anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan...
DESCRIPTION
tgsTRANSCRIPT
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Penyakit ini merupakan
penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit
dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga
mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi
seperti sabit (Suzanne C. Smeltzer, 2002).
Etiologi dari anemia sel sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh
kelainan struktur hemoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi globin di
dalam molekul hemoglobin. Globin tersusun dari dua pasang rantai polipeptida.
Misalnya, Hb S berbeda dari Hb A normal karena valin menggantikan asam
glutamat pada salah satu pasang rantainya (Hunaifa, 2010).
Di dalam eritrosit terdapat zat hemoglobin, terdiri dari globin yang berupa
protein dan hem yang bukan protein. Hem pada semua hemoglobin adalah identik,
sedangkan globin berbeda-beda pada spesies yang berlainan. Kebanyakan orang
memiliki hemoglobin yang dikenal sebagai hemoglobin A. Untuk pembentukan
hemoglobin ini dibutuhkan adanya gen HbA, sehingga kebanyakan orang
mempunyai genotip HbAHbA. Di samping itu dikenal pula hemoglobin lain yang
terdapat di dalam eritrosit orang yang menderita anemia. Karena bentuk
eritrositnya pada penderita ini menyerupai sabit (dalam bahasa Inggris disebut
”sickle-cell”), maka anemianya dinamakan anemia sel sabit (”sickle-cell anemia”)
dan hemoglobinnya disebut hemoglobin S (Hunaifa, 2010).
Terbentuknya hemoglobin S ini ditentukan oleh gen HbS, sehingga orang yang
menderita penyakit anemia sel sabit mempunyai genotip HbSHbS. Atau dapat
pula ditulis :
Individu sehat : HbAHbA
Individu terkena anemia sel sabit : HbSHbS
Individu genotip heterozigot : HbAHbS
Orang heterozigotik HbAHbS memiliki dua macam sel darah merah, yaitu
yang mengandung hemoglobin A dan ada yang mengandung hemoglobin S. Oleh
karena membentuk dua macam hemoglobin, maka gen HbA dan HbS merupakan
gen-gen kodominan. Orang heterozigotik HbAHbS biasanya tidak menderita
anemia separah yang homozigotik untuk alel S yang menyebabkan anemia sel
sabit. Selain itu sel sabit juga dapat disebabkan oleh infeksi, disfungsi jantung,
disfungsi paru, anastesi umum, menyelam (Suzanne C. Smeltzer, 2002).
Penyakit ini mula-mula dikenal pada tahun 1910 ketika ada seorang anak
Indian merasa sakit pada otot-ototnya dan demam panas. Tes kesehatan
membuktikan bahwa ia memiliki sel-sel darah merah bentuk sabit. Dalam tahun
1928 dapat dibuktikan bahwa penyakit anemia sel sabit ini keturunan.
Sel-sel darah merah normal berubah menjadi bentuk sabit karena hemoglobin
mengalami kelainan, sehingga molekul-molekul hemoglobin bersambungan
membentuk serabut-serabut panjang yang mengakibatkan distorsi pada membran
sel darah merah. Sel-sel darah merah sabit ini dapat merintangi aliran darah
terutama dalam pembuluh-pembuluh darah kecil dan juga tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik dalam mengangkut O2 dan CO2 ke dan dari
jaringan (Suzanne C. Smeltzer, 2002).
Penderita selalu mengalami berbagai tingkat anemia dan sakit kuning
(jaundice) yang ringan, tetapi mereka hanya memiliki sedikit gejala lainnya.
Berbagai hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah,
(misalnya olah raga berat, mendaki gunung, terbang di ketinggian tanpa oksigen
yang cukup atau penyakit) bisa menyebabkan terjadinya krisis sel sabit,yang
ditandai dengan :
- semakin memburuknya anemia secara tiba-tiba
- nyeri (seringkali dirasakan di perut atau tulang-tulang panjang)
- demam
- kadang sesak nafas.
Nyeri perut bisa sangat hebat dan bisa penderita bisa mengalami muntah.
Gejala ini mirip dengan apendisitis atau suatu kista indung telur. Pada anak-
anak, bentuk yang umum dari krisis sel sabit adalah sindroma dada, yang
ditandai dengan nyeri dada hebat dan kesulitan bernafas. Penyebab yang pasti
dari sindroma dada ini tidak diketahui tetapi diduga akibat suatu infeksi atau
tersumbatnya pembuluh darah karena adanya bekuan darah atau embolus
(pecahan dari bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah) (Suzanne C.
Smeltzer, 2002).
Sebagian besar penderita mengalami pembesaran limpa selama masa
kanak-kanak. Anak-anak yang menderita penyakit ini seringkali memiliki
tubuh yang relatif pendek, tetapi lengan, tungkai, jari tangan dan jari kakinya
panjang. Perubahan pada tulang dan sumsum tulang bisa menyebabkan nyeri
tulang, terutama pada tangan dan kaki. Bisa terjadi episode nyeri tulang dan
demam, dan sendi panggul mengalami kerusakan hebat sehingga pada
akhirnya harus diganti dengan sendi buatan (Suzanne C. Smeltzer, 2002).
Sirkulasi ke kulit yang jelek dapat menyebabkan luka terbuka di tungkai,
terutama pada pergelangan kaki. Kerusakan pada sistem saraf bisa
menyebabkan stroke. Pada penderita lanjut usia, paru-paru dan ginjal
mengalami penurunan fungsi. Pria dewasa bisa menderita priapisme (nyeri
ketika mengalami ereksi). Kadang air kemih penderita mengandung darah
karena adanya perdarahan di ginjal. Jika diketahui bahwa perdarahan ini
berhubungan dengan rantai sel sabit, maka penderita tidak boleh menjalani
pembedahan eksplorasi dengan jarum (Suzanne C. Smeltzer, 2002).
Penatalaksanaan
Dulu penderita penyakit sel sabit jarang hidup sampai usia diatas 20 tahun,
tetapi sekarang ini mereka biasanya dapat hidup dengan baik sampai usia 50
tahun. Penyakit sel sabit tidak dapat diobati, karena itu pengobatan ditujukan
untuk mencegah terjadinya krisis, mengendalikan anemia, dan mengurangi
gejala (Hunaifa, 2010)
Penderita harus menghindari kegiatan yang bisa menyebabkan
berkurangnya jumlah oksigen dalam darah mereka dan harus segera mencari
bantuan medis meskipun menderita penyakit ringan, misalnya infeksi virus
(Hunaifa, 2010)
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap
pneumonia yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan
antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya diberikan bila terjadi
anemia berat atau krisis aplastik. Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar
sekitar 10 ± 12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12
± 14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah
penting untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi
kemungkinan heterozigot (Doenges, E, Mary, 2003).
Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan,
EGC, Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3,
EGC : Jakarta
Hunaifa. 2010. Anemia Sel Sabit. Available at ugm.ac.id/2010/04/28/anemia-sel-
sabit diakses pada tanggal 19 September 2013