instrumen pengendali moneter
TRANSCRIPT
INSTRUMEN PENGENDALI MONETER
MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekonomi Moneter II
Oleh
Tatik Andriani (135020100111013)
Natalia Firda G. (135020100111026)
Rina Dwi A. (135020101111056)
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Instrumen Pengendali Moneter
A. Instrumen Langsung....................................................................................5
B. Instrumen Tidak Langsung..........................................................................10
C. Instrumen yang Sering Digunakan...............................................................23
D. Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter di Indonesia..........................26
KESIMPULAN..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30
2
PEMBAHASAN
2.1 Instrumen Pengendali Moneter
Kebijakan moneter merupakan suatu hal yang sangat penting bagi tiap-tiap negara.
Hal ini dikarenakan, kebijakan moneter memiliki kendali dalam mempengaruhi sasaran-
sasaran dan target akhir. Target akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi
ekonomi makro yang ingin dicapai.
Setiap negara memiliki target yang berbeda dan bersifat dinamis. Artinya target akhir
setiap negara dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan
perekonomiannya. Akan tetapi, kebanyakan negara menetapkan 4 hal yang menjadi
ultimate target dari kebijakan moneter, yakni:1
a. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan;
b. Kesempatan kerja;
c. Kestabilan harga;
d. Keseimbangan neraca pembayaran.
Sasaran tersebut memiliki unsur kontradiktif, yang berarti bahwa untuk mencapai
target-target tersebut tidak bisa dilakukan bersama-sama. Setiap target memiliki dampak
yang saling bertolak belakang. Sebagai contoh untuk mencapai target akhir pemerataan
pendapatan dan memperluas kesempatan kerja, berpengaruh terhadap kestabilan harga
dan keseimbangan neraca pembayaran. Sekalipun suatu negara bisa mencapai keempat
target tersebut secara bersama-sama, namun faktanya setiap target itu tidak bisa tercapai
secara optimal.
Di sisi lain, pengaruh moneter dalam jangka panjang hanya akan meningkatkan
harga dan menimbulkan inflasi. Oleh karena itu, dalam Undang-Undang bank sentral
ada kecenderungan bahwa sasaran akhir kebijakan moneter adalah stabilisasi
harga.2Sejarah dari beberapa negara membuktikan bahwa kebijakan moneter yang
memiliki multi sasaran akhir, kondisi perekonomian akan memburuk. Berkaca dari
pengalaman-pengalaman tersebut, beberapa negara memfokuskan untuk mencapai
sasaran tunggal termasuk Indonesia.
3
Gambar 1Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter
Sumber: Ascarya. “Seri Kebanksentralan: Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter”. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK). Jakarta. 2002. Hal 3
Untuk mencapai sasaran akhir yang diinginkan, diperlukan adanya indikator dan
instrumen untuk membantu proses pencapaian target. Untuk dapat mengontrol indikator,
bank sentral perlu melakukan intervensi dengan menggunakan instrumen-instrumen yang
dimiliki.
Secara garis besar, instrumen ini dapat digolongkan menurut cara yang berbeda:3
1) Menurut cara instrumen tersebut mempengaruhi sasaran operasional, dapat dibagi
langsung atau tidak langsung,
2) Menurut orientasinya di pasar keuangan, dapat dibagi berorientasi pasar (market
oriented/based) dan tidak berorientasi pasar (non-market oriented/based),
3) Menurut diskresinya4, dapat dibagi diskresinya berada di bank sentral atau di peserta
pasar.
4
Dari penjelasan tersebut, topik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
mencakup intrumen baik langsung maupun tidak langsung, dan instrumen yang sering
digunakan serta instrumen pengendalian moneter di Indonesia.
A. Instrumen Langsung
Instrumen langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang dapat secara
langsung mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Pada
umumnya bersifat non-market dan diskresinya ada di bank sentral. Keuntungannya
bahwa ia dapat dipergunakan sebagai alat yang efektif bagi bank sentral untuk
mengendalikan harga atau kuantitas kredit, terutama dalam tahap-tahap awal
pembangunan atau dalam keadaan krisis yang bersifat sementara. Biasanya dipergunakan
oleh negara-negara berkembang.
Jenis-jenis instrumen langsung yaitu:
1.) Penetapan Suku Bunga
Berupa penetapan tingkat suku bunga baik untuk pinjaman maupun simpanan di
dalam sistem perbankan. Keefektifan instrumen langsung ini terletak pada kredibilitas
sistem penegakan dan pengawasannya.
2.) Pagu Kredit
Berupa penetapan jumlah atau kuantitas maksimum kredit yang dapat disalurkan
oleh perbankan. Berfungsi untuk mengendalikan jumlah uang beredar dengan secara
langsung mempengaruhi jumlah kredit domestik yang dapat disalurkan oleh perbankan.
3.) Rasio Likuiditas (Statutory Liquidity Ratios)
Digunakan bank sentral dengan mewajibkan banl-bank lain untuk memelihara
cadangan primer juga untuk setiap saat memelihara surat-surat berharga tertentu atau
mata uang tertentu dengan presentase tertentu. Bertujuan untuk menggalang dana yang
dibutuhkan untuk pembiayaan anggaran pemerintah melalui surat-surat utang pemerintah
kepada perbankan, sembari menciptakan pasarnya.
5
4.) Kredit Langsung
Berupa penyaluran kredit secara langsung kepada sektor, program, proyek, dan
kegiatan tertentu yang sedang digalakkan pemerintah namun belum cukup menarik bagi
sektor swasta.
5.) Kuota Rediskonto
Mirip dengan kredit langsung namun dijamin dengan surat berharga pasar uang
melalui kuota untuk memberikan intensif pengembangan sektor tertentu.
