antara/yusran uccang servis elektronik umkm … filepenurunan perkebunan sawit sebesar 31,9%. tren...

1
KEMENTERIAN Perindus- trian (Kemenperin) tengah menyiapkan regulasi terkait rencana produksi mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car) di Indonesia. Saat ini pabrikan otomotif Jepang yang mengusung merek Suzuki siap menggelontorkan US$800 juta untuk memproduksi mobil jenis tersebut. “Sekarang, rencana investasi itu US$800 juta. Kami sudah menyampaikan surat konr- masi dari Chairman Suzuki Jepang kepada Menteri Per- industrian (Menperin) MS Hi- dayat. Saat itu, kami sekalian memperkenalkan Presiden Direktur Suzuki Indonesia yang baru. Investasi itu ren- cananya untuk memproduksi mobil jenis eco car atau ramah lingkungan,” kata Chairman PT Indomobil Sukses Inter- nasional Tbk Soebronto Laras ketika menyambangi Kantor Kemenperin di Jakarta, ke- marin. Secara terpisah, Hidayat membenarkan rencana in- vestasi tersebut. “Rencana- nya, investasi itu untuk mem- produksi mobil model baru, termasuk low cost and green car. Juga, untuk memproduksi sepeda motor, perluasan kapa- sitas manufaktur mobil, dan pendirian pabrik mesin dan transmisi,” ujar Hidayat. Investasi itu akan dibahas lebih lanjut ketika pimpinan Suzuki Jepang berkunjung ke Indonesia Juli nanti. Na- mun, sampai kini Soebronto mengaku belum mengajukan permohonan berupa laporan rencana investasi kepada Ba- dan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pada kesempatan yang sama, Dirjen Industri Unggulan Ber- basis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi mengakui regulasi mobil ra- mah lingkungan hingga kini masih digodok pemerintah. “Sekarang lagi dibuat aturan- nya. Regulasinya belum siap,” ungkapnya. Salah satu bahasan yang su- dah diwacanakan adalah harga eco car, yang selain ramah ling- kungan juga diharapkan da- pat diperoleh dengan murah. Menurut Soebronto, pemerin- tah menargetkan harga sekitar Rp80 juta per unit untuk mobil tersebut. (*/E-1) KEBIJAKAN pemerintah me- netapkan bea keluar minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dinilai telah mengaki- batkan pertumbuhan negatif di sektor perkebunan sawit. Hal itu dapat dilihat dari data Ba- dan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan sawit turun hingga 32%. Hal itu diungkapkan pe- neliti senior LIPI Latief Adam di Jakarta, kemarin. “Data BPS tersebut memang meliputi perkebunan secara keseluruh- an, tetapi sawit merupakan perkebunan paling dominan. Kondisi itu terutama akibat bea keluar CPO,” papar La- tief. Data BPS menunjukkan, sejak kuartal IV 2010 terjadi penurunan perkebunan sawit sebesar 31,9%. Tren ini te- rus berlanjut hingga kuartal I-2011. Namun, Latief melanjutkan, bea keluar CPO bukan menjadi faktor tunggal penurunan ki- nerja sawit. Masih ada sejum- lah permasalahan lain, seperti anomali musim, peremajaan tanaman sawit yang terlam- bat, dan pemeliharaan yang kurang baik. Juga kebijakan tata ruang yang simpang siur, rencana moratorium konversi hutan yang tidak pasti, dan lain sebagainya. “Semua masalah itu harus menjadi tanggung jawab se- luruh stakeholder yang terlibat dalam pengembangan perke- bunan sawit,” tegasnya. Terkait dengan bea keluar, Latief menjelaskan, pemerin- tah tidak mungkin menghapus kebijakan tersebut karena merupakan strategi peme- rintah untuk menutup pos- pos pemasukan yang kurang optimal. “Jika rasio pajak Indone- sia sudah ideal, mungkin bea keluar bisa dihilangkan, seperti di Malaysia. Namun, selama belum ideal, tidak akan mungkin dihilangkan,” ujarnya. Yang mungkin dilakukan pe- merintah, lanjut Latief, adalah mengganti kebijakan bea keluar CPO yang progresif dengan bea keluar at. Dengan bea keluar at, pemerintah telah bersikap adil karena memperlakukan bea keluar dan bea masuk sama. “Jika pemerintah menerap- kan bea masuk secara at di kisaran 5%-10%, bea keluar juga seharusnya at,” kata dia sambil mengungkapkan besar- an yang pas untuk bea keluar CPO at sekitar 5%. Selain itu, menurut Latief, pemerintah dapat menerapkan kewajiban para produsen me- masok pasar domestik (domestic market obligation/DMO) untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan CPO domestik. Ke- tentuan DMO akan membuat produsen CPO menjaga ke- seimbangan pasokan domestik dan ekspor. (Ant/E-2) PEMERINTAH berencana melakukan eksplorasi awal terhadap potensi pembangkit panas bumi (geotermal) untuk mendapatkan data yang ma- tang. Jika data sudah dimiliki, pemerintah optimistis akan lebih mudah menarik investor independent power plant (IPP). Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mine- ral (ESDM) Luluk Sumiarso di sela seminar Energi Berkelan- jutan untuk Pembangunan Nasional di Jakarta, kemarin. Menurutnya, jika tender proyek geotermal dilakukan dengan data yang masih men- tah, hal itu dikhawatirkan akan membuat investor enggan menanamkan modal mereka karena risikonya besar. Namun, bila dilakukan eksplorasi awal untuk mendapatkan data yang matang, peluang investasi akan terbuka karena investor dapat melihat potensi geotermal de- ngan lebih terukur. “Kalau data masih men- tah, investor jadi ragu-ragu. Namun, dengan data yang disempurnakan, risiko eks- plorasi berkurang dan harga jual (listrik) pasti lebih rendah,” ujar Luluk. Ia melanjutkan, untuk melakukan eksplorasi awal, pemerintah bisa menggunakan dana APBN, dana bergulir, atau membentuk BUMN panas bumi. Namun, seluruh opsi tersebut masih dikaji. Adapun opsi lainnya ialah mempertim- bangkan pemberian insentif skal kepada IPP geotermal. Sebelumnya, sejumlah inves- tor geotermal mengharapkan adanya kepastian penjaminan risiko akibat kegagalan dalam kegiatan eksplorasi. Penjamin- an risiko yang dimaksud mirip dengan sistem cost recovery yang diberikan pemerintah. Namun menurut Luluk, pe- merintah tidak bisa menjamin kerugian akibat kegagalan eksplorasi geotermal yang dilakukan IPP. “Yang dijamin bukan investasi, melainkan kelayakan usaha PLN sehingga PLN bisa membeli listrik dari IPP,” imbuhnya. Sebelumnya, Direktur Bis- nis dan Pengembangan PLN Murtaqi Syamsuddin menyam- paikan, investor IPP geotermal tidak bisa mendapatkan cost over run yang tidak pasti kare- na harus menanggung risiko kegagalan eksplorasi. Oleh karena itu, kata Murtaqi, pen- jaminan diperlukan mengingat biaya eksplorasi geotermal bisa mencapai US$6 juta untuk satu sumur. “Misalkan dibor lima sumur, maka butuh investasi US$30 juta. Ini bisa berhasil, bisa gagal. Kalau gagal siapa yang meng-cover biaya ini,” katanya. (ML/E-4) E KONOMI NASIONAL SELASA, 10 MEI 2011 18 GAYATRI SUROYO T IDAK bisa dimung- kiri, peran usaha mikro, kecil, dan me- nengah (UMKM) kian hari kian sentral. Ia tidak hanya diakui sebagai tulang pung- gung perekonomian negara, tapi juga bisa menjadi solu- si perbedaan pertumbuhan antarnegara dalam kerangka kerja sama multilateral. Tidak terkecuali di tingkat Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang kini tengah menyiapkan sebuah pasar perdagangan tunggal pada 2015 nanti. Dalam konsep pasar tunggal ini, posisi UMKM cukup strategis untuk menyatu- kan perbedaan pertumbuhan sekaligus mendulang pasar yang sangat potensial. Diakui atau tidak, komunitas ekonomi ASEAN yang berpen- duduk sekitar 600 juta akan menjadi pasar yang besar bagi UMKM ASEAN. Karena itu, membentuk langkah konkret penguatan UMKM adalah keharusan, termasuk mem- perkuat akses permodalan dan perdagangannya. “Dalam kerangka ASEAN Economic Community (AEC) diharapkan ada akses UMKM dari pasar tunggal ASEAN. Pasar ASEAN yang menyatu dapat memberikan perhatian dan fasilitas khusus untuk UMKM,” ungkap Wakil Men- teri Perdagangan Mahendra Siregar saat jumpa pers pas- capertemuan tingkat menteri mengenai AEC di Jakarta, akhir pekan lalu. Sejumlah rekomendasi, menurut Mahendra, dihasilkan dari pertemuan yang merupa- kan salah satu agenda ‘pe- manasan’ dari KTT ASEAN tersebut. Di antaranya terkait indeks kebijakan UMKM, stan- dar bisnis, sistem informasi bersama, baik national single window maupun ASEAN single window, akses pembiayaan, jasa konsultasi, pelatihan dan pem- bangunan kapasitas UMKM, serta integrasi UMKM melalui jaringan produksi regional. Dalam hal ini, poin penting yang digarisbawahi adalah akses terhadap permodalan. Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, akses permodalan menjadi bahasan penting per- temuan itu. “Untuk poin ini, Indonesia sudah menyalurkan- nya dalam bentuk kredit usaha rakyat,” terangnya. Equitable ASEAN Di tempat yang sama, Men- teri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan hal pen- ting lain dalam pengembangan UMKM di tingkat regional ini adalah pengembangan equitable ASEAN. Equitable ASEAN yang di- maksud Mari merupakan ke- setaraan bagi seluruh negara anggota ASEAN. Saat ini, perkembangan setiap negara di ASEAN berbeda-beda se- hingga muncul kesenjangan pertumbuhan. Itu terlihat men- colok ketika membandingkan negara seperti Singapura yang pendapatan per kapitanya US$43 ribu dengan Laos yang hanya US$984. “Pada Agustus 2011 nanti akan dilaksanakan ASEAN Eco- nomic Ministry Meeting dengan tujuan khusus membangun equitable ASEAN,” papar Mari. Sebagai persiapan, pada 2010 sudah dibuat Masterplan on Small Medium Enterprises (SME) Development, dan ta- hun ini dibentuk SME Advi- sory Board yang terdiri dari menteri-menteri UKM dan stakeholder lain. “Perlu kebersamaan untuk mendorong partisipasi UMKM dalam memanfaatkan integrasi ekonomi ASEAN karena ter- bukti kelompok ini memberi kontribusi signifikan dalam menopang perekonomian re- gional,” tandas Mari.(Ant/E-2) [email protected] Data BPS tersebut memang meliputi perkebunan secara keseluruhan, tetapi sawit merupakan perkebunan paling dominan.” Latief Adam Peneliti senior LIPI Budi Darmadi Dirjen Industri Unggulan Pemerintah Berencana Lakukan Eksplorasi Awal Geotermal UMKM Minimalkan Kesenjangan Regional Perlu kebersamaan mendorong partisipasi UMKM karena terbukti kelompok ini memberi kontribusi signifikan dalam menopang ekonomi regional. Bea Keluar Tekan Pertumbuhan Sawit Pemerintah Dorong Produksi Mobil Hijau SERVIS ELEKTRONIK: Oky, 20, memperbaiki televisi di tempat servis elektroniknya di Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. UMKM merupakan tulang punggung perekonomian negara, yang tahan terpaan krisis ekonomi global. PANAS BUMI: Penduduk melintas di dekat pembangkit listrik tenaga panas bumi di Dieng, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Pemerintah akan mengeksplorasi potensi pembangkit panas bumi. REUTERS/BEAWIHARTA ANTARA/YUSRAN UCCANG MI/M YAKUB

Upload: vankhanh

Post on 27-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEMENTERIAN Perindus-trian (Kemenperin) tengah me nyiapkan regulasi terkait rencana produksi mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car) di Indonesia. Saat ini pabrikan otomotif Jepang yang mengusung merek Suzuki siap menggelontorkan US$800 juta untuk memproduksi mobil jenis tersebut.

“Sekarang, rencana investasi itu US$800 juta. Kami sudah menyampaikan surat konfi r-masi dari Chairman Suzuki Jepang kepada Menteri Per-industrian (Menperin) MS Hi-dayat. Saat itu, kami sekalian memperkenalkan Presiden Direktur Suzuki Indonesia yang baru. Investasi itu ren-cananya untuk memproduksi mobil jenis eco car atau ramah lingkungan,” kata Chairman PT Indomobil Sukses Inter-nasional Tbk Soebronto Laras ketika menyambangi Kantor

Kemenperin di Jakarta, ke-marin.

Secara terpisah, Hidayat membenarkan rencana in-vestasi tersebut. “Rencana-nya, investasi itu untuk mem-produksi mobil model baru, termasuk low cost and green car. Juga, untuk memproduksi sepeda motor, perluasan kapa-sitas manufaktur mobil, dan pendirian pabrik mesin dan transmisi,” ujar Hidayat.

Investasi itu akan dibahas lebih lanjut ketika pimpinan

Suzuki Jepang berkunjung ke Indonesia Juli nanti. Na-mun, sampai kini Soebronto mengaku belum mengajukan permohonan berupa laporan rencana investasi kepada Ba-dan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Industri Unggulan Ber-basis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi mengakui regulasi mobil ra-mah lingkungan hingga kini masih digodok pemerintah. “Sekarang lagi dibuat aturan-nya. Regulasinya belum siap,” ungkapnya.

Salah satu bahasan yang su-dah diwacanakan adalah harga eco car, yang selain ramah ling-kungan juga diharapkan da-pat diperoleh dengan murah. Menurut Soebronto, pemerin-tah menargetkan harga sekitar Rp80 juta per unit untuk mobil tersebut. (*/E-1)

KEBIJAKAN pemerintah me-netapkan bea keluar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dinilai telah mengaki-batkan pertumbuhan negatif di sektor perkebunan sawit. Hal itu dapat dilihat dari data Ba-dan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan sawit turun hingga 32%.

Hal itu diungkapkan pe-neliti senior LIPI Latief Adam di Jakarta, kemarin. “Data BPS tersebut memang meliputi perkebunan secara keseluruh-an, tetapi sawit merupakan perkebunan paling dominan. Kondisi itu terutama akibat bea keluar CPO,” papar La-tief.

Data BPS menunjukkan, sejak kuartal IV 2010 terjadi penurunan perkebunan sawit sebesar 31,9%. Tren ini te-rus berlanjut hingga kuartal I-2011.

Namun, Latief melanjutkan, bea keluar CPO bukan menjadi faktor tunggal penurunan ki-nerja sawit. Masih ada sejum-lah permasalahan lain, seperti anomali musim, peremajaan tanaman sawit yang terlam-

bat, dan pemeliharaan yang kurang baik. Juga kebijakan tata ruang yang simpang siur, rencana moratorium konversi hutan yang tidak pasti, dan lain sebagainya.

“Semua masalah itu harus menjadi tanggung jawab se-luruh stakeholder yang terlibat dalam pengembangan perke-bunan sawit,” tegasnya.

Terkait dengan bea keluar, Latief menjelaskan, pemerin-tah tidak mungkin menghapus kebijakan tersebut karena merupakan strategi peme-rintah untuk menutup pos-pos pemasuk an yang kurang opti mal.

“Jika rasio pajak Indone-

sia sudah ideal, mungkin bea keluar bisa dihilangkan, seperti di Malaysia. Namun, selama belum ideal, tidak akan mungkin dihilangkan,” ujarnya.

Yang mungkin dilakukan pe-merintah, lanjut Latief, adalah mengganti kebijakan bea keluar CPO yang progresif dengan bea keluar fl at. Dengan bea keluar fl at, pemerintah telah bersikap adil karena memperlakukan bea keluar dan bea masuk sama.

