anilin point

27
BAB II DASAR TEORI II.1 Aniline Point Titik anilin/ Aniline Point (AP) adalah karakteristik lain dari fraksi minyak bumi yang menunjukkan tingkat aromatisitas campuran hidrokarbon. Titik anilin didefinisikan sebagai suhu terendah dimana volume anilin dan sampel yang sama menjadi benar-benar terlarut. Titik anilin adalah parameter yang berhubungan dengan jenis hidrokarbon dalam fraksi minyak bumi. Titik anilin adalah parameter yang berguna dalam perhitungan panas pembakaran, indeks kadar hidrogen diesel dan minyak bakar. Untuk produk non-BBM seperti pelarut titik anilin biasanya ditentukan untuk mengukur efektivitas mereka (Albahri, Riazi, & Alqattan, 2002). Signifikasi dan Penggunaan Titik anilin (atau titik anilin campuran) berguna untuk membantu dalam karakterisasi hidrokarbon murni dan analisis campuran hidrokarbon. Hidrokarbon aromatik menunjukkan nilai terendah, dan parafin-parafin nilai tertinggi. Cycloparaffins dan olefin menunjukkan nilai-nilai yang terletak di antara parafin dan aromatik. Dalam seri homolog, titik anilin meningkat dengan meningkatnya berat molekul. Meskipun kadang- kadang digunakan dalam kombinasi dengan sifat fisik lainnya dalam metode korelatif untuk analisis hidrokarbon, titik II-1

Upload: denti-bulan-trisna

Post on 16-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Teknik Kimia

TRANSCRIPT

II-8

II-7

BAB IIDASAR TEORIII.1 Aniline Point

Titik anilin/ Aniline Point (AP) adalah karakteristik lain dari fraksi minyak bumi yang menunjukkan tingkat aromatisitas campuran hidrokarbon. Titik anilin didefinisikan sebagai suhu terendah dimana volume anilin dan sampel yang sama menjadi benar-benar terlarut. Titik anilin adalah parameter yang berhubungan dengan jenis hidrokarbon dalam fraksi minyak bumi. Titik anilin adalah parameter yang berguna dalam perhitungan panas pembakaran, indeks kadar hidrogen diesel dan minyak bakar. Untuk produk non-BBM seperti pelarut titik anilin biasanya ditentukan untuk mengukur efektivitas mereka (Albahri, Riazi, & Alqattan, 2002).Signifikasi dan Penggunaan

Titik anilin (atau titik anilin campuran) berguna untuk membantu dalam karakterisasi hidrokarbon murni dan analisis campuran hidrokarbon. Hidrokarbon aromatik menunjukkan nilai terendah, dan parafin-parafin nilai tertinggi. Cycloparaffins dan olefin menunjukkan nilai-nilai yang terletak di antara parafin dan aromatik. Dalam seri homolog, titik anilin meningkat dengan meningkatnya berat molekul. Meskipun kadang-kadang digunakan dalam kombinasi dengan sifat fisik lainnya dalam metode korelatif untuk analisis hidrokarbon, titik anilin yang paling sering digunakan untuk memberikan perkiraan adalah isi campuran hidrokarbon aromatik (Albahri, Riazi, & Alqattan, 2002).Test ASTM untuk aniline point untuk bahan bakar minyak digunakan untuk mengukur campuran hidrokarbon aromatik dan napthane dari bahan bakar tersebut. Dalam tes tersebut, volume aniline dan minyak tercampur dan dipanaskan hingga semua terlarut. Pada proses pendinginan dengan kecepatan yang ditentukan, temperatur dimana campuran berubah menjadi kabut maka hal itu yang disebut aniline point. Untuk fraksi minyak tertentu, kualitas terbaik dengan kenaikan titik anilin. Aniline point juga dapat meningkat dengan berat molekul rata-rata minyak dan peningkatan proporsi hidrokarbon paraffin sampai napthane. Metode standar untuk analisa titik anilin adalah ASTM D 611-07 (Albahri, Riazi, & Alqattan, 2002).II.2 Bahan Bakar

Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir. Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif.

