anatomi daun dikotil dan monokotil

38
i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari Laporan ini adalah “Anatomi Daun Monokotil dan Dikotil” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium Botani Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Meirani M. P., Ir. Ratna Rosanti M.P., Ir. Lisa Mawarni dan Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu M. Sc., selaku dosen mata kuliah Botani serta kakak dan abang asisten yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis tidak lupa mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca atas ketidak semputnaan dari laporan ini. Dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat menjadikan laporan penulis menjadi lebih baik untuk kedepannya. i

Upload: hasanul-basri-siregar

Post on 03-Oct-2015

321 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya.Adapun judul dari Laporan ini adalah Anatomi Daun Monokotil dan Dikotil yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium Botani Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Meirani M. P., Ir. Ratna Rosanti M.P., Ir. Lisa Mawarni dan Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu M. Sc., selaku dosen mata kuliah Botani serta kakak dan abang asisten yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.Penulis tidak lupa mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca atas ketidak semputnaan dari laporan ini. Dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat menjadikan laporan penulis menjadi lebih baik untuk kedepannya.

Medan, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI..........................................................................................ii

PENDAHULUAN...................................................................................1Latar Belakang...............................................................................1Tujuan Penulisan............................................................................2Kegunaan Penulisan......................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)..........................3Syarat Tumbuh Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)............4 Iklim..........................................................................................4 Tanah........................................................................................4Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.).........................................5Syarat Tumbuh Tanaman Jagung (Zea mays L.)...........................7 Iklim.............................................................................................7 Tanah............................................................................................8Anatomi Daun Monokotil dan Dikotil.........................................9

BAHAN DAN METODE......................................................................12Tempat dan Waktu Percobaan......................................................12Bahan dan Alat..............................................................................12Prosedur Percobaan......................................................................13HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................14Hasil..............................................................................................14Pembahasan...................................................................................18

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................23Kesimpulan...................................................................................23Saran.............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

ii

LAMPIRAN

ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daun merupakan organ yang sangat beragam. Sruktur jaringan pembuluh dalam tangkai dan tulang daun utama biasanya mirip dengan batang. Ciri paling penting dari daun adalah bahwa pertumbuhan apeksnya ssegera terhenti. Pada beberrapa tumbuhan paku, meristem tersebut yetap aktif selama waktu yang cukup lama (Hidayat, 1995).Secara histologis daun tersusun atas tiga tipe system jaringan, yaitu : epidermis, mesofil, dan jaringan pembuluh. Epidermis pada berbagai tumbuhan beragam dalam lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, munculnya trikoma, susunannya dan adanya sel yang khusus. Mesofil terjadi dari jaringan yang bersifat parenkim dalam epidermis. Mesofil merupakan bagian utama helai daun karena mengandung kloroplas dan ruang antarsel. Berkas pembuluh dalam dan biasanya disebut tulang daun dan sistemnya adalah system tulang daun. Tampak adanya dua macam pola yakni system tulang daun daun jala dan system tulang daun sejajar ( Fahn, 1991).Anatomi dasar dari daun, epidermis, stomata, mesophyl, pengembangan dari jaringan vaskular dalam daun, bagian dari xylem dan phloem pada daun, sarung pembuluh daun rumput, mesophyl daun rumput, epidermis daun rumput, pengaturan stomata, ketahanan daun, dukungan mekanik dalam daun, mesophyl daun, epidermis daun, distribusi stomata dalam daun monocotyledon atau daun rumput (Mishra, 2009).Daun memulai sebagai tonjolan lateral membagi cepat sel bawah permukaan pada kubah seperti batang puncak. yang phyllotaxis (mengemukakan tata daun pada batang) bervariasi di pabrik yang berbeda dan merupakan ekspresi perkembangan dan organisasi penting tanaman (Dickison, 2000).Bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau dan duduknya pad batang yang menghadap ke atas itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk (Tjitrosoepomo, 2009).Tujuan PenulisanTujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui anatomi daun tumbuhan monokotil dan dikotil daari tanaman Mangga (Mangifera indica L.) dan Jagung (Zea mays L.).Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikan Tes di Laboratorium Botani Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, dan sebagai sumber informasi bagi pembaca.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

