terapi allograft stem cell ditinjau dari hukum islam...

80
TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Oleh: Muhamad Purkon NIM : 1112043100021 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H / 2017M

Upload: lamdan

Post on 28-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI

HUKUM ISLAM

(Studi Kasus Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh:

Muhamad Purkon

NIM : 1112043100021

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H / 2017M

Page 2: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 3: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 4: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 5: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

ABSTRAK

Muhamad Purkon. NIM 1112043100021. TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DI

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN POSITIF (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT

CIPTO MANGUNKUSUMO). Program studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, 1438 / 2017 M. Ix

+ 52 halaman + 10 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hukum terapi allograft stem cell baik hukum

Islam dan Positif dalam pelaksanaannya di RSCM sebagai studi kasusnya. Karena saat ini

pelayanan medis Sel Punca khususnya yang Allogenic sudah dilakukan di hampir belasan

Rumah Sakit yang telah terkoneksi dan bekerjasama dengan puluhan lembaga Bank Sel

Punca baik dibawah naungan institusi negara maupun swasta. Dalam hal ini penulis memilih

objek penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dengan alasan rumah

sakit tersebut merupakan rumah sakit pembina dari belasan rumah sakit lainnya yang juga

menyediakan fasilitas pelayanan berupa terapi Sel Punca.

Penulis ingin mengetahui pelaksanaan pelayanan medis Sel Punca di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo (RSCM) Yang merupakan satu dari dua Rumah Sakit pembina Sel

Punca di Indonesia yakni RSCM itu sendiri dan Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya,

khususnya bagaimana implementasi pelayanannya berdasarkan regulasi perundang-undangan

yang ada, lantas bagaimana pula korelasinya dengan hukum Islam.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan normatif – empiris dengan jenis

penelitian kualitatif, serta melibatkan ahli dibidang Sel Punca dari Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM) sebagai narasumber otentik sumber data penulis. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara secara langsung kepada ahli dan juga

dari jurnal-jurnal ilmiah yang penulis dapatkan dari berbagai sumber.

Hasil penelitian menunjukan bahwa proses terapi medis Sel Punca(Stem cell) di

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menggunakan SOP (Standar Opertional

Procedur) yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan dalam berbagai regulasi yang

telah dikeluarkannya.

Kata Kunci : Terapi Sel Punca(Stem Cell), Allogenic (Allograft), Hukum Islam, Hukum

Positif.

Pembimbing I : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA

Pembimbing II : Qasim Arsyadani, S.Ag, MA

Daftar Pustaka : Tahun 1996 s.d. Tahun 2015

Page 6: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

vi

بسم هللا الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan beribu nikmat yang beberapa nikmat diantaranya

yakni adalah nikmat iman, islam dan juga nikmat sehat wal afiat sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ praktik stem cell allograft

di tinjau dari hukum islam dan positif ” studi kasus praktik pelayanan medis di

rumah sakit cipto mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Rasulullah

Muhammad SAW yang membawa umatnya dari dari zaman jahiliyah hingga

jaman yang terang dengan diinul Islam.

Selama penulis menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta sangat banyak pengalaman dan pelajaran hidup yang dapat

penulis ambil baik suka maupun duka. Dengan ini penulis ingin mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. Dekan fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.

2. Kepala Program Studi Perbandingan Mazdhab Hukum (PMH) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Fahmi Muhammad

Ahmadi, M.Si. Yang telah banyak membantu dan memberikan saran yang

bersifat membangun dan mengispirasi penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Sekretaris program studi Perbandingan Mazdhab Hukum (PMH)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr.Ibu Siti

Hana, MA. Yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi

dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Dosen pembimbing skripsi I yakni Bapak Dr. Ahmad Sudirman Abbas,

MA. Yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, serta meluangkan

waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Page 7: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

vii

5. Dosen pembimbing skripsi II yakni Bapak Qasim Arsyadani, S.Ag, MA.

Yang telah banyak memotivasi, meluangkan waktunya, serta tak bosan-

bosannya memberikan arahan perbaikan agar skripsi ini segera selesai.

6. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) secara umu, dan khususnya

Dosen Perbandingan Mazdhab Hukum (PMH) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada seluruh pegawai Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)

Jakarta yang telah membantu proses penelitian ini pada umumya, dan

Khususnya untuk Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K) yang telah berkenan

diwawancarai di tengah kesibukan beliau selaku dokter sekaligus

researcher dan kepala laboratorium Sel Punca RSCM.

8. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Muhammad Amien dan Ibu Hj. Siti

Aisyah, serta saudara-saudaraku sekalian yang telah sabar membesarkan,

mendidik, membiayai serta mendo’akanku, sehingga kini penulis berhasil

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada calon Istriku Linda Rahmawati. S.Pd yang telah memberikan

inpirasi idenya sehingga penulis mendapatkan judul dalam penelitian ini

dan orang tuanya yang senantiasa memberikan semangat dukungannya,

motivasinya, serta kesabarannya.

10. Kepada kawan-kawan seperjuanganku PMH 2012 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Ahmad Rifa’i, Eko Saputra, SH. dan Briliant eltamin

yang telah membantu penulis baik dalam berdiskusi hukum dan

mendapatkan kitab-kitab rujukan, sehingga terselesaikanlah penulisan

skripsi ini.

23 Jumadil akhir 1438H

22 Maret 2017

Jakarta:

Penulis

Page 8: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ................................................................ 6

C. Rumusan Masalah .................................................................... 7

D. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................. 7

E. Metode penelitian ..................................................................... 8

F. Kajian terdahulu ....................................................................... 10

G. Teknik penulisan ...................................................................... 11

H. Sistemtika penulisan ................................................................ 11

BAB 2 KAJIAN TEORI ALLOGRAFT STEM CELL

A. Defini Allograft Stem Cell (Sel Punca Allogenik) ................... 13

B. Metode Penerapan Allograft Stem Cell .................................... 18

C. Pro dan kontra penerapan Allograft Stem Cell ......................... 21

Page 9: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

ix

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT CIPTO

MANGUNKUSUMO (RSCM)

A. Sejarah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ............ 22

B. Perkembangan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) . 24

C. Peran Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) terhadap

perkembangan teknologi Allograft Stem Cell di Indonesia ...... 25

BAB 4 PRAKTIK TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI

HUKUM ISLAM

A. Pelaksanaan Terapi Pengobatan Allograft Stem Cell di

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ........................................ 27

B. Analisis Praktik Terapi Allograft Stem Cell Ditinjau Dari

Hukum Islam ............................................................................ 33

BAB 5 KESIMPULAN

A. Kesimpulan............................................................................... 47

B. Saran – saran ............................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51

LAMPIRAN-LAMPITAN ........................................................................ 53

Page 10: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an al- Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan selalu

diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan.1 Al-Qur‟an merupakan obat bagi

insan yang tengah dahaga akan kesehatan batin dan raga, ia merupakan rahmat

bagi seorang hamba yang banyak lalai terhadap perintah. Allah SWT berfirman

dalam Q. S. Al-Isra‟/17:82

(.71/28سورة اإلسراء: (.شفاءورحة للمؤمني وال يزيد الظالمي إالخساراون ن زل من القرآن ما ىو

Artinya: “Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi obat (penawar)

dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah

kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS al-Isrâ‟/17: 82)

Islam merupakan agama paling besar dan benar dalam memberikan

kontribusinya terhadap kehidupan manusia, baik secara individual maupun

kelompok2, Akidah dalam jiwa seseorang memiliki tempat yang suci, yang

menjadikan seseorang menaati perintah-perintah agama, bukan sekedar takut siksa

neraka dan siksaan semata, tetapi justru disebabkan kerelaan hati menerimanya,

kemudian menerima ajaran itu dengan ikhlas dan penuh keyakinan. Sekalipun

Menteri Kesehatan menyampaikan maklumatnya, penyuluh kesehatan

menyampaikan petunjuknya, namun belum tentu jika jiwa seseorang respek untuk

1 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, penerjemah Mudzakir AS,(Bogor: Litera

Antar Nusa,2013), h.1 2 Ahmad Syauqi al Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam,(Jakarta:Bumi

Aksara,1996),h.197

Page 11: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

2

memenuhi dan segera melaksanakannya, tidak sebagaimana jika tuntutan tersebut

disampaikan kepada mereka melalui akidah3.

Islam merupakan satu kesatuan sistem tata kehidupan yang melekat erat

dan fleksibel dalam setiap lini kehidupan, sehingga ia mampu mengikuti setiap

perkembangan zaman yang ada. Sekalipun penemuan sains modern berkembang

begitu pesat dan bahkan mengantarkan ilmu medis kepada puncak penemuannya,

sehingga mampu mendiaknosis berbagai penyakit4.

Pada mulanya, ilmu pengetahuan untuk menemukan kebenaran, sedangkan

teknologi serta rekayasanya di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia

dan meningkatkan kesejahteraan serta martabat manusia itu sediri.5

Pada dasarnya fitrah manusia berkeyakinan bahwa setiap penyakit pasti

ada obatnya, sehingga ia selalu berusaha menggali pengetahuan tersebut.

Dari Jabir bin „Abdullah r.a , bahwa Rasulullah S.A.W:

اء، ب رأ بإذن اهلل عز وجل واء الد 6سل((.امل ) رواه لكل داء دواء، فإذا أصاب الد

Artinya: “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan

penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

(HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah S. A.W bersabda:

1.(اريبخال )رواه إن اهلل ل ي نزل داء إال أن زل لو شفاء

3 Ahmad Syauqi al Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam,(Jakarta:Bumi

Aksara,1996), h.200. 4 Ahmad Syauqi al Fanjari, Nilai kesehatan dalam Syariat Islam, h. 201.

5 A.Charis Zubair, Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,1997), h.105 6 Imam abi al-Husain Muslim : Shohih Muslim, cetakan ke-1 (Riyadh: Dar al-Salam Li al-

Nasyr wa al-Tauzi‟, 1998 ), h. 977

Page 12: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

3

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan

menurunkan pula obatnya.” (HR. Bukhari).

2.د عن أسامو بن شرك(و اد أبوتداووا فإن اهلل عزوجل ل يضع داء إال وضع لو دواء غري داء واحد اهلرم)رواه

Artinya: “Berobatlah, karena tiada satu penyakit yang di turunkan Allah, kecuali

di turunkan pula obat penangkalnya, selain dari satu penyakit, yaitu ketuaan.”

(HR. Abu Dawud dari Usamah bin Syuraik).

Memang sejak dulu banyak jenis penyakit yang belum teridentifikasi,

hingga ilmu pengetahuan datang memberikan keterangannya secara logis,

sehingga kita pun tahu apa penyebab dan apa pula yang harus kita lakukan

terhadapnya.

