apa itu stem cell

7
APA ITU STEM CELL?? 1. Setiap tubuh manusia mempunyai STEM CELL sehingga menyebabkan manusia tumbuh dari bayi menjadi dewasa. 2. Pada umur 20 tahun terdapat 60 trilyun sel dimana setiap 10.000 sel terdapat 1 STEM CELL 3. 60 trilyun sel tersebut semakin tua , ada yang berkurang dan ada yang mati sehingga pada usia 60 tahun hanya menjadi 30-40 trilyun saja yang hidup. 4. Jika terjadi sakit itu disebabkan STEM CELL tidak aktif . Contoh jika orang sakit diabetes maka supaya sembuh HARUS DIAKTIFKAN STEM CELL di pankreasnya sehingga bisa menghasilkan insulin lagi. 5. Menurut ilmuwan : cara untuk mengaktifkan STEM CELL yaitu dengan gelombang energi fotonetron atau PHOTON ENERGI WAVE yang berasal dari fray infra red jarak jauh sebesar 9,35 um dimana 9,35 um sama yang dimiliki oleh tubuh manusia. 6. Dengan teknologi NANO : photon energi wave bisa masuk menembus 15 cm ke dalam tubuh manusia. 7. Photon energy wave menimbulkan efek panas dalam tubuh manusia yang disebabkan oleh gelombang resonansi 289.000x 10 pangkat 8 per detik. Apa Itu Transplantasi Sel Punca (Stem Cell)? DEFINISI Sel punca (Stem cell) adalah sel yang tidak khusus yang berasal dari semua sel yang dikhususkan yang diperoleh. Orang dewasa, sama seperti embrio, memiliki sel punca. Sel punca untuk jenis sel darah berbeda bisa diperoleh dari sumsum tulang atau, dalam jumlah kecil, berasal dari darah. sel punca diperoleh dari janin yang dianggap terbaik karena mereka lebih mungkin untuk bertahan dalam pencangkokan dibading mereka yang diperoleh dari anak-anak atau orang dewasa. Pencangkokkan sumsum tulang adalah salah satu jenis pencangkokkan sel punca, karena sumsum tulang mengandung sel punca yang menghasilkan lebih banyak sel darah. Pencangkokan sel punca bisa digunakan sebagai bagian pada pengobatan leukemia, jenis lymphoma tertentu (termasuk penyakit Hodgkin), dan anemia aplastic. Yang bisa juga digunakan untuk mengobati anak dengan gangguan genetika tertentu, termasuk thalassemia, anemia sel sickle, dan beberapa metabolisme bawaan atau gangguan immunodeficiency (seperti penyakit granulomatous kronis). Jenis sel punca tertentu bisa juga digunakan sebagai cangkok untuk orang yang sumsum tulangnya dihancurkan dengan kemoterapi atau terapi radiasi dosis tinggi digunakan untuk mengobati kanker seperti kanker payudara. Pencangkokkan sel punca bisa jadi sangat berguna untuk mengobati gangguan lainnya, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer, dimana sel punca yang dicangkokkan bisa jadi sel otak.

Upload: hawk-indo

Post on 24-Jul-2015

123 views

Category:

Health & Medicine


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Apa itu Stem Cell

APA ITU STEM CELL??

1. Setiap tubuh manusia mempunyai STEM CELL sehingga menyebabkan manusia tumbuh dari bayi menjadi dewasa.

2. Pada umur 20 tahun terdapat 60 trilyun sel dimana setiap 10.000 sel terdapat 1 STEM CELL 3. 60 trilyun sel tersebut semakin tua , ada yang berkurang dan ada yang mati sehingga pada usia 60

tahun hanya menjadi 30-40 trilyun saja yang hidup.4. Jika terjadi sakit itu disebabkan STEM CELL tidak aktif . Contoh jika orang sakit diabetes maka

supaya sembuh HARUS DIAKTIFKAN STEM CELL di pankreasnya sehingga bisa menghasilkan insulin lagi.

5. Menurut ilmuwan : cara untuk mengaktifkan STEM CELL yaitu dengan gelombang energi fotonetron atau PHOTON ENERGI WAVE yang berasal dari fray infra red jarak jauh sebesar 9,35 um dimana 9,35 um sama yang dimiliki oleh tubuh manusia.

6. Dengan teknologi NANO : photon energi wave bisa masuk menembus 15 cm ke dalam tubuh manusia.

7. Photon energy wave menimbulkan efek panas dalam tubuh manusia yang disebabkan oleh gelombang resonansi 289.000x 10 pangkat 8 per detik.

Apa Itu Transplantasi Sel Punca (Stem Cell)?

DEFINISISel punca (Stem cell) adalah sel yang tidak khusus yang berasal dari semua sel yang dikhususkan yang diperoleh. Orang dewasa, sama seperti embrio, memiliki sel punca. Sel punca untuk jenis sel darah berbeda bisa diperoleh dari sumsum tulang atau, dalam jumlah kecil, berasal dari darah. sel punca diperoleh dari janin yang dianggap terbaik karena mereka lebih mungkin untuk bertahan dalam pencangkokan dibading mereka yang diperoleh dari anak-anak atau orang dewasa. Pencangkokkan sumsum tulang adalah salah satu jenis pencangkokkan sel punca, karena sumsum tulang mengandung sel punca yang menghasilkan lebih banyak sel darah.

Pencangkokan sel punca bisa digunakan sebagai bagian pada pengobatan leukemia, jenis lymphoma tertentu (termasuk penyakit Hodgkin), dan anemia aplastic. Yang bisa juga digunakan untuk mengobati anak dengan gangguan genetika tertentu, termasuk thalassemia, anemia sel sickle, dan beberapa metabolisme bawaan atau gangguan immunodeficiency (seperti penyakit granulomatous kronis). Jenis sel punca tertentu bisa juga digunakan sebagai cangkok untuk orang yang sumsum tulangnya dihancurkan dengan kemoterapi atau terapi radiasi dosis tinggi digunakan untuk mengobati kanker seperti kanker payudara. Pencangkokkan sel punca bisa jadi sangat berguna untuk mengobati gangguan lainnya, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer, dimana sel punca yang dicangkokkan bisa jadi sel otak.

Sel punca kemungkinan sel orang itu sendiri (sebuah prosedur yang disebut pencangkokan autologous) atau mereka yang adalah donor (sebuah prosedur yang disebut pencangkokan allogeneic). Ketika sel punca orang itu sendiri digunakan, mereka dikumpulkan sebelum kemoterapi atau terapi radiasi karena pengobatan ini bisa merusak sel punca. Mereka disuntikkan kembali kedalam tubuh setelah pengobatan tersebut.

Untuk pencangkokan sumsum tulang, donor biasanya diberikan bius umum. Kemudian seorang dokter memindahkan sumsum dari tulang pinggul donor dengan sebuah syringe. Pemindahan sumsum tulang memerlukan waktu 1 jam.

Kadangkala sel punca dari orang dewasa diperoleh dari darah pada prosedur pasien rawat jalan. Mula-mula, donor tersebut diberikan obat yang menyebabkan sumsum tulang melepaskan lebih banyak sel punca ke dalam aliran darah. kemudian darah tersebut diambil melalui sebuah kateter dimasukkan ke salah satu lengan dan dialirkan melalui sebuah mesin yang memindahkan sel punca. Seluruh darah tersebut kembali ke orang tersebut melalui sebuah kateter yang dimasukkan ke dalam lengan lainnya.

Page 2: Apa itu Stem Cell

Biasanya, sekitar 2 sampai 4 jam sesi selama periode 1 sampai 2 minggu diperlukan untuk memeprolah sel batag yang cukup. Sel punca bisa diawetkan untuk digunakan kemudian dengan membekukan mereka.

Dokter menyuntik sel punca ke dalam pembuluh si penerima. Sel punca yang disuntikkan berpindah tempat dan berkembang di dalam tulang si penerima dan menghasilkan sel darah.

Pencangkokan sel punca beresiko karena sel darah putih si penerima telah dihancurkan atau berkurang jumlahnya oleh kemoterapi atau radiasi terapi. Akibatnya, resiko infeksi sangat tinggi untuk sekitar 2 sampai 3 minggu sampai sel punca yang didonasikan bisa menghasilkan sel darah putih yang cukup untuk melindungi dari infeksi.

