kepala. “Hal ini dimungkinkan akibat kondisi ... melakukan kegiatan play therapy, role play, menggambar atau

KAREBA PALU KOROKABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG

november 2018 - II edisi #2

Seorang warga

menerima obat-obatan

di posko kesehatan.

Foto: Martin Dody/ERCB

LAYANAN KESEHATAN DAN PSIKOSOSIAL

“Banyak yang mulai mengeluhkan gatal-

gatal di sini, mas,” kata Aziz, koordinator

Posko Dusun 3 Desa Langaleso ketika

ditemui oleh Kareba Palu Koro.

Menanggapi hal tersebut, ERCB melalui

tim kesehatan dari Persatuan Karya

Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI)

yang terdiri dari 2 dokter, 4 perawat, dan

1 apoteker bergerak ke Dusun 3 Desa

Langaleso untuk memberikan layanan

kesehatan.

”Hal itu kemungkinan dikarenakan

kegiatan mandi dan cuci baju berasal

dari sumber air baru yang muncul setelah

likuifaksi,” ujar Dokter Caraka Anto

Yuwono.

Selain gatal-gatal, banyak warga yang

mengeluhkan nyeri otot dan nyeri kepala.

“Hal ini dimungkinkan akibat kondisi

di pengungsian yang kurang nyaman

dan di malam hari pasien susah tidur,”

tambahnya.

Kasus infeksi saluran pernafasan atas

akut (ISPA) karena kondisi lingkungan

berdebu pun mulai ditemukan pada

beberapa warga.

Selain keluhan-keluhan yang sudah

disebutkan di atas, di desa lain ditemukan

kasus pada anak-anak yang kemungkinan

akibat alergi. Menurut dr. Dion Sulistyo,

alergi yang ditemukan pada anak-anak

tersebut kemungkinan akibat makanan

instan. Bantuan berupa makanan

instan dan susu formula memang tidak

disarankan karena dapat menyebabkan

alergi dan diare pada anak-anak.

Bros untuk Ketenangan

Selain Layanan Kesehatan, PERDHAKI

juga memberikan Layanan Psikososial.

Pertimbangannya adalah keadaan yang

tiba-tiba berubah secara drastis bukan

tidak mungkin memengaruhi kondisi

seseorang. Tidak hanya secara fisik,

namun bisa juga secara psikis. Oleh karena

itu, Maria Goretti Ivoni Utami dan Maria

Goretti Djanuria Samosir, RGS tergerak

untuk membantu para warga terdampak

dengan memberikan layanan psikososial

di wilayah-wilayah yang terdampak.

“Tujuan pemberian psikososial yang

kami adakan untuk memantau keadaan

trauma mereka akibat bencana alam

secara psikisnya. Adapun secara psikis

keadaan mereka (warga terdampak) bisa

diobservasi melalui bahasa tubuh mereka

dari cara mereka menjawab pertanyaan

baik melalui angket yang kami buat

maupun dari cara mereka ketika berbagi

cerita,” kata Ivon, sapaan Maria Goretti

Ivoni Utami.

Beberapa kegiatan yang dilakukan

untuk menggali keadaan mereka berupa

melakukan kegiatan play therapy, role

play, menggambar atau membuat bentuk

Page 2: LAYANAN KESEHATAN DAN PSIKOSOSIAL · mengeluhkan nyeri otot dan nyeri kepala. “Hal ini dimungkinkan akibat kondisi ... melakukan kegiatan play therapy, role play, menggambar atau

KAREBA PALU KORO

3 dimensi dengan plastisin. Setelah itu mereka kemudian diajak

untuk berbagi pengalaman tentang bencana yg dihadapi.

Sasaran dari layanan psikososial ini adalah semua anak laki atau

perempuan remaja laki atau perempuan dan dewasa laki laki

maupun perempuan. Artinya semua orang yang membutuhkan.

