apa itu stem sel

Upload: lyachebonk

Post on 20-Jul-2015

132 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Apa itu Stem Sel? Stem sel atau sel induk adalah sel yang dalam perkembangan embrio manusia menjadi sel awal yang tumbuh menjadi berbagai organ manusia. Sel ini belum terspesialisasi dan mampu berdeferensiasi menjadi berbagai sel matang dan mampu meregenerasi diri sendiri. Sel induk dibagi menjadi sel stem embrionik dan sel stem dewasa. Sel stem embrionik adalah sel yang diambil dari inner cell mass, suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang berusia lima hari dan terdiri atas seratus sel. Sel ini dapat berkembang biak dalam media kultur optimal menjadi berbagai sel, seperti sel jantung, sel kulit, dan saraf. Sumber lain adalah sel stem dewasa, yakni sel induk yang terdapat di semua organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan. Tubuh kita mengalami perusakan oleh berbagai faktor dan semua kerusakan yang mengakibatkan kematian jaringan dan sel akan dibersihkan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus, sumsum tulang, dan darah tali pusat. Sel induk embrionik maupun sel induk dewasa sangat besar potensinya untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, seperti infark jantung, stroke, parkinson, diabetes, berbagai macam kanker; terutama kanker darah dan osteoarthritis. Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak. Keuntungan sel induk dari embrio di antaranya ia mudah didapat dari klinik fertilitas dan bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh. Pada kultur sel ini dapat berpoliferasi beratus kali lipat sehingga berumur panjang, Namun, sel induk ini berisiko menimbulkan kanker jika terkontaminasi, berpotensi menimbulkan penolakan, dan secara etika sangat kontroversial. Sementara sel induk dewasa dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan imun, sudah terspesialisasi sehingga induksi jadi lebih sederhana dan secara etika tidak ada masalah. Kerugiannya, sel induk dewasa ini jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur, masa hidupnya tidak selama sel induk dari embrio, dan bersifat multipoten sehingga diferensiasinya tidak seluas sel induk dari embrio. Sejarah Pemanfaatan Stem Sel Terapi pengobatan yang menggunakan stem sel mulai digunakan sejak keberhasilan transplantasi sumsum tulang untuk yang pertama kalinya pada tahun 1968.1 Kemudian, stem sel embrionik pluripotent dan stem sel multipotent dewasa digunakan untuk membuat jaringan manusia yang akan ditransplantasi ke pasien dengan indikasi kelainan yang disebabkan oleh degenerasi atau perlukaan sel, jaringan, dan organ. Perkembangan terbaru teknik penumbuhan stem sel embrionik manusia pada kultur dan peningkatan pengetahuan para peneliti mengenai jalur diferensiasi sel telah memperluas penggunaan terapi ini. Pada tahun 1963, peneliti di dunia kedokteran menemukan bahwa sel induk dari tali pusat dapat dipakai si bayi dan keluarganya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Darah di dalam ari-ari dan tali pusat mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah yang sejenis dengan sel induk yang ditemukan di dalam sumsum tulang. Pencangkokan darah tali pusat (umbilical cord blood) pertama kali dilakukan pada seorang anak penderita anemia fanconi di Paris pada tahun 1988. Keberhasilan pencangkokan itu membuka pandangan baru dalam pemanfaatan darah tali pusat yang sebelumnya tidak