Masalah lain adalah bahwa sumsum tulang yang baru diperoleh dari orang lain bisa menghasilkan sel yang menyerang sel si penerima, menyebabkan penyakit graft-versus-host. Selanjutnya, gangguan semula bisa terulang.

Resiko infeksi bisa dikurangi dengan menjaga penerima donor di ruang isolasi untuk jangka waktu tertentu (sampai sel yang dicangkokkan mulai menghasilkan sel darah). selama waktu ini, anggota staff dan pengunjung harus menggunakan penutup muka dan baju panjang dan mencuci tangan mereka secara menyeluruh sebelum memasuki ruang tersebut. antibody yang diisolasi dari danar pendonor kemungkinan diberikan secara infus kepada penerima untuk membantu melindungi dari infeksi. Faktor pertumbuhan, yang merangsang produksi sel darag, bisa membantu mengurangi resiko infeksi dan penyakit graft-versus-host.

Penerima cangkok punca sel biasanya tetap tinggal di rumah sakit untuk 1 sampai 2 bulan. Setelah keluar dari rumah sakit, kujungan lanjutan diperlukan pada jarak yang teratur. Kebanyakan orang memerlukan setidaknya 1 tahun untuk sembuh.

Stem Sel Pengobatan Masa Depan Umat ManusiaMancanegara

Kata-kata bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya yang selalu terngiang-ngiang di kepala para peneliti di dunia kedokteran membuat mereka tidak pernah berputus asa mencari obat untuk segala macam penyakit. Salah satu teknologi kedokteran yang saat ini sedang dikembangkan yaitu stem sel. Pengembangan stem sel memberi harapan bagi penyembuhan berbagai penyakit yang belum ada obatnya sampai saat ini. Walaupun masih kontroversial karena berbenturan dengan permasalahan etika.

Apa itu Stem Sel?Stem sel atau sel induk adalah sel yang dalam perkembangan embrio manusia menjadi sel awal yang tumbuh menjadi berbagai organ manusia. Sel ini belum terspesialisasi dan mampu berdeferensiasi menjadi berbagai sel matang dan mampu meregenerasi diri sendiri.

Sel induk dibagi menjadi sel stem embrionik dan sel stem dewasa. Sel stem embrionik adalah sel yang diambil dari inner cell mass, suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang berusia lima hari dan terdiri atas seratus sel. Sel ini dapat berkembang biak dalam media kultur optimal menjadi berbagai sel, seperti sel jantung, sel kulit, dan saraf.

Sumber lain adalah sel stem dewasa, yakni sel induk yang terdapat di semua organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan. Tubuh kita mengalami perusakan oleh berbagai faktor dan semua kerusakan yang mengakibatkan kematian jaringan dan sel akan dibersihkan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus, sumsum tulang, dan darah tali pusat.

Page 3: Apa itu Stem Cell

Sel induk embrionik maupun sel induk dewasa sangat besar potensinya untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, seperti infark jantung, stroke, parkinson, diabetes, berbagai macam kanker; terutama kanker darah dan osteoarthritis. Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak.

Keuntungan sel induk dari embrio di antaranya ia mudah didapat dari klinik fertilitas dan bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh. Pada kultur sel ini dapat berpoliferasi beratus kali lipat sehingga berumur panjang, Namun, sel induk ini berisiko menimbulkan kanker jika terkontaminasi, berpotensi menimbulkan penolakan, dan secara etika sangat kontroversial.

Sementara sel induk dewasa dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan imun, sudah terspesialisasi sehingga induksi jadi lebih sederhana dan secara etika tidak ada masalah. Kerugiannya, sel induk dewasa ini jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur, masa hidupnya tidak selama sel induk dari embrio, dan bersifat multipoten sehingga diferensiasinya tidak seluas sel induk dari embrio.

