analsis perbandingan metode stochastic oscillator...

126
ANALSIS PERBANDINGAN METODE STOCHASTIC OSCILLATOR DAN MOVING AVERAGE CONVERGENCE DIVERGENCE DALAM MENENTUKAN SINYAL JUAL DAN SINYAL MEMBELI (STUDI KASUS PADA SAHAM YANG TERGABUNG DI INDEKS DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE (DJIA) PERIODE 2015-2017) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Alfi Ubaidillah NIM.11150810000060 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Upload: others

Post on 21-Mar-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALSIS PERBANDINGAN METODE STOCHASTIC

OSCILLATOR DAN MOVING AVERAGE CONVERGENCE

DIVERGENCE DALAM MENENTUKAN SINYAL JUAL DAN

SINYAL MEMBELI

(STUDI KASUS PADA SAHAM YANG TERGABUNG DI

INDEKS DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE (DJIA)

PERIODE 2015-2017)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Alfi Ubaidillah

NIM.11150810000060

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

ii

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Alfi Ubaidillah

2. Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 29 April 1997

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl. Abdul Wahab No.97 rt01/05

Kec.Sawangan Kota Depok

6. Nama Ayah : Agus Susanto

7. Nama Ibu : Siti Rumyati

8. No. Handphone : 085773891694

9. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN Duren Seribu 03 : Tahun 2003 - 2009

2. SMP Negeri 14 Depok : Tahun 2009 - 2012

3. SMA Negeri 1 Parung : Tahun 2012 - 2015

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Tahun 2015 – 2019

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Panitia Yout Economic Summit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

2. Anggota Ikatan Remaja Masjid Al-Mukhlasien (IRMA) 2015-2019

vi

ABSTRACT

This study aims to analyze the comparison of the Stochastic Oscillator method

with Moving Average Convergence Divergence (MACD) in determining sell

signals and buying signals. Buy and sell signals are obtained from the

intersection of the MACD line and Stochastic Oscillaotr line with standard

format. The concept in this study is to compare the results obtained from both

methods in providing buying signals and sell signals. This study uses a sample

of companies incorporated in the Dow Jones Industrial Average index using

weekly data for the period 2015-2017. This sample collection technique uses

Purpose Sampling, based on predetermined criteria, obtained 29 companies that

can be sampled. The data analysis technique used is comparative analysis. The

results showed that the buying signal and the sell signal from the two methods

were significantly different

Keywords: Technical Analysis, Stochastic Oscillaotor and Moving Average

Convergence Divergence, buy signals and stock sell signals.

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan metode Stochastic

Oscillator dengan Moving Average Convergence Divergence (MACD) dalam

menentukan sinyal menjual maupun sinyal membeli. Sinyal membeli dan menjual

didapatkan dari perpotongan garis MACD maupun Stochastic Oscillator dengan

format standar. Konsep pada penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil

yang didapatkan dari kedua metode tersebut dalam memberikan sinyal membeli

maupun sinyal menjual. Penelitian ini menggunakan sampel yaitu perusahaan

yang tergabung dalam indeks Dow Jones Industrial Average dengan

menggunakan data mingguan selama periode 2015-2017. Teknik pengumpulan

sample ini menggunnakan Purpose Sampling, berdasarkan kriteria-kriteria yang

telah ditentukan, diperoleh 29 perusahaan yang dapat dijadikan sampel. Teknik

analisis data yang digunakan yaitu analisis komparatif. Hasil penelitian

menunjukann bahwa sinyal membeli maupun sinyal menjual dari kedua metode

tersebut siginifikan berbeda

Kata kunci: Analisis Teknikal, Indikator Stochastic Oscillaotor dan Moving

Average Convergence Divergence, sinyal beli dan sinyal jual saham.

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bissmilahirahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhanallahu

wata’ala atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa sampai kepada Nabi Muhammad

Shallallahu ’alaihi wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan juga

kepada ummatnya.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas

Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul penelitian ini adalah “Analisis

Perbandingan Metode Stochastic Oscillator dan Moving Average

Convergence Divergence Dalam Menentukan Sinyal Jual dan Sinyal Membeli

(Studi Kasus Pada Saham yang Tergabung di Indeks Dow jones Industrial

Average (DJIA) Periode 2015-2017).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan

tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua, Ibu Siti Rumyati dan Bapak Agus Susanto yang selalu

memberikan kasih sayang, dukuran moral maupun materil, nasihat,

motivasi, dan doa yang tidak pernah putus untuk keberhasilan dan

kebahagiaan penulis. Juga kakak penulis Dias Herdiansyah, Firsi Firdaus

ix

dan Yeni Fitriani yang juga memberikan dukuran moral maupun materil

serta memberikan semangat kepada penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., MA. selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., BKP., QIA. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Murdiayh Hayati, M.M. selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu

Amalia, SE.,MSM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah

membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi

berjalan dengan lancar.

5. Ibu Dr. Pudji Astuty, SE., MM. selaku dosen Pembimbing Skripsi,

terimakasih telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk

membimbing peneliti, memberikan motivasi, ilmu, arahan, dan saran yang

membangun kepada penulis baik selama masa perkuliahan maupun saat

masa bimbingan skripsi.

6. Bapak Deni Pandu Nugraha. M.Sc. selaku dosen Pembimbing Akademik

yang telah bersedia memberikan ilmu, arahan serta saran selama masa

perkuliahan ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan wawasan yang sangat bermanfaat.

x

8. Temen terdekat penulis yaitu Rama, Dhanu, Fikri, Didik, Rehan, Adam,

Sulthan, Ipul dan Fahmi yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah

penulis, dan memberikan semangat selama penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman Motivasiqueh yang selama masa perkuliahan selalu

memberikan semangat dan mengingatkan untuk terus berjuang, dan belajar

yaitu Diana Maulidia, Shahara Putri Gusevi, Siti Mega Murdiana dan

Yunita Anggraini

10. Seluruh teman di jurusan manajemen angkatan 2015 yang telah berjuang

bersama selama 4 tahun di UIN Jakarta.

11. Selururh teman IRMA yang telah memberikan semangat dan doa untuk

kelancaran dalam penulisan skripsi ini

12. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dan memberikan masukan bagi penulis

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna, tak terkecuali

skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada pembaca agar berkenan

memberikan saran dan koreksi pada skrisi ini agar dapat diperbaiki untuk penulis

berikutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 1 Juni 2019

Alfi Ubaidillah

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v

ABSTRACT ........................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULAN ....................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah ..................................................................................... 11

1.3.Tujuan Penelitian ...................................................................................... 12

1.4.Manfaat Peneitian...................................................................................... 12

1.5.Batasan Penelitian ..................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14

2.1.Landasan Teori .......................................................................................... 14

2.1.2. Investasi......................................................................................... 14

2.1.3. Tujuan Investasi ............................................................................ 15

2.1.4. Pasar Modal ................................................................................... 17

xii

2.1.5. Indeks Harga Saham ..................................................................... 27

2.1.6. Analisis Harga Saham ................................................................... 31

2.1.7. Kondisi Bearish dan Bullish ......................................................... 35

2.1.8. Stochastic Oscillator ..................................................................... 35

2.1.9. Moving Average Convergence Divergence ................................... 37

2.1.10. Sinyal Membeli dan Sinyal Menjual ............................................. 40

2.1.11. Abnormal Return ........................................................................... 44

2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 45

2.3. Kerangka Berfikir ....................................................................................... 54

2.4. Hipotesis ..................................................................................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 56

3.1. Jenis Penelitian........................................................................................ 56

3.2. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 57

3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 58

3.4. Data dan Sumber Data ............................................................................ 60

3.5. Variabel Penelitian .................................................................................. 60

3.6. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 60

3.7. Analisis Data ........................................................................................... 61

3.7.1. Input Data.................................................................................... 61

3.7.2. Menentukan Indikator Analisis Teknikal.................................... 61

3.7.3. Penggunaan Stochastic Oscillatro .............................................. 62

3.7.4. Penggunaan MACD ..................................................................... 63

3.8.Analisis Komparatif ................................................................................. 64

xiii

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 65

4.1. Jumlah Sinyal Jual dan Beli ..................................................................... 65

4.2. Besarnya Keakurasian dari Masing-masing Metode ............................... 65

4.3. Besarnya Perbedaan True dan False Signal ............................................. 67

4.4. Metode yang Lebih Unggul Dalam Memberikan Sinyal ......................... 74

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 76

5.1.Kesimpulan ............................................................................................. 76

5.2.Saran ....................................................................................................... 77

5.3.Implikasi ................................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1.1 Perkembangan Kinerja Indeks Pasar DJIA .............................. 10

Gambar. 2.1 Hubungan Return dengan Risiko ............................................... 26

Gambar 2.2 Death Cross Stochastic Oscillator ............................................... 36

Gambar. 2.3 Golden Cross Stochastic Oscillator ............................................. 37

Gambar. 2.3 Sinyal Jual dan Beli ...................................................................... 40

Gambar. 2.4 Kerangka Berfikir ........................................................................ 54

Gambar. 4.1 Grafik yang Dihasilkan dari True dan False Signal Masing-

masing Metode ............................................................................. 74

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perbedaan True dan False Signal Stochastic Oscillator .................. 70

Tabel 4.2 Perbedaan True dan False Signal MACD ........................................ 73

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Out[ut Harga Open dan Close Saham Stochastic Oscillator

dan Moving Average Convergence Divergence ....................... 82

Lampiran 2: Output SPSS Uji Statistik Deskripsi, Normalitas dan Uji

Hipotesis ..................................................................................108

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dewasa ini berinvestasi di dunia saham sudah mulai dilirik dan

diminati oleh kebanyakan investor di Indonesia mulai dari wirausahawan,

profesional, bahkan meluas sampai ke kalangan pelajar maupun mahasiwa.

Dari yang hanya sekedar mencari keuntungan sampai ada yang benar-benar

menjadi pekerjaan utamanya. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat

berinvestasi di pasar saham ini dapat mendapatkan return atau keuntungan

yang menjanjikan, bahkan dengan rentang waktu yang relatif lebih singkat.

Hal tersebut dapat terjadi jika para investor mau terus mempelajari lebih

dalam dibidang investasi.

Dikutip dari berita Indonesia.go.id (Rabu 15 April 2019) menyatakan

bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat pertumbuhan

realisasi investasi selama empat tahun terakhir menunjukkan tren yang cukup

positif. Tercatat selama kurun waktu 2015-2018, realisasi investasi mencapai

Rp2.572,30 triliun melampaui target dalam rencana strategis lembaga itu

sebesar Rp2.558,10 triliun. Data tersebut menunjukan bahwa berinvestasi pada

saat ini memang sudah mulai dilirik dan diminati oleh kalangan orang

banyak.

Dalam dunia investasi hal menarik yang perlu diperhatikan adalah

lahirnya aneka ragam cara menganalisis, dari yang hanya menggunakan

metode sederhana sampai menggunakan metode yang kompleks, hal tersebut

2

merupakan cara yang digunakan trader atau investor dalam menganalisis

suatu harga saham yang tentunya memiliki keunggulan dan kekurangannya

masing-masing jadi tidak ada satupun yang dapat dianggap metode paling

benar dan unggul yang dapat diterapkan pada semua situasi. Hal tersebutlah

yang membuat cara trading yang dilakukan oleh investor berbeda-beda dalam

dunia investasi, karena banyak dipengaruhi oleh cara analisis yang

digunakannya.

Para trader merupakan orang yang beraktivitas dalam perdagangan

saham, ketika berinvestasi mereka menggunakan metode atau model yang

mereka yakini cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya,

dengan tujuan dapat mengungguli pasar. Bagi kebanyak investor atau trader

yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan informasi tren perubahan

harga saham dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu

sangat singkat, bukan untuk berinvestasi jangka panjang. Olek karena itu para

investor ini berlomba-lomba dalam mencari metode yang mereka anggap

paling benar dan unggul. Dari metode yang investor pilih, yang terpenting

adalah bagaimana metode tersebut dapat memberikan informasi tren

perubahan harga saham dalam waktu yang sangat singkat, sehingga investor

dapat mendapatkan keuntungan yang lebih optimal.