“Kami melakukan konseling individu dan kelompok. Bagi mereka

yang kami lihat perlu penanganan khusus kami coba dekati secara

pribadi,” Ivon menambahkan.

Untuk remaja dan orang dewasa khususnya ibu-ibu walaupun

ada juga anak laki-laki atau laki-laki dewasa yang mengikuti

layanan kegiatan psikosoial, kami menggunakan teknik kreativitas

membuat bros.

Dari hasil karya itu mereka diajak berbagi perasaan tentang duka

yg dialami saat bencana terjadi dan mereka bisa bercerita dengan

leluasa karena pengalaman yang dialami sama. Dan ibu-ibu ada

juga yang mengungkapkan bahwa selama ini mereka tidak pernah

disentuh dengan kegiatan psikososial.

Kegiatan membuat bros tersebut memiliki makna tersendiri.

Merangkai bros diibaratkan menata kembali puing-puing yang ada.

Bila dikumpulkan dan kemudian ditata kembali dengan semangat

untuk memperbaiki akan menjadi rumah yang bisa ditempati lagi.

Pemikiran atau semangat positif inilah yang coba dibangun melalui

layanan psikososial yang diberikan.

“Perlu pendekatan yang berbeda saat kita menangani anak-anak

kecil dengan mereka yang sudah dewasa,” kata Sr. Goretti, sapaan

Maria Goretti Djanuria Samosir, RGS.

“Anak-anak butuh didekati dulu hingga merasa nyaman dengan

kita, baru kemudian bisa ditanya tentang apa yang dia alami atau

dia rasakan. Sedangkan mereka yang sudah dewasa sudah bisa

diajak untuk sharing apa yang dialami,” tambahnya.

Hal tersebut terlihat ketika Sr. Goretti mendampingi sebuah

keluarga yang kehilangan salah seorang anggota keluarganya di

Desa Langaleso akibat bencana likuifaksi. Ia meluangkan waktu

untuk membuat Syeffa (3) dan Angel (5) merasa nyaman untuk

kemudian bercerita tentang ibu mereka yang menjadi korban.

Kepada sang ayah, Sr. Goretti berpesan agar meluangkan waktu

untuk melepaskan emosinya dalam ruang dan waktu yang tepat

dari kesedihan yang dipendam akibat kehilangan istri tercintanya.

Selain di beberapa posko pengungsian, Kareba Palu Koro

berkesempatan mendampingi tim ini ketika memberikan layanan

psikososial di Sekolah Bala Keselamatan di Palu. Sasarannya adalah

para pelajar SMP. Dibagi menjadi dua kelompok, anak-anak dari

satu kelas diajak untuk berbagi pengalaman mereka saat bencana

terjadi. Diawali dengan berdoa dan bernyanyi, anak-anak diajak

untuk membuat sebuah bentuk dengan menggunakan plastisin

yang mengingatkan mereka pada detik-detik terjadinya bencana.

Ada yang membuat simbol radio, boneka, dan lain-lain. Dari

kegiatan tersebut, anak-anak semacam dibuka untuk kemudian

mau berbagi cerita tentang apa yang mereka alami saat bencana

terjadi baik tertulis maupun secara lisan.

Sebelum berbagi cerita, anak-anak diminta untuk berkomitmen

untuk mengeluarkan unek-unek atau perasaan yang selama ini

dipendam. “Mau menangis pun tidak apa-apa. Teman-teman yang

lain harus mendengarkan dan tidak boleh menertawakan jika ada

teman yang menangis,” pesan Ivon kepada anak-anak.

“Kita tidak akan bisa melupakan masa lalu, tapi dengan berpikir

positif kita akan dapat belajar banyak hal dari masa lalu untuk

perbaikan ke depannya,” tutup Ivon. (mdk)

RECOVERADIO, SAMBUNG SUARA PEMULIHAN GEMPA DAN TSUNAMI

Elshinta meluncurkan Recoveradio pada Senin (12/11), sebuah

media yang diharapkan dapat menyampaikan perkembangan

informasi bagi masyarakat, penyintas, relawan, dan pemerintah

tentang perkembangan proses dalam masa transisi darurat menuju

pemulihan di Palu, Sigi, dan Donggala yang terhitung dari 27

Oktober hingga 25 Desember 2018.