Sejarah Pemanfaatan Stem SelTerapi pengobatan yang menggunakan stem sel mulai digunakan sejak keberhasilan transplantasi sumsum tulang untuk yang pertama kalinya pada tahun 1968.1 Kemudian, stem sel embrionik pluripotent dan stem sel multipotent dewasa digunakan untuk membuat jaringan manusia yang akan ditransplantasi ke pasien dengan indikasi kelainan yang disebabkan oleh degenerasi atau perlukaan sel, jaringan, dan organ. Perkembangan terbaru teknik penumbuhan stem sel embrionik manusia pada kultur dan peningkatan pengetahuan para peneliti mengenai jalur diferensiasi sel telah memperluas penggunaan terapi ini.

Pada tahun 1963, peneliti di dunia kedokteran menemukan bahwa sel induk dari tali pusat dapat dipakai si bayi dan keluarganya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Darah di dalam ari-ari dan tali pusat mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah yang sejenis dengan sel induk yang ditemukan di dalam sumsum tulang.Pencangkokan darah tali pusat (umbilical cord blood) pertama kali dilakukan pada seorang anak penderita anemia fanconi di Paris pada tahun 1988. Keberhasilan pencangkokan itu membuka pandangan baru dalam pemanfaatan darah tali pusat yang sebelumnya tidak berguna. Setelah diteliti lebih lanjut, banyak keuntungan yang ditawarkan dibandingkan dengan transplantasi sumsum tulang yang semula jadi primadona. Stem sel dewasa dari darah tali pusat memiliki kemampuan proliferasi yang lebih tinggi daripada dari sumsum tulang. Selain itu, pencangkokan dengan menggunakan sel induk dewasa dari darah tali pusat ini memiliki tingkat kecocokan lebih tinggi dibandingkan sumsum tulang.

Sel induk sumsum tulang dan darah tali pusat sejauh ini telah berhasil digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kelainan darah. Hingga kini sedikitnya 3.000 pencangkokan darah tali pusat telah dilakukan. Lebih dari 72 penyakit yang terbukti dapat diobati dengan pencangkokan sel induk ini, di antaranya leukemia, keropos tulang (osteoporosis), dan kanker payudara. Kebanyakan dari penyakit yang disembuhkan adalah penyakit akut, seperti leukemia akut dan kronis, anemia fanconi, anemia aplastic, dan penyakit auto immune. Namun pada kanker payudara, stem sel terbukti tidak menolong.

Pada tahun 1993, di Jerman telah dilakukan sebuah penelitian yang melibatkan 885 pasien berumur kurang dari 56 tahun penderita kanker payudara yang tidak bermetastasis dan telah dioperasi. Pasien yang mendapat perlakuan konvensional diberikan fluorouracil, epirubricin,dan cyclophosphamide setiap tiga minggu, diikuti radioterapi dan perlakuan dengan tamoxifen, untuk empat siklus dari perlakuan. Pasien dari kelompok perlakuan dosis tinggi menerima perlakuan cara yang sama untuk 4 siklus pertama, tetapi perlakuan kelima terdiri dari dosis tinggi cyclophosphamide, thiotepa, dan carboplatin diikuti transplantasi stem sel hematopoietik darah tepi pasien sendiri. Hasilnya, 5 wanita meninggal pada kelompok dengan perlakuan dosis tinggi yaitu 1 selama perlakuan, dan 4 pada 100 hari setelah transplantasi stem sel.

Sebuah penelitian lain dilakukan pada tahun 1191 melibatkan 540 wanita yang menderita kanker payudara dan paling sedikit 10 diantaranya positif memiliki axillary nodes. Mereka diperlakukan baik dengan 6 siklus dari kemoterapi dengan cyclophosphamide, doxorubicin, dan fluorouracil maupun dengan kemoterapi diikuti 1 siklus kemoterapi dosis tinggi dengan cyclophosphamide dan thiotepa dan transplantasi hematopoietik stem sel autolog.

Page 4: Apa itu Stem Cell

Hasilnya, 9 wanita meninggal pada kelompok yang mendapat perlakuan dosis tinggi. Peneliti menemukan bahwa penambahan transplantasi stem sel pada kemoterapi konvensional tidak memperbaiki penyakit, tetapi waktu untuk kambuhnya lebih panjang pada wanita yang menjalani transplantasi stem sel.Masih Menjadi Kontroversi

Sejauh ini, penggunaan sel stem embrionik masih dibayangi masalah etika dan dilarang di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat dan Perancis. Pemerintah Federal Amerika Serikat melarang pendanaan penelitian yang menggunakan sel induk berasal dari embrio, tetapi tidak melarang penelitian itu sendiri. Hal ini menyebabkan penelitian dilakukan pihak swasta tanpa pengawasan yang baik.