Bahan bakar diesel pada umumnya dibedakan berdasarkan aplikasinya yaitu:

Bahan bakar diesel otomotif sering disebut juga HSD (high speed diesel) atau minyak solar yaitu bahan bakar motor untuk putaran cepat.

Bahan bakar industri dan kapal atau minyak diesel yaitu bahan bakar motor untuk putaran menengah atau disebut LDF (light diesel fuel).

Bahan bakar diesel yang digunakan pada motor dengan putaran lambat atau disebut juga MDF (medium diesel fuel). Bahan Bakar Berdasarkan Materinya

Bahan bakar padat

Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat, dan kebanyakan menjadi sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan dan menyediakan energi.

Bahan bakar gas

Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid Petroleum Gas (LPG, CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk kompor rumah tangga, sama bahannya dengan Bahan Bakar Gas yang biasa digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor.

Bahan bakar cair

Bahan bakar yang berbentuk cair, paling populer adalah bahan bakar minyak atau BBM. Selain bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap, bahan bakar cair biasa digunakan kendaraan bermotor. Karena bahan bakar cair seperti Bensin bisa dibakar dalam karburator dan menjalankan mesin (Wikipedia Idonesia, 2013).1. Bahan Bakar Diesel

Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Bio-etanol. Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air.Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon.Namun, biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel (solar) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan bakar bus.

Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan petroleum diesel (128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya.

Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel. Penggunaan biodiesel juga dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total, partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrous oxide juga dapat dikurangi dengan penambahan konverter katalitik. Kelebihan lain dari segi lingkungan adalah tingkat toksisitasnya yang 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan garam dapur dan tingkat biodegradabilitinya sama dengan glukosa, sehingga sangat cocok digunakan pada kegiatan di perairan untuk bahan bakar kapal/motor. Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel karena karbon yang dihasilkan masuk dalam siklus karbon.

Bahan bakar mesin diesel sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan senyawa nonhidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam bahan bakar diesel antara lain parafinik, naftenik, olefin dan aromatik. Sedangkan untuk senyawa nonhidrokarbon terdiri dari senyawa yang mengandung unsur non logam, yaitu S, N, O dan unsur loga m seperti vanadium, nikel dan besi. ASTM mengklasifikasikan bahan bakar diesel menjadi tiga tingkatan, yaitu :a. Tingkat 1-DMerupakan bahan bakar yang volatile untuk mesin dengan perubahan kecepatan dan loading yang berfrekuensi, misalnya untuk kendaraan bermotor.b. Tingkat 2-DMerupakan bahan bakar dengan volatilitas lebih rendah untuk mesin industri, mesin kapal laut dan lokomotif.c. Tingkat 4-DBahan bakar dengan volatilitas lebih rendah untuk mesin berkecepatan rendah dan sedang.Penggolongan bahan bakar mesin diesel berdasarkan jenis putaran mesinnya, dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:a. Automotive Diesel Oil ( ADO ), yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin dengan kecepatan putaran mesin di atas 1000 rpm (rotation per minute). Bahan bakar jenis ini yang biasa disebut sebagai bahan bakar diesel. Biasanya digunakan untuk kendaraan bermotor.b. Industrial Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin-mesin yang mempunyai putaran mesin kurang atau sama dengan 1000 rpm, biasanya digunakan untuk mesin-mesin industri. Bahan bakar jenis ini disebut minyak diesel.Karateristik Umum Minyak DieselKarakteristik yang umum perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar diesel antara lain viskositas, angka setana, berat jenis, titik tuang, nilai kalor pembakaran, volatilitas, kadar residu karbon, kadar air dan sedimen, indeks diesel, titik embun, kadar sulfur, dan titik nyala.a. ViskositasViskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel. Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas, tekanan injeksi serta ukuran lubang injektor. Viskositas yang lebih tingi akan membuat bahan bakar teratomisasi menjadi tetesan yang lebih besar dengan momentum tinggi dan memiliki kecenderungan untuk bertumbukan dengan dinding silinder yang relatif lebih dingin. Hal ini menyebabkan pemadaman flame dan peningkatan deposit dan emisi mesin. Bahan bakar dengan viskositas lebih rendah memproduksi spray yang terlalu halus dan tidak dapat masuk lebih jauh ke dalam silinder pembakaran, sehingga terbentuk daerah fuel rich zone yang menyebabkan pembentukan jelaga. Viskositas juga menunjukkan sifat pelumasan atau lubrikasi dari bahan bakar. Viskositas yang relatif tinggi mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik. Pada umumnya, bahan bakar harus mempunyai viskositas yang relatif rendah agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi Hal ini dikarenakan putaran mesin yang cepat membutuhkan injeksi bahan bakar yang cepat pula. Namun tetap ada batas minimal karena diperlukan sifat pelumasan yang cukup baik untuk mencegah terjadinya keausan akibat gerakan piston yang cepat.b. Angka SetanaAngka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa campuran antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl naphtalene (C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal setana memiliki angka setana 100, alpha methyl naphtalene memiliki angka setana 0, dan heptamethylnonane memiliki angka setana 15. Angka setana suatu bahan bakar biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana dengan campurannya tersebut. Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah, dan sebaliknya angka setana rendah menunjukkan bahan bakar baru dapat menyala pada temperatur yang relatif tinggi. Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka setana yang tinggi dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke dalam silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak terakumulasi.

c. Berat JenisBerat jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume, karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel diukur dengan menggunakan metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan kilogram per meter kubik (kg/m3).d. Pour PointPour point adalah titik temperatur terendah dimana mulai terbentuk kristalkristal parafin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik tuang ini dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan (angka iodium),semakin tinggi ketidakjenuhan maka titik tuang semakin rendah. Titik tuang juga dipengaruhi oleh panjang rantai karbon, semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi titik tuang. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97.e. Nilai Kalor PembakaranNilai kalor pembakaran menunjukkan energi kalor yang dikandung dalam tiap satuan massa bahan bakar. Nilai kalor dapat diukur dengan bomb kalorimeter kemudian dimasukkan dalam rumus :Nilai kalor H, C, dan O dinyatakan dalam persentase berat setiap unsur yang terkandung dalam satu kilogram bahan bakar.f. VolatilitasVolatilitas adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa menjadi fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah menandakan tingginya volatilitas.g. Kadar Residu KarbonKadar residu karbon menunjukkan kadar fraksi hidrokarbon yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari range bahan bakar. Adanya fraksi hidrokarbon ini menyebabkan menumpuknya residu karbon dalam ruang pembakaran yang dapat mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit karbon ini dapat membara, sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran.h. Kadar Air dan SedimenPada negara yang mepunyai musim dingin kandungan air yang terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat aliran bahan bakar. Selain itu, keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan pertumbuhan mikro organisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin.i. Indeks DieselIndeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada bahan bakar mesin diesel selain angka setana. Mutu penyalaan dari bahan bakar diesel dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar dapat menyala di ruang pembakaran dan diukur setelah penyalaan terjadi.

Cara menentukkan indeks diesel dari suatu bahan bakar mesin diesel dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks diesel dipengaruhi oleh titik anilin dan berat jenisnya.j. Titik EmbunTitik embun adalah suhu dimana mulai terlihatnya cahaya yang berwarna suram relatif terhadap cahaya sekitarnya pada permukaan minyak diesel dalam proses pendinginan. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97.k. Kadar SulfurKadar sulfur dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan pertama (straight-run) sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Pada umumnya, kadar sulfur dalam bahan bakar diesel adalah 50-60% dari kandungankandungan dalam minyak mentahnya. Kandungan sulfur yang berlebihan dalam bahan bakar diesel dapat menyebabkan terjadinya keausan pada bagian-bagian mesin. Hal ini terjadi karena adanya partikel-partikel padat yang terbentuk ketika terjadi pembakaran dan dapat juga disebabkan karena keberadaan oksida belerang seperti SO2 dan SO3. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metode ASTM D1551.l. Titik nyala ( flash point)Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat menyala. Hal ini berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan dan penanganan bahan bakar.Tabel II.1 Standar Nasional Indonesia untuk biodieselNoKarakteristikSatuanNilaiMetode Uji

1Angka Setanamin. 51ASTM D 613

2Massa Jenis (40C)kg/m3820 860ASTM D 1298

3Viskositas kinematik ( 40C)mm2/s (cSt)2.3 - 6.0ASTM D 445

4Titik Nyala (Flash Point)Cmin. 100ASTM D 93

5Titik Kabut (Cloud Point)Cmax. 18ASTM D 2500

6Titik Tuang (Pour Point)Cmax. 18ASTM D 97

7Kandungan Air%-volumemax. 0.05ASTM D 2709

8Gliserol Bebas%-massamax. 0.02AOCS Ca 14-56

9Gliserol Total%-massamax. 0.24AOCS Ca 14-56

10Total Acik Number (TAN)mg KOH/grmax. 0.8ASTM D 664

11Soponification Numbermg KOH/gr-Perhitungan

12Ester Content%-massamin. 96.5Perhitungan

(Pustakadewa, 2008).2. Biosolar

Bahan bakar solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah. Bahan bakar ini berwarna kuning coklat yang jernih (Pertamina: 2005). Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm), yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel (Pertamina, 2005).

Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat diperoleh dari minyak nabati seperti minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palam Oil) dan minyak pohon jarak pagar atau CJCO (Crude Jatropha Curcas Oil), dengan proses transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya merupakan proses yang mereaksikan minyak nabati (CPO atau CJCO) dengan methanol dan ethanol dengan katalisator soda api (NaOH atau KOH). Dari hasil proses transesterifikasi CPO itu akan dihasilkan metil ester asam lemak murni (FAME). Lalu FAME tersebut di-blending dengan solar murni selama 10 menit, menghasilkan biodiesel yang siap pakai. Itulah biofuel jenis biodiesel yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.

Biosolar merupakan campuran solar dengan minyak nabati yang didapatkan dari minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Sebelum dicampurkan, minyak kelapa sawit direaksikan dengan methanol dan ethanol dengan katalisator NaOH atau KOH untuk menghasilkan fatty acid methyl ester (FAME). Untuk Biosolar jenis B-5 yang dijual saat ini mengandung 5% campuran FAME dan 95 % solar murni.

Bahan bakar diesel (solar) memiliki 3 jenis kategori, yaitu :

1. Solar kategori I: memiliki CN minimum 48 dengan kandungan sulfur maksimum adalah 5000 ppm.

2. Solar kategori II: memiliki CN minimum 52 dengan kandungan sulfur maksimum adalah 300 ppm.

3. Solar kategori III: memiliki CN minimum 54 serta bebas kandungan sulfur.Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan bakar solar adalah kandungan prosentase sulfurnya harus rendah kurang dari 1 %, apabila lebih besar dari itu sulfur dapat cepat merusak bagian-bagian ruang bakar, kelep, kepala piston, ring, nozzle dan komponen lainnya. Solar yang ada dipasaran Indonesia kandungan sulfurnya cukup rendah berkisar 0,3 % dan diproduksi oleh Pertamina yang bahan minyak mentahnya dari pengeboran minyak dalam negeri.

Keunggulan Biosolar

Biosolar memiliki angka cetane 51 hingga 55 atau lebih tinggi daripada solar standar yang sekitar 48. Semakin tinggi angka cetane, semakin sempurna pembakaran sehingga polusi dapat ditekan. Kerapatan energi pervolume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur sehingga tidak lebih dari 500 ppm. Lebih mudah ditransportasikan, memiliki kerapatan energi per volume yang lebih tinggi, memiliki karakter pembakaran yang relatif bersih, dan ramah lingkungan.Ada beberapa cara untuk menaikkan cetane number solar ;

1. Dengan melakukan "Upgrading Process" dari solar yang ada (hasilnya jadi Solar Plus) ; Pada dasarnya hidrokarbon penyusun solar dapat dibagi jadi 4 categori : Paraffin, Naphtana, Aromatics & Olefin. Paraffin dan Napthana merupakan senyawa jenuh dan punya cetane number tinggi. Senyawa Aromatics & Olefin merupakan senyawa hydrocarbon tak jenuh dan punya cetane number rendah. Senyawa tak jenuh ini dijenuhkan dalam suatu reaktor bertemperatur tinggi dgn menambahkan gas hydrogen (hydrotreating process). Senyawa aromatics akan jadi naphtana sedang senyawa olefin akan jadi paraffin ;Hasilnya solar akan punya cetane number lebih besar (Cetane number Naphtana 40-70;Aromatics 0-60;Paraffin 80-110)

2. Dengan mencampur dengan Biodiesel.

Biodiesel dari minyak kelapa (Coconut Methyl Ester) punya CN sampai 70, dari Sawit (Palm Methyl Ester) punya CN sampai 65. Makin tinggi prosentase biodieselnya, makin tinggi kenaikkan CN nya;

3. Menambahkan additive.

ada beberapa additive yang dipakai untuk menaikkan CN yaitu Nitrate dan derivatives. Senyawa nitrate yang paling banyak dipakai untuk additive adalah 2 Ethylhexylnitrate (2 EHN) ; 500-4000 ppm dari senyawa ini bisa menaikkan 3-8 angka CN. 2 EHN merupakan additive CN yang paling banyak dipakai saat ini (Hinonantyo, 2005).Tabel II.2 Spesifikasi Biosolar(Pertamina, 2007)II.3 Metode Standard dan Peralatan

Terdapat beberapa metode dalam pengujian anilin poin, ditinjau dari warna sampel dan kuantitas (jumlah) sampel yang tersedia. Metode-metode tersebut adalah : Metode Uji A

berlaku untuk sampel atau untuk contoh warna tidak lebih gelap dari ASTM warna No 6,5 sebagaimana ditentukan oleh Uji Metode D 1500, memiliki titik didih awal di atas anilin yang diharapkan.Prosedur Metode Uji A:1. pipa uji, sekitar 25 mm dan 150 mm, terbuat dari kaca tahan panas. 2. Jaket, sekitar 37-42 mm dan 175 mm, terbuat dari kaca tahan panas.

3. pengaduk, dioperasikan secara manual, logam, sekitar 2 mm diameter (14 B & S gage) kawat logam seperti ditunjukkan pada Gambar II.1. Sebuah cincin konsentris harus berada di bagian bawah yang memiliki diameter sekitar 19 mm. Panjang pengaduk untuk sudut belokan harus sekitar 200 mm. Sudut kanan belokan harus sekitar 55 mm. Sebuah lengan kaca sekitar 65 mm untuk panjang, 3mm untuk diameter dalam yang seharusnya digunakan sebagai panduan untuk pengaduk. Setiap peralatan mekanis yang cocok untuk pengoperasian pengaduk sebagai ketetapan alternatif yang disetujui untuk operasi secara manual. Rangkaian gambar alat metode A dapat dilihat pada Gambar II.3.1

Gambar II.3.1 Peralatan uji titik anilin ( Metode Uji A) Metode Uji B

berlaku untuk sampel berwarna terang, sampel sedikit gelap, dan sampel yang sangat gelap. Sangat cocok untuk sampel yang terlalu gelap untuk diuji oleh Metode Uji AProsedur Metode Uji B:1. Peralatan film-tipis, terbuat dari kaca tahan panas dan stainless steel, menurut dimensi yang diberikan pada Fig.A2.1 dalam Gambar II.3.2. Pemasangan yang disarankan ditunjukkan dalam Fig.A2.2 pada Gambar. II.3.2.

Gambar II.3.2 Peralatan uji titik anilin ( Metode Uji B ) Metode Uji C

berlaku untuk sampel atau untuk sampel warna tidak lebih gelap dari ASTM warna No 6,5 sebagaimana ditentukan oleh Metode Uji D 1500, memiliki titik didih awal yang cukup rendah untuk memberikan pembacaan titik anilin yang salah dengan Metode Uji A, misalnya, bensin penerbangan.Prosedur Metode Uji C:1. Peralatan film-tipis, terbuat dari kaca tahan panas dan stainless steel, menurut dimensi yang diberikan pada Gambar II.3.2. Pemasangan yang disarankan ditunjukkan pada Gambar II.3.2.

2. Tabung Titik Anilin , dari kaca tahan panas, bentuk dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar. A3.1, internal dan dilengkapi dengan tabung kaca termometer berdinding tipis, disegel di ujung bawah. Tabung kedua menampung peralatan tetap-rapat penyumbat gabus membawa termometer, bola yang terletak pada sebuah cincin gabus atau disk ditempatkan di bagian bawah tabung, satu tabung berisi: minyak transformator cukup terang untuk menutupi bulb dari termometer. Bagian dalam tabung diadakan di bagian atas tabung anilin-poin dengan penyumbat tetap yang rapat, dan klem disediakan untuk menahan penyumbat dalam posisi untuk mencegah hilangnya uap dari sampel. Rangkaian gambar alat metode C dapat dilihat pada Gambar II.3.3Catatan - Pengaturan lain yang sesuai, seperti kelenjar plastik disekrup untuk membawa termometer, yang akan mencegah hilangnya uap dari aparatus, dapat digunakan. Dalam kasus seperti itu mungkin untuk menghilangkan tabung rendam bulb termometer dalam sampel campuran-anilin Pelindung, kain kasa logam kuat dan di sekitar tabung anilin poin. Ini harus dikombinasikan dengan penjepit untuk memegang tabung termometer di tempat.

Gambar II.3.3 Peralatan uji titik nilin ( Metode Uji C ) Metode Uji Dberlaku dengan tipe sampel yang sama pada metode uji C. Metode ini sangat berguna hanya ketika sejumlah kuantitas (jumlah) terbatas dari sampel tersedia.Prosedur Metode Uji D:1. Bulb , kapasitas 1,5 2,0 ml , ditiup dari tabung kaca tahan panas, 5 mm diameter luar dan 3 mm diameter dalam.

Pelindung, seperti uji metode C Metode Uji E

berlaku saat menggunakan peralatan otomatis.Prosedur Metode Uji E:Peralatan Titik Anilin Otomatis, tersedia secara komersial, menggunakan tekhnik modifiksi film tipis dan pemanasan secara langsung dari kekeruhan campuran anilin-sampel pada titik anilin yang direspon oleh sel fotoelektrik sampai cahaya coolimated diarahkan melalui film tipis dari sampel.

II.4 Aplikasi IndustriPenggunaan Minyak Diesel dengan Treatment Garam Anorganik: Sebagai Alternatif Minyak TanahMinyak mentah adalah gelap, cairan kental coklat dan hitam, yang lebih ringan daripada air. Hal ini diperoleh sebagai produk perubahan fisik dan kimia alami bahan organik membusuk terkubur di bawah kerak bumi, untuk waktu yang sangat lama (Ababio 1993). Minyak mentah ditemukan secara alami di bumi di mana komposisi fisik dan komposisi kimia bervariasi dan tergantung pada sumber minyak bumi. Minyak mentah terdiri dari campuran kompleks hidrokarbon bervariasi dalam panjang rantai antara C1 dan C40. Solar dan minyak tanah adalah bahan bakar cair yang berasal dari minyak mentah. Oleh karena itu, fraksi didih lebih rendah, yang terdiri dari, jenuh hidrokarbon, sendiri terikat bersama dengan rumus umum CnH2n+2 adalah kelompok di mana bahan bakar Diesel dan minyak tanah milik sebagai pecahan dari produk minyak bumi (Ababio 1993).Solar dan minyak tanah adalah bahan bakar cair yang berasal dari minyak mentah. Oleh karena itu, fraksi didih lebih rendah, yang terdiri dari, jenuh hidrokarbon, sendiri terikat bersama dengan rumus umum CnH2n+2 adalah kelompok di mana bahan bakar Diesel dan minyak tanah milik sebagai pecahan dari produk minyak bumi (Ababio 1993). Bahan bakar Diesel adalah kelas yang luas dari produk minyak bumi, yang meliputi distilat atau bahan sisa (atau campuran dari dua). Sifat bahan bakar komersial tergantung pada praktek penyulingan digunakan dan sifat dari minyak mentah dari apa yang dihasilkan (Leffler 1987). Fraksi bakar Diesel mengikuti fraksi minyak tanah selama distilasi fraksional minyak bumi, dan digolongkan sebagai distilat menengah, yang merupakan bahan bakar cair alami Bahan bakar diesel adalah campuran hidrokarbon dengan sekitar 12-25 hidrokarbon (C12H25) atom per molekul dan sulingan atas suhu 250C sampai 400C (Dyroff 1993). Mereka digunakan sebagai sumber listrik, pemanasan bahan bakar rumah untuk mesin berat dan bahan baku untuk cracking sebagai proses untuk mendapatkan motor bensin.

Minyak tanah diperoleh sebagai fraksi dari minyak mentah, itu dikenal sebagai minyak gas ringan digunakan untuk tujuan domestik (rumah tangga memasak dan pemanasan) dan juga sebagai bahan bakar untuk jet modern yang mesin. Ini sulingan atas suhu sekitar (200-300 C), dan mengandung C12 ke C18 per molekul karbon (Dyroff 1993). Kebanyakan Nigeria menggunakan minyak tanah untuk keperluan rumah tangga, sebagian besar untuk memasak di tempat gas.

Bahan yang digunakan

Sampel bahan bakar diesel dan Minyak Tanah yang digunakan untuk analisis ini dikumpulkan dari Kaduna Refining dan Petrochemical Company (KRPC). Sementara kalium aluminat [KAl (SO4) 2], dan kalium (kalium klorida) yang diperoleh di pasar. Semua tes yang dilakukan didasarkan pada American Society for Testing dan Material (ASTM 1985)Persiapan Bahan

Jumlah tertentu dari KAl (SO4) 2 yang digiling menjadi bentuk listrik baik sementara kalium klorida, yang sudah dalam bentuk bubuk, tidak mengalami perlakuan ini. Masing-masing dari garam dikeringkan dalam oven untuk mengurangi kadar air. Berbagai persentase (5, 10, 20, 35, 55 dan 80%) dari masing-masing garam diperkenalkan menjadi konstan dan volume diesel. Campuran dibiarkan untuk bereaksi pada suhu kamar setelah pengadukan untuk maksimal dua hari. Garam kemudian dipisahkan untuk mendapatkan filtrat jelas di mana analisis lebih lanjut dilakukan. Warna cokelat kebiruan bahan bakar diesel kemudian berubah menjadi warna kuning pucat akibat reaksi fisik. Sampel garam ditambahkan ke diesel ditambahkan dalam berbagai persentase di mana 100% garam setara dengan 100 gr garam.Analisa anilin point

Volume spesifik anilin dan sampel ditempatkan dalam tabung (100 ml) dan dicampur secara mekanis. Anilin hati-hati dimasukkan ke dalam tabung-U (bagian dari aparat) setelah menuangkan dari volume yang sama dari sampel. Campuran tersebut kemudian dipanaskan pada tingkat yang terkendali sampai dua fase menjadi larut. Campuran kemudian didinginkan pada tingkat yang terkendali dan suhu di mana fase dipisahkan dicatat sebagai titik anilin untuk semua sampel. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh dicatat dalam tabel hasil.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua garam anorganik yang digunakan untuk pengobatan minyak diesel memiliki efek pada sifat fisikokimia minyak. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan minyak tanah, pengaruh yang paling signifikan yang diamati adalah pada sampel minyak diesel diobati dengan Potash, yang menghasilkan kandungan sulfur dari 0,1319 wt% pada konsentrasi 35 g terhadap bahwa minyak tanah, 0,1400% berat. Perubahan warna lebih terang dan lebih dekat dengan bau minyak tanah dari minyak solar mentah diamati. Ini mungkin mungkin menjadi alasan mengemudi untuk kimia dipraktekkan selama kekurangan bahan bakar atau kelangkaan. Diamati bahwa berdasarkan hasil yang diperoleh, minyak diesel diobati dengan garam anorganik tidak dapat digunakan sebagai minyak tanah (Jimoh,2004).

Nilai Kalor (kcal/kg) = {8100 C + 3400 ( H O/8)} : 100

Indeks Diesel QUOTE

II-1LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARANPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIAFTI ITS