“Ini adalah pilot project, dan Palu menjadi wilayah pertama untuk

menerapkan proyek ini,” ungkap Dwi Iswanto, penyiar Elshinta.

Dalam proyek ini, Elshinta menggandeng radio-radio setempat

seperti Cakrawala FM, Nebula FM, Ramayana FM, MS FM, dan Skip

FM.

“Nanti kita akan siaran dari Cakrawala FM. Partner lokal sangat

penting karena mereka sudah punya jaringan yang luas,” kata Dwi.

Dalam acara yang diadakan di halaman kantor Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sigi ini,

Recoveradio mengadakan siaran langsung perdana. Hadir dalam

siaran perdana ini Bupati Sigi, Muhamad Irwan Lapata beserta

wakilnya, Paulina, S.E., M.Si. Hadir pula Perwakilan Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Sigi dan beberapa perwakilan

dari posko relawan diantaranya Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,

BPBD, ACT, BSMI, dan ERCB.

Pemerintah kabupaten Sigi sangat menyambut baik kegiatan

ini dan siap bersinergi dengan Recoveradio untuk menyediakan

informasi bagi masyarakat.

“Saya mewakili pemerintah dan masyarakat Sigi sangat

berterima kasih atas kinerja para relawan yang begitu gigih

membantu masyarakat. Recoveradio ini sangat tepat karena

disaat masyarakat bingung mencari sumber informasi, radio bisa

menjangkau masyarakat luas,” kata Irwan.

Recoveradio sudah mendapat izin penyiaran dari Menkominfo

untuk 6 bulan kedepan dan bisa diperpanjang. “Kita liat

perkembangannya, jika media ini masih dibutuhkan saya pikir kita

akan perpanjang sesuai kebutuhan yang ada,” Dwi menambahkan.

Siaran Recoveradio ini dapat didengarkan di 91,2 FM atau dengan

menggunakan aplikasi Elshinta Mobile. (zan/mdk)

02

Page 3: LAYANAN KESEHATAN DAN PSIKOSOSIAL · mengeluhkan nyeri otot dan nyeri kepala. “Hal ini dimungkinkan akibat kondisi ... melakukan kegiatan play therapy, role play, menggambar atau

KAREBA PALU KORO

Tidak hanya gempa dan tsunami, di beberapa kecamatan di Sulawesi Tengah juga dilanda banjir bandang pada 21 Oktober 2018 lalu. Hujan lebat yang menyebabkan banjir bandang ini sempat memutus beberapa jalur, seperti jalur ke Kulawi. Pada Sabtu (3/11), tim ERCB mencoba menembus Kulawi sekaligus melakukan kajian kebutuhan pasca bencana.

Jalur yang terputus adalah antara Desa

Salua dan Desa Namo dan sama sekali

tidak bisa dilewati kendaraan karena

dipenuhi lumpur dan potongan-potongan

kayu. Setidaknya empat kecamatan, yaitu

Kecamatan Lindu, Kecamatan Kulawi,

Kecamatan Kulawi Selatan, dan Kecamatan

Pipikoro terisolir untuk sementara waktu.

“Sudah kurang lebih seminggu ini, jalur

menuju Kulawi sudah dapat dilewati baik

dengan kendaraan roda dua maupun

roda empat,” kata Suaib, seorang warga

Dusun Sadaunta. Namun tetap dibutuhkan

kehati-hatian ekstra saat melintas jalur

tersebut, terutama jalur antara Salua dan

Namo. Di beberapa bagian masih terlihat

sisi tebing yang masih rawan longsor.