“Jika pemerintah menerap-kan bea masuk secara fl at di kisaran 5%-10%, bea keluar juga seharusnya fl at,” kata dia sambil mengungkapkan besar-an yang pas untuk bea keluar CPO fl at sekitar 5%.

Selain itu, menurut Latief, pemerintah dapat menerapkan kewajiban para produsen me-masok pasar domestik (domestic market obligation/DMO) untuk menyeimbangkan pasokan dan permin ta an CPO domestik. Ke-tentuan DMO akan membuat produsen CPO menjaga ke-seimbangan pasokan domestik dan ekspor. (Ant/E-2)

PEMERINTAH berencana melakukan eksplorasi awal terhadap potensi pembangkit panas bumi (geotermal) untuk mendapatkan data yang ma-tang. Jika data sudah dimiliki, pemerintah optimistis akan lebih mudah menarik investor independent power plant (IPP).

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mine-ral (ESDM) Luluk Sumiarso di sela seminar Energi Berkelan-jutan untuk Pembangunan Nasional di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, jika tender proyek geotermal dilakukan dengan data yang masih men-tah, hal itu dikhawatirkan akan membuat investor enggan menanamkan modal mereka karena risikonya besar. Namun, bila dilakukan eksplorasi awal untuk mendapatkan data yang matang, peluang investasi akan terbuka karena investor dapat melihat potensi geotermal de-ngan lebih terukur.

“Kalau data masih men-tah, investor jadi ragu-ragu. Namun, dengan data yang disempurnakan, risiko eks-plorasi berkurang dan harga

jual (listrik) pasti lebih rendah,” ujar Luluk.

Ia melan jutkan, untuk melakukan eksplorasi awal, pemerintah bisa menggunakan dana APBN, dana bergulir,

atau membentuk BUMN panas bumi. Namun, seluruh opsi tersebut masih dikaji. Adapun opsi lainnya ialah mempertim-bangkan pemberian insentif fi skal kepada IPP geotermal.

Sebelumnya, sejumlah inves-tor geotermal mengharapkan adanya kepastian penjaminan risiko akibat kegagalan dalam kegiatan eksplorasi. Penjamin-an risiko yang dimaksud mirip dengan sistem cost recovery yang diberikan pemerintah.

Namun menurut Luluk, pe-merintah tidak bisa menjamin kerugian akibat kegagalan eksplorasi geotermal yang dilakukan IPP. “Yang dijamin bukan investasi, melainkan kelayakan usaha PLN sehingga PLN bisa membeli listrik dari IPP,” imbuhnya.

Sebelumnya, Direktur Bis-nis dan Pengembangan PLN Murtaqi Syamsuddin menyam-paikan, investor IPP geotermal tidak bisa mendapatkan cost over run yang tidak pasti kare-na harus menanggung risiko kegagalan eksplorasi. Oleh karena itu, kata Murtaqi, pen-jaminan diperlukan mengingat biaya eksplorasi geotermal bisa mencapai US$6 juta untuk satu sumur. “Misalkan dibor lima sumur, maka butuh investasi US$30 juta. Ini bisa berhasil, bisa gagal. Kalau gagal siapa yang meng-cover biaya ini,” katanya. (ML/E-4)

EKONOMI NASIONAL SELASA, 10 MEI 201118

GAYATRI SUROYO

TIDAK bisa dimung-kiri , peran usaha mikro, kecil, dan me-nengah (UMKM) kian

hari kian sentral. Ia tidak hanya diakui sebagai tulang pung-gung perekonomian negara, tapi juga bisa menjadi solu-si perbedaan pertumbuhan antarnegara dalam kerangka kerja sama multilateral.

Tidak terkecuali di tingkat Perhimpunan Negara-Nega ra Asia Tenggara (ASEAN) yang kini tengah menyiapkan sebuah pasar perdagangan tunggal

pada 2015 nanti. Dalam konsep pasar tunggal ini, posisi UMKM cukup strategis untuk menyatu-kan perbedaan pertumbuhan sekaligus mendulang pasar yang sangat potensial.

Diakui atau tidak, komunitas ekonomi ASEAN yang berpen-duduk sekitar 600 juta akan menjadi pasar yang besar bagi UMKM ASEAN. Karena itu, membentuk langkah konkret penguatan UMKM adalah keharusan, termasuk mem-perkuat akses permodalan dan perdagangannya.

“Dalam kerangka ASEAN Economic Community (AEC) diharapkan ada akses UMKM dari pasar tunggal ASEAN. Pasar ASEAN yang menyatu dapat memberikan perhatian dan fasilitas khusus untuk UMKM,” ungkap Wakil Men-teri Perdagangan Mahendra Siregar saat jumpa pers pas-capertemuan tingkat menteri mengenai AEC di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sejumlah rekomendasi , menurut Mahendra, dihasilkan dari pertemuan yang merupa-kan salah satu agenda ‘pe-

ma nas an’ dari KTT ASEAN tersebut. Di antaranya terkait indeks kebijakan UMKM, stan-dar bisnis, sistem informasi bersama, baik national single window maupun ASEAN single window, akses pembiayaan, jasa konsultasi, pelatihan dan pem-bangunan kapasitas UMKM, serta integrasi UMKM melalui jaringan produksi regional.

Dalam hal ini, poin penting yang digarisbawahi adalah akses terhadap permodalan. Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, akses permodalan menjadi bahasan penting per-temuan itu. “Untuk poin ini, Indonesia sudah menyalurkan-nya dalam bentuk kredit usaha rakyat,” terangnya.

Equitable ASEANDi tempat yang sama, Men-

teri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan hal pen-ting lain dalam pengembangan UMKM di tingkat regional ini adalah pengembangan equitable ASEAN.

Equitable ASEAN yang di-maksud Mari merupakan ke-setaraan bagi seluruh negara

anggota ASEAN. Saat ini, perkembangan setiap negara di ASEAN berbeda-beda se-hingga muncul kesenjangan pertumbuhan. Itu terlihat men-colok ketika membandingkan negara seperti Singapura yang pendapatan per kapitanya US$43 ribu dengan Laos yang hanya US$984.

“Pada Agustus 2011 nanti akan dilaksanakan ASEAN Eco-nomic Ministry Meeting dengan tujuan khusus membangun equitable ASEAN,” papar Mari.

Sebagai persiapan, pada 2010 sudah dibuat Masterplan on Small Medium Enterprises (SME) Development, dan ta-hun ini dibentuk SME Advi-sory Board yang terdiri dari menteri-menteri UKM dan stakeholder lain.

“Perlu kebersamaan untuk mendorong partisipasi UMKM dalam memanfaatkan integrasi ekonomi ASEAN karena ter-bukti kelompok ini memberi kontribusi signifikan dalam menopang perekonomian re-gional,” tandas Mari.(Ant/E-2)

[email protected]

Data BPS tersebut memang meliputi

perkebunan secara keseluruh an, tetapi sawit merupakan perkebunan paling dominan.”Latief AdamPeneliti senior LIPI

Budi DarmadiDirjen Industri Unggulan

Pemerintah Berencana Lakukan Eksplorasi Awal Geotermal

UMKM Minimalkan Kesenjangan Regional

Perlu kebersamaan mendorong partisipasi UMKM karena terbukti kelompok ini memberi kontribusi signifikan dalam menopang ekonomi regional.

Bea Keluar Tekan Pertumbuhan Sawit

Pemerintah DorongProduksi Mobil Hijau

SERVIS ELEKTRONIK: Oky, 20, memperbaiki televisi di tempat servis elektroniknya di Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. UMKM merupakan tulang punggung perekonomian negara, yang tahan terpaan krisis ekonomi global.

PANAS BUMI: Penduduk melintas di dekat pembangkit listrik tenaga panas bumi di Dieng, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Pemerintah akan mengeksplorasi potensi pembangkit panas bumi.

REUTERS/BEAWIHARTA

ANTARA/YUSRAN UCCANG

MI/M YAKUB