6.) Instrumen Lain
Intrumen langsung yang pada masa dahulu pernah digunakan untuk mengendalikan
uang beredar atau money supply:
a. Pengguntingan Uang
Ditunjukan untuk mengurangi uang beredar. Dengan pengguntingan uang, nilai
pacahan uang yang terkena peraturan ini berkurang sejumlah presentase tertentu
sedangkan sisanya diganti dengan surat berharga pemerintah jangka panjang.
b. Pembersihan Uang (Monetary Purge)
Dengan pembersihan uang, nilai uang diturunkan dengan presentase tertentu
tanpa ada penggantian untuk jumlah yang diturunkan tersebut. Efek pembersihan
uang sama dengan pengguntingan uang, yaitu penurunan jumlah uang beredar.
c. Penetapan Uang Muka Impor
Ketetapan ini berlaku bagi para importir yang akan melakukan transaksi
pembelian dari luar negeri. Dengan ketetapan ini para importir diwajibkan untuk
membayar sejumlah presentase tertentu sebagai uang muka untuk pembelian valuta
asing yang mereka perlukan untuk mengimpor barang yang mereka perlukan dari
luar negeri.
Tabel 1: Instrumen Langsung Pengendalian Moneter5
Instrumen Cara kerja Keuntungan Kerugian
1. Penetapan sk Bank sentral dengan -Efektif untuk - Menghambat
6
bunga (interest rate controls)
wewenangnya menetapkan tingkat sk bunga baik untuk pinjaman maupun simpanan dalam sistem perbankan
mengendalikan suku bunga kredit, terutama di masa krisis (sementara)- biasanya dicadangkan pada saat pemerintah tidak dapat mencapai sasaran suku bunga melalui pasar atau ketika suku bunga jangka panjang merupakan tujuan kebijakan- menganung pengaruh-pengaruh “noncompetitive pricing” ketika pembukaan bank terbatas- Membatasi jumlah masalah “adverse selection”, terutama ketika informasi peminjam langka atau pengawasan bank lemah
kompetisi di pasar-pasar keuangan- alokasi sumber-sumber keuangan tidak berdasarkan mekanisme pasar- pagu suku bunga mudah dihindari dengan mengubah simpanan bank menjadi aset yang menghasilkan bunga pasar (seperti vaslas) atau menjadi barang. - mendorong disintermediasi atau intermediasi nonbank.- murah untuk meminjam kredit sehingga mendorong penggunaan kapital yang berlebihan.
2. Pagu kredit (credit cellings)
Bank sentral menetapkan jumlah atau kuantitas maksimum kredit yang dapat dialurkan oleh perbankan
- Efektif untuk mengendalikan kuantitas kredit perbankan, terutama di masa krisis (sementara)- Dapat meminimalkan kehilangan kendali moneter selama masa transisi ke instrumen tidak langsung ketika mekanisme transisi tidak tentu
- Menghambat alokasi perbankan- Dapat menyebabkan disintermediasi dan hilangnya kefektifan- Sulit diterapkan jika terdapat banyak bank dna “capital inflows”
3. Rasio likuiditas (statutory liquidity ratio)
Bank sentral mewajibkan bank-bank untuk setiap
- Dengan adanya “captive demand” untuk aset yang
- Mengganggu kompetisi dengan menerapkan batasan-
7
saat memelihara surat-surat berharga tertentu atau mata uang tertentu dengan persentase tertentu (biasanya utang pemerintah) di luar CWM.
masuk kualifikasi (biasanya utang pemerintah) rasio likuiditas dapat mengurangi biaya peminjaman untuk penerbit instrumen ini.
batasan pada manajemen aset bank.- mengganggu tingkat harga sekuritas dan menghambat perdagangan di pasar sekunder.- dapat menyebabkan disintermediasi dan dapat menurunkan disiplin fiskal pemerintah, yang pada akhirnya akan menyebabkan hilangnya keefektifan sebagai alat untuk mengendalikan uang.
4. Kredit langsung (directed credits)
Bank sentral menyalurkan kredit secara langsung (atau melalui agen pemerintah) kepada sektor, program, proyek dan atau kegiatan tertentu yang sedang diprioritaskan
- Pengendalian langsung terhadap agregat kredit bank sentral ke perbankan
- Ada kemungkinan misalokasi sumber daya - dapat digunakan untuk menyalurkan kredit langsung ke BUMN sehingga mengurangi pengaruh langsung anggaran pemerintah
5. Kuota rediskonto Bank sentral menetapkan jumlah kuota surat-surat berharga sektor tertentu yang dapat di re-diskonto-kan dengan suku bunga dibawah harga pasar
- Menetapka batas bawah suku bunga antar bank sehingga memperbaiki transmisi perubahan suku bunga- digunakan untuk rediskonto surat berharga sektor tertentu dan menyalurkan likuiditas ke bank tertentu.
- Suku bunga diskonto dibawah pasar akan menghambat perkembangan PUAB jika penggunaannya tidak dibatasi
6.1 Pengguntingan uang
Bank sentral dan/atau pemeritah menetapka
- Merupakan sumber dana pemerintah
- Masyarakat merasa dirugikan karena
8
bahwa nilai pecahan mata uang tertentu berkurang sejumlah presentase tertentu (misalnya tinggal 50%), sedangkan sisanya diganti dengan surat berhearga pemerintah jangka panjang. Caranya uang kertas digunting menjadi dua bagian. Satu bagian sebagai alat pembayaran, bagian lain ditukar dengan surat berharga pemerintah.
dalam keadaan tidak terdapat sumber lain- pilihan mudah bagi pemerintah baru yang belum kredibel
“dipaksa” menukarkan sebagian uangnya dengan surat berharga pemerintah- kredibilitas pemerintah akan dipertanyakan apabila penggunaannya tidak sesuai dengan tujuan semula- pemerintah harus merencanakan dengan baik pada saat surat berharga jatuh waktu.
6.2 Pembersihan uang
Bank sentral dan/atau pemerintah menetapkan bahwa nilai uang diturunkan dengan presentase tertentu tanpa ada penggantian untuk jumlah yang diturunkan tersebut.
- Merupakan sumber dana pemerintah dalam keadaan tidak terdapat sumber lain - pilihan mudah bagi pemerintah yang baru dan belum kredibel - pemeirntah tidak perlu mengeluarkan surat berharga pemerintah.
- Masyarakat dirugikan dnegan penurunan nilai uangnya.- kredibilitas pemerintah akan dipertanyakan apabila penggunaannya tidak sesuai dengan tujuan semula.
6.3 Penetapan uang muka impor
Dengan ketetapan ini para importir diwajibkan untuk membayar sejumlah persentase tertentu sebagai uang muka untuk pembelian valas yang mereka perlukan untuk mengimpor barang yang mereka perlukan dari luar negeri
- Uang beredar yang bersumber dari sisi impor dapat dikontrol- sebagai alat kontrol devisa negara
- Memberatkan importir yang bermodal minim- dapat menyuburkan pasar gelap valas
9
B. Instrumen Tidak Langsung
Instrumen tidak langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan oleh bank sentral.
Instrumen tidak langsung merupakan usaha untuk mengendalikan besaran moneter
dengan cara mempengaruhi neraca bank sentral. Satu hal yang penting dalam instrumen
tidak langsung ialah bank sentral dapat mempengaruhi posisi base money atau bank
reserve yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kredit dan penawaran uang.
Jenis instrument tidak langsung juga bermacam-macam dan bervariasi, antara lain;
1.) Cadangan Wajib Minimum
Cadangan wajib minimum adalah jumlah likuid minimum yang wajib dipelihara oleh
bank. Cadangan wajib minimum dapat dibedakan menjadi cadangan primer dan cadangan
sekunder. Cadangan primer lebih dikenal secara umum sebagai cadangan wajib
minimum.
a. Cadangan primer (primery reserves)
Instrument tidak langsung yang yang merupakan ketentuan bank sentral yang
merupakan ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank memelihara
sejumlah alat likuid sebesar presentase tertentu dari kewajiban lancarnya.
Cadangan primer ini termasuk Instrument tidak langsung karena ia pada satu
sisi akan mempengaruhi kemampuan bank memberikan kredit dan pada tingkat suku
bunga. Cadangan primer ini adalah jenis instrumen yang bersifat non-market based
karena jumlah cadangan primer ditentukan oleh bank sentral.
Cadangan ini banyak digunakan oleh bank sentral sebagai instrumen
pengendalian moneter disamping sebagai ketentuan kehati-hatian untuk memastikan
bahwa bank-bank memiliki likuiditas yang cukup setiap saat bila nasabah melakukan
penarikan simpanannya. Namun, dalam prerkembangannya perubahan presentase
cadangan primer secara aktif sebagai instrumen pengendalian moneter moneter
semakin berkurang, terutama atas poertimbangan dapat memberikan dampak yang
buruk terhadap poengelolaan portofolio bank-bank.
b. Cadangan sekunder (secondary reservese)
10
Disamping cadangan primer, ada kalanya bank sentral mewajibkan bank-bank
untuk memelihara sejumlah alat likuid tambahan diatas cadangan primer. Tambahan
alat likuid tersebut seringkali dinamakan cadangan sekunder. Pada umumnya, alat
likuid yang dapat diperhitungkan sebagai cadangan sekunder berbentuk surat-surat
berharga baiik milik bank sentral maupun pemerintah.
2.) Fasilitas diskonto
Fasilitas diskonto adalah fasilitas kredit dan simpanan yang diberikan oleh bank
sentral kepada bank-bank dengan jaminan surat-surat berharga dan tingkat diskonto akan
mempengaruhi permintaan kredit dari bank.
Dibeberapa Negara tingkat diskonto yang disebaabkan untuk fasilitas ini ada yang
berbeda diatas suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) dan ada pula yang berada
dibawah suku bunga PUAB. Pada umumnya, penggunaan fasilitas diskonto ini oleh bank-
bank akan dikenakan penalty agar mereka tidak sering kali menggunakan fasilitas
diskonto dari bank sentral mengingat fasilitas diskontro ini berfunsi sebagai mekanisme
katub pengaman dalam menjaga stabilitas di pasar uang.
Bentuk fasilitas diskonto ini pada umumnya berupa pinjaman dengan jaminan
kepada sistem perbankan dan suku bunga diatas suku bunga intervensi bank sentral (atau
berupa simpanan dengan suku bunga dibawah pasar) sehingga suku bunga fasilitas
diskonto ini akan menjadi patokan uku bunga pinjaman tertinggi (ceiling) atau suku
bunga simpanan terendah (floor).
3.) Fasilitas rediskonto
Instrument tidak langsung serrupa dengan fasilitas diskonto dalam bentuk fasilitas
pinjaman jangka pendek yang merupakan ketentuan bank sentral dalam menetapkan
tingkat rediskonto surat-surat berharga pasar uang (SPBU). Yang dapat digunakan dan
dirediskontokan ke bank sentral.
Pada umumnya, penerapan fasilitas ini ditujukan untuk mengembangkan pasar surat-
surat berharga pasar uang dan juga bermanfaat pada saat OPT masih terbatas dan belum
berjalan dengan baik antara lain sebagai akibat terbatasnya surat-surat berharga yang
dapat dipergunakan sebagai instrument operasionalnya.
11
4.) Operasi pasar terbuka
OPT merupakan instrument kebijakan moneter tidak langsung yang penting karena
melalui OPT bank sentral dapat mempengaruhi sasaran opertasionalnya yaitu suku bunga
atau jumlah uang beredar secara lebih efektif. Operasi pasar terbuka menjadi penting
karena mampu mengendalikan jumlah uang beredar. Dikatakan demikian karena sinyal
arah kebijakan moneter dapat disampaikan oleh OPT, yang pelaksananya dilakukan
secara terbuka dan pembentukan suku bunganya ditentukan berdasarkan mekanisme
pasar. OPT juga dapat dilakukan atas inisiatif bank sentral dengan frekuensi dan kuantitas
sesuai dengan yang diinginkannya.
OPT berbentuk kegiatan jual beli surat-surat berharga oleh bank sentral, baik dipasar
primer maupun pasar sekunder melalui mekanisme lelang atau nonlelang. Apabila bank
sentral akan mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral akan menjual surat-surat
berhargaa(biasa disebut kontraksi) yang akan berdampak pada pada penggunaan likuid
bank-bank dan selanjutnya akan memperkecil kemampuan bank-bank memberikan
pinjaman.
OPT merupakan instrument tidak langsung yang sangat penting karena sangat
fleksibel dibandingkan instrument-instrumen tidak langsung lainnya, seperti cadangan
primer atau fasilitas diskonto, dan keikutsertaan setiap institusi peserta atas dasar
sukarela, bukan kewajiban. Dikatakan fleksibel karena dapat dilakukan atas inisiatif bank
sentral dan frekuensi dan kuantitas sesuai dengan yang diinginkannya. Operasi pasar
terbuka ada setelah berkembangnya pasar uang atau pasar modal.
a. Lelang surat berharga bank sentral
Lelang surat berharga bank sentral merupakan salah satu instrument
operasional yang wajib difgunakan oleh OPT. lelang ini dilakukan dipasar primer
karena bank sentral sebagai penerbit menjual langsung ke pasar.
b. Lelang surat berharga pemerintah
Lelang surat berharga pemerintah merupakan salah satu instrument operasional
yang digunakan dalam OPT seperti lelang surat berharga bank sentral. Adapun
perbedaannya ialah penerbitnya adalah pemerintah, buykan bank sentral. Lelang ini
dilakukan dilakukan di pasar primer karena pemerintah sebagai penerbit menjual
langsung ke pasar.
12
c. Operasi pasar sekunder
Pasar sekunder merupakan pasar uang yang lebih baik untuk OPT. di pasar
sekunder dapat dilakukan jual beli surat-surat berharga secara outright atau repo. Hal
ini hanya akan dapat terlaksana apabila pasar sekunder telah berkembang baik
sehingga operasi ini banyak digunakan disebagian besar Negara maju yang pasar
sekundernya sudah sedemikian maju, likuid dan surat-surat berharga yang dapat
diperjual belikan tersedia dalam jumlah yang memadai.
Gambar 2
Operasi Pasar Terbuka
Sumber: Aulia Pohan. “Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di Indonesia”. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2008. Hal 54
Operasi pasar terbuka ini merupakan kegiatan bank sentral dalam melakukan jual beli
surat-surat berharga jangka pendek dalam rangka mengatur jumlah uang beredar atau
suku bunga jangka pendek. Seperti terlihat dalam gambar diatas, jika pemerintah
bermaksud untuk mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral akan menjual surat
berharga. Jika permerintah bermaksud menambah jumlah uang beredar, bank sentral
akan membeli surat berharga.
5.) Fasilitas simpanan bank sentral
13
Fasilitas simpanan bank sentral merupakan salah satu instrument tidak langsung yang
berbentuk simpanan dibank-bank di bank sentral yang berjangka sangat pendek. Fasilitas
ini digunakan oleh bank-bank jika mereka mengalami likuiditas pada akhir hari namun
tidak dapat menempatkan dana kelebihannya itu ketempat lain. Oleh karena itu,
sukubunga fasilitas simpanan ini pada umumnya berada dibawah suku bunga
pasar.fasilitas ini ada yang bersifat aktif dan pasif. Pasif berarti inisiatif berada pada
peserta pasar dan dan berapapun jumlah yang akan mereka simpan bank sentral harus
menerimanya. Aktif berati inisiatif berada pada bank sentral.
6.) Intervensi valusa asing
Operasi valuta asing merupakan salah satu instrument tidak langsung yang dapat
dilakukam oleh OPT, Yaitu bank sentral melakukan jual-beli valuta asing dipasar valuta
asing untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan nilai tukar.
Jual beli valuta asing ini dapat dilakukansecara spot (outright) atau swap. Jual beli
secara spot bermanfaat ketikaa pasar valuta asing dinegara tersebut lebih berkembang
daripada pasar uangnya. Penggunaan lain instrument ini adalah untuk sterilisasi disaat
banyak investasi asing masuk., untuk menjaga uang yang beredar.
7.) Fasilitas overdraft
Fasilitas pemberian pinjaman (dengan atau tanpa pinjaman) yang berjangka sangat
pendek kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likiuditas jangka sangat pendek
(kalah kliring) . oleh karena itu fasilitas ini pada umumnya memiliki suku bunga diatas
suku bunga sumber-sumber dana lainnya dipasar uang.
Cara kerja instrument ini dapat digambarkan sebagai berikut, pada saat kliring aka
nada bank yang menang dan kalah kliring. Menang kliring berarti kewajibannya lebih
kecil dari pada tagihannya kedpada bank-baank lain, atau sebaliknya. Bank yang kalah
kliring berarti harus menyediakan dana likuid sebesar kekelahan tersebut. Fasilitas ini
merupakan fasilitas standart dan mderupakan salah satu instrument penting dibanyak
Negara karena suku bunga overdraft dapat dijadikan sebagai suku bunga kunci dalam
perubahan arah kebijakan moneter.
14
8.) Simpanan sector pemerintah
Simpanan sector pemerintah merupakan instrument tidak lanhsung yang dapat
digunakaan oleh bank sentral terutama untuk pengendalian likuiditas jangka pendek. Cara
kerja instrument ini sebenarnya hanya berupa realokasi simpanan pemerintah yang brtada
pada bank sentral dan dibank-bank pelaksana/umum. Apabila bank sentral akan
menguranggi jumlah uang beredar maka dapat dilakukan dengan realokasi simpanan
sektor pemerintah yang berada dibank-bank umum ke bank sentral demikian pula
sebaliknya.
Instrument ini pernah digunakan dibeberapa Negara, seperti Kanada, Malaysia, dan
jerman sampai akhir 1993.
9.) Lelang kredit
Lelang kredit merupakan instrument sementara yang dipergunakan dalam maa awal
transisi ke pengguna instrument tidak langsung untuk mengubah dari pemberian kredit
langsung kealokasi pasar. Instrument ini biasanya digunakan ketika pasar-pasar keuangan
belum berkembang dan suku bunga patokan antar bank belum ada.
Dengaan sistem lelang, alokasi kredit dapat sesuai dengan kebutuhan pasar dan suku
bunga pasar dapat terbentuk. Apabila surat-surat berhargaa pasar uang sudah mulai
berkembang. Operasi lelang kredit ini dapat direstrukturisasi kembali menjadi lelang
repo.
10.) Imbauan
Imbauan juga dapat dipergunakan sebagai instrument tidak langsung dalam
pengendalian moneter oleh bank sentral. Imbauan akan menjadi efektif apabila bank
sentralnya kredibel dan tidak sering digiunakan.
11.) Instrument lain
Surat berharga yang dijual oleh bank sentral pada umumnya berdasarkan suku bunga
naamun dengan berkembangnya perbankan syariah,bank sentral juga dapat menjual surat
berharga yang berdasarkan wadiah bank sentral. Instrument ini biasanya disediakan oleh
bank sentral sabagai fasilitas simpanan bagi bank-bank syariah sehingga mempunyai
kemiringan dengan fasilitas simpanan bank sentral yang berdasar syariah. Namun tidak
15
tertutup kemungkinan dimasa mendatang instrument ini dapat pula dipergunakan sebagai
salah satu instrument operasional OPT.
Tabel 2. Instrumen Tidak Langsung Pengendalian Moneter
Instrumen Cara kerja Keuntungan Kerugian
1.1 Cadangan
primer/cadangan
wajib minimum
Bank sentral
mewajibkan bank-
bank umum
memelihara sejumlah
alat likuid tertentu
(seperti kas) sebesar
persentase tertentu
dari kewajiban
lancarnya pada bank
sentral.
- Mingkatkan
kemampuanm
emperkirakan
kebutuhan cadangan
-peningkatan
cadangan primer
bermanfaat sterilisasi
ekses likuiditas atau
untuk
mengakomodasi
perubahan struktural
dalam permintaan
akan cadangan.
- meningkatkan
kefektifan kebijakan
moneter.
- “Averaging”
memberikan
fleksibilitas yang
lebih besar kepada
bank dalam
manajemen
portofolionya.
- Cadangan primer
tinggi merupakan
pajak pada
intermediasi
perbankan. Hal ini
dapat dinetralkan
dengan pemberian
kompensasi sesuai
dengan suku bunga
pasar.
- pajak ini dapat
menyebabkan
melebarnya “spreads”
antara suku bunga
kredit dan suku
bunga deposito, yang
akan mengarah pada
disintermediasi.
- tidak cocok jika
digunakan untuk
manajemn likuiditas
jangka pendek karena
seringnya perubahan
cadangan primer
mengganggu
manajemen
16
portofolio bank.
1.2 Cadangan
sekunder
Bank sentral
mewajibkan bank-
bank, di luar
cadangan primer
(tetapi masih dalam
kerangka CMW),
untuk memelihara
alat-alat likuid
tertentu dengan
rincian/presentase
tertentu.
- Memberikan
keleluasaan bank
sentral dalam
menentukan alat
likuid yang harus
dipelihara.
- dapat dipakai untuk
memasyarakatkan
surat berharga
tertentu.
- Kurang memberikan
ruang fleksibilitas
bagi bank.
- mengganggu
kompetisi perbankan
dengan penerapan
pembatasan ini.
- mengganggu harga
pasar sekuritas yang
lain di pasar
sekunder.
2. Fasilitas diskonto Bank sentral
memberikan fasilitas
pinjaman (dan/atau
simpanan) dan
menetapkan tingkat
diskonto surat
berharga bank sentral
(SBBS) atau
pinjamannya.
- berguna sebagai
mekanismen katub
pengaman.
- berguna sebagai
sinyal kebijakan bank
sentral.
- fasilitas untuk bank-
bank lemah yang sulit
mendapatkan
kebutuhan dana di
PUAB.
- Mamberikan
informasi patoka
suku bunga.
- Tidak begitu cocok
untuk pertargetan
“base money” secara
tepat, karena akses ke
pintu ini atas inisiatif
bank.
- kriteria surat
berharga yang dapat
digunakan dan akses
ke pintu ini sering
dimanfaatkan sebagai
kebijakan kredit
selektif.
3. Fasilitas
Rediskonto
Bank sentral
memberikan fasilitas
pinjaman melalui
rediskonto surat
berharga pasar uang
(SBPU), menetapkan
tingkat
- Suku bunga
diskonto sering dapat
meningkatkan
transmisi dari arah
kebijakan melalui
pengaruh
pengumumannya
- Tidak begitu cocok
untuk pernagetan
base money secara
tepat karena akses ke
pintu ini atas inisiatif
bank.
- kriteria surta
17
rediskontonya, dan
menetapkan SBPU
yang dapat
digunakan.
sebagai patokan suku
bunga (Prancis,
Jerman, dan AS)
- Pengaruh awalnya
lebih meluas daripada
OPT, yang hanya
terbatas pada
counterpart-nya di
satu atau sedikit
pusat-pusat finansial.
- mengembangkan
pasar surat-surat
berharga yang dapat
dirediskontokan.
- dapat pula
bermanfaat pada saat
OPT terbatas karena
kurangnya surat
berharga.
berharga yang dapat
digunakan dan akses
ke pintu ini sering
dimanfaatkan sebagai
kebijakan kredit
selektif.
4.1 Lelang SBBS
sebagai instrumen
OPT
Bank sentral
melakukan lelang
untuk
menjual/membeli SB
bank sentral kepada
perbankan dan
peserta lain di pasar
primer.
- Instrumen yang
fleksibel untuk
manajemen likuiditas
jangka pendek karena
bank sentral yang
menerbitkan dan
berbagai format
lelang/tender dapat
digunakan untuk
mengarahkan suku
bunga.
- bermanfaat
khususnya pada saat
bank sentral tidak
punya cukup SB
- Bank sentral dapat
menanggung
kerugian apabila
terjadi
penerbitan/penjualan
yang cukup besar.
- Jika SB bank sentral
digunakan bersama
dengan SB
pemerintah (T-bills),
permasalahan akan
muncul jika tidak ada
koordinasi yang kuat
antarpenerbit SB.
18
pemerintah untuk
melaksanakan OPT
4.2 Lelang SB
pemerintah sebagai
instrumen OPT
Pemerintah
melakukan lelang
untuk menjual SB
pemerintah kepada
peserta pasar di pasar
primer. Selanjutnya,
bank sentral dapat
melakukan jual beli
SB pemerintah ini
dalam OPTnya.
- Manajemennya
sama dengan SB
bank sentrla jika
koosrdinasi dengan
departemen keuangan
karena penerbitan SB
pemeritnah dapat
melebihi kebutuhan
fiskal.
- Mendorong disiplin
fiskal bagi
pemerintah jika
pembiayaan langsung
dari bank sentral
dihentikan.
- Tujuan manajemn
utang dapat
berbentrokan dengan
manajemen moneter
jeika departemen
keuangan
memanipulasi lelang
untuk menjaga biaya
dana dibawah pasar.
- ketika manajemen
moneter bergantung
pada penerbitan
perdana, lelang sering
dapat menghambat
perkembangan pasar
sekunder.
4.3 Operasi pasar
sekunder
Bank senrtal
melakukan jual-beli
surat-surat berharga
secara outright atau
repo dalam rangka
OPT
- dapat dilaksanakan
secara terus menerus
sehingga memberikan
fleksibilitas yang
tinggi.
- Transparan.
- meningkatkan
perkembangan pasar
sekunder.
- respon yang segera
dari pasar uang.
- memerluka pasar
sekunder yang
matang dan lukuid
dan bank sentral
harus memiliki
cadangan aset yang
dapat dipasarkan
yang cukup.
5. Fasilitas simpanan
bank sentral/ deposit
facility
Bank sentral
memberikan fasilitas
berbentuk simpanan
bank-bank di bank
- membangtu
pencapaian sasaran
operasional
- fleksibel dalam
- apabila dilakukan
terus-menerus,
menyebabkan
ketergantungan dan
19
sentral yang
berjangka sangat
pemdek yang
digunakan oleh bank-
bank apabila mereka
mengalami kelebihan
lu=ikuiditas pada
akhir hari namun
tidak dapat
menempatkan
kelebihan dana
kelebihannya itu di
tempat lain.
jumlah maupun suku
bunga.
- suku bunga sebagai
acuan pasar uang.
- dapat untu
keperluan kontraksi
dan ekspansi.
- membantu bank
yang kelebihan
likuiditas.
manajemen keuangan
kurang berkembang.
6. Operasi valas Bank sentral
melakukan jual beli
valuta asing di pasar
valas untuk
mempengaruhi
jumlah uang beredar
dan nilai tukar.
- Jika pasar valas
berkembang
sedangkan SB
pemerintah tidak
aktif, swap dapat
menggantikan operasi
repo SB pemerintah.
- penjualan dan
pembelian valas
secara spot dapat
bermanfaat ketika
pasar valas lebih
berkembang daripada
pasar uangnya.
- Bank sentral dapat
mengalami kerugian
jika operasi valas
digunakan dengan
maksud untuk
menjaga nilai tukar
yang tidak
sustainable.
7. Fasilitas Overdraft Bank sentral
memberikan fasilitas
pinjaman (dengan
atau tanpa jaminan)
yang berjangka
sangat pendek kepada
- Menyediakan
fasilitas pinjaman
jangka sangat pendek
yang suku bunganya
lebih tinggi dari
sumber lain.
- lihat pintu
rediskonto diatas.
- kerugian suku
bunga yang sudah
diumumkan
sebelumnya
20
bank-bank yang
mengalami kesulitan
likuiditas jangka
pendek (kalah
kliring).
- dapat menjadi
bagian kunci
pengaturan sistem
pembayaran.
sedangkan akses ke
pintu ini atas inisiatif
bank.
8. Simpanan sektor
pemerintah
Bank sentral
memindahkan /
realokasi simpanan
pemerintah yang
berada di bank sentral
dan atau di bank-
bank
pelaksana/umum
- karena besarnya
arus dana
keluar/masuk sistem
perbankan dari
pemerintah, realokasi
simpanan pemerintah
antara bank sentral
dan bank pelaksana
dapat menjadi
instrumen kunci
untuk meredam
pengaruh arus
tersebut pada
likuiditas jangka
pendek.
- kurang transparan
- berlawanan dengan
usaha pengembangan
pasar sekunder untuk
sekuritas pemerintah
9. lelang kredit Bank sentral
melakukan lelang
kredit kepada
perbankan.
- menawarkan alat
untuk mengetahui
harga/suku bunga
kredit bank sentral.
- dapat digunakan
ketika pasar masih
belum berkembang
dan referensi suku
bunga antar bank
belum ada.
- menetapkan patokan
suku bunga.
- mengalokasikan
- bank sentral
menghadapi resiko
kredit yang sulit
dinilai
- mungkin tidak
cocok untuk
manajemen harian
jika “settlement”
lelang masih targte
harian.
- rawan terhadap
masalah “adverse
selection”
21
kredit sesuai dengan
ketentuan pasar.
10. imbauan Bank sentral
mengimbau bank-
bank untuk
melakukan hal-hal
tertentu, seperti
menurunkan suku
bunga pinjaman/
simpanannya
- fleksibel
penggunaannya.
- tidak mengikat.
- efektif kalau BS
kredibel
- tidak mengikat
sehingga hasilnya
tidak pasti.
- tidak boleh
digunakan terus-
menerus
- Kalau BS tidak
kredibel kurang
efektif.
11. Penjualan SB
wadiah bank sentral
sebagai instrumen
OPT
Bank sentral
membuka window
(seperti fasilitas
simpanan bank
sentral namun
menggunakan sistem
mudharabah) khusus
untuk penempatan
bagi bank-bank
syariah.
- Instrumen yang
dapat dijadikan
sebagai komplemen
SB bank sentral di
sektor perbankan
syariah.
- Bermanfaat
khususnya pada saat
bank sentral tidak
punya cukup SB
pemerintah untuk
melaksanakan OPT
- Memiliki
keuntungan seperti
fasilitas simpanan
bank sentral.
- Memberikan
kesempatan yang
sama bagi bank
syariah untuk ikut
berpartisipasi di pasar
uang dengan sistem
- Bank sentral hanya
dapat mengendalikan
kuantitas dan tidak
dapat mengendalikan
suku bunga karena
ketentuan syariahnya.
- memiliki
kekurangan sperti
fasilitas simpanan
bank sentral. Akan
tidak terlalu tidak
efektif kalau volume
penjualan kecil.
22
yang sesuai dengan
syariah .
- menambah pilihan
instrumen bagi bank
sentral.
Akan efektif apabila
volume penjuam
sudah cukup banyak.
SUMBER: Ascarya. “Seri Kebanksentralan: Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter”. Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan (PPSK). Jakarta. 2002. Hal 3
C. Instrumen yang Sering Digunakan
Setelah belajar mengenai Instrumen langsung maupun tidak langsung dalam proses
pengambilan kebijakan moneter, ada baiknya untuk mengetahui instrumen-instrumen apa
yang sering digunakan untuk pengambilan kebijakan moneter terkait dengan sasaran yang
ingin dicapai.
Pada akhir tahun 1970an, Bank Sentral seperti The Fed di Amerika mulai
menggunakan instrumen tidak langsung untuk kebijakan moneter mereka. Perubahan dari
instrumen langsung ke instrumen tidak langsung ini dikarenakan perekonomian yang
semakin lama semakin terbuka, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap perkembangan
pasar-pasar keuangan. Pasar keuangan yang sekain berkembang semakin lama tidak
sesuai dengan instrumen langsung karena dapat mengakibatkan terjadinya inefisiensi dan
disintermediasi. Intermediasi sendiri memiliki pengertian interaksi antara perbankan
dengan lembaga keuangan lainnya dengan para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas
ekonomi di sektor riil. Sehingga apabila tetap menggunakan instrumen langsung akan
berdampak pada ekonomi sektor riil.
Setelah akhir 1970an, negara-negara berkembang mulai mengikuti perubahan negara
maju dengan menggunakan instrumen tidak langsung.
Instrumen langsung yang sering digunakan antara lain:
1) Pagu Kredit
2) Pengendalian Suku Bunga
23
3) Kredit Langung
4) Rasio Likuiditas
5) Kuota Rediskonto
Instrumen tidak langsung yang sering digunakan antara lain:
1) Cadangan Primer
2) Fasilitas Diskonto
3) Operasi Pasar Terbuka
4) Fasilitas Rediskonto
5) Lelang Kredit dan Operasi Valuta Asing
Sebagian besar bank sentral menggunakan Operasi Pasar Terbukan sebagai
instrumen utama, akan tetapi ada pula negara yang menggunakan instrumen selain OPT
sebagai instrumen utama, seperti Brasil yang menggunakan fasilitas diskonto.
Alasan mengapa banyak negara menggunakan OPT sebagai instrumen utamanya
adalah karena OPT merupakan instrumen yang sangat fleksibel.dan keterlibatan institusi
pihak kedua (bank dan broker) tidak mengikat. Selain itu, bank sentral dapat
mengendalikan frekuensi OPT dan jumlah/kuantitas lelang yang diinginkan sehingga
OPT merupakan metode yang sangat bermanfaat untuk menstabilkan reserve money atau
suku bunga jangka pendek. OPT juga tidak membebankan pajak kepada bank.5
Tabel 3. Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter
yang Digunakan oleh Negara-Negara Lain
NegaraCadangan
Wajib Minimum
Fasilitas Diskonto
Operasi Pasar Terbuka
Instrumen Lain
Negara Maju
Amerika Serikat 3%-10% Kebutuhan jangka pendek
SB pemerintah, bonds, notes
Tidak ada
Inggris 0,35% Overnight, LOLR
SB pemerintah, SB swasta
Tidak ada
Jepang Ya Diatur per bank SB pemerintah, Imbauan
24
bonds, CDs
Perancis 0,5%-1% 5-10hari repo SB pemerintah, SB swasta
Tidak ada
Jerman 1%-20%, rata-rata
3 bulan, sedang, panjang
SB pemerintah Fasilitas kredti perpanjangan
New Zealand Tidak ada <28 hari, otomatis
SB pemerintah, SB bank sentral
Tidak ada
Negara Berkembang
- Amerika Latin
Argentina 3%-43%, rata-rata
≤ 30 hari, LOLR
Boads pemerintah
Tidak ada
Cili 3,6%-30% 1 hari/bulan, LOLR
SB pemerintah, SB bank sentral
Tidak ada
Brazil 3%-83% Ya SB pemerintah, SB bank sentral
Fasilitas overdraft,
fasilitas kredit jangka pendek, fasilitas kredit perpanjangan, lelang, kredit
Meksiko >0 Darurat CETES, BONOS
CDs, Fasilitas pinjaman darurat
-Asia Tenggara
Korea Ya Ya Bonds pemerintah,
MSBs
Lelang kredit
Thailand 7%, rata-rata 7 hari, LOLR SB pemerintah, SB bank sentral
LSR, FXW
Filipina 17% Ya SB pemerintah, SB bank sentral
25
Malaysia 11,5% ≥ 3 bulan SB pemerintah, SB bank sentral
Kredit jangka pendek, LSR, Ins. langsung
Indonesia 3%-5%, rata-rata
Ya SB pemerintah, SB pasar uang
Tabungan pemerintah,
FXO
Negara berkembang
lain
Ghana 5%, rata-rata Ya, sb. penalti SB pemerintah, SB bank sentral
Pinjaman overnight
Mesir 10%-15%, rata-rata
Ya, 2% diatas SB pemerintah SLR
Tunisia 2% 7 hari, sb. penalti
SB pemerintah Lelang kredit
Cina 13% Ya Tidak ada Ins. Langsung
India 15%, rata-rata Ya SB pemerintah Penetapan sb. SLR, Fasilitas
switching
Negara Transisi
Republik czech 8,5% Rata-rata Ya SB pemerintah, SB bank sentral
Kredit jangka pendek
Rusia 1,5%-20%, rata-rata
Tidak ada SB pemerintah Tidak ada
SUMBER: Ascarya. “Seri Kebanksentralan: Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter”. Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan (PPSK). Jakarta. 2002. Hal 29
D. Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter di Indonesia
Instrumen-instrumen pengendalian moneter yang pernah dan sedang digunakan
Indonesia sangat berpengaruh terhadap perkembangan negara dan perkembangan struktur
finansial negara Indonesia. Pembahasan sejarah instrumen yang pernah dipakai dibagi ke
dalam 2 periode yaitu sebelum tahun 1983 dan sesudah 1983. Tahun 1983 merupakan
26
tahun pembatas, dimana Indonesia mamasuki era baru deregulasi moneter yang
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
1.) Sebelum 1983
Sebelum tahun 1983 perkembangan perekonomian Indonesia di bagi kedalam dua
periode yang berbeda, yaitu periode 1945-1965 dan periode 1965-1983. Periode 1945-
1965 memprioritaskan untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara.
Sementara periode tahun 1965-1983 mulai memprioritaskan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi.
a. Periode 1945-1965
Bank sentral baru didirikan tahun 1953 dan melakukan ekspansi moneter
dengan penambahan uang beredar. Ekspansi moneter ini dilakukan dengan
monetisasi yaitu pencetakan uang baru untuk menutup defisit anggaran belanja
negara yang membengkak.
Sebelum tahun 1957, instrumen pengendalian moneter Indonesia berupa
petapan suku bunga, OPT, pagu kredit dan kredit langsung. Setelah tahun 1957,
pengendalian moneter ditujukan untuk mengurangi money supply akibat kebijakan
moneter longgar yaitu berupa pengguntingan uang, pembersihan uang dan penetapan
uang muka impor. Instrumen terakhir di periode ini adalah cadangan primer yang
dimaksudkan untuk memastikan bahwa bank-bank mempunyai likuiditas yang
cukup.
b. Periode 1965-1983
Periode ini ditandai dengan kebijakan moneter ketat dengan stabilisasi dan
rehabilitasi ekonomi. Pengendalian stabilitas harga menjadi sasaran akhir akibat
adanya hiperinflasi yang terjadi di periode sebelumnya. Instrumen pengendalian
moneter yang digunakan pada saat itu berupa instrumen tidak langsung tradisional,
yaitu cadangan primer, serta instrumen langsung seperti kredit langsung dan
penetapan suku bunga.
Pada tahun 1974 instrumen tidak langsung mulai ditinggalkan dan digantikan
dengan instrumen langsung seperti pagu kredit.
2.) Sesudah 1983
27
Sesudah tahun 1983 perkembangan perekonomian Indonesia dibagi kedalam dua
periode yang berbeda, yaitu periode 1983-1997 dan periode pasca 1997. Tahun 1983-
1997 ditandai dengan deregulasi sistem keuangan dan perbankan sejak 1 juni 1983
sampai terjadinya krisis keuangan dan perbankan pada pertenganhan 1997. Periode pasca
1997 ditandai dengan program pemulihan sistem keuangan dan perbankan akibat krisis
moneter yang melanda Indonesia.
a. Periode 1983-1997
Dengan adanya oil boom kedua dan resesi yang melanda dunia pada tahun
1980, pemerintah memulai deregulasi di sektor moneter dan perbankan dengan Paket
Kebijakan 1 juni 1983. Era ini ditandai dengan kembalinya menggunakan
instrumentidak langsung.
b. Periode Pasca 1997
Pada masa krisis keuangan dan perbankan yang melanda Asia Tenggara sejak
2 juli 1997 kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia dalam rangka
pemulihan adalah kontraksi moneter. Instrumen-instrumen yang digunakan pada
umumnya sama dengan periode sebelumnya, hanya yang aktif digunakan adalah
instrumen kontraksi. Instrumen utamanya adalah fasilitas diskonto, OPT, dan
Intervensi Rupiah, ditambah dengan intervensi valas.
Intervensi Rupiah merupakan instrumen tidak langsung yang sejajar dengan
instrumen operasi OPT yang baru diperkenalkan pada tahun 1988. Cara kerjanya
adalah melalui kegiatan pinjam-meminjam dana yang dilakukan Bank Indonesia
secara langsung di pasar uang antarbank dengan jangka waktu overnight s.d. 7 hari.
28
KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah diuraikan mengenai instrumen kebijakan moneter, dapat
ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya:
Ada instrumen langsung dan tidak langsung yang digunakan Bank Sentral untuk
mengarahkan kebijakan moneter ke tujuan tertentu.
Instrumen langsung dan tidak langsung memiliki cara kerja, keuntungan, dan
kerugian masing-masing.
Penggunaan instrumen-instrumen tersebut tergantung pada situasi dan kondisi suatu
negara
Semakin terbuka perekonomian dunia, semakin berkembang pasar keuangan,
menyebabkan instrumen langsung menjadi tidak efektif, karena akan menyebabkan
disintermediasi untuk Bank dan pelaku ekonomi sektor riil.
29
DAFTAR PUSTAKA
Warjiyo, Perry. 2004. Seri Kebanksentralan: Mekasnisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia. Vol 11. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
30