apakah gangguan spektrum autisme

17
Apakah Gangguan Spektrum Autisme (Autistic Spectrum Disorder) ? Gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak dalam area interaksi sosial, komunikasi dan perilaku Gangguan perilaku pada anak ini dikabarkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini. Penanganan yang diberikan untuk saat ini dalam bentuk terapi terpadu. Saat ini, autisme menjadi perhatian oleh masyarakat dunia, terutama oleh PBB, sehingga dengan demikian telah ditetapkan tanggal 2 April sebagai Hari Peduli Autisme sedunia. Hal ini disebabkan jumlah penyandangnya yang makin meningkat. Dimana menurut penelitian di Amerika setiap 150 kelahiran terdapat 1 anak autistik (1:150) di Inggris 1:100, di Australia 1:50. Bagaimana dengan Indonesia ?? Sama dengan negara-negara lain, penyandang autistik di Indonesia juga terus bertambah. Mungkin ini ada hubungannya dengan kesadaran masyarakat akan adanya gangguan perkembangan ini. Sayangnya, belum ada data yang menunjukkan berapa persis angka penyandang autisme di Indonesia. Kenali variant autisme Spektrum autisme adalah gejala autisme, dalam bentuk yang paling ringan hingga yang berat. Ternyata, meningkatnya kasus autisme bukan hanya pada kasus autisme klasik ala Kanner saja, tetapi juga terdapat pada variant autisme yang lebih ringan seperti Sindroma Asperger (Asperger Syndrome) dan atipikal autisme. Sindroma Asperger adalah gangguan neurologis yang dicirikan oleh pola spesifik dalam hal perilaku dan hambatan dalam keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi. Gejala yang nampak berupa kesulitan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian. Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara. Sedangkan atipikal autisme adalah jenis autisme yang tidak memenuhi kriteria gangguan autisme yang diisyaratkan oleh DSM-IV (Diagnostic and Statistic Manual = panduan dalam menegakkan diagnosa gangguan mental) Meski demikian, si kecil juga mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi secara timbal balik. Mungkin juga ia tidak menunjukkan gejala yang khas. Atau bisa juga gejala-gejalanya lebih ringan dari penyandang autisme klasik. Penanganan yang dilakukan Agar anak dapat 'keluar' dari gangguan ini, diperlukan intervensi. Bentuk intervensi itu macam-macam, tergantung dari metode yang dianut oleh pusat penanggulangan masalah perilaku atau perkembangan anak. Salah satu penanganan anak dengan gangguan spektrum autisme adalah terapi perkembangan terpadu

Upload: fabianus-tegar

Post on 03-Jan-2016

56 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

Page 1: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

Apakah Gangguan Spektrum Autisme (Autistic Spectrum Disorder) ?

Gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak dalam area interaksi sosial, komunikasi dan perilaku

Gangguan perilaku pada anak ini dikabarkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini. Penanganan yang diberikan untuk saat ini dalam bentuk terapi terpadu.

Saat ini, autisme menjadi perhatian oleh masyarakat dunia, terutama oleh PBB, sehingga dengan demikian telah ditetapkan tanggal 2 April sebagai Hari Peduli Autisme sedunia. Hal ini disebabkan jumlah penyandangnya yang makin meningkat. Dimana menurut penelitian di Amerika setiap 150 kelahiran terdapat 1 anak autistik (1:150) di Inggris 1:100, di Australia 1:50. Bagaimana dengan Indonesia ??

Sama dengan negara-negara lain, penyandang autistik di Indonesia juga terus bertambah. Mungkin ini ada hubungannya dengan kesadaran masyarakat akan adanya gangguan perkembangan ini. Sayangnya, belum ada data yang menunjukkan berapa persis angka penyandang autisme di Indonesia.

Kenali variant autisme

Spektrum autisme adalah gejala autisme, dalam bentuk yang paling ringan hingga yang berat. Ternyata, meningkatnya kasus autisme bukan hanya pada kasus autisme klasik ala Kanner saja, tetapi juga terdapat pada variant autisme yang lebih ringan seperti Sindroma Asperger (Asperger Syndrome) dan atipikal autisme.

Sindroma Asperger adalah gangguan neurologis yang dicirikan oleh pola spesifik dalam hal perilaku dan hambatan dalam keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi. Gejala yang nampak berupa kesulitan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian. Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara.

Sedangkan atipikal autisme adalah jenis autisme yang tidak memenuhi kriteria gangguan autisme yang diisyaratkan oleh DSM-IV (Diagnostic and Statistic Manual = panduan dalam menegakkan diagnosa gangguan mental) Meski demikian, si kecil juga mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi secara timbal balik. Mungkin juga ia tidak menunjukkan gejala yang khas. Atau bisa juga gejala-gejalanya lebih ringan dari penyandang autisme klasik.

Penanganan yang dilakukan

Agar anak dapat 'keluar' dari gangguan ini, diperlukan intervensi. Bentuk intervensi itu macam-macam, tergantung dari metode yang dianut oleh pusat penanggulangan masalah perilaku atau perkembangan anak. Salah satu penanganan anak dengan gangguan spektrum autisme adalah terapi perkembangan terpadu

Terapi ini terdiri dari terapi okupasi dengan penekanan pada terapi Sensory Integration (Integrasi Sensorik) yang dipadukan dengan metode Floor Time, dimana bentuk terapi ini diberikan setelah anak diketahui menyandang gangguan semua spektrum autisme, dengan tujuan meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Namun bila anak memerlukan, masih ditambah lagi dengan Strategi Visual yang baru diberikan bila anak sudah benar-benar siap menerima terapi ini.

Apakah Floor Time ? Secara harafiah, Floor Time adalah bermain di lantai. Metode bermain interaktif yang spontan dan menyenangkan bagi anak ini yang bertujuan mengembangkan interaksi dan komunikasi si kecil. Floor Time bisa dilakukan oleh siapapun yang merupakan orang-orang terdekat si kecil, mulai dari orang tua, terapis, kakek, nenek, maupun pengasuh si kecil.

Bagaimana bentuk permainannnya ? Bisa apa saja, yang penting permainannya  interaktif dan komunikatif. Misal bermain pura-pura (orang tua menjadi singa, si kecil jadi mangsa) Sebaiknya metode ini dilakukan 6-10 kali sehari, masing-masing selama 20-30 menit. Lawan main anak harus sabar dan santai dalam melaksanakan metode ini. Sebab Floor Time bertujuan untuk membentuk komunikasi dua arah antara anak dan lawan bicaranya, serta mendorong munculnya ide dan membantu anak mampu berpikir logis. Agar bisa melakukan Floor Time dengan baik, orang tua perlu bimbingan psikolog yang paham dan berpengalaman dengan metode ini.

Page 2: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

Lalu bagaimana dengan Strategi Visual ? Umumnya penyandang autisme lebih mampu berpikir secara visual. Jadi, ia lebih mudah mengerti apa yang dilihatnya daripada apa yang didengarnya. Oleh karena itu, Strategi Visual dipilih agar anak lebih mudah memahami berbagai hal yang ingin anda sampaikan. Biasanya, ia akan diperkenalkan pada berbagai aktivitas keseharian, larangan-aturan, jadwal, dan sebagainya lewat gambar-gambar. Misalnya, gambar urutan dari cara menggosok gigi, mencuci tangan, dan sebagainya.

Dengan Strategi Visual, diharapkan anak memahami situasi, aturan, mengatasi rasa cemas, serta mengantisipasi kondisi yang akan terjadi. Dengan cara ini, berbagai perilaku yang seringkali menyulitkan, seperti sulit berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain, sulit memahami urutan suatu aktivitas, rasa takut atau cemas jika tidak tahu apa yang akan dikerjakan atau yang terjadi, dan sebagainya bisa diminimalkan. Anak pun akan menunjukkan perilaku yang lebih sesuai dengan lingkungannya.