Mangga (Mangifera indica L.) termasuk kedalam Kingdom Plantae dimana Divisinya Spermatophyta yang Subdivisinya Angiospermae yang termasuk Famili Anacardiaceae dengan Genus Mangifera dan Spesiesnya adalah Mangifera indica L. (Singh, 1968).Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang dan cabang akar ini tumbuh cabang kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang halus. Akar tunggang pada mangga panjang hingga mencapai 6 meter (Singh, 1968).Bentuk batang mangga tegak, bercaang dan keras, daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk oval, atau memanjang, kulitnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil daun dan sisik-sisik bekas tangkai (Singh, 1968).Daun terdiri dari dua bagian yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan daun bertulang dan berurat-urat tertutup daging daun. Penajgn tangakai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm dan bagian pangkalnya membentuk seperti batang (Singh, 1968).Bunga Mangga adalah bunga majemuk, bunga majemuk in terdiri dari sumbu-sumbu utama yang mempunyai banyak sumbu utama. Setiap sumbu utama ini mempunyai cabang (Singh, 1968).Biji terdiri dari dua keping. Biji Mangga ada yang berembrio dan polembrional. Buah mangga termasuk kelompok buah batu yang berdaging. Panjang buah kira-kira 2,5-3,0 cm, bentuknya bulat, bulat telur, atau memanjang (Singh, 1968).