berguna. Setelah diteliti lebih lanjut, banyak keuntungan yang ditawarkan dibandingkan dengan transplantasi sumsum tulang yang semula jadi primadona. Stem sel dewasa dari darah tali pusat memiliki kemampuan proliferasi yang lebih tinggi daripada dari sumsum tulang. Selain itu, pencangkokan dengan menggunakan sel induk dewasa dari darah tali pusat ini memiliki tingkat kecocokan lebih tinggi dibandingkan sumsum tulang. Sel induk sumsum tulang dan darah tali pusat sejauh ini telah berhasil digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kelainan darah. Hingga kini sedikitnya 3.000 pencangkokan darah tali pusat telah dilakukan. Lebih dari 72 penyakit yang terbukti dapat diobati dengan pencangkokan sel induk ini, di antaranya leukemia, keropos tulang (osteoporosis), dan kanker payudara. Kebanyakan dari penyakit yang disembuhkan adalah penyakit akut, seperti leukemia akut dan kronis, anemia fanconi, anemia aplastic, dan penyakit auto immune. Namun pada kanker payudara, stem sel terbukti tidak menolong. Pada tahun 1993, di Jerman telah dilakukan sebuah penelitian yang melibatkan 885 pasien berumur kurang dari 56 tahun penderita kanker payudara yang tidak bermetastasis dan telah dioperasi. Pasien yang mendapat perlakuan konvensional diberikan fluorouracil, epirubricin,dan cyclophosphamide setiap tiga minggu, diikuti radioterapi dan perlakuan dengan tamoxifen, untuk empat siklus dari perlakuan. Pasien dari kelompok perlakuan dosis tinggi menerima perlakuan cara yang sama untuk 4 siklus pertama, tetapi perlakuan kelima terdiri dari dosis tinggi cyclophosphamide, thiotepa, dan carboplatin diikuti transplantasi stem sel hematopoietik darah tepi pasien sendiri. Hasilnya, 5 wanita meninggal pada kelompok dengan perlakuan dosis tinggi yaitu 1 selama perlakuan, dan 4 pada 100 hari setelah transplantasi stem sel. Sebuah penelitian lain dilakukan pada tahun 1191 melibatkan 540 wanita yang menderita kanker payudara dan paling sedikit 10 diantaranya positif memiliki axillary nodes. Mereka diperlakukan baik dengan 6 siklus dari kemoterapi dengan cyclophosphamide, doxorubicin, dan fluorouracil maupun dengan kemoterapi diikuti 1 siklus kemoterapi dosis tinggi dengan cyclophosphamide dan thiotepa dan transplantasi hematopoietik stem sel autolog. Hasilnya, 9 wanita meninggal pada kelompok yang mendapat perlakuan dosis tinggi. Peneliti menemukan bahwa penambahan transplantasi stem sel pada kemoterapi konvensional tidak memperbaiki penyakit, tetapi waktu untuk kambuhnya lebih panjang pada wanita yang menjalani transplantasi stem sel. Masih Menjadi Kontroversi Sejauh ini, penggunaan sel stem embrionik masih dibayangi masalah etika dan dilarang di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat dan Perancis. Pemerintah Federal Amerika Serikat melarang pendanaan penelitian yang menggunakan sel induk berasal dari embrio, tetapi tidak melarang penelitian itu sendiri. Hal ini menyebabkan penelitian dilakukan pihak swasta tanpa pengawasan yang baik. Namun, di beberapa negara, seperti Singapura, Korea, dan India, penggunaan sel stem embrionik manusia untuk kedokteran regeneratif diperbolehkan. Kanada membolehkan penggunaan embrio sisa bayi tabung untuk penelitian sel induk. Swedia mendukung kegiatan pengklonan embrio untuk tujuan pengobatan. Di Inggris, pihak swasta diperbolehkan membuat sel induk dari embrio. Bahkan, Singapura menanamkan modal dalam upaya penelitian sel induk yang berasal dari embrio sebesar 300 juta dollar AS dengan mengembangkan Biopolis, suatu taman ilmu yang

modern dengan tujuan khusus penelitian sel induk. Di Singapura juga telah didirikan suatu bank penyimpanan darah tali pusat. Permasalahan etika itu dengan pesat muncul ke permukaan karena sumber sel induk adalah berupa embrio dari hasil abortus, zigot sisa dan hasil pengklonan. Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan, seperti apakah penelitian embrio manusia secara moral dapat dipertanggungjawabkan? Apakah penelitian yang menyebabkan kematian embrio itu melanggar hak asasi manusia dan berkurangnya penghormatan pada makhluk hidup? Dibalik itu semua, banyak harapan yang timbul dari penelitian sel induk dari embrio ini. Sel ini berpotensi berkembang jadi berbagai jenis sel yang menyusun aneka jenis organ tubuh. Sungguh luar biasa bukan? Tak Kunjung Selesai Dewasa ini sudah ada sejumlah peneliti melaporkan suatu cara memperoleh embrio yang etis, antara lain dengan cara membuat embrio partenogenetik dan melalui transfer inti yang diubah. Ini disebut pembuatan embrio yang etis. Pembentukannya dilakukan dengan penyuntikan suatu protein sperma pada sel telur yang memicu proses fertilisasi dan sel telur mulai membelah. Pembelahan sel telur ini hanya dapat berkembang sampai stadium blastosis dan sel induk embrio kemudian dapat dipanen. Pada transfer inti yang diubah dilakukan transfer inti dengan DNA yang sudah diubah sehingga hasil fertilisasi tidak dapat berkembang jadi embrio atau fetus. Ia berhenti pada stadium blastosis. Menurut pendukung gagasan ini, gumpalan sel yang terbentuk tidak dapat disebut embrio karena tidak sempurna. Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh sel induk menimbulkan kontroversi lantaran berhubungan dengan pengklonan manusia atau pengklonan reproduksi yang ditentang semua agama. Dalam proses pemanenan sel induk dari embrio terjadi kerusakan pada embrio yang menyebabkannya mati. Pandangan bahwa embrio mempunyai status moral sama dengan manusia menyebabkan hal ini sulit diterima. Karena itu, pembuatan embrio untuk tujuan penelitian merupakan hal yang tidak dapat diterima banyak pihak. Perdebatan tentang status moral embrio berkisar tentang apakah embrio harus diperlakukan sebagai manusia atau sesuatu yang berpotensi sebagai manusia, atau sebagai jaringan hidup. Pandangan yang moderat menganggap suatu embrio berhak mendapat penghormatan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Semakin tua usia embrio, kian tinggi tingkat penghormatan yang diberikan. Pandangan liberal menganggap embrio pada stadium blastosis hanya sebagai gumpalan sel dan belum merupakan manusia sehingga dapat dipakai untuk penelitian. Namun, pandangan konservatif menganggap blastosis sebagai makhluk hidup. Salah satu cara untuk menghindari masalah etika penggunaan embrio manusia adalah dengan eksperimen pengklonan lintas spesies. Teknologi ini masih dikembangkan dan belum banyak dikaji dari segi ilmiah dan etika. Salah satu tujuan dibuat stem sel adalah untuk keperluan riset agar para ahli makin mengenali proses perkembangan awal kehidupan manusia yang tidak dapat diamati di rahim. Stem sel juga digunakan untuk riset, percobaan obat-obat baru untuk mengetahui kemujarabannya beserta efek sampingnya, dan terapi gen. Stem sel atau sel induk adalah sel yang dalam perkembangan embrio manusia menjadi sel awal yang tumbuh menjadi berbagai organ manusia. Stem sel memiliki kemampuan untuk

berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas. Stem sel juga mampu meregenerasi dirinya sendiri. Menurut The Official National Institute of Health Resource for Stem Cell Research, stem sel ini ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan sumbernya, sel induk dibagi menjadi zigot, yaitu tahap sesaat setelah sperma bertemu sel telur. Adapun stem sel embrionik adalah sel yang diambil dari inner cell mass, suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang berusia lima hari dan terdiri atas seratus sel. Sel ini dapat berkembang biak dalam media kultur optimal menjadi berbagai sel, seperti sel jantung, sel kulit, dan saraf. Sumber lain adalah stem sel dewasa, yakni sel induk yang terdapat di semua organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan. Tubuh kita mengalami perusakan oleh berbagai faktor dan semua kerusakan yang mengakibatkan kematian jaringan dan sel akan dibersihkan. Stem sel dewasa dapat diambil dari fetus, sumsum tulang, dan darah tali pusat. Sel induk embrionik maupun sel induk dewasa sangat besar potensinya untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, seperti infrak jantung, stroke, parkinson, diabetes, berbagai macam kanker; terutama kanker darah dan osteoarthritis. Stem sel embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak. Keuntungan sel induk dari embrio di antaranya ia mudah didapat dari klinik fertilitas, bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh, berumur panjang karena dapat berpoliferasi beratus kali lipat pada kultur, reaksi penolakan juga rendah. Namun, sel induk ini berisiko menimbulkan kanker jika terkontaminasi, berpotensi menimbulkan penolakan, dan secara etika sangat kontroversial. Sebenarnya transplantai stem sel bukanlah teknik pengobatan baru di dunia kedokteran. Lebih dari 70 tahun lalu, teknik ini telah dicoba pada pasien, yang hingga saat ini berjumlah 5 juta orang. Teknik transplantasi stem sel ini tidak selalu berhasil. Kesulitan mencari mamalia yang sehat dan tidak berpotensi menyebarkan penyakit dan kesulitan menciptakan stem sel yang dapat beradaptasi dengan sistem imun penerima menjadi masalah umum pengobatan ini. Prof Michael Molnar, ilmuwan Amerika yang menciptakan stem sel dari seekor kelinci pada 1998 mengatakan mamalia seperti kelinci memiliki jenis sel yang serupa dengan manusia. Tak sembarang kelinci, kelinci yang diambil selnya adalah pilihan yang telah diteliti selama 30 generasi. Dalam seminar Stem Cell Transplantation sebagai Alternatif Terapi Pengobatan Berbagai Penyakit (13/10), Prof Molnar menjelaskan hasil riset bersama tim di Bio-Cellular Research

Organization (BCRO) di Swiss sejak 1976 dengan menerapkan good manufacturing practice (GMP) dan pengalaman klinis transplantasi. Ia menyimpulkan setiap pasien dengan penyakit berat perlu diberi rangsangan untuk regenerasi sel dari organ yang rusak. Sampai saat ini lebih dari 5.000 pasien dari seluruh dunia telah menerima transplantasi stem sel dari organisasi penelitian bioselular bimbingan Prof Molnar ini. Managing Director BCRO Indonesia dr. Suharto mengatakan stem sel yang akan ditransplantasikan, dimasukkan ke dalam tubuh manusia melalui injeksi pada organ yang selnya akan diganti. Kabar gembiranya, kini di Indonesia terapi transplantasi stem sel sudah dapat dilakukan di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Selatan sejak awal tahun ini. Ketua Tim Transplantasi RS Pondok Indah Jakarta Dr Mulyono S mengatakan, hingga saat ini telah melakukan transplantasi stem sel kepada 18 pasien yang sebagian besar penderita Diabetes Mellitus. Dr. Suharto menambahkan, Majelis Ulama Indonesia tidak melarang sistem pengobatan stem sel karena menggunakan sel binatang halal (kelinci). Keunggulan lainnya, stem sel kelinci temuan Prof Molnar sangat adaptable (mudah beradaptasi) dengan tubuh manusia. Pengobatan transplantasi stem sel selangkah lebih maju dibandingkan transplantasi organ secara langsung. Pada transplantasi organ perlu diperhatikan risiko operasi pembedahan, keterbatasan pendonor, dan reaksi penolakan si penerima organ. Khusus untuk mengatasi reaksi penolakan, si penerima diwajibkan makan obat penekan imunitas/immunosupresan seumur hidup. Sedangkan pada transplantasi stem sel reaksi penolakan tidak terjadi. Otomatis, pasien tidak perlu mengonsumsi obat immunosupresan. Kehadiran terapi transplantasi stem sel ini membawa harapan baru pada pasien penyakit berat antara lain diabetes tipe 2 dan campuran, down syndrome, infertilitas, defisiensi hormon, penyakit autoimun, parkinson, kelainan defisiensi imunitas seperti AIDS bahkan kanker.

Walaupun transplantasi stem sel adalah pilihan pengobatan terakhir. Bukan berarti stem seladalah obat dewa yang dapat menyembuhkan semua jenis penyakit, kata Prof Molnar. Dia mencontohkan pada kasus penyakit jantung koroner. Terapi stem sel tidak dapat mengatasi penyumbatan darah pada koroner. Yang dapat dilakukan adalah regenerasi sel pada jaringan otot jantung yang rusak dan merangsang pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis). Stem sel dapat ditanam pada salah satu cabang arteri koronaria yang tersumbat atau dengan pendekatan angiography ke dalam otot jantung yang mengalami kerusakan. Keberhasilan terapi transplantasi stem sel sangat tergantung dengan kondisi pasien. Setiap penerima donor wajib menjalani prosedur detoksifikasi dengan cara tidak mengonsumsi obat, alkohol, rokok, dan tidak tinggal di daerah yang energi elektromagnetiknya kuat.

Penerima stem sel harus memiliki lingkungan sesehat mungkin agar stem sel yang ditanamdapat hidup. Mengingat stem sel itu adalah sel muda yang sangat sensitif terhadap segala jenis toksin. Penanaman stem sel harus sesegera mungkin karena hanya bertahan selama tiga hari. Penerima stem sel perlu dirawat pasca transplantasi selama 10 hari. urai dr Suharto. Mengingat prosedurnya yang sulit dan tingkat keakuratannya yang tinggi, transplantasi stem sel tentu tidak murah. Tapi bila dibandingkan dengan transplantasi organ yang mengeluarkan biaya operasi pembedahan dan pembelian obat immunosupresor seumur hidup, rasanya transplantasi stem sel menjadi lebih hemat. Ironisnya di negara asal penelitian BCRO, Swiss, transplantai stem sel banyak dipalsukan. Oknum tenaga farmasi sering mengaku memiliki bahan sel berwujud padat buatan Jerman, yang akan mencair bila sudah berada di dalam tubuh. Penyuntikan zat yang seolah-olah stem sel ini pastinya tidak akan hidup dan tidak ada manfaatnya. DGR (Berita Indonesia 61)

Berdasarkan potensiSel induk ber-totipotensi (toti=total) adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio, hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma. Totipotensi dalam biologi sel menunjukkan kemampuan suatu sel untuk dapat memperbanyak diri dalam keseluruhan (total) kemungkinan perkembangan yang dimungkinkan. Kata sifat totipoten lebih banyak dipakai. Sel punca, termasuk zigot, memiliki kemampuan ini. Pada tumbuhan, sel meristem yang berada pada titik tumbuh juga memiliki kemampuan ini. Kemampuan totipotensi dapat diubah dengan mengganti lingkungan hidup/tumbuh sel. Modifikasi osmotik, nutrisi, hormon, atau sumber energi yang dipaparkan pada sel dapat mengubah sifat ini menjadi pluripoten ("banyak potensi"), multipoten ("berbagai potensi"), atau unipoten ("tunggal potensi"). Sel yang pluripoten memiliki kemampuan berubah yang masih banyak, multipoten hanya beberapa, dan unipoten adalah bentuk sel yang telah terspesifikasi.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Totipotensi"

Sel induk ber-pluripotensi (pluri=jamak) Sel induk ber-multipotensi Sel induk ber-unipotensi (uni=tunggal) adalah sel induk yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu, tetapi memiliki kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk.

[sunting]Berdasarkan asalnya

[sunting]Sel induk embrio (embryonal stem cells) Sel induk ini diambil dari embrio pada fase blastosit (5-7 hari setelah pembuahan). Massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel induk embrionik. Selsel diisolasi dari massa sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro. Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-selotot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya. [sunting]Sel induk dewasa (adult stem cells) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbarui diri. Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial. Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietik (hematopoietic stem cells), yaitu sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah yang sehat. Sumber sel induk hematopoietik adalah sumsum tulang, darah tepi, dan darah tali pusar. [sunting]Transplantasi sel induk Transplantasi sel induk dapat berupa:

Transplantasi autologus (menggunakan sel induk pasien sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi) Transplantasi alogenik (menggunakan sel induk dari donor yang cocok, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga), atau transplantasi singenik(menggunakan sel induk dari saudara kembar identik.

[sunting]Jenis-jenis transplantasi sel induk Menurut sumbernya transplantasi sel induk dapat dibagi menjadi: [sunting]Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation) Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung, dan tulang rusuk.

Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik. Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranestesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berproliferasi. Pada akhirnya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi sumsum tulang memerlukan kecocokan HLA 6/6 atau paling tidak 5/6. Risiko lainnya adalah timbulnya penyakit GvHD, di mana sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologi menyerang sel-sel resipien. Selain itu, risiko kontaminasi virus lebih tinggi dan prosedur pencarian donor yang memakan waktu lama. [sunting]Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation) Seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil dari

donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sel induk dan mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat. Selain itu, pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya perlu sekitar 100 cc. Keuntungan lain, sel induk darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentan, tidak setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang. [sunting]Transplantasi sel induk darah tali pusat Pada tahun 1970-an, para peneliti menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel induk dari sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung sejumlah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan di atas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu. Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa. Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Perancis pada penderita anemia Fanconi tahun 1988. Pada tahun 1991, darah tali pusat ditransplantasikan pada penderitaChronic Myelogenous Leukemia. Kedua transplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-kira 3.000 transplantasi darah tali pusat. http://dc261.4shared.com/doc/lZHnvPRq/preview.html

Stem Sel (Sel Punca / Sel Induk)November 6, 2009 at 4:10 pm (Ilmu pengetahuan, Kedokteran, Pengobatan) (sel, sel induk, Sel punca, stem cell)

Sel punca atau sel induk (bahasa inggris: stem cell) merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi untuk dapat berdiferensiasi menjadi jenis sel lain. Kemampuan tersebut memungkinkan sel induk menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup.

