ansietas
DESCRIPTION
textTRANSCRIPT
DEFINISI
Cemas (anxietas) merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak
menyenangkan,tidak menentu, menakuntukan dan mengkhawatirkan akan adanya
kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-
gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik. Anxietas
adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai
dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang
berulang bagi seseorang tertentu.Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut,
dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau
kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan
gelisah.
EPIDEMIOLOGI
Gangguan cemas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang paling
sering ditemukan. National Comorbiloty Study melaporkan bahwa satu diantara
empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan cemas dan
terdapat angka prevalensi 12 bulan sebesar 17,7%. Perempuan (prevalensi seumur
hidup 30,5%) lebih cenderung mengalami gangguan cemas daripada laki-laki
(prevalensi seumur hidup 19,2%). Prevalensi gangguan cemas menurun dengan
meningkatnya status sosioekonomik.
ETIOLOGI
Penyebab pasti gangguan kecemasan tidak diketahui, banyak gangguan ini
disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk perubahan di otak dan stres
lingkungan.
Seperti penyakit tertentu, seperti diabetes, gangguan kecemasan dapat
disebabkan oleh ketidakseimbangan kimia dalam tubuh. Penelitian telah
menunjukkan bahwa stres berat atau jangka panjang dapat mengubah
keseimbangan kimia dalam otak yang mengendalikan mood. Penelitian lain
menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kecemasan tertentu memiliki
perubahan struktur otak tertentu yang mengontrol memori atau mood. Selain itu,
penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan kecemasan dalam keluarga, yang
berarti bahwa mereka dapat diwariskan dari satu atau kedua orang tuanya, seperti
warna rambut atau mata. Selain itu, faktor lingkungan tertentu - seperti trauma
atau peristiwa penting - dapat memicu gangguan kecemasan pada orang yang
memiliki kerentanan diwariskan kepada mengembangkan kekacauan.
Faktor pencetus yang sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan
dengan faktor-faktor yang menahun seperti amarah yang direpresi atau impuls
untuk melampiaskan hal sex. Biasanya urut-urutan kejadian sebagai berikut :
Ketakutan ( kecemasan akut ) → represi dan konflik ( tak sadar ) → kecemasan
menahun → stres pencetus → penurunan daya tahan dan mekanisme untuk
mengatasinya → nerosa cemas.
Faktor Biologis
Faktor biologik yang berperan pada gangguan ini adalah neurotransmitter.
Ada tiga neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan ini yaitu,
norepinefrin, serotonin, dan gamma amino butiric acid atau GABA. Namun
neurotransmitter yang memegang peranan utama pada gangguan cemas adalah
serotonin, sedangkan norepinefrin terutama berperan pada gangguan panik.
Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan
percobaan pada hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada
perangsangan locus sereleus yang ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang
meningkatkan kadar norepinefrin dapat menimbulkan tanda-tanda kecemasan,
sedangkan obat-obatan menurunkan kadar norepinefrin akan menyebabkan
depresi.
Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan
norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya kecemasan, sedangkan
Gamma Amino Butiric Acidatau GABA bersifat menghambat terjadinya
kecemasan ini. Pengaruh dari neutronstransmitter ini pada gangguan kecemasan
didapatkan dari peranan benzodiazepin pada gangguan tersebut. Benzodiazepin
dan GABA membentuk GABA Benzodiazepin kompleks yang akan menurunkan
anxietas atau kecemasan.
Satu penelitian tomografi emisalnyai positron (PET; positron emisalnyasion
tomography) melaporkan suatu penurunan kecepatan metabolik di ganglia basalis
dan substansia alba pada pasien gangguan cemas menyeluruh dibandingkan
kontrol normal. Satu penelitian menemukan bahwa hubungan genetika mungkin
terjadi antara gangguan cemas menyeluruh dan gangguan depresif berat pada
wanita. Penelitian lain menemukan adanya komponen yang terpisah tetapi sulit
untuk ditentukan pada gangguan cemas menyeluruh. Kira-kira 25 persen sanak
saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan cemas menyeluruh umum
juga terkena gangguan.Sanak saudara laki-laki lebih sering menderita suatu
gangguan penggunaan alkohol. Beberapa laporan penelitian pada anak kembar
menyatakan suatu angka kesesuaian 50 persen pada kembar monozigotik dan 15
persen pada kembar dizigotik.