Namun, di beberapa negara, seperti Singapura, Korea, dan India, penggunaan sel stem embrionik manusia untuk kedokteran regeneratif diperbolehkan. Kanada membolehkan penggunaan embrio sisa bayi tabung untuk penelitian sel induk. Swedia mendukung kegiatan pengklonan embrio untuk tujuan pengobatan. Di Inggris, pihak swasta diperbolehkan membuat sel induk dari embrio.

Bahkan, Singapura menanamkan modal dalam upaya penelitian sel induk yang berasal dari embrio sebesar 300 juta dollar AS dengan mengembangkan Biopolis, suatu taman ilmu yang modern dengan tujuan khusus penelitian sel induk. Di Singapura juga telah didirikan suatu bank penyimpanan darah tali pusat.

Permasalahan etika itu dengan pesat muncul ke permukaan karena sumber sel induk adalah berupa embrio dari hasil abortus, zigot sisa dan hasil pengklonan. Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan, seperti apakah penelitian embrio manusia secara moral dapat dipertanggungjawabkan? Apakah penelitian yang menyebabkan kematian embrio itu melanggar hak asasi manusia dan berkurangnya penghormatan pada makhluk hidup? Dibalik itu semua, banyak harapan yang timbul dari penelitian sel induk dari embrio ini. Sel ini berpotensi berkembang jadi berbagai jenis sel yang menyusun aneka jenis organ tubuh. Sungguh luar biasa bukan?Tak Kunjung Selesai

Dewasa ini sudah ada sejumlah peneliti melaporkan suatu cara memperoleh embrio yang etis, antara lain dengan cara membuat embrio partenogenetik dan melalui transfer inti yang diubah. Ini disebut pembuatan embrio yang etis. Pembentukannya dilakukan dengan penyuntikan suatu protein sperma pada sel telur yang memicu proses fertilisasi dan sel telur mulai membelah.

Pembelahan sel telur ini hanya dapat berkembang sampai stadium blastosis dan sel induk embrio kemudian dapat dipanen. Pada transfer inti yang diubah dilakukan transfer inti dengan DNA yang sudah diubah sehingga hasil fertilisasi tidak dapat berkembang jadi embrio atau fetus. Ia berhenti pada stadium blastosis. Menurut pendukung gagasan ini, gumpalan sel yang terbentuk tidak dapat disebut embrio karena tidak sempurna.

Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh sel induk menimbulkan kontroversi lantaran berhubungan dengan pengklonan manusia atau pengklonan reproduksi yang ditentang semua agama. Dalam proses pemanenan sel induk dari embrio terjadi kerusakan pada embrio yang menyebabkannya mati. Pandangan bahwa embrio mempunyai status moral sama dengan manusia menyebabkan hal ini sulit diterima. Karena itu, pembuatan embrio untuk tujuan penelitian merupakan hal yang tidak dapat diterima banyak pihak.

Perdebatan tentang status moral embrio berkisar tentang apakah embrio harus diperlakukan sebagai manusia atau sesuatu yang berpotensi sebagai manusia, atau sebagai jaringan hidup. Pandangan yang moderat menganggap suatu embrio berhak mendapat penghormatan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Semakin tua usia embrio, kian tinggi tingkat penghormatan yang diberikan. Pandangan liberal menganggap embrio pada stadium blastosis hanya sebagai gumpalan sel dan belum merupakan manusia sehingga dapat dipakai untuk penelitian. Namun, pandangan konservatif menganggap blastosis sebagai makhluk hidup. Salah satu cara untuk menghindari masalah etika penggunaan embrio manusia adalah dengan eksperimen pengklonan lintas spesies. Teknologi ini masih dikembangkan dan belum banyak dikaji dari segi ilmiah dan etika.

Semoga jalan keluar terhadap penyakit yang kini mulai meresahkan seperti Flu Burung, Flu Babi dan penyakit lainnya bisa diatasi dengan stem sel. Tentunya tanpa kontroversi.