Dunia kini sedang berada dalam taraf gencar-gencarnya untuk penyebaran

dan penerapan ilmu pengetahuan,9 perkembangan zaman yang serba modern kini

selalu menawarkan kemudahan dan efisiensi tinggi, oleh karenanya para ahli

berusaha menemukan inovasi mutakhir yang memudahkan setiap aktifitas

kehidupan manusia, tanpa terkecuali dalam bidang pengobatan, dimana para ahli

berusaha menemukan metode pengobatan yang efisien baik dari segi waktu

maupun biaya.

Dalam beberapa dekade terakhir, para peneliti kesehatan menemukan

metode pengobatan yang di gadang-gadang mampu mengobati berbagai jenis

penyakit, baik yang degeneratif maupun non-degeratif, metode pengobatan ini

disebut Sel Punca (Stem Cell).

7 Musthofa Daib al-Bagha, Mukhtashar Shohih Bukhari, cetakan ke-7 (Beirut: al Yamamah

Li at-Thiba‟ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi‟, 1999), h. 653 8 Imam Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Jilid III

(Beirut, Daar al-Khattab, 1996), h. 3 9 A.Charis Zubair, Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,1997), h.55

Page 13: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

4

Beberapa dekade yang lalu tepatnya tahun 1978 sistem pengobatan Sel

Punca sudah ada di Indonesia, namun gaungnya belum terlalu populer karena

hanya terbatas pada beberapa proses rangkaian pengobtan semata, seperti

digunakan pada proses trasnplantasi sum-sum tulang dan kemoterapi agresif saja,

sebagaimana disebutkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan no

834/MENKES/SK/IX/2009, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Medis Sel Punca, Bab

I Tentang Landasan Pengembangan Pelayanan Sel Punca.

Sel Punca ini sempat redup dalam dunia kesehatan karena manfaat yang

diberikan belum terbukti secara signifikan dan keterbatasan teknologi pendukung

penelitian. Namun kini minat terhadap Stem Cell atau sel induk meningkat dalam

beberapa dekade terakhir, karena potensi Stem Cell yang sangat menjanjikan

untuk terapi berbagai penyakit sehingga menimbulkan harapan baru dalam

pengobatan berbagai penyakit10

.

Memang begitu menggiurkan jika kita telaah keunggulan metode

pengobatan ini, sehingga tidak jarang golongan ekonomi menengah-atas banyak

yang tertarik untuk investasi kesehatan masa depan pada metode Stem Cell ini.

Bahkan banyak pula diantara mereka yang menitipkan Stem Cell keluarganya di

bank Stem Cell luar negeri dengan alasan kualitas yang di tawarkan lebih unggul,

kendati pun dengan biaya yang tinggi dan di Indonesia sendiri, para ahli kesehatan

kita sudah mengembangkannya secara mandiri dalam berbagai penelitian ilmiah.

10

Virgi Saputra,”Dasar-dasar Stem Cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu kedokteran,”

Cermin Dunia Kedokteran, No. 153(2006):h.21

Page 14: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

5

Sistem pengobatan Stem Cell (Sel Punca) ini telah diaplikasikan pada

berbagai jenis gangguan kesehatan dan kelainan tubuh lainnya, seperti halnya

pada penyakit gagal ginjal, hati, pankreas, bahkan patah tulang11

.

Sistem pengobatan Stem Cell atau sel punca di negara kita sudah mulai di

kenal oleh masyarakat luas baik melalui media elektronik; media cetak; bahkan

melalui internet yang kini sudah menjadi kebutuhan tersendiri bagi masyarakat,

oleh karenaya untuk menjamin kualitas pelayanan terapi Stem Cell ini,

kementerian kesehatan pun telah mengeluarkan regulasi khusus selaku pihak

terkait dalam hal ini.

Adapun peraturan-peraturan yang telah di keluarkan oleh kementerian

kesehatan antara lain Permenkes nomor 833/834 tahun 2009, tentang 'Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Medis Stem Cell; Permenkes nomor 48 tahun 2012,

tentang 'Penyelenggaraan Bank Darah Tali Pusat; Permenkes nomor 50 tahun

2012, tentang 'Penyelenggaraan Laboratorium Pengolahan Stem Cell Untuk

Aplikasi Klinis; dan Permenkes nomor 32 tahun 2014 tentang Penetapan Rumah

Sakit Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank

Jaringan dan Stem Cell.

Berdasarkan peraturan yang ada, mungkin kita sudah cukup terlindungi

selaku warga negara karena terjamin secara yuridis, namun bagaimana status

hukumnya jika ditinjau dari hukum Islam, serta bagaimana pula lembaga-lembaga

terkait berperan menghadapi permasalahan tersebut. Apakah Kementerian

kesehatan sudah mengeluarkan regulasi yang tepat dan sesuai dengan ketentuan

11

http://gaya.tempo.co/read/news/2015/11/06/060716607/apa-itu-terapi-sel-punca. Diakses

pada tanggal 29 Oktober 2016.

Page 15: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

6

hukum Islam terkait penerapan metode Stem Cell ini, agar masyarakat indonesia

yang mayoritas beragama Islam mampu terakomodir dalam memenuhi kebutuhan

kesehatan keluarganya secara hukum Islam.

Dari beberapa uraian tersebut di atas, penulis merasa penting untuk

meneliti hal tersebut, agar masyarakat turut memahami dunia kesehatan modern

yang berkembang saat ini, sehingga masyarakat pun akan tahu mana-mana yang

baik dan mana-mana yang akan merugikan mereka. Di sisi lain pula tujuan

penelitian ini ditujukan agar masyarakat selaku pengguna jasa merasa aman dalam

memenuhi kebutuhan pokok (kesehatan) keluarga yang mereka cintai, baik aman

karena kejelasan regulasi yang telah di tetapkan oleh pemerintah, maupun aman

karena sesuai dengan ajaran agama yang mereka yakini kebenarannya (sesuai

dengan nilai ajaran Islam). Penelitian ini sendiri akan mengambil studi kasus

dalam praktik terapi Allograft Stem Cell yang diterapkan di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Sehingga dalam penelitian ini pula saya beri judul Terapi

Allograft Stem Cell Di Tinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo).

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis akan membatasi dan

memfokuskan diri dalam pembahasan hukum terapi pengobatan menggunakan

Allograft Stem Cell (Pemberian/donor Stem Cell antar manusia)12

di tinjau dari

sudut pandang hukum Islam dan hukum positif. Pembahasan dalam penelitian ini

12

Supartono, Basuki. ”Tehnik Rekayasa Jaringan Untuk Penyembuhan Cedera Olah

Raga.”RSON II.NO.-(Januari - Maret 2015).h.14

Page 16: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

7

di fokuskan pada kajian tentang ayat dan hadits kesehatan dengan metode

pengambilan hukum fikih.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

pokok masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pemberian Allograft Stem

Cell dari pendonor kepada resipien(penerima donor)?

2. Bagaimana mekanisme perundang-undangan Indonesia dalam mengatur

praktik terapi Allograft Stem Cell ?

3. Apakah ada pertentangan antara hukum Islam dan hukum positif dalam

penentuan kriteria pendonor dan resipien(penerima donor)?

D. Tujuan dan manfaat Penelitian

Dalam penulisan ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis,

adapun tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pandangan hukum Islam terhadap pemberian Allograft Stem

Cell dari pendonor kepada resipien

2. Mengetahui mekanisme perundang-undangan Indonesia dalam mengatur

praktik terapi pengobatan Allograft Stem Cell

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pertentangan antara hukum positif dan

hukum Islam dalam praktik pelayanan Stem Cell (Sel Punca) di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo khususnya dan di Indonesia umumnya.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Manfaat untuk penulis

Page 17: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

8

Sarana aplikasi keilmuan bagi penulis setelah menuntut Ilmu di fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Manfaat bagi lembaga dan masyarakat

1. Memberikan informasi hukum terkait praktik terapi Allograft Stem Cell

baik hukum Islam maupun hukum positif di Indonesia.

2. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga kesehatan di

Indonesia

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang penulis pilih agar dapat menjawab

berbagai persoalan dalam rumusan masalah tersebut diatas adalah sebegai berikut:

1. Pendekatan

Adapun metode pendekatan yang akan penulis gunakan dalam penelitian

ini, yakni pendekatan normatif-empiris (peraturan dan kenyataan yang ada

di lapangan). Pendekatan ini dirasa cocok diterapkan pada penelitian

hukum terapi Allograft Stem Cell dalam sudut pandang Islam dan hukum

positif di Indonesia.

2. Jenis penelitian

Setelah penulis pelajari berbagai jenis penelitian dalam penulisan karya

ilmiah, maka penulis lebih yakin dan tertarik untuk menggali persoalan

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hal ini penulis yakini

akan lebih reliebel dan komprehensif di terapkan. Penulis akan

mendeskripsikan terapi Allograft Stem Cell ini dari sumber-sumber yang

Page 18: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

9

valid dan para ahli yang ada, kemudian menganalisisnya agar dapat di

tarik suatu kesimpulan hukum.

3. Sumber dan kriteria data penelitian

Penulisan penelitian ini menggunakan data primer yang penulis peroleh

dari sumbernya, baik dari Ayat Al-Qur‟an (Tafsir), Hadits, undang-

undang, wawancara, observasi maupun laporan yang berbentuk dokumen

tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. Dan data sekunder, yaitu

data yang diambil dari bahan pustaka berupa buku-buku dan jurnal yang

sesuai dengan penelitian ini.

4. Objek penelitian

Objek penelitian yang akan di kaji dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu

praktik terapi pengobatan dengan metode Allograft Stem Cell di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

5. Teknik pengolahan data

Setelah data terkumpul baik yang diperoleh dari studi kepustakaan, studi

dokumentasi maupun yang di peroleh melalui studi lapangan, maka akan

diolah dengan cara berikut :

a) Data yang diperoleh kemudian diperiksa dan diteliti kembali

mengenai kelengkapan, kejelasannya, dan kebenarannya, sehingga

terhindar dari kekurangan dan kesalahan.

b) Menelusuri dalil-dalil Al-Qur‟an, Al-Hadits dan dalil-dalil lain

yang menjadi sumber hukum Islam yang relevan dengan

pengambilan hukum terapi penyembuhan menggunakan metode

Page 19: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

10

Allograft Stem Cell serta dilengkapi dengan hukum positif yang

berlaku.

6. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif,

artinya menguraikan data yang diolah secara rinci kedalam bentuk

kalimat-kalimat (deskriptif). Analisis kualitatif yang dilakukan bertitik

tolak dari analisis empiris, yang saat pendalamannya dilengkapi dengan

analisis normatif.