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan

harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya

investasi dibedakan mejadi dua, yaitu investasi pada financial assets dan

investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di Pasar

3

Uang, dan lainnya atau di Pasar Modal, misalnya berupa saham, obligasi,

waran, opsi dan lain-lain. Sedangkan investasi pada real assets diwujudkan

dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan

pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.

Untuk melakukan investasi di Pasar Modal diperlukan pengetahuan

yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek

mana yang akan dibeli, mana yang akan dijual dan mana yang akan tetap

dimiliki. Mereka yang ingin berkecimpung dalam jual beli saham harus

meninggalkan budaya ikut-ikutan, gambling dan sebagainya yang tidak

rasional. Sebagai investor harus rasional dalam menghadapi pasar jual beli

saham. Selain itu, investor harus mempunyai ketajaman perkiraan masa depan

perusahaan yang sahamnya akan dibeli atau dijual (Halim, 2015: 13).

Berinvestasi di Pasar Modal pada hakikatnya seperti kegiatan yang

terjadi pasar tradisional yang selama ini kita telah kenal, dimana adanya

pedagang maupun pembeli untuk melakuan kegiatan transaksi, hanya saja

tempat maupun instrumen yang diperdagangkan tentunya berbeda. Pasar

Modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara, karena pasar

modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu, fungsi ekonomi dan fungsi

keuangan. Fungsi ekonomi dalam hal ini pasar modal menyediakan fasilitas

atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang

memiliki kelebihan dana (investor) dan pihkan yang memerlukan dana (issuer)

jangka panjang. Sedangkan dalam fungsi keuangan, dalam hal ini Pasar Modal

memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh return atau capital

4

gain atau interst bagi investor sesuai dengan karakteristik investasi yang

dipilih. Keberadaan Pasar Modal diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

peekonomian, karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi

perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala besar, pada

gilirannya akan meningkatkan profitabilitas (kemampuan labaan) perusahaan

dan kemakmuran masyarakat luas.

Dalam kegiatan Pasar Modal ada yang disebut dengan Emiten dan

Perusahaan Publik. Emiten merupakan pihak yang melakukan kegiatan

penawaran umum (public offering). Istilah Emiten mengacu pada kegiatan

yang dilakukan perusahaan yang menjual sebagian sahamnya kepada

masyarakat investor melalui penawaran umum di pasar perdana. Saham yang

telah dijual tersebut akan diperdagangkan kembali antara investor melalui

Bursa Efek di Pasar Sekunder. Sedangkan Perusahaan Publik (Public

Company) merupakan perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurangnya

300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurangnya Rp 3 Milyar.

Selama suatu perusahaan memenuhi kedua kriteria tersebut, selama itu pula

perusahaan wajib memenuhi ketentuan-ketentuan dibidang pasar modal yang

mengatur perusahaan publik, khususnya yang berkaitan dengan prinsip

keterbukaan (Halim, 2015: 2).

Dalam perputaran roda perekonmian, sumber-sumber pembiayaan

merupakan tulang punggung pengembangan usaha (bisnis). Untuk itu,

dibutuhkan solusi sumber dana yang memiliki risiko rendah serta tawaran

pilihan-pilihan insturmen yang memiliki jangka waktu panjang. Pasar Modal

5

muncul sebagai suatu alternatif solusi pembiayaan jangka panjang, sehingga

oleh perusahaan pengguna dana dapat leluasa memanfaatkan dana tersebut

dalam rangka kepentingan investasi (Hadi, 2013: 9).

Berinvestasai di Pasar Modal memerlukan pertimbangan-pertimbangan

yang sangat matang, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat

keuntungan atau return dan juga risiko yang akan di dapat oleh seorang

investor. Return yang diterima oleh investor dapat berupa dividen yang

dibagikan setiap periode oleh emiten ataupun selisih antara harga jual dan

harga beli yang disebut dengan capital gain. Investor selalu dihadapkan

dengan pilihan untuk memutuskan menjual atau membeli saham. Keputusan

tersebut harus dibuat dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi

investor atau berdampak pada penuruna return yang akan diterima. Selain

berhati-hati investor juga harus cepat dan tanggap dalam membaca situasi

pasar, agar keuntungan yang diperoleh menjadi optimal. Oleh karena itu

dibutuhkan analisis yang tepat yang menjadi dasar dalam pengambilan

keputusan.

Dalam berinvestasi di Pasar Modal, banyak variabel yang dapat

mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, baik itu yang datangnya dari

lingkungan eksternal maupun dari lingkungan internal perusahaan itu sendiri.

Sebagaimana kita ketahui bahwa harga saham dapat dipengaruhi oleh

beberapa variabel fudamental serta variabel teknikal sebagai indikator nilai

perusahaan, dimana variabel tersebut akan membentuk kekuatan pasar yang

nantinya akan berpengaruh terhadap transaksi suatu saham.

6

Untuk melakukan penilaian saham ada dua analisis yang dapat

dilakukan, yaitu fudamental analysis dan technical analysis. Untuk

menentukan harga saham yang tepat bagi sebuah perusahaan, terlebih dahulu

harus memproyeksikan dividen dan earning yang diharapkan dari sebuah

perusahaan. Inilah inti dari analisis fudamental, yaitu menentukan sebuah nilai

perusahaan seperti earning yang diharapkan

Selain analisis fudamental, investor dapat melakukan penilaian saham

dengan menggunakan analisis teknikal. Analisis teknikal dalam berinvestasi

merupakan salah satu hal yang penting, investasi sendiri dapat diartikan

sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang

akan datang (Tandelilin, 2010:2). Analisis teknikal biasanya mencari pola

yang terjadi berkali-kali pada harga saham. (Bodie, dkk. 2009).

Analisis teknikal memiliki filosofi bahwa analis dapat mengetahui

pola-pola pergerakan harga saham di masa lalu. Melalui observasi, pola-pola

tersebut digunakan untuk mengetahui pergerakan harga saham saat ini atau

dimasa yang akan datang. Umumnya analisis teknikal banyak digunakan oleh

investor yang ingin mengambil keuntungan jangka pendek (Harwaningrum.

2016: 139).

Analisis teknikal merupakan analisis terhadap data historis harga

saham. Melalui data historis yang dimiliki diharapkan dapat memprediksi arah

pergerakan harga saham selanjutnya, pendekatan ini menggunakan data pasar

yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume penjulan, indeks harga

7

saham gabungan dan individual, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis

(Samsuar. 2017: 119). Dalam analisis teknikal terdapat dua tren pergerakan

harga saham yaitu, up trend dan dow trend. Up trend adalah pergerakan harga

saham yang cenderung terus naik dari waktu ke waktu, sedangkan dow trend

adalah pergerakan harga saham yang cenderung mengalami penurunan dari

waktu ke waktu. Para analis teknikal berprinsip bahwa harga pasar suatu

saham ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham tersebut di

pasar modal. Pembentukan harga saham di pasar modal ditentukan oleh

banyaknya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Seperti kita

ketahui bahwa asumsi dasar dalam analisis teknikal adalah bahwa harga

sangat ditentukan oleh keseimbangan antara supply dan demand. Jika jumlah

permintaan suatu saham lebih banyak daripada penawarannya maka harga

saham akan cenderung mengalami kenaikan harga, dan begitu juga sebalikya,

jika jumlah penawaran suatu saham lebih banyak daripada permintaan maka

harga saham akan cenderung mengalami penururan harga.

Pergerakan harga saham dimasa datang dapat dianalisis dengan

melihat pergerakan harga saham di masa lalu. Pergerakan harga saham selain

dipengaruhi oleh volume harga saham masa lalu juga dipengaruhi oleh

banyaknya lembar saham yang diperdagangkan di pasar modal pada waktu

tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan (Sandrasari. 2010: 66) menyatakan

bahwa volume perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

volatilitas (kecepatan pergerakan) harga saham. Ekspektasi dan opini trader

akan tercermin dalam volume perdagangan yang dapat menggerakkan harga.

8

Semakin banyak jumlah lot saham yang berhasil diperjualbelikan dalam satu

hari maka pergerakan harga saham juga akan semakin fluktuatif.

Dalam analisis teknikal sendiri, banyak sekali metode yang dapat

digunakan untuk menganalisis harga saham seperti, Moving Average,

Stochastic Oscillator, Moving Average Convergence Divergece (MACD),

Relative Strength Index (RSI), Momentum, Williams% R dan masih banyak

lagi. Tetapi dalam penelitian ini hanya menguji dua indikator saja yaitu,

Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence (MACD).

Stochastic Oscillator merupakan sebuah indikator yang dikembangkan

oleh George C. Lane pada akhir tahun 1950, dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kejenuhan pasar yang memiliki sinyal beli dan jual. Analisis stochastic

oscillator terdiri dari dua buah garis, yaitu garis %K dan garis %D. Garis %K

menggambarkan posisi relatif, serta harga closing terhadap range harga

tertinggi dan terendah dalam periode pengamatan. Sedangkan garis %D

merupakan trigger line yang merupakan rata-rata pergerakan sederhana

(simple moving average) dari garis %K yang menandakan bahwa garis %D

adalah garis yang dibuat untuk mengidentifikasi arah pergerakan dari garis

%K (Hartanto, dkk. 2014: 999). sedangkan menurut Wira (2012:75)

“Stochastic Oscillator adalah indikator yang menunjukan lokasi harga

penutupan harga terakhir dibanding dengan range harga terendah/tertinggi

selama periode waktu tertentu”.

Moving Average Convergence Divergence atau yang biasa disebut

dengan MACD merupakan suatu indikator dari analisis teknikal yang

9

diciptakan oleh Gerald Appel pada tahun 1960an. MACD menggunakan dua

buah Exponential Moving Average (EMA) untuk mengindikasikan kondisi

overbought atau oversold yang berfluktuatif diatas dan dibawah garis nol (zero

line). Alasan memilih indikator Stochastic Oscillator dengan Moving Average

Convergence Divergence atau MACD selain dikarenakan populer dikalangan

trader analisis teknikal, penggunaan metode ini juga lebih mudah dalam

membaca grafik yang dihasilkannya, sehingga orang awam yang baru

mencoba dalam berinvestasi sangat cocok untuk memulainya.

Dalam penelitian ini hanya meneliti perusahaan yang terdaftar dalam

indeks Dow Jones Industrial Average. Dow Jones Industrial Average

merupakan salah satu indeks tertua yang ada di Amerika Serikat. Di awali

karena belum adanya indeks di bursa saham pada masa itu, Dow Jones lahir

sebagai salah satu indeks yang bertujuan agar investor tahu apakah pasar

sedang dalam keadaan naik atau turun, Dow Jones Industrial Average (DJIA)

atau yang lebih dikenal dengan Indeks Dow Jones adalah salah satu indeks

pasar saham yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri

Dow Jones & Company, Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu

cara untuk mengukur performa komponen industri di pasar saham Amerika .

Saat ini DJIA merupakan indeks pasar Amerika tertua yang masih berjalan

dimana indeks ini terdiri dari 30 perusahaan besar di Amerika yang sudah go

public, dimana 30 perusahaan tersebut terdapat pada lampiran 1.

