anggaran dasar persatuan insinyur · pdf filemenyelenggarakan kegiatan advokasi dan edukasi...

25
ANGGARAN DASAR PERSATUAN INSINYUR INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Insinyur Yang dimaksud dengan Insinyur adalah gelar profesi bagi seorang yang telah memiliki gelar akademik sebagai sarjana teknik, sarjana pertanian dan/atau sarjana teknik terapan, lulusan program studi teknik terkait yang telah terakreditasi oleh lembaga akreditasi perguruan tinggi yang berwenang, dan telah terdaftar sebagai Anggota Persatuan Insinyur Indonesia. BAB II NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 2 Nama Organisasi ini dinamakan "PERSATUAN INSINYUR INDONESIA", yang disingkat PII, dan dalam bahasa Inggris adalah “Institution of Engineers, Indonesia”. Pasal 3 Jangka Waktu PII didirikan pada tanggal 23 Mei 1952 di Bandung, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, dan telah disahkan sebagai Badan Hukum dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. JA5/33/15 tanggal 11 Juni 1952. Pasal 4 Tempat Kedudukan PII bertempat kedudukan sebagai berikut : 1. Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia. 2. Wilayah berkedudukan di ibukota Propinsi.

Upload: nguyenque

Post on 13-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANGGARAN DASAR

PERSATUAN INSINYUR INDONESIA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Insinyur

Yang dimaksud dengan Insinyur adalah gelar profesi bagi seorang yang telah memiliki

gelar akademik sebagai sarjana teknik, sarjana pertanian dan/atau sarjana teknik

terapan, lulusan program studi teknik terkait yang telah terakreditasi oleh lembaga

akreditasi perguruan tinggi yang berwenang, dan telah terdaftar sebagai Anggota

Persatuan Insinyur Indonesia.

BAB II

NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 2

Nama

Organisasi ini dinamakan "PERSATUAN INSINYUR INDONESIA", yang disingkat PII, dan

dalam bahasa Inggris adalah “Institution of Engineers, Indonesia”.

Pasal 3

Jangka Waktu

PII didirikan pada tanggal 23 Mei 1952 di Bandung, untuk jangka waktu yang tidak

ditentukan, dan telah disahkan sebagai Badan Hukum dengan Surat Keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia No. JA5/33/15 tanggal 11 Juni 1952.

Pasal 4

Tempat Kedudukan

PII bertempat kedudukan sebagai berikut :

1. Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia.

2. Wilayah berkedudukan di ibukota Propinsi.

3. Cabang berkedudukan di tempat-tempat, baik di dalam atau pun di luar negeri, di mana

terdapat konsentrasi anggota PII dalam jumlah yang dipersyaratkanoleh Anggaran

Dasar ini.

4. Badan Kejuruan dan Badan Sekerja Teknologi tingkat nasional berkedudukan di

ibukota Republik Indonesia.

BAB III

AZAS, DASAR, BENTUK, DAN SIFAT

Pasal 5

Azas

PII berazaskan keprofesionalan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dengan berpegang pada iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tidak

bertentangan dengan ideologi dan dasar negara Republik Indonesia.

Pasal 6

Dasar

PII berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 7

Bentuk Organisasi

PII adalah organisasi profesi yang berbentuk perkumpulan yang terbuka dengan jaringan

pusat dan daerah.

Pasal 8

Sifat

PII adalah organisasi profesi yang bersifat nasional, bebas, mandiri, non-partisan dan

nirlaba.

BAB IV

TUJUAN, TUGAS DAN WEWENANG, DAN USAHA

Pasal 9

Maksud Dan Tujuan

PII bertujuan untuk :

1. Menjadi organisasi profesi keinsinyuran secara nasional yang memiliki kesetaraan dan

diakui internasional.

2. Memupuk keprofesionalan korsa Insinyur Indonesia, meningkatkan jiwa serta

semangat persatuan nasional dalam mendarma baktikan kompetensinya kepada

kepentingan bangsa dan negara melalui peningkatan nilai tambah perwujudan cita-cita

bangsa.

3. Meningkatkan kepedulian dan tanggap profesional terhadap permasalahan, tantangan,

serta peluang pembangunan nasional maupun daerah melalui optimasi pemberdayaan

kompetensi profesional secara integratif.

4. Mendorong keprofesionalan dalam penguasaan, pengembangan, pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan inovasi teknologi untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan

umat manusia pada umumnya dan khususnya rakyat Indonesia.

Pasal 10

Tugas Dan Wewenang

PII adalah organisasi profesi yang merupakan wadah berhimpunnya para Insinyur

Indonesia, untuk secara bersama meningkatkan kemanfaatannya bagi bangsa dan

negara, serta penguasaan, pengembangan dan pemberdayaan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta kompetensi, untuk nilai tambah kesejahteraan umat manusia pada

umumnya, khususnya rakyat Indonesia, dengan tugas dan wewenang:

1. Meningkatkan peran dan tanggung jawab profesional profesi Insinyur Indonesia

dalam pembangunan daerah, nasional, regional dan internasional.

2. Meningkatkan kompetensi profesional Insinyur Indonesia sehingga berdaya saing

internasional yang mampu menjawab tantangan dalam kancah lokal, nasional,

regional dan internasional.

3. Memberikan pengakuan atas keprofesionalan Insinyur Indonesia bagi Anggota yang

telah memenuhi syarat untuk itu dalam bentuk Sertifikat Insinyur Profesional, serta

melakukan evaluasi atas keprofesionalan Insinyur Indonesia tersebut secara

berkala.

4. Melakukan penilaian atas prestasi Insinyur Indonesia secara berkala, serta

memberikan penghargaan bagi prestasi yang unggul, dan mempromosikan prestasi

yang unggul itu secara luas.

5. Melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi serta pengembangan kompetensi keinsinyuran.

6. Menyelenggarakan kegiatan advokasi dan edukasi profesi keinsinyuran.

7. Membina dan mengembangkan kegiatan yang dapat mendorong Terciptanya iklim

untuk tumbuh-berkembangnya profesi keinsinyuran Indonesia.

8. Membangun sarana pengembangan dan pembinaan kompetensi profesi

keinsinyuran Indonesia yang diakui dunia internasional dengan menyelenggarakan

program-program pengembangan kompetensi profesi kensinyuran secara konsisten

dan berkelanjutan.

9. Memberikan pemahaman dan menerapkan Kode Etik keinsinyuran bagi anggota.

10. Melaksanakan bimbingan dan pengawasan terhadap Insinyur Indonesia agar dalam

menjalankan profesinya selalu menjunjung tinggi nilai moral serta mentaati Kode

Etik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi profesi keinsinyuran.

11. Membentuk prasarana dan sarana keorganisasian di pusat maupun daerah untuk

melaksanakan kegiatan pengembangan dan pembinaan kompetensi profesi dan

kesejahteraan Anggota.

Pasal 11

Usaha

Dalam usahanya untuk mencapai maksud dan tujuannya serta tugas dan wewenangnya,

PII dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan peningkatan profesi keinsinyuran,

termasuk kegiatan pengkajian, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan,

sertifikasi keprofesionalan, dan penghargaan prestasi, secara mandiri dan bebas dari

pengaruh siapa pun, dengan tetap mematuhi peraturan perundang-undangan yang

berlaku, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik PII, dan Keputusan-

Keputusan Kongres PII.

Pasal 12

Kode Etik

1. PII memiliki Kode Etik yang dimaksudkan untuk menjaga martabat dan kehormatan

profesi Insinyur Indonesia, yaitu sebagaimana terlampir.

2. Kode Etik menjadi landasan bagi sikap dan tata-laku setiap Insinyur Indonesia.

3. Anggota wajib mentaati dan melaksanakan Kode Etik serta ketentuan-ketentuan

pelaksanaannya sebagaimana diatur oleh Majelis Kehormatan Insinyur.

4. Bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik dilaksanakan oleh Majelis

Kehormatan Insinyur.

5. Penetapan dan perubahan atas Kode Etik dilakukan oleh dan dalam Kongres PII.

BAB V

ANGGOTA DAN WARGA

Pasal 13

Anggota

Anggota PII terdiri dari:

1. Anggota Biasa.

2. Anggota Luar Biasa.

3. Anggota Mahasiswa.

Pasal 14

Hak Dan Kewajiban Anggota

Setiap Anggota PII:

1. Berkewajiban mentaati dan melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar,Anggaran

Rumah Tangga, Keputusan Kongres PII dan Peraturanperaturan PII lainnya, termasuk

kewajiban membayar iuran anggota sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah

Tangga.

2. Berkewajiban memelihara rasa kebersamaan dan solidaritas sesama anggota PII.

3. Berkewajiban menjaga nama baik PII dan menjunjung tinggi Kode Etik PII.

4. Berhak mengikuti semua program kegiatan PII yang secara resmi diselenggarakan di

lingkungan PII.

5. Berhak untuk menyampaikan pendapat, usulan dan saran dalam musyawarah dan

pertemuan PII.

6. Berhak untuk memilih dan dipilih bagi jabatan kepengurusan di tingkat nasional dan

daerah serta pada berbagai perangkat organisasi.

7. Berhak untuk mendapatkan advokasi dalam pelaksanaan kerja profesinya.

Pasal 15

Warga

Warga PII terdiri dari:

1. Anggota, yaitu perorangan warganegara Indonesia yang memenuhi persyaratan untuk

menjadi Anggota.

2. Mitra Profesi, yaitu perorangan warganegara asing yang memenuhi persyaratan

sebagai Mitra Profesi.

3. Organisasi Mitra, yaitu lembaga, organisasi atau badan usaha yang berkaitan erat

dengan profesi keinsinyuran, yang memenuhi persyaratan sebagai Organisasi Mitra.

4. Tokoh Kehormatan, yaitu perorangan warganegara Indonesia maupun asing yang

memenuhi persyaratan sebagai Tokoh Kehormatan.

Pasal 16

Hak Dan Kewajiban Warga

Setiap Warga PII:

1. Berkewajiban mentaati dan melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga, Peraturan dan Keputusan yang sah yang dikeluarkan oleh

PII, termasuk kewajiban membayar iuran anggota sebagaimana diatur dalam

Anggaran Rumah Tangga.

2. Berkewajiban memelihara rasa kebersamaan dan solidaritas sesama warga PII.

3. Berkewajiban menjaga nama baik PII dan menjunjung tinggi Kode Etik PII.

4. Berhak mengikuti semua program kegiatan PII yang secara resmi diselenggarakan di

lingkungan PII.

5. Berhak untuk menyampaikan pendapat, usulan dan saran dalam musyawarah dan

pertemuan PII.

Pasal 17

Berakhirnya Keanggotaan

Keanggotaan berakhir:

1. Atas permintaan sendiri.

2. Karena meninggal dunia.

3. Karena dipecat atau diberhentikan berdasarkan Keputusan Kongres.

BAB VII

ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 18

Perangkat Organisasi

Perangkat organisasi PII adalah.

1. Dewan Penasehat.

2. Dewan Insinyur.

3. Pengurus Pusat.

4. Majelis Kehormatan Insinyur.

5. Dewan Pakar.

6. Badan Kejuruan.

7. Badan Sekerja

8. Cabang

9. Wilayah

10. Forum Anggota Muda.

11. Yayasan dan Badan Usaha.

12. Badan Tetap

13. Badan-Badan lain yang dibentuk Pengurus Pusat dalam memenuhi kebutuhanyang

mendesak, dengan mandat Kongres PII.

Pasal 19

Perangkat Kepengurusan

Perangkat kepengurusan PII adalah :

1. Pengurus Pusat

2. Pengurus Badan Kejuruan

3. Pengurus Badan Sekerja

4. Pengurus Cabang

5. Pengurus Wilayah

6. Pengurus Forum Anggota Muda

Pasal 20

Dewan Penasehat

1. Dewan Penasehat bertugas memberikan nasehat, baik diminta maupun tidak, untuk

kemajuan PII.

2. Dewan Penasehat terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka yang mempunyai keteladanan

dalam menjalankan profesinya serta mempunyai kepedulian terhadap profesi

keinsinyuran.

3. Dewan Penasehat diangkat oleh Pengurus Pusat.

4. Dewan Penasehat sekurang-kurangnya beranggotakan 5 (lima) orang dengan

kepengurusan yang terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, seorang Wakil

Ketua merangkap Anggota, dan seorang Sekretaris merangkap Anggota.

5. Sekretaris Dewan Penasehat adalah Ketua Purna, yaitu Ketua Umum pada masa bakti

sebelumnya.

6. Masa bakti anggota Dewan Penasehat adalah sesuai dengan jangka waktu masa bakti

Pengurus Pusat, dengan dapat dilakukan perpanjangan untuk periode berikutnya. Dan

pergantian antar waktu anggota Dewan Penasehat dimungkinkan.

7. Bilamana dipandang perlu Pengurus Cabang, Pengurus Wilayah, Pengurus BK dan

Pengurus BS dapat mengangkat Penasehat yang jumlahnya disesuaikan dengan

kebutuhan.

Pasal 21

Dewan Insinyur

1. Dewan Insinyur adalah Majelis pemangku kepentingan (stake-holder) untuk mengkaji

kebijakan dan strategi pembangunan nasional berkaitan dengan peran keinsinyuran.

2. Dewan Insinyur terdiri dari:

a. Unsur Badan Kejuruan dan Badan Sekerja.

b. Unsur Mantan Ketua Umum.

c. Unsur Yayasan.

d. Perorangan yang dapat memberikan sumbangsihnya bagi pencapaian tujuan dan

fungsi Dewan Insinyur.

3. Anggota Dewan Insinyur ditetapkan oleh Kongres PII berdasarkan usulan Pengurus

Pusat.

4. Masa bakti anggota Dewan Insinyur adalah sesuai dengan jangka waktu masa bakti

Pengurus Pusat, dengan dapat dilakukan perpanjangan untuk periode berikutnya.

