antasida

20
Obat-obat Gastritis ANTASIDA Definisi Antasida berasal dari kata anti = lawan dan acidus = asam. Antasida adalah senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menetralkan asam klorida (lambung) atau mengikatnya secara kimiawi. Antasida merupakan obat-obatan pereda sakit pencernaan, sengatan jantung, gastritis (radang dinding lambung), serta reflux gastro oesofageal (semburan asam lambung ke oesofagus). Obat antasid juga membantu meredakan tukak di dinding lambung maupun duodenum. Obat antasid menetralkan asam lambung, dan membantu mencegah atau meredakan radang dan nyeri di saluran pencernaan atas. Antasid juga memberi waktu perbaikan pada dinding lambung atau duodenum yang rusak oleh tukak sehingga sensitif terhadap jumlah normal asam lambung. Antasid bisa dibeli bebas. (anonymous 1,2007) Antasida tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktifitas pepsin. Penggunaan antasida bermacam-macam, selain pada tukak lambung-usus, juga pada indigesti dan rasa ”terbakar”, pada reflux oesophagitis ringan, dan pada gastritis. Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri dilambung dngan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya bertahan 20- 60 menit bila diminum pada saat perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam sesudah makan. Antasida dapat

Upload: susan-sylvianingrum

Post on 29-Jun-2015

5.944 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANTASIDA

Obat-obat Gastritis

ANTASIDA

Definisi

Antasida berasal dari kata anti = lawan dan acidus = asam. Antasida adalah

senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menetralkan asam klorida (lambung)

atau mengikatnya secara kimiawi.

Antasida merupakan obat-obatan pereda sakit pencernaan, sengatan jantung,

gastritis (radang dinding lambung), serta reflux gastro oesofageal (semburan asam

lambung ke oesofagus). Obat antasid juga membantu meredakan tukak di dinding

lambung maupun duodenum. Obat antasid menetralkan asam lambung, dan

membantu mencegah atau meredakan radang dan nyeri di saluran pencernaan atas.

Antasid juga memberi waktu perbaikan pada dinding lambung atau duodenum yang

rusak oleh tukak sehingga sensitif terhadap jumlah normal asam lambung. Antasid

bisa dibeli bebas. (anonymous 1,2007)

Antasida tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan lambung, tetapi

peninggian pH akan menurunkan aktifitas pepsin. Penggunaan antasida bermacam-

macam, selain pada tukak lambung-usus, juga pada indigesti dan rasa ”terbakar”, pada

reflux oesophagitis ringan, dan pada gastritis. Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri

dilambung dngan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya bertahan 20-60 menit bila

diminum pada saat perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam sesudah

makan. Antasida dapat mengganggu penyerapan obat lain seperti tetrasiklin, digoksin,

besi. (Anonymous3.2007)

Umumnya antasida merupakan basa lemah. Senyawa oksi-aluminium (basa

lemah) sukar untuk meninggikan pH lambung lebih dari 4, sedangkan basa yang lebih

kuat seperti magnesium hidroksida secara teoritis dapat meninggikan pH sampai 9,

tetapi kenyataannya tidak terjadi. Semua anatasida meningkatkan produksi HCl

berdasarkan kenaikan pH yang meningkatkan aktivitas gastrin.

Dahulu senyawa natrium hidrogenkarbonat banyak digunakan, namun saat ini

tidak dianjurkan lagi, karena pada netralisasi asam klorida dengan hidrogenkarbonat

dengan cepat dibebaskan karbon dioksida dalam jumlah banyak, yang menyebabkan

kembung dan jika ada ulkus malahan dapat menyebabkan ruptura lambung. Atas

dasar inilah maka merupakan kesalahan, jika pada keracunan asam pada lambung

diberikan alkali hidrogenkarbonat. Di samping itu pada pemberian oral natrium

Page 2: ANTASIDA

hidrogenkarbonat, ion natrium akan praktis diabsorbsi dengan sempurna, sehingga

beban alkali organisme akan meningkat.

