anamnes is

19
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena at berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini d Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi para pemba!a. Atas perhatiannya penulis u!apakan limpah terima kasih. "akarta# januari $%& & Penyusun 1

Upload: annie-bukang

Post on 06-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anamnesis

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Atas perhatiannya penulis ucapakan limpah terima kasih.

Jakarta, januari 2011Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................1Daftar Isi2Bab I Pendahuluan...3Bab II Pembahasan......4Bab III PenutupA. Kesimpulan.18Daftar Pustaka19

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,kreativitas,kesadaran social,emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat da merupakan landasan perkembangan berikutnya. 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu : kepribadian/tingkah laku social, gerakan motorik halus, bahasa, dan juga perkembangan motorik kasar.

2. TujuanAdapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah: a. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu tmbuh kembangb. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu skor APGARc. Mahasiswa mampu untuk melakukan penatalaksaan yang tepat bagi pasien yang didiagnosis dari keluhan tersebut.d. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan fisik pada pasien

BAB IIISI

A. Anamnesis Kataanamnesisberasal dari bahasa Yunani yang berarti mengingat kembali. Anamnesis merupakan riwayat tentang penyakit yang diceritakan oleh penderita (autoanamnesis) atau oleh orang lain (allo anamnesis) dan merupakan keterangan pertama yang disimpulkan oleh pemeriksa. Alloanamnesis, yaitu wawancara yang dilakukan antara dokter dan orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien, seperti keluarga, pembantu, atau babysitter, dikarenakan pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, sehingga perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya.Anamnesis meliputi : Biodata/Identitas Biodata klien mencakup nama, tempat tanggal lahir, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan. Penyakit Sekarang /Keluhan Utama Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Riwayat Sosial Hubungan interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya Tujuan Anamnesis1. Untuk mendapatkan keterangan yang sebanyak-banyaknya mengenai si sakit dan penyakitnya.2. Untuk membantu menegakkan diagnosis.3. Untuk menetapkan diagnosis banding.

B. Pemeriksaan fisik Tes denver IIDenver developmental sreening test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang di gunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Di kenal dengan denver scale adalah test skrining untuk masalah kognitif dan perilaku pada anak. DDST mereflesikan persentase kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu.tes ini dapat di lakukan oleh dokter spesialis anak ,tenaga professional kesehatan lainnya,atau tenaga professional dalam layanan sosial. Manfaat DDSTPenyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit di deteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST di rencang untuk membentu petugas kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan usia dini.Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan DDST tergantung pada usia anak. Pada bayi yang baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis. Pada bayi,test ni seringkali dapat memberkan jaminan pada orang tua atau bermanfaat dalam mengindentifikasi berbagai problema dini yang mengancam mereka. Pada anak, tes ini dapat meringankan permasalahan akademik dan sosial.Denver II dapat di gunakan untuk bernagai tujuan antara lain:1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya2. Menilai tingkat perkambangan anak yang tampak sehat3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala,kemungkinan adanya kelainan perkembangan4. Membenatu anak yang beresikomengalami kelainan perkembangan5. Memastikan anak yang di duga mengalami kelainan perkembangan.Sebelum menerapkan DDST kita harus memahami apa yang hendak di ukur melalui tes tersebut. Agar tidak terajadi kesalahan pemahaman,ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan terkait tes denver II :1. Denver II bukan merupakan tes IQdan bukan alat peramal kemampuan adaptif atau intelektual(perkembangan) pada masa yang akan datang2. Denver II tidak di gunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti kesukaran belajar, ganguan bahasa, ganguan emosional,dan sebagainya3. Denver II di arahkan untuk membandingakn kemampuan perkembangan anak dengan anak lain dengan seusia bukan sebagia penganti evaluasi diagnosis atau pemeriksaan fisik.Tujuan pokok DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir perkembangan anak melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak anak yang memerlukan evaluasi yang lebih lanjut terkait perkembangan mereka. Dengan demikian ,tes ini dapat memiliki criteria kesimpulan hasil perkembangan anak abnormal,yang ada hanyalah normal, tersangka, dan tidak dapat di ujiDenver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak mulai dari 0-6 tahun. Item item tersebut tersususn dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor yaitu : 1. Sector personal sosial ,yaitu penyesuain diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi.2. Sektor matorik halus adaptif, yaitu koordinasi mata dan tangan , kemampuan memainkan dan mengunakan benda bennda kecil, serta pemecahan masalah.3. Sektor bahasa, yaitu mendengar,mengerti dan mengunakan bahasa.4. Sector motorik kasar, yaitu duduk,berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya.Setelah menyelesaikan tes denver II, kita perlu melakukan tes perilaku anak secara subjektif, dan memperoleh taksiran kasar babaimana seorang anak mengunakan kemampuannya.1 Antropometri Tinggi Badan Pengukuran pada anak sampai usia 2 tahun dengan berbaring menggunakan infantometer,diperlukan bantuan ibu untuk memegang kepala anak agar alat tetap menempel pada ubun-ubun,kesulitan biasanya pada saat meluruskan tungkainya dengan telapak kaki menempel pada pengukur,karena bayi tidak suka dipegang agar diam beberapa waktu.