10

Gambar 1.1 perkembangan kinerja indeks pasar DJIA

Sumber:https://www.macrotrends.net/1358/dow-jones-industrial-average-last-

10-years

Grafik tersebut menggambarkan kinerja indeks pasar Dow Jones

Industrial Average (DJIA) selama sepuluh tahun terakhir. Setiap titik grafik

pasar saham diwakili oleh harga penutupan harian untuk DJIA. Dari grafik

diatas, dapat disimpulkan bahwa indeks Dow Jones selalu mengalami

fluktuasi perkembangan yang positif dari tahun 2009 samapi dengan tahun

2018. Dengan alasan yang sudah dijelaskan menarik minat saya untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Metode

Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence Dalam

Menentukan Sinyal Jual dan Beli Pada Persuahaan Yang Tergabung Di

Indeks Dow Jones Industrial Average Periode 2015-2017”.

11

1.2.Rumusan Masalah

Harga saham selalu bergerak secara acak, baik dalam jangka pendek,

menengah maupun jangka panjang. Pergerakan harga tersebut akan

menciptakan pola-pola harga dan para teknikalis percaya pola-pola harga yang

terbentuk dimasa lalu mungkin akan terulang kembali dimasa mendatang.

Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa banyak sinyal jual dan beli yang dapat dihasilkan dari metode

Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence

(MACD) dalam pergerakan harga saham di Index Dow Jones Industrial

Average

2. Seberapa besar Keakurasian metode Stochastic Oscillator dan Moving

Average Convergence Divergence (MACD) dalam pergerakan harga

saham di Index Dow Jones Industrial Average

3. Berapa besar perbedaan true dan false signal yang dihasilkan dari metode

Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence

(MACD) dalam pergerakan harga saham di Index Dow Jones Industrial

Average.

4. Metode manakah yang lebih baik dalam memberikan sinyal pada

pergerakan harga saham di indeks Dow jones Industrial Average

12

1.3.Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan seberapa banyak sinyal jual dan beli yang dapat dihasilkan

dari metode Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence

Divergence (MACD) dalam pergerakan harga saham di Index Dow Jones

Industrial Average.

2. Menjelaskan Seberapa besar Keakurasian metode Stochastic Oscillator

dan Moving Average Convergence Divergence (MACD) dalam pergerakan

harga saham di Index Dow Jones Industrial Average.

3. Menjelaskan seberapa besar perbedaan true dan false signal yang

dihasilkan dari metode Stochastic Oscillator dan Moving Average

Convergence Divergence (MACD) dalam pergerakan harga saham di Index

Dow Jones Industrial Average.

4. Menjelaskan Metode manakah yang lebih baik dalam memberikan sinyal

pada pergerakan harga saham di indeks Dow Jones Industrial Average.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan referensi bagi penulis

maupun mereka yang ingin berinvestasi pada pasar modal, dimana saja,

dan kapan saja, maka analisis teknikal dapat dijadikan salah satu panduan,

sehingga diharapkan memberikan waktu yang tepat dalam memutuskan

untuk menjual atau membeli saham untuk mendapat keuntungan yang

optimal. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat menambah

13

keilmuan dan meningkatkan pengetahuan tentang analisis teknikal bagi

siapa saja khususnya penulis yang hendak berinvestasi.

2. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran

dan pengetahuan bagi akademis mengenai analisis perbandingan metode

Stochastic Oscillator dan MACD dalam menentukan sinyal jual dan beli.

Selain itu juga Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif bagi

siapa saja agar dapat mengetahui lebih lanjut mengenai analisis teknikal

dan memahami cara kerja metode analisis teknikal dalam memprediksi

pergerakan harga saham guna mendapatkan profit optimal

1.5.Batasan Penelitian

Batasan penelitian diperlukan oleh penulis untuk menjaga agar penelitian

yang dilakukan tidak menyimpang dari arahnya. Dalam penyusunan laporan

skripsi ini, permasalahn dibatasi pada perushaan yang datanya dapat diakses

melalui aplikasi chartnexus serta harga penutuan mingguan saham perushaan

yang terdaftar pada indeks Dow Jones Industrial Average periode 2015-2017.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan

sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di

masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk

mengorbankan konsumsi sekarang dengan tujuan memperbesar

konsumsi di masa datang. Pada umumnya investasi dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu investasi pada aset riil (real assets) dan

investasi pada aset finansial (financial assets). Investasi pada asset riil

antara lain dapat berupa tanah, emas, mesin, sedangkan investasi pada

asset fi nansiil antara lain dapat berupa saham, obligasi (Herlianto.

2013: 1-2).

Ada 2 cara dalam berinvestasi pada aset finansial (financial assets):

a. Investasi Secara Langsung, artinya: dengan memiliki surat berharga

(saham) tersebut pemilik dapat menentukan jalannya kebijaksanaan

yang juga berpengaruh pada investasi surat berharga yang

dimilikinya.

b. Investasi Secara Tidak Langsung, artinya: pengelolaan surat berharga

diwakilkan oleh suatu badan atau lembaga yang mengolah investasi

para pemegang surat berharganya, untuk sedapat mungkin

menghasilkan keuntungan yang memuaskan para pemegang surat

15

berharganya. Kepemilikan aset secara tidak langsung dilakukan

melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak

sebagai perantara. Contohnya membeli Reksadana.

2.1.2. Tujuan Investasi

Tujuan orang melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk

mengembangkan dana yang dimiliki atau mengharapkan keuntungan di

masa depan. Secara umum tujuan investasi memang mencari untung,

tetapi bagi perusahaan tertentu kemungkinan ada tujuan utama yang

lain selain untuk mencari untung. Pada umumnya tujuan investasi

adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode,

antara lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-

lainnya.

b. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk

kepentingan ekspansi, kepentingan sosial.

c. Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui

kepemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut.

d. Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar

untuk produk yang dihasilkan.

e. Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan

yang sejenis.

f. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

16

Secara lebih khusus ada beberapa alasan mengapa seseorang

melakukan investasi, antara lain adalah:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Orang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf

hidupnya dari waktu ke waktu untuk mempertahankan tingkat

pendapatannya sekarang agar tidak berkurang di masa yang datang.

b. Untuk mengurangi tekanan inflasi, dimana dengan melakukan

investasi seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan

nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

Contoh: Jika suku bunga bank 5% per-tahun dan angka inflasi 10%

per-tahun, maka secara jumlah uang kita akan bertambah karena

suku bunga Tetapi secara nilai atau daya beli uang, uang kita

mengalami penurunan yang secara kasar adalah turun sekitar 5%.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya kita harus melakukan

investasi dengan tingkat suku bunga lebih dari 10% atau minimal

sama dengan tingkat inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak, dimana beberapa negara

mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian

fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi

pada bidang-bidang tertentu.

Disamping hal-hal tersebut diatas, tujuan investasi juga terkait

dengan jangka waktu investasi Investasi jangka pendek bisa memilih

deposito, karena deposito dapat memberikan kepastian hasil dalam

17

jangka waktu yang relatif pendek. Sedangkan jika ingin mempersiapkan

dana pensiun, maka kita dapat melakukan investasi pada instrumen

investasi jangan panjang. Untuk investasi jangka panjang bisa

dilakukan dengan membeli saham atau obligasi. Disisi yang lain jangka

waktu investasi juga berkaitan dengan risiko investasi. Jika ingin

berinvestasi pada deposito (jangka pendek), maka kita akan

mendapatkan hasil yang pasti pada saat jatuh tempo dengan risiko yang

relatif kecil, dan mendapatkan keuntungan yang juga kecil. Sedangkan

jika ingin investasi di saham (jangka panjang), maka keuntungan atau

kerugian bisa terjadi jika hanya melihat pada jangka waktu yang relatif

pendek. Sedangkan jika kita lakukan dalam jangka waktu yang rekatif

panjang, maka hal ini dapat menekan fl uktuasi yang muncul pada

jangka pendek (Herlianto. 2013: 2-3).

2.1.3. Pasar Modal

Istilah pasar biasanya digunakan istilah bursa, exchange dan

market. Sementara untuk istilah modal sering digunakan istilah efek,

securities, dan stock. Pasar modal menurut Undang-Undang No. 8

tahun 1995 tentang pasar modal pasal 1 ayat (12) adalah kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Sedangkan yang dimaksud dengan efek pada pasal 1 ayat (5) adalah

18

surat berhara, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,

saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi

kolektif, kontrak berjangka ats efek, dan setiap derivatif dari efek.

Pasar modal juga dikenal juga dengan nama bursa efek. Bursa efek

menurut pasal 1 ayat (4) UU No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal

adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan

atau sarana untuk mempertemukan penawaran penawaran jual dan beli

efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara

mereka (Soemitra. 2009: 109).

Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk

berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa

diperjual belikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri, baik

yang diterbitkan pemerintah maupun perushaan swasta. Pasar modal

merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (Financial

Market) yang memperdagangkan semua bentuk utang dan modal

sendiri, baik jangka pendek maupun jangka panjang baik negotiable

maupun tidak. Pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan

dana selain sistem perbankan, dana-dana jangka panjang yang

merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka

panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi,

sedangkan dana jangka panjang yang merupakan dana modal sendiri

biasanya berbentuk saham biasa (Common Stock) dan saham preferen

19

(Preference stock) sedangkan dana jangka utang berbentu obligasi

(bond).

Pasar modal memeliki beberapa fungsi strategis yang membuat

lembaga ini memiliki daya tarik, tidak saja bagi pihak yang

memerlukan dana (Borrowers) dan pihak yang meminjamkan dana

(Lenders), tetapi juga bagi pemerintah. Di era globalisasi ini, hampir

semua negara menaruh perhatian yang besar terhadap pasar modal

karena memiliki peranan startegis bagi penguatan ketahanan ekonomi

suatu negara. Terjadinya pelarian modal keluar negeri (Capital Fight)

bukan hanya merupakan akibat dari merosotnya (Depresiasi) nilai

rupiah, atau tingginya inflasi dan suku bunga suatu negara, tetapi juga

diakibatkan karena tidak tersedianya alternatif investasi yang

menguntungkan di negara tersebut dan atau pada saat yang sama,

investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan yang

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bursa di negara asalnya. Oleh

karena itu sangat beralasan kalau pemerintah indonesia begitu gigih

dalam menghidupkan pasar modal. Untuk membangun pasar modal,

banyak peraturan yang dirombak, bermunculan lemnbaga-lembaga

profesi dan penunjang serta semakin banyaknya investor asing

mengepung pasar modal indonesia. Pada dasarnya, terdapat tiga

peranan startegis dari pasar modal bagi perekonomian suatu negara,

yaitu (Sunariyah. 2011: 7).

20

a. Sebagai Sumber Penghimpun Dana

Selain sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan

media penghimpuna dana secara konvensional, umumnya diberbagai

negara didunia ketiga (berkembang), lembaga perbankan menjadi

lembaga dominan dalam penghimpunan dana. Perusahaan-

perusahaan yang ingin melakukan perluasan usaha dapat

memperoleh kredit dari bank, namun ada keterbatasan untuk

menyalurkan kredit, karena bank-bank memiliki keterkaitan dengan

otoritas moneter yang setiap saat melakukan monitoring terhadap

jumlah uang yang beredar. Dalam keadaan demikian, dunia usaha

tentunya tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai waktu

datangnya kebijakan itu dan dampaknya terhadap kelanjutan usaha

mereka. Untuk itu pmerintah menyediakan alternatif pembiayaan

lain yang setiap saat dapat dimanfaatkan oleh perushaan-perusahaan

yang membtuhkan. Pembentukan dan pengaktifan pasar modal

adalah salah satu cara yang ditempuh pemerintah. Pasar modal

memungkinkan perushaan menerbitkan surat berharga baik surat

tanda hutang atau (obligasi atau bond) maupun surat tanda

kepemilikan (saham) .

b. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal/Investor

Jika tidak ada pilihan investasi lain, maka para pemodal hanya

menginvestasikan dananya dalam sistem perbankan dan atau pada

real assets. Namun dengan adanya pasar modal, memberikan

21

kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk portofolio

investasi dengan mengharapkan keuntungan yang lebih dan sanggup

menanggung sejumlah risiko tertentu yang memungkinkan terjadi.

c. Pasar Modal Akan Mendorng Investasi

Dalam perencanaaan pembangunan, kebutuhan akan investasi

didasarkan atas perkiraan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada

Revelita VI misalnya, pemerintah menargetkan laju pertumbuhan

ekonomi sekitar 7,1 persen. Berdasarkan perkiraan ini, maka

dibutuhkan dana investasi sebesar Rp 815 triliun, sekitar 77 persen

diantaranya diharapkan bersumber dari swasta dan pasar modal

adalah salah satu lembaga keuangan yang diharapkan besar perannya

dalam memobilisasi dana investasi tersebut.

Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga

berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran, serta produk turunan

atau disebut derivatif.

a. Saham

Saham adalah tandak bukti kepemilikan perusahaan, pemilik

saham disebut juga pemegang saham. Bukti bahwa seseorang atau

suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah

apabila seorang atau suatu pihak sudah tercatat sebagai pemegang

saham dalam buku yang disebut daftar pemegang saham (DPS)

22

b. Obligasi

Obligasi adalah tanda bukti bahwa perushaaan memiliki utang

jangka panjang kepada masyarakat. Pihak yang membeli obligasi

disebut sebagai pemegang obligasi. Pemegang obligasi menerima

kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarnya setiap 3

bulan atau 6 bulan sekali.

c. Bukti right

Adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam

jangka waktu tertentu, hak membeli itu dimiliki oleh pemegang

saham lama, harag tertentu artinya harga sudah ditetapkan dimuka

biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan.

d. Waran

Adalah hak untuk membeli saham pada harga terentu dalam

jangka waktu terentu, waran tidak hanya dapat diberikan kepada

pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada

pemegang obligasi sebagai pemanis pada saat perusahaan

menerbitkan obligasi

e. Derivatif

Contoh produk derivatif dipasar modal adalah indeks harga

saham dan indeks obligasi, indeks saham dan indeks obligasi

adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi

dan lindung nilai.

23

Selain instrumen pasar modal, pasar modal juga memiliki risiko.

Risiki investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan

dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price polatility),

risiko-risiko yang mungkin dapat dihadapi oleh investor tersebut

antara lain sebagai berikut (Dahlan. 2010: 516).

a. Risiko daya beli

Sifat investor dalam menangani faktor risiko dipasar modal ini

terdiri dari dua yaitu investor yang tidak menyukai risiko (risk

overter) dan investsor justru menyukai menantang risiko (risk

averse). Bagi investor kategori yang pertama ini akan mencari

atau memilih jenis investasi yang akan memberikan keuntungan

yang jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan investasi yang

dilakukan sebelumnya. Di samping itu, investor mengharapkan

memperoleh pendapatan atau capital gain dalam waktu yang

tidak lama. Akan tetapi apabila investasi tersebut memerlukan

waktu 10 tahun untuk mencapai 60% keuntungan sementara

tingkat inflasi selama jangka waktu tersebut telah naik melebihi

100%. Maka investor jelas akan menerima kenutngan yang daya

belinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan yang

dapat diperoleh semula. Oleh karena itu, risiko daya beli ini

berkaitan dengan kemungkina terjadinya inflasi yang

menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.

24

b. Risiko Bisnis

Risiko bisnis adalah suatu risiko menurunya kemampuan

memperoleh laba yang pada gilirannya akan mengurangi pula

kemampuan perushaan (emiten) membayar bunga atau dividen.

c. Risiko Tingkat Bunga

Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-

surat berharga yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga

saham. Biasanya kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah

dengan harga-harga instrumen pasar modal. Risiko naiknya

tingkat bunga misalnya jelas akan menurunkan harga-harga di

pasar modal

d. Risiko pasar

Apabila pasar bergairah (bullish) umumnya hampir semua

harga saham di Bursa Efek mengalami kenaikan. Sebaliknya

apabila pasar lesu (bearish). Saham-saham akan ikut pula

mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat

menyebabkan harga-harga surat berharga anjlok terlepas dri

adanya perubahan fudamental atas kemampuan perolehan laba

perusahaan.

25

Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat

berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang

belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang

(Jogianto.2015: 263). Sedangkan menurut (Gitman.2012: 311) return

adalah

“the total rate of return is the total gain or loss experienced on

an investment over a given period. Mathematically, an

investment’s total return is the sum of any cash distributions

(for example, deviiden or interest payments) plus the change in

the investment’s value, dividend by the beginning of period

value”

Artinya total tingkat pengembalian adalah total keuntungan

atau kerugian yang dialami pada investasi selama periode tertentu.

Secara matematis, total pengembalian investasi adalah jumlah

dari distribusi kas apapun (contohnya, dividen dan pembayaran

bunga) ditambah dengan perubahan dalam nilai investasi, dibagi

dengan nilai periode awal investasi tersebut. Berdasarkan

pengertian diatas dapat diambil kesimpulan return saham

merupakan tingkat pengembalian yang diterima oleh investor

dimasa yang akan datang atas investasi yang dilakukan.

Return merupakan salah satu tujuan seorang investor ingin

menamankan modalnya, karena dengan return seorang investor

dapat menambah harta kekayaanya dan hidup akan lebih

26

sejahtera. Tetapi selain return, risiko merupakan salah faktor yang

harus selalu dilihat oleh seorang investor karena risiko ini dapat

menghambat untuk mendapatkan returm yang diinginkan,

umumnya semakin besar risiko maka semakin besar pula tingkat

return yang diharapkan. Risiko investasi dapat diartikan sebagai

kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima

dengan return yang diharapkan (Tandelilin. 2010: 102).

Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan

return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus

dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang

memotivasi investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas

keberanian investor menanggung risiko investasi yang dilakukan.

Hubungan tingkat risiko dan return yang diharapkan merupakan

hubungan yang bersifat searah dan linier. Artinya semakin besar

risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas

aset tersebut, demikian sebaliknya. Gambar 2.1 berikut ini

menunjukkan hubungan antara return yang diharapkan dan risiko

pada berbagai jenis aset yang mungkin bisa dijadikan alternatif

investasi.

27

Garis vertikal dalam gambar di atas menunjukkan besarnya tingkat

return yang diharapkan dari masing-masing jenis aset, sedangkan

garis horisontal memperlihatkan risiko yang ditanggung investor. Titik

RF (risk free) pada gambar di atas menunjukkan tingkat return bebas

risiko (risk free rate) yang berarti satu pilihan investasi yang

menawarkan tingkat return yang diharapkan sebesar RF dengan risiko

sebesar nol. Kesimpulan yang ditarik dari pola hubungan antara risiko

dan return yang diharapkan adalah bahwa risiko dan return yang

diharapkan mempunyai hubungan yang searah dan linier. Artinya

semakin tinggi risiko suatu aset, semakin tinggi pula tingkat return

yang diharapkan, demikian juga sebaliknya

2.1.4. Indeks Harga Saham

Indikator utama yang mencerminkan kinerja pasar modal di

Indonesia saat sedang mengalami peningkatan (bullish) atau sedang

mengalami penurunan (bearish) adalah indeks harga saham gabungan

(IHSG) (menurut Wijaya dan Agustin, 2015). Karena indeks harga

saham gabungan (IHSG) ini mencatat pergerakan harga saham dari

semua sekuritas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sehingga

pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) menjadi perhatian

penting bagi semua investor di Bursa Efek Indonesia, sebab

pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) ini akan

mempengaruhi sikap para investor apakah akan membeli, menahan

ataukah menjual sahamnya (Zakaria, dkk. 2018: 119). Beberapa faktor

28

makroekonomi yang dapat memengaruhi aktifitas investasi saham dan

pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia adalah inflasi, suku bunga

(SBI), nilai tukar rupiah, dan cadangan devisa. Menurut Latumaerissa

(2015) Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua

barang saja tidak disebut inflasi. Yusup (2012), mengemukakan ada

dua pendapat mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga

saham. Pendapat pertama menyatakan bahwa ada korelasi positif

antara inflasi dengan harga saham (demand pull inflation) yaitu inflasi

yang terjadi karena adanya kelebihan permintaan atas jumlah barang

yang tersedia. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ada korelasi

negatif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan

pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah cost push inflation, yaitu

inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi, dengan adanya

kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja, sementara perekonomian

dalam keadaan inflasi maka produsen tidak mempunyai keberanian

untuk menaikkan harga produknya.

Identifikasi pola bullish dan bearish dilakukan oleh Usman (2016).

Dengan menggunakan perangkat analisis candlestick, riset bertujuan

untuk mengungkap inklinasi pergerakan harga dan persentase bearish

dan bullish yang ditunjukkan oleh IHSG. Hasilnya menunjukkan

bahwa dalam periode antara tahun 1997 – 2013, terdapat 61,15% (96

kali) bullish dan 38,85% (61 kali) bearish. Selanjutnya, faktor penentu

29

tingkat imbalan investasi baik dalam kondisi bullish dan bearish di

pasar modal Indonesia, menurut Defrizal et al (2015) secara

bersamasama adalah imbalan pasar saham, suku bunga, dan nilai tukar.

Secara parsial, tingkat imbalan saham berpengaruh positif dan

merupakan faktor utama penentu tingkat imbalan sektoral di semua

industri, baik dalam keadaan bullish maupun bearish. Sebaliknya, suku

bunga dan nilai tukar tidak secara konsisten berpengaruh terhadap

tingkat imbalan sektoral dalam industri yang berbeda-beda. Faktor

pemicu atau determinan dinamika pasar modal Indonesia baik dalam

kondisi bullish dan bearish adalah tingkat imbalan investasi. Berbagai

riset di atas telah mengkonfirmasi kecenderungan jangka panjang pasar

bahwa modal Indonesia berada pada kecenderungan menanjak naik

(uptrend), ditandai dengan kecenderungan bullish lebih banyak dan

durasinya lebih panjang daripada bearish; serta merupakan

perkembangan yang dipicu oleh kenaikan tingkat imbalan alih-alih

suku bunga dan nilai tukar. Namun belum terdapat temuan yang

memastikan apakah dalam kondisi bullish dan bearish tersebut terdapat

perbedaan atau perubahan risiko, terutama risiko sistematis yang lazim

diukur dengan beta pasar. Riset ini bertujuan mengidentifikasi

segmentasi periode bullish dan bearish dan mengukur risiko sistematis

atau beta yang relevan dengan tiap-tiap periode tersebut.

Indeks harga saham merupakan suatu indikator yang menunjukan

pergerakan harga saham. Pergerakajn indeks tersebut menggambarkan

30

kondisi pasar dari waktu ke waktu, apabila harga saham sedang naik

atau turun, indeks harga saham ini akan menjadi indikator bagi

investor untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi.

Indeks harga saham merupakan bentuk informasi historis yang

dipandang sangat tepat untuk menggambarkan pergerakan harga saham

di masa lalu adalah suatu indeks harga saham yang memberikan

deskripsi harga-harga saham pada suatu saat tertentu maupun dalam

periodesasi tertentu pula (Sunariyah. 2011: 138).

Indeks harga saham juga dapat diartikan sebagai suatu indikator

yang menunjukan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai

indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan

kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar aktif atau lesu (Martalena

dan Malinda:2011).

Berdasarkan defini diatas dapat disimpulkan bahwa indeks harga

saham merupakan suatu indikator yang menunjukan harga saham yang

pergerakannnya menggambarkan kondisi pasar apakah sedang aktif

atau lesu dan menjadi indikator investor untuk pengambilan keputusan

investasi.