Berdasarkan asalnyaSel induk embrio (embryonal stem cells) Sel induk ini diambil dari embrio pada fase blastosit (5-7 hari setelah pembuahan). Massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel induk embrionik. Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro. Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya. Sel induk dewasa (adult stem cells) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbarui diri. Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial. Sel yang dapat bereplikasi menjadi mature cell dengan karakteristik dan bentuk khas. Teminologi stem sel oleh para peneliti dibedakan berdasarkan karakteristik in vivo, in vitro dan paska transplantasi in vivo; yaitu: 1. Totipoten

Sel berasal dari sel telur yang mempunyai kemampuan menjadi sel dan jaringan embrio serta jaringan yang mendukung pertumbuhan embrio itu sendiri. Mamalia mempunyai 200 jenis sel yang meliputi sel saraf (neuron), sel otot (miosit), sel kulit (epitelial), sel darah (eritrosit, monosit,linfosit dll), sel tulang (osteosit) dan sel kartilago (kondrosit). Sel yang juga berperan pada pertumbuhan embrio meliputi jaringan ektraembrional, plasenta dan tali pusat. 2. Pluripoten Sel berasal dari 3 lapisan germinal embrio yang berasal dari inner cell blastokis sebelum menempel pada dinding uterus. Ketiga lapisan tersebut terdiri dari; mesoderm, endoderm dan ektoderm yang merupakan cikal dari semua sel dalam tubuh. (Gambar 1) Mesoderm merupakan cikal dari sumsum tulang, korteks adrenal, jaringan limfe, otot polos, otot jantung, otot rangka, jaringan ikat, sistim urogenital dan sistim vaskular. Endoderm merupakan cikal dari timus, tiroid, paratiroid, laring, trakhea, paru, vesika urinaria, vagina, uretra, GIT. Sedangkan lapisan terakhir, ektoderm merupakan cikal dari kulit, jaringan saraf, medula adrenal, hipofisis, jaringan ikat kepala dan wajah, mata dan telinga.

3. Unipoten Terminologi ini digunakan pada sel yang berasal dari suatu organ, sehingga hanya mampu membentuk sel yang sama, sehingga dengan karakteristik demikian maka stem sel dapat berupa stem sel embrional dan stem sel dewasa. Stem sel germional mempunyai karakteristik totipoten dan pluripoten, stem sel ini diperoleh dari jaringan embrio 4 hari. Jika sel berasal dari gonadal ridge fetus 5-10 minggu maka disebut sel germ embrional. Sedangkan stem sel dewasa mempunyai karakteristik unipoten dan didapat dari organ tertentu. Stem sel dewasa merupakan progenitor atau precursor sel yang akan berkembang menjadi sel mature dengan bentuk dan karakteristik yang khas. Saat diferensiasi ini terjadi, gen tertentu teraktivasi dan gen lainnya bersifat inaktif. Stem sel dewasa meskipun sulit untuk diisolasi dan diidentifikasi, sel ini yang

diharapkan berperan dalam dunia terapi. Sering kali stem sel dewasa diperoleh dari sumsum tulang dan terdiri dari stem sel hematopoitik dan stem sel stromal. Selain itu stem sel juga dapat dijumpai di tali pusat dan serebral. Stem sel dewasa yang terdapat dalam serebral terutama didalam hipokampus.

Beberapa sel dapat mereplikasi seperti kulit, otot dan sel-sel darah. Ketika sebuah sel membelah untuk membuat sel baru, itu disebut replikasi. Beberapa sel tidak dapat mereplikasi juga, seperti otak, saraf, beberapa otot dan ginjal rusak parah dan sel-sel hati . Para ilmuwan sedang bekerja pada cara untuk membuat sel-sel bereproduksi atau perbaikan untuk membantu dengan penyakit. Hal ini akan menjadi besar untuk penyakit Alzheimer, cedera tulang belakang, atau cedera saraf lainnya, multiple sclerosis, muscular dystrophy, penyakit hati dan gagal ginjal. Daftar tersebut dapat menjadi masalah yang tidak ada ujungnya. Namun parailmuwan yakin bahwa sel-sel induk di mana-mana di dalam tubuh Anda, tetapi mereka tidak yakin apa penampilan mereka. Para ilmuwan masih belajar bagaimana mengontrol pertumbuhan sel-sel induk.

Diagram ini menunjukkan bahwa beberapa sel-sel induk dapat berubah menjadi sel yang berbeda. Stem cell diberikan perintah untuk mengubah. Dalam proses tersebut, sel-sel induk mendapatkan lebih matang dan memutuskan jenis sel mereka akan. committed stem cell berarti bahwa mereka mungkin tidak dapat mengubah menjadi tipe yang berbeda sel induk. Ketika sel telah sepenuhnya berubah menjadi jenis sel matang, misalnya sel saraf, ia tidak dapat mengubah kembali menjadi sel batang dan tidak dapat berubah menjadi jenis lain dari sel Dapatkah Anda bayangkan betapa baiknya itu akan membuat sel-sel saraf baru tumbuh . untuk memperbaiki saraf-saraf di tulang belakang . sehingga orang ini tidak akan berada di kursi roda!