F. Kajian Terdahulu

1. “Transplantasi Organ Tubuh Muslim kepada Non-Muslim Menurut

Hukum Islam ( Studi Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama)” Skripsi karya

Mochamad Syaiban, Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tahun 2010. Penulis menyimpulkan bahwa hukum

transplantasi organ tubuh adalah Haram menurut Majelis Ulama Indonesia

(MUI) dan Lembaga Tarjih, namun di perbolehkan jika memang dalam

keadaan darurat, yakni resipien tidak dapat di sembuhkan dengan cara

pengobatan lain, terkecuali mendapat transplantasi organ ini. Disisi lain

dengan catatan bahwa sang pendonor sudah meninggal, kemudian di

izinkan oleh ahli waris, serta pendonoran organ ini bersifat tabarru (prinsip

sukarela dan tidak diperjual belikan). Sedangkan menurut Bahtsul Masail

mengharamkan transplantasi organ tubuh muslim kepada non muslim,

bagaimanapun kondisi dan alasannya.

Page 20: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

11

2. Dalam Skripsi yang berjudul “Analisis Kemaslahatan Transplantasi Organ

Tubuh sebagai Mahar Nikah” karya Nur Hidayah yang diajukan sebagai

syarat kelulusan di fakultas Syariah IAIN Walisongo semarang 2014,

menyebutkan bahwa Hukum dari transplantasi jenis tersebut adalah haram

karena pendonor masih dalam keadaan hidup(masih membutuhkan organ

terkait). Namun disisi lain anggota tubuh juga dapat dianalogikan dengan

benda, yakni memiliki manfaat bagi kehidupan.

Adapun perbedaan objek kajian antara penulis dan karya ilmiah diatas

yakni, bahwa penulis lebih memfokuskan penelitian pada terapi Allograft Stem

Cell (donor Sel Punca antar spesies yang sama yakni antar manusia) dalam

pandangan hukum Islam dan positif di Indonesia.

G. Tekhnik Penulisan

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang di terbitkan oleh Pusat Peningkatan Dan Jaminan Mutu (PPJM)Fakultas

Syari‟ah dan Hukum UIN Jakarta 2012.

H. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika

penulisan dengan membagi kepada lima (5) bab, tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub

bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Bab ini membahas pendahuluan yang berisi latar belakang,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

Page 21: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

12

metode penelitian, kajian terdahulu, tekhnik penulisan dan

sistematikan penulisan.

BAB II Bab dua ini berisi kajian teori yang terdiri atas definisi Allograft Stem

Cell, metode aplikasi Allograft Stem Cell , serta pro dan kontra

penerapannya.

BAB III Bab ini berisi tentang sejarah dan perkembangan Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo dalam masyarakat, serta peran Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo dalam perkembangan teknologi Stem Cell di

Indonesia.

BAB IV Bab ini membahas analisis praktik Allograft Stem Cell di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo, kemudian tinjauan hukum Islam terhadap

terapi allograft stem cell. Di dalamnya juga akan turut di jelaskan latar

belakang penerapan Allograft Stem Cell di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo.

BAB V Bab ini berisi kesimpulan hasil research, serta saran-saran penulis.

Page 22: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

13

BAB II

ALLOGRAFT STEM CELL

A. Definisi Allograft Stem Cell (Sel Punca Alogenik)

Dalam hal pelayanan medik, maka yang dimaksud dengan sel punca/Stem

Cell/sel induk adalah sejenis sel di dalam tubuh manusia dengan kemampuan

yang unik yaitu “self renewal” berploriferasi dengan tetap menjadi menjadi Stem

Cell yang “blank” dan pada waktu yang bersamaan dapat berproliferasi menjadi

sel yang kemudian berdifferensiasi menjadi sel khusus dengan kemampuan yang

khusus pula, pengertian ini termaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

834/MENKES/SK/IX/2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Medis Sel

Punca(Definisi Sel Punca).

Stem Cell(Sel Punca) merupakan bentuk dasar dan asli (original) dari 210

jenis sel berbeda yang menyusun tubuh manusia secara sempurna1, Sel Punca atau

Stem Cell merupakan sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai

kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang

spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh2. setelah memperoleh stimulasi

signal tertentu Stem Cell akan berdiferensiasi secara spesifik untuk menghasilkan

jenis sel berbeda sesuai kebutuhan, dalam hal ini Stem Cell mampu berkembang

1 Hossam E. Fadel,”Prospects and Ethics of Stem Cell Research; an Islamic

Perpective”,Jima,39(May 2007): h.73 2Ahmad Aulia Jusuf,” Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) Dan

Potensi Pengembangannya.” Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Dipresentasikan pada diskusi panel Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel

punca (Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008 (Jakarta: R. Rapat PB IDI), h.2.

Page 23: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

14

menjadi berbagai jenis sel matang , misalnya sel saraf, sel otot jantung , sel otot

rangka, sel pangkreas dan lain-lain.3

Ditinjau dari karakteranya, sel punca jaringan dibedakan menjadi dua jenis

yaitu sel punca masenkim, dan sel punca hematopoietik. Sel punca mesenkim

bersifat multipoten artinya sel tersebut mempunyai kemampuan membentuk

berbagai sel dewasa dalam lini yang sama seperti sel tulang rawan; tulang; lemak;

dan jaringan penyangga pembuluh darah. Sel punca hematopoietik adalah sel

progenitor pembentuk sel darah, bersifat pluripoten dan totipoten, sehingga dapat

juga membentuk sel jantung; hati; pangkreas; otot; lemak; tulang; dan tulang

rawan.4 Stem Cell mempunyai 2 sifat yang khas yaitu:

1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel

Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik)

misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-

lain.

2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau

meregenerasi dirinya sendiri. Stem Cells mampu membuat salinan sel yang

persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.5

3 Virgi Saputra,”Dasar-dasar Stem Cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu kedokteran,”

Cermin Dunia Kedokteran, No. 153(2006):h.21 4 Supartono, Basuki. ”tehnik rekayasa jaringan untuk penyembuhan cedera olah

raga.”RSON II.NO.-(Januari - Maret 2015).h.10-11 5Ahmad Aulia Jusuf,” Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) Dan

Potensi Pengembangannya.” Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Dipresentasikan pada diskusi panel Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel

punca (Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008 (Jakarta: R. Rapat PB IDI), h.2-3

Page 24: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

15

Berdasarkan potensi atau kemampuan berdiferensiasi, Stem Cell terbagi

atas :

1. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis

sel. Yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula.6

Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan

untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang menyusun

plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca kelompok ini mempunyai

kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.7

Gambar-2 Sel Punca totipoten dan pluripoten

2. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan

germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm)8 tetapi tidak dapat menjadi

6 Hossam E. Fadel, “Prospects and ethicts of Stem Cell research: an islamic perspective.”

Departement Of Obstetrics And Gynecology , Medical College Of Georgia Augusta: Presented at

the july 2006 Conference of the Islamic Medical Association Of North America in Beijing, china.

JIMA 39,( Georgia 2007), h. 74 7 Ahmad Aulia Jusuf,”Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) Dan

Potensi Pengembangannya.” Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Dipresentasikan pada diskusi panel Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel

punca (Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008 (Jakarta: R. Rapat PB IDI), h.3 8 Hossam E. Fadel, “Prospects and ethicts of Stem Cell research: an islamic perspective.”

Departement Of Obstetrics And Gynecology , Medical College Of Georgia Augusta: Presented at

Page 25: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

16

jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel

punca pluripoten adalah sel punca embrionik (embryonic Stem Cells).9

Gambar -4 Embryonic Stem Cells

3. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai

jenis sel misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic Stem Cells) yang

terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk

berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam darah

seperti eritrosit, lekosit, trombosit, kemudian menjadi sel hati,

the july 2006 Conference of the Islamic Medical Association Of North America in Beijing, china.

JIMA 39,( Georgia 2007), h. 74 9 Ahmad Aulia Jusuf,” Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) Dan

Potensi Pengembangannya.” Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Dipresentasikan pada diskusi panel Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel

punca (Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008 (Jakarta: R. Rapat PB IDI), h.3

Page 26: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

17

cardiomyocytes (sel otot).10

Contoh lainnya adalah sel punca saraf (neural

Stem Cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel

saraf dan sel glia. 11

4. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1

jenis sel. Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih

dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew)

Contohnya erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi

menjadi sel darah merah.

Gambar-3 Multipotent dan unipotent Stem Cells pada sumsum tulang12

.

10

Hossam E. Fadel, “Prospects and ethicts of Stem Cell research: an islamic perspective.”

Departement Of Obstetrics And Gynecology , Medical College Of Georgia Augusta: Presented at

the july 2006 Conference of the Islamic Medical Association Of North America in Beijing, china.

JIMA 39,( Georgia 2007), h.74 11

Ahmad Aulia Jusuf,” Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) Dan

Potensi Pengembangannya.” Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Dipresentasikan pada diskusi panel Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel

punca (Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008 (Jakarta: R. Rapat PB IDI), h. 4 12

Ahmad Aulia Jusuf,” Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) Dan

Potensi Pengembangannya.” Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Dipresentasikan pada diskusi panel Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel

punca (Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008 (Jakarta: R. Rapat PB IDI), h.3-4

Page 27: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

18

Allograft merupakan istilah dalam dunia kedokteran untuk menyatakan

donor/pemindahan suatu bagian (Sel, jaringan dan organ) dari dan antar spesies

yang sama.13

Allograft yang penulis maksud adalah merupakan pemberian sel

punca(Stem Cell) antar manusia14

. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan

seorang pasien terapi Sel Punca harus melakukan prosedur terapi Sel Punca

Allogenik yakni; pertama, usia pasien yang sudah lanjut usia, sehingga kualitas

Sel Punca pasien pun sudah menurun kualitasnya. Disisi lain para pasien yang

melakukan tindakan medis Sel Punca merupakan pasien lansia yang memiliki

penyakit kronis dan sudah tidak memungkinkan menggunakan metode

pengobatan konvensional pada umumnya; kedua, yakni kondisi pasien yang sudah

tidak memungkinkan diambil Sel Puncanya lantara pasien sudah dalam keadaan

menderita, contohnya korban kebakaran seluruh badan.15

B. Metode Penerapan Allograft Stem Cell

Adapun cara transplantasi sel punca dapat melalui 4 pilihan rute yaitu

topical, intravenus, intra artricular atau intra lesi. Rute topical adalah pemberian

sel punca langsung Pada luka baik jaringan kulit atau jaringan di bawah kulit.

Rute intravena adalah pemberian sel punca melalui pembuluh darah (infus),

penghantaran ini dilakukan bila defek atau lokasi jaringan yang sakit berada pada

organ di dalam tubuh dan organ targetnya mempunyai akses pembuluh darah yang

memadai. Sedangkan rute intraartrikular adalah pemberian sel punca dengan

menyuntikkannya ke dalam rongga sendi. Hal ini dilakukan bila jaringan yang

13

http://kamuskesehatan.com/?s=allograft, diakses pada 28 Maret 2017 14

Supartono, Basuki. ”tehnik rekayasa jaringan untuk penyembuhan cedera olah

raga.”RSON II.NO.-(Januari - Maret 2015).h.14 15

Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Jakarta, 23 Desember 2016

Page 28: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

19

rusak berada pada rongga sendi dan jaringan tersebut tidak memiliki akses

pembuluh darah yang memadai (avaskular). Pemberian intra lesi adalah

pemberian sel punca langsung pada jaringan yang rusak(luka). Penggunaan sel

punca dan pilihan rute penghantarannya disesuaikan dengan kondisi penyakit,

ketersediaan sel punca, kemudahan teknik, aspek legal dan kesepakatan pasien16

.