Sedangankan indkes harga saham gabungan (IHSG) dapat diartikan

sebagai penggambaran harga saham emiten di BEI yang menjadi

indikator pasar modal di Indonesia dalam suatu indeks. Bursa efek

Indonesia berwenang mengeluarkan atau tidak memasukan satu atau

beberapa perushaaan tercatat dari perhitungan IHSG. Indeks Harga

31

Saham Gabungan merupakan angka indeks harga saham yang sudah

disusun dan dihitung dengan menghasilkan tren, dimana angka indeks

adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan

untuk membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahan harga

saham dari waktu ke waktu (Jogiyanto. 2013:147).

2.1.5. Analsis Harga Saham

Analisis harga saham terdiri dari dua jenis yaitu analisis

fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah analisis

yang digunakan untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan dengan

melihat faktor keuangan perusahaan tersebut. Analisis fundamental

merupakan analisis yang melakukan penilaian atas laporan keuangan

(Widoatmodjo. 2015: 238).

Menurut May (2010: 37) “analisis fudamental adalah analisis yang

mencangkup informasi mengenai laporan keuangan dan kesehatan

perusahaan, manajemen perushaaan, kompetitor dan situasi pasar dari

produk tersebut, selain itu analisis fudamental juga mencangkup berita-

berita terkini yang dapat mempengaruhi pergerakan saham”.

Analisis teknikal merupakan metode paling dasar dalam

memprediksi pergerakan harga market yang mana didasarkan pada

kombinasi nilai harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, dan

harga penutupan, dengan menggunakan grafik-grafik yang terbentuk

sebagai dasar utama/peta untuk memprediksi arah pergerakan harga

selanjutnya (May. 2010: 38).

32

Analisis teknikal atau Technical analysis (TA) adalah metode

analisa dalam dunia keuangan dengan cara mengolah data historikal

harga dan jumlah / volume transaksi. Hasil olah data tersebut lalu

ditransformasikan ke dalam bentuk gambar dan chart yang digunakan

untuk memprediksi trend atau pergerakan harga kedepan. Hal penting

yang perlu diingat adalah tidak ada metode analisis yang 100% akurat.

Dengan pemikiran demikian, maka sangat penting untuk menyadari

bahwa sebaik apapun suatu analisa, tetap mengandung resiko. Oleh

sebab itu dalam Analisis teknikal, ada istilah Risk vs Reward. Risk

adalah besarnya potensi kerugian yang terjadi apabila pergerakan

harga yang terjadi tidak sesuai dengan analisa. Sedangkan reward

adalah potensi keuntungan yang dapat diperoleh jika pergerakan harga

yang terjadi sesuai dengan analisa. Analisa yang baik adalah analisa

yang mempunyai reward sebesar-besarnya dengan risk yang kecil.

Secara umum, analisis teknikal digunakan untuk menentukan saat

yang tepat untuk membeli sebuah saham, menentukan target harganya,

yaitu titik untuk menjual / keluar dari saham tersebut dan

merealisasikan profit yang didapat (Profit Taking), serta menentukan

titik stop loss, yaitu titik untuk menjual rugi sebuah saham ketika

pergerakan harganya tidak sesuai dengan analisa yang dibuat, sehingga

resiko kerugian tetap terkendali sesuai rencana. Inilah yang disebut

dengan Trading Plan.

33

Kesalahan yang sering dilakukan oleh para pengguna analisis

teknikal adalah tidak adanya trading plan saat membeli sebuah saham.

Faktor penyebabnya Antara lain karena panic buy, termakan berita

atau isu, dan lain-lain. Yang lebih berbahaya adalah ketika membeli

sebuah saham tetapi tidak menentukan target stop loss. Ketika harga

bergerak tidak sesuai harapan akhirnya tidak tahu apa yang harus

dilakukan karena tidak adanya stop loss dan berakhir pada kerugian

yang sangat besar.

Dalam membuat trading plan menggunakan analisis teknikal, ada

banyak metode dan indikator yang bisa digunakan. Metode yang

umum digunakan adalah metode penentuan support dan resistance.

Support adalah titik harga bawah, dimana pada level tersebut

penurunan harga suatu saham memiliki probabilitas besar untuk

tertahan dan memiliki potensi besar untuk berbalik naik (Rebound).

Garis support juga sering digunakan para trader untuk menentukan

waktu yang tepat untuk membeli suatu saham. Sedangkan resistance

adalah titik harga atas dimana pada level tersebut kenaikan harga suatu

saham memiliki probabilitas besar untuk tertahan dan memiliki potensi

besar untuk berbalik turun (Correction). Garis resistance juga sering

digunakan oleh para trader untuk menentukan level profit taking.

Ada dua istilah penting yang perlu diketahui dalam penggunaan

support dan resistance, yaitu Breakout dan Breakdown. Breakout

adalah istilah yang dipakai ketika suatu harga saham bergerak

34

menembus level resistancenya. Sebaliknya, Breakdown adalah istilah

yang dipakai ketika suatu harga saham bergerak menembus level

supportnya. Istilah-istilah lain yang sering dipakai antara lain “tembus

bawah”, “jebol”, dan sebagainya.

Dalam beberapa kasus, ada saham yang telah menembus level

support atau resistance-nya, namun tidak lama kemudian kembali

turun ke bawah level resistance-nya atau naik di atas level support-nya

sehingga penembusan itu hanya bersifat sementara dan berkesan

menipu. Hal seperti ini dinamakan false breakout / false breakdown.

Berbicara mengenai analisis teknikal juga tidak bisa lepas dari

trend pergerakan harga. Secara umum, trend pergerakan harga dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu uptrend, downtrend, dan sideways. Uptrend

adalah keadaan dimana pergerakan harga saham cenderung mengalami

kenaikan. Yang dimaksud kenaikan tidak harus harganya yang terus

naik, tapi pola pergerakan harganya membentuk higher low dan

higher high, yaitu dimana puncak harga yang terbaru harus lebih tinggi

dari puncak harga yang sebelumnya, dan kalaupun mengalami koreksi,

koreksi harga yang terbaru tidak lebih rendah dari koreksi harga

terdahulu. Sebaliknya, downtrend adalah keadaan dimana pergerakan

harga saham cenderung mengalami penurunan. Yang dimaksud

penurunan tidak harus harganya yang terus turun, tapi pola pergerakan

harganya membentuk lower low dan lower high, yaitu dimana puncak

harga yang terbaru lebih rendah dari puncak harga yang sebelumnya,

35

dan pada saat koreksi, koreksi harga yang terbaru lebih rendah dari

koreksi harga terdahulu. Sedangkan sideways adalah keadaan dimana

pergerakan harga saham cenderung datar. Ciri utama trend sideways

adalah saham hanya bergerak dalam rentang harga tertentu, tidak

membuat harga tertinggi baru atau harga terendah baru (Herdian.

2013:2).

2.1.6. Kondisi Bearish dan Bullish

Bullish dan bearish merupakan istilah populer dalam praktek

investasi di pasar modal. Konsep tersebut penting dan pemakaiannya

lazim, namun kepustakaan keuangan tidak memberikan suatu definisi

tunggal dan metode sama dalam pengukurannya.

Kondisi Bearish dan Bullish secara umum dapat dilakukan

identifikasi dengan dua cara yaitu dengan pendekatan candlestick dan

pendekatan dengan model pergantian markov. Periode dan harga pada

kondisi Bearish maupun Bullish tentu saja berbeda, kondisi bullish

terjadi jika harga-harga dan peridoe cenderung naik secara bertahap

serta volatilitasnya rendah. Begitujuga sebaliknya, pada kondisi

Bearish terjadi jika harga-harga dan periodenya cenderung turun

“jatuh” secara drastis dan volatilitasnyapun tinggi (Kole. 2011: 4-5).

2.1.7. Stochastic Oscillator

George lane adalah orang yang pertama kali mengenalkan

indikator ini, yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan

momentum pergerakan harga saham serta mendeteksi apakah harga

36

suatu saham sudah memasuki area jenuh jual (oversold) atau jenuh beli

(overbought). Menurut Ong dalam jurnal yang ditulis oleh (mutmainah

dan sulasmiyati: 2017: 3) stochastic Oscillator merupakan salah satu

indikator yang bersifat Leading (mendahului) yang mana indikator ini

merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui momentum

marketing atau kondisi pasar (Mutmainah dan Sulasimyati. 2017: 3).

Stochastic Oscillaotr ini dibentuk menggunakan dua buah garis, yaitu

garis %K dan garis %D. Grafik yang menggambarkan posisi harga

relatif terhadap harga tertinggi dan terendah pada periode tertentu

disebut dengan garis %K, dan garis ini merupakan garis utama dan

terpenting. Sedangkan garis %D sering disebut sebagai garis trigger

line.

Gambar 2.2. Death Cross

Sumber: Teknikal Anlisis untuk Pemula

Pada kedua garis tersebut, apabila kedua garis ini berpotongan di

atas maka akan terjadi death cross yang bearti harga sudah terlalu

37

mahal dan memungkinkan harga akan turun (momen untuk mejual

saham).

Gambar 2.3. Golden Cross

Sumber: Teknikal Anlisis untuk Pemula

Sedangkan, apabila kedua garis tersebut berpotongan di bawah

maka terjadi golden cross yang berarti harga dianggap murah dan

kemungkinan harga akan naik (momen untuk membeli saham).

Keadaan overbought dan oversold diperoleh bila garis %K telah

memasuki batasan 20 dan 80 yakni dibawah 20 untuk oversold dan

diatas 80 untuk overbought.

2.1.8. Moving Average Convergence Divergence

Para analisis teknikal menyatakan bahwa MACD merupakan

indikator yang mudah diaplikasikan dan sangat efektif, serta sangat

mempermudah investor untuk menentukan arah suatu trend reversal.

MACD merupakan indikator yang membutuhkan kebiasaan atau juga

kejelian dalam mengamati pergerakan grafik harga saham, mungkin

38

bagi investor yang sudah lama berkecimpung dalam perdagangan

saham dengan menggunakan indikator yang sejenis akan sangat

membantu dikarenakan mereka hanya cukup membiasakan diri dengan

pergerakan grafik MACD, dan bagi investor yang masih awam hal ini

merupakan sebuah kendala. Dalam metode MACD, bearish

divergernce terjadi pada saat MACD yang telah jauh berada di atas

area 0 tidak membentuk puncak terbaru (lower high), sementara harga

masih membentuk puncak baru (higher high). Bullish divergernce

muncul jika MACD telah berada jauh di bawah 0, dan tidak

membentuk titik terendah baru (higher low), sementara harga masih

memebentuk lower low. Dengan menggunakan garis trend yang

sederhana dapat digambarkan dalam grafik MACD untuk

mengidentifikasi perubahan trend yang terjadi akibat divergence yang

dinilai penting.

Moving Average Convergence Divergence (MACD) merupakan

trend following momentum indikator yang dipakai untuk melihat

adanya perubahan trend dan kuat lemahnya suatu trend yang sedang

berlangsung. Sama halnya dengan Stochastic Oscillator, Moving

Average Convergence Divergence terdiri dari dua garis yaitu fast

period dan slow period. Penggunaan Moving Average Convergence

Divergence mirip dengan stochastic Oscillator, hanya saja Moving

Average Convergence Divergence tidak bergerak dalam range 0 -100

39

melainkan bisa terus naik setinggi-tingginya, atau turun

sedalamdalamnya sesuai dengan pergerakan harga sahamnya.

Wilayah MACD terbagi dua yaitu wilayah diatas garis 0 dan

wilayah dibawah garis 0. Ketika sebuah saham sedang mengalami

trend penurunan yang kuat, biasanya pergerakan MACD akan terus

berada di area negatif atau dibawah garis 0, sebaliknya ketika saham

sedang mengalami trend kenaikan yang kuat, biasanya pergerakan

MACD akan terus berada di area positif atau diatas garis 0.

Garis Moving Average Convergence Divergence terdiri dari dua

garis yaitu garis MACD dan garis sinyal. Garis MACD biasanya

berwarna biru dengan format EMA 26- EMA 12, garis sinyal biasanya

berwarna merah dengan format EMA 9. Moving Average Convergence

Divergence dapat menghasilkan sinyal membeli dan sinyal menjual.

Dapat dikatakan sinyal membeli apabila garis Moving Average

Convergence Divergence memotong keatas garis sinyal, begitu juga

sebaliknya. Dikatakan sinyal menjual apabila garis Moving Average

Convergence Divergence memotong kebawah garis sinyal

40

Gambar 2.4. Sinyal Jual dan Beli Metode MACD

Sumber: Teknikal Anlisis untuk Pemula

2.1.9. Sinyal Mebeli dan Sinyal Menjual

Sinyal membeli adalah sinyal yang menunjukkan kapan investor

membeli atau tidak menjual saham tersebut. Sinyal membeli dapat

ditentukan dengan melihat pergerakan harga saham pada grafik harga

saham dan juga dengan melihat volume permintaan dan penawaran.

Dapat dikatakan sebagai sinyal membeli apabila grafik pergerakan

harga mengarah dari bawah ke atas pada titik tertentu dan didukung

dengan volume permintaan lebih kecil dari pada volume penawaran.

Sedangkan sinyal menjual adalah Sinyal menjual adalah sinyal yang

menunjukan kapan investor menjual atau tidak membeli saham

tersebut. Sinyal menjual dapat ditentukan dengan melihat pergerakan

harga saham pada grafik harga saham dan juga dengan melihat volume

permintaan dan penawaran. Dapat dikatakan sebagai sinyal menjual

apabila grafik pergerakan harga mengarah dari atas ke bawah pada titik

41

tertentu, dan didukung dengan volume permintaan lebih besar dari

pada volume penawaran (Asthri, dkk. April 2016: 43).

Dalam melakukan bisnis investasi, informasi merupakan suatu

unsur yang sangat penting bagi seorang investor, karena investasi

dapat memberikan sebuah gambaran, menyajikan keterangan baik

dalam keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang.

Informasi yang akurat serta tepat waktu merupakan kebutuhan yang

sangat diperlukan oleh seorang investor dalam berinvestasi di pasar

modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan dalam

berinvestasi.

Pasar efisien merupakan salah satu jawaban dalam memberikan

suatu kondisi dimana informasi tentang semua harga dapat diperoleh

secara terbuka dan cepat tanpa hambatan khusus (Fahmi. 2011: 182).

Efisiensi pasar modal ditentukan oleh seberapa besar pengaruh

informasi yang relevan, adanya bebragai macam perbedaan situasi

maupun kondisi di berbagai negara dapat membuat efisiensi pasar pada

suatu negara akan berbeda-beda. Hipotesis pasar efisien

dikembangkan oleh Fama (1970), dalam hal ini Fama membagi

menjadi tiga bentuk pasar efisien yaitu bentuk lemah, bentuk semi

kuat, dan bentuk kuat

a. Bentuk Lemah (Weak Form) mengasumsikan bahwa semua harga

saham mencerminkan seluruh informasi pasar yang tersedia,

sehingga informasi harga dan volume perdagangan masa lalu tidak

42

memiliki hubungan dengan arah pergerakan harga dimasa yang

akan datang, dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

investor tidak dapat mengandalkan analisis teknikal dalam

menghasilkan keuntungan diatas normal.

b. Bentuk Semi Kuat (Semi Strong Form) mengasumsikan bahwa

semua harga saham mencerminkan seluruh informasi publik yang

tersedia yang meliputi informasi pasar dan informasi publik non

pasar, harga segera “menyesuaikan diri” terhadap semua informasi

publik yang baru diinformasikan seperti pengumuman laba dan

dividen, perkiraan laba perushaaan. Kesimpulan dari pernyataan

tersbeut bahwa investor tidak dapat mengandalkan analisis

fudamental di dalam menghasilkan keuntungan di atas normal.

c. Bentuk Kuat (Strong Form), mengasumsikan bahwa semua harga-

harga saham mencerminkan seluruh informasi pasar, publik dan

sumber-sumber dari dalam perusahaan yang tersedia bagi umum.

Informasi tersebut mencangkup juga informasi yang dapat

diperoleh dari analisis fudamental. Dalam keadaan seperti ini tidak

seorang investor dapat memperoleh abnormal return dengan

menggunakan informasi apapun.

Selain pasar efisien, ada beberapa fakotr lain yang dapat

mempengaruhi seorang investor melakukan pembelian saham ataupun

menjual sahamnya, misalnya dalam hal The January Effect. The

January Effect merupakan anomali pada pasar saham dimana harga

43

saham meningkat pada bulan januari dibandingkan pada bulan-bulan

lainnya. Hal ini membuka peluang bagi investor untuk mendapatkan

abnormal return dengan menjual kepemilikan saham mereka saat

harga naik di bulan Januari. Beberapa teori menjelaskan penyebab

terjadinya anomali tersebut, antara lain:

a. Mendekati akhir tahun, banyak investor menjual saham-saham

yang berkinerja buruk untuk meminimalisasi kerugian mereka

(mengamankan dana) dan melakukan aksi beli kembali saham

pada bulan Januari dengan proyeksi harga saham yang lebih tinggi

sehingga mendorong naiknya harga saham (Ritter, 1988).

b. Pembayaran bonus akhir tahun yang diterima saat bulan Januari,

sehingga bonus tersebut dapat digunakan untuk membeli saham di

awal tahun.

c. Pada akhir bulan Desember, manajer reksa dana akan membeli

saham-saham yang dianggap berprestasi selama tahun tersebut

dalam rangka memperbaiki portfolio investasi mereka di laporan

tahunan yang diberikan kepada pemegang saham /window

dressing (Lakonishok, et al, 1988). Permintaan dari investor

institusi tersebut akan mendorong harga lebih tinggi di awal tahun

(Surjoko. 2014: 118).

44

2.1.10. Abnormal Return

Abnormal Return merupakan selisih antara return yang

sesungguhnya terjadi dengan return ekspektais. Menurut Jogianto

(2011: 415) efisiensi suatu pasar dapat diuji dengan melihat return

yang tidak normal atau abnormal return yang didapat, pasar dapat

dikatakan tidak efisien apabila beberapa pelaku pasar dapat menerima

dan menikmati return yang tidak normal tersebut dalam jangka waktu

relatif lama. Dalam berinvestasi, return yang tinggi merupakan tujuan

yang ingin dicapai oleh seorang investor. Dalam mendapatkan

keuntungan tersebut seorang investor harus mengetahui faktor apa saja

yang dapat mempengaruhi investor dalam mendapatkan keuntunga.

faktor yang bersifat makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai

tukar mata uang dll merupakan salah satu faktor makro yang dapat

mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapatkan oleh seorang

investor, selain itu juga fakotr fudamental juga dapat menjadi

pertimbangan dalam meningkatkan keuntungan investor, faktor

fudamnetal tersebut yaitu kinerja keuangan perusahaan. Karena kinerja

keuangan yang baik akan mampu memberikan return yang baik juga

dibandingkan dengan perushaaan yang kinerja keuangannya lebih

buruk.

45

2.2.Penelitian Terdahulu

Jurnal yang dibuat oeh Mutmainah dan Sri Sulasmitari yg berjudul

“Analisis Teknikal Indikator Stochastic Oscillator Dalam Menentukan Sinyal

Beli dan Jual Saham Pada sub sekto Konstruksi dan Bangunan di BEI Selama

Periode 2014-2016” pada tahun 2017 menghasilkan kesimpulan yaitu analisis

teknikal dengan indikator Stochastic Oscillator dikatakan akurat dan dapat

dijadikan pedoman dalam penentuan sinyal jual dan sinyal beli saham pada

sub sektor konstruksi dan bangunan periode 2014-2017. Hal ini dibuktikan

dengan hasil analisis sebagai berikut, selama tahun 2014-2017 perusahaan

yang tergabung dalam sub sektor industri yakni 9 perusahaan sebagai sampel

menghasilkan sebanyak 269 sinyal yakni 138 sinyal beli dan 131 sinyal jual

dengan menggunakan indikator Stochastic Oscillator dimana sinyal membeli

dan sinyal menjual tersebut dikatakan akurat dan dapat dijadikan pedoman

dalam menentukan sinyal jual dan sinyal beli. Indikator Stochastic Oscillator

dapat dikatakan akurat karena dilihat dari hasil analisis menggunakan uji

Paired Sample T-test. Pengujian hipotesis dengan taraf signifikan α=0,05 dan

uji Paired Sample T-test yang menghasilkan nilai pvalue (Asymp. Sig 2

tailed) sebesar 0,121 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara sinyal jual dan sinyal beli sebelum dan sesudah

menggunakan indikator Stochastic Oscillator pada saham sub sektor

konstruksi dan bangunan periode 2014-2017, oleh karena itu indikator ini

akurat dan dapat dijadikan pedoman dalam mennetukan sinyal jual dan sinyal

beli pada saham sub sektor konstruksi dan bangunan periode 2014-2017.

46

Pada penelitian yang berjudul “Analisis Teknikal dengan Indikator

Moving Average Convergence Divergence untuk Menentukan Sinyal

Membeli dan Menjual Dalam Perdagangan Saham (Pada Subsektor Makanan

dan Minuman di BEI) yang diteliti pada tahun 2016 oleh Dian Dwi Parama

Asthri, Topowijono dan Sri Sulasmiyati. Analisis teknikal dengan indikator

MACD akurat dan dapat dijadikan pedoman untuk penentuan sinyal membeli

dan menjual dalam perdagangan saham pada sub sektor makanan dan

minuman di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Hal ini didukung

dengan hasil analisis sebagai berikut, selama tahun pengamatan 2013-2015

dengan menggunakan analisis MACD pada 7 sampel menghasilkan 107

sinyal membeli dan 107 sinyal menjual. Pengujian hipotesis dengan taraf

siginifikan α = 5% menghasilkan sinyal membeli dan menjual yang didapat

dari MACD akurat yaitu dengan menunjukkan bahwa nilai p-value

(Asymp.Sig. 2-tailed) sebesar 0,782.Hasil tersebut tampak bahwa nilai

signifikansi 0,782 lebih besar dari 0,05 sehingga, berdasarkan kriteria uji

maka hipotesis nol (H0) diterima. Dengan hasil uji wilcoxon signed rank test

menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sinyal beli dan

sinyal jual sebelum menggunakan indikator MACD dengan sinyal beli dan

sinyal jual sesudah menggunakan indikator MACD pada saham sub sektor

makanan dan minuman di BEI periode 2013-2015. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sinyal beli

dan sinyal jual sebelum MACD dan sesudah MACD, sehingga analisis

teknikal dengan indikator MACD akurat dan dapat dijadikan pedoman dalam

47

penentuan sinyal membeli dan menjual dalam perdagangan saham pada sub

sektor makanan dan minuman di BEI.

Jurnal “Efektifitas Penggunaan Analisis Teknikal Stochastic Oscillator

dan Moving Average Convergence-Divergence (MACD) pada Perdagangan

Saham-saham Jakarta Islmaic Index (JII) di Brusa Efek Indonesia” yang

dibuat oleh Adi Prabhata (2015) did dapat beberapa kesimpulan dari hasil

penelitiannya yaitu.

1. Penggunaan Stochastic Oscillator secara statistik signifikan dapat

menghasilkan capital gain bagi investor, khususnya di saham-saham yang

masuk dalam indeks JII. Sebaliknya, penelitian ini tidak dapat

membuktikan bahwa penggunaan Stochastic Oscillator secara signifikan

dapat menghasilkan abnormal return.

2. Penggunaan MACD secara statistik signifikan dapat menghasilkan

capital gain bagi investor, khususnya di saham-saham yang masuk dalam

indeks JII. Sebaliknya, penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa

penggunaan MACD secara signifikan dapat menghasilkan abnormal

return.

3. Tidak terbukti adanya perbedaan capital gain pada Stochastic Oscillator

dengan MACD.

4. Keberhasilan Stochastic Oscillator dan MACD mendapatkan capital gain

menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia tidak sepenuhnya

mencerminkan dukungan terhadap Efficient Market Hypothesis (EMH).

Sungguhpun demikian ketidakberhasilan penelitian ini untuk

48

membuktikan adanya abnormal return pada penggunaan analisis teknikal

menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia sudah mulai menunjukkan

pembentukan efisiensi pasar.

Pada jurnal yang ditulis oleh Muhammad Wahyu Kusuma (2015) yang

berjudul “Analisa teknikal dengan pergerakan harga saham individual

perusahaan pertambangan yang terdaftar di LQ 45 dengan menggunakan

indikator Candlestick pendekatan ratio fibonancci, dan analisis fuzzy logic”.

Hasil penelitian ini adalah bahwa analisis teknikal pergerakan harga saham

dengan penggunaan pendekatan candlestick, rasio fibonacci dan analisis

fuzzy logic dapat digunakan dengan baik. Hasil analisa teknikal pada

pergerakan saham menunjukan bahwa selama periode tahun 2015 pergerakan

saham mengalami tren menurun. Tren menurun merupakan sinyal yang baik

bagi calon investor yang ingin membeli saham dari sektor pertambangan.

Saham-saham yang mengalami tren menurun menunjukan ada dua saham

yang direkomondasikan daripada kedelapan saham yang lain. Saham yang

direkomendasikan untuk untuk dibeli adalah saham Bumi Resources Tbk dan

Energi Mega Persada Tbk. Pergerakan kedua saham tengah berada pada level

support 100% dan level resistance 78,6%. kedua saham yang

direkomondasikan untuk dibeli pada kisaran harga hingga Rp 986,20 untuk

Bumi Resources Tbk dan Rp 101,80 untuk Energi Mega Persada Tbk.

Rekomendasi atas kedua saham berdasarkan analisis rasio Fibonacci pada

level support dan resistance serta analisi fuzzy logic untuk rekomendasi

harga beli (Putra, 2015).

49

Pada jurnal yang ditulis oleh Desi Pujiati (2014) yang berjudul “Analisis

teknikal sebagai dasar pengambilan keputusan investasi dipasar modal pada

PT Unilever Indonesia Tbk. Hasil dari penelitian ini adalah dari hasil

perhitungan dan analisis grafik dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal

memang cocok untuk memprediksi harga saham. Titik overbought terjadi

pada range harga Rp 6.650 sampai dengan Rp 8.800 yang mengindikasikan

pada range harga tersebut akan terjadi penurunan harga (bearish). Sedangkan

titik titik oversold terjadi pada range harga Rp 6.150 sampai dengan Rp

8.000 yang mengindikasikan bahwa pada range harga tersebut akan terjadi

kenaikan harga (bullish). Dapat di prediksi bahwa harga saham PT Unilever

sekitar tanggal 10 atau 11 Maret 2008 akan terjadi penurunan harga

(bearish), dan keputusan yang sebaiknya di ambil pada tanggal 9 Maret 2009

jika investor mempunyai saham PT Unilever adalah menjual (sell) saham

yang dimiliki, dan jika investor belum mempunyai saham PT Unilever

sebaiknya menunggu (hold) sampai ada sinyal beli pada grafik stochastic

oscillator. Penggunaan analisis teknikal dengan menggunakan indikator

stochastic oscillator terbukti cocok untuk memprediksi saham PT Unilever.

Dapat diprediksi bahwa harga saham PT Unilever pada perdagangan

selanjutnya akan mengalami penurunan harga (bearish) (Pujiati, 2013).

Jurnal yang ditulis oleh Natica Ardani, Werner R.Murhadi dan Deddi

Marciano (2014) yang berjudul “Investasi: komparasi strategi buy and hold

dengan pendekatan teknikal”. Hasil penelitian ini adalah penggunaan analisis

teknikal dengan moving average terbukti dapat melihat tren dari pergerakan

50

saham sesuai asumsi/prinsip dasar yang dijelaskan dalam Murphy (1999).

Dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pasar dari suatu negara akan

lebih efesien pada saat kondisi ekonomi baik efficient market hypothesis

terbukti. Namun, pada saat kondisi ekonomi negara tersebut buruk, maka

pasar saham juga menjadi tidak efesien dan pasar cenderung bergerak

berdasarkan tren sehingga analisa teknikal menjadi lebih memberikan

keuntungan. Reaksi pasar negative lebih kuat dan dapat di prediksi

dibandingkan reaksi positif terhadap stimulus. Hal tersebut dapat terjadi

karena dipengaruhi oleh adanya pengambilan keputusan secara irasional oleh

sebagian besar investor dan meyebabkan pasar tidak menjadi efesien. Para

investor memiliki kecenderungan yang sama dalam pengambilan keputusan

saat kondisi pasar bearish untuk meminimali sasikan kerugian (Ardani,

R.Murhadi, & Marciano, 2012).

Pada jurnal yang ditulis oleh Marli, Dwi Danesty Deccasari (2014) yang

berjudul “Penerapan analisis teknikal dengan metode bollinger sebagai salah

satu indikator dalam transaksi short time perdagangan saham (studi pada PT.

E-Trading securities Malang)”. Hasil penelitian ini adalah bollinger band

merupakan salah satu volatility indikator yang dapat digunakan sebagai

indikator action dan digunakan bersama indikator lain untuk mengambil

suatu keputusan investasi. Terdapat 3 macam sinyal yang dapat diindikasikan

dari pergerakan bollinger band, yakni tren yang akan terjadi terhadap

pergerakan harga saham, volatilitas pergerakan harga saham, dan

momentum. Suatu keputusan investasi dapat diambil apabila pergerakan

51

bollinger band didukung pula strategi yang digunakan. Dimana sangat

penting untuk diikuti secara konsisten pergerakan harga saham dalam

kondisi normal, persiapan break, dan konsolidasi. Jadi, apabila pergerakan

harga sesuai dengan fase dalam metode bollinger searah dan saling

mendukung, maka keputusan investasi dapat diambil secara tepat (Marli &

Deccasari, 2014).

Jurnal yang berjudul “A Comparative Study of Two Technical Analysis

Tools: Moving Average Convergence and Divergence V/S Relative Strengh

Index: A Case Study od HDFC Bank ltd Listed in National Stock Exchange

of India (NSE)” yang ditulis oleh M. Hashemi Tilehnouei dan B. Shivaraj

(2013) dapat diambil kesimpulan bahwa metode MACD lebih baik

dibandingan dengan metode Relative Strengh Index, dapat dibuktikan

dengan performa indeks yang dihasilkan macd sebesar 9796.68 lebih besar

dibandingkan dengan metode RSI yang hanya sebesar 9038.09. dari data

tersebut metode MACD lebih cocok dalam hal membeli, memegang atau

menjual saham, sedangkan RSI lebih cocok dalam mendiaknosis overbought

atau oversold signal.

Jurnal yang ditulis oleh Denny Andrianto C.W. Muhammad Hasbi dan

Teguh Susyanto pada tahun 2013 yang berjudul “ Trading Otomatis

Perdagangan Forex Menggunakan Metode Martingale dan indikator Moving

Average Convergence Divergence di Instaforex menunjukan hasil bahwa

indikator MACD mampu memberikan indikasi peramalan kearah mana trend

akan berjalan selanjutnya, selain itu juga penggunaan dengan metode

52

Martingale menutup kesalahan indikasi dari indikator MACD, dari hasil

penggabungan ini memberikan akurasi kurang lebih sebesar 60% .

Jurnal yang ditulis oleh Shah Nisrag Pinankin yang berjudul

“Comparison between MACD with EMA and Stochastic Oscillator” pada 3

perusahaan perbankan teratas berdasarkan kapitalisasi pasar pada 21

November 2011. Analisis teknikal menggunakan indikator Moving Average

Convergece Divergence lebih akurat dalam hal memberikan sinyal, lebih

baik dalam mendapatkan profit dan pengembalian keuntungan yang lebih

tinggi. Stochastic Oscillaotor lebih banyak dalam memberikan sinyal akan

tetapi sinyal yang diberikan tidak lebih akurat dibandingkan dengan metode

Movinng Average Convergence Divergecne.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

membandingkan dua metode dalam menentukan sinyal jual maupun sinyal

membeli dengan menggunakan indikator Stochastic Oscillaotr dan Moving

Average Convergence Divergence selain itu juga perbedaan dengan

penelitian terdahulu yaitu adanya jumlah persetanse dari masing masing

metode dalam memberikan true dan false signal. Kelebihan dari penelitian

ini karena membandingkan dengan menggunakan dua metode maka dapat

memilih metode yang lebih akurat, sehinggga tidak salah memilih metode

dalam melakukan jual beli saham dipasar modal. Selain itu juga penelitian

ini menggunakan data mingguana dimana pada penelitian terdahulu

menggunakan data bulanan, sehinggga dapat menggammbarkan kondisi

53

terkini secara lebih akurat dari perusahaan yang tergabung dalam indeks

Dow Jones Industrial Average.

54

2.3.Kerangka Berfikir

Grafik Harga Saham Perushaan di Indeks

DJIA

Stochastic

Oscillaotor

Indikator Analisis

Teknikal

Moving Average

Convergence

Divergence

Menentukan Metode Terbaik

dalam Analisis Teknikal

Mencari Sinyal

Jual dan Beli

Analisis Deskripsi

Uji Normalitas

Shapiro Wilk

Uji Hipotesis Wilcoxon

Signed Ranked Test

55

2.4.Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa hipotesis berasal dari kata

hypo dan thesis. Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat.

Jadi hipotesis ialah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih

sementara,

Hipotesis pada peneleitian ini adalah

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sinyal jual dan sinya

beli menggunakan indikator Stochastic Oscillator maupun

menggunakan indikator Moving Average Convergence Divergecne pada

indeks Dow Jones Industrial Average.

Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan antara sinyal beli dan sinyal jual

menggunakan indikator Stochastic Oscilator dengan indikator Moving

Average Convergecen Divergence pada indeks Dow Jones Industrial

Average.

Sinyal Jual dan Beli

Menggunakan Indikator

Stochastic Oscillator

Sinyal Jual dan Beli

Menggunakan Indikator

Moving Average

Convergence Divergence

Uji Beda

56

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 2), Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu, sedangkan menurut Darmadi (2013: 153), Metode

penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

kegunaan tertentu. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan jenis penelitian deskriptif.. Penggunaan metode deskriptif ini

dikarenakan peneliti ingin mengetahui dan melihat perbedaan harga saham

dari kedua indikator yang digunakan yaitu Stochastic Oscillator dan Moving

Average Convergence Divergence, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara

mencatat harga saham sealam terjadinya sinyal jual dan sinyal beli dari

tahun 2015 sampai 2017 dengan menggunakan data mingguan perusahaan

yang terdaftar di indeks Dow Jones Industrial Average yang kemudian di

deskripsikan dalam bentuk laporan, lalu penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitaif karena ingin melihat sejauh mana perbedaan antara

metode Stochastic Oscillator dengan Moving Average Convergence

Divergence dalam menghasilkan sinyal jual dan beli dalam bentuk

presentase, dan data harga saham didapatkan dengan menggunakan aplikasi

chartnexus.

57

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah objek dari penelitian atau pengambilan data

yang digunakan untuk mendapatkan data yang diinginkan dari suatu

penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di indeks Dow Jones Industrial

Average dengan bantuan aplikasi bernama Chartnexus dalam hal

pengambilan data sinyal jual dan beli menggunakan metode Stochastic

Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence. Adapun

perushaan yang terdaftar di indeks Dow Jones Indsutrial Average adalah

sebegai berikut:

Tabel 3.1.