Antasida dibagi dalam dua golongan yaitu antasida sistemik dan antasida

nonsistemik. Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat diabsorbsi dalam usus

halus.

Antasida nonsistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak

menimbulkan alkalosis metabolik. (Farmakologi & Terapi)

Penggolongan Antasida

• Antasida sistemik

Antasida sistemik dapat menyebabkan urine bersifat alkalis. Pada pasien

dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis metabolik. Contohnya : NaHCO3

a. Natrium bikarbonat (soda kue, anti maag,Gelusil II)

Natrium bikarbonat cepat menetralkan HCl lambung karena daya larutnya

tinggi. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Garam Natrium klorida (NaCl) yang terbentuk dapat menyebabkan retensi

garam, edema. Karbon dioksida (CO2) yang terbentuk dalam lambung akan

menimbulkan efek carminative yang menyebabkan sendawa. Distensi lambung

dapat terjadi, dan dapat menimbulakan perforasi. Karena zat-zat tersebut maka

natrium bikarbonat jarang digunakan, kecuali pada keadaan asidosis metabolik

(anonymous2,2007)

Efek samping : Selain menimbulkan alkalosis metabolik obat ini dapat

menyebabkan retensi natrium dan udem, adanya alkali berlebihan di dalam darah

dan jaringan menimbulkan gejala mual, muntah, anoreksia, nyeri kepala, dan

gangguan perilaku.

Dosis Natrium bikarbonat tersedia dalam bentuk tablet 500-1000 mg. 1 gram

natrium bikarbonat dapat menetralkan 12 mEq asam. Dosis yang dianjurkan 1-4

gram.

• Antasida non sistemik

Antasida non sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak

menimbulkan alkalosis metabolik

Page 3: ANTASIDA

a. Aluminium hidroksida (Al(OH)3)(Gelusil, Maalox,Polysilane)

Alumunium hidroksida relatif aman, antasida yang umum digunakan. Pada

penggunaan bertahun-tahun, deplesi fosfat tiba-tiba berkembang sebagai hasil ikatan

fosfat oleh alumunium di saluran pencernaan yang sulit diabsorbsi di usus kecil,

sehingga ekskresi fosfat melalui urin berkurang sedangkan melalui tinja bertambah.

Risiko deplesi fosfat meningkat pada peminum alkohol, pasien malnutrisi, dan

pasien dengan penyakit ginjal (termasuk mereka yang menjalani hemodialisa).

Ion Aluminium dapat bereaksi dengan protein sehingga bersifat astringen

(menciutkan selaput lendir). Antasida ini mengadsorpsi pepsin dan

menginaktivasinya. Absorpsi makanan setelah pemberian aluminium tidak banyak

dipengaruhi dan komposisi tinja tidak berubah. Aluminium juga bersifat demulsen

dan adsorben.

Cara kerja obat ini adalah senyawa Aluminium yang merupakan suatu zat

koloid yang terdiri dari aluminium hidroksida dan aluminium oksida yang terikat

pada molekul air. Aluminium hidroksida akan melapisi selaput lendir lambung

sebagai lapisan pelindung. Senyawa ini menetralkan asam klorida, juga dapat

mengikat sebagai asam klorida secara adsoptif.

Reaksi yang terjadi pada lambung adalah sebagai berikut:

Efek samping Al(OH)3

• konstipasi yang dapat diatasi dengan memberikan antasida garam Mg.

• Dapat terjadi mual muntah.

• Gangguan adsorpsi fosfat dapat terjadi sehingga menimbulkan sindrom depresi

fosfat disertai osteomalasia.

• Al(OH)3 dapat mengurangi absorpsi bermacam-macam vitamin dan tetrasiklin.