1. Berat badan Pengukuran dapat di lakukan dengan gtepat mengunakan timbangan elekronik, bayi dalam keadaan telanjang, atau pada anak dengan memakai baju dalam saja. Timbangan lain yang dapat di gunakan dengan tepat ialah timbangan yang mengunakan dacin, atau timbangan injak yang secara teratur di tera untuk menjada ketepatannya. Usahakan agar jarum penunjuk selalu pada angka 0 setiap akan di lakukan pertimbangan.1. Lingkar kepala Pengukuran pada lingkaran occipitofrontal merupakan ukuran pertumbuhan kepala dan otak. rerata dari 3 kali pengukuran di pakai sebagai standardnya. Ukuran ini penting sekali pada keadaan keterlambatan perkembangan dan kecurigaan adanya hydrocephalus. Pengukuran di lakukan dengan mengukur lingkaran yang terbesar. Lingkar Lengan Pengukuran Lingkaran Lengan sama seperti posisi pada waktu mengukur lingkaran kepala,dari samping dengan lengan kiri menggantung bebas disampingnya.batas pengukuran adalah pertengahan antara acromion dan olecranon pada lengan dibengkokkan 90 derajat.2

C. Skor APGAR Bayi baru lahir memerlukan observasi cermat dan terampil untuk memastikan apakah telah terjadi penyesuaian yang memuaskan terhadap kehidupan ekstrauterin.Pengkajian awal : scoring APGARMetode yang paling sering di gunakan untuk mengkaji penyesuaian segera bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin yaitu sistem scoring apgar. Skor ini berdasarkan observasi denyut jantung ,reflex iritabilitas,usaha bernapas , tonus otot dan warna. Setiap item di beri skor 0,1,atau 2. Evalusi kelima kategori di buat pada 1 menit dan5 setelah kelahiran dan di ulang sampai kondisi bayi stabil. Skor total 0sampai 3 menunjukan distress berat,skor 4 sampai 6 menunjukan kesulitan sedang,dan skor 7 sampai 10 menunjukan bawah tidak ada kesulitan dalam penyesuain terhadap kehidupan estrauterin. Skor apgar sangat di pengaruhi oleh derajat imaturasi fisiologis,infeksi,malformasi bawaan sedasi atau analgesi ibunya,kelainan muscular,.Skor APGAR mencerminakan kondisi umum bayi pada menit 1 dan 5 berdasarkan kelima parameter yang di terangkan di atas . akan tetapi skor apgar bukanlah alat yang berdiri sendiri untuk menerjemahkan kejadian yangtelah lalu ataupun meremalkan kejadian yang akan datang yang berkaitan dengan status neurologis dan fisik bayi.Evaluasi bayi saat lahir-sistem scoring APGAR.3Tanda 012

Denyut jantung Tidak adaLambat, 1 tahun. Vaksin BCG di berikan secra intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M. deltoideus sesuai anjuran WHO,tidak di tempat lain ( bokong,paha). Hal ini mengingat penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah di lakukan ( jaringan lemak subkutis tipis),ulkus yang terbentuk tidak menganggu struktur otot setempat Imunisasi BCG ulangan tidak di anjurkan Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namum dapat mencegah komplikasinya . Vaksin BCG merupakan vaksin hidup,maka tidak di berikan pada pasien imunokrompromais( leukemia, anak yang sedang mendapat pengobatan steroid jangka panjang,atau menderita infeksi HIV). Apabila BCG di berikan [ada umur lebih dari 3 bulan,sebaiknya di lakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG di berikan apabila uji tuberkulin negative.