Therapeutic cloning atau disebut Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT)

adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menghindari resiko penolakan atau

rejeksi. Pada teknik ini inti sel telur donor dikeluarkan dan diganti dengan inti sel

resipien. Sel yang telah dimanipulasi ini kemudian akan membelah diri dan

setelah menjadi blastokista maka inner cell massnya akan diambil sebagai

embryonic Stem Cells. Stem Cells ini kemudian akan dimasukkan kembali

kedalam tubuh resipien dan Stem Cells ini kemudian akan berdifferensiasi

menjadi sel organ (sel beta pankreas, sel otot jantung dan lain-lain). Tanpa reaksi

penolakan karena sel tersebut mengandung materi genetik resipien.

16

Supartono, Basuki. ”Tehnik Rekayasa Jaringan untuk Penyembuhan Cedera Olah

raga.”RSON II.NO.-(Januari - Maret 2015).h.14

Page 29: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

20

Gambar-6 Terapi Kloning (Therapeutic Cloning)17

Direktur Utama RSND, Prof. DR. dr. Susilo Wibowo mengatakan

RSND(Rumah Sakit Nasional Diponegoro) sudah memiliki laboratorium sentral

yang akan mendukung penerapan klinik sel punca menggunakan

metode mesenchymal Stem Cell transplantation (MSCt) yakni dengan mengambil

sel punca dari jaringan sumsum tulang untuk disuntikkan kembali kepada pemilik

atau orang lain yang membutuhkan sel punca. Metode ini sudah dimulai di

berbagai universitas di Indonesia.“Sel punca diambil dari jaringan sumsum tulang.

Pengambilan jaringan sumsum tulang tak berisiko, karena jaringan sumsum tulang

nantinya akan tumbuh kembali. Setelah diambil kemudian dilakukan pengolahan

menjadi sel punca. Selanjutnya sel punca tersebut disuntikkan kembali tanpa

melakukan operasi,” pungkasnya.18

Di dalam sumsum tulang tidak hanya berisi sel punca, juga ada sel-sel lain

yang belum masak. Kemudian jika dimasukkan ke tubuh orang lain, sel tersebut

akan masak kemudian menyesuaikan diri.

Sel punca (tali pusat) tersebut juga bisa digunakan saat dilakukan

transplantasi, misal transplantasi ginjal. Sebelum teknologi kedokteran

berkembang, ginjal pemberi harus dicek kesesuaian dengan penerima ginjal

terlebih dahulu.

17

Ahmad Aulia Jusuf,” Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) Dan

Potensi Pengembangannya.” Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Dipresentasikan pada diskusi panel Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel

punca (Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008 (Jakarta: R. Rapat PB IDI), h.6-7 18

Radiana Dhewayani,”Harapan Penyembuhan Yang Realistis: Penelitian Sel Punca Juga

Terus Di Kembangkan Fakultas Kedokteran Dalam Negeri”. Artikel diakses pada 30/11/2016 dari

http://dr-radianaantarianto.blogspot.co.id.

Page 30: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

21

Namun kemudian dengan teknologi sel punca, ketidaksesuaian bisa

dikurangi dengan disuntikkan sel punca sumsum tulang.

“Seminggu sebelum dilakukan transplantasi, sel punca pemberi ginjal

disuntikkan ke tubuh penerima ginjal. Sel-sel tersebut akan berkembang dan

menyesuaikan diri ketika transplantasi ginjal dilakukan. Meski di dalam tubuh

orang lain, sel-sel tersebut sudah kenal karena sudah menyesuaikan diri. Dan ini

bisa mengurangi pengaruh obat-obatan. Metode MSCt juga diterapkan

transplantasi liver atau hati,” ujar beliau.19

C. Pro Dan Kontra Penerapan Allograft Stem Cell

Pemanfaatan teknik rekayasa jaringan dengan menggunakan perancah,

molekul sinyal dan sel punca mempunyai dampak bagi keyakinan penerima donor

(pasien) terutama bagi masyarkat di negara Indonesia yang berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Pro dan kontra dalam penerapan Stem Cell Allograft

menimbulkan banyak pertanyaan, yakni teknik rekayasa jaringan dapat diterima

oleh keyakinan agama pasien atau tidak.20

Selain itu dalam penggunaan sel punca

hewan boleh digunakan sebagai terapi penyebuhan pada manusia atau sebaliknya,

serta kontroversi apakah sel punca dari orang lain boleh digunakan untuk

penyembuhan seseorang atau tidak.21

19

Radiana Dhewayani,”Harapan Penyembuhan Yang Realistis: Penelitian Sel Punca Juga

Terus Di Kembangkan Fakultas Kedokteran Dalam Negeri”. Artikel diakses pada 30/11/2016 dari

http://dr-radianaantarianto.blogspot.co.id. 20

Supartono, Basuki. ”Tehnik Rekayasa Jaringan untuk Penyembuhan Cedera Olah

Raga.”RSON II.NO.-(Januari - Maret 2015).h.15 21

Supartono, Basuki. ”Tehnik Rekayasa Jaringan untuk Penyembuhan Cedera Olah

Raga.”RSON II.NO.-(Januari - Maret 2015).h.16

Page 31: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

22

BAB III

GAMBARAN UMUM

RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO (RSCM )

A. Sejarah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Nama rumah sakit Cipto Mangunkusumo yang diberikan pada 17 Agustus

1964 oleh pemerintahan Sukarno atas usulan Menteri Kesehatan saat itu Dokter

Satrio bukan tanpa sebab. Suatu sore di bulan Maret 1963 Bung Karno memanggil

tim dokter CBZ untuk bertanya tentang nama Rumah Sakit itu. Di teras Istana

Negara mereka bicara ngalor ngidul tentang RS, Bung Karno berkata "Aku ingin

Rumah Sakit ini, menjadi Rumah Sakit Rakyat, dia harus melayani rakyat secara

penuh dan total. Rakyat harus dibebaskan dari biaya-biaya atau minimal sedikit

biaya untuk berobat. Dan untuk itu nama kebelanda-belandaan, bukanlah nama

yang baik. Aku bertanya kepada kalian nama apa yang cocok untuk Rumah Sakit

ini" lalu dokter Satrio nyeletuk "Bagaimana kalau kita namakan Rumah Sakit

Tjiptomangunkusumo saja Pak?" Bung Karno terdiam matanya langsung berkaca-

kaca. Tak lama kemudian air mata pelan mengalir ke pipinya. "Aku ingat Onze

Tjip...Aku ingat Onze Tjip".1

Suatu pagi di rumahnya, Tjip membaca koran tentang wabah pes di

Malang. Saat itu wabah pes sangat luar biasa. Penyakit ini disebabkan kutu tikus

saat itu wabah ini susah ditangani karena sarana kesehatan dan alat kedokteran

yang minim. Cara tradisional adalah membakar orang yang mati kena Pes dan

1 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,”Sejarah RSCM”, artikel diakses pada 06 Desember

2016, dari www.rscm.co.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=126&Itemid

=484&lang=id

Page 32: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

23

juga membakar rumahnya. Tjip datang ke Malang dan ia mendengar tidak ada

satu pun dokter yang berani ke Malang. Ia sendirian menantang maut. Orang yang

terkena air liur dari penderita akan ketularan, Tjip berani bekerja tanpa masker.

Suatu saat ia mendengar ada anak yang sakit parah dan ibunya sudah mati

rumahnya di bakar. Tjip langsung membongkar rumah dan mencegah membakar,

ia menggendong anak itu tanpa rasa takut dan dengan telaten mengobatinya. Tjip

berhasil. Anak itu sudah yatim piatu dan kedua orang tuanya meninggal karena

Pes. Tjip mengangkat anak tersebut dan memberi nama menjadi Pesyati.

Sepanjang hidup Pesyati-lah yang merawat Tjip, Tuhan selalu memberikan hadiah

perbuatan baik dibalas jauh lebih baik.2

Atas keberaniannya Tjip dihadiahi oleh pemerintah Belanda bintang jasa

tertinggi yang bernama "Orde Van Oranje Nassau" atau kerap disebut

"Ridderorde". Awalnya Tjip menerima tapi setelah ia tau ternyata Pemerintah

hanya bisa omong kosong, Tjip menaruh bintang jasa itu di pantatnya dengan

bintang jasa di pantat ia ke Batavia wartawan banyak memotret dan membuat

headline olok-olok untuk pemerintah "Seorang Jawa berani taruh hadiah raja di

pantatnya" Pemerintah jelas marah, tapi tidak ambil tindakan.3

2 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,”Sejarah RSCM”, artikel diakses pada 06 Desember

2016, dari www.rscm.co.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=126&Itemid

=484&lang=id 3Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,”Sejarah RSCM”, artikel diakses pada 06 Desember

2016, dari www.rscm.co.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=126&Itemid

=484&lang=id

Page 33: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

24

B. Perkembangan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)

Sejarah RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, tidak terlepas dari sejarah

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, karena perkembangan kedua instansi

ini adalah saling tergantung dan saling mengisi satu sama lain. Pada tahun 1896,

Dr H.Roll ditunjuk sebagai pimpinan pendidikan kedokteran di Batavia (Jakarta),

saat itu laboratorium dan sekolah Dokter Jawa masih berada pada satu pimpinan.

Kemudian tahun 1910, Sekolah Dokter Jawa diubah menjadi STOVIA, cikal

bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pada tanggal 19 November 1919 didirikan CBZ (Centrale Burgelijke

Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu penyelenggaraan

pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan berkembang fasilitas

pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas. Bulan Maret 1942, saat

Indonesia diduduki Jepang, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika

Daigaku Byongin).Pada tahun 1945, CBZ diubah namanya menjadi “ Rumah

Sakit Oemoem Negeri (RSON), dipimpin oleh Prof Dr Asikin Widjaya-Koesoema

dan selanjutnya dipimpin oleh Prof.Tamija.Tahun 1950 RSON berubah nama

menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP).4

Pada Tanggal 17 Agustus 1964, Menteri Kesehatan Prof Dr Satrio

meresmikan RSUP menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM), sejalan

dengan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, maka diubah menjadi

RSCM. Pada tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK Menkes nomor

4Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,”Sejarah RSCM”, artikel diakses pada 06 Desember

2016, dari www.rscm.co.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=126&Itemid

=484&lang=id.

Page 34: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

25

553/Menkes/SK/VI/1994, berubah namanya menjadi RSUP Nasional Dr Cipto

Mangunkusumo.