Syarat Tumbuh Tanaman Mangga IklimTanaman Mangga dapat Tumbuh dan bereproduksi di daerah tropis maupun subtropis. Di daerah tropika Indonesia mangga tumbuh baik didataran rendah sampai tinggi mencapai ketinggian 800 m dpl. Namun ketinggian yang optimal untuk tanaman mangga adalah 300 m dpl. Semakin tinggi lokasinya maka semakin menurun kwalitas mangga dan umur pemanenannya pun semakin lama (Paimin, 2006).Tanaman mangga membutuhkan pergantian musim kemarau dan musim huan yang nyata, yakni sediktnya 4-6 bulan kering dan curah hujan 1.000 mm/tahun atau,60 mm/bulan. Pada proses pembungaan membutuhkan 4-5 bulan kering, sedangkan pada proses pembuahan membutuhkan menimal 1 bulan kering setelah pembungaan (Rukmana, 1999).Suhu udara yang ideal untuk tanaman mangga adalah 27-30C dan tidak terdapat angin kencang dan angin panas. Penyinaran matahari yang dibutuhkan tanaman sekitar 50%-80% (Rukmana, 1999).TanahTanaman mangga mempunyai daya penyesuaian yang tinggi terhadap berbagai jenis tanah. Nakun, pertumbuhan mangga yang optimal membutuhkan jenis tanah berpasir, lempung atau agak liat. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman mangga adalah jenis tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik yang tinggi, drainase yang baik dan pH optimal antara 5,5-6,0. Tanaman mangga juga membutuhkan solum yang dalam mengingat akar tanaman ini panjang agar sistem perakaran tidak terganggu (Rukmana, 1999).Tanaman mangga toleran terhadap kekeringan, namun untuk menjamin perumbuhan dan produksi membutuhkan keadaan air ranah yang memadai. Air tanah yang ideal adalah tidak lebih dari 150 cm dari permukaan tanah. Kemiringan lereng untuk tanaman mangga tidak lebih dari 30, oleh karena itu maka tanah yang baik untuk tanaman mangga adalah tanah yang landai-bukit (Paimin, 2006).Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Jagung (Zea mays L.) termasuk kedalam Kindom Plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Monocootyledonae, Ordo Poales, Famili Poacceae, Genus Zea, Spesies Zea mays L. (Rukmana, 1997).Tanaman jagung berakar serabut, menyebar kesamping dan kebawa sepanjang 25 cm (Tobing, 1991). Perakaran tanaman jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke bawah pada saat buji berkecambah, akar koronal yang tumbuh keatas dari jaringan batang setelah pulmula muncul dan akar udara (brance) yang tumbuh dari buku-buku diatas pemukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri dari akar radikal atau primer ditambah dengan sejumlah akar lateral yang muncul sebagai adventiolus pada dasar dari buku pertama diatas pangkal batang. akar udara berfungsi dalam asimilasi dan juga sebagai pendukung untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan. Apabila masuk kedalam tanah, akar ini akan berfungsi juga membantu penyerapan hara (Irfan, 1999).Batang tanaman jagung bulat silindris dan tidak berlubang seperti halnya batang tanaman padi, tetapi padat dan berisi berkas-berkas pembuluh sehingga makin memperkuat berdirinya batang. demikian juga jaringan kulit yang tipis dan keras yang terdapat pada batang bagian luarnya. Batang tanaman jagung beruas-ruas dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan julah sekitar 8-20 ruas. Jumlah ruas tersebut tergantung pada varietas jagung yang ditanam dan umur tanaman. Pada umumnya nodla (buku) setiap tanaman jagung jumlahnya berkisar 4-48 nodla. Demikian juga tinggi tanaman sangatt bervariasi, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam dan kesuburan tanahnya (Warisno, 1998).Daun jagung muncul setiap ruas batang dengan kedudukan berlawanan antara daun yang satu dengan lainnya. Daun ini berbentuk pita, panjangnya bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 cm, didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang. jagung mempunyai lidah daun yang trasnparan dan tidak mempunyai telingan daun. Jumlah daun untuk setiap tanaman bervariasi antara 12-18 helai. Duduk daun bermacam-macam tergantung dari genotip, mulai dari duduk daun hampir mendatar sampai vertikal (Suofia, 1997).Tanaman jagung berumah satu (monoceous), yaitu bunga jantan berbentuk pada ujung batang dan bunga betina terletak di bagian tenga batang pada salah satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matan terlebih dahulu 1-2 hari daripada bunga betina. Letak bunga jantan dan betina terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang (Rukmana, 1997).Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam berisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Rukmana 1997).Syarat Tumbuh IklimPanjang harri berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis, sehingga panjang hari tidak merupakan faktor pembatas. Beberapa varietas jagung manis memiliki daya adaptasi lebih baik pada siang hari tertentu dibanding dengan yang lainnya (Thompson and Kelly, 1957).Jagung manis sebagai tanaman tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik. Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-30C, pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 mm /tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Warisno, 1998).Perkembangan tanaman dan pembuangan dipengaruhi oleh panjang hari dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar tropika tidak akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai ketinggian tumbuh 1-3m sebelum tumbuh bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan suhu kurang dari 20C juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).Jagung dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (daerah pegunungan) dengan ketinggian 1.000 m atau lebih dari permukaan air laut (dpl). Jagung yang ditanam di daerah ketinggian kurang dari 800 meter dari permukaan air laut dapat memberikan hasil tinggi (Warisno, 1998).Curah hujan ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm 200 mm per bulan dengan distribusi merata. Tanaman jagung cocok ditanam didaerah yang beriklim kering (Rukmana, 1997).TanahTanaman jagung tumbuh baik hampir di semua jenis tanah. Tetapi tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah gembur, kaya akan humus, karena tanaman jagung menghendaki aerase dan draenase yang baik. Tanah yang kuat menahan air tidak baik untuk dtanami jagung karena pertumbuhan akarnya kurang baik atau akar-akarnya akan busuk (Pinem, 1991).Tanah berdebu kaya hara dan humus sesuai untuk tanam jagung. Tanaman jagung toleran terhadap berbagai jenis tanah, misalnya, tanah andosol dan latosol. Tanah-tanah berpasir dapat ditanami jagung dengan pengelolaan air yang baik dan penambahan pupuk organik. Tanaman jagung membutuhkan tanah bertekstur lempung, lempung berdebu atau lempung berpasir, dengan struktur tanah remah, aerasi dan draenasenya baik, serta cukup air. Keadaan tanah dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung apabila tanah sebur, gembur dan kaya akan bahan organik. Tanah-tanah yang kekurangan air dapat menurunkan penurunan produksi jagung hingga 15% (Rukmana, 1997).Tanaman jagung teoleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0 tingkat keasaman tanah yang baik untuk tanaman jagun pada pH 6,8. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak teredia di dalamnya (warisno, 1998).

