apendisitis akut pada kehamilan

17
Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan ke pada Tuhan Yang MAHA ESA. bahwa penulis telah menyelesaikan tugas referat yang membahas mengenai penyakit Apendiktomi Pada Kehamilan Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan pembimbing sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Pembimbing yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini. 2. Teman – teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin Salam Sejahtera penyusun

Upload: phil-adit-r

Post on 11-Apr-2017

121 views

Category:

Education


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke pada Tuhan Yang MAHA ESA. bahwa penulis telah menyelesaikan tugas referat yang membahas mengenai penyakit Apendiktomi Pada Kehamilan

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan pembimbing sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Pembimbing yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.

2. Teman – teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin

Salam Sejahtera

penyusun

Page 2: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

Halaman cover

Kata pengantar…………………………………………………………………………………….1

Daftar isi…………………………………………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Struktur Apendiks Vermiformis ………………………………………………………….4b. Fisiologi………………………………………………………………………………...…c. Apendisitis Akut ……………………………………………………………………….…d. Apendisitis Akut Pada Kehamilan…………….…………………………………………..e. Pemeriksaan……………………………………………………………………………….f. Dianosisg. Diagnossi Bandingh. Penatalaksanaan…..………………………………………………………………………i. Komplikasi……………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………………………13 Saran……………………………………………………………………………………..13

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………14

BAB I PENDAHULUAN

2

Page 3: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

Apendisitis merupakan peradangan pada umbai cacing atau apendisitis versiformis. Orang awam menyebutnya sebagai peradangan pada usus buntu. Usus buntu ini merupakan penonjolan kecil berbentuk halus sebesar jari kelingking yang berada di usus besar tepatnya di daerah perbatasan dengan usus. Sesuai namanya,usus buntu merupakan benar-benar saluran usus yang ujungnya buntu. Usus buntu ini memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, namun bukan merupakan organ yang penting.

Apendisitis merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi abdomen kegawatdaruratan. Insidensi apendisitis akut di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatanabdomen. Apendisitis umumnya penyakit pada usia belasan dan awal 20-an dengan penurunan setelah usia 30 tahun.

Diagnosis apendisitis harus ditegakkan dini dan tindakan harus segera dilakukan. Keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan penyulit perforasi dengan segala akibatnya. Peranan pemeriksaan penunjang khusunya di bidang radiologisangat penting untuk membantu penegakan diagnosis apendisitis sehingga penanganan yang diberikan dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan akurat berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut

Apendisitis selama kehamilan menyebabkan suatu dilema klinis. Perubahan anatomis seperti yang diuraikan diatas, sebagai akibat membesarnya uterus, dan peningkatan vaskularisasi di daerah pelvis menyebabkan sulitnya untuk melokalisir infeksi sebagai suatu mekanisme pertahanan alamiah. Gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium tidaklah memberikan gambaran akurat terhadap proses infeksi. Pengobatan konservatif tidak merupakan pilihan, malahan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya. Lebih bijaksana untuk melakukan pembedahan eksplorasi walaupun tidak ditemukan kelainan apa-apa daripada menunggu berkembanganya gejala dan tanda yang mengarah kepada apendisitis.

Pembedahan segera merupakan pilihan pengobatan dan akan memberi hasil yang memuaskan pada berbagai usia gestasi asalkan belum terjadi perforasi. Anestesi yang dilakukan oleh orang yang berpengalaman menangani wanita hamil lebih penting dari metode anestesi yang digunakan. Perlakuan yang gentle terhadap uterus selama operasi sangatlah penting untuk mencegah timbulnya komplikasi obstetri. Drainase yang sesuai untuk material purulen harus digunakan untuk mencegah komplikasi supurasi setelah operasi. Terapi antibiotika ajuvan diperlukan pada kebanyakan kasus. Ada banyak pilihan antibiotika yang dapat digunakan dan relatif aman selama kehamilan; antibiotika seperti tetrasiklin atau kloramfenikol harus dihindari. Tokolitik post operatif hanya diperlukan jika ada indikasi adanya ancaman persalinan prematur.

Ruptur atau perforasi dari abses apendiks yang berdekatan dengan uterus, dan peritonitis akan membawa akibat buruk dari kelangsungan kehamilan. Secara umum, dengan intervensi segera dan tidak adanya komplikasi supurasi, prognosis untuk kelangsungan kesehatan bagi ibu dan janin selama kehamilan adalah baik.

