anemia def. bezi

17
Anemia Defisiensi Besi Maria Monika Muda*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Alamat Korespondensi: Maria Monika Muda, Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Terusan Arjuna no. 6, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail: [email protected] Pendahuluan Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia akibat kekurangan zat besi untuk sintesis hemoglobin dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling banyak pada anak dan menyebabkan masalah kesehatan yang paling besar di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat besi. Anemia ini yang paling banyak dijumpai disekitar 20% wanita, 50% wanita hamil,dan 3% adalah laki-laki yang menderita anemia defisiensi besi Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau penggunaan elemen tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Penurunan cadangan zat besi jika bukan pada anemia yang nyata,

Upload: vitaparamithateken

Post on 13-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Anemia Defisiensi BesiMaria Monika Muda*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

Alamat Korespondensi:Maria Monika Muda, Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Terusan Arjuna no. 6, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail: [email protected]

PendahuluanAnemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia akibat kekurangan zat besi untuk sintesis hemoglobin dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling banyak pada anak dan menyebabkan masalah kesehatan yang paling besar di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zatbesi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat besi. Anemia ini yang paling banyak dijumpai disekitar 20% wanita, 50% wanita hamil,dan 3% adalah laki-laki yang menderita anemia defisiensi besiDefisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau penggunaan elemen tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Penurunan cadangan zat besi jika bukan pada anemia yang nyata, biasanya dijumpai pada bayi dan remaja dimana merupakan masa terbanyak penggunaan zat besi untuk pertumbuhan.

Anamnesis1. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi : Kebutuhan meningkat secara fisiologis : masa pertumbuhan yang cepat, menstruasi, infeksi kronis) Kurangnya besi yang diserap (asupan besi dari makanan tidak adekuat, malabsorpsi besi) Perdarahan, misalnya perdarahan saluran cerna yaitu tukak lambung, penyakit Chron, colitis ulsrativa)2. Pucat, lemah, lesu, gejala pika

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital untuk melihat kondisi umum yang mungkin menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kondisi pasien atau efek anemia terhadap kondisi umum pasien. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menemukan berbagai kondisi klinis manifestasi kekurangan besi dan sindroma anemic. anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati stomatitis angularis, atrofi papil lidah ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantungPemeriksaan PenunjangPada penderita anemia defisiensi Fe dapat ditemukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :1. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < 70 fl hanya didapatkan pada anemia difisiensi besi dan thalassemia mayor. RDW (red cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasusankilostomiasissering dijumpaieosinofilia.2. Apus sumsum tulang :Hiperplasia eritropoesis,dengan kelompok-kelompok normo blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.3. Kadar besi serum menurun 350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%.4. Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik.5. TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat.6. Feses : Telur cacingAnkilostoma duodenale/Necator americanus.7. Pemeriksaan lain : endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loop, pemeriksaan ginekologi.Diagnosis KerjaDiagnosis kerja yang diambil untuk wanita usia 35 tahun dengan keluhan lemas sejak satu minggu yang lalu dengan riwayat bersiet dan berhasil menurunkan 5 kg dalam waktu empat bulan ini dengan diet dan olahraga adalah anemia defisienssi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia mikrositik-hipokromik yang terjadi akibat defisiensi besi dalam diet, atau kehilangan darah secara lambat dan kronis. Zat besi adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah merah. Defisiensi besi adalah masalah pada todler dan anak-anak yang membutuhkan peningkatan kebutuhan gizi untuk untuk pertumbuhan. Wanita hamil sering mengalami defisiensi zat besi karena kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. Wanita yang haid juga cenderung mengalami defisiensi besi setiap bulan dan diet mungkin kekurangan zat besi. Wanita haid yang berolahraga memiliki peningkatan resiko karena olahraga meningkatkan kebutuhan metabolik sel-sel otot. Pada pria, defisiensi besi biasanya terjadi pada pengidap ulkus atau penbyakit hepar yang ditandai dengan perdarahan. Penurunan jumlah sel darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan pelepasan sel-sel darah merah abnormal yang berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin.Penegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang diteliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat, dengan cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95%.Kriteria diagnostik ADB menurut WHO :1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia2. Konsentrasi Hb eritrosit rata rata 31% (N; 32 - 35%)3. Kadar Fe serum < 50mikrogram/dl (N: 80- 180 mikrogram/dl)4. Saturasi transferin < 15% (N: 2-0- 25%) Kriteria ini harus dipenuhi paling sedikit nomor 1,3,4. Tes yang paling efisien untuk mengukur cadangan besi tubuh yaitu feritin serum. Bila sarana terbatas dapat ditegakkan berdasarkan : Anemia tanpa perdarahan Tanpa organomegali Gambaran darah tepi : mikrositik, hipokromik,anisositosis, sel target Respon terhadap pemberian terapi besi

Diagnosis BandingAnemia SideroblastikAnemia sideroblastik adalah anemia mikrositik-hiokrom yang ditandai dengan adanya sel-sel darah merah abnormal (sideroblas) dalam sirkulasi dan sumsum tulang. Sideroblas membawa besi di mitokondria bukan di molekul hemoglobin, sehingga tidak mampu untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Oleh sebabi tu tidak terjadi defisiensi besi.Berkurangya pengangkutan oksigen menyebabkan hipoksia. Hal ini dideteksi oleh sel-sel ginjal penghasil eritropoietin. Eritropoietin merangsang pembentukan sel-sel darah merah baru di sumsum tulang. Hal ini menyebabkan sumsum tulang mengalami kongesti dan menigkatkan pembentukan sideroblas yang memperparah anemia.Anemia siseroblastik primer dapat terjadi akibat kelainan genetik ppada kromosom X yang jarang ditemukan (terutama dijumpai pada pria) atau dapat terjadi secara spontan terutama pada inidivu lanjut usia. Penyebab sekunder anemia sideroblastik adaalh obat-obat tertentu (misalnya beberapa obat kemoterapi) dan ingesti timah.Gambaran klinis memperlihatkan tanda sistemik anemia dan penimpunan besi mengakibatkan hepatomegali dan splenomegali.Perangkat diagnostik : analisis darah memperlihatkan anemia yang ditandai dengan sel mikrositik-hipokromik, disertai peningkatan besi plasma dan kapasitas pengikatan besi normal. Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan adanya penimbunan besi, sideroblas, dan makrofag fagositik.Komplikasi : sebagian kasus berkembang menjadi sinrom mielodisplastik dan leukimia mieloblastik akut.Penatalaksanaan : penyebab penyakit jika terkait obat, harus disingkirkan. Obat piridoksin mungkin dapat menyembuhkan penyakit neutropenia atau trombositopenia. Besi tidak diberikan.

Etiologi1. Asupan zat besiRendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang salah baik jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan.2. Penyerapan zat besiDiet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan besi.3. Kebutuhan meningkatKebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti pada bayi, anakanak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit.4. Kehilangan zat besi Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin disebut kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Di samping itu kehilangan zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.

EpidemiologiDiperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah ADB da terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 40%, pada anak sekolah 25 35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.

PatofisiologiAnemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe yang berlangsung lama. Bila keseimbangan besi ini menetap akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang. Terdapat 3 tahap defisiensi besi, yaitu :a) Iron depletion. Ditandai dengan cadangan besi menurun atau tidak ada tetapi kadar Fe serum dan Hb masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.b) Iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesis. Pada keadaan ini didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis. Pada pemeriksaan laboratorium didapat kadar Fe serum dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC dan FEP meningkat.c) Iron deficiency anemia. Keadaan ini merupakan stadium lanjut dari defisiensi Fe. Keadaan ini ditandai dengan cadangan besi yang menurun atau tidak ada, kadar Fe serum rendah, saturasi transferin rendah, dan kadar Hb atau Ht yang rendah.Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnyakadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb. Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya