andri
DESCRIPTION
rekayasaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi pekerja atau permesinan mengalami perubahan seirama dengan
adanya penemuan-penemuan baru yang kian pesat di modern ini, penemuan baru
tersebut merupakan jawaban dari tuntutan dunia industri akan produk yang
berkualitas meliputi kepresisian yang tinggi, benda kerja yang kompleks serta
kemampuan untuk menghasilkan produk secara masal, salah satu penemuan
tersebut adalah mesin bubut kayu yang kini penggunaan dan pemanfaatannya
semakin diperlihatkan untuk memenuhi permintaan produk yang memiliki
kualitas tinggi.
Keuntungan dari penggunaan mesin bubut kayu ini adalah mempercepat
proses produksi dibandingkan dengan pembuatan dengan menggunakan tangan
(diamplas), sehingga hasil produksi menjadi lebih banyak dari pada pembuatan
manual, karena industri kecil ini kewalahan dalam memenuhi pesanan baik dari
pasar domestik maupun pasar manca negara.
Pada mesin bubut yang terlihat bagian-bagian strukturalnya dibuat dari
besi, dirancang sedemikian rupa menjadi sebuah mesin yang kokoh. Bentuk
mesin ini memberikan keleluasaan kepada si pembubut untuk mengerjakan
dengan baik benda-benda yang dihadapinya. Oleh karena itu, penulis
mengupayakan untuk melakukan analisa kekuatan rangka pada mesin bubut kayu,
3
yang nantinya diharapkan dalam penggunaanya dapat mengalami peningkatan
baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian penulis tertarik
untuk membahas “ANALISA KEKUATAN RANGKA DARI POROS DAN
BEARING PADA MESIN BUBUT KAYU CNC”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kekuatan rangka dari poros dan bering mesin bubut kayu CNC.
2. Apa saja bahan yang dipergunakan untuk menganalisa kekuatan sambungan
rangka atau pengelasan mesin bubut kayu.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan dapat dipahami, maka
perlu membatasi ruang lingkup penelitian pada analisa kekuatan rangka dari
poros dan bering mesin bubut kayu CNC.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana mengetahui hasil pengelasan yang baik dan mampu menahan
4
beban dinamis dan statis pada saat mesin bubut cnc kayu yang sedang
beroperasi?”.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisa bagaimana mengetahui hasil pengelasan yang baik dan mampu
menahan beban dinamis dan statis pada saat mesin bubut CNC kayu yang sedang
beroperasi.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bagi Penulis.
Bagi penulis penelitian ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan mengenai
pemeliharaan agar dapat berjalan dengan baik. Salah satu manfaat penting
lainnya adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana yang
diwajibkan oleh pihak akademik. Penelitian ini juga dapat memberikan
masukan bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi pihak lain.
Penelitian ini juga dapat memberikan masukan bagi penulis lain yang ingin
melakukan penelitian lebih lanjut.
1.7 Sistematika Penulisan
5
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulisan akan dibagi menjadi 5 bab.
Adapun gambaran mengenai masing-masing bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN.
Dalam bab ini, berisi tentang gambaran secara umum isi penulisan
proposal tugas akhir yang meliputi latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penyusunan proposal
tugas akhir.
BAB II LANDASAN TEORI.
Dalam bab ini berisi tentang teori-teori penunjang dari masalah yang
akan dibahas terkait penelitian dan diakhiri dengan kerangka
pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN.
Dalam bab ini berisi tentang metode penelitian yang akan digunakan
melakukan analisis penelitian.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Mesin Bubut Kayu CNC
2.1. 1 Pengertian Mesin Bubut
suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda yang diputar.
Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya
dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat
yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja.
Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur perbandingan
kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh
berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel
dengan poros ulir.
2.1.2 Bagian-bagian Mesin Bubut
1. Sumbu Utama (Main Spindle)
7
Gambar 2.1 sumbu utama mesin bubut
Sumbu utama atau dikenal dengan main spindle merupakan suatu sumbu utama mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan chuck (cekam), plat pembawa, kolet, senter tetap dan lain-lain.