3

Page 4: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4

Page 5: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

Anatomi Apendiks Vermiformis 5

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira – kirta 10 cm (kisaran 3 – 5 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagiam distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kea rah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus apendiks, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks pengantungnya.

Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.

Perarafan parasimpatis berasal dari cabang n. vagus yang mengikuti a mesenterika superior dan a. apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n. torakalis X. oleh karena itu. Nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilicus.

Perdarahan apendiks berasal dari a. apedikularis yang merupakam arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi apendiks akan mengalami gangren.

Fisiologi Apendiks Vermiformis 5

5

Page 6: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

Apendiks menghasilkan lender 1 – 2 ml per hari. Lender itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.

Imunoglobin secretor yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikianm pengangkatan apendiks tidak memengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.1

Apendisitis Akut

a. Defenisi 5 6 7

Merupakan keadaan akut abdomen yang paling sering. Paling sering pada decade kedua dan ketiga, sejajar dengan jumlah jaringan limfoid pada apendiks. Rasio pria : wanita 2:1 usia 15 – 25 tahun, tetapi selanjutnya 1:1 insiden telah menurun dalam beberapa decade terakhir.

b. Etiologi dan patogenesis 5 6 7

Obstruksi lumen disebabkan oleh fekalit, hipertrofi limfoid, barium kering, biji, atau cacing usus. Gejala – gejala obstruki lingkaran tertutup berkembang karena sekresi mukosa terus menerus sampai kapasitas lumen 0,1 mL dank arena multiplikasi cepat dari bakteri dalam apendiks. Distensi merangsang serat nyeri aferen visceral, menimbulkan nyeri abdomen bawah dan tengah yang samar – samar, tumpul difus. Distensi mendadak dapat menyebabkan peristaltic dengan kram. Tekanan vena berlebihan dan aliran arteriol ke dalam menyebabkan kongesti vascular apendiks, dengan reflex mual. Pembendungan serosa merangsang peradangan peritoneum parietalis dengan pergeseran atau nyeri yang lebih hebat ke kuadran kanan bawah. Gangguan mukosa memungkinkan invasi bakteri, dan selanjutnya timbul demam, takikardi, dan lekositosis. Dengan distensi yang makin progresif, terjadi infark antimesenterik dan perforasi. Kadang episode apendisitis akut dapat menghilang jika obstruksi dihilangkan; pemeriksaan patologi selanjutnya menemukan dinding apendiks yang menebal dan berjaringan parut.

Apendisitis akut pada kehamilan 1 3

Kejadian appendicitis akut dalam kehamilan dan di luar kehamilan tidaklah berbeda. Kejadian satu diantara 1000 sampai 2000 wanita hamil. Akan tetapi kejadia perforasi, lebih sering pada kehamilan, yaitu 1,5 sampai 3,5 kali dari wanita tidak hamil. Hal ini karena diagnosis dini appendicitis akuta kadang – kadang sulit dibuat, sering meragukan, atau dikacaukan oleh keadaan – keadaan lain seperti:

6

Page 7: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

a. Gejala dan tanda rasa mual, muntah, anoreksia, perut kembung, dan nyeri di perut sering dijumpai pula pada kelainan lain dari apendisitis.

b. Adanya leukositosis fisiologik dalam kehamilan yang mungkin menyerupai jumlah leukosit pada apendisitis akuta.

c. Berpindahnya letak sekum akibat dorongan rahim yang makin membesar, menyebabkan letak appendiks juga berpindah. Pada akhir pertengahan usia kehamilan, appendiks terletak di bagian kanan atas, sehingga gambaran klinik yang diberikan oleh apendisitis yang biasa tidak menunjukan gambar seperti di luar kehamilan.

d. Adanya relaksasi otot – otot dinding perut pada kehamilan lanjut, menyebabkan tanda – tanda nyeri, kekakuan dinding perut, menjadi tak jelas.

e. Tanda – tanda appendisitis akut. Kadang – kadang diperlihatkan pula oleh kelainan – kelainan lain. Pielonefritis akut, salphingitis akut, rasa nyeri dari ligamentum rotundum pada kehamilan lebih lanjut, solusio plasenta tingkat permulaan, infeksi saluran kemih, persalinan premature, obstruksi usus halus. Pada masa nifas adanya endometris atau adneksitis.

