a.pendahuluan.doc

6
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) HAPESONG UKL/UPL I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Tapanuli Selatan (DTAPS) mempunyai lahan kebun kelapa sawit seluas ± 1.176,80 Ha. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berencana akan membangun perkebunan kelapa sawit di DTPS seluas ± 1.500 Ha dan di daerah Tapanuli Tengah seluas ± 7.000 Ha. Kebun kelapa sawit milik masyarakat di daerah sekitar DTAPS adalah seluas ± 11.636,25 Ha. Selama ini produksi TBS dari kebun kelapa sawit dari kebun DTAPS dijual ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sisumut yang berjarak ± 250 Km dengan biaya angkut rata-rata Rp 195.36,-/kg TBS. Hasil kebun masyarakat dijual melalui pemasok ke beberapa PKS yang posisinya berjarak antara 115 Km s/d 250 Km dari lokasi kebun masyarakat di Tapanuli selatan. Jarak PKS yang relatif jauh membutuhkan biaya pengangkutan yang tinggi sehingga menyebabkan harga jual TBS lebih rendah dari harga jual TBS di daerah lainnya. Jarak tempuh yang jauh menyebabkan mutu produksi akan menurun karena peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB) serta menyebabkan penyusutan berat TBS di PKS. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Hapesong berencana membangun Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 30 ton TBS per jam. Dengan adanya PKS ini diharapkan akan menampung TBS dari kebun DTAPS dan dari kebun masyarakat di sekitarnya. 2. TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan dan manfaat pembangunan PKS Hapesong adalah sebagai berikut : I-1

Upload: sondang-simamora

Post on 25-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: A.PENDAHULUAN.doc

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) HAPESONG UKL/UPL

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Tapanuli Selatan (DTAPS) mempunyai lahan kebun kelapa

sawit seluas ± 1.176,80 Ha. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berencana akan membangun

perkebunan kelapa sawit di DTPS seluas ± 1.500 Ha dan di daerah Tapanuli Tengah seluas ± 7.000 Ha.

Kebun kelapa sawit milik masyarakat di daerah sekitar DTAPS adalah seluas ± 11.636,25 Ha.

Selama ini produksi TBS dari kebun kelapa sawit dari kebun DTAPS dijual ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Sisumut yang berjarak ± 250 Km dengan biaya angkut rata-rata Rp 195.36,-/kg TBS. Hasil kebun

masyarakat dijual melalui pemasok ke beberapa PKS yang posisinya berjarak antara 115 Km s/d 250 Km

dari lokasi kebun masyarakat di Tapanuli selatan. Jarak PKS yang relatif jauh membutuhkan biaya

pengangkutan yang tinggi sehingga menyebabkan harga jual TBS lebih rendah dari harga jual TBS di

daerah lainnya. Jarak tempuh yang jauh menyebabkan mutu produksi akan menurun karena peningkatan

Asam Lemak Bebas (ALB) serta menyebabkan penyusutan berat TBS di PKS.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Hapesong berencana membangun Pabrik Kelapa Sawit

(PKS) dengan kapasitas 30 ton TBS per jam. Dengan adanya PKS ini diharapkan akan menampung TBS dari

kebun DTAPS dan dari kebun masyarakat di sekitarnya.

2. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dan manfaat pembangunan PKS Hapesong adalah sebagai berikut :

Memenuhi kebutuhan perlunya PKS di Kecamatan Batang Toru untuk menampung TBS dari

kebun DTPS PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan TBS dari kebun masyarakat di sekitarnya.

Meningkatkan pendapatan Petani kelapa sawit di daerah sekitarnya dari pengurangan biaya

pengangkutan yang selama ini ditanggung oleh petani.

Memenuhi kebutuhan akan lapangan pekerjaan dalam rangka mengurangi angka pengangguran di

di kabupaten Tapanuli Selatan khususnya di kecamatan Batang Toru.

Menumbuhkan iklim berusaha di kecamatan Batang Toru.

Meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar dengan prioritas pemberdayaan penduduk setempat

sebagai tenaga kerja dan dengan terbukanya kesempatan berusaha di lokasi studi.

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui penerimaan pajak dan retribusi.

I-1

Page 2: A.PENDAHULUAN.doc

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) HAPESONG UKL/UPL

3. DASAR HUKUM

Beberapa peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum di dalam penyusunan

UKL dan UPL dan yang akan digunakan sebagai dasar hukum didalam pelaksanaan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup selanjutnya adalah sebagai berikut.

3.1. Undang Undang

- Undang – Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan hidup.

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

- Undang -Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

- Undang-Undang Republik Indonesia no 40 tahun 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.

- Undang -Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional.

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

- Undang - Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

- Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistimnya.

- Undang-Undang Republik Indonesia RI Nomor 5 tahun 1984 Tentang Perindustrian.

3.2.Peraturan Pemerintah

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun.

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara.

I-2

Page 3: A.PENDAHULUAN.doc

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) HAPESONG UKL/UPL

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 jo 85 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah

Bahan Berbahaya Beracun (B3).

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup.

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.

- Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 35 tahun 1991 tentang sungai.

3.3. Keputusan/Peraturan Menteri

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang

Tentang Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan Lingkungan hidup dan

surat pernyataan kesanggupan Pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 tahun 2010 Tentang Tata laksana

pengendalian pencemaran air.

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2009 Tentang Tata laksana

perizinan dan pengawasan pengelolaan limbah Bahan berbahaya dan beracun serta pengawasan

pemulihan Akibat pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun oleh Pemerintah daerah.

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Tata Laksana

Perizinan Dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Pengawasan

Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 tahun 2007 Tentang Baku mutu emisi

sumber tidak bergerak bagi ketel uap.

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

- Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Persyaratan dan

Pengawasan Kualitas Air Minum.

- Keputusan Menteri Kesehatan No 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan kesehatan

lingkungan kerja, Perkantoran dan Industri.

- Keputusan Menteri Kesehatan No.876/MENKES/SK/VIII/2001 Tentang Pedoman Teknis Analisis

Dampak Kesehatan Lingkungan.

I-3

Page 4: A.PENDAHULUAN.doc

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) HAPESONG UKL/UPL

- Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di

Tempat Kerja.

- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP -48/MENLH/11/1996, tentang Baku

Mutu Tingkat Kebisingan.

- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Kep. 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu

Tingkat Kebauan.

- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor Kep 51/MENLH/10/1995

tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Pekerjaan

Awal, Berkala dan Khusus.

3.4. Keputusan Presiden

- Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

- Keputusan Presiden No.04 Tahun 1980 Tentang Wajib Lapor Lowongan Pekerjaan di Perusahaan.

3.5. Peraturan Daerah

- Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 07 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018.

- Peraturan Daerah Tapanuli Selatan No.14 Tahun 1998 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. IDENTITAS PEMRAKARSA

- Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) PKS Hapesong

- Nama Pemrakarsa : Ir. H. Amal Bakti Pulungan, MM

- Jabatan : Direktur Produksi

- Alamat Kantor : Jl. Sei Batang Hari No. 2 Medan 20122

- Telepon : 061 8452244

- Faximile : 061 8455177

- Lokasi Usaha/Kegiatan : Desa Perkebunan Hapesong Kecamatan Batang Toru,

Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara

- Jenis Usaha/Kegiatan : Pabrik Kelapa Sawit ( PMKS)

- Kapasitas Produksi : 30 Ton TBS/Jam

I-4