Berdasarkan PP nomor 116 Tahun 2000, tanggal 12 Desember 2000,

RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan

(Perjan) RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dalam perkembangan selanjutnya,

Perjan RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum berdasarkan PP.Nomor 23

tahun 2005.SK Menkes no YM.01.10 / III / 2212/2009 Pemberian Status

Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap SK Menkes no.YM.01.06 / III / 7352/2010

Penetapan RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta sebagai Rumah Sakit

Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.5

C. Peran Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Terhadap

Perkembangan Teknologi Stem Cell Di Indonesia

Di Indonesia saat ini kurang lebih terdapat sebelas (11) rumah sakit yang

melakukan pelayanan Stem Cell, dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

merupakan satu dari dua rumah sakit pembina praktik medis Stem Cell di

Indonesia, yang membawahi sembilan(9)rumah sakit lain yang memberikan

pelayanan Stem Cell, yakni: Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah

Sakit Dr. Soetomo sebagai pembina. Kemudian, berikutnya adalah RS Dr. M.

Djamil, Padang, Sumatera Barat; RS Jantung Harapan Kita, Jakarta; RS

Fatmawati; RS Kanker Dharmais; RS Persahabatan; RS Dr. Hasan Sadikin,

Bandung; RS Dr. Sardjito, Yogyakarta; RS Dr. Karyadi, Semarang; dan RS

Sanglah, Bali.

5Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,”Sejarah RSCM”, artikel diakses pada 06 Desember

2016, dari www.rscm.co.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=126&Itemid

=484&lang=id.

Page 35: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

26

Sejauh ini terapi sel di Indonesia telah diterapkan pada penderita penyakit

gagal jantung, radang sendi, patah tulang, pengapuran sendi, lumpuh karena

kecelakaan, diabetes, kaki diabetik, luka bakar dan penurunan penglihatan.6

Namun di Indonesia sendiri dominasi pasien gagal jantung dan masalah

persendian lebih banyak menjalani terapi Stem Cell bila dibanding dengan

keluhan kesehatan lainnya, hasilnya pun membaik. Contohnya, tulang rawan lutut

yang rusak, maka Stem Cell akan menumbuhkan kembali tulang rawan tersebut.

Sehingga lutut kembali bisa digerakkan, bisa berjalan, begitu juga dengan jantung.

Dilain sisi, minat masyarakat terhadap terapi Stem Cell di Indonesia cukup

tinggi meskipun harus merogoh kocek yang tidak sedikit yakni mencapai ratusan

juta rupiah. Berdasarkan penelitian selama ini, Stem Cells aman bagi tubuh.

Bahkan, efek samping Stem Cells justru bisa berbuah manis untuk masalah

penuaan atau memberikan efek antiaging.7

Oleh karenanya peran Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)

sangatlah strategis bagi keberlangsungan kemajuan teknologi terapi Sel Punca

(Stem Cell) mengingat Statusnya sebagai rumah sakit pembina stem cell.

Kemudian posisi wilayahnya yang berada di ibu kota negara, serta human

resource (sumber daya manusianya) yang mumpuni karena bekerja sama dengan

institusi pendidikan berbasis reserach.

6 Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

Laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016 7Isprawiro,”terapi Stem Cell dan keberadaannya di Indonedia”, artikel di akses pada 14

Desember 2016 dari http://medikanews.com/terapi-stem-cell-dan-keberadaannya-di-indonesia/.

Page 36: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

27

BAB IV

PRAKTIK TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI

HUKUM ISLAM

A. Pelaksanaan Terapi Pengobatan Allograft Stem Cell di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo

Sejauh ini pelaksanaan pelayanan medis sel punca(Stem Cell) di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo sudah menyentuh dan menyembuhkan sejumlah

seratus empat puluh delapan(148) pasien dengan penyakit bebeda1. Dirumah Sakit

Cipto Mangunkusumo sendiri tidak menggunakan sel punca embrionik, hal ini

tentu saja berdasarkan undang-undang yang ada, yakni Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 834/MENKES/SK/IX/2009 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Medis Sel Punca dalam lampiran bagian II

tentang pengertian pelayanan sel punca bagian “B” Falsafah, poin 1 disebutkan

bahwa kehidupan harus di hormati sejak dari awal pembuahan, yaitu sejak

dibuahinya sel telur oleh sperma. Kemudian Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 834/MENKES/SK/IX/2009 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Medis Sel Punca dalam lampiran bagian II tentang

pengertian pelayanan sel punca bagian “B” Falsafah, poin 5 disebutkan bahwa

1 Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

Laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016

Page 37: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

28

Reproductive Stem Cell, Sel Punca embrionik pluripoten dan totipoten dilarang

karena mengganggu martabat manusia.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

834/MENKES/SK/IX/2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Medis

Sel Punca, ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan

pelayanan Sel Punca di lapangan antara lain sebagai berikut:

pertama yang harus dipenuhi yakni adanya kerjasama antara lembaga

pelaksana pelayanan (rumah sakit, klinik, dll) dengan institusi pendidikan

kedokteran, kerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang mengambil

darah tali pusat klien atau donor. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin

keberlangsungan pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang pengembangan

dan pemanfaatan sel punca darah tali pusat.

Dalam proses pengambilan dan pengemasan terlebih dahulu dilakukan

pengecekan identitas dan kelayakan klien atau donor, kemudian pengambilan

darah harus dilakukan dengan standar yang sesuai agar menjaga viabilitas sel dan

menjamin keselamatan bayi dan ibu (jika menggunakan darah tali pusat). Setelah

dilakukan pengambilan darah tali pusat, maka darah harus ditempatkan pada

tempat atau kantung yang sesuai dan diberikan identitas, antara lain nomor

identitas darah tali pusat, volume darah, tanggal pengambilan, jenis dan volume

koagulan atau bahan lain, tanggal pengolahan darah tali pusat dan penyimpanan,

nama klien atau donor, identitas atau kode Bank Sel Punca.

Page 38: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

29

Setelah darah diambil dari klien atau pendonor, selanjutnya dikirim ke

lembaga atau intitusi yang memiliki Bank Sel Punca dengan prosedur dan

peralatan sesuai standar pelayanan.

Setelah darah tersebut diterima oleh intitusi Bank Sel Punca, selanjutnya

dilakukan pemeriksaan uji kelayakan untuk menjaga mutu, selanjutnya hasil uji

tersebut dikirimkan kepada klien atau pendonor apakah darah tersebut dapat

digunakan atau tidak, karena Bank Sel Punca hanya dapat menyimpan sel punca

yang memenuhi kriteria kualitas dan kuantitas. Kriteria kualitas yang dimaksud

meliputi bebas dari HIV, Hepatitis B,2 Hepatitis C,

3 Sifilis dan kontaminasi

mikroorganisme, kemudian kuantitas yang dimaksud adalah meliputi jumlah

viabel.

Tahap selanjutnya setelah proses pengujian adalah pengeolahan dan

penyimpanan, dimana semua tahapnya dilakukan sesuai standar pelayanan,

standar profesi dan prosedur operasional, kemudian darah tali pusat yang akan

digunakan khusus untuk keperluan allogenic harus turut disertakan hasil uji

Human Leucocyte Antigen (HLA).

2 Hepatitis B (hepatitis serum) adalah penyakit oleh virus hepatitis B (HBV) yang ditularkan

lewat darah, tetapi juga dapat ditularkan secara seksual atau dari ibu ke anak. Gejalanya mungkin

termasuk demam, kelelahan, sakit perut, ikterus, dan enzim hati yang tinggi.

3 Hepatitis C (sebelumnya disebut hepatitis non-A/non-B) adalah infeksi hati oleh virus

hepatitis C (HCV). Transmisi virus hepatitis C adalah melalui darah. Dalam kasus yang jarang,

HCV dapat ditularkan secara seksual atau secara vertikal dari ibu ke anak. Gejalanya mungkin

termasuk demam, kelelahan, sakit perut, ikterus, dan enzim hati yang tinggi. Hepatitis C kronis

dapat menyebabkan kerusakan hati jangka panjang.

Page 39: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

30

Tahap selanjutnya yakni pengaplikasian pada pasien, dimana sebelumnya

dilakukan serah terima dari pihak Bank Sel Punca kepada institusi kesehatan

penyelenggara terapi Sel Punca, dengan persetujuan tertulis dari pihak klien atau

donor serta surat berita acara serah terima yang mencantumkan identitas pegawai

Bank Sel Punca yang menyerahkan serta pihak penerima dan ditandatangani

kedua belah pihak. Beberapa tahap dan langkah tersebut harus dilalui secara runut

dan sesuai aturan yang ada yakni sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 834/MENKES/SK/IX/2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Medis Sel Punca.

Terapi Allograft Stem Cell di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini

cukup progresif, karena Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sendiri merupakan

rumah sakit pembina praktik pelayanan Sel Punca berdasarkan Permenkes nomor

34 tahun 2014, sekaligus menjadi rumah sakit pendidikan yang aktif melakukan

riset dan pengembangan Sel Punca.

Tidak sedikit pula masyarakat dilibatkan dalam riset, yakni menjadi pasien

terapi Sel Punca (Stem Cell) dengan biaya dibebankan kepada Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo, sehingga terjadi proses saling menguntungkan antara para

researcher dan pasien yang membutuhkan pengobatan namun terkendala biaya.

Hal tersebut tentu saja dilakukan oleh para peneliti setelah sebelumnya mereka

berhasil mengaplikasikannya pada hewan uji coba dan memenuhi standar

pengaplikasian dari hasil penelitian di dalam laboratorium kedalam dunia medis.

Page 40: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

31

Para pasien peserta program research akan terus dipantau

perkembangannya sampai sembuh total, sehingga dalam proses research tersebut

tidak ada pasien yang dirugikan karena sudah dijamin oleh surat perjanjian yang

dibuat oleh kedua belah pihak tersebut.4

Saat ini Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sudah memiliki

Bank Sel Punca yang memudahkan penyimpanan Sel Punca, sehingga ketika di

butuhkan bisa langsung di aplikasikan pada pasien5. Hal tersebut sejalan dengan

Permenkes Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Penetapan Rumah Sakit Pusat

Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan

Stem Cell; serta Keputusan Menteri Kesehatan no. 834 Tahun 2009 tentang

pedoman penyelenggaraan pelayanan Sel Punca pada bagian III Pengorganisasian,

disebutkan bahwa Bank sel punca sebagai instansi penunjang dalam Rumah Sakit

pendidikan.

