anne lida

39
REVIEW HEWAN PARASIT DAN PENCEGAHAN PENYAKIT YANG DITIMBULKAN “ANNELIDA” Oleh : SGD 2 1. NI WAYAN AYU WIDIANTARI 1202105007 2. NI NYM NANIK YULIASIH 1202105012 3. I GEDE SUBAGIA 1202105039 4. NI PUTU DEVI YUSTINA CANDRA S 1202105046 5. I MADE YUDI INDRA WIBAWA 1202105051 6. I KADEK AGUS MAHENDRA PUTRA 1202105053 7. NI WAYAN SUCI DIANATARI 1202105072 8. NI KOMANG ERNA INDRAWATI 1202105076 9. NI PUTU INTAN MERTANINGSIH 1202105080 10. LUH KETUT VICKY NOVI ANDANI 1202105082 ILMU KEPERAWATAN

Upload: listya-dewi

Post on 03-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anne Lida

REVIEW HEWAN PARASIT DAN PENCEGAHAN PENYAKIT YANG

DITIMBULKAN

“ANNELIDA”

Oleh : SGD 2

1. NI WAYAN AYU WIDIANTARI 1202105007

2. NI NYM NANIK YULIASIH 1202105012

3. I GEDE SUBAGIA 1202105039

4. NI PUTU DEVI YUSTINA CANDRA S 1202105046

5. I MADE YUDI INDRA WIBAWA 1202105051

6. I KADEK AGUS MAHENDRA PUTRA 1202105053

7. NI WAYAN SUCI DIANATARI 1202105072

8. NI KOMANG ERNA INDRAWATI 1202105076

9. NI PUTU INTAN MERTANINGSIH 1202105080

10.LUH KETUT VICKY NOVI ANDANI 1202105082

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Page 2: Anne Lida

LEARNING TASK IDK 1

REVIEW HEWAN PARASIT DAN PENCEGAHAN PENYAKIT YANG DITIMBULKAN

SGD 1&2 :ANNELIDA

1. Apa yg dimaksud dengan hewan annelida (sertakan dengan gambarnya)2. Jelaskan klasifikasi dari hewan annelida! (sertakan dengan gambarnya)3. Sebutkan tempat hidup dari hewan annelida!4. Jelaskan siklus hidup dari hewan annelida!5. Jelaskan penyakit-penyakit yang mungkin ditimbulkan oleh hewan annelida!

a. Pengertian b. Etiologi c. Rute infeksid. Manifestasi klinis e. Patofisiologi f. Diagnosis g. Penatalaksanaan h. Pencegahan

6. Jelaskan manfaat yang diperoleh oleh perawat dengan mempelajari hewan annelida!

7. Carilah dan analisis secara singkat satu jurnal terkait dengan mempelajari hewan annelida!

8. Jelaskan implikasi keperawatan dari jurnal tersebut!

Page 3: Anne Lida

JAWABAN

1. Annelida berasal dari bahasa latin: annulus = cincin/gelang, maka

sering juga disebut cacing gelang karena tubuhnya tersusun atas

segmen yang menyerupai cincin atau gelang. Annelida merupakan

binatang triploblastik selomata, tubuhnya bersegmen. Setiap segmen

dibatasi oleh sekat (septum).

Sudah memiliki sistem syaraf, pencernaan, ekskresi, reproduksi dan sistem

pembuluh. Annelida adalah cacing protostome dengan tiga lapisan sel,

saluran cerna dengan mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot

membujur dan melingkar. Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1mm

sampai 3 m, tubuhnya simetri bilateral, berbentuk seperti gelang ('anellus' =

cincin), memiliki alat gerak berupa bulu-bulu kaku pada setiap segmen dan

memiliki sistem peredaran darah tertutup serta tubuh tertutupi oleh kutikula

yang licin yang terletak diatas ephitelium.

Page 4: Anne Lida

Rongga tubuh coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio.

Epidermis luar diselubungi oleh kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous

(‘chaetae atau setae’).Segmentasi metamerik,yang selalu ditunjukkan

dalam muskular dan sistem saraf adalah karakteristik yang jelas.Sistem saraf

memiliki ganglion supraoesophaegal (kelompok tubuh utama sel saraf) yang

disebut otak meskipun lebih banyak daripada sensor penyampai pesan, dan

kawat saraf ventral yang menuju segmen ganglia memberikan segmen

saraf.Terdapat sistem darah tertutup dengan darah yang bergerak menuju

pembuluh membujur dorsal.Pembuluh segmen antara coelom dan luar

digunakan untuk sekresi dan reproduksi

2. Klasifikasi Filum Annelida terdiri dari tiga kelas yaitu :

a. Polychaeta

Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku). Tubuhnya dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Tubuh memanjang dan mempunyai segmen. Mereka memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya kecuali

Page 5: Anne Lida

pada segmen terakhir. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah pasang surut air laut. Contoh cacing ini adalah

- Eunice viridis (cacing wawo)

- Lysidice oele (cacing palolo)

- Nereis virens (kelabang laut)

- Gambar a. Gambar b

-

b. Oligochaeta

Oligochaeta dalam bahasa yunani berasal dari dua kata yaitu oligo =

sedikit dan chaetae = rambut kaku. Oligochaeta merupakan annelida air

tawar atau terrestial umumnya, tanpa parapodia dan beberapa chaetae

tanpa sendi. Cara makannya bersifat suctorial yaitu tidak memiliki rahang.

Oligochaetes dikenali dengan ‘clitellum’ berbentuk tongkat, epiderm kental

yang mengeluarkan kepompong. Contohnya :

Page 6: Anne Lida

Lumbricus terrestris (cacing tanah – Eropa dan Amerika)

Perichaeta (cacing hutan)

Tubifex (cacing air)

Pheretima posthurna (cacing tanah – Asia)

Gambar c. Gambar d

Page 7: Anne Lida

c. Hirudina (lintah).

Hirudina merupakan kelas annelida dengan jenis yang paling sedikit. Mereka

memiliki ciri –cirri antara lain: tidak memiliki parapodium maupun seta pada

segmen tubuhnya, panjang bervariasi dari 1 – 30 cm, tubuhnya pipih dengan ujung

anterior dan posterior yang meruncing, pada anterior dan posterior terdapat alat

pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Lintah ada yang bersifat

ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya yang berupa hewan vertebrata

termasuk manusiadengan mengisap darah inangnya dan ada pula yang hidup

bebas dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit :

Haemadipsa (pacet), hidup di rawa-rawa dan di hutan basah

Hirudo medicinalis (lintah).

Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik

(penghilang sakit), sehingga korbannya tidak menyadari adanya gigitan. Setelah

ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah (hirudin). Dengan

zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.

Page 8: Anne Lida

Gambar e gambar f

3. . Sebagian besar annelida hidup bebas didasar laut dan perairan tawar atau ada juga yang hidup ditanah dan tempat-tempat lembab. Sebagian juga ada yang hidup sebagai parasit yang menempel sementara pada tubuh vertebrata termasuk manusi itu sendiri

- Polychaeta

Sebagian besar merupakan hewan laut. Beberapa di antaranya bergerak

dan berenang di antara plankton, banyak di antaranya merangkak pada

atau membuat lubang di dasar laut atau hidup dalam tabung yang dibuat

oleh cacing itu dengan mencampur mukus dengan sedikit pasir dan

cangkang yang pecah.

- Oligochaeta

Hidup di air tawar dan tanah yang mengandung humus. Meliputi hewan

terrestrial dan berbagai hewan akuatik

- Hirudinea

Mayoritas hidup di air tawar(lintah), tetapi terdapat beberapa species

yang hidup di tanah atau darat (pacet) yang bergerak melalui vegetasi

yang lembab

4. Siklus hidup Annelida

Cacing dewasa menembus dinding alveoli, dan menuju bronkus dan selanjutnya menuju kerongkongan. Dari kerongkongan cacing dewasa menuju ke usus

Page 9: Anne Lida

5. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh hewan annelida ada dua, yaitu :

Telur dikeluarkan manusia melalui feses. Tanaman yang ditempeli telur cacing, mungkin termakan manusia dan masuk ke mukosa mukosa usus halus.

Cacing dewasa hidup di dalam usus halus dan bertelur

3-6 telur cacing mengalami perkembangan (18 hari) dan dibawa oleh peredaran darah menuju paru-paru. Cacing menetas dan berkembang menjadi cacing dewasa di dlam paru-paru (10-14 hari)

Cacing dewasa menembus dinding alveoli, dan menuju bronkus dan selanjutnya menuju kerongkongan. Dari kerongkongan cacing dewasa menuju ke usus

Page 10: Anne Lida

ASCARIASIS

- PENGERTIANAscariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemui. Diperkirakan

prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di negara berkembang dimana sering terjadi kontaminasi tanah oleh tinja manusia atau penggunaan tinja sebagai pupuk (Soegijanto, 2005).

Dilihat dari uraian diatas jelas negara Indonesia adalah salah satu negara yang berisiko tinggi adanya kasus ascariasis ini.

Menurut Behrman (1999), infeksi paling sering terjadi pada anak pra sekolah atau anak umur sekolah awal, dan jumlah kasus terbesar pada negara-negara yang memiliki iklim yang lebih panas. Meskipun demikian, ada sekitar 4 juta individu yang terinfeksi terutama anak, di Amerika Utara.

- ETIOLOGIAscariasis disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Stadium infektif  Ascaris

Lumbricoides adalah telur yang berisi larva matang. Sesudah tertelan oleh hospes manusia, larva dilepaskan dari telur dan menembus diding usus sebelum migrasi ke paru-paru melalui sirkulasi vena. Mereka kemudian memecah jaringan paru-paru masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan trakea, dan tertelan kembali. Setelah sampai ke usus kecil larva berkembang menjadi cacing dewasa (jantan berukuran 15-25cm x 3mm dan betina 25-35cm x 4mm).

Page 11: Anne Lida

Cacing betina mempunyai masa hidup 1-2 tahun dan dapat menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Telur fertil berbentuk oval dengan panjang 45-60 µm dan lebar 35-50 µm. Setelah keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan berkembang menjadi infektif dalam 5-10 hari pada kondisi lingkungan yang mendukung.

-  RUTE INFEKSI Telur ascaris yang infektif tertelan manusia dan mencapai duodenum, di sini

telur menjadi larva Larva ini menembus dinding usus, melalui saluran limfe bermigrasi ke hepar

dan paru Banyaknya larva di paru-paru menimbulkan gejala Loefller Syndrome/

Atypical Pneumonia Larva mencapai epiglottis dan kembali ke usus kecil. Di sini tumbuh menjadi

cacing dewasa, cacing betina bertelur lagi Perjalanan cacing hingga menjadi dewasa ± 3 bulan

- MANIFESTASI KLINISManifestasi klinis  menurut Soegijanto (2005), tergantung pada intensitas

infeksi dan organ yang terlibat. Pada sebagian besar penderita dengan infeksi rendah sampai dengan gejalanya asymtomatis. Gejala klinis paling sering ditemui berkaitan dengan penyakit paru atau sumbatan pada usus atau saluran empedu. Ascaris dapat menyebabkanPulmonari ascariasis ketika memasuki alveoli dan bermigrasi ke bronki dan trakea. Manifestasi pada paru mirip dengan Syndrom Loffler dengan gejala infiltrat paru sementara. Tanda-tanda yang paling khas adalah batuk, spuntum bercak darah, dan eosinofilia. Tanda lain adalah sesak.

Cacing dewasa dapat menimbulkan penyakit dengan menyumbat usus atau cabang-cabang saluran empedu sehingga mempengaruhi nutrisi hospes. Cacing dewasa akan memakan sari makanan hasil pencernaan host. Anak-anak terinfeksi yang memiliki pola makan yang tidak baik dapat mengalami kekurangan protein, kalori, atau vitamin A, yang akhirnya akan mengalami pertumbuhan lambat.

Adanya cacing dalam usus halus menyebabkan keluhan tidak jelas seperti nyeri perut, dan kembung. Obstruksi usus juga dapat terjadi walaupun jarang yang dikarenakan oleh massa cacing pada anak yang terinfeksi berat, insiden puncak terjadi pada umur 1-6 tahun. Mulainya biasanya mendadak dengan nyeri perut kolik berat dan muntah, yang dapat berbrcak empedu ; gejala ini dapat memburuk dengan cepat dan menyertai perjalanan yang serupa dengan obstruksi usus akut dengan etiologi lain. Migrasi cacing Ascaris ke saluran empedu telah dilaporkan, terutama yang terjadi di Filiphina dan Cina; kemungkinan keadaan ini bertambah pada anak yang terinfeksi berat.mulainya adalah akut dengan nyeri kolik perut, nausea, muntah, dan demam. Ikterus jarang ditemukan (Berhman, 1999).

- PATOFISIOLOGI

Page 12: Anne Lida

Ascaris Lumbricoides adalah nematoda terbesar yang umumnya menginfeksi manusia. Cacing dewasa berwarna putih atau kuning yang hidup selama 10-24 bulandi jejunum dan bagian tengah ileum. Cacing betina menghasilkan 200.000 telur per hari yang akan terbawa bersama tinja.

Telur fertil apabila terjatuh pada kondisi tanah yang sesuai, dalam waktu 5-10 hari telur tersebut dapat menginfeksi manusia. Telur dapar hidup dalam tanah selama 17 bulan. Infeksi umumnya terjadi melalui tangan pada tangan atau makanan kemudian masuk ke dalam usus kecil (deudenum). Pada tahap kedua larva akan melewati dinding usus dan melewati sistem porta menuju hepar dan kemudian ke paru melalui sirkulasi vena. Mereka kemudian memecah jaringan paru-paru masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan trakea, dan tertelan kembali. Diperlukan 65 hari untuk menjadi cacing dewasa. Infeksi yang berat dapat diikuti pneumonia dan eosinofilia (Soegijanto, 2005).

- DIAGNOSAa.       Pemeriksaan laboratorium1.      Pemeriksaan mikroskopis pada hapusan tinja dan dihitung dengan metode

apus tebal kato. Infeksi biseksual menyebabkan ekskresi telur fertil matang, sedangkan telur infertil ditemukan pada individu yang terinfeksi hanya dengan cacing betina.

2.      Ditemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada penyakit paru.3.      Pada pemeriksaan darah ditemukan periferal eosinofilia.b.      Pemeriksaan foto1.      Foto thorak menunjukkan gambaran opak pada lapang pandang paru seperti

pada sindrom Loeffler.2.      Penyakit pada saluran empedu-          Endoscopic retrogade cholangiopancreatography (ERCP) memiliki

sensitifitas 90 % dalam membantu mendiagnosis biliary ascariasis.-          Ultrasonography memiliki sensitivitas 50 % untuk membantu membuat

diagnosis biliary ascariasis.- PENATALAKSANAAN

Page 13: Anne Lida

1.      Pada anak dengan infeksi berat garam piperazin (sitrat, adipat, atau fosfat) diberikan secara oral dengan dosis per hari 50-75 mg/kg selama 2 hari. Dosis tunggal lebih efektif dari pada regimen 2, dalam mengurangi beban cacing pada anak yang terinfeksi. Karera piperazin menyebabkan paralisis neuromuskuler parasit dan pengeluaran cacing relatif cepat , maka obat ini adalah obat plihan untuk obstruksi usus atau saluran empedu (Berhman, 1999).

2.      Obat ascariasis usus tanpa komplikasi dapat digunakan albendazole (400 mg P.O. sekali untuk segala usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O. sekali untuk segala usia).

- PENCEGAHANMenurut Soegijanto (2005), program pemberian antihelmitik yang dilakukan dengan cara

sebagai berikut :1.         Memberikan pengobatan ada semua individu pada daerah endemis.2.         Memberikan pengobatan pada kelompok tertentu dengan frekuensi infeksi

tinggi seperti anak-anak sekolah dasar.3.         Memberikan pengobatan pada individu berdasarkan intensitas penyakit

atau infeksi tinggi seperti yang telah lalu.4.         Peningkatan kondisi sanitasi.5.         Menghentikan penggunaan tinja sebagai pupuk.6.         Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara-cara pencegahan

ascariasis.Menurut Berhman (1999), praktek-praktek pencegahan seperti menghindari

pengunaan tinja sebagai pupuk dan menjaga kondisi sanitasi lingkungan yang baik serta upaya penyediaan fasilitas pembuangan sampah yang baik adalah cara-cara pencegahan ascariasis yang paling efektif.

  TRICHOMONAS VAGINALIS

- PENGERTIAN

Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea

merupakan cairan yang keluar dari vagina selain darah menstruasi. Produksinya

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor hormonal, rangsangan seksual,

kelelahan fisik dan kejiwaan (stress) serta adanya benda asing. Cairan yang keluar

tersebut harus dibedakan antara cairan yang normal dan cairan yang tidak normal.

Dalam keadaan normal, cairan yang keluar berwarna jernih, tidak berbau, dan tidak

Page 14: Anne Lida

gatal atau pedih. Secara alamiah cairan ini diperlukan sebagai pelumas. Jumlah

cairan yang keluar bisa sedikit atau cukup banyak.

Keluarnya cairan dianggap normal jika terjadi sebelum dan sesudah

menstruasi, saat ovulasi dan saat mendapat rangsangan seksual. Namun, bila

cairan yang keluar jumlahnya banyak, berwarna putih kekuningan atau kehijauan,

disertai rasa gatal atau pedih, dan terkadang berbau amis atau busuk, maka ini

dapat dikategorikan tidak normal. Keputihan seringkali dianggap sebagai hal yang

umum dan sepele bagi wanita. Di samping itu, rasa malu ketika mengalami

keputihan kerap membuat wanita enggan berkonsultasi ke dokter. Padahal,

keputihan tidak normal karena infeksi yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan

kesehatan. Ada beberapa penyebab keputihan yang tidak normal, salah satunya

adalah Trichomoniasis atau infeksi akibat parasit Trichomonas vaginalis.

Trichomonas vaginalis adalah parasit yang biasanya menyerang saluran

kemih dan kelamin manusia yang terinfeksi. Infeksi parasit ini dapat menyerang

baik pria maupun wanita, tetapi frekuensinya lebih banyak terjadi pada wanita.

Umumnya, uretra adalah tempat infeksi yang paling umum pada laki-laki dan

vagina adalah tempat infeksi yang paling umum pada wanita. Cara penularannya

terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman atau secara tidak langsung

melalui alat mandi seperti handuk dan dudukan toilet.

- ETIOLOGI

Gejala infeksi Trichomonas vaginalis pada wanita berupa keputihan berwarna

kuning kehijauan, berbau tidak sedap dan pada kasus yang berat cairan dapat

berbusa, disertai rasa gatal, panas, nyeri saat kencing dan saat berhubungan

seksual yang disertai perdarahan, iritasi dan terkadang sakit pinggang. Sedangkan

pada pria biasanya tidak menunjukkan gejala. Kalaupun ada gejala yang muncul

umumnya lebih ringan dibandingkan dengan wanita, sepert iritasi di dalam penis,

keluar cairan keruh namun tidak banyak, rasa panas dan nyeri setelah berkemih

atau setelah ejakulasi.

Page 15: Anne Lida

- RUTE INFEKSI

Berdasarkan penelitian infeksi Trichomonas vaginalis diketahui berhubungan

dengan komplikasi pada organ reproduksi, seperti infeksi pasca operasi caesar,

infertilitas, dan kelahiran prematur serta diperkirakan dapat meningkatkan risiko

penularan HIV dan mengakibatkan keganasan pada serviks (kanker serviks). Oleh

sebab itu, infeksi parasit ini harus diterapi dengan baik sampai tuntas.

- MANIFESTASI KLINIS

1.      Keputihan/flour albus/leucorrhoea (pada wanita)

Vagina terasa gatal, mengeluarkan secret yang encer berwarna kuning kehijauan,

Page 16: Anne Lida

kadang-kadang disertai buih dengan bau yang abnormal, vulva yang kemerahan

dan membengkak.

2.      Vaginitis (pada wanita)

Keputihan dengan kondisi yang lebih parah, juga sakit pada bagian dalam paha,

labio mayora berdarah, sangat gatal dan perih.

3.      Uretritis (pada pria)

Kira-kira setengah dari kasus vaginitis trichomonalis juga mengenai uretra pria

akibat hubungan seksual, keadaan ini sering disebut uretritis dan bersifat

asimtomatik (tanpa gejala).

- PATOFISIOLOGI

T. vaginalis menginfeksi sel epitel vagina sehingga terjadi proses kematian sel

pejamu (host-cell death). Komponen yang berperan dalam proses kematian sel ter-

sebut adalah mikrofilamen dari T. vaginalis. Selama proses invasi, T.vaginalis tidak

hanya merusak sel epitel namun eritrosit. Trichomonas vaginalis menginfeksi sel

epitel (dinding bagian dalam) vagina sehingga terjadi proses kematian sel hospes

(host-cell-death). Komponen yang berperan dalam proses kematian sel tersebut

adalah mikrofilamen dari Trichomonas vaginalis. Selama proses invasi, Trichomonas

vaginalis tidak hanya merusak sel epitel namun juga eritrosit. Eritrosit mengandung

kolesterol dan asam lemak yang diperlukan bagi pembentukan membran

trichomonad. Proses pengikatan dan pengenalan trichomonad dengan sel epitel

hospes melibatkan spesifik dari Trichomonas vaginalis, yang dikenal dengan sistein

proteinase. Setelah proses pengikatan, akan timbul reaksi kaskade yang

mengakibatkan sitoktosisitas dan hemolisis pada sel epitel vagina sehingga vagina

mengeluarkan cairan putih berbau tidak sedap, vulva membengkak dan terasa

nyeri serta gatal-gatal (keputihan/flour albus/ leucorrhoea), bahkan dalam kondisi

lebih parah akan terjadi peradangan dan sangat gatal (vaginitis).

Page 17: Anne Lida

-

- DIAGNOSIS

Diagnosa trikomoniasis boleh ditegakkan melalui gejala klinis namun menjadi

sulit apabila pasiennya asimptomatik. Maka boleh dilakukan pemeriksaan

mikroskopik yaitu secara langsung yang dilakukan dengan membuat sediaan dari

sekret vagina. Sediaan vagina dengan pH lebih dari 5,0 dicampurkan dengan saline

normal maka akam terlihat trokomonas yang motil dan predominan PMNs. Cara lain

adalah melalui kultur sekret vagina atau urethra pada pasien akut atau kronik. Hasil

kultur positif bila sel clue dan test bau amine positif, hapusan saline mount atau

Gram akan menunjukkan perubahan flora bakteri vagina. Pemeriksaan serologi dan

immnunologi juga boleh dijalankan namun belum cukup sensitif untuk

mendiagnosis T.vaginalis (Parija, 2004).

Page 18: Anne Lida

- PENATALAKSANAAN

Trikomoniasis boleh diobati dengan Metronidazole 2 gr dosis tunggal, atau 2 x

0,5 gr selama 7 hari. Mitra seksual turut harus diobati. Pada neonatus lebih dari 4

bulan diberi metronidazole 5 mg/kgBB oral 3 x /hari selama 5 hari. Prognosis

penyakit ini baik yaitu dengan pengambilan pengobatan secara teratur dan

mengamalkan aktivitas seksual yang aman dan benar (Slaven, 2007).

-

- PENCEGAHAN

Pencegahan bagi trikomoniasis adalah dengan penyuluhan dan pendidikan

kepada masyarakat yang dimulai pada tahap persekolahan. Mendiagnosis dan

menangani penyakit ini dengan benar. Pencegahan primer dan sekunder

trikomoniasis termasuk dalam pencegahan penyakit menular seksual. Pencegahan

primer adalah untuk mencegah orang untuk terinfeksi dengan trikomoniasis dan

pengamalan perilaku koitus yang aman dan selamat. Pencegahan tahap sekunder

adalah memberi terapi dan rehabilitasi untuk individu yang terinfeksi untuk

mencegah terjadi transmisi kepada orang lain (CDC, 2007).

Tindakan pengobatan pada penderita dilakukan sebagai tindakan pencegahan

agar tidak menularkan kepada pasangannya. Selain itu, kebersihan pribadi dan alat-

Page 19: Anne Lida

alat toilet pun harus dijaga untuk menghindari penularan secara tidak langsung. Hal

yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan yang tidak normal antara lain :

- Tidak berhubungan seksual dengan penderita

- Memakai kondom

- Tidak berbagi handuk atau pakaian renang

- Menjaga kebersihan genitalia,membersihkan vagina dengan air bersih yang

mengalir dengan cara mengusap dari depan ke belakang.

- Minimalisir penggunaan sabun antiseptik karena dapat menggangu

keseimbangan pH vagina.

- Mengganti pembalut tepat waktu minimal 3 kali sehari.

- Memilih pakaian dalam yang tepat, memakai celana yang yang tidak ketat

dan menyerap keringat.

- Menghindarkan faktor risiko infeksi seperti berganti-ganti pasangan seksual,

serta pemeriksaan ginekologi secara teratur

- Jika merasa ada gejala, segera konsultasi ke dokter.

6. Jelaskan manfaat yang diperoleh oleh perawat dengan mempelajari hewan

anelida yaitu :

- Dapat mengetahui apa itu hewan anelida.

Dimana yang dimaksud dengan hewan anelida adalah hewan triploblastik

yang sudah mempunyai rongga sejati sehingga disebut triploblastik

selomata.

- Dapat mengetahui bagaimana struktur tubuh dan juga habitatnya.

Hewan anelida mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral, dengan tubuh

beruas-ruas dan dilapisi lapisan kutikula. Annelida dapat hidup di berbagai

tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan.Umumnya hidup bebas,

meskipun ada juga yang bersifat parasit.

- Dapat mengetahui klasifikasi hewan anelida.

Page 20: Anne Lida

Anelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut

banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.

- Dapat mengetahui keuntungan dan kerugian hewan anelida.

Tidak selamanya hewan annelida dapat merugikan , ada beberapa jenis

Anelida dapat dimakan yaitu : Eunice viridis (cacing palolo) dan Lysidice

(cacing wawo). Selain itu cacing tanah dapat menggemburkan

tanah ,dengan demikian oksigen dapat masuk ke dalam tanah.Cacing tanah

dapat pula menghancurkan sampah sehingga dapat membantu

pengembalian air mineral dalam ekosistem tanah. Selain itu cacing tanah

dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan, bahkan sekarang cacing tanah

digunakan sebagai obat dan untuk meningkatkan vitalitas tubuh. Hirudinea

medicinalis dapat menghasilkan zat hirudin yang berguna untuk zat anti

koagulasi (anti pembekuan darah). Sedangkan kelompok anelida yang

merugikan yaitu pacet yang dapat menghisap darah manusia atau

vertebrata lainnya.

- Dapat mengetahui penyakit yang disebabkan oleh hewan anelida

- Ascaris Lumbricoides merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemui.

Diperkirakan prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di

negara berkembang dimana sering terjadi kontaminasi tanah oleh tinja

manusia atau penggunaan tinja sebagai pupuk

- Trihconomans vaginalis adalah parasit yang biasanya menyerang saluran

kemih dan kelamin manusia yang terinfeksi. Infeksi parasit ini dapat

menyerang baik pria maupun wanita, tetapi frekuensinya lebih banyak

terjadi pada wanita. Umumnya uretra adalah tempat infeksi wanita. Cara

penularannya terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman atau

secara tidak langsung melalui alat mandi seperti handuk dan dudukan toilet.

7. Analisis jurnal terkait dengan hewan annelida

Page 21: Anne Lida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan permasalahan yang masih umum di seluruh dunia, dengan

insiden yang tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kondisi

patologis biasanya ringan dan sembuh sendiri, tetapi diantaranya ada yang

berkembang menjadi penyakit yang mengancam nyawa. Diare dapat menyerang

siapa saja karena penyakit ini umum di masyarakat. Diare adalah defekasi dengan

feses berbentuk cair atau setengah cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Berat feses

dapat mencapai lebih dari 10 gr/kg/24 jam pada bayi dan anak-anak, atau lebih dari

200 gr/24 jam pada dewasa. Tingginya morbiditas dan mortalitas diare berpengaruh

terhadap tingkat pengangguran dan hilangnya produktivitas kerja. Infeksi semacam

ini dapat bersifat akut ataupun kronis, yang dapat disebabkan oleh infeksi

mendadak, berlangsung kurang dari 14 hari, ditandai dengan feses berbentuk cair,

sering disertai demam, sakit perut, muntah dan lemas. Penyebab diare akut antara

lain infeksi bakteri, virus, parasit, atau keracunan makanan. Infeksi pada diare akut

biasanya berdurasi kurang dari 2 minggu yang disebabkan oleh bakteri ( Eschericia

coli, Vibrio cholera,Salmonella sp ), parasit ( Entamoeba histolyticia, Giardia

lamblia ), dan virus enteropatogen ( Rotavirus ). Bahaya utama diare akut adalah

dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit ( Zein, Sagala, Ginting, 2008 ).

Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC),

Shigella sp., Salmonella sp., dan Helicobacter pylori. Dimana selama ini yang sering

kita jumpai bakteri yaitu Escherichia coli yang menyebabkan diare akut.

Penangan diare akut selama ini biasanya dilakukan dengan obat-obat sintetik, contohnya loperamid. Tetapi, banyak obat sintetik antidiare memiliki harga yang relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping yang cukup membahayakan, seperti ileus paralitik dan toksik megakolon. Berdasarkan hal tersebut, banyak orang menggunakan bahan alami baik dari tanaman ataupun hewan sebagai salah satu alternatif pengobatan karena efek sampingnya relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat, harganya pun relatif terjangkau, dan mudah didapat.

Page 22: Anne Lida

Cacing tanah adalah jenis adalah anggota annelida yang memiliki segmen baik

secara internal maupun eksternal. Banyak struktur internal berulang segmen demi

segmen. Secara eksternal masing-masing segmen memilki 4 pasang setae, bulu

yang pergerakannya memungkinkan cacing untuk membuat lubang. Cacing tanah

dan banyak hewan annelid lainnya merangkak atau bersembunyi masuk lubang

dengan mengkordininasikan 2 kumpulan otot, otot longitudinal dan sirkuler.

Cacing tanah atau Lumbricus Rubellus telah lama dikenal oleh manusia sebagai hewan yang menjijikan. Hewan yang hidup di tempat atau tanah yang telindung dari sinar matahari lembab, gembur dan serasah. Habitat ini sangat spesifik bagi cacing tanah untuk tumbuh dan berkembang biak dengan baik, tubuh cacing tanah banyak mengandung lendir sehingga seringkali orang menganggapnya menjijikan (Palungkun, 1999 dalam Ovianto). Namun di balik itu cacing tanah memiliki manfaat dalam penangan diare. Hal ini di dasari atas kandungan cacing tanah yang menghasilkan zat pengendali bakteri yang bernama lumbricin, dimana lumbricin mempunyai aktifitas antimikroba berspektrum luas, yaitu menghambat bakteri gram negative, bakteeri gram posistif dan beberapa fungi (Cho et al., 1998 dalam Damayanti, 2000).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disusun penulis, diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut..

1.2.1 bagaimana “Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli yang meyebabkan

diare?”

1.2.2 kandungan apa yang terdapat pada cacing tanah ( lumbricus

rubellus ) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Escherichia coli.

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui cara Escherichia coli menginfeksi tubuh manusia

sehingga mengakibatkan diare akut.

1.3.2 Untuk mengetahui “Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus

rubellus) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli”.

1.4 Manfaat

Page 23: Anne Lida

1.4.1 Penulis

1) Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai patofisiologi

diare oleh Escherichia coli

2) Menambah kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi

permasalahan kesehatan masyarakat dan alternative pengobatan.

1.4.2 Bagi Pembaca

1) Pembaca dapat mengetahui penyakit diare berhubungan dengan

Escherichia coli

2) Masyarakat dapat mengetahui pemanfaatan cacing tanah

( Lumbriccus Rubellus )

1.4.3 Institusi Pendidikan

1) Dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk meneliti lebih lanjut

mengenai manfaat air rebusan cacing tanah terhadap

pertumbuhan bakteri Escherichia coli

1.4.4 Institusi Kesehatan

1) Dapat menambah data mengenai salah satu cara pengobatan diare

akut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare Akut

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung

kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14

hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang

terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan

Parasit.

2.2 Patofisiologi Diare Akut

Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare

non inflamasi dan diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan

sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai

Page 24: Anne Lida

lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas

sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda

dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir

dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.

Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang

mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.

Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan

tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan

pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.

Mekanisme terjadinya diare yang akut dapat dibagi menjadi kelompok osmotik,

sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan

yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air

dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat

akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang

berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang

dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam

lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal

seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan

diare sekretorik.

Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus

halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi

bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory

bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu

tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis,

sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling

tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan

absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin

Page 25: Anne Lida

yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan

perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.

2.3 Escherichia coli penyebab diare

Eschericia coli merupakan anggota mikrobiota usus yang paling dikenal pada

saluran pencernaan manusia. Varietas E. coli yang dapat menyebabkan diare

dinamakan sebagai pathotypes, termasuk di antaranya enterotoxigenic,

enteroinvasive, enteropathogenic, dan enterohemorrhagic E. coli. Individual strain

pathotypes memiliki perbedaan sekumpulan virulensi yaitu karakteristik yang

ditentukan secara klinis, patologi, dan ciri epidemologi dari penyakit yang

ditimbulkannya (Brownie dan Hartland 2002). Escherichia coli enterotoxigenic

merupakan penyebab utama dari travelers diarrhea dan diare pada bayi yang

berada pada negara-negara berkembang. Enteroinvansive menyebabkan disentri,

Enteropathogenic penyebab penting diare pada bayi, dan enterohemorrhagic

penyebab hemorrhagic colitis dan hemolytic uremic syndrome (Jay et al. 2005).

EPEC melekat pada permukaan mukosa usus dan menyebabkan terjadinya

perubahan struktur sel. EPEC kemudian melakukan invasi menembus sel mukosa.

Pada dosis 105-1010 sel, EPEC dapat menyebabkan diare (Sussman 1997). EPEC

melekat pada sel mukosa yang kecil. Infeksi EPEC yang melibatkan gen EPEC

adherence factor (EAF) menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium interseluler

dan arsitektur sitoskleton di bawah membran mikrovilus. EPEC menyebabkan diare

melalui molekular kolonisasi pada sel usus. EPEC memiliki sedikit fibria,

menghasilkan sitotoksin, dan menggunakan adhesin yang dikenal sebagi intimin

untuk mengikat inang sel usus. Sel EPEC tersebut invasif jika memasuki sel inang

dan menyebabkan radang. Tanda-tanda infeksi yang disebabkan oleh E. coli dimulai

kira-kira tujuh hari setelah seseorang terinfeksi oleh bakteri. Tanda awal adalah

kram pada bagian perut yang hebat. Setelah beberapa jam, diare berair dimulai.

Diare akan menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan elektrolit sehingga penderita

mengalami dehidrasi, sakit dan lemas. Infeksi ini menyebabkan usus besar

penderita mengalami infeksi bahkan dapat menyebabkan diare berdarah. Diare

berdarah dapat berlangsung selama 2 hingga 5 hari. Penderita juga dapat

Page 26: Anne Lida

mengalami pergerakan isi perut selama sepuluh kali atau lebih dan dapat juga

mengalami pusing

Klasifikasi cacing tanah (L. rubellus) adalah: Kingdom Animalia, Phylum Annelida,

Kelas Oligochaeta, Ordo Torriselae, Family Lumbricidae, Genus Lumbricus, Spesies

L. rubellus. Cacing tanah yang termasuk phylum Annelida, tubuhnya bersegmen-

segmen. Hidup didalam tanah yang lembab, dalam laut dan dalam air, pada

umumnya hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensial

pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga bersifat parasit pada vertebrata.

Tubuhnya juga tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis,

sudah mempunyai system norvesum, system cardiovascular, dan sudah ada rongga

tubuh (coelom) (Kastawi dkk., 2001). Cacing tanah jenis L. rubellus mempunyai

bentuk tubuh pipih. Jumlah cincin yana melingkari tubuhnya (segmen) yang dimiliki

sekitar 90-195 dan klitelum (penebalan pada tubuh cacing) terletak pada segmen

27-23. L. rubellus, merupakan cacing berukuran relative kecil dengan panjang

anatara 4-6cm. Bagian punggungnya bewarna merah coklat atau bewarna merah

violet. Selain warna dasar cacing ini juga memiliki warna iridescent atau warna

pelangi. Pada umumnya L. rubellus akan mencapai usia dewasa pada umur 179

hari, Sedangkan umurnya sampai 2.5 tahun (Dewangga, 2009).

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis jurnal penelitian dan beberapa teori yang telah

dilakukan, diperoleh pembahasan sebagai berikut.

3.1 Data hasil pengamatan terhadap diameter zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Escherichia coli yang dianalis dengan Analisis of Variance

(ANNOVA). Rata-rata diameter zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri

Escherichia coli seperti pada Tabel 1.

Page 27: Anne Lida

Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat

bakteri Escherichia coli. Konsentrasi

Rata-rata diameter daerah bebas bakteri dalam

(mm)

Escherichia coli

C = (air rebusan 20%) 14,97 a

A = (Kontrol Amoxcilin 10 %) 12,71 a b

E = (air rebusan 60 %) 9,56 b

D = (air rebusan 40 %) 9,36 b

F = (air rebusan 80 %) 7,92 b

Berdasarkan hasil Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi air rebusan cacing

tanah 20 % sudah dapat menekan pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan

zona hambat sebesar (14,97 mm). Berarti pada konsentrasi tersebut air rebusan

cacing tanah sudah bersifat bakteriostatik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa air rebusan cacing tanah

(Lumbricus rubellus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli

dengan baik. Daya hambat yang terbentuk pada masing-masing perlakuan

berbeda-beda. Pada konsentrasi 20 % menunjukkan rata- rata daerah hambat

terbesar yaitu 14,49 mm dan pada konsentrasi 80 % menunjukkan rata-rata daerah

hambat terkecil yaitu 7,92 mm. Sebagai kontrol positif digunakan amoxicillin 10 %

yang menghasilkan rata-rata diameter 12,70 mm dan kontrol negatif yang tanpa

menggunakan air rebusan cacing tanah tidak menunjukkan adanya daya hambat.

Sehingga data yang didapat tersebut dapat di analisis berdasarkan PICOT yaitu:

P: None

I: Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Pertumbuhan

Bakteri Escherichia coli

C: kadar rebusan air cacing tanah dengan kadar 20%, 40%, 60% , 80% , air

rebusan tanpa cacing tanah, dan control amoxilin 10%

Page 28: Anne Lida

O: dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia Coli yang dapat

menyebabkan diare akut.

T: 6 bulan dilaksanakan terhitung dari November 2011 sampai mei 2012

3.2 Cacing tanah (L. rubellus) banyak mengandung protein 64 - 76 dan

mengandung asam amino prolin sekitar 15 % dari 62 asam amino (Cho et al., 1998

dalam Damayanti, 2009). Didalarn ekstrak cacing tanah juga terdapat zat antipurin,

antipiretik, antidota, vitamin dan beberapa enzim misalnya lumbrokinase,

peroksidase, katalase dan selulose yang berkhasiat untuk pengobatan

(Priosoeryanto 2001).

Adanya daya hambat bakteri yang dibentuk oleh air rebusan cacing tanah (L.

rubellus) disebabkan adanya aktifitas antimikroba terhadap bakteri E. coli,

kemampuan dari air rebusan cacing tanah (L. rubellus), karena mempunyai

senyawa antimikroba yaitu Lumbricin. Cacing tanah (L. rubellus) mengandung

bioaktif Lumbricin atau senyawa-senyawa peptida yang dapat menghambat bakteri

gram positif maupun negatif (broad spectrum). Selain itu cacing tanah (L. rubellus)

juga kaya senyawa peptida seperti coelomocytes (bagian sel darah putih)

didalamnya terdapat lysozym yang berperan dalam aktivitas fagositosis serta

berfungsi untuk meningkatkan kekebalan (Cho et al, 1998 dalam Julendra 2007).

Adapun senyawa aktif cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloid, senyawa

alkaloid pada cacing tanah mengandung atom nitrogen dan bersifat basa (pH lebih

dari 7) yang juga dimiliki tumbuhan seperti kina dan tembakau sebagai antibakteri

(Khairuman dan Khairul, 2009).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Page 29: Anne Lida

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan antara

lain: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa air rebusan cacing tanah dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Air rebusan cacing tanah yang

efektif dalam menghambat Escherichia coli adalah pada konsentrasi 20 %.

4.2 Saran

1. Perlu diadakan penelitian terkait KHM pada biakan bakteri lainnya

2. Perlu lebih dikembangkan lagi usaha perawat dalam meneliti serta

menginformasikan kepada masyarakat menegenai potensi cacing tanah terutama

dalam pengobatan diare akut.

KESIMPULAN

Annelida berasal dari bahasa latin: annulus = cincin/gelang, maka sering juga disebut

cacing gelang karena tubuhnya tersusun atas segmen yang menyerupai cincin atau gelang.

Annelida merupakan binatang triploblastik selomata, tubuhnya bersegmen. Setiap segmen

dibatasi oleh sekat (septum). cacing protostome dengan tiga lapisan sel, saluran cerna dengan

mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot membujur dan melingkar. Annelida memiliki

panjang tubuh sekitar 1mm sampai 3 m, tubuhnya simetri bilateral, berbentuk seperti gelang

('anellus' = cincin), memiliki alat gerak berupa bulu-bulu kaku pada setiap segmen dan memiliki

sistem peredaran darah tertutup serta tubuh tertutupi oleh kutikula yang licin yang terletak diatas

ephitelium. Annelida dikelompokan menjadi 3 kelas yaitu : polychaeta (cacing berambut

banyak), oligochaeta (cacing berambut sedikit), hirudinea (lintah). Sebagian besar annelida hidup

bebas didasar laut dan perairan tawar atau ada juga yang hidup ditanah dan tempat-tempat

lembab. Ada 2 penyakit yang disebabkan oleh hewan annelida yaitu : Ascariasis disebabkan

oleh Ascaris Lumbricoides dan keputihan yang disebabkan oleh Trichomoniasis atau infeksi

akibat parasit Trichomonas vaginalis. Selain itu ada beberapa manfaat yg dapat diperoleh

Page 30: Anne Lida

perawat dengan mempelajari hewan annelida, yaitu : Dapat mengetahui apa itu hewan anelida,

bagaimana struktur tubuh dan juga habitatnya, klasifikasi hewan anelida,keuntungan dan

kerugian dari hewan anelida, dan mengetahui penyakit yang disebabkan oleh hewan anelida.

DAFTAR PUSTAKA

- Berhman RE, Kliegman RM, dan Arvin AM. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 2. Editor edisi bahasa Indonesia A. Samik Wahab. Edisi 15. Jakarta : EGC.

- Soegijanto, Soegeng. 2005. Kumpulan Makalah Penyakit Ttopis dan Infeksi di Indonesia. Cetakan 1. Surabaya : Airlangga University Press.

- Kasdu, Dra. Dini, M.Kes. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa

Swara.

- Muslim, H. M, M.Kes. 2005. Parasitologi untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

- Zulkoni, Akhsin. 2011. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

- http://www.googleimage.Trichomonas vaginalis.com

- Indriati, gustina. 2012. Pengaruh air rebusan cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Medan : Universitas negeri medan.

Page 31: Anne Lida

- Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et

al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange

Medical Books, 2003. 225 – 68

- Damayanti, E. Sofyan, A. Julendra, H. Untari T. 2009. Pemanfaatan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Sebagai Agensia Anti-Pullorum Dalam Imbuhan Pakan Ayam Broiler. Jurnal Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

- Dewangga, A, G. (2009). Pengaruh Penggunaan Tepung Cacing Tanah Lumbricus

rubellus) Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum Domba Lokal

Jantan. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta: Surakata.

- Lu L, Walker WA. 2001. Pathologic and physiologic interactions of bacteria with

- the gastrointestinal epithelium. Am J Clin Nutr 73 (suppl) ; 1124S-1130S.

- Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea). Dalam :

Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan

Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga

University Press, 2002. 34 – 40.

- Sujaya, I Nengah, dkk. Potensi Lactobacilus spp. Isolat Susu Kuda Sumbawa sebagai

Prebiotik. Jurnal Veteriner. 2008. Vol. 9 No. 1 :33-40, ISSN : 1411-8327.

- Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam: Setiati

S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine

2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56.