2. Meja Mesin (bed)
Gambar 2.2 Meja mesin bubut
Meja mesin bubut berfungsi sebagai tempat dudukan kepala lepas, eretan,
penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya pemakanan
waktu pembubutan. Bentuk alas ini bermacam-macam, ada yang datar dan ada
yang salah satu atau kedua sisinya mempunyai ketinggiana tertentu.
3. Eretan (Carriage)
8
Gambar 2.3 Eretan mesin bubut dan bagiannya.
Eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage) yang
bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang(cross carriage) yang
bergerak melintang alas mesin dan eretan atas(top carriage), yang bergerak
sesuai dengan posisi penyetelan di ataseretan melintang. Kegunaan eretan ini
adalah untuk memberikanpemakanan yang besarnya dapat diatur menurut
kehendak operatoryang dapat terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat
pada roda pemutarnya.
4. Penjepit Pahat (Tools Post)
Gambar 2.4 Penjepit pahat mesin bubut dan bagiannya
9
Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat,yang
bentuknya ada beberapa macam. Jenis ini sangat praktis dan dapat menjepit
pahat 4(empat) buah sekaligus sehingga dalam suatu pengerjaan
bilamemerlukan 4 (empat) macam pahat dapat dipasang dan disetel sekaligus
5. Transporter dan Sumbu pembawa
Transporter atau poros transporter adalah poros berulir segi empat atau
trapesium yang biasanya memiliki kisar 6 mm, digunakan untuk membawa
eretan pada waktu kerja otomatis, misalnya waktu membubut ulir, alur dan
atau pekerjaan pembubutan lainnya. Sedangkan sumbu pembawa atau poros
pembawa adalah poros yang selalu berputar untuk membawa atau mendukung
jalannya eretan.
Gambr 2.5 Transporter dan sumbu utama mesin bubut
6. Tuas Pengatur Kecepatan Transporter dan Sumbu Pembawa
Gambar 2.6 Tuas pengatur transporter
10
Tuas pengatur kecepatan digunakan untuk mengatur kecepatan poros
transporter dan sumbu pembawa.Ada dua pilihan kecepatan yaitu kecepatan
tinggi dan kecepatan rendah. Kecepatan tinggi digunakan untuk pengerjaan
benda-benda berdiameter kecil dan pengerjaan penyelesaian sedangkan
kecepatan rendah digunakan untuk pengerjaan pengasaran, ulir, alur,
mengkartel dan pemotongan (cut off).
2.1.3 Spesifikasi mesin bubut kayu CNC
Mesin bubut kayu
1.Spesifikasi: a.Dimensi: 120 X 60 X 75 cm, jarak maximum antar cekam ± 120 cm.
b.Daya:3/4PK(Motor listrik) c.Kapasitas: Membubut diameter maksimal 25 cm.
2.Kegunaan: Membuat aneka bentuk kerajinan kayu, untuk industri mebel, sangkar
burung,dan lain- lain.
11
2.2 Rangka Mesin Bubut
Gambar 2.7 Rangka mesin bubut kayu
12
A. Perhitungan Gaya dan Kekuatan Bahan
Perhitungan gaya dan kekuatan bahan dalam perencanaan mesin bubut kayu ini adalah bersifat pemeriksaan kekuatan dari bahan - bahan yang dipilih, dengan kajian kekuatan terhadap patah statis.
2.4 Kekuatan Baut
Untuk mengikat suatu konstruksi, diperlukan komponen yang harus disambung atau diikat untuk menghindari terjadinya getaran terhadap sesama komponen, atau mungkin bisa terlepas dari bagian yang disambung akibat kendor bahkan bisa jadi bagian yang disambung tersebut terlepas akibat pengikatnya putus. Komponen yang digunakan untuk menyambung minimal dua komponen mesin, bisa digunakan baut, pena, pasak, paku keling, pengelasan, press dan l ain-lain. Dalam analisis ini dipilih komponen baut mur yang digunakan sebagai komponen yang menyambung dua konstruksi mesin, karena baut dapat memenuhi kebutuhan konstruksi yang dirancang, yaitu konstruksi yang menggantung pada plafon. Pemilihan baut mur sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang tepat, apabila dalam pemilihan baut mur terjadi kesalahan dapat berakibat baut putus, bengkok atau uli rnya lumur (dol). Sebagai mana ditunjukkan pada Gambar 2.35.
13
Gambar 2.8 Kerusakan baut karena pengujian
Untuk menentukan ukuran baut mur, ada berbagai faktor yang harus diperhati kan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, ketelitian dan l ain-lain, sedangkan gaya-gaya yang bekerja pada baut dapat berupa beban statis aksial murni, beban aksial bersama dengan beban puntir, beban geser dan beban tumbukan aksi al. Dalam perhitungan pembebanan aksial murni berlaku persamaan berikut :
………………………………………………………………(1)Dengan :
σ i= tegangan tarik yang terjadi padadiameter i nti baut, kg/mmt2
W = beban tarik aksial pada baut, kg A = luas penampang batang baut, mm2
……………………………………………………………………...(2)Dengan : d1= diameter inti baut, mm
Pada umumnya diameter inti d1 = 0,8d, bila dihitung dengan tegangan yang diijinkan σ a, maka diperoleh persamaan barikut :
………………….…………………………………………(3)
14
Sehingga diperol eh harga diameter baut sebesar :
………………..……………………………………………………….(4)
Harga σ atergantung pada macam bahan dan perlakuan, mi salnya Stainless Steel ,Carbon Steel, dengan perl akuan tinggiheat treathment dengan media pendingin oli tertentu, maka factor keamanan dapat diambil sebesar 2-4 dan ji ka perlakuan biasa heat treathment dengan media pendingin udara, besar faktor keamanan antara 4-6.
Untuk baja dengan kadar karbon 0,2-0,3 %, tegangan yang diijinkan σ a sebesar 14 kg/mm2 untuk perlakuan tinggi dan jika perlakuan biasa sebesar 8,4 kg/mm2
Pada ulir dalam (mur) tinggi ulir yangbekerja menahan gaya W adalah h, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Bila jumlah lilitan ulir dinyatakan z, diameter efektif ulir luar (baut) d2, dan gaya Tarik pada baut maka besarnya tekanan kontak pada permukaan ulir sebesar q (kg/mm2) adalah
……………………………………………………………………(5)
dengan :qa = tekanan kontak pada permukaan yang diijinkan, kg/m m2
Gambar 2.9 Tekanan permukaan yang terjadi pada ulir
15
Tekanan kontak yang diijinkan besarnya tergantung pada kelas ketelitian dan kekerasan permukaan ulir, ditunjukkan pada tabel 2.3
Tabel 2.1 Tekanan permukaan yang diijinkan pada ulir
Jika persyaratan dalam tabel 1 di penuhi, maka ulir tidak akan lumur (dol). Ulir yang baik mempunyai harga tinggi ulir (h) minimal 75% dari kedalam ulir penuh, untuk ulir biasa mempunyai harga tinggi ulir (h) seki tar 50% dari kedalam penuhnya. Untuk jumlah ulir dan tinggi mur dapat dihitung dari persamaan berikut :
…………………………………………………………………(6)
dan harga tinggi mur (H) : H = zp dengan : p = jarak bagi, mm, menurut standar harga H = (0,8 – 1,0) d
Pada Gambar 3. ditunjukkan bahwa gaya W juga dapat menimbulkan tegangan geser pada luas bidang silinder (π d1kpz), dengan kp adalah tebal akar ulir luar/baut dengan besar tegangan geser τ b (kg/mm2) sebagai berikut :
……………………………………………………………………….(7)
Jika tebal akar ulir dalam/mur dinyatakan dengan j p, maka tegangan gesernya adalah
………………………………………………………………………...(8)
16
Untuk ulir metris harga k dapat diambil 0,84 dan j = 0,75. Untuk pembebanan pada seluruh ulir yang dianggap merata, τ b dan τ n harus lebih kecil dari pada harga tegangan yang diijinkan τ a.
Gambar 2.11. Tegangan geser yang terjadi pada ulir
2.4 Sambungan Las
2.4.1 Pengertian
Sambungan las adalah sambungan antara dua atau lebih permukaan logam dengan cara mengaplikasikan pemanasan lokal pada permukaan benda yang disambung. Perkembangan teknologi pengelasan saat ini memberikan alternatif yang luas untuk penyambungan komponen mesin atau struktur. Beberapa komponen mesin tertentu sering dapat difabrikasi dengan pengelasan, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengecoran atau tempa. Saat ini banyak part yang sebelumnya dibuat dengan cor atau tempa, difabrikasi dengan menggunakan pengelasan seperti ditunjukkan pada gambar 2.12. Sebagian besar komponen mesin yang difabrikasi menggunakan las, menggunakan teknik pengelasan dengan fusion, dimana dua benda kerja yang disambung dicairkan permukaannya yang akan disambung.
17
Gambar 2.12 Komponen mesin yang dibuat dengan fusion welding(4.1)
Beberapa kelebihan sambungan las dibandingkan sambungan baut-mur
atau sambungan keling (rivet) adalah lebih murah untuk pekerjaan dalam jumlah
besar, tidak ada kemungkinan sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue,
ketahanan korosi yang lebih baik. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah
adanya tegangan sisa (residual stress), kemungkinan timbul distorsi, perubahan
struktur metalurgi pada sambungan, dan masalah dalam disassembling
18
2.4.2 Metode pengelasan
Metoda pengelasan diklasifikasikan berdasarkan metoda pemanasan
untuk mencairkan logam pengisi serta permukaan yang disambung.
1. Electric Arc Welding : panas diaplikasikan oleh busur listrik antara
elektroda las dengan benda kerja (lihat gambar 2.12). Berdasarkan (1)
aplikasi logam pengisi dan (2) perlindungan logam cair terhadap atmosfir,
electric arc welding diklasifikasikan menjadi :
a. Shielded Metal Arc welding (SMAW)b. Gas Metal Arc Welding (GMAW)c. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)d. Flux-cored Arc Welding (FCAW) e. Submerged Arc Welding (SAW)
Gambar 2.13 Electric Arc welding dengan coated electrode(4.1)
2. Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R,
melalui kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di
cekam dengan baik. Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield,
tetapi proses pengelasan dapat dilakukan pada ruang vakum atau dalam inert
gas. Metoda pengelasan ini cocok untuk produksi masa dengan pengelasan
kontinu. Range tebal material yang cocok untuk pengelasan ini adalah 0,004
s/d 0,75 inchi.
3. Gas Welding : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene untuk
memanaskan logam pengisi dan permukaan benda kerja yang disambung.
19
Proses pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok untuk pengelasan
ringan dan perbaikan.
4. Laser beam welding : plasma arc welding, electron beam welding, dan
electroslag welding : adalah teknologi pengelasan modern yang juga
menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat spesifik.
5. Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan
panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur logam
saat di panaskan biasanya dib awah titik cair mate
Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga komponen dapat difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh AWS (American Welding Society). Komponen utama simbol las sesuai dengan standard AWS adalah (1) Reference line, (2) tanda panah, (3) basic weld symbols, (4) dimensi dan data tambahan lainnya, (5) supplementary symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8) spesifikasi atau proses. Simbol las selengkapnya ditunjukkan pada gambar 2.14. Contoh aplikasi simbol las dan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan di tunjukan pada gambar 2.15.
20
Gambar 2.14 Simbol las sesuai standard AWS
21
Las fillet, (a) angka menunjukkan ukuran leg,(b) menunjukkan jarak
Lingkaran menandakan bahwa pengelasan dilakukan berkeliling
Konfigurasi pengelasan tipe butt atau groove (a) square,
(b) V tunggal dengan root 2mm dan sudut 600, (c) V ganda, (d) bevel
berkeliling
Gambar 2.15 Contoh aplikasi simbol las(4.1)
Pemilihan metoda pengelasan untuk fabrikasi komponen mesin perlu
mempertimbangkan mampu las dari material. Kemampuan logam untuk
disambung dengan pengelasan ditampilk an pada tabel 2.2.
22
Tabel 2.2 Mampu las logam yang umum digunakan untuk komponen mesin(4)
Terdapat banyak sekali konfigurasi sambungan las, tetapi dalam buku ini kita
hanya membahas tegangan dan kekuatan sambungan jenis fillet weld.
Diharapkan setelah memahai konfigurasi ini dengan baik, maka aplikasi untuk
konfigurasi sambungan yang lain dapat dipelajari dengan mudah. Beberapa
sambungan dengan konfigurasi fillet weld dan jenis beban paralel, dan beban
melintang ditunjukkan pada gambar 2.16.
23
Gambar 2.16 Konfigurasi Fillet Weld dengan berbagai kondisi Pembebanan(4.1)
2.4.3 Tegangan pada sambungan las yang mendapat beban statis
Beban yang bekerja pada struktur sambungan dengan tipe fillet dapat berbentuk beban paralel, beban melintang (transverse), beban torsional, dan beban bending. Untuk menganalisis tegangan yang terjadi pada sambungan las terlebih dahulu perlu diperhatikan geometri sambungan las. Konfigurasi sambungan las jenis fillet dinyatakan dengan panjang leg, untuk keperluan engineering praktis, tegangan pada sambungan las yang terpenting adalah tegangan geser pada leher fillet (throat). Panjang leher, te didefinisikan sebagai jarak terpendek dari interseksi pelat ke garis lurus yang menghubungkan leg atau kepermukaan weld bead. Untuk kasus yang umum yaitu las
convex, panjang leher adalah pada posisi 450 dari leg, atau te = 0,707 he. Jadi luas leher yang digunakan untuk perhitungan tegangan adalah Aw = teL, dimana L adalah panjang
las.panjang leher adalah pada posisi 450 dari leg, atau te = 0,707 he. Jadi luas leher yang digunakan untuk perhitungan tegangan adalah Aw = teL, dimana L adalah panjang las.
24
Gambar 2.17 Geometri dan bidang geser sambungan fillet weld(4.1)
Struktur sambungan las akan mengalami kegagalan geser pada penampang terkecil yaitu pada bagian leher. Hal ini berlaku baik untuk pembebanan paralel maupun pembebanan melintang. Nilai tegangan geser pada penampang leher dapat dihitung dengan persamaan (5):
τ= Pte Lw
= P0,707 he Lw
=1,414 Phe Lw
(9)
Dengan
t e= panjang leher
he= panjang leg
Lw= panjang sambungan las
Jadi untuk menghindari kegagalan pada sambungan, maka tegangan yang terjadi
haruslah lebih kecil dari kekuatan luluh geser material (5):
τ= Pte Lw
<¿(ssy ¿las (10)
Mengingat geometri sambungan las, maka efek konsentrasi tegangan perlu
dipertimbangkan dalam perancangan konstruksi las. Penelitian yang dilakukan oleh
Salakian dan Norris tentang distribusi tegangan di sepanjang leher las fillet
menunjukkan adanya fenomena konsentrasi tegangan tersebut. Bentuk distribusi
tegangan ditunjukkan pada gambar 2.18. Untuk keperluan praktis dalam perancangan
25
sambungan las, harga faktor konsentrasi tegangan ditunjukkan pada gambar 2.18.
Gambar 2.18 Distribusi tegangan pada sambungan las fillet yang
mendapat beban melintang(4.1)
Gambar 2.19 Faktor konsentrasi tegangan sambungan las fillet(4.1)
2.4.4 Beban Torsional
Untuk struktur sambungan las yang mendapat beban torsional maka resultan
tegangan geser yang terjadi pada suatu grup sambungan las adalah jumlah vektor
tegangan geser melintang dengan tegangan geser torsional. Tegangan geser akibat
gaya melintang (transverse load) dapat dihitung dengan persamaan(5) :
τ t=VA
=¿ Gaya geser
Luas penampang leher (10)
26
Sedangkan tegangan geser torsional adalah (5)
τ t=TrJ (11)
dengan
T = torsi yang bekerja, N-m
r = jarak dari titik pusat massa ke titik
terjauh,
J = momen inersia polar penampang las, m3
Seperti halnya pada beban paralel dan melintang, penampang kritis untuk beban torsional adalah pada penampang leher. Momen inersia polar penampang lasa dapat dinyatakan dalam satuan momen inersia polar grup las sebagai(5)
J= te J u=0,707he J u (12)
dengan Ju adalah satuan momen inersia polar yangditunjukan pada gambar 2.17, untuk
berbagai konstruksi sambungan las fillet yang umum digunakan. Tabel tersebut dapat
mempermudah perhitungan tegangan akibat beban torsional.
Jadi untuk mengindarkan struktur sambungan gagal akibat beban torsional maka haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga resultan tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari kekuatan geser material(5)
τ=τd +τ t<(S sy) (13)
2.4.5 Beban Bending
Pada pembebanan bending, sambungan lasan akan mengalami tegangan geser
melintang dan juga tegangan normal akibat momen bending. Tegangan geser langsung
akibat gaya geser dapat dihitung dengan persamaan (5.1) Sedangkan tegangan normal
dapat dihitung dengan persamaan(5)
27
σ= McI (14)
dimana c adalah jarak dari sumbu netral, dan I adalah momen inersia penampang yang dapat dinyatakan dalam satuan momen inersia penampanng las, Iu sebagai(5)
I=t e I u Lw= 0,707he J u (15)
Tabel 2.2 Mampu las logam yang umum digunakan untuk komponen mesin(4)
28
Tabel 2.3 (sambungan)(4.1)
Lw adalah panjang las, dan Iu untuk beberapa konstruksi sambungan ditunjukkan pada
tabel 2.3. Gaya persatuan panjang dari las adalah(5)
W '= PaI u
(16)
Dimana a adalah jarak antara posisi sambungan dengan aplikasi bahan.
Setelah tegangan geser dan tegangan normal yang terjadi di dapatkan, maka selanjutnya
dapat dibentukan principal stress tertinggi pada sambungan. Kegagalan sambungan dapat
dibentuk dengan menggunakan teori tegangan geser maksimum (MSST) atau teori energy
distorsi (DET).
2.4.6 Kekuatan Material Sambungan Las
Elektroda yang digunakan pada electric arc welding ditandai dengan huruf E dan diikuti
empat digit angka. Contoh E6018. Dua angka pertama menandaka kekuatan material
setelah menjadi sambungan dalam ribuan pound per inchi kuadrat (ksi). Angka ke tiga
menunjukkan posisi las seperti misalnya posisi flat, vertikal, atau overhead. Sedangkan
angka terakhir menandakan variabel dalam pengelasan seperti misalnya besarnya arus.
Tabel 2.4 menampilkan kekuatan minimum untuk beberapa elektroda yang banyak
29
digunakan untuk komponen mesin. Dengan diketahuinya kekuatan yield material dan
tegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja, maka perancang dapat menentukan
tegangan perancangan dan faktor keamanan yang diinginkan.
Tabel 2.4 Kekuatan Elektroda Las(4.1)
2.4.7 Kekuatan Fatigue Sambungan Las
Pada saat konstruksi sambungan las mendapat beban bolak-balik (cyclic) maka kemungkinan kegagalan fatigue adalah merupakan pertimbangan utama dalam perancangan. Adanya void dan inklusi pada sambungan las memberikan efek yang tidak terlalu signifikan pada beban statik, tetapi menurukan kekuatan fatigue secara signifikan. Retak biasanya merambat pada daerah heat-affected-zone (HAZ), karena daerar ini merupakan daerah yang paling lemah dalam sambungan. Sangat jarang sekali perambatan retak terjadi pada logam pengisi. Beberapa textbooks menyarankan tidak menggunakan sambungan las untuk komponen yang mendapat beban fatigue. Hal ini tidak membantu engineer dalam perancangan karena komponen mesin umumnya mendapat beban dinamik. Untuk keperluan praktis, nilai faktor konsentrasi tegangan fatigue untuk beberapa jenis sambungan las diberikan pada tabel 2.5 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jennings.
Tabel 2.5 Faktor Konsentrasi Tegangan Fatigue Sambungan Las(4.1)
30
MULAI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengambilan Data
Gambar 3.1
Diagram Alir Penelitian
31
KEKUATAN RANGKA KAKI
KEKUATAN
Mur dan baut
MESIN BUBUT KAYU CNC
RANGKA MESIN BUBUT KAYU CNC
PERHITUNGAN KEKUATAN RANGKA
HASIL PERHITUNGAN
Kekuatan
LAS
Gambar 2.20 Diagram Alir
DAFTAR PUSTAKA
ASM Handbook, vol. 8. Mechanical Testing and evaluatin, ASM international, Materials
Park, OH, 2000.
Rakayudisthira28.blogsppot.co.id/2015/04/laporan-uji-bending-bending-test.html?m=1
Reporsitory.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/446/BAB%20%2011.pdf
https://www.slidshare.net/mobile/rumahbelajar/bab-09-kekuatan-sambungan-las
32
ANALISA & PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SELESAI