Batang-batang kayu juga masih nampak

di beberapa bagian tebing. Di beberapa

titik, jika menggunakan kendaraan roda

empat, untuk kendaraan yang berlawanan

arah harus bergantian untuk melewatinya

karena lebar jalan sementara yang

dapat dilewati terbatas dan jurang yang

mengancam di salah satu sisi. Diberlakukan

jadwal buka tutup di jalur ini. Jalur hanya

dibuka pada pukul 11.00 sampai dengan

pukul 13.00 WITA dan pukul 16.00 sampai

dengan pukul 20.00 WITA.

“Di luar jam-jam tersebut, jalur menuju

dan dari Kulawi ditutup untuk pengerjaan

jalan,” tambah Suaib. Pemberlakuan

penutupan jalan dengan menggunakan

portal yang diletakkan di Dusun Sadaunta,

Desa Namo. Tampak petugas keamanan

juga berjaga disana.

Saat beristirahat di dusun tersebut,

terlihat 2 buah excavator sedang

dikerahkan untuk mengamankan bagian

tebing dengan membuat semacam teras di

bagian tengah tebing tersebut. Diharapkan

dengan adanya teras tersebut, jika terjadi

longsor maka longsoran akan tertahan dan

tidak sampai ke jalan. Tanah hasil kerukan

bagian tebing tersebut dibuang ke jalan

untuk kemudian diratakan dan dikeraskan

dengan menggunakan menggunakan alat

berat lainnya. Di beberapa titik lainnya,

kami juga sempat berpapasan dengan

para pekerja yang meratakan jalan dengan

menggunakan alat berat.

Perjalanan menuju Kulawi masih sekitar

kurang lebih 10 km. Sepanjang perjalanan

tersebut, terlihat beberapa titik longsor

walaupun dalam skala kecil. Nampak

juga retakan-retakan di jalan yang dilalui.

Untuk desa-desa di Kecamatan Kulawi,

sebagian besar kerusakan diakibatkan oleh

gempa. Posko-posko pengungsian nampak

didirikan untuk para warga terdampak.

Namun yang menarik adalah, banyak

warga terdampak di wilayah Kulawi yang

sudah membangun hunian sementara

dengan menggunakan bahan-bahan yang

masih dapat dimanfaatkan dari sisa-sisa

rumah yang rusak akibat gempa.

Berbentuk rumah panggung, para

warga membangun hunian-hunian

sementara tersebut dengan menggunakan

bahan utama bambu, kayu, dan seng.

Bentuk rumah panggung dipilih agar

alas rumah tidak langsung tanah akan

tetapi bisa menggunakan kayu. Selain

itu, jika turun hujan, maka air tidak masuk

ke dalam hunian sementara tersebut,

seperti yang nampak di Desa Boladangko

ketika kami singgah disana. Kepala Desa

Boladangko, Roni Tohama dan para warga

yang rumahnya rusak akibat gempa,

membangun hunian sementara di pinggir

sebuah lapangan. “Kami memilih untuk

tinggal disini untuk sementara waktu

daripada kembali ke perkampungan,” kata

Roni.

Pemandangan yang sama kami lihat

ketika masuk ke Desa Tangkulowi. Para

warga membangun kembali rumah-

rumah mereka yang rusak dengan kayu,

bambu, dan seng. Berbeda dengan di

Desa Boladangko, di desa ini, warga

membangun hunian sementara di lokasi

bekas rumah mereka.

Selain kebutuhan akan beras dan

bahan makanan lainnya, peralatan rumah

tangga seperti alat-alat untuk memasak

juga dibutuhkan. Sarana untuk anak-anak

sekolah juga perlu diperhatikan. (mdk)

MENEMBUS KULAWIHuntara Desa Boladangko. Foto: Martin Dody/ERCB

03

Page 4: LAYANAN KESEHATAN DAN PSIKOSOSIAL · mengeluhkan nyeri otot dan nyeri kepala. “Hal ini dimungkinkan akibat kondisi ... melakukan kegiatan play therapy, role play, menggambar atau

KAREBA PALU KORO

Kareba Palu Koro adalah media penyebaran informasi terkait penanganan bencana di Sulawesi Tengah yang dikelola oleh Jaringan Emergency Response Capacity Building (ERCB) pada masa tanggap darurat hingga masa rehabilitasi pasca bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi 28 September 2018 di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Media ini didukung oleh pendanaan dari SHO dan Cordaid dan terbit dua mingguan.

Pemimpin Redaksi: Arfiana Khairunnisa, KARINA Yogyakarta

Redaksi: Martin Dody Kumoro, M. Fauzan, Jaringan ERCB

Saran dan masukan dapat dikirimkan melalui [email protected] atau dialamatkan ke Jl. Karanja Lembah, Lorong BTN Polda, Samping Perum Kelapa GadingDesa Kalukubula, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi, Sulteng

TANGKI AIR DAN WATER PURIFIER MULAI DIDISTRIBUSIKAN

Air, sanitasi, dan kebersihan menjadi

perhatian Tim ERCB sejak menginjakkan kaki

di Sulawesi Tengah pada 4 Oktober 2018.

Hal tersebut karena penyintas gempa dan

tsunami tidak hidup dalam kondisi normal.

Yang dimaksud dengan kondisi normal adalah

dimana mereka tinggal di lingkungan yang

cukup ideal dimana terdapat rumah beserta

fasilitas air bersih dan MCKnya.

Di dalam kondisi pasca bencana, seperti yang

dialami warga terdampak gempa, tsunami,

dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala,

kesulitan untuk mendapatkan air bersih menjadi

permasalahan tersendiri yang jika tidak segera

diatasi akan menimbulkan permasalahan lebih

lanjut terkait kesehatan. Keluhan gatal-gatal

banyak dijumpai di posko-posko pengungsian

yang masih minim sarana air bersihnya.

Tim ERCB berupaya untuk mendistribusikan

tangki air ke posko-posko pengungsian.

Berdasarkan kajian, penyintas kesulitan

mendapatkan air bersih baik untuk dikonsumsi

maupun untuk kegiatan MCK. Rencananya,

sebanyak 35 tangki air kapasitas 2000 dan 1000

liter akan didistribusikan. Hingga 3 November

2018, sudah didistribusikan sebanyak 20 tangki

air ke delapan desa di Palu, Sigi, dan Donggala.

“Kita memakai pendekatan yang sedikit

berbeda dalam pendistribusian tangki air.

Lokasi-lokasi yang diberi bantuan adalah

lokasi yang berdasarkan kajian memiliki

sumber air. Hal tersebut untuk meminimalkan

ketergantungan pasokan air dengan

menggunakan truk air,” terang Ilham Syaiful

Huda dari Lembaga Pengembangan Teknologi

Pedesaan (LPTP). Di beberapa desa, seperti

di Desa Salua, Kabupaten Sigi, air ditampung

di tangki air ukuran 2000 liter baru kemudian

didistribusikan ke tangki-tangki yang lebih kecil

dengan menggunakan pipa.

Untuk menjamin ketersediaan air bersih untuk

dikonsumsi, pengiriman tangki air tersebut

disertai pula dengan pemberian water purifier

yang berfungsi untuk menyaring air dari hasil

penampungan agar siap dan aman untuk

dikonsumsi. Masyarakat diberi petunjuk tentang

cara merangkai water purifier tersebut dan

kapan filter harus diganti.

Berbagai bantuan berupa beras, lauk pauk,

terpal, palet untuk alas di tenda-tenda terus

diupayakan untuk diberikan kepada para warga

terdampak baik di Palu, Sigi, maupun Donggala.

Tidak hanya itu, layanan kesehatan, trauma

healing, dan juga taman bermain anak juga

diberikan agar walaupun warga terdampak

tinggal di posko-posko pengungsian namun

bisa lebih bermartabat. (mdk)

REDAKSIONAL

Bantuan tangki air dan water purifier ke Desa Salua

Foto: Martin Dody/ERCB

04