anamnesis dan pemeriksaan fisik asma

2
Anamnesis dan pemeriksaan fisik asma Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat ditangani dengan baik, mengi (wheezing) berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis. Asma pada anak-anak umumnya hanya menunjukkan batuk dan saat diperiksa tidak ditemukan mengi maupun sesak. Diagnosis asma didasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis klinis asma sering ditegakkan oleh gejala berupa sesak episodik, mengi, batuk dan dada sakit/sempit. 1 Pengukuran fungsi paru digunakan untuk menilai berat keterbatasan arus udara dan reversibilitas yang dapat membantu diagnosis. Mengukur status alergi dapat membantu identifikasi faktor resiko. Pada penderita dengan gejala konsisten tetapi fungsi paru normal, pengukuran respons dapat membantu diagnosis. Asma diklasifikasikan menurut derajat berat, namun hal itu dapat berubah dengan waktu. Untuk membantu penanganan klinis, dianjurkan klasifikasi asma menurut ambang kontrol. Untuk dapat mendiagnosis asma diperlukan pengkajian kondisi klinis serta pemeriksaan penunjang. 1 2.9.1 Anamnesis Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah dan berair (konjungtivitis alergi),

Upload: widiyanti

Post on 02-Dec-2015

1.193 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

asma

TRANSCRIPT

Page 1: Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Asma

Anamnesis dan pemeriksaan fisik asma

Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat ditangani

dengan baik, mengi (wheezing) berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal

untuk menegakkan diagnosis. Asma pada anak-anak umumnya hanya menunjukkan batuk dan

saat diperiksa tidak ditemukan mengi maupun sesak. Diagnosis asma didasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis klinis asma sering ditegakkan oleh

gejala berupa sesak episodik, mengi, batuk dan dada sakit/sempit.1

Pengukuran fungsi paru digunakan untuk menilai berat keterbatasan arus udara dan

reversibilitas yang dapat membantu diagnosis. Mengukur status alergi dapat membantu

identifikasi faktor resiko. Pada penderita dengan gejala konsisten tetapi fungsi paru normal,

pengukuran respons dapat membantu diagnosis.

Asma diklasifikasikan menurut derajat berat, namun hal itu dapat berubah dengan waktu.

Untuk membantu penanganan klinis, dianjurkan klasifikasi asma menurut ambang kontrol.

Untuk dapat mendiagnosis asma diperlukan pengkajian kondisi klinis serta pemeriksaan

penunjang.1

2.9.1 Anamnesis

Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung

ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah dan berair (konjungtivitis alergi), dan

eksem atopi, batuk yang sering kambuh (kronik) disertai mengi, flu berulang, sakit akibat

perubahan musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas karena masalah

pernapasan (saat berolahraga), sering terbangun pada malam hari, riwayat keluarga (riwayat

asma, rhinitis atau alergi lainnya dalam keluarga), memelihara binatang di dalam rumah, banyak

kecoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah.

Untuk mengetahui adanya tungau debu rumah, tanyakan apakah menggunakan karpet

berbulu, sofa kain beludru, kasur kapuk, banyak barang di kamar tidur. Apakah sesak seperti

bau-bauan seperti parfum, spray pembunuh serangga, apakah pasien merokok, orang lain yang

merokok, di rumah atau lingkungan kerja, obat yang digunakan pasien, apakah ada beta blocker,

aspirin, atau steroid.1

Page 2: Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Asma

2.9.2 Pemeriksaan klinis

Pada pemeriksaan fisik pasien asma, sering ditemukan perubahan cara bernapas, dan

terjadi perubahan bentuk anatomi toraks. Pada inspeksi dapat ditemukan: napas cepat sampai

sianosis, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas tambahan di leher, perut, dan dada. Pada

auskultasi dapat ditemukan mengi, ekspirasi memanjang.1,9