anggaran sebagai pengendali korupsi di amerika

37
Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi dan Pemberantasan Korupsi di Amerika Seminar Pemberantasan Korupsi

Upload: dedehasanrosadi

Post on 26-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penggunaan anggaran sebagai pengendalian korupsidalam prakteknya di Amerika Serikat

TRANSCRIPT

Page 1: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi dan Pemberantasan Korupsi di Amerika

Seminar Pemberantasan Korupsi

Page 2: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

ANGGARAN SEBAGAI PENGENDALI KORUPSI

A. PENGANGGARAN DI INDONESIA

Tujuan suatu negara pada dasarnya adalah untukmemajukan kesejahteraan dan melindungi rakyatnya, serta mencukupi kepentingan-kepentingan lain rakyatnya.Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah memiliki tugas yang sekaligus melekat pada fungsi negara yang dapat dikategorikan sebagai fungsi reguler/utama negara dan fungsi sebagai agen pembangunan.Kedua fungsi dimaksud dilaksanakan dalam operasional pemerintahan yang sebagian besar terletak di pundak pemerintah.

Fungsi regular/fungsi utama negara adalah melaksanakan tugas yang membawa akibat yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Fungsi utama negara terdiri dari empat macam. Pertama negara sebagai political state. Dalam hal ini pemerintah menjalankan fungsi pokoknya dalam pemeliharaan ketenangan, ketertiban, pertahanan, dan keamanan. Kedua negara sebagai legal state yang bertujuan untuk mengatur tata kehidupan bernegara dan tata kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya negara sebagai administrative state. Kedudukan inimenitikberatkan pada azas demokrasi yaitu kekuasaan berada di tangan rakyat dan pemerintah hanyalah menerima pendelegasian kekuasaan dari rakyat melalui wakil-wakilnya. Terakhir adalah negara sebagai diplomatical state. Sebagai diplomatical state, negara bertujuan untuk menjalin persahabatan dan memelihara hubungan internasional dengan negara-negara lain.

Fungsi negara lainnya yang wajib dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai agent of development. Dalammenjalankan peran ini, pemerintah antara lain bertindak sebagai pendorong inisiatif atau pendorong motivasi rakyat dalam usahanya untuk mengadakan perubahan dan pembangunan masyarakat menuju ke arah kehidupan yang lebih baik, berupa pemberian fasilitas-fasilitas fisik, kemudahan dalam perizinan dan birokrasi, bimbingan dan kebijakan yang diarahkan kepada tercapainya pembangunan. Fungsi ini dibagi lebih lanjut dalam dua peran. Pertama pemerintah sebagai stabilisator apabila di dalam pembangunan terjadi adanya ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kedua adalah pemerintah sebagai inovator. Artinya pemerintah harus dapat mengadakan penemuan-penemuan baru dalam metode maupun sistem dalam rangka pembangunan masyarakat dan negara.

Page 3: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Selain menjalankan fungsi reguler dan agent of development, pemerintah memiliki tugas yang lain dan sangat penting yaitu sebagai pengelola keuangan negara yang harus dilaksanakan sesuai dengan tata aturan dan prosedur yang berlaku didalam pemerintahan. Berdasarkan UU No. 17/2003, Keuangan Negara adalah “semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”

Hak negara mencakup untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman. Kewajiban negara mencakup untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga. Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara/daerah adalah perencanaan (yang didalamnya terdapat proses penyusunan anggaran).

Untuk itu, pemerintah setiap tahun memiliki hak dan sekaligus kewajiban untuk menyusun anggaran. Anggaran yang disusun oleh pemerintah merupakan wujud perencanaan pembangunan tahunan sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan tugas kenegaraan selama satu tahun.

1. Pengertian Anggaran

Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris budget yang sebenarnya berasal dari bahasa Perancis bougette. Kata ini mempunyai arti sebuah tas kecil. Berdasar dari arti kata asalnya, anggaran mencerminkan adanya unsur keterbatasan. Pada dasarnya anggaran perlu disusun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, baik dana, SDM maupun sumber daya lainnya. Karena terbatasnya dana misalnya, maka diperlukan alokasi sesuai dengan prioritas dan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

APBN selalu dinanti oleh berbagai kalangan untuk dikaji sejauh mana kemampuan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan dari sumber daya yang terbatas.Anggaran pemerintah setiap tahun selalu berubah-ubah baik jumlah nominal, jenis pendapatan dan alokasi belanja, serta proporsi alokasinya.Pada tahun tertentu, pemerintah memprioritaskan sektor pekerjaan umum, tapi ditahun berikutnya pemerintah memprioritaskan sektor pendidikan dan kesehatan. Hal ini terjadi diakibatkan berbagai faktor, antara lain perkembangan politik, dinamika perekonomian dunia/nasional/daerah, peristiwa sosial/alam, tuntutan masyarakat, dan lain sebagainya.

2. Prinsip-Prinsip Penganggaran

Page 4: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Anggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik. Secara umum, prinsip-prinsip penganggaran adalah sebagai berikut:

a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran

APBN harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu progam dan kegiatan yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

b. Disiplin Anggaran

Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggung-jawabkan.

Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedia penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan progam dan kegiatan yang belum/tidak tersedia anggarannya.

c. Keadilan Anggaran

Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggaran secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan. Hal ini dikarenakan sumber daya yang digunakan dalam anggaran berupa pendapatan negara pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta seluruh anggota masyarakat.

d. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran

Page 5: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat

e. Disusun dengan pendekatan kinerja

APBN disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (keluaran dan hasil) dari perencanaan atas alokasi biaya atau masukan/input yang telah ditetapkan. Hasil kerja harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau masukan. Selain itu juga harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja pada setiap unit kerja yang terkait.

3. Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut didiskripsikan pada seperangkat tujuan dan dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.

Bagaimana cara agar tujuan itu dapat dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas, baik aktivitas langsung maupun tidak langsung yang mendukung program sekaligus melakukan estimasi biaya-biaya berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kinerja tahunan (Renja) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja

Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu:

a. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi

b. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus

c. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu dan orang)

d. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas

e. Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Page 6: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

4. Perencanaan Kinerja

Perencanaan Kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan ke depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang. Pada prinsipnya perencanaan kinerja merupakan penetapan tingkat capaian kinerja yan dinyatakan dengan ukuran kinerja dalam rangka mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan komponen kunci untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan Pemerintah Daerah.Sedangkan perencanaan kinerja membantu pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah diidentifikasikan dalam rencana stratejik, termasuk didalamnya pembuatan terget kinerja dengan menggunakan ukuran-ukuran kinerja.

