antiasma dan bronkodilator

4
Antiasma dan Bronkodilator 1. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik Termasuk didalamnya adalah formoterol dan salmeterol yang mempunyai durasi kerja panjang lebih dari 12 jam. Cara kerja obat beta2-agonis adalah melalui aktivasi reseptor beta2-adrenergik yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase yang meningkatkan konsentrasi siklik AMP . Beta2-agonis long acting inhalasi menyebabkan relaksasi otot polos saluran nafas, meningkatkan klirens mukosiliar, menurunkan permeabilitas vaskuler dan dapat mengatur pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. Juga menghambat reaksi asma segera dan lambat setelah terjadi induksi oleh alergen, dan menghambat peningkatan respon saluran nafas akibat induksi histamin. Walaupun posisi beta2-agonis inhalasi long acting masih belum ditetapkan pasti dalam penatalaksanaan asma, studi klinis mendapatkan bahwa pengobatan kronis dengan obat ini dapat memperbaiki skor gejala, menurunkan kejadian asma nokturnal, memperbaiki fungsi paru dan mengurangi pemakaian beta2-agonis inhalasi short acting. Efek sampingnya adalah stimulasi kardiovaskuler, tremor otot skeletal dan hipokalemi. Mekanisme aksi dari long acting beta2-agonis oral, sama dengan obat inhalasi. Obat ini dapat menolong untuk mengontrol gejala nokturnal asma. Dapat dipakai sebagai tambahan terhadap obat kortikosteroid inhalasi, sodium kromolin atau nedokromil kalau dengan dosis standar obat-obat ini tidak mampu

Upload: nurmadella-karobiyyun-w

Post on 29-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Antiasma Dan Bronkodilator

 Antiasma dan Bronkodilator

1. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik

Termasuk didalamnya adalah formoterol dan salmeterol yang

mempunyai durasi kerja panjang lebih dari 12 jam. Cara kerja obat

beta2-agonis adalah melalui aktivasi reseptor beta2-adrenergik

yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase yang meningkatkan

konsentrasi siklik AMP . Beta2-agonis long acting inhalasi

menyebabkan relaksasi otot polos saluran nafas, meningkatkan

klirens mukosiliar, menurunkan permeabilitas vaskuler dan dapat

mengatur pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. Juga

menghambat reaksi asma segera dan lambat setelah terjadi induksi

oleh alergen, dan menghambat peningkatan respon saluran nafas

akibat induksi histamin. Walaupun posisi beta2-agonis inhalasi long

acting masih belum ditetapkan pasti dalam penatalaksanaan asma,

studi klinis mendapatkan bahwa pengobatan kronis dengan obat ini

dapat memperbaiki skor gejala, menurunkan kejadian asma

nokturnal, memperbaiki fungsi paru dan mengurangi pemakaian

beta2-agonis inhalasi short acting. 

Efek sampingnya adalah stimulasi kardiovaskuler, tremor otot

skeletal dan hipokalemi. Mekanisme aksi dari long acting beta2-

agonis oral, sama dengan obat inhalasi. Obat ini dapat menolong

untuk mengontrol gejala nokturnal asma. Dapat dipakai sebagai

tambahan terhadap obat kortikosteroid inhalasi, sodium kromolin

atau nedokromil kalau dengan dosis standar obat-obat ini tidak

mampu mengontrol gejala nokturnal. Efek samping bisa berupa

stimulasi kardiovaskuler, kelemahan dan tremor otot skeletal.

Antikolinergik

Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida)

Page 2: Antiasma Dan Bronkodilator

bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan

lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh

lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada

penderita yang sebelumnya telah mengonsumsi agonis reseptor

beta2-adrenergik.

1)    Ipratropium Bromida

Mekanisme kerja Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu

antikolinergik (parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks

vagal dengan cara mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi

yang dihasilkan bersifat lokal, pada tempat tertentu dan tidak

bersifat sistemik. Ipratropium bromida (semprot hidung)

mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat

menghambat sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa

hidung. Indikasinya adalah digunakan dalam bentuk tunggal atau

kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik)

sebagai bronkodilator dalam pengobatan bronkospasmus yang

berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik,

termasuk bronkhitis kronik dan emfisema

2)    Tiotropium Bromida

Mekanisme kerja Tiotropium adalah obat muskarinik kerja

diperlama yang biasanya digunakan sebagai antikolinergik. Pada

saluran pernapasan, tiotropium menunjukkan efek farmakologi

dengan cara menghambat reseptor M3 pada otot polos sehingga

terjadi bronkodilasi. Bronkodilasi yang timbul setelah inhalasi

tiotropium bersifat sangat spesifik pada lokasi tertentu. Indikasi dari

Tiotropium digunakan sebagai perawatan bronkospasmus yang

berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis termasuk

bronkitis kronis dan emfisema.

http://eldadamayan.blogspot.com/2012/12/makalah-obat-antiasma-dan-saluran.html

Page 3: Antiasma Dan Bronkodilator

Golongan Obat Mekanisme

Bronkhodilator : (salbutamol, terbutalin, salmeterol)

Bekerja selektif terhadap reseptor β2adrenergik. Stimulasi β2 di trakea dan bronkhi menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase yang memperkuat perubahan ATP menjadi cAMP sehingga akan menghasilkan beberapa efek melalui enzim fosfokinase yaitu bronkhodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh sel mast.

Antikolinergik (ipratropium, deptropin) Memblok efek pelepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan nafas.