Adapun sumber Sel Punca berdasarkan kepemilikannya yang di simpan di

Bank Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ada dua sumber yakni,

private bank sel punca(Sel Punca disimpan untuk kebutuhan pengobatan pribadi);

dan hibah dari seorang pasien yang memang bahan sel punca(sum-sum tulang,

darah tali pusat, dan lemak) tersebut seandainya tidak diambil (didonorkan)

kepada pihak Bank Sel Punca pun akan terbuang sia-sia karena tidak akan

digunakan oleh sang pasien (pendonor), misalkan pada suatu ketika ada seorang

4 Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016 5 Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016

Page 41: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

32

pasien yang mengalami kecelakaan yang kemudian mengeluarkan darah saat

menjalani operasi, maka darah tersebut diminta kurang lebih 30cc/ml kemudian

dapat di ekstraksi menjadi sel punca, atau mungkin pasien kecelakaan yang

mengalami patah tulang, ketika menjalani operasi pemasangan pen bisa dimintai

sedikit sumsum tulangnya kemudian dapat di ekstraksi dan disimpan di Bank Sel

Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, untuk selanjutnya dapat diaplikasikan

pada pasien yang membutuhkan sel punca tersebut secara instan.6

Adapun beberapa faktor yang mengakibatkan pasien terapi Sel Punca

harus melakukan terapi Sel Punca secara allogenic yakni, pasien tersebut sudah

sangat parah sehingga tidak dimungkinkan mengambil sel punca dari tubuh

pasien, belum lagi proses pengolahan sel punca dari bahan dasar(sum-sum tulang

belakang, darah tepi, lemak) membutuhkan waktu hingga tiga (3) minggu untuk

sampai pada tahap pengaplikasian (injeksi ataupun di alirkan dalam pembuluh

darah); kemudian faktor lain yang mengharuskan melakukan terapi sel punca

alogenik yakni karena umur pasien yang sudah tua, sehingga dapat dipastikan sel

punca yang dimiliki pasien juga sudah menurun kualitasnya7.

6 Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016 7 Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016

Page 42: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

33

B. Analisis Praktik Terapi Allograft Stem Cell Ditinjau Dari Hukum Islam

Dalam islam segala aspek kehidupan di dunia ini diatur dengan hukum

syara‟ baik sosial, budaya, ekonomi hingga kesehatan, hal tersebut sejalan dengan

Maqasid as-Syari‟ah yang ada, yakni tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan

hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan

itu tidak hanya untuk kehidupan dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupan yang

kekal di akhirat kelak. Abu Ishaq al-Shatibi merumuskan lima tujuan hukum

Islam (maqasid al khamsah), yakni: Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama); Hifdz

An-Nafs (Memelihara Jiwa); Hifdz Al‟Aql (Memelihara Akal); Hifdz An-Nasb

(Memelihara Keturunan); Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta), oleh karenanya

menjaga kesehatan dan mengobati penyakit merupakan bagian dari Maqasid as-

Syari‟ah yakni Hifdz An-Nafs.

Rasulullah SAW menganjurkan berobat bagi orang yang sakit

sebagaimana hadits berikut.

Rasulullah SAW bersabda:

واء وجعل لكل داء دواء ف تداووا وال تداووا برام (رواه ابو داود)8 اء والد إن اهلل أن زل الد

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya,

demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya.

8 Imam al- Hafidz Abi Daud Sulaiman, “Sunan Abi Dawud”, Juz 3, (Beirut: Darul Kutub al-

'Ilmiyyah, 1996, Cet. Pertama), h.7

Page 43: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

34

Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.”

(HR. Abu Dawud dari Abu Darda` radhiallahu „anhu).

Oleh sebab itu, menemukan metode pengobatan yang pas dan sesuai

dengan penyakit yang diderita oleh pasien menjadi urgent karena hal itu

menyangkut keselamatan jiwa seorang pasien, dalam hal ini bagi pasien yang

mengalami penyakit kronis.

Atas dasar tersebut para ilmuan berusaha menemukan metode pengobatan

yang ampuh dan efisien dalam menangani berbagai penyakit yang diderita para

pasien, metode pengobatan terbaru yang sedang gencar diteliti oleh para ahli

dalam satu dekade terakhir dan mulai ramai di perkenalkan oleh lembaga

kesehatan yakni fasilitas kesehatan berupa pelayanan Sel Punca (Stem Cell).

Metode tersebut dianggap ampuh dan mutakhir dalam mengobati berbagai

penyakit karena terbukti secara klinis dapat menyembuhkan berbagai penyakit

secara signifikan, kendati demikian metode pengobatan dengan Sel Punca (Stem

Cell) ini jika kita lihat sekilas mungkin seakan tidak ada dalam literatur khazanah

hukum islam, namun kita sebagai seorang muslim harus yakin bahwa Allah telah

menurunkan agama ini secara sempurna, sehingga segala permalahan yang ada,

baik dulu hingga akhir zaman nanti telah Allah atur ketentuannya dalam al-Qur‟an

maupun al-Hadits, meskipun demikian perlu adanya kajian dan pemahaman

mendalam untuk menemukannya.

Page 44: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

35

Sebagaimana Allah S.W.T berfirman dalam Q.S. Al-Maidah/5:3

يناد مت ورضيت لكم اإلسلم نع كم ي عل تمت وأ دينكم لكم لت أكم الي وم

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan

telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam

itu jadi agama bagimu”(al-Maidah/5:3).

Menurut Imam al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya, bahwa ayat

tersebut diturunkan pada hari jum‟at yang bertepatan dengan اليوم أكملت لكم دينكم

hari Arafah, selepas ashar, pada saat haji wada, tahun sepuluh Hijriyah. Ketika itu

Rasulullah SAW sedang melakukan wukuf di padang Arafah di atas untanya,

adhba. Peristiwa itu nyaris membuat kaki-kaki unta patah karena terlalu berat

menanggung beban sehingga ia pun mendekam.9

terkadang sebagian hari digunakan untuk menyebut :(Hari) اليوم

keseluruhannya, demikian pula sebagian bulan pun digunakan untuk menyebut

keseluruhannya, meski tidak menghabiskan waktu satu bulan penuh ketika

melakukan perbuatan tersebut. Hal ini berlaku dalam ucapan bangsa Arab dan non

Arab.10

9 Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki, “Al-Jami' Li

Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu Minas Sunnati Wa Ayil Qur'an.” jilid 6,

(Beirut – Lebanon: Mu'assisah Ar-Risalah,), h. 60 10

Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki, “Al-Jami'

Li Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu Minas Sunnati Wa Ayil Qur'an.”, h. 61

Page 45: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

36

adalah ungkapan untuk syari‟ah yang diberlakukan dan (Agama) الدين

diwajibkan kepada kita. Sesungguhnya ayat ini diturunkan sebagai petunjuk arah

bagi kita, sekaligus sebagi ayat pamungkas yang diturunkan (kepada Rasulullah

SAW). Sebab setelah ayat ini tidak ada lagi hukum yang diturunkan. Demikian

pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan As-Suddi.

Namun mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud (dari agama

dalam ayat ini) adalah sebagian besar kewajiban, penghalalan dan pengharaman.

Mereka berkata, “(sebab) setelah itu masih (ada) banyak (ayat) al-Qur‟an yang

diturunkan. Setelah itu masih diturunkan ayat tentang riba, masih diturunkan ayat

tentang kalalah dan ayat-ayat lainnya. Sesungguhnya yang telah sempurna adalh

sebagian besar (hukum) agama danmasalah haji. Pasalnya tidak ada lagi orang

musyrik yang thawaf bersama kaum muslim pada tahun itu, tidak ada lagi orang

telanjang yang thawaf mengelilingi ka‟bah, dan seluruh manusia sudah melakukan

wukuf di Arafah.”

Dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,” yakni“ واتمت عليكم نعمت

dengan menyempurnakan syari‟at dan hukum, serta memunculkan atau

memenangkan agama Islam (atas agama yang lainnta), sebagaimana yang telah

Kujanjikan kepada kalian, ketika Aku berjanji: وألمت نعمت عليكم “Dan agar Ku-

sempurnakan nikmat-Ku atasmu,” (Qs. Al Baqarah [2]:150) yaitu memasuki kota

Makkah dalam keadaan yang aman lagi tenang. Juga hal-hal lainnya yang telah

Page 46: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

37

dijamin oleh agama yang condong kepada kebenaran ini, termasuk masuk surga

dalam naungan rahmat Allah Ta‟ala.11

Kemudian ayat م دينالسالورضيت لكم ا “ Dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi

agama bagimu.” Maksudnya, Aku memberitahukan kepada kalian (bahwa Aku

“Allah SWT”) telah meridhai Islam sebagai agama kalian. Dengan demikian,

sesungguhnya Allah senantiasa meridhai Islam sebagai agama kita. Oleh karena

itu, jika kita menafsirkan firman Allah itu sesuai dengan zhahirnya, maka

pengkhususan keridhaan Allah pada hari itu tidak memiliki faidah apapun.12

Ada kemungkinan makna yang dikehendaki dari firman Allah:

م دينالسالورضيت لكم ا “Dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” Adalah,

Aku telah meridhai Islam yang kalian anut pada hari ini sebagai agama yang akan

tetap ada kesempurnaannya, sampai akhir hayat, dimana Aku tidak akan

menasakh sedikit pun darinya, wallahu a‟lam.

ملساال yang terdapat pada ayat ini adalah Al Islam yang terdapat pada

firman Allah Ta‟ala: ملسإن الدين عند اهلل اال “sesungguhnya agama (yang diridhai)

disisi Allah hanyalah Islȃm.” (Qs. Âli „Imraan[3]:19). Yaitu Islȃm yang

11

Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki, “Al-Jami'

Li Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu Minas Sunnati Wa Ayil Qur'an.”h. 62 12

Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki, “Al-Jami'

Li Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu Minas Sunnati Wa Ayil Qur'an.” h. 63

Page 47: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

38

ditafsirkan dalam pertanyaan Jibril kepada Nabi SAW, yakni iman, amal, da

cabang-cabang keimanan.13

Oleh karenanya, dalam hal ini penulis berkepentingan dan merasa perlu

melakukan penelitian dalam bentuk karya ilmiah yang sekaligus menjadi tugas

akhir penulis dalam menyelesaikan studinya di Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan bersama Dr. dr.

Ismail, Sp.OT(K), yang merupakan kepala Laboratorium Sel Punca di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) bahwa dalam proses tahapan prosedur

medis Sel Punca sebelum di aplikasikan pada pasien, terlebih dahulu pasien akan

menjalani skrining di klinik kesehatan untuk mengetahui secara pasti penyakit apa

yang sebenarnya diderita oleh calon pasien. Setelah jelas penyakit apa yang di

derita oleh calon pasien maka dianalisis apakah pasien tersebut layak

menggunakan metode Sel Punca atau cukup dengan pengobatan konvensional.14

Pengolahan Sel Punca donor sebelum di terapkan pada pasien terlebih

dahulu dilakukan pembiakan sel punca dengan metode xeno-free (bebas bahan

hewani), seandainya pun menggunakan bahan hewani, maka pilihannya yang di

pakai adalah BVC(dari bahan dasar sapi), setelah dirasa sudah cukup sesuai

13

Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki,

“Al-Jami' Li Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu Minas Sunnati Wa Ayil

Qur'an.” jilid 6, (Beirut – Lebanon: Mu'assisah Ar-Risalah,), h. 63 14

Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016

Page 48: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

39

dengan kebutuhan pasien barulah Sel Punca tersebut dapat diaplikasikan pada

pasien terkait15

.