Pergantian antar waktu anggota Dewan Insinyur dimungkinkan.

5. Tugas dan wewenang Dewan Insinyur adalah:

a. Merumuskan kebijakan nasional guna mengembangkan profesi keinsinyuran, dan

hal-hal lain yang diamanatkan oleh Kongres PII.

b. Menyelenggarakan pertemuan Dewan Insinyur sekurang-kurangnya 1(satu) kali

dalam setahun.

7. Dewan Insinyur dipimpin Ketua yang dipilih oleh dan dari antara anggota Dewan

Insinyur itu sendiri.

8. Sekretaris Dewan Insinyur dijabat unsur Pengurus Pusat sebagai Sekretaris Bukan

Anggota.

Pasal 22

Pengurus Pusat

1. Tugas dan wewenang Pengurus Pusat adalah:

a. Melaksanakan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta

ketetapan-ketetapan Kongres yang pelaksanaannya menjadi tugas

kepengurusannya.

b. Mengindahkan pertimbangan dan/atau keputusan Dewan Penasehat, Dewan

Insinyur, dan Majelis Kehormatan Insinyur.

c. Melaksanakan tugas-tugas organisasi lainnya.

d. Mengelola tata-usaha serta kekayaan organisasi.

2. K etua Umum dengan dibantu oleh Wakil Ketua Umum membentuk Pengurus Pusat

dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah berakhirnya

Kongres yang mengangkatnya.

3. Pengurus Pusat dalam waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender

setelah terbentuk, harus sudah menyusun dan mensahkan berlakunya Tata-Kerja

Kepengurusan yang berisikan:

a. Uraian tugas dan tanggung jawab setiap anggota Pengurus.

b. Mekanisme organisasi dan tata-tertib rapat Pengurus.

4. Pengurus Pusat terdiri dari:

a. Pengurus Harian.

b. Pengurus Lengkap.

5. Pengurus Harian terdiri dari:

a. Ketua Umum.

b. Wakil Ketua Umum.

c. Ketua Purna.

d. Sekretaris Jenderal.

e. Sekurang-kurangnya seorang Ketua Bidang, yang jumlahnya sesuai dengan

kebutuhan Pengurus Pusat,sekurang-kurangnya 1(satu) orang.

f. Ketua-Ketua Komite.

g. Sekurang-kurangnya seorang Wakil Sekretaris Jenderal, yang jumlahnya sesuai

dengan kebutuhan Pengurus Pusat.

h. Bendahara Umum.

i. Sekurang-kurangnya seorang Wakil Bendahara, yang jumlahnya sesuai dengan

kebutuhan Pengurus Pusat.

6. Pengurus Pusat membentuk Komite-Komite, yang sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Komite Keanggotaan.

b. Komite Akreditasi Dan Sertifikasi.

c. Komite Pendidikan Dan Pelatihan.

d. Komite Kerjasama Internasional.

7. Pengurus Lengkap terdiri atas Pengurus Harian dan para anggota pengurus Bidang

dan Komite.

8. Ketua Umum mewakili PII secara hukum, di dalam maupun di luar pengadilan.

9. Pengurus Pusat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh suatu Badan

Pelaksana yang dipimpin Direktur Ekesekutif.

10. Badan Tetap, Panitia, Tim dan Biro dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

11. Ketua Umum ditetapkan oleh dan dalam Kongres PII

12. Ketua Umum menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kerja

kepengurusannya di akhir masa baktinya kepada dan di dalam Kongres berikutnya.

13. Masa bakti Pengurus Pusat adalah 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal Kongres

mengangkatnya.

14. Ketua Umum tidak dapat dipilih kembali.

15. Dalam hal Ketua Umum berhalangan tetap maupun tidak tetap, Wakil Ketua Umum

dengan serta merta menggantikannya sebagai pelaksana tugas Ketua Umum.

16. Wakil Ketua Umum dipilih oleh dan dalam Kongres PII, dan Wakil Ketua Umum

yang terpilih secara serta-merta ditetapkan sebagai Ketua Umum pada masa bakti

kepengurusan Pengurus Pusat berikutnya.

17. Apabila Wakil Ketua Umum berhalangan tetap, maka jabatan itu dikosongkan, dan

Kongres berikutnya memilih sekaligus seorang Ketua Umum dan Wakil Ketua

Umum.

18. Apabila Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum keduanya berhalangan tetap, maka

Sekretaris Jenderal melaksanakan tugas sebagai Ketua Umum untuk dalam waktu

30 (tiga Puluh) hari menyelenggarakan Kongres luar biasa untuk memilih sekaligus

seorang Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum.

Pasal 23

Majelis Kehormatan Insinyur

1. Majelis Kehormatan Insinyur merupakan perangkat organinsasi PII yang berfungsi

secara aktif menegakkan Kode Etik dan tata-laku keprofesian (code of conduct)

Insinyur Indonesia dalam menjalankan profesinya.

2. Majelis Kehormatan Insinyur bertugas untuk memberikan nasehat dan

pertimbangan pada Pengurus Pusat, baik diminta ataupun tidak, dalam masalah-

masalah yang berkaitan dengan etika profesi serta tata-laku keprofesian Anggota.

3. Majelis Kehormatan Insinyur mempunyai wewenang untuk mengusulkan pada

Pengurus Pusat, tindakan yang perlu diambil Pengurus Pusat dalam masalah

pelaksanaan etika profesi terhadap Anggota.

4. Majelis Kehormatan Insinyur bertugas memberikan saran pada Pengurus Pusat,

dalam memberikan advokasi bagi Anggota yang menghadapi masalah dalam

menjalankan profesinya.

5. Majelis Kehormatan Insinyur bertugas memberikan saran pada Pengurus Pusat,

untuk menyelesaikan masalah-masalah sertifikasi kompetensi, pelanggaran Kode

Etik dan tata-laku keprofesian.

6. Anggota Majelis Kehormatan Insinyur ditunjuk berdasarkan kemampuan, integritas,

dan etika profesionalnya yang tinggi, serta perhatian dan pemahamannya yang luas

terhadap profesi Insinyur.

7. Anggota Majelis Kehormatan Insinyur ditetapkan oleh Kongres atas usulan dari

Dewan Insinyur.

8. Majelis Kehormatan Insinyur di pimpin oleh seorang ketua merangkap anggota,

seorang wakil ketua merangkap anggota dan seorang sekretaris merangkap

anggota yang dipilih oleh dan dari antara anggota Majelis Kehormatan Insinyur itu

sendiri.

9. Sidang Majelis Kehormatan Insinyur bersifat tertutup dan rahasia, kecuali bilamana

ditentukan atau diputuskan lain oleh sidang tersebut.

10. Semua pembiayaan kegiatan Majelis Kehormatan Insinyur dibebankan kepada

Pengurus Pusat.

11. Masa bakti anggota Majelis Kehormatan Insinyur adalah sesuai dengan jangka

waktu masa bakti Pengurus Pusat, dengan dapat dilakukan perpanjangan untuk

periode berikutnya. Dan pergantian antar waktu anggota Majelis Kehormatan

Insinyur dimungkinkan.