Anatomi Daun Monokotil dan Dikotil

Daun-daun monokotil ada yang serupa dengan dikotil tetapi kebanyakan berbeda karena daun-daunnya sering tidak mempunyai tangkai daun (petiolus) tetapi terdiri dari pelepah (vagina) dan helaian daun (lamina) yang biasanya berbentuk pita dengan variasi yang sejajr. Strujtur variasi dari hydromorphik ke xeromorphik (Napitupulu, 2013).Sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar atau mesofil dapat dibedakan atas jaringan pagar dan bunga karang, tidak ditemukan halnya pada monokotil, khususnya famili graminaesistem berkas pembuluh terdiri atas xylem dan phloem yang terdapat pada tulang daun (Sastrodinoto, 1990).Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku Gramineae dan Cyperaceae, tersusun dari beberpa serdinding tipis dengan ukuran yang lebih besar dibanding sel-sel epidermis disekitarnya (Nugroho dkk, 2006).Sifat terpenting daun adalah susunan selnya yang kompak dan adanya kutikula dan stomata. Stomata biasa ditemukan dikedua sisi daun (daun amfistomatik) atau hanya di satu sisi, yakni disebelah atas atau adaksial (daun epistomatik). Pada monokotil dan gymnospermae, stomata sering tersusun dalam deretan memanjang yang sejajar dengan sumbu daun (Hidayat,1995).Mesofil sering tidak menunjukkan pemisahan antara palisade dengan spons, walaupun sel-sel yang dibawah epidermis sering tersusun lebih teratur dari lainnya. Pada epidermis sering terdapat sel kipas (motor cellbulliform cells), stomata, sel silica, sel gabus dan trikoma, sarung pembuluh kadan-kadang dijumpai bersama-sama dengan sarung meristem (Napitupulu, 2013).Gramineae dan dalam banyak monokotil lainnya serat membentuk balok utama pada satu atau kedua sisi bundel, dan dalam banyak daun mereka terus dari selubung bundel dengan epidermis, sel-sel yang di daerah seperti, mungkin kemudian juga menjadi seperti serat (Khan, 2001).Daun monokotil khas menunjukkan sifat isobilateral. daun monokotil menunjukkan tiga wilayah yang berbeda, epidermis, mesofil dan jaringan pembuluh (Maiti dkk, 2012).Korteks pada tumbuhan dikotil terdapat diantara berkas pembuluh dan epidermis, sedangkan pada mesofil batas tersebut tidak jelas. Pada tumbuhan dikotil terdapat juga jaringan dasar lain selain korteks yaitu empelur yang mengisi bagian tengah batang. Penumpukan pati pada umumnya terdapat pada empelur ini (Sastrodinoto, 1990).Pada tumbuh-tumbuhan semak dan pohon sering dijumpai palisade yang berkembang baik, yang terletak pada sisi adaxial. Pada ficus terdapat hypodermis tanpa klorofil, cystolith pada epidermis dan laticifer pada mesofil (Napitupulu, 2013).Tulang-tulang besar pada daun-daun dikotiledon dapat terdiri atas jarinagn primer dan jarimgan sekunder, sedangkan tulang-tulang daun yang lebih kecilhanya jaringan primer. Tulang-tulang daun yang berukuran besar dan sedang mengandung pembuluh dan tulang tapis (Fahn,1991).Tumbuh-tumbuhan dengann mesophyl kurang tersusun dan dengan satu lapis palisade misalnhya terdapat pada Ipomoea batatas, Raphanus sativus, Solanum tuberosum, dan lycopersicon esculentum. Pada alfalalfa (Medicago sativa) terdapat dua lapis palisade sedang daun kapas (Gossypium) mempunyai palisade yang panjang (1/3-1/2 tebal daun), kelenjar lysigen pada mesophyl dan trichoma pada sisi abaxial dari costa (Napitupulu, 2013).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan di Laboratorium Botani Programstudi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, berada 25 m di atas permukaan laut, yang dilakukan pada hari Rabu pukul 08.00 sampai dengan selesai.Bahan dan AlatAdapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akar, batang, daun dari tanaman jagung (Zea mays L.) sebagai bahan percobaan tanaman monokotil dan tanaman mangga (Mangifera indica L.) sebagai bahan percobaan tanaman dikotil.Lilin paravin sebagai media preparat basah akar, batang maupun daun. Spiritus digunakan sebagai bahan bakar saat memasak lilin paravin. Immersion oil, combo red digunakan untuk memperjelas bagian sel yang ingin diamati pada mikroskop. Xylol digunakan untuk membersihkan lensa agar pengamatan mudah dilakukan, aluminium foil digunakan untuk mencetak lilin.Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: Bunsen digunakan sebagai wadah bahan bakar (spiritus) saat memasak lilin, beaker glass sebagai wadah lilin paraffin saat dimasak, batu bata digunakan untuk membantu menyangga Bunsen agar api mencapai dasar beaker glas, kaki tiga digunakan sebagai penopang beaker glass saat pemasakan lilin, korek sebagai penyangga spiritus, gunting digunakan untuk memotong organ tanaman yang digunakan, stipula digunakan untuk mengaduk lilin, mikrotom digunakan untuk memotong lilin yang telah siap digunakan, mikroskop untuk mengamati objek percobaan, kain serbet digunakan untuk membersihkan meja, kain flannel digunakan untuk mengambil kaca preparat, alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan, preparat digunakan untuk meletakkan objek yang diamatiProsedur Percobaan