Diperlukan kerjasama dari semua pihak

Supaya  gangguan spektrum autisme bisa diatasi secara optimal, diperlukan kerjasam yang erat antara orangtua, terapis, dokter, psikolog, serta guru di sekolah, jika anak bersekolah. Guru juga perlu tahu kalau penanganan anak autistik sangat berbeda dengan anak normal lainnya. Dengan demikian penanganan anak bisa lebih baik lagi.

Dalam kerja sama tim ini, orangtua adalah anggota tim yang paling memegang peranan terbesar. Karena orangtua adalah orang yang terdekat dengan anak. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, semua ini sangat tergantung dari usaha orangtua.

Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).

(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 dari gejala di bawah ini :

Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju

Tidak bisa bermain dengan teman sebaya Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain) Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik

(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :

Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal

Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru

(3) Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :

Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda

C.TANDA DAN GEJALATanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam

berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus diwaspadai:

Ø  Usia o-6 bulan:ü  Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)ü  Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusikü  Tidak ditemukan senyum social diatas 10 mingguü  Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan

Page 3: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

ü  Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normalØ  Usia 6-12 bulan:ü  Bayi tampak terlalu tenangü  Terlalu sensitiveü  Sulit di gendongü  Tidak ditemukan senyum sosialü  Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihanØ  Usia 1-2 tahun:ü  Kaku bila di gendongü  Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)ü  Tidak mengeluarkan kataü  Tidak tertarik pada bonekaü  Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halusØ  Usia 2-3 tahun:ü  Tidak bias bicaraü  Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya)ü  Hiperaktifü  Kontak mata kurangØ  Usia 3-5 tahun:ü  Sering didapatkan ekolalia (membeo)ü  Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar)ü  Marah bila rutinitasyang seharus berubahü  Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)

Emosi

Karena anak autis tidak bisa mengungkapkan apa yang mereka inginkan sehingga sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya, kadang suka menyerang dan merusak, Kadang- kadang anak autis berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri, tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif (Sacharin, R, M, 1996: 305), Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, Kapla dan Sadock 2000).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.

1. B.     Epidemiologi

Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.

1. C.    Etiologi

Penyebab Autisme diantaranya:

1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara)

2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara

faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.

Page 4: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi.6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.

VIVAnews - Sampai saat ini, pemicu autisme belum diketahui secara jelas. Namun, seorang psikolog dari University of Cambridge, Inggris, mengungkap kalau salah satu penyebab autisme adalah karena hasil keturunan orangtua yang sangat andal dalam bidang eksakta.

Sebelumnya, beberapa ilmuwan menyimpulkan, bahwa sebagian besar tokoh teknologi dunia memiliki gangguan spektrum autisme (ASD). Hal ini membuat mereka kesulitan memahami bahasa, bersosialisasi dan sering bermasalah dalam hal perilaku, yang merupakan ciri khas dari gangguan autisme. 

Dari kesimpulan tersebut, lalu berkembang teori yang menyebutkan kalau orang yang berprofesi di bidang ilmu pengetahuan dan teknik, memang memiliki karakteristik autisme. Termasuk, berisiko tinggi memiliki anak yang juga mengalami gangguan autisme.

Hal ini lalu diteliti oleh Simon Baron-Cohen, psikolog dari University of Cambridge, Inggris. Menurut teori yang ia kembangkan selama 15 tahun terakhir, orangtua dari anak-anak autis dan anak itu sendiri, memiliki bakat untuk memahami dan menganalisis prediksi, berdasarkan aturan sistem seperti mesin, matematika atau program komputer.

"Gen yang membuat orangtua berpikir teknis inilah, yang menurut saya menyebabkan autisme, ketika diturunkan pada anak-anaknya. Terutama, bila dikombinasikan dengan dosis gen serupa," kata Cohen, seperti dikutip dari nature.com.

Selama ini, memang ada stereotipe bahwa ilmuwan dalam bidang teknik cenderung 'kutu buku' dan tak mudah bergaul. Baron-Cohen juga berspekulasi bahwa tokoh-tokoh seperti Albert Einstein dan Isaac Newton mengalami sindroma Asperger, salah satu gejala autisme.

Faktor Genetik

Dari sekian banyak teori yang berkembang soal pemicu autis, memang ada kesimpulan yang selalu sama. Bahwa, faktor genetik berperan besar dalam risiko gangguan autisme. "Jika orangtua menunjukkan gejala autisme, kemungkinan besar memiliki anak yang juga mengalami autisme," kata Cohen.

Kesimpulan Cohen ini, juga diamini oleh Bryna Siegel, seorang psikolog klinis yang bekerja di klinik autis, University of California, San Francisco, Amerika Serikat. "Hal ini memang sesuai dengan yang saya alami dan pengalaman setidaknya beberapa dokter," katanya.

Namun, beberapa kritikan juga muncul menanggapi teori pemicu autisme yang dikembangkan Cohen. Menurut John Constantino, psikiater dari Washington University, data yang digunakan Cohen, tak cukup untuk mendukung teori-teorinya.

"Memang ada hipotesis yang bagus untuk terus dikembangkan, namun hal ini harus dibuktikan melalui serangkaian tes," kata Constantino.

PENATALKSANAAN KEPERAWATAN:Ø  Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara yang lebih baik.Ø  Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anakØ  Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya sringkali tidak memahami mereka.mereka

merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.

Anak-anak yang mengalami gangguan autis dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan gangguan yang dialaminya. Terapi autis antara lain:Terapi WicaraTerapi wicara ini berguna untuk melatih suara dan melancarkan otot-otot mulut sehingga dapat melatih anak berbicara lebih baik.

Page 5: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

Contoh: memijat pipi, metode sikat khusus lidah, dan latihan suara. Terapi untuk melatih motorik halusTerapi ini untuk melatih kepekaan tangan dan melatih otot tangan. Contoh: pemijatan tangan, memasukan campuran terigu dengan air kemudian anak dilatih untuk meremas campuran terigu tersebut. Terapi BermainTerapi bermain ini untuk melatih mengajarkan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya, teman-teman, dan benda-benda disekelilingnya.Contoh: melatih anak untuk menyebutkan nama tempat, nama teman-teman/orang-orang disekelilingnya dan memyebutkan nama-nama benda. Terapi medikamentosa/obat-obatan/drug therapyTerapi obat/medikamentosa pada dasarnya untuk menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang. Pemberian obat ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala-gejala autis yang negatif.Terapi VisualTerapi visual berguna untuk melatih anak mengingat benda-benda dalam bentuk gambar.Contoh: terapi ini bisa dilakukan seperti bermain, jadi orangtua memperlihatkan suatu gambar lalu menyuruh anaknya untuk mengikutinya. Terapi melalui makan/diet therapyTerapi makanan/diet makanan adalah sebuah keharusan untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan autis. Biasanya anak yang mengalami gangguan autis, peka terhadap makanan tertentu, misalnya makanan yang banyak mengandung protein.Contoh: mengurangi makanan yang banyak mengandung bahan terigu, gula, coklat. Terapi melatih motorik kasarUntuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak autis seperti pendengaran, penglihatan, perabaan. Contoh: melatih anak untuk melompat, naik turun tangga dan berenang. Terapi pendengaranTerapi pendengaran untuk melatih kepekaan pendengaran anak autis agar lebih sempurna.Contoh: terapi ini bisa dilakukan dengan menyebutkan kata- kata, dengan bantuan alat yang dipukul, atau dengan alat musik. Terapi pembuangan racunUntuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang merusak mulai dari keracunan logam berat (mercury), dan zat-zat dalam tubuh anak yang mengakibatkan anak mengalami gangguan autis. Terapi ini hanya dapat dilakukan oleh dokter dan pihak-pihak yang berwenang. Terapi dengan menggunakan airTerapi ini membantu anak autis untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktivitas di air.Contoh: bermain dengan air seperti memindahkan air dari satu ember ke ember yang lainnya, atau mengajak anak sesekali untuk berenang.Terapi MusikTerapi musik pada anak autis untuk melatih pendengaran anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi dan mengingat nada-nadanya. Contoh: bermain piano, gitar atau alat musik lainnya.