Setiap pasien yang mendapatkan perawatan dengan Sel Punca maka

mereka harus melakukan pengecekan satu bulan setelah terapi dilakukan,

kemudian pengecekan selanjutnya dilakukan dalam rentang tiga bulan sekali

untuk memastikan keberhasilan proses pengobatan yang ditandai dengan

meningkat atau membaiknya kesehatan pasien tersebut, yakni hingga bulan ke dua

belas.

Pengecekan tersebut dilakukan guna memastikan keberhasilan atau

signifikasi proses penyembuhan pasien, kemudian hal tersebut dilakukan juga

untuk mengetahui apakah ada gejala tanda terjadinya tumor atau kangker, dengan

diketahuinya tanda gejala kanker atau tumor pada pasien sedini mungkin maka

dapat dilakukan tindakan preventif sedini mungkin pula, sehingga hal ini tidak

menyebabkan masalah kesehatan tambahan untuk pasien yang tengah sakit

tersebut.

Kemudian jika kita kaji tentang kebolehan menggunakan Sel Punca

allogenic dalam terapi pengobatan dari persfektif kaidah fiqh maka dapat kita

temukan dalam kitab al-Wajiz Fi Idlahi Qawa‟id al-Fiqh al-Kulliyah karya

Syaikh Dr. Muhammad Shiddiq bin Ahmad al-Burnu. Yakni kaidah yang

berbunyi:

15

Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016

Page 49: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

40

16 .ات ر و ظ ح م ال ح ي ب ت ت ار و ر الض

Yang bermakna “Dalam keadaan darurat membolehkan melakukan sesuatu

yang dilarang”.

Dalam hal ini kebutuhan pasien untuk memperoleh pengobatan sangatlah

mendesak dan tidak ada metode pengobatan (jalan) lain yang bisa ditempuh oleh

sang pasien kecuali dengan metode allograft stem cell ini, oleh karena beberapa

sebab tersebutlah sang pasien diperbolehkan menggunakan metode allograft stem

cell.

Dan juga Sebagaimana qaidah fiqh

.17 ة اص خ و أ ت ان ك ة م اع ة ر و ر الض ة ل ز ن م ل ز ن ت ة اج ل ا

Artinya: “Hajat ditempatkan pada posisi dharurat, baik secara umum atau

khusus“

Yakni kebutuhan untuk menyembuhkan penyakit pasien yang tadinya

dapat dipenuhi dengan metode pengobatan konvensional, berubah menjadi lebih

buruk oleh beberapa sebab baik usia pasien yang sudah lanjut, maupun keadaan

lain seperti kondisi pasien sudah sangat menderita seperti korban kebakaran

seluruh tubuh, gagal jantung atau pasien diabetes akut sehingga tidak mungkin

lagi mengambil sel punca dari tubuh pasien untuk terapi allograft stem cell, disisi

lain seandainya mengambil sel punca dari pasien pun akan membutuhkan waktu

16

Dr. Muhammad Shiddiq bin Ahmad al-Burnu, “al-Wajiz Fi Idhahi Qawa‟id al-Fiqh al-

Kulliyah”( Beirut: Muassah al-Risalat, 1996), h.234 17 Dr. Muhammad Shiddiq bin Ahmad al-Burnu, “al-Wajiz Fi Idhahi Qawa‟id al-Fiqh al-

Kulliyah”( Beirut: Muassah al-Risalat, 1996), h.242

Page 50: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

41

yang sangat lama dalam memprosesnya, hal ini pasti akan menyiksa pasien yang

sudah sakit parah atau bahkan dikhawatirkan pasien meninggal lebih dulu

sebelum sel punca mereka siap digunakan, oleh karenanya donor sel punca dari

orang lain menjadi darurat karena merupakan jalan satu-satunya untuk

menyembuhkan pasien. Atas dasar beberapa alasan tersebut, maka kondisi pasien

yang tadinya menempati posisi kebutuhan hajiyat (sekunder), yakni dapat diobati

dengan metode konvensional pada umunya, berubah menjadi kebutuhan

dharuriyat (primer) karena menyangkut keselamatan nyawa pasien.

Contoh pasien yang mengalami kebakaran parah seluruh tubuh sehingga

tidak memungkinkan mengambil sel punca dari tubuh pasien karena akan

menambah pesakitan korban, disisi lain juga lamanya proses pengolahan sel

punca dari bahan darah sampai dengan siap diterapkan atau diaplikasikan pada

pasien adalah tiga minggu, sedangkan pasien membutuhkan penanganan sesegera

mungkin18

. Oleh karenanya praktik sel punca alogenik menjadi krusial disebabkan

kebutuhan yang mendesak atau darurat ini.

Selanjutnya sebagaimana kaidah,

19.ع س ت ا ا ر م اال اق ا ض ذ ا

18

Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016 19

Dr. Muhammad Shiddiq bin Ahmad al-Burnu, “al-Wajiz Fi Idhahi Qawa‟id al-Fiqh al-

Kulliyah”( Beirut: Muassah al-risalat, 1996), h.230

Page 51: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

42

Artinya: “ Apabila suatu perkara menjadi sempit, maka hukumnya menjadi

luas ”

Kaidah tersebut sejalan dengan kebutuhan pasien allograft stem cell dalam

memperoleh pengobatan yang tidak dapat memperoleh pengobatan secara

konvensional sebagaimana pasien lainnya karena beberapa faktor, baik dari jenis

penyakit yang diderita pasien itu sendiri maupun keadaan lain, yang

mengakibatkan pasien terbentur untuk memperoleh penanganan dengan metode

konvensional. Keadaan tersebut tentu menyulitkan pasien dalam memperoleh

pengobatan, yang pada ujungnya akan makin memperburuk (memperparah)

keadaan pasien, oleh karenanya hukum menjadi luas bagi pasien tersebut karena

ia telah mendapatkan kesempitan. Disinilah ia mendapatkan kelonggaran untuk

dapat memperoleh metode pengobatan yang pada umumnya dilarang syariat

(diharamkan) menjadi boleh termasuk di dalamnya dengan metode Sel Punca

Allogenic (Allograft Stem Cell), karena tidak ada lagi metode pengobatan yang

dapat diharapkan untuk menyembuhkan pasien tersebut.

Kemudian terkait posisi hukum bagi pendonor yang telah rela

mendonorkan sebagian sel puncanya, baik yang di ekstraksi dari darah, lemak atau

bahkan sum-sum tulang, maka memiliki hukum yang dipersamakan dengan

hukum terapi allograft stem cell oleh pasien tersebut, hal ini sebagaimana kaidah

ushul fiqh قاصد وسائل للحكم امل , oleh karena itu hukum mendonorkan Sel Puncanya

pun memiliki hukum yang sama yakni boleh atau mubah.

Page 52: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

43

Disisi lain, donor sel punca tersebut terkandung unsur tolong menolong,

yakni untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang sedang sakit parah dan

membutuhkan donor sel punca sesegera mungkin.

Allah S.W.T berfirman dalam Q.S. Al-Maidah/5:2

.)سورة املائدة إن ٱللو شديد ٱلعقاب وٱت قوا ٱللو ن و وٱلعد ث إل وال ت عاونوا على ٱ ى قو وٱلت ب ال وت عاونوا على

(٢ األية

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”

(QS. Al- Maidah[5]: 2)

Firman Allah SWT : وٱلت قوى الب وت عاونوا على “Dan tolong-menolonglah kamu

dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.”Al Akhfasy berkata, “Firman ini

terputus/terpisah dari firman Allah SWT sebelumnya. Perintah untuk saling tolong

menolong dalam mengerjakan kebajikan dan takwa ini merupakan perintah bagi

seluruh umat manusia. Yakni, hendaklah sebagian kalian menolong sebagian yang

Page 53: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

44

lain. Berusahalah untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan

mengaplikasikannnya. Jauhilah apa yang Allah larang dan hindarilah.20

Dalam ayat ini, Imam al-Qurthubi menjelaskan perihal kebaikan dan

taqwa. Ia menjabarkan bahwa kata kebaikan dan taqwa adalah dua kata yang

memiliki satu makna secara singkat, setiap kebaikan adalah taqwa dan setiap

taqwa adalah kebaikan. Ia mengklasifikasikan kebaikan dalam lingkup wajib dan

mandub sedangkan taqwa hanya dalam lingkup wajib saja. Berbeda halnya

dengan Imam al-Mawardy, Ia berpendapat antara kebaikan dan taqwa memiliki

makna yang berbeda. Dalam taqwa yang didapati adalah keridhoan dari Allah

SWT, sedang dalam kebaikan yang didapati adalah keridhoan dari manusia saja.

Ibn Huwaizy menjelaskan tolong menolong dalam kebaikan yang

dimaksud adalah sesuai dengan porsinya masing-masing. Contohnya, seorang

yang memiliki ilmu maka wajib baginya mengajarkan ilmunya, sebagai bentuk

pertolongan dia dalam kebaikan kepada orang lain. Sedangkan orang yang

memiliki harta maka ia menolong orang lain dengan hartanya. Sedangkan orang

yang memiliki kekuatan, maka dia menolong menolong orang lain dengan

kekuatannya di jalan Allah SWT.21

Dalam konteks ini Allograft Stem Cell yang di terapkan di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo sejalan dengan maksud tujuan surat al-Maidah ayat dua (2)

20

Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki, “Al-

Jami' Li Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu Minas Sunnati Wa Ayil Qur'an”,

h. 46 21

Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi Al-Maliki, “Al-

Jami' Li Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu Minas Sunnati Wa Ayil Qur'an”,

h.47

Page 54: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

45

tersebut, bahwa konsep donor Stem Cell (Sel Punca) kepada resipien yang

membutuhkan adalah dengan konsep ta‟awun dengan tidak mengharapkan

imbalan apapun. Toh kenyataan dilapangan disebutkan oleh narasumber bahwa

bahan dasar stem cell (darah, sum-sum dan lemak) yang ada di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo merupakan waste product dari para pasien yang memang

seandainya tidak diambil pun akan terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat

sedikitpun termasuk pasien pendonor tersebut.

Kaidah yang berbunyi لمحضورات ا ح ي الضرورة تب yang memiliki maksud, bahwa

dalam keadaan dharurat diperbolehkan melakukan hal yang dilarang.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Tarafah ra.

