andragogi sebagai methode baru didalam pendidikan
TRANSCRIPT
1
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Andragogi, Suatu Orientasi Baru
Jurnal Ilmiah
Andragogi,
Suatu Orientasi Baru dalam Pembelajaran
Penulis: Nurhaeni Ds
Universitas Muhammadiyah Makassar
2010
Artikel Ilmiah ini telah diterbitkan dalam edisi cetak pada Jurnal PILAR,
Universitas Muhammadiyah, Makassar Edisi Desember 2010
2
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Andragogi, Suatu Orientasi Baru
ANDRAGOGI,
SUATU ORIENTASI BARU DALAM PEMBELAJARAN
Nurhaeni Ds
Universitas Muhammadiyah Makassar
Abstrak
Istilah Pedagogi nampaknya tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Hal ini memunculkan suatu masalah yang tidak disadari bahwa dalam istilah pedagogi terdapat kata "Paid" yang berarti anak. Demikian juga dalam istilah pedagogi tentang konsep tujuan pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak‐anak. Atas dasar itulah sehingga pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan. Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai dengan perkembangan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu dewasa ini telah muncul suatu teori baru cara membelajarkan orang dewasa yang dikenal dengan istilah Andragogi, yaitu suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar, yang secara prinsip asumsi yang digunakan berbeda dengan Pedagogi, terutama mengenai konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi terhadap belajar. Kata kunci: Andragogi, orientasi baru, pembelajaran
A. PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang belajar kebanyakan diperoleh dari pengalaman atau
penelitian tentang belajar pada anak‐anakataupun binatang. Demikian pula halnya
dengan pengetahuan tentang pengajaran, kebanyakan diperoleh dari pengalaman
pengajaran anak‐anak dalam situasi di mana anak‐anak tersebut diwajibkan untuk
mengikuti suatu proses belajar mengajar yang berlangsung di lembaga‐lembaga
pendidikan formal. Pelaksanaan proses belajar‐mengajar tersebut didasarkan pada
definisi pendidikan sebagai suatu proses penyampaian kebudayaan.
Definisi pendidikan tersebut pada dasarnya bersumber dari suatu istilah
pendidikan yaitu Pedagogi. Istilah pedagogi ini berasal dari bahasa Yunani "paid'
artinya anak dan "agogos" yang artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah
pedagogi dapat diartikan sebagai Ilmu dan seni mengajar anak (the art and science
of teaching children).
3
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Andragogi, Suatu Orientasi Baru
Dalam perkembangan penggunaan istilah tersebut, muncul suatu masalah
yaitu kata "anak" sebagai bagian integral dari pengertian istilah pedagogi telah
hilang, sehingga dalam pemikiran manusia yang juga telah ditulis dalam buku‐buku
pendidikan dan kamus, di mana istilah pedagogi diartikan sebagai seni dan ilmu
mengajar. Bahkan dalam buku‐buku tentang pendidikan orang dewasa ditemukan
istilah "Pedagogy of Adult Education". Orang rupanya tidak menyadari bahwa dalam
istilah pedagogi terdapat kata "paid" yang berarti anak, sehingga istilah pedagogi
sangat tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni dalam
membantu orang dewasa belajar. Masalah lain yang muncul sehubungan dengan
pengertian yang ditarik dari istilah pedagogi ialah tentang konsep tujuan
pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak‐anak. Atas dasar itu
pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan.
Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai
dengan perkembangan dan kehidupan manusia.
Selain itu, masalah yang timbul dalam pengertian pedagogi adalah adanya
pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat
mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti
inovasi dalam teknologi, mobilitas penduduk, perubahan sistem ekonomi, politik
dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini pengetahuan yang
diperoleh seseorang ketika ia berumur 20 tahun akan menjadi usang ketika ia
berumur 40 tahun. Jika demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses
transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern. Oleh karena
itu pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan sebagai upaya untuk
mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses penemuan
sepanjang hayat terhadap apa yang dibutuhkan untuk diketahui.
Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang
baik di Eropa maupun di Amerika, suatu teori mengenai cara mengajar orang
dewasa. Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori barn tersebut di kenal
dengan nama Andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu "andr" yang berarti
orang dewasa dan "agogos" yang berarti memimpin atau membimbing. Dengan
demikian, andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu
orang dewasa belajar.
B. ASUMSI ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI
Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi
dan Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan
orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
4
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Andragogi, Suatu Orientasi Baru
• Konsep Diri
Menurut Knowles, dalam pendekatan pedagogi peranan peserta didik
bergantung pada guru. Dalam hal ini, guru diharapkan oleh masyarakat memegang
tanggungjawab penuh untuk menentukan apa yang akan dipelajari oleh pada
peserta didik, kapan waktunya belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan
apakah suatu bahan telah selesai dipelajari atau belum. Sedangkan dalam
pendekatan andragogi, proses pematangan manusia merupakan kewajaran bagi
seorang individu untuk bergerak dari ketergantungan ke arah kemandirian.