2. Hepatitis B Vaksin hepatitis B harus segera di berikan setelah lahir,mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.

Jadwal imunisasi hepatitis B Imunisasi hepatitis B 1 di berikan sedini mungkin( dalam waktu 12 jam) setelah lahir,mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil mengidap hepatitis B aktif dengan resiko penularan kepada bayinya sebesar 45% Imunisasi hepatitis B 2 di berikan setelah 1 bulang ( 4 minggu) dari iminisasi hep B 1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapoat respons imun optimal,interval imunisasi Hep B 2 dengan Hep B 3minimal 2 bulan,terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hep B3 di berikan pada umur 3-6 bulan Jadwal dan dosis hep B1 saat lahir, di buat berdasarkan status HBsAg ibu saat melahirkan yaitu: 1) ibu dengan status HbsAg yang tidak di ketahui, 2) ibu HBaAg positif, atau ibu HBsAg negative Depertemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-0 monovalen( dalam kemasan uniject) saat lahir, di lanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepB pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepB di berikan dalam kombinasi denagn DTwP untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepB3 yang masih rendah.Hepatitis B saat bayi lahir, tergantung status HbsAg ibu Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak di ketahui: hepB1 harus di berikan dlam waktu 12 jam setelah lahir , dan di lanjutkan pada umur 1 bulan dan 3-6 bulan. Apabila semula status HbsAg ibu td=idak di ketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya di ketahui bahwa ibu HbsAg positif maka di tambahkan hepatitis B imunoglobolin(HBIg) 0,5ml sebelum bayoi berumur 7 hari. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg B positif: di berikan vaksin hepB1 dan HBIg 0,5ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.Ulangan imunisasi hepatitis B Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak blom pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya di berikan imunisasi Hep B dengan jadwal 3 kali pemberian Ulangan imunisasi hepatitis B( hepB 4) dapat di pertimbangkan pada umur 10-12 tahun,apabila kadar pencegahan belom tercapai.Cakupan imunisasi hepatitis B ketiga di Indonesia sangat rendah apabila d bandingkan dengan DPT-3 . untuk mengatasi hal tersebut,sejak tahun 2006 imunisasi hep-B pada jadwal depertemen kesehatan di kombinasikan dengan DTwP. Jadwal depkes dapat di pergunsksn bersama jadwal imunisasi IDAI.Table imunisasi hepatitis B*UmurImunisasiKemasan

Saat lahirhepB-0Uniject( hepB-monovalen)

2 bulanDTwP dan hepB-1Kombinasi DTwP/hepB-1

3 bulanDTwP dan hepB-2Kombinasi DTwP/hepB-2

4 bulanDTwp dan hepB-3Kombinasi DTwP/hepB-3

*jadwal depertemen kesehatan

3. DTwP ( whole cel pertussis) dan DTaP( acelluler pertussis)Saat ini setelah ada vaksin DTaP( DTP dengan komponen acelluler pertussis) di samping di samping vaksin DTwP( DTP dengan komponana whole cell pertussis) yang telaha di pakai selama ini. Kedua vaksin DPT tersebut dapat di pergunakan secar abersamaan dalam jadwal imunisasi. Jadwal imunisasi Imunisasi DTP primer di berikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh di berikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik 8 minggu, jadi DPT-1 di berikan pada usia 2 bulan ,DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 pada umur 6 bulan. Ulangan booster DTP selanjutnya di berikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Dosis vaksinasis DPT DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5ml,intramuscular,baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan. Pemberian DTP kombinasiVaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu DTwP/hepB,DTaP/Hib,DTwP/Hib, DTaP/IPV,DTaP/Hib/IPV sesuai jadwal.