(anonymous2,2007)

Aluminium Hidroksida digunakan untuk mengobati tukak peptic,

nefrolitiasis fosfat dan sebagai absorben pada keracunan. (farmakologi & terapi)

Dosis Al(OH)3 : Antasida Al tersedia dalam bentuk suspensi Al(OH)3 gel

yang mengandung 3,6-4,4 % Al2O3. dosis yang dianjurkan 8 mL tersedia juga

dalam bentuk tablet, yang mengandung 50% Al2O3. 1 gram Al(OH)3 dapat

menetralkan 25 mEq asam. Dosis tunggal yang dianjurkan 0,6 gram

Page 4: ANTASIDA

b. Kalsium karbonat (Kapur, Stomagel)

Kalsium karbonat merupakan antasida yang efektif karena mula kerjanya

cepat, masa kerjanya lama, dan daya menetralkan asamnya cukup tinggi. Namun,

peran obat ini sebagai antasida sudah amat berkurang. Seperti pada natrium

hidrogenkarbonat, senyawa ini bereaksi dengan asam kloridaa lambung dengan

membentuk karbondioksida, walaupun jumlah karbondioksida yang terbentuk jauh

lebih sedikit dan karena itu agak kurang mengganggu. dalam usus halus terbentuk

karbonat dan fosfat, kuosien absorpsi sekitar 10%.

Efek samping CaCO3 :

• dapat menyebabkan konstipasi

• mual & muntah

• perdarahan saluran cerna

• disfungsi ginjal

• fenomen acid rebound. Fenomena tersebut bukan berasal dari daya netralisasi

tetapi merupakan kerja langsung dari kalsium di antrum yang mensekresi gastrin

yang merangsang sel parietal yang mengeluarkan HCl (H+). Sebagai akibatnya

sekresi asam pada malam hari akan sangat tinggi yang akan mengurangi efek

netralisasi obat ini.

• Efek serius yang dapat terjadi adalah hiperkalsemia, kalsifikasi metastetik,

alkalosis, arzetomia, terutama terjadi pada penggunaan kronis kalsium karbonat

bersama dengan susu dan antasida lainnya. (sindrom susu alkali o.k. :

Na(OH)3/CaCO3 + susu, dengan gejala: sakit kepala, lemas, mual, muntah)

• tulang: osteoporosis, batu ginjal

• saraf: neurotoksisitas

• cerna: gangguan saluran cerna (Anonymous 2,2007)

Dosis CaCO3

• Kalsium karbonat tersedia dalam bentuk tablet 600 dan 1000 mg. 1 g kalsium

karbonat dapat menetralkan 21 mEq asam. Dosis yang dianjurkan 1-2 g.

• Pemberian 4 gram kalsium karbonat dapat menyebabkan hiperkalsemia ringan,

sedangkan pemberian 8 gram mengakibatkan hiperkalsemia ringan.

Page 5: ANTASIDA

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat ini :

sebagian obat ini dapat diabsorpsi, akan meningkatkan kadar kalsium dalam

darah. Maka sebaiknya jangan diberikan lebih dari 20 g sehari.

Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal jangan lebih dari 4 gram

sehari. (anonymous4,2007)

c. Magnesium hidroksida (Gelusil, Maalox, Mylanta)

Magnesium Hidroksida digunakan sebagai katartik dan antasida. Obat ini

praktis tidak larut dan efektif sebelum obat ini bereaksi dengan HCl dan membentuk

MgCl2. Magnesium hidroksida yang tidak bereaksi akan tetap berada dalam

lambung dan akan menetralkan HCl yang disekresi belakangan sehingga masa

kerjanya lama. Antasida ini dan natrium bikarbonat sama efektifnya dalam hal

menetralkan HCl.

Magnesium hidroksida adalah antasida yang lebih efektif dari alumunium tapi

dapat menyebabkan diare, banyak sediaan antasida mengkombinasi antasida

magnesium dan alumunium. Karena hanya sedikit jumlah Magnesium yang diserap,

penggunaan sediaan magnesium pada penderita ginjal sebaiknya berhati-hati, karena

ion magnesium dalam usus akan diabsorpsi dan cepat diekskresi melalui ginjal.