Transplantasi sel induk dapat berupa:

Transplantasi autologus (menggunakan sel induk pasien sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi) Transplantasi alogenik (menggunakan sel induk dari donor yang cocok, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga), atau transplantasi singenik(menggunakan sel induk dari saudara kembar identik.

Teknik pengobatan dalam dunia kedokteran terus berkembang. Seakan tidak ingin dikalahkan penyakit berat, para peneliti mengembangkan proyek-proyek penelitian demi mencari pengobatan terbaik bagi kesehatan manusia, salah satunya transplantasi stem sel. Salah satu tujuan dibuat stem sel adalah untuk keperluan riset agar para ahli makin mengenali proses perkembangan awal kehidupan manusia yang tidak dapat diamati di rahim. Stem sel juga digunakan untuk riset, percobaan obat-obat baru untuk mengetahui kemujarabannya beserta efek sampingnya, dan terapi gen. Stem sel atau sel induk adalah sel yang dalam perkembangan embrio manusia menjadi sel awal yang tumbuh menjadi berbagai organ manusia. Stem sel memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas. Stem sel juga mampu meregenerasi dirinya sendiri. Menurut The Official National Institute of Health Resource for Stem Cell Research, stem sel ini ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan sumbernya, sel induk dibagi menjadi zigot, yaitu tahap sesaat setelah sperma bertemu sel telur. Adapun stem sel embrionik adalah sel yang diambil dari inner cell mass, suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang berusia lima hari dan terdiri atas seratus sel. Sel ini dapat berkembang biak dalam media kultur optimal menjadi berbagai sel, seperti sel jantung, sel kulit, dan saraf. Sumber lain adalah stem sel dewasa, yakni sel induk yang terdapat di semua organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan. Tubuh kita mengalami perusakan oleh berbagai faktor dan semua kerusakan yang mengakibatkan kematian jaringan dan sel akan dibersihkan. Stem sel dewasa dapat diambil dari fetus, sumsum tulang, dan darah tali pusat. Sel induk embrionik maupun sel induk dewasa sangat besar potensinya untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, seperti infrak jantung, stroke, parkinson, diabetes, berbagai macam kanker; terutama kanker darah dan osteoarthritis. Stem sel embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak. Keuntungan sel induk dari embrio di antaranya ia mudah didapat dari klinik fertilitas, bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh, berumur panjang karena dapat berpoliferasi beratus kali lipat pada kultur, reaksi penolakan juga rendah. Namun,

sel induk ini berisiko menimbulkan kanker jika terkontaminasi, berpotensi menimbulkan penolakan, dan secara etika sangat kontroversial. Sebenarnya transplantai stem sel bukanlah teknik pengobatan baru di dunia kedokteran. Lebih dari 70 tahun lalu, teknik ini telah dicoba pada pasien, yang hingga saat ini berjumlah 5 juta orang. Teknik transplantasi stem sel ini tidak selalu berhasil. Kesulitan mencari mamalia yang

sehat dan tidak berpotensi menyebarkan penyakit dan kesulitan menciptakan stem sel yang dapat beradaptasi dengan sistem imun penerima menjadi masalah umum pengobatan ini. Prof Michael Molnar, ilmuwan Amerika yang menciptakan stem sel dari seekor kelinci pada 1998 mengatakan mamalia seperti kelinci memiliki jenis sel yang serupa dengan manusia. Tak sembarang kelinci, kelinci yang diambil selnya adalah pilihan yang telah diteliti selama 30 generasi. Dalam seminar Stem Cell Transplantation sebagai Alternatif Terapi Pengobatan Berbagai Penyakit (13/10), Prof Molnar menjelaskan hasil riset bersama tim di Bio-Cellular Research Organization (BCRO) di Swiss sejak 1976 dengan menerapkan good manufacturing practice (GMP) dan pengalaman klinis transplantasi. Ia menyimpulkan setiap pasien dengan penyakit berat perlu diberi rangsangan untuk regenerasi sel dari organ yang rusak. Sampai saat ini lebih dari 5.000 pasien dari seluruh dunia telah menerima transplantasi stem sel dari organisasi penelitian bioselular bimbingan Prof Molnar ini. Managing Director BCRO Indonesia dr. Suharto mengatakan stem sel yang akan ditransplantasikan, dimasukkan ke dalam tubuh manusia melalui injeksi pada organ yang selnya akan diganti. Kabar gembiranya, kini di Indonesia terapi transplantasi stem sel sudah dapat dilakukan di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Selatan sejak awal tahun ini. Ketua Tim Transplantasi RS Pondok Indah Jakarta Dr Mulyono S mengatakan, hingga saat ini telah melakukan transplantasi stem sel kepada 18 pasien yang sebagian besar penderita Diabetes Mellitus. Dr. Suharto menambahkan, Majelis Ulama Indonesia tidak melarang sistem pengobatan stem sel karena menggunakan sel binatang halal (kelinci). Keunggulan lainnya, stem sel kelinci temuan Prof Molnar sangat adaptable (mudah beradaptasi) dengan tubuh manusia. Pengobatan transplantasi stem sel selangkah lebih maju dibandingkan transplantasi organ secara langsung. Pada transplantasi organ perlu diperhatikan risiko operasi pembedahan, keterbatasan