Masih banyak jenis terapi autis yang lain. Terapi autis harus disesuaikan dengan jenis kebutuhan anak autis. Terapi yang dipilih harus di lakukan pengukuran, apakah terapi yang dipilih efektif atau tidak. Tetapi bisa saja terapi autis bisa diterapkan beberapa jenis terapi sekaligus karena biasanya terapi autis saling mendukung. G.PROGNOSISAnak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.

ENIS- JENIS AUTISMEAutismedalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakansalah satu dari lima jenis gangguan dibawah lingkup PDD (Perpasive Development Disorder )di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder ) dan ADD (Attention Deficit Disorder ).Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkanbeberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah lingkup PDD, yaitu:1.

Page 6: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanyahambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif  serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.2.Asperger¶s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa danbicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.3.Pervasive Developmental Disorder ± Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk padaistilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkankeseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).4.Rett¶s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadikemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuanfungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 ± 4 tahun.5.Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangankemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya

Klasifikasi autisme diperlukan untuk menentukan bagaimana arah treatment yang diperlukan oleh anak autism. Dengan adanya klasifikasi autisme, dapat memberikan gambaran sejauh mana tingkat gangguan austim anak.

Menurut Veskarisyanti (2008), ada beberapa klasifikasi autisme, diantaranya:

Aloof

Merupakan ciri yang klasik dan secara umum diketahui oleh kebanyakan orang. Anak dengan autisme tipe ini senantiasa berusaha menarik diri dari kontak sosial dan cenderung untuk memojokkan diri pada sudut – sudut ruangan. Apabila anak autistik dalam kelompok ini berdekatan dengan orang lain, anak tersebut akan merasa tidak nyaman dan marah. Keengganan untuk berinteraksi terhadap sebayanya terlihat nyata bila dibandingkan berinteraksi dengan orangtuanya (Hadis, 2006).

Passive

Anak dengan autisme tipe ini tidak berusaha untuk mengadakan kontak sosial, melainkan hanya menerima saja. Autistik jenis ini merupakan group yang paling mudah ditangani. Dilihat dari segi kemampuan, anak autistik pada kelompok passive lebih tinggi bila dibandingkan dengan anak autistik pada group aloof. Kemampuan visual lebih baik bila dibandingkan dengan kemampuan verbal dan koordinasi (Hadis, 2006)

Active but odd

Anak dengan autisme tipe ini cenderung akan melakukan pendekatan, namun hanya bersifat satu sisi yang bersifat repetitif dan aneh. Kemampuan bicara pada autistik jenis ini seringkali lebih baik bila dibandingkan dengan kedua group lainnya. Mimik cenderung terbatas dan kontak mata dengan orang lain tidak sesuai, kadang terlalu lama sehingga terlihat aneh (Hadis, 2006).

Klasifikasi autisme ini, digunakan untuk mempermudah bagi para orang tua, bagaimana harus menghadapi anak autis dengan tipe-tipe tertentu. Jenis-jenis terapi yang akan diberikan pada anak autism juga ditentukan oleh klasifikasi autisme.

Perkembangan anak autis akan berbeda dengan perkembangan anak-anak yang normal. Menurut Wenar (1994) autisme berkembang pada 30 bulan pertama dalam hidup, saat dimensi dasar dari keterkaitan antar manusia dibangun, karenanya periode perkembangan yang dibahas akan dibagi menjadi masa infant dan toddler dan masa prasekolah dan kanak-kanak tengah.

Masa infant dan toddler

Page 7: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

Hubungan dengan care giver merupakan pusat dari masa ini. Pada kasus autisme sejumlah faktor berhubungan untuk membedakan perkembangannya dengan perkembangan anak normal.