Efek samping Mg(OH)2 :

• menyebabkan efek katartik, sebab magnesium yang larut tidak diabsorpsi tetap

berada dalam usus dan akan menarik air.

• Sebanyak 5-10 % magnesium diabsorpsi dan dapat menimbulkan kelainan

neurologi, neuromuskular, dan kardiovaskular. (Anonymous2,2007)

Dosis Mg(OH)2 :

• Sediaan susu magnesium berupa suspensi yang berisi 7-8,5 % Mg(OH)2. 1mL

susu magnesium dapt menetralkan 2,7 mEq asam. Dosis yang dianjurkan 5-30

mL.

• Bentuk lainnya ialah tablet susu magnesium berisi 325mg Mg(OH)2 yang dapat

menetralkan 11,1 mEq asam.

Page 6: ANTASIDA

d. Magnesium trisilikat (Mg2Si3O8nH2O)

Sebagai antasida nonsistemik bereaksi dalam lambung sebagai berikut:

Mula kerja magnesium trisilikat lambat untuk menetralkan 30% HCl 0,1 N

diperlukan waktu 15 menit, sedangkan untuk menetralkan HCl 60% 0,1N

diperlukan waktu 1 jam.

Silikon dioksid berupa gel yang terbentuk dalam lambung diduga berfungsi

menutup tukak. Sebanyak 7% silika dari magnesium trisilika akan diabsorbsi

melalui usus dan diekskresi dalam urin. Silika gel dan magnesium trisilikat

merupakan adsorben (menyerap zat-zat lain pada permukaannya) yang baik; tidak

hanya mengabsobsi pepsin tetapi juga protein dan besi dalam makanan. Obat ini

dalam lambung bereaksi dengan asam lambung dan melepaskan silisium oksida

yang akan melapisi selaput lendir lambung dengan lapisan pelindung.

Efek samping : diare

Dosis :

dalam bentuk tablet 500 mg; dosis yang dianjurkan 1-4 gram.

sebagai bubuk megnesium trisilikat yang mengandung sekurang-kurangnya 20%

MgO dan 45% silikon dioksida. 1 gram magnesium trisilikat dapat menetralkan

13-17 mEq asam.

Hal yang Perlu diperhatikan :

Magnesium trisilikat adalah suatu penyerap yang baik, penggunaan bersama obat

lain dapat menggangu penyerapan obat-obat lain. (anonymous4.2007)

Page 7: ANTASIDA

Beberapa Contoh Nama Dagang Antasida

Preparat dagang (nama dagang yang

digunakan)

Mengandung

Aludrox Aluminium Hidroksida

Distra-cid Gel Aluminium hidroksida

Magnesium oksida

Gel Aluminium hidroksida

Magnesium Karbonat

Gavisco Asam Alginat

Aluminium Hidroksida

Magnesium trisilikat

Natrium Hidrogenkarbonat

Gelusil Magnesium-aluminium-silikathidrat

Locid Gel aluminium hidroksida

kalsium karbonat

Glisin

Magnesium Hidroksida

Maaloxan Gel Aluminium Hidroksida

Gel Magnesium Hidroksida

Masigel Dimagnesium-Aluminium trisilikat

Palliacol Aluminium Hidroksida

Magnesium Hidroksida

Phosphalugel Aluminium fosfat koloid

Rennie Kalsium Karbonat

Magnesium kaarbonat

Riopan Magaldrat (=aluminium-magnesium-

hidroksida-sulfathidrat)

Solugastril Gel aluminium hidroksida

kalsium karbonat

Talcid Hidrotalsit (=aluminium-magnesium-

hidroksida-karbonathidrat)

(OOP)