Preparat basah:1. Diperisapkan Alat dan bahan yang akan digunakan.2. Dipotong melintang gabus ubi kayu3. Dipotong melintang daun mangga4. Disisipkan daun mangga kedalam gabus ubu kayu5. Diiris daun mangga setipis-tipisnya6. Diangkat hasil irisan ke kaca preparat dengan menggunakan jarum7. Ditetesi objek dengan air8. Ditutup dengan deglas, lalu diamati dengan menggunakan mikroskop9. Dilakukan hal yang sama untuk daung jagung.

Preparat abadi:

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum2. Dibuat cetakan berbentuk persegi empat dengan menggunakan aluminium foil3. Dipanaskan lilin paravin hingga meleleh4. Dimasukkan lilin paraavin yang meleleh tadi ke dalam cetakan perssegi empat sebanyak setengahnya5. Dimasukkan organ tumbuhan daun kedalam cetakan tersebut6. Dimasukkan lagi sisa lilin paravin tadi ke dalam cetakan7. Didinginan lilin dalam cetakan tersebut setelah itu dilepaskan aluminium foilnya8. Dipotong cetakan setipis mungkin dengaan menggunaakan mikrotom kemudian diletakkan potongan tersebut ke dalam preparat9. Diamati dengan menggunakan mikrosop kemudian hasilnya digambar dan difoto

HASIL DAN PEMBAHASANHasil

1. Gambar Penampang Melintang Daun Mangga (Mangifera indica L.)

654321

10 x 40

2. 1Gambar Penampang Melintang Daun Jagung (Zea mays L.)

5342

10 x 40

Keterangan Gambar Penampang Melintang Daun Mangga (Mangifera indica L.)

1. Epidermis atas2. Palisade3. Bbundle sheet cell4. Xylem5. Phloem6. Epidermis bawah

Keterangan gambar

Penampang Melintang Daun Jagung (Zea mays L.)