صلى اهلل عليو وسلم -بي الن ه ر م أ ف و ي ل ع ت ن أ ف ق ر و ن فا م ن أ ذ ت اف ب ل ك ال م و ي و ف ن أ ع ط ق د ع س أ بن ة ج ف ر ع ه د ج ن أ

.٢٢ )رواه أبو داود عن عبد الر رمحن بن طرفة( ب ى ذ ن فا م ن أ ذ ات ف –

Artinya: “Bahwa kakeknya „Arfajah bin As‟ad pernah terpotong

hidungnya pada perang Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam

perak, namun hidung tersebut mulai membau (membusuk), maka Nabi SAW

menyuruhnya untuk memasang hidung (palsu) dari logam emas”. (Riwayat Abu

Dawud dari Abdurrahman bin Tarafah).

Berdasarkan hadits tersebut diatas jelaslah memiliki keserasian dan

kesinambungan dengan kaidah “ المحضورات ح ي الضرورة تب “ dalam memperbolehkan

22

Imam al- Hafidz Abi Daud Sulaiman, “Sunan Abi Dawud”, Juz 3, (Beirut: Darul Kutub

al- 'Ilmiyyah, 1996, Cet. Pertama), h.94

Page 55: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

46

penggunaan emas bagi laki-laki dalam konteks darurat meski hukum asal

menggunakan emas bagi kaum laki-laki adalah haram. Apalagi kegiatan donor

baik darah (darah tepi, darah tali pusat), lemak, dan sum-sum tulang (materi

biologis) yang akan diekstraksi menjadi Sel Punca, tidaklah membahayakan bagi

pendonor karena pada dasarnya bagian-bagian tubuh tersebut akan terus kembali

diproduksi dalam tubuh manusia, sehingga tidak mengurangi fungsi suatu organ

apapun.23

Oleh karenanya penulis menyimpulkan bahwa hukum Allograft Stem Cell

dalam hukum Islam, yang terdapat unsur tolong menolong (ta‟awun) tersebut

adalah boleh atau mubah, karena dapat menyelamatkan jiwa seorang manusia

yang membutuhkan pertolongan dalam keadaan darurat. Dalam prosesnya donor

Stem Cell baik yang di ekstrak dari sum-sum tulang, darah maupun lemak seorang

pendonor yang digunakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

(RSCM)merupakan waste product para pasien yang kebetulan akan terbuang sia-

sia jika tidak dimanfaatkan.24

Hal ini tentu berbeda dengan transplantasi organ tubuh yang mengurangi

fungsi bahkan menghilangkan fungsi suatu organ yang masih sangat dibutuhkan

23

Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016 24

Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Beliau merupakan kepala

laboratorium Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, 23 Desember 2016

Page 56: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

47

oleh pendonor, sehingga hukum asal transplatasi organ adalah haram jika sang

pendonor masih hidup25

.

25

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama

RI 2012 ,Tafsir al-Qur‟an Tematik (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang

Dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h. 13.

Page 57: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

47

BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan perumusan masalah dan penelitian yang telah dilakukan ,

penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu:

1. Bahwa hukum terapi allograft stem cell bagi pasien penderita penyakit

kronis yang tidak memiliki opsi metode penyembuhan lain adalah boleh

atau mubah, hal ini berdasarkan alasan sebagai berikut:

a) Karena dalam keadaan darurat yang bisa mengancam

keselamatan pasien sebagaimana Qa’idah “ ا لم حضور اتحيةتب الضرور ” .

b) Karena bahan yang diekstraksi menjadi sel punca (stem cell)

akan terus diproduksi oleh tubuh manusia (pendonor).

c) Bahan sel punca merupakan west product yang seandainya tidak

diambilpun (didonorkan) tidak akan akan memberikan manfaat

bagi pendonor, contoh seperti lemak hasil operasi sedot lemak,

darah korban kecelakaan yang terus mengalir dan sum-sum

tulang pasien yang melakukan pemasangan pen pada tulang

patah.

d) Ada unsur ta’awun antar pendonor dan resipien dalam kebaikan,

yakni menyelamatkan jiwa seseorang yang sedang sakit parah.

Page 58: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

48

2. Allograft Stem Cell dalam perundang-undangan yang kita miliki sudah

cukup ter-akomodir, hal ini terbukti dengan adanya poin-poin khusus

dalam regulasi yang menempatkan pasien Sel Punca Allogenic sebagai

bagian dari sasaran pengobatan metode ini. Adapun regulasi yang

mengatur khusus terkait Sel Punca ini antara lain, Permenkes nomor

833/834 tahun 2009, tentang 'Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan

Medis Stem Cell; Permenkes nomor 48 tahun 2012, tentang

'Penyelenggaraan Bank Darah Tali Pusat; Permenkes nomor 50 tahun

2012, tentang 'Penyelenggaraan Laboratorium Pengolahan Stem Cell

Untuk Aplikasi Klinis; dan Permenkes nomor 32 tahun 2014 tentang

Penetapan Rumah Sakit Pusat Pengembangan Pelayanan Medis

Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Stem Cell.

3. Penentuan pendonor dan resipien dalam undang-undang yang ada

tidaklah pertentangan, hal ini membuktikan naskah akademik dalam

penyusunan undang-undang terkait sudah sesuai karena melibatkan

para tokoh agamawan dalam penyusunannya.

B. Saran-saran

1. Saran penulis untuk Institusi Bank Sel Punca (Stem Cell) antara lain:

a. Taatilah seluruh prosedur standar praktik sebagaimana diatur

dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 48 tahun 2012.

Sehingga kualitas Sel Punca dan pelayanan senantiasa terjaga,

dengan demikian kepercayaan pelanggan pemilik Private Sel

Punca pun akan terjaga.

Page 59: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

49

b. Ubahlah mind set Institusi Bank Sel Punca Swasta agar tidak

berorientasi pada komersial produk semata, namun juga harus turut

berpartisispasi menyediakan Sel Punca untuk kegiatan donor

(sosial) Sel Punca Allogenic.

2. Saran penulis untuk peneliti di lingkungan civitas akademika UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya untuk mahasiswa faultas

syariah dan hukumantara lain :

a. Saran judul berupa “Hukum menumbuhkan anggota badan bekas

jarimah qisas dengan stem cell ditinjau dari hukum Islam”. Judul

ini terinspirasi dari hasil penelitian di Jerman yang telah berhasil

menumbuhkan jari tangan yang terpotong, bisa kembali pulih

seperti semula. Karena kemungkinan besar teknologi tersebutpun

pasti akan masuk ke negara kita dalam waktu dekat.

b. Saran judul berupa “ Hukum transaksi Sel Punca Private (Private

Stem Cell) ditinjau dari hukum Islam”. Saat ini banyak warga

negara Indonesia dengan tarap ekonomi menengah keatas yang

menyimpan Sel Punca darah tali pusat anaknya di umbilical cord

banking dengan biaya mahal. Hal ini dimungkinkan suatu hari

nanti akan ada pemindahan hak kepemilikan yang disertai transaksi

jual beli.

c. Saran judul berupa “ Tinjauan hukum Islam terhadap cangkok

jantung hasil rekaya Stem cell cloning di laboratorium ”. Judul ini

terinspirasi dari hasil penelitian di Amerika Serikat yang telah

Page 60: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

50

berhasil membuat satu organ jantung utuh di dalam laboratorium.

Teknologi ini kemungkinan besar akan masuk kenegara kita untuk

menggantikan posisi transplasntasi jantung dari manusia dan

hewan.

Page 61: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

51

DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Pustaka

Al-Bagha, Musthofa Daib. Mukhtashar Shohih Bukhari, Cet. 7. Beirut: al

Yamamah Li at-Thiba’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1999.

Al-Burnu, Muhammad Shiddiq bin Ahmad. Al-Wajiz Fi Idhahi Qawa’id al-Fiqh

al-Kulliyah. Beirut: Muassah al-Risalat, 1996.

Fadel, Hossam E. Prospects and Ethics of Stem Cell Research; an Islamic

Perpective, Jima,39. May 2007.

Al-Fanjari, Ahmad Syauqi. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, 1996.

Jusuf, Ahmad Aulia. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells)

Dan Potensi Pengembangannya. Bagian Histologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: Dipresentasikan pada diskusi panel

Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel punca

(Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008. Jakarta: R. Rapat PB IDI.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat Kementrian

Agama RI 2012 ,Tafsir al-Qur’an Tematik. Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat

Kementrian Agama RI, 2012.

Al-Maliki, Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi.

Al-Jami' Li Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu

Minas Sunnati Wa Ayil Qur'an, jilid 6. Beirut – Lebanon: Mu'assisah

Ar-Risalah.

Muslim, Imam abi al-Husain. Shohih Muslim, Cet. 1. Riyadh: Dar al-Salam Li al-

Nasyr wa al-Tauzi’, 1998.

Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, penerjemah Mudzakir AS.

Bogor: Litera Antar Nusa,2013.

Saputra, Virgi. Dasar-dasar Stem Cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu

kedokteran, Cermin Dunia Kedokteran, No. 153, 2006.

As-Sijistani, Imam Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats. Sunan Abi Dawud, Jilid

III. Beirut, Daar al-Khattab.

Sulaiman, Imam al- Hafidz Abi Daud. Sunan Abi Dawud, Juz 3, Cet. Pertama.

Beirut: Darul Kutub al- 'Ilmiyyah, 1996.

Page 62: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka

52

Supartono, Basuki. Tehnik Rekayasa Jaringan Untuk Penyembuhan Cedera Olah

Raga, RSON II.NO. Januari - Maret 2015.

Zubair, A.Charis. Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,1997.

B. Internet

Dhewayani,Radiana. “Harapan Penyembuhan Yang Realistis: Penelitian Sel

Punca Juga Terus Di Kembangkan Fakultas Kedokteran Dalam

Negeri”. Artikel diakses pada 30/11/2016 dari http://dr-

radianaantarianto.blogspot.co.id.

http://gaya.tempo.co/read/news/2015/11/06/060716607/apa-itu-terapi-sel-punca.

Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016.

http://kamuskesehatan.com/?s=allograft, diakses pada 28 Maret 2017

Isprawiro.”terapi Stem Cell dan keberadaannya di Indonedia”, artikel di akses

pada 14 Desember 2016 dari http://medikanews.com/terapi-stem-cell-

dan-keberadaannya-di-indonesia/.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,”Sejarah RSCM”, artikel diakses pada 06

Desember 2016, dari www.rscm.co.id/index.php?option=com

content&view=article&id=126&Itemid =484&lang=id

C. Wawancara

Wawancara pribadi dengan Bapak Dr. dr. Ismail, Sp.OT(K). Jakarta, 23 Desember

2016

Page 63: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 64: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 65: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 66: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 67: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 68: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 69: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 70: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 71: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 72: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 73: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 74: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 75: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 76: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 77: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 78: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 79: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka
Page 80: TERAPI ALLOGRAFT STEM CELL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41710/1/MUHAMAD... · Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam,(Yogyakarta: Pustaka