Faktor Psikososial
Dua bidang pikiran utama tentang faktor psikososial yang menyebabkan
perkembangan gangguan cemas menyeluruh adalah bidang kognitif perilaku dan
bidang psikoanalitik. Bidang kognitif perilaku menghipotesiskan bahwa pasien
dengan gangguan cemas menyeluruh berespon secara tidak tepat dan tidak akurat
terhadap bahaya yang dihadapi, ketidakteraturan tersebut disebabkan oleh
perhatian selektif terhadap perincian negatif didalam lingkungan oleh distorsi
pemrosesan informasi, dan oleh pandangan yang terlalu negatif tentang
kemampuan seseorang untuk mengatasinya. Bidang psikoanalitik
menghipotesiskan bahwa kecemasan adalah suatu gejala konflik bawah sadar
yang tidak terpecahkan. Suatu hierarki kecemasan adalah berhubungan dengan
berbagai tingkat perkembangan. Pada tingkat yang paling primitif, kecemasan
mungkin berhubungan dengan ketakutan akan penghancuran atau fusi dengan
orang lain. Pada tingkat perkembangan yang lebih matur,kecemasan adalah
berhubungan dengan perpisahan dari objek yang dicintai. Kecemasan kastrasi
adalah berhubungan dengan fase oedipal dari perkembangan dan dianggap
merupakan satu tingkat tertinggi dari kecemasan.
KLASIFIKASI
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
( DSM-IV), gangguan cemas terdiri dari :
1. Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
2. Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
3. Fobia spesifik;
4. Fobia sosial;
5. Gangguan Obsesif-Kompulsif;
6. Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
7. Gangguan Stress Akut;
8. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder).
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III, gangguan cemas dikaitkan dalam gangguan neurotik, gangguan
somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stress (F40-48).
F40–F48 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN
GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN STRES
F40 Gangguan Anxieta Fobik
F40.0 Agorafobia
.00 Tanpa gangguan panik
.01 Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia sosial
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT
F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif
F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan
F42.1 Predominan tindakan kompulsif (obsesional ritual)
F42.2 Campuran tindakan dan pikiran obsesional
F42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnya
F42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTT
F43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian (F43.0-F43.9)
F44 Gangguan Disosiatif (Konversi) (F44.0-F44.9)
F45 Gangguan Somatoform (F45.0-F45.9)
F48 Gangguan Neurotik Lainnya (F48.0-F48.9)
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh
seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh
individu tersebut (Hawari, 2004). Keluhan yang sering dikemukakan oleh
seseorang saat mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2004),
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Gejala psikologis : pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut akan
pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang,
gelisah, mudah terkejut.
b. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
c. Gangguan konsentrasi daya ingat.
d. Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak
nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan
terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.
DIAGNOSIS
F 40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
A. F 40.0 AGORAFOBIA
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :
a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder
seperti waham atau pikiran obsesif.