Page 8: ANTASIDA

Waktu makan Obat

Sudah diketahui umum bahwa keasaman di lambung menurun segera setelah

makan dan mulai naik lagi satu jam kemudian hingga mencapai dataran tinggi tiga

jam sesudah makan. Berhubung dengan data ini, maka antasida haaarus digunakan

lebih kurang 1 jam setelah makan dan sebaiknya dalam bentuk suspensi. Telah

dibuktikan bahwa tablet bekerja kurang efektif dan lebih lambat, mungkin karena

proses pengeringan selama penmbuatan mengurangi daya netralisainya

Pada oesophagitis dan tukak lambung sebaiknya obat diminum 1 jam sesudah

makan dan sebelum tidur. Pada trukak usus 1 dan 3 jam sesudah makan dan sebelum

tidur. (OOP)

Pedoman terapi antasid

1. pemakaian jangka panjang dihindarkan

2. mula kerja suspensi lebih cepat daripada tablet

3. perhatikan urutan daya netralisasi: Ca.., Mg.., Al..

4. campuran dua atau lebih antasida tidak lebih baik daripada satu macam

sediaan antasida. Untuk menghilangkan konstipasi atau diare lebih baik

diberikan dua preparat yanbg terpisah daripada sebagai campuran.

5. nilai biaya pengobatan berdasarkan biaya sehari

6. bersamaan dengan terapi lainnya

Antasida meredakan gejala, membantu penyembuhan luka, dan menurunkan

kekambuhan. Obat ini relatif tidak mahal tapi harus diminum 5-7 kali sehari. Aturan

antasida optimal untuk penyembuhan luka sekitar 15-30 mL cairan atau 2-4 tablet 1

jam dan 3 jam setelah makan dan sebelum tidur.

Total dosis harian antasida harus 200-400 milieqivalen kapasitas penetralan.

Bagaimanapun, antasida digantikan denganterapi penekan asam dalam pengobatan

ulkus peptik dan digunakan hanya untuk menghilangkan gejala jangka pendek.

Secara umum ada 2 tipe antasida: menyerap dan tidak menyerap.

Antasida yang dapat menyerap (contoh Na bikarbonat, Kalsium karbonat)

menyediakan penetralan yang lengkap dan cepat tapi dapat menyebabkan kebasaan

(alkalosis) dan sebaiknya digunakan hanya dalam waktu singkat. Antasida yang tidak

menyerap contoh alumunium atau mangensium hidroksida menyebabkan lebih sedikit

efek samping sistemik dan disarankan.

Page 9: ANTASIDA

Antasida Dalam Terapi Tukak Peptik

Seringkali antasida digunakan dalam pengobatan sendiri (self medication) untuk

berbagai keluhan lambung. Akibat iklam yang berlebihan maka masyarakat dan

sebagian dokter percaya bahwa setiap keluhan di bagian lambung akan sembuh

dengan antasida, sehingga terjadi penggunaan antasida yang berlebihan.

Dalam pengobatan tukak peptik antasida memegang peranan penting di samping

berbagai cara pengobatan lain. Dengan pemberian antasid, nyeri lambung pasien

tukak peptik akan hilang, tetapi tidak berarti pasien dalam taraf penyembuhan, jadi

bahaya perforasi tetap ada.

Kegagalan pengobatan simtomatik tukak peptik dengan antasida disebabkan

karena :

frekuensi pengobatan yang tidak adekuat

dosis yang diberikan tidak cukup

pemilihan sediaan yang tidak tepat

sekresi asam lambung diwaktu tidur tidak terkontrol

Regimen dosis antasida bervariasi tergantung dari beratnya gejala. Untuk tukak

peptik tanpa komplikasi pemberian pada 1 dan 3 jam setelah makan dan menjelang

tidur malam umumnya memadai. Bentuk tablet maupun suspensi meneunjukkan

efektivitas yang sama.

Pada pasien tukak peptik yang berat pengobatan dengan antasida perlu

dilakukan bersamaan dengan segala usaha pengobatan lainnya yaitu diet, istirahat,

psikoterapi, pemberian antikolinergik. Pemberian obat sedatif nyatanya tiadak lebih

baik dari plasebo.

Obat Gastritis lain

1. Antagonis reseptor H2 (Blokade H2)

Obat-obatan golongan ini (simetidin, ranitidin, famotidin tersedia

dalam bentuk intra vena dan oral serta nizatidin hanya tersedia oral)

merupakan penghambat kompetitif histamin pada reseptor H2, dengan

menekan pengeluaran gastrin yang dirangsang oleh asam dan secara

proporsional menurunkan volume asam lambung. Pengeluaran pepsin yang

dimediasi histamin juga berkurang.

Blokade H2 diserap dengan baik dari saluran pencernaan dengan mulai

kerja 30-60 menit setelah diminum dan efek puncak obatnya pada 1 sampai 2

Page 10: ANTASIDA

jam. Pemberian intra vena menghasilkan mulai kerja yang cepat. Lama kerja

proporsional dengan dosis dan bervariasi dari 6 sampai 20 jam. Dosis

sebaiknya dikurangi pada pasien yang lanjut usia.

Simetidin memiliki efek antiandrogen minor yang diekspresikan secara

reversibel (bisa kembali lagi) ginekomastia dan sangat jarang disfungsi ereksi

utuk penggunaan jangka panjang.

Perubahan status mental, diare, ruam, demam obat, nyeri otot,

trombositopenia (kadar trombosit kurang) dan bradikardia (denyut jantung

lemah) sinus dan hipotensi setelah pemberian intra vena cepat dilaporkan pada

blokade H2 umumnya <1% pasien yang diobati tapi lebih umum pada pasien

usia lanjut.

Simetidin tingkat yang lebih rendah, blokade H2 lainnya berinteraksi

dengan enzim mikrosom P-450 dan dapat menunda metabolisme obat lain

yang dieliminasi melalui sistem ini seperti fenitoin, warfarin, teofilin,

diazepam, lidokain.

a. Simetidin

Farmakokinetik:

a/: oral sebanding iv=50-70%

     oral diperlambat o/ makanan

     terjadi pada menit 60-90

d/: ikatan pd plasma 20%

m/: menghambat sitokrom P450

e/: urin dan tinja

Farmakodinamik: memblok reseptor H2

Interaksi obat:

Bila diberikan bersama antasida, metoklopramid, diazepam, ketokonazol

dianjurkan selang waktu 1-2 jam. Akumulasi obat lain akibat penghambatan

enzim sitokrom

Efek samping:

Nyeri kepala, pusing, mual, diare

Disfungsi seksual pria akibat efek antiandrogenik

Sediaan: tab 200 mg

 

b. Ranitidin

Page 11: ANTASIDA

- masa kerja lebih panjang

-    4-10 x lebih poten dari simetidin sehingga dosis lebih rendah

- tidak berefek antiandrogenik

- interaksi obat lebih sedikit

- sediaan: tab 150 mg, inj …

 

c. Famotidin

-    3 x lebih poten dari ranitidin, 20 x dari simetidin

-    sediaan: tab 20 mg, 40 mg

 

2. Sukralfat

Obat ini merupakan kompleks sukrosa-alumunium yang kemudian

memisahkan diri di dalam asam lambung dan membentuk pelindung sekitar

daerah yang terluka, melindungi dari asam, pepsin dan garam empedu.

Obat ini juga menghambat interaksi pepsin-substrat, merangsang

produksi prostaglandin mukosa da berikatan dengan agaram empedu. Tidak

ada efek terhadap hasil asam atau pengeluaran gastrin.

Sukralfat sepertinya memiliki efek tropik pada mukosa yang luka,

kemungkinan berikatan hormon pertumbuhan dan menkonsentrasikan pada

bagian luka. Penyerapan sistemik sukralfat dapat diabaikan. Sembelit muncul

pada 3-5% pasien. Sukralfat dapat berikatan dengan obat lain dan

mengganggu penyerapan obat lain tersebut.

§  Farmakokinetik:

a/: sangat kecil

       d/: langsung ke mukosa

§  Farmakodinamik: dalam suasana asam akan membentuk gel lengket ke

dalam rongga ulkus

§  Dosis: 4 x 1 g sehari

 

3. Bismuth Chelate

§  Farmakodinamik: berikatan langsung dengan ulkus dan membentuk

kompleks polimer bismuth – glikoprotein.