PEMERIKSAAN 3 5 6 7

1. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling , sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.

Palpasi : Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Inidisebut tanda Rovsing ( Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawahdilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg ( Blumberg Sign).

Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan inidilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknyasulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, makakemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan inimerupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.

Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kananditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila

7

Page 8: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

apendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus yang merupakandinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaanini dilakukan pada apendisitis pelvika

2. Pemeriksaan Penunjang.

Laboratorium: terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkapditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofildiatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.

Radiologi: terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.

Diagnosis 2

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15 – 20% kasus. Kesalahan diagnosis lebih sering pada perempuan disbanding lelaki. Hal ini dapat disadari mengingat pada perempuan terutama yang masih muda sering timbul gangguan yang mirip apendisitis akut. Keluhan itu berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologik lainnya.

Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis akut biala diagnosis meragukan, sebaiknya dilakukan observasi penderta di rumah sakit dengan pengamatan 1 – 2 jam.

Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonograf bias meningkatkan akurasi diagnosis. Demikian pula laparoskopi pada kasus yang meragukan. Laboratorium pemeriksaan jumlah lekosit membantu menegakan diagnosis apendisitis akut. Pada kebanyakan kasus terdapat leukostitosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.

Diagnosis Banding 2 7

Gastrentritis Demam degue Limfadenitis mesenterica Kelainan Ovulasi Infeksi Panggul Kehamilan ektopik Kista ovarium Endometritis Eksterna Urolitiasis pielum/ureter kanan

8

Page 9: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

Penatalaksanaan 4 6

Terapi selalu operatif Karen lumen yang terobstruksi tidak akan sembuh dengan antibiotic saja. Apendisitis tanpa rupture diterapi dengan apendiktomi segera setalah evaluasi media selesai. Rupture apendisitis dengan peritonitis lockal atau flegmon, dioperasi setelah resusitasi awal untuk memperbaiki cairan serta elektrolit yang hilang. Rupture apendisitis dengan penyebaran pada peritonitis membutuhkan resusitasi cairan yang lebih luas, tetapi pasien harus menjalani operasi secara normal dalam 4 jam untuk mencegah berlanjutnya kontaminasi peritoneum.

Rupture apendisitis dengan pembentukan abses periapendiks dapat diterapi secara akut dengan operasi, tetapi berkaitan dengan morbiditas yang meningkat. Jika gejala sudah berlangsung beberapa hari, mereda, dan berkaitan dengan massa kuadran kanan bawah, terapi awal nonoperatif dengan resusitasi cairan istirahat usus, dan dosis besar antibiotic yang tepat, mungkin dapat dilakukan drainase abses dengan bimbingan ultrasonografi. Jika tanda – tanda vital, lkositosis, dan tanda –tanda abdomen makin berkembang, drainase abses dapat diindikasikan, diikuti oleh terapi konservatif. Disarankan apendiktomi dilakukan setelah 6 minggu – 3 bulan tetapi angka keseluruhan dari kekambuhan tanpa apendiktomi interval hanya 5% - 7%.

Antibiotic praoperasi merendahkan komplikasi infeksi, tetaoi paduan masih controversial: (1) antibiotic praoperasi hanya untuk dugaan adanya perforasi; (2) antibiotic praoperasi untuk semuanya dilanjutkan seperti yang diindikasikan bila ditemukan perforasi atau ganggren; (3) antibiotic praoperasi untuk semuanya, dilanjutkan 3 – 5 hari jika ditemukan setiap tahap apendisitis. Patogen dalam apendisitis akut adalah flora kolon campuran, baik aerob maupun anaerob; bacteroides fragilis membutuhkan antibiotic, klindamisin ditambah aminoglikan atau sefalosporin generasi kedua merupakan paduan yang popular.

Prosedur insisi harus pada kuadran kanan bawah untuk pasien dengan dugaan apendisitis. Insisi McBurney memberikan pajanan yang terbaik, tetapi membutuhkan insisi keduajika dibutuhkan prosedur alternative. Insisi rocky – davis dengan pemisahan otot dapat diperluas ke medial bila diperlukan. Insisi paramedian kanan atau garis tengah bawah digunakan untuk eksplorasi umum, tetapi merupakan kontraindikasi pada abses, karena materi yang terinfeksi harus dibawa melalui kavum peritoneum yang belum terkontaminasi.

Pangkal apendiks secara tradisional diligasi dan dibalik; risiko terjadinya abses sekali intramurai dari pembalikan pangkal yang terinfeksi adalah kecil. Pembalikan tanpa ligasi memberikan resiko perdarahan dari arteri apendiks. Ligasi tanpa pembalikan mengamankan hemotasis tetapi memungkinkan kontaminasi peritoneum dari mukosa pangkal yang terpajan atau pengikatan yang tergelincir.

9

Page 10: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

Jika tidak ditemukan apendisitis, organ – organ pelvis dan sisa visera abdomen di eksplorasi. Mesentrium diperiksa untuk limfadenitis. Ileum “dijalankan” untuk ileitis terminals atau diverticulitis meckel.

Drainase pus local disertai dengan drain lateral. Kavum peritonealis tidak dapat didrainase. Jika apendiks pecah, lemak subkutan dan kulit dibiarkan terbuka supaya menyembuh dengan pembentukan granulasi atau penutupan sekunder.

Apendiktomi sekarang dapat dilakukan dengan pendekatan laparoskopik. Ini terutama sesuai untuk wanita dimana diagnosis banding mencakup penyakit ginekologik. Alat stapling intrakorporal dipergunakan untuk membagi mesoapendiks dan basis apendiks.

Komplikasi 2

Komplikasi yang paling sering ditemuka adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus

10

Page 11: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Apendisitis merupakan keadaan akut abdomen yang paling sering. Paling sering pada decade kedua dan ketiga, sejajar dengan jumlah jaringan limfoid pada apendiks.

Gejala dan tanda klinis apendisitis adalah rasa mual, muntah, anoreksia, perut kembung, dan nyeri di perutyang sering.

Kejadian appendicitis akut dalam kehamilan dan di luar kehamilan tidaklah berbeda. Kejadian satu diantara 1000 sampai 2000 wanita hamil. Akan tetapi kejadian perforasi, lebih sering pada kehamilan.

Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis.

Terapi selalu operatif Karen lumen yang terobstruksi tidak akan sembuh dengan antibiotic saja. Apendisitis tanpa rupture diterapi dengan apendiktomi segera setalah evaluasi media selesai.

Saran

Apabila seorang wanita sebelum hamil atau sesudah hamil menderita penyakit apendisitis makan tindakan operatif dapat di pertimbangkan untuk menghindari komplikasi,

Antenatal care diperlukan oleh ibu hamil untuk memantau perkembangan janin guna menghindari hal – hal yang tidak diijinkan.

Merubah gaya hidup dengan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat sehingga terhindar dari konstipasi sehingga mengurangi tekanan intruluminal sehingga mencegah sumbatan apendiks.Selain itu makanana bergizi juga di perlukan untuk perkembangan janin.

Sebaiknya menghindari makanan yang non hidrohenik seperti cabai. Bila sering makan satu cabai, maka zat ini akan awet dalam tubuh sampai meninggal dunia, tidak keluar; kenyang terus; sehingga tidak ada gantian zat. Tetapi bila cabai dibuat sambal dengan seluruh jenis cabai merah, cabai hijau, cabai kuning; cabai hitam dan lain-lain, maka tidak berpengaruh terhadap kesehatan tubuh.

11

Page 12: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

Pasca operasi hindari makan makanan yang dapat menyebabkan alergi, konsumsi makanan anti-oksidan (tomat, dll.) Hindari konsumsi makanan yang menstimulasi (kopi, alkohol, rokok), dan minum air 6-8 gelas/hari

12

Page 13: Apendisitis Akut Pada Kehamilan

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gary dkk. Obtetri Wiliams edisi 21 vol 1. Jakarta: EGC 2005. Hal 614 2. Cunningham, F. Gary dkk. Obtetri Wiliams edisi 21 vol 2. Jakarta: EGC 2005. Hal 1431

– 14333. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta: 2010. Hal 823 - 8244. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta: 2009. Hal 663 - 6845. Sjamsuhidayat, R. dan Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah edisi kedua. Jakarta Penerbit

Buku Kedokteran, EGC 2004. Hal 639 – 6456. Schwartz shires, spencer. Intisari prinsip – prinsip Ilmu Bedah, Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran, EGC 2004. Hal 437 – 4327. Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins. Buku Ajar Patologi Robin Edisi

7 vol 2. Jakarta: EGC 2007. Hal 660 - 661

13