pendonor, dan reaksi penolakan si penerima organ. Khusus untuk mengatasi reaksi penolakan, si penerima diwajibkan makan obat penekan imunitas/immunosupresan seumur hidup. Sedangkan pada transplantasi stem sel reaksi penolakan tidak terjadi. Otomatis, pasien tidak perlu mengonsumsi obat immunosupresan. Kehadiran terapi transplantasi stem sel ini membawa harapan baru pada pasien penyakit berat antara lain diabetes tipe 2 dan campuran, down syndrome, infertilitas, defisiensi hormon, penyakit autoimun, parkinson, kelainan defisiensi imunitas seperti AIDS bahkan kanker. Walaupun transplantasi stem sel adalah pilihan pengobatan terakhir. Bukan berarti stem sel adalah obat dewa yang dapat menyembuhkan semua jenis penyakit, kata Prof Molnar. Dia mencontohkan pada kasus penyakit jantung koroner. Terapi stem sel tidak dapat mengatasi penyumbatan darah pada koroner. Yang dapat dilakukan adalah regenerasi sel pada jaringan otot jantung yang rusak dan merangsang pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis). Stem sel dapat ditanam pada salah satu cabang arteri koronaria yang tersumbat atau dengan pendekatan angiography ke dalam otot jantung yang mengalami kerusakan. Keberhasilan terapi transplantasi stem sel sangat tergantung dengan kondisi pasien. Setiap penerima donor wajib menjalani prosedur detoksifikasi dengan cara tidak mengonsumsi obat, alkohol, rokok, dan tidak tinggal di daerah yang energi elektromagnetiknya kuat. Penerima stem sel harus memiliki lingkungan sesehat mungkin agar stem sel yang ditanam dapat hidup. Mengingat stem sel itu adalah sel muda yang sangat sensitif terhadap segala jenis toksin. Penanaman stem sel harus sesegera mungkin karena hanya bertahan selama tiga hari. Penerima stem sel perlu dirawat pasca transplantasi selama 10 hari. urai dr Suharto. Mengingat prosedurnya yang sulit dan tingkat keakuratannya yang tinggi, transplantasi stem sel tentu tidak murah. Tapi bila dibandingkan dengan transplantasi organ yang mengeluarkan biaya operasi pembedahan dan pembelian obat immunosupresor seumur hidup, rasanya transplantasi stem sel menjadi lebih hemat. Ironisnya di negara asal penelitian BCRO, Swiss, transplantai stem sel banyak dipalsukan. Oknum tenaga farmasi sering mengaku memiliki bahan sel berwujud padat buatan Jerman, yang akan mencair bila sudah berada di dalam tubuh. Penyuntikan zat yang seolah-olah stem sel ini pastinya tidak akan hidup dan tidak ada manfaatnya. DGR (Berita Indonesia 61)

Sumber Kutipan dan Gambar: http://translate.googleusercontent.com/translate_chl=id&sl=en&tl=id&u=http://w ww.odec.ca/projects/2004/mcgo4s0/public_html/t5/cellrepair.html&prev=hp&rurl=tra nslate.google.co.id&usg=ALkJrhiIwvf7vbrHssa4xocCg4CbJcxjNQ http://www.guardian.co.uk/science/2009/jan/08/stem-cells-bone-marrow-heart-attack http://charmedkath.blogspot.com/2009/01/great-moral-dilemma-use-of-embryonic.html http://www.beritaindonesia.co.id/kesehatan/menelisik-transplantasi-stem-sel/ www.stemcells.nih.gov http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_punca Laporan Tugas Kuliah Anatomi Fisiologi Manusia 1 Punya Saya sendiri.