andi ahmad essay esq

6
7/25/2019 Andi AHmad Essay ESQ http://slidepdf.com/reader/full/andi-ahmad-essay-esq 1/6 Pondok Pesantern ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) sebagai Pendekatan Spiritual Keagamaan dalam Mengatasi Gangguan Psikologis pada Penderita HIV/AIDS Oleh Andi Ahmad Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu virus yang sangat berbahaya saat ini, yang menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (Mithobeni & Peu, 2013) . Virus HIV ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (Bakasa, 2007). AIDS sendiri merupakan penyakit menular yang banyak ditularkan melalui hubungan seks (pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki atau laki-laki yang berhubungan seks dengan wanita) dan penggunaan obat-obatan terlarang (Gordillo, 2008, dan Kalichman, 1999). Berdasarkan Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia tahun 2015 oleh DITJEN PP & PL, Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus HIV yang dilaporkan menurut tahun menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2014, yaitu sejumlah 21.031 kasus pada tahun 2011, tahun 2012 sejumlah 21.511, pada tahun 2013 sebanyak 29.037, dan pada tahun 2014 sebanyak 32.711 kasus sedangkan kasus HIV sampai dengan Maret 2015 telah mencapai 7.212 kasus. Tingginya jumlah kasus HIV juga diikuti tingginya pula kasus AIDS, pada tahun 2011 dilaporkan sejumlah 8.015 kasus, tahun 2012 sejumlah 9.649, tahun 2013 sebanyak 10.163 dan pada tahun 2014 sebanyak 5.494 sedangkan sampai dengan Maret 2015 telah mencapai 595 kasus. Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1 sedangkan rasio AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Melihat data laporan kasus HIV & AIDS di Indonesia dapat disimpulkan bahwa jumlahnya sudah cukup tinggi untuk kasus yang telah dilaporkan, jika ditambah lagi dengan kasus yang belum sempat tercatat maka akan melebihi jumlah yang sudah ada. AIDS tidak hanya menyebabkan penderitanya mudah terserang suatu penyakit seperti hepatitis dan lainya tetapi juga sangat rentan terhadap penurunan kesehataan mental (Karus, 2004). Menurut Chippindale (2001), terdapat beberapa isu Psikologis pada orang yang positive terkena HIV yaitu sebagai berikut: 1. Shock (tergocang/terkejut) Shock terjadi ketika seseorang didiagnosa positive terjangkit virus HIV , jiwa akan tergoncang karena tau bahwa ia terjangkit virus yang dapat menyebabkan sebuah

Upload: andi-ahmad

Post on 24-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Andi AHmad Essay ESQ

7/25/2019 Andi AHmad Essay ESQ

http://slidepdf.com/reader/full/andi-ahmad-essay-esq 1/6

Pondok Pesantern ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) sebagai Pendekatan Spiritual

Keagamaan dalam Mengatasi Gangguan Psikologis pada Penderita HIV/AIDS

Oleh

Andi Ahmad

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu virus yang sangat

berbahaya saat ini, yang menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome

(AIDS) (Mithobeni & Peu, 2013) . Virus HIV ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia

(Bakasa, 2007). AIDS sendiri merupakan penyakit menular yang banyak ditularkan melalui

hubungan seks (pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki atau laki-laki yang

berhubungan seks dengan wanita) dan penggunaan obat-obatan terlarang (Gordillo, 2008, dan

Kalichman, 1999).

Berdasarkan Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia tahun 2015 oleh

DITJEN PP & PL, Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus HIV yang dilaporkan menurut

tahun menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah mulai dari tahun 2011 sampai dengan

2014, yaitu sejumlah 21.031 kasus pada tahun 2011, tahun 2012 sejumlah 21.511, pada tahun

2013 sebanyak 29.037, dan pada tahun 2014 sebanyak 32.711 kasus sedangkan kasus HIV

sampai dengan Maret 2015 telah mencapai 7.212 kasus. Tingginya jumlah kasus HIV jugadiikuti tingginya pula kasus AIDS, pada tahun 2011 dilaporkan sejumlah 8.015 kasus, tahun

2012 sejumlah 9.649, tahun 2013 sebanyak 10.163 dan pada tahun 2014 sebanyak 5.494

sedangkan sampai dengan Maret 2015 telah mencapai 595 kasus. Rasio HIV antara laki-laki

dan perempuan adalah 1:1 sedangkan rasio AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.

Melihat data laporan kasus HIV & AIDS di Indonesia dapat disimpulkan bahwa

jumlahnya sudah cukup tinggi untuk kasus yang telah dilaporkan, jika ditambah lagi dengan

kasus yang belum sempat tercatat maka akan melebihi jumlah yang sudah ada. AIDS tidakhanya menyebabkan penderitanya mudah terserang suatu penyakit seperti hepatitis dan lainya

tetapi juga sangat rentan terhadap penurunan kesehataan mental (Karus, 2004). Menurut

Chippindale (2001), terdapat beberapa isu Psikologis pada orang yang positive terkena HIV

yaitu sebagai berikut:

1. Shock (tergocang/terkejut)

Shock terjadi ketika seseorang didiagnosa positive terjangkit virus HIV , jiwa akan

tergoncang karena tau bahwa ia terjangkit virus yang dapat menyebabkan sebuah

Page 2: Andi AHmad Essay ESQ

7/25/2019 Andi AHmad Essay ESQ

http://slidepdf.com/reader/full/andi-ahmad-essay-esq 2/6

menyakit yang mematikan. Shock yang dialami oleh penderita akan menjad berbhaya

ketika sampai membuatnya kehilangan harapan untuk masa depan.

2. Fear and Anxiety (ketakutan dan kegelisahan)

Ketakutan dan kegelisahan akan menghampiri orang yang terkena HIV/AIDS, akan

muncul ketakutan dan kegelisahan terhadap apa yang akan terjadi setelahnya yang masih

belum pasti, pikiran-pikiran tentang kegagalan dalam pengobatan dan perlakuan, takut

akan isolasi dan penolakan sosial/hubungan seksual, takut akan menulari orang lain, dan

takut akan reaksi pasangan ketika mengetahuinya terkena HIV/AIDS.

3. Depression (Depresi)

Depresi muncul ketika penderita harus menyesuaikan diri untuk hidup dengan kondisi

sakit kronis, depresi karena tidak ada perawatan, adanya kemungkinan penolakan

lingkungan sosial, pekerjaan dan seksual, depresi juga dapat timbul ketika terjadi

kegagalan dalam pengobatan.

4. Anger and Frustration (kemarahan dan frustasi)

Orang yang mengetahui dirinya terjangkit HIV/AIDS akan merasa marah karena telah

terinfeksi, marah harus merubah gaya hidup dan dipaksa dengan pola hidup sehat.

5. Guilt (Kesalahan)

Orang yang terjangkit HIV/AIDS juga menganggap apa yang dideritanya sebagai

hukuman, contohnya adalah karena mereka gay atau menggunakan obat terlarang, dan

bersalah karena telah membuat pasangan dan keluarga cemas.

Menurut Davis (2011), orang yang hidup dengan HIV/AIDS menghadapi stigma, diskrimasi,

permasalahan kesehatan, dan permasalahan psikologis yang mempengaruhi kepuasan hidup

mereka. Kondisi yang demikian dapat membuat seseorang dengan HIV/AIDS mengalami

gangguan kondisi mental yang dapat berujung pada tindakan diluar akal seperti bunuh diri.

Banyaknya jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia menjadi permasalahan yang harus segera

ditanganai karena tidak menutup kemungkinan akan banyak penderita yang mengalami

gangguan secara psikologis.

Dari permasalahan tersebut akan lebih baik jika dibuat sebuah inovasi baru untuk

menangani orang yang terkena HIV/AIDS yang mampu mengurangi kemungkinan terjadinya

gangguan mental dan psikologis pada penderitanya. Maka dari itu penulis memiliki sebuah

gagasan yaitu memanfaatkan pendekatan spiritual keagamaan sebagai cara untuk mengurangi

gangguan psikologis pada HIV/AIDS melalui “ Pondok Pesantren ODHA”. Dilihat darinamanya sudah dapat diketahui bahwa ini adalah pondok pesantren yang akan diisi oleh

Page 3: Andi AHmad Essay ESQ

7/25/2019 Andi AHmad Essay ESQ

http://slidepdf.com/reader/full/andi-ahmad-essay-esq 3/6

penderita ODHA (Orang dengan HIV/ADIS). Pondok pesantren berasal dari kata pondok

dan pesantren. Pondok berasal dari kata Arab "fundug " yang berarti hotel atau asrama.

Sedang kata pesantren berasal dari kata santri yang dengan awalan "pe" dan akhiran “an"

berarti tempat tinggal para santri. Keduanya mempunyai konotasi yang sama, yakni

menunjuk pada suatu kompleks untuk kediaman dan belajar santri. Dengan demikian pondok

pesantren dapat artikan sebagai asrama tempat tinggal para santri (Shodiq, 2011). Sedangkan

ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS, sebagai pengganti istilah penderita

yang mengarah pada pengertian bahwa orang tersebut sudah secara positif didiagnosa

terinfeksi HIV (Nurbani, 2010). Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa Pondok Pesantren ODHA adalah tempat khusus yang dibuat untuk ODHA agar dapat

belajar keagamaan sehingga meningkat kecerdasan spiritualnya dan dapat terhindar dari

gangguan psikologis dan mental. Di pondok pesantren ODHA tidak hanya akan ada kegiatan

belajar agama tetapi akan ada kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan meningkatkan semangat

hidup ODHA seperti olahraga bersama, berlatih keterampilan yang dimiliki sampai

memproduksi sesuatu yang mungkin akan menghasilkan benefit bagi ODHA sendiri.

Pendamping ODHA selama di pondok pesantren adalah ustadz dan ustadzah yang sekaligus

akan menjadi pengurus pondok pesantren. ODHA akan masuk pesantren sejak ia telah

didiagnosa terkena HIV atau dalam rentang waktu kondisi yang belum sakit parah dan masih

dapat menerima pengajaran. Masuknya ODHA ke pondok pesantren harus telah melalui

persetujuan baik dari ODHA sendiri maupun keluarga.

Secara garis besar kegiatan yang akan dilakukan oleh ODHA di pondok pesantren adalah

kegiatan keagamaan seperti belajar hukum-hukum Islam dan mengaji, disini juga akan

dibahas bagaimana untuk menerima kondisi mereka dan bagaimana memperbaiki akhlak

menjadi lebih baik serta konseling yang dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama-

sama dengan ODHA lainnya. Kegiatan berikutnya adalah kegiatan peningkatan semangat

hidup para ODHA yang akan dilakukan melalui kegiatan olahraga bersama, memasak

bersama bagi ODHA wanita, kegiatan sharing antar ODHA, dan lain-lain. Kegiatan yang

ketiga adalah peningkatan produktivitas ODHA dengan kegiatan berbasis keterampilan

seperti menjahit, berkebun, membuat kerajinan dan sebagainya sesuai dengan kemampuan

dan potensi masing-masing ODHA. Diharapkan dengan masuknya ODHA di pondok

pesantren mereka dapat meningkatkan kesehatan psikologisnya dan dapat secara mandiri

mampu melakukan manajemen emosi sehingga dapat menghadapi stigma dan permasalahan

kesehatan yang akan dialami dengan kondisi jiwa yang matang.

Page 4: Andi AHmad Essay ESQ

7/25/2019 Andi AHmad Essay ESQ

http://slidepdf.com/reader/full/andi-ahmad-essay-esq 4/6

Pondok Pesantren ODHA ini akan lebih mudah diterapkan di Indonesia karena pondok

pesantren sejatinya sudah menjadi lembaga pendidikan agama tertua di Indonesia, dan telah

menjadi akar kuat pada masyarakat muslim di Indonesia yang telah memberikan kontribusi

pada pembangunan bangsa (Jamalludin, 2012 dan Usman, 2013). Perkembangan pesantren-

pesantren di Indonesia yang semakin pesat mengikuti perkembangan jaman juga dapat

dijadikan referensi dalam pembanguan Pondok Pesantren ODHA (Jamalludin, 2012).

Page 5: Andi AHmad Essay ESQ

7/25/2019 Andi AHmad Essay ESQ

http://slidepdf.com/reader/full/andi-ahmad-essay-esq 5/6

Daftar Pustaka

Bakasa, R V F. 2007. Stress, Coping, Social Support and Physical and Mental Health Among

Family Caregivers of HIV/AIDS Patients in Zimbabwe. Zimbabwe: Case Western

Reserve University. http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/1400966281/fmt/a-

i/rep, diakses pada tanggal 10 Desember 2015.

Chippindale, Sarah dan Lesley French. 2001. HIV Counselling and the Psychosocial

Management of Patients with HIV or AIDS. British Medical Journal; Jun 23, 2001; 322,

7301. http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/75444270/fmt/pi/rep, diakses pada

tanggal 10 Desember 2015.

Davis, Sharon J, dkk. 2011. Recognizing Suicide Risk in Consumers with HIV/AIDS . Journal

of Rehabilitation; Jan-Mar 2011; 77, 1. http://media.proquest.com/media/pq/classic/d-

oc/2252116361/fmt/pi/rep, diakses pada tanggal 12 Desember 2015.

DITJEN PP & PL.. 2015. Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia tahun

2015 . Kementerian Kesehatan RI: Jakarta. Dalam situs http://www.aids-

indonesia.or.id/ck_uploads/files/Final%20Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%201%20

2015(2).pdf, diakses pada tanggal 10 Desember 2015.

Gordillo, Victoria. 2008. Emotional support and gender in people living with HIV: effects on

psychological well-being . J Behav Med (2009) 32:523 – 531. http://media.pro-

quest.com/media/pq/classic/doc/1906045551/fmt/pi/rep, diakses pada tanggal 10

Desember 2015.

Kalichman, S C. 1999. Psychological and Social Correlates of High-Risk Sexual Behaviour

among Men and Women Living with HIV/AIDS . AIDS Care (1999), Vol. 11, No. 4, pp.

415-428. http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/43617498/fmt/pi/rep, diakses

pada tanggal 10 Desember 2015.

Karus, Daniel dkk. 2004. Mental Health Status of Clients from Three HIV/AIDS Palliative

Care Projects. Palliative and Supportive Care (2004), 2, 125 – 138.

http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/1456861521/fmt/pi/rep, diakses pada

tanggal 10 Desember 2015.

Mthobeni, M.P. & Peu, M.D., 2013, „The needs of health promoters on a health promotion

programme for families with adolescents orphaned by HIV and AIDS‟, Curationis 36(1),

Art. #70, 8 pages. http://dx.doi. org/10.4102/curationis. v36i1.70, diakses pada tanggal

10 Desember 2015.

Page 6: Andi AHmad Essay ESQ

7/25/2019 Andi AHmad Essay ESQ

http://slidepdf.com/reader/full/andi-ahmad-essay-esq 6/6

Nurbani, Farah. 2010. Dukungan Sosial pada ODHA . Universitas Gunadarma: Jakarta.

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_1050306

8.pdf, diakses pada tanggal 12 Desember 2015.

Shodiq, M. 2011. Pesantren dan Perubahan Sosial . Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 1, No.1,

April 2011. http://jsi.uinsby.ac.id/index.php/jsi/article/view/8/5, diakses pada tanggal 12

Desember 2015.

Usman, M I. 2013. Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam . Jurnal Al Hikmah Vol.

XIV Nomor 1/2013. http://www.uin-alauddin.ac.id/download-Al-Hikmah%20Volum-

e%20XIV%20Nomer%201%20&%202%20-%202013.103-121.pdf, diakses pada

tanggal 12 Desember 2015.

Jamalludin, Muhammad. 2012. Metamorfosis Pesantren di Era Globalisasi . KARSA , Vol. 20

No. 1 Tahun 2012. http://idci.dikti.go.id/pdf/JURNAL/KARSA,JurnalSosialdanBudaya-

Keislaman/Vol%2020,%20No%201%20(2012)/127-130-1-PB.pdf, diakses pada tanggal

12 Desember 2015.