Perpindahan ini secara bertahap dan dengan kecepatan yang berbeda‐beda sesuai
dengan orang dan dimensi kehidupannya. Para guru orang dewasa
bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara gerakan ini. Orang dewasa
mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam untuk mandiri, meskipun dalam
situasi‐situasi tertentu bergantung pada pihak lain.
• Pengalaman.
Peranan pengalaman yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang
bernilai. Hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi
sumber belajar yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis
buku, pencipta Audio‐Visual Aids dan ahli‐ahli lainnya. Karena itu, teknik utama
yang digunakan adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan
sebagainya). Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan berkembang mereka
menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak
habis‐habisnya untuk belajar, baik bagi mereka secara pribadi maupun bagi orang
lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu teknik
utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium,
diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya).
• Kesiapan Belajar.
Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama
sekolah untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka.
Sebagian orang yang sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu
pelajaran hendaknya diatur ke dalam suatu kurikulum yang benar‐benar baku,
dengan suatu penjenjangan yang seragam bagi semua peserta didik. Dalam
andragogi, orang menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan
kebutuhan untuk mempelajari hal itu, dengan tujuan agar dapat menyelesaikan
tugas atau persoalan hidup mereka dengan yang lebih memuaskan. Pendidik
5
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Andragogi, Suatu Orientasi Baru
memegang tanggungjawab menciptakan kondisi dan menyediakan alat‐alat serta
prosedur untuk membantu para peserta didik menemukan kebutuhan atau
keingintahuan mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusun
menurut kategori penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar
peserta didik.
• Orientasi Terhadap Belajar
Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk
memperoleh bahan pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap hanya akan
berguna di kemudian hari. Karena itu kurikulum seharusnya diatur menjadi satuan‐
satuan pelajaran yang mengikuti urutan logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi
orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran. Sebaliknya dalam andragogi, para
peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan
kemampuan untuk mencapai potensi kehidupan yang paripurna. Mereka ingin
dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan apapun yang mereka peroleh
saat ini untuk kehidupan esok yang lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar
seharusnya disusun menurut kategori‐kategori pengembangan kemampuan. Jadi
orientasi mereka terhadap belajar berpusat pada karya atau prestasi. Dari asumsi
dasar tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa:
1. Orang dewasa mempunyai konsep diri, yaitu suatu pribadi yang tidak tergantung
kepada orang lain yang mempunyai kemampuan mengarahkan dirinya sendiri
dan kemampuan mengambil keputusan.
2. Orang dewasa mempunyai kekayaan pengalaman yang merupakan sumber yang
penting dalam belajar.
3. Kesiapan belajar orang dewasa berorientasi kepada tugas‐tugas
perkembangannya sesuai dengan peranan sosialnya.
4. Orang dewasa mempunyai perspektif waktu dalam belajar, dalam arti
secepatnya mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.
C. FUNGSI PENDIDIK ORANG DEWASA.
Pendidik orang dewasa mempunyai fungsi antara lain:
a. Menilai kebutuhan belajar individu, lembaga dan masyarakat untuk pendidikan
orang dewasa yang sesuai dengan lingkungan organisasinya (fungsi diagnostik).
b. Menetapkan dan mengelola struktur organisasi untuk pengembangan dan
pelaksanaan yang efektif dari suatu program pendidikan orang dewasa (fungsi
organisasi).
c. Merumuskan‐tujuan yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang telah
6
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Andragogi, Suatu Orientasi Baru
ditetapkan, dan merencanakan suatu program kegiatan untuk mencapai tujuan
tersebut (fungsi perencanaan).
d. Menciptakan dan mengawasi prosedur yang diperuntukan bagi pelaksanaan
suatu program secara efektif, termasuk memilih dan melatih ketua‐ketua
kelompok belajar, tutor, mengatur fasilitas dan proses administrasi, seleksi dan
penerimaan pebelajar, dan pembiayaan (fungsi administrasi).
e. Menilai efektivitas program pendidikan yang dilaksanakan (fungsi evaluasi).
D. MISI PENDIDIK ORANG DEWASA
Misi pendidik orang dewasa dapat digambarkan dengan mengaitkan antara
kebutuhan dan tujuan individu.
Misi setiap pendidik orang dewasa adalah membantu individu untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, membantu individu untuk
mengembangkan sikap bahwa belajar itu adalah kegiatan yang berlangsung
sepanjang hayat, dan dengan pendidikan itu dapat diperoleh pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang dapat digunakan untuk bekerja secara mandiri serta dapat
mengembangkan potensi‐potensi yang kits miliki. Dalam proses belajar ini dapat
dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk mengembangkan dirinya, baik secara
sendiri‐sendiri maupun bersama dengan orang dewasa lainnya.
Pendidik orang dewasa dalam merencanakan program pembelajarannya
hendaknya didasarkan pada kebutuhan belajar yang diinginkan oleh orang dewasa,
tanpa demikian pendidikan orang dewasa akan mengalami kegagalan.
E. TEKNIK DAN METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan kegiatan belajar memerlukan
adanya pengambilan keputusan mengenai teknik dan bahan belajar apa yang paling
bermanfaat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dan selanjutnya
menentukan strategi pembelajaran dengan mengikutsertakan peserta. Posisi pelatih
dalam proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan sebagai narasumber.
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk membantu
orang dewasa belajar, antara lain:
1. Presentasi. Teknik ini meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara,
panel, demonstrasi, film, slide, pameran, darmawisata, dan membaca.
2. Teknik Partisipasi peserta. Teknik ini meliputi antara lain: tanya jawab,
permainan peran, kelompok pendengar panel reaksi, dan panel yang diperluas.
3. Teknik Diskusi. Teknik ini terdidi atas diskusi terpimpin, diskusi yang
bersumberkan dari buku, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus.
7
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Andragogi, Suatu Orientasi Baru
4. Teknik Simulasi. Teknik ini terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis,
metode kasus, dan permainan.
F. IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Dari asumsi‐asumsi yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan
bahwa ketiga pendapat tersebut di atas memiliki kesamaan di dalam memandang
pebelajar, baik dalam pembelajaran pedagogi maupun andragogi terutama dalam
konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Oleh karena
itu dapat dikemukakan bahwa dalam pembelajaran orang dewasa perlu
diperhatikan hal‐hal sebagai berikut:
1. lklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Baik
ruangan yang digunakan maupun peralatan (kursi, meja, dan sebagainya) diatur
sesuai dengan selera orang dewasa agar dapat memberi kenyamanan bagi
mereka. Selain itu, dalam iklim belajar tersebut, perlu diciptakan kerjasama
yang sating menghargai antara para peserta dengan peserta lain maupun
dengan para pelatih/fasilitator. Ini berarti bahwa setiap peserta diberi
kesempatan yang seluas‐luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa
ada rasa takut dihukum maupun dipermalukan. Iklim belajar seperti ini akan
sangat tergantung kepada pelatih/fasilitator.
2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya. Mereka akan
merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila apa yang akan
dipelajarinya itu sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipelajari.
3. Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya. Dalam perencanaan
ini fasilitator lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing dan manusia sumber.
4. Dalam proses belajar‐mengajar merupakan tanggungjawab bersama antara
pelatih/fasilitator dan peserta. Kedudukan pelatih/fasilitator lebih banyak
berperan sebagai manusia sumber, pembimbing dan katalis daripada sebagai
guru.
5. Evaluasi belajar lebih menekankan pada cara evaluasi diri sendiri dalam
mengetahui kemajuan belajar peserta.
6. Karena orang dewasa merupakan sumber belajar yang lebih kaya dibandingkan
anak‐anak, maka proses belajarnya lebih ditekankan kepada teknik yang
sifatnya menyadap pengalaman mereka seperti: kelompok diskusi, metode
kasus, simulasi, permainan peran, latihan praktek, demonstrasi, bimbingan
konsultasi, seminar, dan sebagainya.
7. Penekanan dalam proses belajar bagi orang dewasa adalah pada aplikasi praktis
dan atas dasar pengalaman mereka.
8
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Andragogi, Suatu Orientasi Baru
8. Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan
tugas perkembangannya dan bukan atas dasar urutan logik mata pelajaran atau
kebutuhan kelembagaan. Misalnya suatu program latihan orientasi untuk para
pekerja baru, bukan dimulai dengan sejarah atau filsafat perusahaan, tetapi
dimulai dengan kehidupan nyata yang menjadi perhatian para pekerja baru,
seperti: di mana saya harus bekerja, dengan siapa saya bekerja, apa yang
diharapkan dari saya, dan sebagainya.
9. Adanya konsep mengenai tugas‐tugas perkembangan pada orang dewasa akan
memberi petunjuk dalam belajar secara kelompok. Untuk tugas‐tugas
perkembangan, maka belajar secara kelompok yang anggota kelompoknya
bersifat homogen akan lebih efektif.
10. Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan sebagai pemberi
bantuan kepada orang yang belajar.
11. Kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa tidak berorientasi kepada
mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada masalah. Hal ini karena
orang dewasa cenderung berorientasikan kepada masalah dalam orientasi
belajarnya.
12. Oleh karena orang dewasa dalam belajar berorientasi kepada masalah, maka
pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula pada masalah atau
perhatian yang ada dalam benak mereka.
DAFTAR RUJUKAN
Amalius Sahide, 1990. Pendidikan Orang Dewasa. Ujungpandang: FIP IKIP
Knowles, Malcolm. 1977. The Modern Practice of Adult Education, Andragogy
Versus Pedagogy. New York: Assosiation Press