Tingkat pelayanan yang diinginkan pada dasarnya merupakan indikator kinerja yang diharapkan dapat dicapai oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kewenangannya. Selanjutnya untuk penilaian kinerja dapat digunakan ukuran penilaian didasarkan pada indikator sebagai berikut:

a. Masukan (Input).

Masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini merupakan tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber: dana, sumber daya manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya, suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategik yang telah ditetapkan. Tolok ukur ini dapat juga digunakan untuk perbandingan (benchmarking) dengan lembaga-lembaga lain yang relevan. Contoh indikator masukan untuk kegiatan ‘penyuluhan lingkungan sehat untuk daerah pemukiman masyarakat kurang mampu’ adalah jumlah dana yang dibutuhkan dan tenaga penyuluh kesehatan.

Walaupun tolok ukur masukan relatif mudah diukur serta telah digunakan secara luas, namun seringkali dipergunakan secara kurang tepat sehingga dapat menimbulkan hasil evaluasi yang rancu atau bahkan menyesatkan. Beberapa hal berikut ini sering dijumpai dalam menetapkan tolok ukur masukan yang dapat menyesatkan:

Page 7: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Pengukuran Sumber Daya Manusia tidak menggambarkan intensitas keterlibatannya dalam pelaksanaan kegiatan.

Pengukuran biaya tidak akurat karena banyak biaya-biaya yang dibebankan ke suatu kegiatan tidak mempunyai kaitan yang kuat dengan pencapaian sasaran kegiatan tersebut.

Banyaknya biaya-biaya masukan (input) seperti gaji bulanan personalia pelaksana, biaya pendidikan dan pelatihan, dan biaya penggunaan peralatan dan mesin seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya kegiatan.

b. Keluaran (output)

Keluaran adalah produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan / atau non fisik.

Dengan membandingkan indikator keluaran instansi dapat menganalisis sejauh mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur.Oleh karenanya indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi. Untuk kegiatan yang bersifat penelitian berbagai indikator kinerja yang berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah sering dipergunakan baik pada tingkat kegiatan maupun instansi. Untuk kegiatan yang bersifat pelayanan teknis, indikator yang berkaitan dengan produk, pelanggan, serta pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut mungkin lebih tepat untuk digunakan.

Beberapa indikator keluaran juga bermanfaat untuk mengidentifikasikan perkembangan instansi. Sebagai contoh besarnya pendapatan yang diperoleh melalui pelayanan teknis, kontrak riset, besarnya retribusi yang diperoleh, serta perbandingannya dengan keseluruhan anggaran instansi, menunjukkan perkembangan kemampuan instansi memenuhi kebutuhan pasar, serta mengindikasikan tingkat ketergantungan instansi yang bersangkutan pada APBN.

Dalam mempergunakan indikator keluaran, beberapa permasalahan berikut perlu dipertimbangkan:

Page 8: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Perhitungan keluaran seringkali cenderung belum menentukan kualitas. Sebagai contoh jumlah layanan medik di RSU mungkin belum memperhitungkan kualitas layanan yang diberikan.

Indikator keluaran sering kali tidak dapat menggambarkan semua keluaran kegiatan, terutama yang bersifat intangible. Sebagai contoh, banyak hasil penelitian yang walaupun mengandung penemuan yang baru, namun karena berbagai pertimbangan tertentu tidak dapat dipatenkan.

c. Hasil (outcome)

Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator hasil adalah sesuatu manfaat yang diharapkan diperoleh dari keluaran. Tolok ukur ini menggambarkan hasil nyata dari keluaran suatu kegiatan. Pada umumnya para pembuat kebijakan paling tertarik pada tolok ukur hasil dibandingkan dengan tolok ukur lainnya. Namun untuk mengukur indikator hasil, informasi yang diperlukan seringkali tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karenanya setiap instansi perlu mengkaji berbagai pendekatan untuk mengukur hasil dari keluaran suatu kegiatan.

Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator keluaran. Sebagai contoh ‘penghitungan jumlah bibit unggul’ yang dihasilkan oleh suatu kegiatan merupakan tolok ukur keluaran. Namun ‘penghitungan besar produksi per hektar’ yang dihasilkan oleh bibit-bibit unggul tersebut atau ‘penghitungan kenaikan pendapatan petani’ pengguna bibit unggul tersebut merupakan tolok ukur hasil. Dari contoh tersebut, dapat pula dirasakan bahwa penggunaan tolok ukur hasil seringkali tidak murah dan memerlukan waktu yang tidak pendek, karena validitas dan reliabilitasnya tergantung pada skala penerapannya. Contoh nyata yang membedakan antara indikator output dan indikator outcome adalah pembangunan gedung sekolah dasar. Secara output gedung sekolah dasar tersebut telah seratus persen berhasil dibangun. Akan tetapi belum tentu gedung tersebut diminati oleh masyarakat setempat.

Indikator outcome lebih utama dari pada sekedar output. Walaupun produk telah dicapai dengan baik, belum tentu secara outcome kegiatan tersebut telah dicapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang mungkin menyangkut

Page 9: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.

Pencapaian indikator kinerja outcome ini belum tentu akan dapat terlihat dalam jangka waktu satu tahun. Seringkali outcome baru terlihat setelah melewati kurun waktu lebih dari satu tahun, mengingat sifatnya yang bukan hanya sekedar hasil. Dan mungkin juga indikator outcome tidak dapat dinyatakan dalam ukuran kuantitatif akan tetapi lebih bersifat kualitatif.

5. Target Kinerja

Setelah indikator kinerja ditentukan, mulailah disusun target kinerja untuk setiap indikator kinerja yang telah ditentukan. Target kinerja adalah tingkat kinerja yang diharapkan dicapai terhadap suatu indikator kinerja dalam satu tahun anggaran tertentu dan jumlah pendanaan yang telah ditetapkan.Target kinerja harus mempertimbangkan sumber daya yang ada dan juga kendala-kendala yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menentukan target kinerja yang baik, seperti dapat dicapai, ekonomis, dapat diterapkan, konsisten, menyeluruh, dapat dimengerti, dapat diukur, stabil, dapat diadaptasi, legitimasi, seimbang, dan fokus kepada pelanggan.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan target kinerja:a. Memiliki dasar penetapan sebagai justifikasi penganggaran yang

diprioritaskan pada setiap fungsi/bidang pemerintahanb. Memperhatikan tingkat pelayanan minimum yang ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah terhadap suatu kegiatan tertentu.c. Kelanjutan setiap program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi

menjadi bagian yang penting dalam menentukan target kinerja.d. Ketersediaan sumber daya dalam kegiatan tersebut: dana, SDM,

sarana, prasarana pengembangan teknologi, dan lain sebagainya.e. Kendala yang mungkin dihadapi di masa depan

Penetapan target kinerja kinerja harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Spesifikb. Dapat diukurc. Dapat Dicapai (attainable)d. Realistis;

Page 10: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

e. Kerangka waktu pencapaian (time frame) jelas; danf. Menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang ingin

dicapai.

6. Standar Analisis Belanja

Standar Analisa Belanja (SAB) merupakan salah satu komponen yang harus dikembangkan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan APBN dengan pendekatan kinerja. SAB adalah standar untuk menganalisis anggaran belanja yang digunakan dalam suatu program atau kegiatan untuk menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

SAB digunakan untuk menilai kewajaran beban kerja dan biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Unit Kerja dalam satu tahun anggaran. Penilaian terhadap usulan anggaran belanja dikaitkan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai melalui program atau kegiatan. Usulan anggaran belanja yang tidak sesuai dengan SAB akan ditolak atau direvisi sesuai standar yang ditetapkan. Rancangan APBN disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap anggaran belanja yang diusulkan unit kerja.

Dalam rangka menyiapkan rancangan APBN, SAB merupakan standar atau pedoman yang bermanfaat untuk menilai kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan yang direncanakan oleh setiap unit kerja.SAB dalam hal ini digunakan untuk menilai dan menentukan rencana program, kegiatan dan anggaran belanja yang paling efektif dan upaya pencapaian kinerja.Penilaian kewajaran berdasarkan SAB berkaitan dengan kewajaran biaya suatu program atau kegiatan yang dinilai berdasarkan hubungan antara rencana alokasi biaya dengan tingkat pencapaian kinerja program atau kegiatan yang bersangkutan.Disamping atas dasar SAB, dalam rangka menilai usulan anggaran belanja dapat juga dilakukan berdasarkan kewajaran beban kerja yang dinilai berdasarkan kesesuaian antara program atau kegiatan yang direncanakan oleh suatu unit kerja dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang bersangkutan.

Penerapan SAB pada dasarnya akan memberikan manfaat antara lain: (1) mendorong setiap unit kerja untuk lebih selektif dalam merencanakan program dan atau kegiatannya, (2) menghindari adanya belanja yang kurang efektif dalam upaya pencapaian kinerja, (3) mengurangi tumpang tindih belanja dalam kegiatan investasi dan non investasi.

7. Standar Biaya

Page 11: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Standar biaya merupakan komponen lain yang harus dikembangkan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja, selain Standar Analisa Biaya dan tolok ukur kinerja. Standar biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku. Penerapan standar biaya ini membantu penyusunan anggaran belanja suatu program atau kegiatan bagi setiap K/L dan unit kerja yang ada agar kebutuhan atas suatu kegiatan yang sama tidak berbeda biayanya. Pengembangan standar biaya akan dilakukan dan diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perubahan harga yang berlaku.

8. Tiga Pilar Penganggaran

UU No. 17 Tahun 2003 juga menyebutkan adanya tiga pilar penganggaran belanja negara, yaitu (1) penganggaran terpadu (Unified Budget), (2) penganggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting), dan (3) penganggaran dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework).

a. Penganggaran Terpadu (Unified Budget)

Penganggaran terpadu adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa investasi dan biaya operasional yang berulang (recurrent) dipertimbangkan secara simultan. Dengan demikian, dualisme perencanaan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan di masa lampau yang menimbulkan peluang duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran tidak akan terjadi lagi.

Perencanaan belanja rutin dan belanja modal dilakukan secara terpadu dalam rangka mewujudkan prestasi kerja kementerian/lembaga yang dapat memuaskan masyarakat.

Lima komponen pokok pendekatan anggaran terpadu dalam RKA-KL adalah Satuan Kerja, Kegiatan, Keluaran, Jenis Belanja, dan Dokumen Anggaran.

Penerapan unified budget secara tegas baru dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2005, dengan ditiadakannya pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dari struktur dan format APBN. Selanjutnya, pengeluaran rutin dan pengeluaran

Page 12: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

pembangunan tersebut dikonversikan, baik ke dalam belanja pegawai, belanja barang, maupun belanja modal dan bantuan sosial. Secara ringkas, konversi tersebut disajikan dalam diagram berikut.

Selanjutnya, eks pengeluaran pembangunan yang dikonversikan ke dalam belanja pegawai dan belanja barang dapat dibedakan antara belanja mengikat dan belanja tidak mengikat. Yang termasuk dengan belanja mengikat adalah belanja pegawai dan belanja barang yang berkaitan dengan biaya operasional guna mendukung tugas pokok dan fungsi dan tidak bisa diganggu gugat, sedangkan yang termasuk ke dalam belanja tidak mengikat adalah belanja-belanja yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan, seperti honor kegiatan, atau belanja barang dalam rangka pelaksanaan kegiatan.

Contoh dari belanja barang mengikat:

a. Barang Fisik, antara lain : keperluan sehari-hari perkantoran, pengadaan / penggantian inventaris kantor yang nilainya kurang dari Rp300 ribu per unit, pengadaaan bahan makanan, uang makan TNI dan Polri, dan belanja barang lainnya yang secara langsung menunjang pelaksanaan tupoksi kementerian negara/lembaga.

b. Belanja Jasa, antara lain : pengeluaran-pengeluaran untuk langganan daya dan jasa listrik, telepon, gas, internet, dan air.

c. Belanja Pemeliharaan, antara lain : untuk pemeliharaan gedung kantor, rumah dinas/jabatan, kendaraan bermotor, peralatan dan mesin, dan perbaikan peralatan dan sarana gedung yang nilainya kurang dari Rp10 juta per unit.

d. Belanja Perjalanan Dinas: pengeluaran untuk perjalanan dinas yang dilakukan oleh PNS secara terus menerus dalam rangka melaksanakan tugas tertentu. Contoh: perjalanan dinas dalam rangka mutasi pegawai, perjalanan dinas Penilik Sekolah pada Departemen Agama.

Contoh Belanja Barang Tidak Mengikat:

a. Belanja perjalanan dinas, belanja bahan dan jasa untuk pekerjaan non fisik seperti pendidikan dan pelatihan, penelitian, kajian, survey, sosialisasi, workshop yang dilaksanakan baik secara swakelola maupun kontraktual.

Page 13: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

b. Belanja pemeliharaan lainnya. Contoh: Biaya pemeliharaan barang modal yang tidak berkala dengan nilai kurang dari Rp10 juta per unit.

b. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budget)

Penganggaran berbasis kinerja mengutamakan upaya pencapaian output (keluaran) dan outcomes (hasil) atas alokasi belanja (input) yang ditetapkan. Hal tersebut ditujukan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari penggunaan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya indikator kinerja dan pengukuran kinerja untuk tingkat satuan kerja (satker) dan kementerian/lembaga. Lima komponen pokok pendekatan anggaran kinerja dalam RKA-KL adalah Satuan Kerja, Kegiatan, Keluaran, Standar Biaya, dan Jenis Belanja.

Dasarhukum indikator kinerja dan pengukuran kinerjaadalah PP No. 21 Tahun 2004 Pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwa: “Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan”. Selain itu, dalam Penjelasan PP No. 21 Tahun 2004 (Poin I.4) dinyatakan bahwa: “Kementerian/lembaga dituntut memperkuat diri dengan kapasitas dalam mengembangkan indikator kinerja, dan sistem pengukuran kinerja, dan dalam meningkatkan kualitas penyusunan kebutuhan biaya, sebagai persyaratan untuk mendapatkan anggaran”

Agar pengukuran dapat dilakukan, maka kinerja harus dapat dinyatakan dalam angka (kuantifikasi). Oleh karena itu diperlukan indikator-indikator yang dapat menunjukkan secara tepat tingkat prestasi kerja/kinerja. Macam-macam Indikator Kinerja, yaitu:

a. Indikator Kinerja Kegiatan

b. Indikator Kinerja Program

c. Indikator Efisiensi

d. Indikator Kualitas

Dasar hukum standar biaya adalah PP No. 21 Tahun 2004 Pasal 7 ayat 4 yang menyatakan bahwa “Menteri Keuangan menetapkan standar biaya, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus bagi pemerintah pusat setelah berkoordinasi dengan kementerian negara/lembaga terkait”. Hal ini diperkuat dengan penjelasan PP No. 21 Tahun 2004 Pasal 7 ayat 4 yang menyatakan bahwa “Standar biaya yang ditetapkan dapat berupa standar biaya

Page 14: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

masukan pada awal tahap penerapan anggaran berbasis kinerja, dan nantinya menjadi standar biaya keluaran”.

Implikasi anggaran berbasis kinerja (ABK) terhadap penganggaran dan penelaahan biaya kegiatan adalah fokus penganggaran dan penelaahan biaya kegiatan akan bergeser dari input costing ke per unit cost of output. Oleh karena itu, perlu koordinasi yang erat antara Kementerian/Lembaga dengan Kementerian Keuangan agar standar biaya keluaran dapat ditetapkan.

Pengukuran Kinerja diperlukan untuk menilai seberapa besar perbedaan (gap) antara kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan. Dengan diketahuinya perbedaan (gap) tersebut, maka upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kinerja dapat dilakukan.

Penanggung jawab evaluasi kinerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Pertama, pimpinan satker bertanggung jawab terhadap evaluasi kinerja kegiatan (Pasal 8 ayat 2 PP No. 21 Tahun 2004). Kedua, menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab terhadap evaluasi kinerja program (Pasal 8 ayat 3 PP No. 21 Tahun 2004).

c. Penganggaran dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework)

KPJM menurut PP No 21 tahun 2004 Pasal 1 poin 5 adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. Sedangkan, prakiraan maju menurut PP No. 21 tahun 2004Pasal 1 poin 6 adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

Manfaat KPJM adalah untuk (i) mengembangkan disiplin fiskal, dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability), (ii) meningkatkan keterkaitan antara kebijakan, perencanaan, dan penganggaran (antara KPJM, RKP, dan APBN), (iii) mengarahkan alokasi sumberdaya agar lebih rasional dan strategis, (iv) meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien, (v) meningkatkan predictabiliy dan kesinambungan pembiayaan suatu

Page 15: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

program/kegiatan, (vi) memudahkan kerja perencanaan kementerian/lembaga pada tahun-tahun berikutnya, dan (vii) mendorong peningkatan kinerja kementerian/lembaga dalam memberikan pelayanan kepada publik.

Page 16: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

B. ANGGARAN BERBASIS KINERJA SEBAGAI PENGENDALI KORUPSI

Anggaran adalah alokasi-uang-terotorisasi bertujuan kinerja tertentu. Proses alokasi memenuhi kaidah ekonomis, efektivitas, dan efisiensi anggaran akan selalu menghasilkan output atau hasil lebih baik dari tahun ke tahun. Karena itulah, Korupsi Kolusi dan Nepotisme serta pemborosan diperangi sepanjang proses perencanaan dan pengeluaran anggaran. Alokasi sempurna pada saat pengeluaran anggaran diterima 100% oleh pihak terakhir penerima dan pemanfaat anggaran, misalnya raskin, BOS, hibah, dan bantuan sosial. Tanpa basis atau bukti empiris, kebocoran anggaran akibat rente-ekonomi sepanjang prosedur dan aliran anggaran dirasakan oleh sebagian orang masih amat besar.

Dalam perkembangannya, pengelolaan anggaran sektor publik telah melakukan reformasi yang bisa disebut value for money yang menekankan tentang pengelolaan organisasi sektor publik yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok dalam konsep value for money. Adanya ketiga unsur pokok tersebut diharapkan di terapkan pada setiap organisasi sektor publik yang ada di Indonesia, agar terjadi sinergi positif terhadap perkembangan perekonomian bangsa Indonesia.

1. Konsep Value For Money

Value for money atau nilai untuk uang merupakan salah satu definisi dari kualitas (Harvey & Green, 1993). Kualitas nilai uang melihat kualitas dalam hal pengembalian investasi. Jika hasil yang sama dapat dicapai dengan biaya rendah atau hasil yang lebih baik dapat dicapai dengan biaya yang sama, maka pelanggan memiliki kualitas produk atau jasa. Kecenderungan yang berkembang untuk pemerintah untuk meminta pertanggungjawaban dari pendidikan tinggi mencerminkan pendekatan nilai untuk uang (value for money). Definisi value for money  yang lain yaitu adalah nilai uang untuk menilai biaya suatu produk atau layanan terhadap kualitas penyediaan. Pengukuran kinerja berdasarkan indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi) dan indikator kualitas pelayanan. Dengan demikian teknik ini sering disebut dengan pengukuran 3E yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. a.    Ekonomi berkaitan dengan hubungan antara pasar dan

masukan (cost of input). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada

Page 17: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis jika dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.

b.    Efisiensi (daya guna) mempunyai pengertian yang berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Jadi, pada dasarnya ada pengertian yang serupa antara efisiensi dengan ekonomi karena kedua-duanya menghendaki penghapusan atau penurunan biaya (cost reduction).

c.    Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

Indikator efisiensi dan efektivitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena di satu pihak, mungkin pelaksanaannya sudah dilakukan secara eknomis dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Sedang di pihak lain, sebuah program dapat dikatakan efektif dalam mencapai tujuan, tetapi mungkin dicapai dengan cara yang tidak ekonomis dan efisien. Jika program dapat dilakukan dengan  efisien dan efektif maka program tersebut dapat dikatakan cost-effectivenes. Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa sumber berpendapat bahwa ke tiga elemen saja belum cukup .Perlu ditambah dua elemen lain yaitu : Equity : kesempatan sosial yang sama untuk memperoleh

pelayanan publik Equality : pemerataan/kesetaraan penggunaan dana publik

dilakukan secara merata.

2. Manfaat Implementasi Konsep Value for MoneyKonsep Value For Money memiliki beberapa manfaat antara lain:1. Meningkatan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan

yang diberikan tepat sasaran2. Meningkatkan mutu pelayanan publik

Page 18: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya penghematan dalam penggunan input

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs

awareness) sebagai akar pelaksanaan akuntanbilitas publik.

Proses alokasi anggaran penuh kebocoran merupakan tema sentral Good Corporate Governance (GCG) birokrasi, sistem pengendalian berupaya memberi solusi. Inilah inti masalah pengendalian birokrasi. Aspek terpenting sistem pengendalian manajemen adalah sistem informasi manajemen, khususnya sistem pelaporan fakta/kebenaran-tepat waktu akan alokasi, penerima alokasi, penggunaan alokasi, hasil/output/outcome/impact alokasi anggaran. Rancang bangun sistem pengendalian manajemen mencegah rekayasa laporan, penundaan pelaporan, untuk menutupi rekayasa lapangan (misalnya BOS, raskin, subsidi diterima oleh pihak yang berkecukupan ekonomi).

3. Penganggaran Berbasis Kinerja

Sebagai wujud pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, serta mengacu pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (yang selanjutnya disebut RKA-KL).  Dalam pasal 4 peraturan tersebut secara tegas disebutkan bahwa RKA-KL disusun dengan menggunakan tiga pendekatan yang disebutkan di atas.  Dalam perkembangannya, peraturan ini telah disempurnakan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-KL yang merevisi beberapa ketentuan dalam peraturan sebelumnya.

Ketiga pendekatan baru dalam sistem perencanaan dan penganggaran merupakan suatu kesatuan yang integral dengan fokus utama pada penganggaran berbasis kinerja.  Dua pendekatan lainnya merupakan prasyarat dan pendukung pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja.  Penerapan penganggaran terpadu dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja dengan memberikan gambaran yang lebih objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah.  Sedangkan kerangka pengeluaran jangka menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal secara berkesinambungan serta menjadi jaminan

Page 19: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

kontinyuitas penyediaan anggaran kegiatan karena telah dirancang hingga 3 atau 5 tahun ke depan.

Penganggaran berbasis kinerja merupakan sebuah pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.  Ciri utama penganggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang disusun dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan (input), keluaran (output), dan hasil yang diharapkan (outcomes) sehingga dapat memberikan informasi tentang efektivitas dan efisiensi pelaksanaan setiap kegiatan.  Penerapan penganggaran berbasis kinerja diharapkan diharapkan dapat memberikan informasi kinerja atas pelaksanaan suatu program/kegiatan pada suatu Kementerian/Lembaga serta dampak atau hasilnya yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat luas.

Dalam konsep pendekatan PBK, dituntut adanya keterkaitan yang erat antara anggaran dengan kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu setiap unit organisasi pemerintah harus dapat menetapkan rumusan kinerja yang ingin dicapainya. Kinerja yang telah direncanakan tersebut harus bersifat terukur pencapaiannya. Untuk itu setiap unit juga harus menetapkan indikator kinerja tertentu untuk mengukur pencapaian kinerjanya. Yang jauh lebih penting, indikator kinerja merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap unit organisasi.  Jadi informasi kinerja ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses perencanaan dan penganggaran.  Rumusan indikator kinerja beserta targetnya selanjutnya juga harus dinyatakan di dalam dokumen perencanaan termasuk Renja-KL dan RKA-KL.

Kerangka PBK Tingkat KL

Page 20: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

4. Prinsip dan Tujuan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)

Penerapan PBK berpedoman pada tiga prinsip utama sebagai berikut:

a. Output and outcome oriented

Prinsip ini mengandung makna bahwa pengalokasian anggaran harus berorientasi pada kinerja yang akan dicapai –yang dinyatakan dalam keluaran (output) dan hasil (outcome).  Pengalokasian anggaran tidak lagi berorientasi pada ketersediaan dana (input).  Anggaran yang tersedia merupakan rencana biaya yang memang dibutuhkan untuk mencapai suatu target kinerja yang telah ditetapkan.

b. Let the manager manages

Prinsip ini menunjukkan adanya fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas.  Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang dalam hal ini bertindak sebagai manajer diberikan keleluasaan dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran dan hasil yang telah direncanakan.  Keleluasaan tersebut meliputi penentuan cara dan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.  Cara dan tahapan kegiatan tersebut memungkinkan adanya perbedaan antara yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya.  Akan tetapi setiap manajer tetap harus bertanggung jawab penuh atas penggunaan dana dan pencapaian kinerja yang telah ditetapkan.

c. Money follow function, function followed by structure

Page 21: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Money follow function menggambarkan bahwa pengalokasian anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi setiap unit sesuai dengan maksud pembentukannya.  Sedangkan Function followed by structure menggambarkan bahwa struktur irganisasi yang dibentuk telah sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban oleh setiap unit.  Tugas dan fungsi tersebut telah dibagi habis dalam struktur organisasi unit yang bersangkutan sehingga dapat dipastikan tidak terjadi duplikasi tugas dan fungsi.  Dari kedua prinsip ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tercapainya efisiensi alokasi anggaran karena tidak adanya overlapping tugas, fungsi, atau kegiatan dan pencapaian output serta outcome dapat dilakukan secara optimal karena kegiatan yang diusulkan setiap unit benar-benar merupakan pelaksanaan dari tugas dan fungsinya.

5. Implementasi dan Permasalahan

Konsep PBK sudah muncul pertama kali dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, walaupun hanya diungkapkan pada bagian penjelasan.  Itu berarti semangat dan cita-cita untuk menerapkan PBK sudah dimulai sejak 9 tahun yang lalu.  Semangat dan cita-cita itu kemudian ditegaskan di dalam PP Nomor 21 Tahun 2004.  Akan tetapi sampai dengan Tahun Anggaran 2011 yang lalu, PBK masih belum diterapkan secara penuh.  Saat ini penerapan PBK bisa dikatakan masih berada pada masa transisi.  Implementasi PBK secara nyata dan komprehensif dimulai pada tahun 2009 dengan keluarnya Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara PPN/Kepala Bappennas dan Menteri Keuangan yang berisi Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran.  SEB tersebut berisi 5 buah modul yang menjelaskan secara detail mengenai konsep dan langkah-langkah kerja sebagai wujud implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran, khususnya penerapan PBK.

Tahap-tahap implementasi PBK selengkapnya bisa dilihat pada diagram di bawah ini:

Siklus Implementasi PBK

Page 22: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Dari diagram tersebut tampak bahwa penerapan PBK merupakan sebuah siklus, yang terintegrasi dengan siklus perencanaan dan penganggaran.  Siklus penerapan PBK sendiri terdiri dari 8 tahapan.  Tahap pertama yaitu penetapan sasaran strategis telah dilaksanakan seiring dengan penyusunan Renstra KL (sebagai dokumen perencanaan periode 5 tahun), yang selanjutnya dituangkan dalam dokumen manajemen kinerja berbasis BSC (sebagai dokumen periode 1 tahun).

Tahap penetapan outcome, program, output, dan kegiatan telah dilaksanakan dengan adanya restrukturisasi program dan kegiatan seluruh Kementerian/Lembaga.  Hal ini dilakukan dengan tujuan agar struktur program dan kegiatan beserta indikator kinerjanya dapat digunakan sebagai alat ukur efektivitas pencapaian sasaran pembangunan, efisiensi belanja, dan akuntabilitas kinerja.  Proses restrukturisasi program dan kegiatan ini telah dimulai pada tahun 2010 dan hasilnya mulai diterapkan pada TA 2011.  Hasil dari restrukturisasi ini diantaranya adalah setiap unit eselon I di seluruh Kementerian/Lembaga mempunyai satu rumusan program yang unik sehingga tidak ada lagi sebuah program yang dilaksanakan oleh beberapa unit eselon I.

Dengan diberlakukannya sistem manajemen kinerja berbasis BSC, penetapan IKU program dan IK kegiatan dilakukan dengan bisa memanfaatkan dokumen sumber dari sistem tersebut.  IKU dan IKK dalam penerapan PBK adalah IKU yang telah dirumuskan dalam dokumen BSC (yang selanjutnya dituangkan dalam kontrak kinerja).  Akan tetapi terdapat permasalahan dalam penetapan IKU dan IKK ini.  IKU dan IKK dituangkan dalam Renja KL dan RKA-KL, yang harus disusun sebelum dimulainya Tahun Anggaran (TA).  Sedangkan kontrak kinerja selama ini baru disusun pada awal TA berjalan.  Sehingga IKU dan IKK yang digunakan mengacu pada

Page 23: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

kontrak kinerja TA sebelumnya.  Permasalahan muncul ketika terdapat perubahan IKU dari tahun sebelumnya.  Sementara dalam sistem perencanaan dan penganggaran sejauh ini tidak menyediakan prosedur revisi IKU dan IKK.

Tahap keempat yaitu penetapan standar biaya justru telah dimulai pada TA 2007.  Dengan terbitnya PMK Nomor 96 Tahun 2006 tentang Standar Biaya Tahun 2007, standar biaya mulai digunakan dalam penyusunan RKA-KL.  Standar biaya berlaku untuk 1 TA dan pada TA berikutnya akan ditetapkan standar biaya yang baru untuk menyesuaikan dengan perubahan kondisi perekonomian khususnya terkait inflasi.

Tahap penghitungan kebutuhan anggaran sekaligus pengalokasiannya merupakan tahap yang membutuhkan perhitungan matematis dan detail tentang kebutuhan kebutuhan anggaran untuk membiayai pelaksanaan kegiatan selama 1 tahun yang akan datang.  Tahap ini diawali dengan penetapan fokus prioritas, baik di tingkat nasional, tingkat KL, maupun tingkatan di bawahnya.  Selanjutnya harus ditetapkan target yang akan dicapai oleh setiap unit selama satu TA.  Dengan memperhatikan ketersediaan anggaran yang ada, seluruh program dan kegiatan beserta target-targetnya dituangkan dalam rincian pendanaan dengan mengacu pada standar biaya yang berlaku.  Sedangkan tahap pelaksanaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan dengan mengacu pada sistem perbendaharaan dan pertanggungjawaban yang berlaku.

Tahap terakhir yaitu pengukuran dan evaluasi kinerja hingga saat ini belum dilaksanakan.  Selain karena implementasi PBK secara penuh baru dimulai pada TA 2011, pedoman sekaligus petunjuk teknis pelaksanaan pengukuran dan evaluasi kinerja baru ditetapkan pada akhir tahun 2011 dengan terbitnya PMK Nomor 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan RKA-KL.  PMK ini mengatur secara rinci mengenai aspek apa saja yang akan dilakukan pengukuran dan evaluasi, termasuk tata cara perhitungan dan pengukurannya, serta kebutuhan data dan infrastruktur pendukung yang harus tersedia. 

Di samping 8 tahap yang digambarkan dalam diagram, bentuk implementasi lainnya adalah penggunaan format baru RKA-KL yang juga mulai diterapkan pada Tahun Anggaran 2011.  Format baru ini dirancang untuk dapat memfasilitasi penerapan PBK dengan memberikan informasi yang lebih jelas tentang perencanaan dan

Page 24: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

penganggaran.  Format baru ini diharapkan dapat menyajikan informasi kinerja dan keterkaitan antara biaya, kegiatan, keluaran, program, dan hasil secara jelas.  Salah satu perbedaan utama dalam format baru ini adalah penyederhanaan dokumen RKA-KL yang sebelumnya terdiri dari 13 formulir menjadi hanya 3 formulir saja.

Penerapan PBK memang diharapkan akan memberikan banyak manfaat sekaligus mengatasi berbagai persoalan korupsi yang ada dalam sistem perencanaan dan penganggaran yang sudah berlaku.  Akan tetapi PBK baru akan memberikan dampak yang signifikan ketika diterapkan secara optimal dan konsisten.  Di masa transisi sekarang ini masih terdapat beberapa permasalahan terkait penerapan PBK, diantaranya masih adanya anggapan bahwa anggaran merupakan “jatah” yang harus dihabiskan oleh setiap unit untuk melaksanakan kegiatannya selama satu TA.  Persoalan lain adalah terkait perumusan indikator kinerja yang belum sepenuhnya dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan sebuah kegiatan atau program.  Akan tetapi dengan komitmen dan kontribusi semua pihak serta adanya dukungan perangkat peraturan yang komprehensif, diharapkan akan terus terjadi perbaikan dan kemajuan dalam penerapan PBK.

C. PENERAPAN PENGANGGARAN DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Proses penyusunan Anggaran di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) didasarkan atas PMK nomor 94/PMK/.02/2013 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga..

RKAKL disusun dengan mengacu pada pedoman umum RKAKL yang meliputi:a. Pendekatan sistem anggaran

1. pendekatan Penganggaran Terpadu, 2. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, dan 3. Penganggaran Berbasis Kinerja.

b. Klasifikasi anggaran 1. Klasifikasi organisasi2. Klasifikasi fungsi3. Klasifikasi Jenis Belanja

c. Instrumen RKAKL1. Indikator kinerja2. Standar biaya

Page 25: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

3. Evaluasi kinerja

Penyusunan RKAKL disusun secara berjenjang yang terdiri atasa. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja (RKA-Satker), dalam hal

ini Satker di DJP meliputi, Kantor Pusat DJP, PPDDP (Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan), Kantor Wilayah DJP, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)

b. RKAKL unit Eselon I, dalam hal ini gabungan dari seluruh satuan kerja di bawah DJP

RKAKL disusun dengan perkiraan maju secara terperinci dengan mempertimbangkan volume, harga satuan dan jumlah biaya. Penyusunan RKA-Satker harus dilengkapi dengan dokumen pendukung, antara lain:

1. Data Perhitungan AnggaranDPA ini berisikan data data jumlah dan komposisi pegawai serta sarana dan prasarana per satuan Kerja

2. Terms Of Reference/Kerangka Acuan Kinerja (TOR/KAK) -123Kerangka Acuan Kinerja adalah penjelasan rinci mengenai apa yang telah dituliskan dalam RKAKL. Tidak ada format baku dalam penyusunan TOR/KAK akan tetapi dalam TOR/KAK setidaknya termuat:a. Nama Kegiatanb. Tujuan Kegiatanc. Waktu pelaksanaan, dand. data-data lain yang diperlukan

3. Rincian Anggaran Belanja (RAB) 4. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)

SPTJM ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang berisikan bahwa KPA bertanggung jawab penuh atas satuan biaya yang digunakan dalam penyusunan RKA-KL di luar Standar Biaya yang ditetapkan Menteri Keuangan.

Setelah setiap satuan kerja menyerahkan RKA-Satker beserta data pendukungnya, Kantor Pusat DJP sebagai kompilator memvalidasi kinerja anggaran program yang menjadi tanggung jawab Unit Eselon I berkenaan dengan total alokasi anggaran, sumber dana, dan sasaran kinerja. Hasil validasi selanjutnya diserahkan kepada Sekretariat Jenderal Kemenkeu.

Page 26: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Lebih jelasnya dalam proses penyusunan RKAKL dapat dilihat dalam gambar berikut

D. PEMBERANTASAN KORUPSI DI AMERIKA SERIKAT

Amerika Serikat tergolong sebagai salah satu Negara dengan

perekonomian termaju di dunia, dengan perkiraan produk domestic

bruto padatahun 2012 mencapai sekitar 15 triliun $ Amerika.

Majunya perekonomian Amerika Serikat didukung oleh

ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, infrastruktur yang

baik, teknologi yang canggih, serta produktivitas yang tinggi dari

warganya

Sebagai Negara adikuasa yang kekuatan ekonomi maupun

pemerintahaannya memiliki pengaruh besar pada politik maupun

ekonomi dunia, Amerika Serikat masih menghadapi persoalan

serius terkait korupsi. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan Indeks

Persepsi Korupsi (IPK) dari Transparency International tahun 2012.

AS berada di peringkat 19 dari 176 negara dengan skor 73.

Walaupun sudah termasuk bagus, namun posisi ini masih kalah

apabila dibandingkan dengan Negara – Negara maju lainnya di

kawasan Asia danEropa, seperti Denmark, finlandia, New Zealand,

Swedia, dan Singapura.

1. Lembaga Anti Korupsi

Dalam hal pemberantasan kasus korupsi, Amerika tidak

memiliki lembaga khusus seperti KPK di Indonesia. Amerika

Page 27: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

melibatkan beberapa institusi yang berperan penting dalam

pemberantasan korupsi, yaitu :

1 The Public Integrity (PIN) of Department of Justice`s Criminal

Division

Instansi ini bertugas untuk mengawasi upaya federal dalam

melawan korupsi dengan cara menuntut pemilihan dan

pengangkatan pejabat di semua tingkat pemerintahan. Seksi

ini memiliki yuridiksi eksklusif atas dugaan penyimpangan

tindak pidana yang ada pada bagian dari para hakim federal,

juga investigasi dan penuntutan kejahatan pemilu dalam skala

nasional

2 Office of Government Ethichs,

Instansi ini memiliki tugas untuk :

Menetapkan standar etika untuk bidang eksekutif

Memastikan transparansi dalam pemerintahan melalui

laporan keuangan

Mendidik pegawai yang bekerja di bidang eksekutif

Mempromosikan tata pemerintahan yang baik

3 Federal Bureau of Investigation (FBI), dan

FBI memiliki tugas untuk penyelidikan dan penyidikan. Secara

struktur FBI bertanggung jawab pada Departemen Kehakiman

AS

4 Council of Inspectors General on Integrity and Efficiency

(CIGIE)

Dewan ini didirikan sebagai entitas yang independen

dalam struktur eksekutif berdasarkan “UU Reformasi

Inspektur Jenderal” pada tahun 2008. CIGIE Memiliki tugas

untuk :

Mengembangkan rencana terkoordinasi

Mengembangkan kebijakan yang akan membantu dalam

pemeliharaan personil Inspektur Jenderal

Memelihara situs internet dan sistem elektronik lainnya

untuk kepentingan semua Inspektur Jenderal

Page 28: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Mengelola pelatihan professional auditor, penyidik,

pengawas, evaluator, dan personil lainnya dari berbagai

inspektur jenderal

2. Kondisi Korupsi di Amerika

Meskipun berada di peringkat 19, kondisi korupsi Amerika

ternyata sudah sampai pada tahap yang cukup menghawatirkan.

Banyak pakar yang mengatakan bahwa korupsi sudah berurat

berakar hingga ke berbagai tingkatan sosial di Amerika, mulai

dari tingkat sosial yang paling bawah hingga tingkat sosial yang

paling atas. Yang membuatnya semakin parah, tindakan tersebut

malah dilakukan oleh orang yang seharusnya menjadi contoh

untuk generasi muda mereka, seperti anggota politik, pegawai

bank, pengacara, CEO, dll. Orang amerika sendiri mengatakan

kalau sebagian besar orang Amerika itu adalah orang yang

tamak, sombong, suka membanggakan diri sendiri, arogan, tidak

ada tata karma, materialistik, sulit memaafkan, dll. Kondisi ini

juga dianggap akan semakin parah tiap tahunnya.

Beberapa contoh korupsi yang dilakukan oleh kalangan atas

Amerika adalah Watergate di era presiden Nixon yang

melakukan serangkaian penyuapan dan penyadapan untuk

menutupi kegiatan memata–matai lawan politiknya, juga adanya

skandal penyuapan Lockheed yang merupakan serangkaian

kasus penyuapan pada periode 1950–1970 yang dilakukan oleh

para petinggi Lockheed yang merupakan perusahaan pesawat

terbang milik AmerikaSerikat.

Kegiatan korupsi yang terjadi di kalangan bawah juga tidak

kalah banyaknya. Tiaptahun hampir setiap Warga Amerika

tertipu dengan banyaknya penipuan dari berbagai pihak. Contoh

yang cukup menarik perhatian kami adalah kasus tax refund

yang dilakukan oleh imigran illegal di amerika. Diperkirakan

sekitar 2 juta immigrant illegal melakukan penipuan untuk

mendapatkan tax refund setiaptahun

Page 29: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

Walaupun Negara Amerika menempati Posisi 19 dalam Indeks

Persepsi Korupsi, bukan berarti Negara tersebut dapat dikatakan

bersih. Bahkan, tiap tahun malah semakin bertambah buruk.

Walaupun Amerika memiliki beberapa lembaga anti korupsi,

pengendalian korupsi ini terbukti tetap susah dilakukan dengan

berbagai kendala antara lain:

1. Bentuk pemerintahan yang terdiri dari berbagai negara

bagian yang memiliki aturan dan pemerintahan sendiri

2. Suku dan kelompok yang sangat beragam

3. Disparitas sosial yang tinggi

4. Luas wilayah yang sangat besar

E. KESIMPULAN1. Penganggaran memiliki prinsip-prinsip antara lain transparansi,

disiplin, keadilan, efisiensi dan efektifitas serta disusun dengan pendekatan kinerja

2. untuk penilaian kinerja dapat digunakan ukuran penilaian didasarkan pada indikator input, output dan outcome

3. Penetapan target kinerja harus memenuhi kriteria antara lain spesifik, dapat diukur, dapat dicapai (attainable), realistis, kerangka waktu pencapaian (time frame) jelas; dan menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang ingin dicapai.

4. Standar Analisis Biaya adalah standar untuk menganalisis anggaran belanja yang digunakan dalam suatu program atau kegiatan untuk menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat

5. Standar biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku. Penerapan standar biaya ini membantu penyusunan anggaran belanja suatu program atau kegiatan bagi setiap K/L dan unit kerja yang ada agar kebutuhan atas suatu kegiatan yang sama tidak berbeda biayanya

6. Penganggaran terdiri dari 3 pilar, yaitu Penganggaran terpadu, Penganggaran berbasis kinerja, dan Penganggaran dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah

7. Sebagai pengendali korupsi, anggaran memiliki konsep value for money yang menekankan tentang pengelolaan organisasi sektor publik yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif

8. Sebagai pengendali korupsi, diterapkan pengendalian berbasis kinerja berpedoman pada prinsip-prinsip antara lain, output dan

Page 30: Anggaran Sebagai Pengendali Korupsi di Amerika

outcome oriented, let the manager manages, dan money follow function and fuction followed by structured

9. Implementasi dan permasalahan terkait anggaran berbasis kinerja antara lain terkait perumusan indikator kinerja yang belum sepenuhnya dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan sebuah kegiatan atau program, serta masih ada anggapan bahwa anggaran merupakan jatah yang harus dihabiskan.

10. Penyusunan anggaran di Direktorat Jenderal Pajak didasarkan atas PMK nomor 94/PMK/.02/2013 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

11. Dalam penyusunan RKA-Satker, setiap satuan kerja menyerahkan berbagai data pendukung seperti Data Pengguna Anggaran (DPA), Kerangka acuan kinerja (KAK), Rincian anggaran dan biaya (RAB) serta Surat Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM)

12. Lembaga ant korupsi di Amerika antara lain The Public Integrity (PIN) of Department of Justice`s Criminal Division, Office of Government Ethichs, Federal Bureau of Investigation (FBI), dan Council of Inspectors General on Integrity and Efficiency (CIGIE)

13. Pemberantasan korupsi di Amerika memiliki berbagai kendala antara lain Bentuk pemerintahan yang terdiri dari berbagai negara bagian yang memiliki aturan dan pemerintahan sendiri, suku dan kelompok yang sangat beragam, disparitas sosial yang tinggi, serta luas wilayah yang sangat besar.

Daftar Pustaka

1. http://www.justice.gov/criminal/pin/ , diakses pada 4 September 2013

2. http://www.pajak.go.id , diakses pada 4 September 2013

3. http://cpi.transparency.org/cpi2012/results/ , diakses pada 4 September 2013

4. http://www.fbi.gov/about-us/quick-facts , diakses pada 4 September 2013

5. http://www.oge.gov/ , diakses pada 4 September 2013

6. http://endoftheamericandream.com/archives/category/corruption , diakses pada 4

September 2013