b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya
dua dari situasi berikut :
1. Banyak orang
2. Tempat-tempat umum
3. Bepergian keluar rumah
4. Bepergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gambaran yang menonjol
B. F 40.1 FOBIA SOSIAL1. Mulai sejak usia remaja
2. Rasa takut diperhatikan oleh orang lain dalam keluarga yang relatif kecil
3. Menjurus pada perhindaran terhadap situasi sosial yang relatif kecil
4. Menjurus pada penghindaran terhadap situasi sosial
5. Lelaki sama dengan wanita
6. Gambarannya dapat sangat jelas misalnya. makan di tempat umum,
berbicaradidepan umum, menghadapi jenis kelamin lain, hampir semua
situasi di luar keluarga
7. Biasanya disertai dengan harga diri yang rendah dan takut kritik
8. Dapat tercetus sebagai : malu (muka merah), tangan gemetar, mual, ingin
buang air kecil dan gejala demikian dapat berkembang menjadi serangan
panik
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Semua kriteria dibwh ini harus dipenuhi untuk :
a. Gejala2 psikologis, perilaku /otonomik harus merupakan manifestasi
primer dari anxietas dan bukan sekundari gejala lain seperti waham /
pikiran obsesif
b. Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja
c. Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan depresif dan agorafobia sering sulit dibedakan dengan fobia
sosial. Hendaknya diutamakan Diagnosis agorafobia, depresi jgn ditegakkan
kecuali ditemukan sindrom depresif yang lengkap dan jelas
C. F 40.2 FOBIA KHAS (TERISOLASI)
Fobia yang terbatas pada situasi yang sangat spesifik seperti bila :
1. Berdekatan dengan binatang tertentu
2. Tempat tinggi
3. Petir
4. Kegelapan
5. Naik pesawat
6. Buang hajat ditempat umum
7. Makan makanan tertentu
8. Dokter gigi
9. Takut melihat darah/luka
10. Takut berhubungan dengan penyakit tertentu
Biasanya timbul pada masa kanak-kanak/dewasa muda; dapat menetap
puluhan tahun bila tidak diobati
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Semua kriteria yang dibawah ini untuk diagnosis pasti :
a. Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi primer dari
anxietas, dan bukan sekunder dari gejala2 lain seperti waham atau pikiran
obsesif
b. Anxietas harus terbatas ps adanya objek situasi fobik tertentu
c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya
Termasuk :
a. Akrofobia
b. Fobia binatang
c. Klaustrofobia
d. Fobia ujian
e. Fobia sederhana
DIAGNOSA BANDING
Gangguan hipokhondrik F 45.2
Gangguan waham F 22.0
F 40.8 gangguan fobik lainnya
F 40.9 Gangguan fobik YTT, termasuk fobia YTT, keadaan Fobik YTT
F 41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA
Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada situasi
lingkungan tertentu saja
Dapat disertai :
a. Gejala depresif
b. Gejala obsesif
c. Beberapa unsur anxietas fobik
Asal jelas bersifat sekunder, ringan
A. F 41.0 GANGGUAN PANIK (Anxietas Paroksimal Episodik)
Gambaran esensial :
a. Serangan anxietas berat (panik) yang berulang
b. Tidak terbatas pada adanya situasi tertentu / suatu rangkaian kejadian
c. Tidak terduga
d. Gejala yang biasa dijumpai, onsit mendadak :
1. Palpitasi
2. Nyeri dada
3. Perasaan tercekik
4. Pusing kepala
5. Rasa menjadi gila
e. Perasaan tidak riil (depersonalisasi/derealisasi)
1. Rasa takut mati
2. Kehilangan kendali
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Untuk diagnosis beberapa serangan anxietas berat diserta gejala otonomik harus
terjadi dalam periode kira-kira 1 bulan tidak berbahaya :
a. Pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara obyektif tidak ada bahaya
b. Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya
c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala anxietas dalam periode
antara serangan-serangan panik (meskipun lazim terjadi anxietas
antisipatorik)
Termasuk : - serangan panik - keadaan panik
DIAGNOSIS BANDING
a. Gangguan panik sebagai bagian fobik
b. Sekunder dari gangguan depresif, terutama pada lelaki
B. F 41.1 GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
Gambaran esensial :
a. Anxietas yang menyeluruh dan menetap
b. Tidak terbatas hanya pada setiap keadaan lingkungan yang tertentu saja
(misalnyaalnya sifat mengambang atau “free floating”)
Gejala yang sering dijumpai :
a. Keluhan tegang yang berkepanjangan
b. Gemetaran
c. Ketegangan otot
d. Berkeringat
e. Kepala terasa ringan
f. Palpitasi
g. Pusing kepala
h. Keluhan epigastrik
i. Ketakutan dirinya/ anggota kel lain akan celaka/sakit
j. Khawatir dan firasat lain
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Harus menunjukkan gejala primer anxietas hampir setiap hari selama beberapa
minggu à bulan
GEJALA-GEJALA :
a. Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan
gelisah seperti diujung tanduk, sulit berkonsentrasi)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, tahikardi,
keluhan epigastorik, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Diagnostik Banding :
a. Episode depresif (F 32)
b. Gangguan panik (F 41.0)
c. Gangguan obsesif-kompulsif (F 42)
Termasuk :
a. Neurosis anxietas
b. Reaksi anxietas
c. Keadaan anxietas
C. F 41.2 GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS dan DEPRESIF
Terdapat gejala anxietas dan depresi yang masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosa
tersendiri.
Beberapa gejala otonomik harus ditemukan :
a. Tremor
b. Palpitasi
c. Mulut kering
d. Sakit perut (mulas), dsb
Diagnosa Banding :
a. Gangguan penyesuaian F 43.2
b. Depresi anxietas menetap (dstimia) F 34.1
Termasuk : depresi anxietas (ringan atau tak menetap)
D. F 41.3 GANGGUAN ANXIETAS CAMPURAN LAINNYA
PEDOMAN DIAGNOSTIK
a. Gangguan yang memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F 41.1)
dan yang menunjukkan cirri-ciri yang menonjol dari gangguan lain dalam F
40-F 49 akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.
b. Bila gejala-gejala yang memenuhi kriteria dari kelompok gangguan ini
terjadi dalam kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang
bermakna, maka dimasukkan dalam kategori F 43.2, gangguan penyesuaian
E. F 41.8 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA TDT
Termasuk : histeria anxietas
F. F 41.9 GANGGUAN ANXIETAS YTT
Termasuk : anxietas YTT
F 42 GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Diagnosis, gejala-gejala obsesional atau tindakan kompulsif atau kedua-duanya
harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut2, merupakan
sumber distres atau gangguan aktivitas
Ciri-ciri gejala obsesional :
a. Harus dikenal/disadari sebagai pikiran/impuls dari diri individu sendiri
b. Setidaknya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil
dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita
c. Pikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan/anxietas tidak tanggap sebagai kesenangan seperti dimaksud
diatas)
d. Pikiran, bayangan atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan
yang tidak menyenangkan
Termasuk :
a. Neurosis anankastik
b. Neurosis obsesional
c. Neurosis obsesif-kompulsif
Diagnosis banding
a. Gangguan depresif primer
b. Sikzofrenia
c. Sindrom teurette
A. F 42.0 PREDOMINAN PIKIRAN OBSESIONAL ATAU PENGULANGAN
Dapat berupa gagasan, bayangan mental atau dorongan untuk berbuat à distres
B. F 42.1 PREDOMINAN TINDAKAN KOMPULSIF (OBSESSION RITUAL)
a. Tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan
b. Memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa situasi yang
dianggapnya berpotensi nahaya tidak dibiarkan terjadi, atau
masalah kerapian dan keteraturan.
c. Merupakan ikhtiar simbolik atau sia-sia untuk menghindari bahaya
tersebut
d. Menyita banyak waktuà ketidakmampuan mengambil keputusan
dan keterlambatan yang mencolok
e. Jarang disertai oleh depresi dibandingkan dengan pikiran
obsesional, lebih responsif terhadap terapi tingkah laku
C. F 42.2 CAMPURAN TINDAKAN DAN PIKIRAN OBSESIONAL
a. Pasien obsesif-kompulsif memperlihatkan unsur pikiran yang
obsesional maupun tindakan yang kompulsif
b. Keduanya (obsesif dan kompulsif) harus seimbang sama2
menonjol
F 43 CAMPURAN TERHADAP STRES BERAT dan GANGGUAN
PENYESUAIAN
A. F 43.0 REAKSI STRES AKUT
a. Gangguan sementara yang cukup parah – beberapa jam/hari
1. Stressor berupa pengalaman traumatik luar biasa ancaman serius t/n
keamanan/integritas fisik individu sendiri atau orang2 yang dicintai
misalnya :
a. Bencana alam
b. Kecelakaan
c. Peperangan
d. Serangan tindakan kriminal
e. Perubahan luar biasa yang mendadak
Penting : kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri seseorang
PEDOMAN DIAGNOSTIK :
a. Gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah
1. Depresif
2. Keadaan terpaku/bengong