1. Epidermis atas2. Palisade3. Phloem4. Xilem5. Epidermis bawah

1. 1234567Gambar Penampang Melintang Daun Monokotil ( Leaf of monocotyl )10 x 40

2. 1234567Gambar Penampang Melintang Daun Dikotil (Leaf of dicocyl)

10 x 40

Keterangan Gambar Penampang Daun Monokotil ( Leaf of monocotyl )1. Kutikula2. Epidermis atas3. Palisade4. Bundle sheet cell5. Epidermis bawah6. Xylem7. PhloemPenampang Daun Dikotil ( Leaf of dicotyl )1. Epidermis atas2. Palisade3. Sarung pembuluh4. Xylem5. Phloem6. Epidermis bawah7. Stomata

Pembahasan

Dari hasil yang didapat, pada daun monokotil ada terdapat kutikula, epidermis atas, palisade bundle sheet cell, epidermis bawah, cilem, dan phloem. Hal ini sesuai dengan literatur (Sastrodinoto, 1990) yang menyatakan, Sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar atau mesofil dapat dibedakan atas jaringan pagar dan bunga karang, tidak ditemukan halnya pada monokotil, khususnya famili graminaesistem berkas pembuluh terdiri atas xylem dan phloem yang terdapat pada tulang daun. Dan juga pada literatur Nugroho dkk, 2006) yang menyatakan, Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku Gramineae dan Cyperaceae, tersusun dari beberpa serdinding tipis dengan ukuran yang lebih besar dibanding sel-sel epidermis disekitarnya.Dari hasil yang didapat, pada daun dikotil ada terdapat epidermis atas, palisade, sarung pembuluh, xilem, phloem, epidermis bawah, stomata. Hal ini sesuai dengan literatur (Sastrodinoto, 1990) yang menyatakan, Korteks pada tumbuhan dikotil terdapat diantara berkas pembuluh dan epidermis, sedangkan pada mesofil batas tersebut tidak jelas. Pada tumbuhan dikotil terdapat juga jaringan dasar lain selain korteks yaitu empelur yang mengisi bagian tengah batang. Penumpukan pati pada umumnya terdapat pada empelur ini. Dan juga pada literatur (Napitupulu, 2013) yang menyatakan, Tumbuh-tumbuhan dengann mesophyl kurang tersusun dan dengan satu lapis palisade misalnhya terdapat pada Ipomoea batatas, Raphanus sativus, Solanum tuberosum, dan lycopersicon esculentum. Pada alfalalfa (Medicago sativa) terdapat dua lapis palisade sedang daun kapas (Gossypium) mempunyai palisade yang panjang (1/3-1/2 tebal daun), kelenjar lysigen pada mesophyl dan trichoma pada sisi abaxial dari costa.Dapat diketahui bahwa perbedaan yang mencolok antara tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh. Berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terletak lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat berkas pembuluh yang tidak teratur. Hal ini sesuai dengan literatur Napitupulu (2013) yang menyatakan bahwa perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh. Berkas pembuluh terdiri dari xylem atau suatu alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sari makanandan unsur hara dari tanah ke seluruh tumbuh-tumbuhandan phloem yaitu berkas yang berfungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuh-tumbuhan. Adapun fungsi dari daun adalah menjalankan sintesis senyawa-senyawa organik dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang diperlukan, suatu proses yang dikenal sebagai fotosintesis. Fungsi daun yang seperti ini merupakan fungsi utama dari daun. Hal tersebut sesuai dengan literature Napitupulu (2013) bahwa proses pengubahan energi berlangsung dalam organel sel khusus yang disebut kloroplas, tempat penyimpanan pigmen klorofil. Struktur eksternal dan internal daun berkaitan dengan peranannya dalam fotosintesis dan transpirasi (hilangnya air dalam bentuk uap). Pada epidermis didapati stoma, yang bertugas untuk pertukaran gas antar jaringan daun dan atmosfer. Setiap stoma terdiri atas dua sel pengawalyang mengelilingi lubang celah (apertur). Stoma dapat membuka dan menutup apertur, dan dengan demikian mengatur pemasukan dan pengeluaran gas dari dan ke daun.Transportasi pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan dilakukan melalui pembuluh tapis (phloem). Hal ini sesuai dengan literatur Napitupulu (2013) yang menyatakan bahwa kloroplas adalah plastida yang mengandung butir-butir hijau daun (klorofil). Pada tumbuh-tumbuhan umumnya berbentuk lensa (cakram) yamg biasanya 4-6. Tetapi terdapat juga kloroplas yang bermacam-macam ada yang berbentuk silinder yang mengelilingi inti, ada yang berbentuk spiral, ada yang berbentuk lempeng dan sebagainya. Penyebab permukaan daun atas lebih hijau dari daun bagian bawah adalah karena pada permukaan daun atas berhadapan langsung dengan cahaya matahari yang langsung mengenai permukaan daun sehingga memberikan warna hijau lebih terang dari lapisan bawah daun. Hal ini sesuai dengan literatur Napitupulu (2013) bahwa larutan klorofil dalam alcohol mempunyai sifat fisis yang istimewa. Apabila dalam larutan ini diberikan cahaya langsung akan menghasilkan cahaya hijau sedang bila diberi cahaya pantulan (fathing up) berwarna merah. Dengan background yang hitam akan memberi warna merah. Sarung pembuluh (bundle sheath) pada tumbuhan monokotil berfungsi untuk menyarungi berkas pembuluh hingga ke ujung tracheid. Hal ini sesuai dengan literatur Napitupulu (2013) yang menyatakan bahwa pada berkas-berkas pembuluh yang besar sering ia dikelilingi oleh parenkima yang kompak yang disebut sarung pembuluh (bundle sheath), sehingga berkas pembuluh tidak akan berhubungan dengan ruang-ruang antar sel.Daun biasanya berbentuk tipis dan rata, berkaitan dengan fungsinya dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Mulyani (2006) yang menyatakan bahwa daun biasanya rata dan tipis sehingga memudahkan masuknya sinar matahari ke dalam sel. Luasnya permukan daun juga memungkinkan terjadinya pertukran gas.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Dari histogenesis daun, daun terdiri dari tiga bagian yaitu : epidermis, mesofil, dan berkas pembuluh.2. Perbedaan yang mencolok antara daun monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh.3. Transportasi pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan dilakukan melalui pembuluh tapis (phloem).4. Pada tumbuhan monokotil dijumpai sarung pembuluh (bundle sheath).5. Pada tumbuhan dikotil, phloem terletak di bagian luar sedangkan xylem terkumpul di tengah phloem. SaranAgar praktikan lebih cermat dalam pemotongan organ tanaman, agar jaringan tanaman terutama jaringan pada daun yang sangat berperan dalam proses fotosintesis tidak rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Dickison, William C. 2000. Integrative Plant Anatomy. Academic Press. USAFahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Bandung.

Hidayat, E. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB. Bandung.

Khan, Aslam. 2001. Plant Anatomy and Physiology. Mehra Offset Printers. New Delhi.

Maiti, Ratikanta, dkk. 2012. Crop Plant Anatomy. CPI Group. USA.

Mishra, S. R. 2009. Understanding Plant Anatomy. Discovery Publishing House pvt. Ltd. New Delhi.

Napitupulu, J.A. 2009. Anatomi Tumbuhan. USU Press. Medan.Nugroho, L. Hartanto, dkk. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Paimin, F., R., 2003. Bertanam Mangga Ala Petani Thailand. Penebar Swadya,Jakarta.

Pinem, M. I., 1991. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Jumlah Biji Perlubang Tanam Terhadap pertumbuhan dan Produksi Jagung Sayur, Thesis. Fakultas Pertanian Universitas Siumatera Utara, Medan.

Rubatzky, V. E. Dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi dan Gizi, Terjemahan Catur Herison. ITB press, Bandung.

Rukmana, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, R., 1999. Mangga, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Jakarta.

Sastrodinoto, S. 1990. Biologi Umum II. Penerbit PT.Gramedia. Jakarta.Singh, L. B. 1968. The Manggo its Botany. Inc. New York.

Thompson, Homer. C. Kelly, William. 1957. Vegetable Crops. McGraw Hill Book Company, New York.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yoyakarta.

Warisno, 1998. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.