Masa prasekolah dan kanak-kanak tengah

a. Faktor afektif-motivasional --- Motivasi untuk menjadi partisipan aktif yang kuat pada anak normal, lemah pada anak autis. Anak autis kurang tertarik dengan teman sebayanya. Anak autis kurang dalam empati, yaitu proses dimana seseorang berespon secara afektif terhadap orang lain seperti mereka mengalami affect yang sama dengan orang tersebut.

b. Reciprocity --- Pada anak autis, ketidakmampuan untuk berpartisipasi secara penuh dalam interkasi sosial resiprokal yang sesuai umur dapat bertahan seumur hidup mereka.

Kesulitan-kesulitan yang dialami anak autis dalam masa perkembangannya

Karena autis adalah salah satu gangguan perilaku yang kompleks, sehingga anak yang mengalami autis dalam masa perkembangannya juga mengalami kesulitan-kesulitan. Kesulitan itu antara lain:

1. Kesulitan penerimaan --- Mereka sulit mengenali wajah atau suara dari foto atau rekaman suara, mungkin karena kesulitan kognitif dalam memproses stimulus sosial yang kompleks. Anak autis memahami penyebab dari emosi setidaknya pada level- level sederhana. Misalnya: mereka memahami hubungan antara situasi dan affect. Orang merasa senang saat pesta ulang tahun, sedih saat jatuh.

2. Kesulitan ekspresif --- Mereka kurang dalam hal malu, afeksi dan bersalah yang biasanya muncul pada anak normal usia 2-3 tahun. Mereka juga mengalami kekurangan dalam ekspresi wajah, miskinnya gesture tubuh dan kurangnya modulasi dalam aspek ekspresif dari suara yang memberikan kesan kaku.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme7F. PEMERIKSAAN Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti dariberbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupunkomunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumenscreening  yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme: yChildhood Autism Rating Scale(CARS): skala peringkat autisme masa kanak-kanakyang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan padapengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasiberdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbalChecklis for Autism in Toddlers(CHAT): berupa daftar pemeriksaan autismepada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan,dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasikemampuan komunikasi dan sosial merekaThe Screening Test for Autism in Two-Years Old  : tesscreening autisme bagi anakusia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.

DIAGNOSA KEPERAWATANØ  Hambatan Komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan rangsangan sensori tidak adekuat,gangguan

keterampilan reseptif dan ketidakmampuan anak mengungkapkan perasaan.Ø  Isolasi social berhubungan dengan ketidakmampuan anak untuk percaya dengan orang lain dan menutup diri.Ø  Resiko tinggi cedera menyakiti diri sendiri berhubungan dengan kurangnya pengawasan.

C.INTERVENSI KEPERAWATANNo.DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Page 8: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

DX.1 hambatan Komunikasi verbal dan non verbal B/D rangsangan sensori tidak adekuat ,gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan anak untuk percaya dengan orang lain

DX.2Isolasi social B/D ketidakmampuan anak untuk percaya pada orang lain dan menutup diri

DX.3 Resiko tinggi cedera menyakiti diri sendiri B/D

Klien dapat berkomunikasi dan mampu mengungkapkan persaan kepada orang lain

klien mau memulai interaksi dengan teman sebaya

Klien tidak menyakiti diri sendiri

   Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi anak.

   Gunakan kalimat sederhana dan lambang sebagai media.

   Anjurkan kepada orang tua untuk melakukan tugas secara konsisten.

   Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anak sampai menguasai.

   Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.

   Berikan support pada keberhasilan anak   Bicara secara jelas dengan kalimat

sederhana.   Hindari kebisingan saat berkomunikasi.   Pertahankan kontak mata dalam

menyampaikan ungkapan non verbal

   Batasi jumlah temannya

   Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak

   Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan saling percaya.

   Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain

   Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan orang lain

   Berikan sentuhan,senyuman dan pelukan untuk menguatkan sosialisasi

   Bina hubungan saling percaya

   Kurangi penyebab yang menimbulkan kecemasan anak

   Alihkan perilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari peningkatan kecemasan

   Alihkan perhatian dengan hiburan untuk menurunkan kecemasan anak

   Lindungi anak ketika perilaku menyakiti diri terjadi

   Perhatikan lingkungan yang aman

Page 9: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

1. PERENCANAAN DAN RASIONALISASIMenurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk mengatasi masalah keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan pervasife autisme antara lain:1.