4. Polio Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio-1,2,dan 3. OPV( oral polio vaccine), hudup di lemahkan,tetes,oral. IPV( inactivated polio vaccine),in-aktif,suntikan.Kedua vaksin polio tersebut dapat di pakai secara bergantian. Vaksi IPV dapat di berika pada anak yang sehat maupun anak yang menderita imunokompromais, dan dapat di berikan sebagai imunisasi dasar maupun ulangan. Vaksin IPV dapat juga di berikan bersamaan dengan vaksin DTP,secara terpisah atau kombinasi. Jadwal Polio-0 di beriakn saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi. Hal ini di perlukan karena Indonesia rentan terhadap transmisi virus polio liar dari daerah endemic polio( india,afganistan,sudan). Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka di berikan pada saat bayi meninggalkan riumah sakit/ rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain karena virus polio vaksin dapat di ekskresi melalaui tinja. Untuk keperluar ini, IPV dapat menjadi alternative. Untuk imunisasi dasar ( polio-2,3,4) di berikan pada umur 2,4,dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu Dalam rangka eradikasi polio( erapo), masih di perlukan Pekan Imunisasi Polio (PIN) yang di anjurkan oleh Depertemen Kesehatan. Pada PIN semua balita harus mendapat imunisasi OPV tanpa memandang status imunisasinya ( kecuali pasien imunokompromais di berikan IPV) untuk memperkuat kekebalan di mukosa salauran cerna dan memutuskan transmisi virus polio.

Dosis OPV di berikan 2 tetes peroral IPV dalam kemasan 0,5ml,intramuscular. Vaksin IPV dapat di berikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi ( DTaP/IPV,DTaP/Hib/IPV). Imunisasi polio ulangan di berikan satu tahun sejak imunisasi polio-4, selanjutnya saat masuk sekolah(5-6 tahun).

5. Campak Vaksin campak rutin di anjurkan di berikan dalam satu dosis 0,5ml secara sub kutan dalam ,pada umur 9 bulan. Depertemen Kesehatan mengubah strategi reduksi dan eliminasi campak,sebagai berikut. Di samping imunisasi umur 9 bulan, di berikan juga imunisasi kesempatan kedua ( second opportunity pada crash program) pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6. Crash program campak ini telah di lakukan secara bertahap (5 tahap) di semua provinsi pada tahun 2006 dan 2007. Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program school based catch up campaign, yaitu secar arutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program BIAS Apabila telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6 tahun ; ulangan campak SD kelas 1 tidak diperlukan

Penyuluhan Imunisasi Penyuluhan tentang imunisasi dasar di lakukan agar para ibu mengetahui seberapa penting imunisasi itu. penyuluhan biasa di lakukan kepada ibu ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga mereka tau tujuan dari imunisasi yaitu untuk mencegah penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia dan juga Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Dalam penyuluhan juga wajib memberitaukan kepada ibu- ibu tentang macam macam imunisasi yang wajib di berikan kepada bayi dan juga jadwal imunisasinya serta menerangkan apa itu imunisasi dasar. Tidak lupa juga memberitaukan kepada ibu-ibu dengan mengunakan bahasa yang gampang di mengerti karena latar belakang pendidikan dan sosial mereka yang rendah. 4E. Tumbuh kembang pertumbuhan (growth)ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat.Perkembangan (development)ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Dimana keduanya berjalan secara berkesinambungan dalam tubuh manusia. Terdapat dua faktor utama yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu faktorgenetikdan faktorlingkungan.

Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anakPenilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial adekuat.Parameter ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik, antara lain tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran dada, lipatan kulit, lingkaran lengan atas, panjang lengan (arm span), proporsi tubuh/perawakan, dan panjang tungkai. Penilaian pertumbuhan dimulai dengan memplot hasil pengukuran tinggi badan, berat badan pada kurva standar (misalnya NCHS, Lubschenko, Harvard, dan lain sebagainya), sejak dalam kandungan (intra uterin) hingga remaja.Sedangan penilaian perkembangan anak pada fase awal umumnya dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara, bahasa dan pendengaran serta sosial emosi dan perilaku. Salah satu alat untuk skrining yang dipakai secara internasional, yaitu DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut sebagai Denver II dengan menggunakanpass-fail ratingspada 4 ranah perkembangan, yaitupersonal-social, fine motor adaptive, language,dangross motoruntuk anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :a) Personal social (kepribadian/tingkah laku social).Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.b) Fine Motor adaptive (gerakan motorik halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagiantubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil,tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan untuk menggambar,memegang sesuatu benda,dll.c) Languange (bahasa)Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,mengikuti perintah dan berbicara spontan.d) Gross motor (perkembangan motorik kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

KMS (Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mengukur saja, tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya. KMS yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan standar Harvard, dimana 50 persentil baku Harvard dianggap 100%. Seminar Antropometri di Ciloto 1991 merekomendasikan untuk menggunakan baku NCHS untuk menggantikan baku Harvard yang secara internasional mulai berkurang penggunaannya.

F. ASI ( Air Susu Ibu) Dalam membahas makan bayi/ anak, ASI merupakan makanan bayi utama dan alami. ASI dengan komposisi yang unik di ciptakan sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi manusia. Hal ini karena ASI mempunyai banyak keunggulan seperti kandungan gizi yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi , ASI mengandung bermacam macam zat anti baik yang seluler maupun yang humoral,sehingga morbiditas dan mortalitas bayi yang minum ASI lebih rendah dari pada yang minum susu formula, mendekatkan hubungna ibu dan bayi ,sehingga menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting untukmengembangakan dasar keprcayaan ,mengurangi angka kejadian karies gigi dan maloklusi rahang, ASI mengandung enzim enzim yang membantu mencerna makanan ,dan juga enzim yang berfungsi anti bakteri misalnya: ACTH,TRH, TSH, EGF ,proklatin ,kortikosteroid ,prostaglandin, dan lain lain. Selain itu ASI juga menguntungkan bagi ibu,seperti menguranggi perdarahan setelah melahirkan , mepercepat involusi uterus, menunda kembalinya kesuburan ,akibat dari amenore anovulasi.G. Makanan pendamping ASI Pemberian makan pada bayi /anak mempunyai satu tujuan yaitu Memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan, dan untuk aktifitas sehari hari Menunjang tercapinya tumbuh kembang yang obtimal Mendidik ana supaya terbina selera dan kebiasaan makanan yang sehat, memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak.Saat mulai di berikan MP-ASI tersebut harus di sesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya.Sebaiknya MP-ASI mulai di berikan pada umur 4-6 bulan. Pada umur 4-6 bulan pertama sebaiknya baik hanya mendapat ASI . hal ini erat hubungnya dengan umur 4-6 bulan ,bayi sudah mampu melakukan kordinasi menghisap,menelan,bernapas, dan bayi siap menghisap makanan yang cair saja.di saming itu ASI masih mencukupi kebutuhan bayi samapi 4-6 bulan pertama kehidupan.Di Indonesia terutama di daerah pedesaan sering kita jumpai pemberian MP-ASI sudah mulai beberapa hari setelah bayi lahir, kebiasaan ini kurang baik karena pemberian MP-ASI yang terlalu dini mengakibatkan:1. Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini di sebabkan cara menyiapkan makanan yang kurang bersih, juga karena pembentukan zat anti oleh usus bayi belum sempurna1. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi akibat usus bayi masih permeable, sehingga mudah di lalui oleh protein asing1. Terjadi malnutrisi / ganguan pertumbuhan anak . bila makanan yang di berikan kurang bergizi mengakibatkan anak menderita KEP ( kurang energy protein ) dan dapat terjadi sugar baby/ obesitas bila makanan yang di berikan mengandung kalori yang terlalu tinggi.1. Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan MP-ASI tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang,akibatnya dapat menurunkan produksi ASI.1. Tingginya solute dari MP-ASI yang di berikan, sehingga dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal.Sedangkan alasan pemberian MP- ASI di mulai pada umur 4-6 bulan, adalah4. Kebutuhan energy bayi untuk pertumbuhan dan aktifitas makin bertambah,sedangkan produksi ASI relative tetap 4. Pada umur 4-6 bulan tersebut , bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amylase lebih banyakk pula. Sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI.5

BAB III

KESIMPULAN

Dengan mempelajari tumbuh kembang anak ini diharapkan kita dapat menjaga agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang berguna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nugroho W Santoso. Petunjuk denver developmental screening test . Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2009. Hal 4-6.

2. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC,1995. Hal 29-30.

3. Wong L Donna,dkk. Buku Ajar Keperawatan Pesiatriks Vol 1. Edisi 6: Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2009. Hal 232.

4. Ranuh.IGN. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia,2008. Hal 97-105.

5. Narendara.B.Moersintowarti,dkk. Tumbuh Kembang dan Remaja. Jakrta: Ikatan Dokter Anak Indonesia ,2002. Hal 23-59.

1