Pasal 24

Dewan Pakar

1. Dewan Pakar berfungsi memberikan pemikiran, pertimbangan dan pendapat yang

bersifat keilmuan dan kompetensi keinsinyuran serta menerima dan menyalurkan

aspirasi masyarakat umum yang berkaitan dengan pengembangan keinsinyuran

kepada Pengurus Pusat.

2. Dewan Pakar beranggotakan para tokoh keinsinyuran Indonesia yang memiliki

kemampuan dalam penguasaan teknologi dan keinsinyuran yang diakui dan dihormati

di lingkungan profesi keinsinyuran.

3. Dewan Pakar Dewan pakar diangkat oleh pengurus Pusat, dan terdiri dari seorang

ketua merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota serta anggota-

anggota.

4. Masa bakti anggota Dewan Pakar adalah sesuai dengan jangka waktu masa bakti

Pengurus Pusat, pergantian antar waktu anggota Dewan Pakar dimungkinkan.

Pasal 25

Badan Kejuruan dan Badan Sekerja Teknologi

1. Badan Kejuruan, yang disingkat BK, adalah wadah berhimpunnya para Insinyur yang

didirikan berdasarkan kesamaan kejuruannya, yaitu disiplin ilmu pengetahuan dan

teknologi keinsinyurannya.

2. Badan Sekerja, yang disingkat BS, adalah wadah berhimpunnya para Insinyur yang

didirikan berdasarkan kesamaan bidang pekerjaan, walaupun beraneka-ragam

kejuruannya.

3. Pembentukan BK dan/atau BS yang baru dilakukan atas prakarsa sekurang-kurangnya

25 (dua puluh lima) orang anggota PII sekejuruan atau sebidang - kerja, dan disahkan

oleh pengurus pusat berdasarkan pertimbangan Dewan Insinyur.

4. Pengurus BK dan/atau Pengurus BS di tingkat nasional masing-masing sekurang-

kurangnya terdiri dari:

a. Ketua.

b. Wakil Ketua.

c. Sekretaris.

d. Bendahara.

e. Perangkat kepengurusan yang menyelenggarakan pengembangan profesi di

bidangnya , dan program sertifikasi ke profesionalan bagi BK dan/atau BS.

5. Pembentukan cabang BK dan/atau BS di daerah dimungkinkan, apabila di daerah

tersebut sudah terbentuk Cabang PII, dan ditingkat nasional sudah terbentuk BK dan

/atau BS yang bersangkutan.

6. Pembentukan BK dan/atau BS di daerah dilakukan atas prakarsa sekurang-kurangnya

25 (dua puluh lima) orang anggota PII yang sekejuruan dan/atau sebidang-kerja

disuatu cabang dan disahkan oleh Pengurus Cabang yang bersangkutan.

7. Kepengurusan BK dan BS didaerah adalah bagian yang tidak terpisahkan dan

merupakan kelengkapan organisasi dari pengurus cabang didaerah yang

bersangkutan.

8. Pengurus BK dan/atau BS tingkat Nasional dipilih serta ditetapkan oleh dan dalam

konfensi Nasional BK dan BS yang bersangkutan. Dan disahkan oleh Pengurus Pusat

9. Pengurus BK dan/atau BS menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan Kerja

Kepengurusannya diakhir masa baktinya kepada dan di dalam Konfensi Nasional BK

dan atau BS yang bersangkutan.

10.Masa Bakti pengurus BK dan Pengurus BS ditingkat Nasional maupun daerah masing-

masingnya adalah 3 (tiga) Tahun.

11.Dalam hal 6 (enam) bulan setelah masa bakti suatu Pengurus BK atau BS terlampaui

belum juga diselenggarakan Konvensi Nasional untuk pemilihan kepengurusan baru,

maka Pengurus Pusat berwenang menunjuk suatu kepengurusan sementara yang

bertugas untuk sesegera mungkin melaksanakan Konvensi Nasional bagi memilih

Pengurus BK atau Pengurus BS baru.

Pasal 26

Cabang

1. Cabang, sebagai perangkat organisasi di tingkat daerah, adalah wadah tempat seluruh

warga PII mengembangkan kegiatan organisasi dan profesinya di daerah yang

bersangkutan.

2. Cabang dapat dibentuk oleh sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) Anggota aktif

yang berdomisili di satu daerah, serta disahkan pembentukannya oleh Pengurus

Pusat.

3. Nama Cabang disesuaikan dengan nama daerah tempat Cabang itu berdomisili.

4. Pengurus Cabang adalah perangkat kepengurusan di tingkat daerah dengan

kepengurusan yang sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Ketua.

b. Wakil Ketua

c. Sekretaris.

d. Bendahara.

e. Perangkat kepengurusan yang menyelenggarakan pengembangan profesi dan tata

laksana program sertifikasi didaerahnya.

5. Pengurus Cabang dipilih serta ditetapkan oleh dan dalam Musyawarah Cabang yang

bersangkutan. Dan disahkan oleh Pengurus Pusat.

6. Pengurus Cabang menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kerja

kepengurusannya di akhir masa baktinya kepada dan di dalam Musyawarah Cabang

7. Masa bakti Pengurus Cabang adalah 3 (tiga) tahun.

8. Dalam hal 6 (enam) bulan setelah masa bakti suatu Pengurus Cabang

terlampauibelum juga diselenggarakan Musyawarah Cabang untuk pemilihan

kepengurusan baru, maka Pengurus Pusat, berwenang menunjuk suatu kepengurusan

sementara yang bertugas untuk sesegera mungkin melaksanakan Musyawarah

Cabang bagi memilih Pengurus Cabang baru.

Pasal 27

Wilayah

1. Di setiap Propinsi yang mempunyai lebih dari 1 (satu) cabang, dapat membentuk

Pengurus Wilayah yang berkedudukan di ibukota Propinsi untuk bertindak sebagai

koordinator wilayah, dengan persetujuan Pengurus Pusat.

2. Pengurus Wilayah adalah perangkat kepengurusan di tingkat Propinsi yang

kepengurusannya dipilih dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan Cabang-Cabang

dalam Musyawarah Wilayah di propinsi yang bersangkutan, serta disahkan oleh

Pengurus Pusat.

3. Pengurus Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Ketua.

b. Wakil Ketua

c. Sekretaris.

d. Bendahara.

e. Anggota Pengurus yang menangani hubungan kelembagaan ditingkat propinsi

4. Tugas Utama Pengurus Wilayah adalah mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan Cabang

yang ada di Wilayah yang bersangkutan supaya dapat berjalan lebih efektif dan

optimal, terutama yang berkaitan dengan administrasi singkronisasi dan harmonisasi

serta kerjasama dan komunikasi eksternal dengan lembaga-lembaga tingkat Propinsi

tetapai khususnya yang tidak merupakan kegiatan pelayanan keanggotaan :

5. Pengurus Wilayah menyelenggarakan Musyawarah Wilayah yang diikuti Cabang-

Cabang di Propinsi yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun.

6. Pengurus Wilayah menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kerja

kepengurusannya di akhir masa baktinya kepada dan di dalam Musyawarah Wilayah

di Propinsi yang bersangkutan.

7. Masa bakti Pengurus Wilayah adalah 3 (tahun).

8. Dalam hal 6 (enam) bulan setelah masa bakti suatu Pengurus Wilayah terlampaui

belum juga diselenggarakan Musyawarah Wilayah untuk pemilihan kepengurusan

baru, maka Pengurus Pusat dengan pertimbangan cabang-cabang dipropinsi yang

bersangkutan berwenang menunjuk suatu kepengurusan sementara yang bertugas

untuk sesegera mungkin melaksanakan musyawarah wilayah bagi memilih Pengurus

Baru.

9. Semua pembiayaan kegiatan Pengurus Wilayah dibebankan kepada Cabang-Cabang

yang ada pada Propinsi yang bersangkutan.

Pasal 28

Forum Anggota Muda

1. Forum Anggota Muda, yang disingkat FAM adalah perangkat organisasi yang dibentuk untuk mewadahi dinamika warga baru PII kategori Anggota Biasa yang berusia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun demi kepentingan pembinaan dan kaderisasi anggota.

2. Kepengurusan FAM disahkan sebagai berikut: a. FAM tingkat nasional disahkan oleh Pengurus Pusat. b. FAM tingkat daerah disahkan oleh Pengurus Cabang. c. FAM di lingkungan BK dan/atau BS disahkan oleh Pengurus BK dan/atau BS yang bersangkutan.

3. FAM memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan Pengurus yang mengesahkannya.

4. Semua kegiatan FAM harus dilaporkan dan dipertanggung-jawabkan pada Pengurus yang mengesahkannya.

5. Pengurus FAM pada setiap tingkatan dipilih serta ditetapkan oleh dan dalam Temu Anggota FAM untuk tingkatnya masing-masing, yang penyelenggaraannya

dilaksanakan bersamaan dengan musyawarah pergantian kepengurusan PII di tingkat yang bersangkutan. Dan disahkan oleh Pengurus Pusat.

6. Pengurus FAM pada setiap tingkatan menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kerja kepengurusannya di akhir masa baktinya kepada dan di dalam Temu Anggota FAM untuk tingkatnya masing-masing.

7. Masa bakti kepengurusan FAM disesuaikan dengan masa bakti kepengurusan PII di masing-masing tingkat.

8. Pergantian kepengurusan FAM di setiap tingkatan dilakukan melalui Temu Anggota

FAM pada tingkatannya masing-masing, yang penyelenggaraannya dilaksanakan

bersamaan dengan musyawarah pergantian kepengurusan PII di tingkat yang

bersangkutan

Pasal 29

Badan Badan Tetap Pengurus Pusat

1. Guna mengelola kegiatan organisasi yang berkesinambungan antar masa bakti kepengurusan, Pengurus Pusat dapat membentuk Badan-Badan Tetap dengan persetujuan Kongres, sekurang-kurangnya badan pengkajian Center for Engineering and Industrial Policy Studies yang disingkat CEIPS.

2. Badan Tetap adalah perangkat organisasi otonom yang dipimpin oleh seorang Direktur yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat.

3. Direktur Badan Tetap dapat menyusun perangkat-perangkat organisasi sepanjang diperlukan dan dengan sistem pengelolaan keuangan yang mandiri.

4. Apabila Pengurus Pusat memprakirakan suatu keadaan yang mendesak dalam waktu

dekat akan memerlukan dibentuknya suatu Badan Tetap tertentu, Pengurus Pusat

dapat meminta mandat dari Kongres untuk pembentukan Badan Tetap dimaksud di

luar waktu Kongres namun laksana dengan persetujuan Kongres. Dan pembentukan

Badan Tetap tersebut akan dipertanggung-jawabkan pada Kongres berikutnya

Pasal 30

Panitia Dan Tim

1. Guna penanganan tugas-tugas organisasi yang bersifat sementara (ad-hoc) yang

belum tertangani oleh perangkat kepengurusan yang ada, baik di tingkat nasional,

daerah, BK dan/atau BS, dapat dibentuk Panitia dan/atau Tim yang bertanggung-

jawab kepada pengurus yang membentuknya.

2. Panitia dapat dibentuk untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan peringatan atau acara khusus, dengan jangka waktu kerja kepanitiaan yang

tertentu.

3. Tim dapat dibentuk untuk menangani kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

keprofesian, pengabdian masyarakat, dan hubungan kelembagaan external, dengan

jangka waktu kerja yang singkat.

4. Semua pembiayaan kegiatan Panitia dan/atau Tim dibebankan kepada Pengurus

Pusat.

Pasal 31

Badan Pelaksana dan Direksi Eksekutif

1. Guna menjamin kelancaran pengelolaan tugas organisasi dalam rangka mewujudkan

kebijakan Pengurus Pusat dan mengelola kegiatan organisasi secara keseluruhan,

Pengurus Pusat, sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangannya, membentuk

suatu Badan Pelaksana yang dipimpin oleh Direktur Eksekutif.

2. Badan Pelaksana adalah perangkat organisasi dan/atau perorangan di luar struktur

keorganisasian PII, yang bekerja secara penuh waktu serta diangkat dan

diberhentikan oleh Pengurus Pusat berdasarkan ikatan perjanjian kerja untuk jangka

waktu tertentu.

3. Direktur Eksekutif haruslah seorang sarjana, yang memiliki kemampuan manajemen

dan komunikasi, serta mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai profesi

keinsinyuran, mempunyai dedikasi tinggi, memiliki jaringan komunikasi luas, bekerja

penuh waktu, serta diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Pusat.

4. Semua pembiayaan kegiatan Badan Pelaksana dibebankan kepada Pengurus Pusat.

Pasal 32

Biro

1. Biro-Biro merupakan perangkat organisasi yang dibentuk Pengurus Pusat untuk

membantu pelaksanaan tugasnya, khususnya untuk mewujudkan kebijakan Komite-

Komite Pengurus Pusat dalam pelaksanaannya sehari-hari.

2. Rincian tugas, kewenangan dan tanggung-jawab Biro ditetapkan oleh Komite yang

bersangkutan.

3. Biro dipimpin oleh Kepala Biro yang dibantu oleh sekurang-kurangnya 1 (satu) orang

personil.

4. Kepala Biro diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Pusat atas usulan Komite.

5. Personil Biro adalah personil Badan Pelaksana yang ditempatkan di Biro, dan oleh

karena itu personil Biro berada di bawah koordinasi Direktur Eksekutif.

6. Semua pembiayaan kegiatan Biro dibebankan kepada Pengurus Pusat.

Pasal 33

Yayasan Dan Badan Usaha

1. PII dalam melaksanakan kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi, baik sendiri

maupun berkerjasama dengan pihak lain, dapat membentuk Yayasan dan/atau

Badan Usaha yang didirikan dan dikelola oleh Pengurus Pusat, Pengurus Cabang,

Pengurus BK dan/atau Pengurus BS, sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Pembentukan Yayasan dan/atau Badan Usaha dilakukan dengan persetujuan Dewan

Insinyur.

3. Pengurus Yayasan dan Badan Usaha terdiri dari sekurang-kurangnya:

a. Badan Pengawas.

b. Badan Pengurus/Pengelola. dengan tetap memenuhi ketentuan perundangan

yang berlaku mengenai bentuk organisasi dan kepengurusan Yayasan dan

Badan Usaha.

4. Seluruh kegiatan Yayasan dan Badan Usaha yang dibentuk harus dipertanggung-

jawabkan secara berkala kepada kepengurusan PII yang membentuknya dengan

tembusan kepada Dewan Insinyur.

5. Seluruh kegiatan Yayasan dan Badan Usaha yang dibentuk harus dilaksanakan

dengan memenuhi kaidah-kaidah tatakelola kelembagaan yang baik (good corporate

governance).

6. Dewan Insinyur, melalui Pengurus Pusat, dapat melikwidasi Yayasan dan/atau

Badan Usaha sesuai dengan tatacara yang berlaku untuk hal itu, apabila terjadi

pelanggaran peraturan perundang-undangan, pelanggaran tatakelola kelembagaan

yang baik, dan kerugian moril maupun materiil bagi PII.

BAB VIII

KEKUASAAN, MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 34

Kekuasaan

Kekuasaan tertinggi di lingkungan PII berada pada:

1. Kongres di tingkat nasional.

2. Konvensi Nasional di lingkungan BK dan BS.

3. Musyawarah Cabang di tingkat daerah.

4. Musyawarah Wilayah di tingkat Propinsi yang mempunyai lebih dari 1 (satu) Cabang.

Pasal 35

Musyawarah

Musyawarah di lingkungan PII terdiri dari:

1. Kongres dan/atau Kongres Luar Biasa.

2. Konvensi Nasional di tingkat BK dan/atau BS.

3. Musyawarah Cabang.

4. Musyawarah Wilayah pada Propinsi yang mempunyai lebih dari 1 (satu) Cabang.

5. Temu Anggota FAM di tingkatannya masing-masing.

Pasal 36

Rapat

Rapat di lingkungan PII terdiri dari:

1. Rapat Pimpinan Nasional.

2. Rapat Dewan Insinyur.

3. Rapat Pengurus Pusat.

4. Rapat Dewan Pakar.

5. Sidang Majelis Kehormatan Insinyur.

6. Rapat Pengurus BK dan/atau Pengurus BS.

7. Rapat Pengurus Cabang.

8. Rapat Pengurus Wilayah.

9. Rapat Pengurus FAM.

Pasal 37

Kongres

1. Kongres adalah musyawarah tertinggi organisasi PII yang dihadiri oleh:

a. Peserta Kongres, yang terdiri dari:

i. Pengurus Pusat.

ii. Utusan Cabang.

iii. Utusan Wilayah dari Propinsi yang mempunyai sekurang-kurangnya 5 (lima)

Cabang.

iv. Utusan BK dan Utusan BS.

b. Peninjau Kongres, yang terdiri dari:

i. Undangan Pengurus Pusat.

ii. Anggota Dewan Insinyur.

iii. Anggota Majelis Kehormatan Insinyur.

iv. Anggota Pengurus Pusat.

v. Utusan Wilayah dari Propinsi yang mempunyai kurang dari 5 (lima) Cabang.

vi. Anggota PII yang berminat hadir sebagai Peninjau.

2. Kongres diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh Pengurus Pusat.

3. Kongres memiliki kewenangan dan kewajiban untuk:

a. Menetapkan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga bilaman

diperlukan.

b. Menilai pertanggung-jawaban Pengurus Pusat mengenai hal-hal yang telah

dikerjakan selama masa bakti kepengurusannya.

c. Menetapkan Garis-garis Besar Program Kerja PII.

d. Memberhentikan Ketua Umum lama dan mengangkat Ketua Umum baru.

e. Memilih dan mengangkat seorang Wakil Ketua Umum, yang akan menjadi Ketua

Umum pada masa bakti sesudah masa bakti yang mendatang. Dan apabila Wakil

Ketua Umum masa bakti sebelumnya berhalangan tetap untuk menjalankan tugas

sebagai Ketua Umum maka Kongres sekaligus juga memilih dan mengangkat

Ketua Umum yang baru untuk masa bakti yang mendatang.

f. Menetapkan anggota Dewan Insinyur.

g. Menetapkan anggota Majelis Kehormatan Insinyur.

h. Mengubah di mana perlu dan menetapkan pedoman pokok dan kebijakan

organisasi.

i. Membahas dan menetapkan hal-hal lain yang perlu, satu dan lain dengan tidak

menyimpang dari ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

j. Menetapkan tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya.

4. Ketentuan mengenai hak suara dalam Kongres adalah sebagai berikut:

a. Pengurus Pusat sebagai peserta Kongres memiliki 5 (lima) suara.

b. Setiap BK dan BS yang mempunyai jumlah anggota 1 (satu) orang sampai

dengan 2500 (dua ribu lima ratus) orang memiliki masing-masing 1 (satu) suara.

Dan selanjutnya untuk setiap kelipatan dari 2500 (dua ribu lima ratus) orang

jumlah anggota, memiliki tambahan 1 (satu) suara.

c. Setiap Cabang masing-masing memiliki 1 (satu) suara.

d. Setiap Wilayah dari Propinsi yang mempunyai sekurang-kurangnya 5 (lima)

Cabang masing-masing memiliki 1 (satu) suara.

e. Peninjau Kongres tidak memiliki hak suara.

5. Setiap Peserta dan Peninjau Kongres mempunyai hak bicara.

6. Tatacara pelaksanaan Kongres terlebih rinci diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 38

Kongres Luar Biasa

1. Kongres Luar Biasa hanya dapat diadakan atas penetapan Dewan Insinyur

berdasarkan permohonan tertulis dari:

a. Pengurus Pusat dan/atau

b. Pengurus Cabang, Pengurus BK dan Pengurus BS yang jumlahnya

sekurang-kurangnya ½ (setengah) dari masing-masing jumlah Cabang, jumlah BK

dan jumlah BS pada saat yang bersangkutan.

2. Kongres Luar Biasa hanya dianggap sah bilamana dihadiri oleh perwakilan yang sah

dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) jumlah Cabang serta BK dan BS pada

saat yang bersangkutan.

3. Ketentuan-ketentuan lainnya untuk Kongres Luar Biasa adalah sebagaimana juga

ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk Kongres.

Pasal 39

Konvensi Nasional

1. Konvensi Nasional BK dan/atau BS adalah musyawarah tertinggi organisasi BK atau

BS yang bersangkutan, yang dihadiri oleh:

a. Peserta Konvensi Nasional BK dan/atau BS, yang terdiri dari anggota yang

terdaftar dalam BK dan/atau BS yang bersangkutan dan Pengurus BK atau

Pengurus BS yang bersangkutan.

b. Peninjau Konvensi Nasional BK dan/atau BS, yang terdiri dari undangan

Pengurus BK atau Pengurus BS yang bersangkutan dan anggota BK atau BS

yang lainnya yang berminat hadir sebagai Peninjau.

2. Konvensi Nasional BK dan/atau BS diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh

masing-masing Pengurus BK dan/atau Pengurus BS yang bersangkutan.

3. Konvensi Nasional BK dan/atau BS memiliki kewenangan dan kewajiban untuk:

a. Menilai pertanggung-jawaban Pengurus BK dan/atau Pengurus BS mengenai

hal-hal yang telah dikerjakan selama masa bakti kepengurusannya.

b. Menetapkan Garis-garis Besar Program BK dan/atau BS.

c. Memberhentikan Ketua BK dan/atau BS yang lama dan mengangkat Ketua BK

dan/atau BS yang baru.

d. Membahas tatakerja keinsinyuran yang unggul (engineering best practices) di

kejuruannya atau bidang kerjanya.

e. Membahas bakuan kompetensi dan sertifikasi keprofesionalan di kejuruannya

4. Tatacara pelaksanaan Konvensi Nasional BK dan/atau BS diatur terlebih jauh dalam

Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 40

Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang adalah musyawarah tertinggi organisasi PII di tingkat daerah

yang dihadiri oleh:

a. Peserta Musyawarah Cabang, yang terdiri dari Anggota yang terdaftar dalam

Cabang yang bersangkutan dan Pengurus Cabang yang bersangkutan.

b. Peninjau Musyawarah Cabang, yang terdiri dari undangan Pengurus Cabang

yang bersangkutan.

2. Musyawarah Cabang diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh Pengurus

Cabang yang bersangkutan.

3. Musyawarah Cabang memiliki kewenangan dan kewajiban untuk:

a. Menilai pertanggung-jawaban Pengurus Cabang mengenai hal-hal yang telah

dikerjakan selama masa bakti kepengurusannya.

b. Menetapkan Garis-garis Besar Program Cabang.

c. Memberhentikan Ketua Cabang yang lama dan mengangkat Ketua Cabang yang

baru.

4. Tatacara pelaksanaan Musyawarah cabang diatur terlebih jauh dalam Anggaran

Rumah Tangga.

Pasal 41

Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah adalah musyawarah tertinggi organisasi PII di tingkat Propinsi,

yang dihadiri oleh:

a. Peserta Musyawarah Wilayah, yang terdiri dari Utusan Cabang-Cabang dalam

Propinsi yang bersangkutan.

b. Peninjau Musyawarah Wilayah, yang terdiri dari undangan Pengurus Wilayah

yang bersangkutan.

2. Musyawarah Wilayah diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh Pengurus

Wilayah yang bersangkutan.

3. Musyawarah Wilayah memiliki kewenangan dan kewajiban untuk:

a. Menilai pertanggung-jawaban Pengurus Wilayah mengenai hal-hal yang telah

dikerjakan selama masa bakti kepengurusannya.

b. Menetapkan Garis-garis Besar Program Wilayah.

c. Memberhentikan Ketua Wilayah lama dan mengangkat Ketua Wilayah baru.

4. Tatacara pelaksanaan Musyawarah Wilayah diatur terlebih jauh dalam Anggaran

Rumah Tangga

Pasal 42

Kuorum & Pengambilan Keputusan

1. Persidangan musyawarah-musyawarah di lingkungan PII dinyatakan sah apabila

jumlah peserta sidang telah memenuhi kuorum, yaitu apabila jumlah pemegang hak

suara yang hadir sebagai peserta sidang telah mencapai sekurang-kurangnya 2/3

(dua per tiga) dari seluruh jumlah pemegang hak suara.

2. Apabila kuorum untuk suatu sidang tidak terpenuhi maka dimulainya sidang ditunda

sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali penundaan yang masing-masingnya selama 15

(lima belas) menit. Dan setelah itu dengan berapapun jumlah peserta sidang yang

hadir sidang dinyatakan sah untuk dapat dimulai.

3. Keputusan dalam musyawarah-musyawarah di lingkungan PII diambil berdasarkan

hikmah dalam kebijaksanaan permusyawaratan untuk mencapai mufakat.

4. Bila permusyawaratan tidak mencapai mufakat, maka keputusan diambil menurut

suara terbanyak.

5. Suara terbanyak dinyatakan mencapai keputusan bila disetujui oleh sekurang-

kurangnya ½ (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah pemegang suara yang sah

dalam suatu persidangan musyawarah yang memenuhi kuorum. Kecuali untuk

keputusan mengenai hal-hal tertentu yang persyaratan suara terbanyaknya

ditetapkan berbeda dalam Anggaran Dasar ini.

Pasal 43

Rapat Pimpinan Nasional

1. Rapat Pimpinan Nasional, yang disingkat RAPIMNAS, adalah musyawarah untuk

menyusun, membahas dan mengevaluasi ketetapan operasional organisasi, serta

pelaksanaan program PII, baik Pengurus Pusat, Cabang maupun BK dan/atau BS.

yang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali di antara 2 (dua) Kongres.

2. RAPIMNAS dihadiri oleh unsur-unsur Dewan Penasehat, Majelis Kehormatan

Insinyur, Dewan Insinyur, Dewan Pakar, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah,

Pengurus Cabang, Pengurus BK, Pengurus BS dan Badan-Badan di lingkungan PII.

Serta juga Anggota yang berminat sebagai Peninjau.

3. RAPIMNAS diselenggarakan oleh Pengurus Pusat.

4. Keputusan yang diambil dalam RAPIMNAS tidak boleh bertentangan dengan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan Kongres

Pasal 44

Rapat Pengurus Pusat

Rapat Pengurus Pusat terdiri dari:

1. Rapat Pengurus Lengkap:

a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.

b. Diikuti oleh:

i. Pengurus Lengkap.

ii. Dewan Pakar.

c. Dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus Pusat lain yang ditunjuk Ketua

Umum, dengan didampingi Sekretaris Jenderal.

2. Rapat Pengurus Harian:

a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

b. Diikuti oleh:

i. Pengurus Harian.

ii. Anggota kepengurusan PII lainnya yang dipandang perlu hadir sehubungan

dengan masalah yang dibahas dalam rapat.

c. Dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus Pusat lain yang ditunjuk Ketua

Umum, dengan didampingi Sekretaris Jenderal.

Pasal 45

Rapat Pengurus BK atau BS

Rapat Pengurus BK atau BST terdiri dari:

1. Rapat Pengurus Lengkap BK atau BS:

a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.

b. Diikuti oleh:

i. Pengurus Lengkap

ii. Majelis Penilai Sertifikasi Insinyur Profesional.

c. Dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus BK atau BS lain yang ditunjuk

Ketua Umum, dengan didampingi Sekretaris Umum.

2. Rapat Pengurus Harian:

a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

b. Diikuti oleh:

i. Pengurus Harian

ii. Anggota kepengurusan BK atau BS lainnya yang dipandang perlu hadir

sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam rapat.

c. Dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus BK atau BS lain yang ditunjuk

Ketua Umum, dengan didampingi Sekretaris Umum

Pasal 46

Rapat Pengurus Cabang

Rapat Pengurus Cabang terdiri dari:

1. Rapat Pengurus Lengkap Cabang :

a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.

b. Diikuti oleh:

i. Pengurus Lengkap

ii. Dewan Penasehat

iii. Pengurus BK atau BS setempat

c. Dipimpin oleh Ketua Cabang atau anggota Pengurus Cabang lain yang ditunjuk

Ketua Cabang, dengan didampingi Sekretaris Cabang.

2. Rapat Pengurus Harian:

a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

b. Diikuti oleh:

i. Pengurus Harian

ii. Anggota kepengurusan Cabang lainnya yang dipandang perlu hadir

sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam rapat.

c. Dipimpin oleh Ketua Cabang atau anggota Pengurus cabang lain yang ditunjuk

Ketua Cabang, dengan didampingi Sekretaris Cabang.

Pasal 47

Rapat Pengurus Wilayah

Rapat Pengurus Wilayah terdiri dari:

1. Rapat Pengurus Lengkap:

a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.

b. Diikuti oleh:

i. Pengurus Lengkap.

ii. Pengurus Cabang-Cabang dalam Propinsi yang bersangkutan.

d. Dipimpin oleh Ketua Wilayah atau anggota Pengurus Wilayah lain yang ditunjuk

Ketua Wilayah, dengan didampingi Sekretaris Wilayah.

2. Rapat Pengurus Harian:

a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

b. Diikuti oleh:

i. Pengurus Harian

ii. Anggota kepengurusan Wilayah lainnya yang dipandang perlu hadir

sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam rapat.

c. Dipimpin oleh Ketua Wilayah atau anggota Pengurus Wilayah lain yang ditunjuk

Ketua Wilayah, dengan didampingi Sekretaris Wilayah.

BAB IX

KEKAYAAN

Pasal 48

Keuangan

1. Sumber Keuangan PII diperoleh dari:

a. Uang pangkal keanggotaan.

b. Iuran keanggotaan.

c. Biaya sertifikasi keprofesionalan.

d. Sumbangan dan/atau usaha lain yang sah, tidak mengikat, serta sesuai dengan

azas dan tujuan PII.

2. Proporsi bagian dana yang diperuntukkan bagi kegiatan Cabang serta BK dan BS

diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

3. Pengelolaan keuangan Pengurus Pusat dan perangkatnya dilaksanakan terpusat di

bawah pengendalian Pengurus Pusat secara transparan dan akuntabel sesuai

dengan norma akuntansi yang berlaku.

4. Laporan keuangan Pengurus Pusat harus diaudit secara teratur setiap tahun oleh

Akuntan Publik.

Pasal 49

Pengelolaan Harta Milik (Asset)

1. Harta milik (Asset) PII terdiri atas dana milik PII, dan harta lainnya yang diperoleh PII

dengan sah, termasuk tetapi tidak terbatas pada sumbangan, iuran para anggota PII,

hibah dan penerimaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.

2. Pengurus Pusat, Pengurus BK dan Pengurus BST serta Pengurus Cabang wajib

mengelola dengan baik seluruh harta milik (asset) PII selama masa baktinya.

3. Keputusan untuk memindahkan hak milik serta menggadaikan dan/atau

menjaminkan baik benda bergerak maupun tidak bergerak Harta Milik organisasi,

harus diputuskan dalam rapat Pengurus Lengkap, dan dengan pertimbangan Dewan

Insinyur.

BAB X

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN

PEMBUBARAN

Pasal 50

Perubahan Anggaran Dasar

1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Kongres atas usul yang

diajukan oleh:

a. Dewan Insinyur dan/atau

b. Sekurang-kurangnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah pemegang hak suara dalam

Kongres.

2. Perubahan Anggaran Dasar harus mendapat persetujuan dari sekurangkurangnya

2/3 (dua per tiga) dari jumlah pemegang hak suara yang sah dalam suatu

persidangan Kongres yang memenuhi kuorum.

Pasal 51

Perubahan Anggaran Rumah Tangga

1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga dilakukan dalam Kongres atas usul yang

diajukan oleh:

a. Pengurus Pusat dan/atau

b. Sekurang-kurangnya 1/4 (satu per empat) dari jumlah pemegang hak suara

dalam Kongres.

2. Perubahan Anggaran Rumah Tangga juga dapat dilakukan oleh Pengurus Pusat

dibawah pengawasan Dewan insinyur apabila telah terlebih dahulu ditetapkan oleh

Kongres untuk melimpahkan wewenang perubahan Anggaran Rumah Tangga yang

tersebut dalam Pasal 41 ayat 1 di atas ini kepada Dewan Insinyur.

3. Pelimpahan wewenang Kongres kepada Dewan Insinyur untuk melakukan

perubahan Anggaran Rumah Tangga harus mendapat persetujuan dari sekurang-

kurangnya ½ (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah pemegang hak suara yang

sah dalam suatu persidangan Kongres yang memenuhi kuorum.

Pasal 52

Pembubaran Organisasi

1. Pembubaran PII hanya dapat diputuskan dalam Kongres Luar Biasa yang khusus

diadakan hanya untuk maksud tersebut dan harus disetujui oleh sekurangkurangnya

2/3 (dua per tiga) dari jumlah pemegang hak suara yang sah dalam suatu

persidangan Kongres Luar Biasa yang memenuhi kuorum.

2. Sisa Harta Milik(asset) organisasi sesudah terlebih dahulu diambil untuk pelunasan

semua hutang-hutang dan ongkos-ongkos pembubaran harus diserahkan kepada

suatu badan (perkumpulan) yang bertujuan sosial.

BAB XI

PENUTUP

Pasal 53

Pengaturan Lebih Lanjut Dan Penafsiran

1. Hal-hal yang tidak diatur, belum diatur, dan/atau tidak cukup diatur dalam Anggaran

Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

2. Bilamana diperlukan Pengurus Pusat dapat mengeluarkan Peraturan Pengurus

Pusat, Peraturan Tata-Kerja Kepengurusan, dan Peraturan Tata-Tertib Rapat, yang

tidak satupun boleh bertentangan dengan isi dan makna Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga.

3. Perbedaan penafsiran terhadap isi dan makna yang terkandung dalam Anggaran

Dasar diputuskan oleh Kongres.

4. Perbedaan penafsiran terhadap isi dan makna yang terkandung dalam Anggaran

Rumah Tangga diputuskan oleh Dewan Insinyur.

Pasal 54

Penutup

1. Setelah Anggaran Dasar yang lama mengalami perubahan-perubahan, maka

Anggaran Dasar ini telah disahkan oleh Kongres Nasional XVIII PII tahun 2009 di

Manado.

2. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal 8 Desember 2009.

Ditetapkan di : Manado

Pada tanggal : 8 Desember 2009

KONGRES NASIONAL XVIII PERSATUAN INSINYUR INDONESIA

Pimpinan Sidang

Ketua

Ir. Iin Arifin Takhyan, ME

Sekretaris

Ir. Heru Dewanto M.Sc (Eng)