§  Khasnya untuk mengeradikasi kuman Helicobacter pylori

§  Sediaan: koloid

Page 12: ANTASIDA

 

4. Misoprostol

§  Ialah analog metilester PGE1

§  Prostaglandin bekerja dengan:

Menghambat sekresi HCl

Meningkatkan aliran darah ke mukosa gaster

Memiliki daya sitoprotektif

§  Efek samping: mual, pusing, diare

§  Digunakan untuk pasien yang tetap butuh OAINS

§  Dosis: 4 x 200 mg sehari

 

5. Proton Pump Inhibitor (Penghambat Pompa Proton)

Obat ini merupakan penghambat yang kuat terhadap proton (H+, K+

ATPase). Enzim ini berlokasi di sel parietal lambung dan memainkan peran

kunci dalam pengeluaran H+ (proton).

Obat-obatan ini menghambat pengeluaran asam dan memiliki durasi

kerja yng panjang. Obat-obatan ini membantu penyembuhan dan merupakan

komponen kunci membasmi H. Pylori. Penghambat pompa proton

menggantikan blokade H2.

Penghambat pompa proton termasuk osemeprazol, lansoprazol, and

pantoprazol tersedia dalam bentuk oral (diminum) dan intravena, lainnya

omeprazol dan rabeprazol tersedia hanya dalam bentuk oral di Amerika.

Penghambat pompa proton jangka panjang berakibat bertambahnya kadar

gastrin (hormon yang bertugas merangsang keluarnya asam lambung) yang

berujung hiperplasia sel (keganasan sel).

Bagaimanapun, tidak ada bukti displasia atau bentuk keganasan pada

pasien yang menerima pengobatan ini. Beberapa pasien dapat menderita

gangguan penyerapan vitamin B12. (Anonymous3.2007)

§  Farmakokinetik:

a/ : sebaiknya salut enterik

d/ : langsung ke kanalikuli

m/ : lengkap

e/ : urin, tinja(20%)

Page 13: ANTASIDA

§  Farmkodinamik:

Pada suasana asam, di dalam kanalikuli sel parietal, obat diaktifkan dan

berikatan dengan gugus sulfhidril enzim H+-K+-ATPase secara ireversibel

sehingga produksi HCl terhenti (>90%)

§  Indikasi: sindrom Zollinger-Ellison, GERD, kasus tukak peptikum berat

§  Contoh: omeprazole, dll

§  Dosis: min tab 20 mg sehari

6. Prostaglandin

Prostaglandin tertentu terutama misoprolol menghambat sekresi asam

dengan menurunkan generasi siklik AMP yang dipicu oleh rangsangan

histamin pada sel parietal dan meningkatkan pertahann mukosa. Turunan

prostaglandin sintetik digunakan terutama untuk menurunkan risiko luka

mukosa yang dipicu obat antiinflamasi non steroid.

Pasien yang berisiko tinggi luka yang dipicu obat antiinflamasi non

steroid seperti lanjut usia, mereka yang berisiko luka atau komplikasi luka,

mereka yang mengkonsumsi kortikosteroid adalah kandidat yang dapat minum

misoprostol dengan makanan bersama obat antiinflamasi non steroid.

Efek samping yang umum kram perut dan diare yang muncul pada

30% pasien. Misoprolol memiliki efek abortus sehingga dikontraindikasikan

pada wanita usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi

 

 

Anonymous1. Antasida.www.panduan.php.2007.

Anonymous2. Catatan kuliah Farmakologi dasar “Antasida”.www.portal.htm.2007.

Anonymous3.Gastritis. www.mediastore.com.2007

Anonymous4. Obat Saluran Cerna. Kompedia Obat Bebas. http://www.pom.go.id/public/publikasi/kompendia/menu/index.htm. 2007OOP,DO, farmakologi dan terapi