1. Resiko terhadap mutilasi diriTujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative (misalnya memulai interaksi antara diri

dengan perawat) sebagai respons terhadap kecemasan dengan criteria hasil:1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa cemas

Intervensi1. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang kondusif untuk mencegah

perilaku merusak diriRasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan anak)

1. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai respon terhadap kecemasanRasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara /alternative pemecahan yang tepat

1. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik – narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris

Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera1. Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat

Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan saling percaya dengan pasien 1. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu – waktu mening-katnya kecemasan agar tidak

terjadi mutilasiRasional alam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-perilaku mutilasi diri dan

memberikan rasa aman1. Kerusakan interaksi sosial Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi perawatan yang ditandai dengan

sikap responsive pada wajah dan kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil: o Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang laino Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal

lainnya dalam berinteraksi dengan orang laino Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain

Intervensi o Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan keper-cayaan

Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan

o Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress

Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu aman bila anak merasa distres

o Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling percaya

Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling percaya

o Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman , dan pelukan

Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa

o Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain dilingkungannya

Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk hubungan saling percaya dapat memberikan rasa aman

1. Kerusakan komunikasi verbal Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan ditandai dengan sikap

responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah ditentukan dengan kriteria hasil: o Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain

Page 10: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

o Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbalo Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain

Intervensi o Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi anak

Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi pasien

o Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan pola komunikasi terbentuk Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi kecemasan anak sehingga

anak akan dapat mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan asertifo Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk menguraikan kode pola komunikasi

( misalnya :” Apakah anda bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?” ) Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi dari pesan yang diterima,

menjelaskan pengertian-pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati untuk tidak “berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya”

o Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan contoh

Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat yang murni terhadap dan hormat kepada seseorang

1. Gangguan Indentitas Pribadi Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi

perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil:

o Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain

o Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)

Intervensi: o Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak

Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan pembentukan data kepercayaano Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatan-kegiatan perawatan diri,

seperti berpakaian dan makan Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anda terhadap diri sebagai

sesuatu yang terpisah dari orang laino Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya

Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain

o Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai kepercayaan anak telah terbentuk

Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan sebagai suatu ancaman oleh pasieno Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-batas tubuh dengan

menggunakan cermin dan lukisan serta gambar-gambar dari anak Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk tubuh dan gambaran diri pada anak

secara tepat

By. Rusana, S.Kep., NsPengertian

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997).Perkembangan Menurut Denver II

Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.a. Aspek Perkembangan yang dinilai

Page 11: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

Terdiri dari 125 tugas perkembangan.Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugasAda 4 sektor perkembangan yang dinilai:1) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (bahasa)Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

b. Alat yang digunakanØ Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/

permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).

Ø Lembar formulir DDST IIØ Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.

c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:

3-6 bulan9-12 bulan

1 8-24 bulan3 tahun4 tahun5 tahun

2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

d. PenilaianJika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).

CARA PEMERIKSAAN DDST II§ Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk

satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. § Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari

dibulatkan ke atas.§ Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir

DDST.§ Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.§ Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.

1) Abnormala) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebihb) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1

keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

2) Meragukana) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebihb) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus

pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:

Contoh perhitungan anak dengan prematur:

Page 12: Apakah Gangguan Spektrum Autisme

An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula!Diketahui:Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006Tanggal periksa : 1-4-2008Prematur : 32 mingguDitanyakan:Berapa usia kronologis An. Lula?Jawab:2008 – 4 – 1 An. Lula prematur 32 minggu2006 – 8 – 5 Aterm = 37 minggu_________ - Maka 37 – 32 = 5 minggu 1 – 7 -26Ø Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau1 tahun 8 bulan atau 20 bulanUsia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:Ø 1 tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hariAtau

1 tahun 7 bulan atau 19 bulanInterpretasi dari nilai Denver IIØ Advanced

Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)

Ø OKMelewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75

Ø CautionGagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90

Ø DelayGagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu

Interpretasi tesØ Normal

Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaanØ Suspect

Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaanØ Untestable

Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%

Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer