ankilostomiasis
TRANSCRIPT
ANKILOSTOMIASIS
Defenisi
Ankilostomiasis adalah penyakit cacing tambang yang disebabkan oleh Ancylostoma
duodenale. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang.Infeksi paling
sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk.
Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah Mediterenian, India, Cina dan Jepang. Necator
americanus ditemukan di daerah tropis Afrika, Asia dan Amerika.
Etiologi
Lima spesies cacing yang termasuk dalam kelompok Soil Transmitted Helminth yang
masih menjadi masalah kesehatan, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma sp). Infeksi cacing
tambang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena menyebabkan anemia
defisiensi besi dan hipoproteinemia.
Penyakit cacing tambang disebabkan oleh cacing Necator americanus, Ancylostoma
duodenale, dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma braziliensis, Ancylostoma caninum,
Ancylostoma malayanum. Penyakitnya disebut juga ankilostomiasis, nekatoriasis, dan unseriasis.
Daur hidup Ancylostoma duodenale:
Telur larva rabditiform larva filariform menembus kulit kapiler darah jantung
kanan paru bronkus trakea laring bersama air ludah tertelan ke dalam usus halus
Patofisiologi
Telur dihasilkan oleh cacing betina dan keluar memalui tinja. Bila telur tersebut jatuh ke
tembat yang hangat, lembab dan basah, maka telur akan berubah menjadi larva yang infektif.
Dan jika larva tersebut kontak dengan kulit, bermigrasi sampai ke paru-paru dan kemudian turun
ke usus halus; di sini larva berkembang menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi jika larva
filariform menembus kulit. Infeksi A.duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform.
Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam tinja dan menetas di dalam tanah
setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam beberapa hari, larva dilepaskan dan hidup di dalam
tanah. Manusia bisa terinfeksi jika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh
tinja manusia, karena larva bisa menembus kulit. Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh
getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan. Sekitar 1
minggu setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus. Larva menancapkan dirinya
dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah.
Gejala Klinis
Stadium larva. Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan
kulit yang disebut grown itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.
Stadium dewasa. Gejala tergantung pada spesies, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderita (Fe
dan Protein). Tiap cacing A.duodenale menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,03 ml/hari.
Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti
adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian,
tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
Rasa tidak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus), mencret-mencret
merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi lebih kurang dua minggu setelah
larva mengadakan penetrasi ke dalam kulit. Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi
cacing dan walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan anemia
tersebut tentunya tergantung pada keadaan gizi pasien.
Diagnosis
Untuk kepentingan diagnosis infeksi cacing tambang dapat dilakukan secara klinis dan
epidemiologis. Secara klinis dengan mengamati gejala klinis yang terjadi pada penderita
sementara secara epidemiologis didasarkan atas berbagai catatan dan informasi terkait dengan
kejadian infeksi pada area yang sama dengan tempat tinggal penderita periode sebelumnya.
Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase migrasi larva) mendapatkan:
a) eosinofilia (1.000-4.000 sel/ml),
b) feses normal,
c) infiltrat patchy pada foto toraks
d) peningkatan kadar IgE.
Pemeriksaan feses basah dengan fiksasi formalin 10% dilakukan secara langsung dengan
mikroskop cahaya. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan N. Americanus dan A. duodenale.
Pemeriksaan yang dapat membedakan kedua spesies ini ialah dengan faecal smear pada filter
paper strip Harada-Mori. Kadang-kadang perlu dibedakan secara mikroskopis antara infeksi
larva rhabditiform (L2) cacing tambang dengan larva cacing strongyloides stercoralis
Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing tambang di dalam
tinja pasien. Selain tinja, larva juga bisa ditemukan dalam sputum. Kadang-kadang terdapat
darah dalam tinja
Pengobatan
Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan zat besi
per-oral atau suntikan zat besi. Pada kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah.
Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat
pirantel pamoat 10mg/kgBB dosis tunggal maksimal 1 gr.
albendazole untuk dewasa dan anak>2 tahun dosis tunggal 400mg.
mebendazol 100mg 2x sehari selama 3 hari
bitoskonat dosis tunggal untuk dewasa 150mg
befenium hidroksinaftoat efektif unuk kedua spesies cacin g tambang terutama A.
duodenale diberikan dengan dosis 5gr/hari selama 3 hari.
Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin
yang dikandungnya.
IKA FKUI
Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang diserang.