3. Anxietas
4. Kemarahan
5. Kekecewaan
6. Overaktif
7. Penarikan diri
b. Kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stresornya à gejala-
gejalanya dapat menghilang dengan cepat (beberapa jam). Bila stres
berkelanjutan/tak dapat dialihkan à gejala mereda seletah 1-3 hari
Termasuk :
a. Reaksi krisis akut
b. Kelelahan bertempur
c. Keadaan krisis
d. “shock” psikis
B. F 43.1 GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA
a. Timbul sebagai akibat/respons yang berkepanjangan dan atau tertunda
terhadap kejadian atau situasi yang menimbulkan stres
b. Faktor predisposisi yaitu ciri kepribadian (misalnyaalnya kompulsif
astenik) dapat menurunkan kadar ambang
c. Gejala khas : episode-episode bayangan kejadian traumatik terulang
kembali (“flash backs”) atau mimpi, terjadi perasaan “beku” dan
penumpukan emosi, menjauhi orla, tidak responsif terhadap
lingkungannya, anhedonia mmenghindari aktivitas-aktivitas/situasi yang
berkaitan menghindari ingatan traumatik, bisa mendadak ketakutan, panik
atau agresif
d. Terjadi bangkitan otonomik berlebihan dengan kenekatan yang berlebih,
mudah kaget, tertegun, insomnia. Bisa dsertai anxietas dan depresi, dan ide
bunuh diri
e. Onset beberapa minggu – bulan = 6 bulan. Perjalanan berfluktuasi.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
a. Timbulnya dalam waktu 6 bulan, disebabkan oleh suatu peristiwa
traumatik yang luar biasa berat
b. Onset > 6 bulan dengan manifest klinis khas seperti yang telah
disebuntukan
Termasuk : Neurosis Traumatik
C. F 43.2 GANGGUAN PENYESUAIAN
a. Keadaan stres yang subjektif dan gangguan emosional yang biasanya
menganggu kinerja dan fungsi sosial
b. Timbul pada periode adaptasi terhadap suatu perubahan dalam hidup yang
bermakna / kehidupan penuh stres
c. Predisposisi/kerentanan individual berperan dalam resiko terjadinya
gangguan kepribadian
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Diagnosis pasti tergantung pada suatu evaluasi yang teliti terhadap hubungan
antara:
a. Bentuk, isis, keparahan gejala
b. Riwayat dan kepribadian sebelumnya
c. Kejadian / situasi penuh stres/krisis kehidupan
Termasuk : “Culture Shock”, reaksi berkabung, hopitalisasi pada anak
Tak termasuk : gangguan anxietas perpisahan masa kanak
Jika kriteria gangguan penyesuaian telah dipenuhi, maka bentuk klinis/peri
domain dapat ditentukan dengan menggunakan karakter ke 5:
a. F43.20 Reaksi depresif singkat : bersifat sementara dengan jangka waktu <
1 bulan
b. F43.21 Reaksi depresif berkepanjangan : depresi ringan sebagai respon t/n
stress berkepanjangan denghan jangka waktu <2 tahun
c. F43.22 Reaksi campuran Anxietas dan depresif : gejala anxietas dan
depresif keduanya menonjol, tapi tidak melebihi F41.2/F41.3
d. F43.23 dengan predominan gangguan emosi lainnya : gejala-gejala adl
anxietas, depresi, kekhwatiran. Ketegangan, amarah. Kategori ini juga
harus dipakai untuk reaksi pada anak-anak dengan prilaku regresif,
ngompol atau menghisap jempol
e. F43.24 dengan predominan gangguan tingkah laku. Gangguan utama :
tingkah laku, Raksi duka cita remaja à prilaku agresif/disosial
f. F43.25 dengan gangguan campuran emosi dan tingkah laku. Gejala
emosional dan tingkah laku merupakan ciri menonjol
g. F43.28 dengan gejala predominan lainnya YDT
h. F43.8 Reaksi Terhadap Stress Berat Lainnya
i. F43.9 Reaksi Terhadap Stress Berat YTT