Perusahaan Yang Terdaftar di Indeks DJIA

No Simbol Nama Perusahaan

1 UTX United Technologies Corporation

2 CVX Chevron Corporation

3 WMT Walmart Inc.

4 AXP American Express Company

5 JNJ Johnson & Johnson

6 JPM JPMorgan Chase & Co.

7 MSFT Microsoft Corporation

8 DIS The Walt Disney Company

9 MMM 3M Company

10 MRK Merck & Co., Inc.

11 XOM Exxon Mobil Corporation

12 PG The Procter & Gamble Company

58

13 CSCO Cisco Systems, Inc.

14 AAPL Apple Inc.

15 IBM International Business Machines Corporation

16 KO The Coca-Cola Company

17 CAT Caterpillar Inc.

18 TRV The Travelers Companies, Inc.

19 PFE Pfizer Inc.

20 HD The Home Depot, Inc.

21 V Visa Inc.

22 GS The Goldman Sachs Group, Inc.

23 INTC Intel Corporation

24 VZ Verizon Communications Inc.

25 DWDP DowDuPont Inc.

26 NKE NIKE, Inc.

27 BA The Boeing Company

28 MCD McDonald's Corporation

29 WBA Walgreens Boots Alliance, Inc.

30 UNH UnitedHealth Group Incorporated

Sumber : https://finance.yahoo.com/quote/%5EDJI/components?p=%5EDJI

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar

di indeks Dow Jones Industrial Average sebanyak 30 perusahaan selama

kurun waktu 2015 smapai 2017 dengan jenis data mingguan. Menurut

Sugiyono (2011:57) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

59

ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari, kemudian ditarik

kesimpulannya.

Menurut gunawan (2013: 19) metode Purpose Sampling merupakan

teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Sampel pada penelitian ini

menggunakan metode Purpose Sampling. Kriteria-kriteria yang digunakan

dalalam menentukan sampel adalah sebagai berikut

1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di indkes Dow Jones Industrial

Average periode 2015-2017

2. Perusahaan yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO)

3. Perushaan yang aktif sahamnya, yang mengalami kondisi bearish (tren

turun) maupun kondisi bullish (tren naik)

4. Perushaan yang datanya dapat diakses menggunakan aplikasi

Chartnexus.

Dari kriteria-kriteria tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari

30 perushaaan yang terdaftar di indeks Dow Jones Industrial Average, ada

satu perushaan yang yang datanya tidak dapat diakses menggunakan aplikasi

Chartnexus yaitu perushaan DowDuPont Inc dengan kode perusahaan

DWDP.

60

3.4. Data dan Sumber Data

Penelitian menggunakan data sekunder yaitu mengambil data historis

harga saham yang terdaftar pada indeks Dow jones Industrial Average

selama periode 2015-2017 dengan menggunakan grafik Candlestick pada

software Chartnexus.

3.5. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Definisi operasional variabel penelitian kali ini terdiri atas

garis sinyal (Signal Line), garis Stochastic Oscillator dan garis Moving

Average Convergence Divergence serta sinyal jual dan sinyal beli. Dalam

penelitian ini hanya melihat analisis perbandinga dari kedua metode tersebut

tanpa adanya varibel dependen (variabel terikat) yang dipengaruhi maupun

varibel independen (variabel bebas) yang mempengaruhi.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan teknik

Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersumber dari berbagai

macam referensi seperti buku, jurnal, artikel, berita dll, yang berhubungan

dengan pembahasan materi penelitian ini. Tahap berikutnya adalah

mengamati kegiatan perdagangan saham dan pergerakannya melalui Software

Chartnexus serta mengumpulkan sinyal jual dan beli dari perpotongan grafik

61

yang di hasilkan selama periode 2015-2017 dari kedua metode yang

digunakan dalam bentuk tabel.

3.7. Analisis Data

Analisa data yaitu melalui cara memeriksa dan meneliti data-data untuk

menjamin kebenarannya, mengkategorikan dan mengelompokan data

tersebut untuk dibandingkan dengan teori-teori yang ada. Dalam penelitian

ini, teknik analisi data yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

3.7.1. Input Data

Data yang diinput merupakan grafik pergerakan harga saham

yang terdaftar pada indeks Dow Jones Industrial Average selama

periode 2015-2017 dalam mingguan dengan menggunakan Software

Chartnexus. Dari pergerakan grafik tersebut dapat diketahui serta

melakukan pendataan sinyal jual maupun sinyal beli yang dihasilkan

dari perpotongan garis dari masing-masing metode selama kurun

waktu 2015 sampai 2017 dalam mingguan. Proses pengumpulan data

ini dibatu dengan bantuan microsoft excel dan SPSS16 serta

dilakukan secara offline.

3.7.2. Menentukan indikator analisis teknikal

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu

stochastic oscillator dan moving average convergence divergence.

Semua indikator tersebut sudah tersedia di aplikasi Software

Chartnexus.

62

3.7.3. Penggunaan Stochastic Oscillator

Tahap pertama yang dilakukan pada penelitian ini yaitu

melakukan analisis deskriptif menggunnakan aplikasi SPSS16,

dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui sinyal membeli dan

sinyal menjual setelah menggunakan indikator Stochastic Oscillator

dan juga mengetahui nilai minimum, maximum, mean, dan standar.

Pada indikator ini dijelaskan juga selama periode tertentu saham

termasuk jenuh jual (oversold) atau termasuk jenuh beli (overbouht)

yang dihasilkan dari perpotongan garis %K-14 dan garis %D-,

Setelah menggunakan indikator Stochastic Oscillator langkah

selanjutnya yaitu melakukan Uji Hipotesis. Sebelum melakukan Uji

Hipotesis, peneliti harus mengetahui data yang dugunakan berdistribusi

normal atau tidak dengan cara melakukan uji normalitas, pada

penelitian ini uji normalitas yang digunakan yaitu menggunakan Uji

Normalitas Shapiro Wilk. Adapun pedoman pengambilan keputusan

mengenai uji normalitas menurut Santoso (2015: 38) sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikasi > 0,05 maka sebaran skor data berdistribusi

normal.

2. Jika nilai signifikasi < 0,05 maka sebaran skor data tidak

berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas, data yang dihasilkan dari uji

normalitas tersebut berdistribusi tidak normal oleh karena itu uji

hipotesis yang dilakukan yaitu dengan uji statistik non parametik. Uji

63

statistik non parametik pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon,

kriteria pengujian statistik non parametik uji wilcoxon menurut Santoso

(2015: 39) yaitu sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

2. Jika nilai signifikasi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.7.4. Penggunaan MACD

Tahap pertama yang dilakukan pada penelitian ini yaitu

melakukan analisis deskriptif menggunnakan aplikasi SPSS16,

dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui sinyal membeli dan

sinyal menjual setelah menggunakan indikator Moving Average

Convergence Divergence dan juga mengetahui nilai minimum,

maximum, mean, dan standar dengan perpotongan yang dihasilkan

dari garis Moving Average Convergence Divergence dengan format

EMA 26 - EMA 12 dengan garis sinyal dengan format EMA 9.

Setelah menggunakan indikator Moving Average Convergence

Divergence langkah selanjutnya yaitu melakukan Uji Hipotesis.

Sebelum melakukan Uji Hipotesis, peneliti harus mengetahui data yang

dugunakan berdistribusi normal atau tidak dengan cara melakukan uji

normalitas, pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan yaitu

menggunakan Uji Normalitas Shapiro Wilk. Adapun pedoman

pengambilan keputusan mengenai uji normalitas menurut Santoso

(2015: 38) sebagai berikut:

64

1. Jika nilai signifikasi > 0,05 maka sebaran skor data berdistribusi

normal.

2. Jika nilai signifikasi < 0,05 maka sebaran skor data tidak

berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas, data yang dihasilkan dari uji

normalitas tersebut berdistribusi tidak normal oleh karena itu uji

hipotesis yang dilakukan yaitu dengan uji statistik non parametik. Uji

statistik non parametik pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon,

kriteria pengujian statistik non parametik uji wilcoxon menurut

Santoso (2015: 39), yaitu sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

2. Jika nilai signifikasi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.8. Analisis Kompararatif

Pada tahapan ini yaitu membandingkan ke dua analisis teknikal yaitu

Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence, serta

menganalisa dari dua metode tersebut guna menentukan metode mana yang

akan mendapatkan profit optimal dengan memberikan sinyal beli atau jual

yang lebih cepat dengan bantuan Microsoft Excel.

65

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Banyaknya Sinyal Jual dan Beli yang Dapat Dihasilkan dari Metode

Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence

(MACD) Dalam Pergerakan Harga Saham di Indeks Dow Jones

Industrial Average

Sinyal jual dan beli yang dapat dihasilkan dari metode Stochastic

Ocillator dan Moving Average Convergence Divergence (MACD) dalam

pergerakan harga saham di Index Dow Jones Industrial Average tentunya

berbeda. Stochastic Oscillator menghasilkan sinyal jual beli sebanyak 752

data, dimana nilai minimum yang dihasilkan oleh metode ini didapatkan oleh

perusahaan yang memiliki kode saham CSCO sebesar 24,78 dan nilai

maximum yang diperoleh oleh metode ini didapatkan oleh perusahaan yang

memiliki kode saham GS yaitu sebesar 254,76. Sedangkan metode Moving

Average Convergence Divergence diperoleh nilai minimum sebesar 26,12

yaitu pada perusahaan CSCO dan nilai maximum didapatkan oleh perusahaan

yang memiliki kode saham BA sebesar 285,09

4.2.Besarnya Keakurasian Metode Stochastic Oscillator dan Moving Average

Convergence Divergence (MACD) Dalam Pergerakan Harga Saham di

Indeks Dow Jones Industrial Average

Besar keakurasian untuk metode Stochastic Oscillator dalam pergerakan

harga saham di indeks Dow Jones Indsutrial Average yaitu perusahaan

dengan kode saham AAPL sebesar 51,6% untuk kode saham AXP sebesar

66

44,4%, untuk kode saham BA, CAT, MMM dan PG sebesar 50,0%, untuk

kode saham CSCO sebesar 42,3%, untuk kode saham CVX sebesar 56,7,

untuk kode saham DIS 66,7%, untuk kode saham GS sebesar 64%, untuk

kode saham HD sebesar 57,9, untuk kode saham IBM sebesar 38,1%, untuk

kode saham INTC sebesar 55,6%, untuk kode saham JNJ sebesar 34,8%,

untuk kode saham JPM sebesar 36%, untuk kode saham KO sebesar 23,3%,

untuk kode saham MCD sebesar 46,2%, untuk kode saham MRK sebesar

29,2%, untuk kode saham MSFT sebesar 26,7%, untuk kode saham NKE

sebesar 43,3%, untuk kode saham PFE sebesar 58,8%, untuk kode saham

TRV sebesar 34,8%, untuk kode saham UNH sebesar 41,7%, untuk kode

saham UTX sebesar 48,1%, untuk kode saham V sebesar 56,5%, untuk kode

saham VZ sebesar 57,7%, untuk kode saham WBA sebesar 52,4%, untuk

kode saham WMT sebesar 39,1 dan untuk kode saham XOM sebesar 38,5%.

Dengan begitu rata-rata yang dihasilkan dari metode ini sebesar 46,4%.

Besar keakurasian untuk metode Moving Average Convergence

Divergence dalam pergerakan harga saham di indeks Dow Jones Indsutrial

Average yaitu perusahaan dengan kode saham AAPL, DIS, WBA sebesar

25%, untuk kode saham AXP, HD, KO, MMM, WMT sebesar 33,3%, untuk

kode saham BA, CSCO sebesar 37,5%, untuk kode saham CAT sebesar

55,6%, untuk kode saham CVX sebesar 40%, untuk kode saham GS, IBM,

NKE, UNH, UTX sebesar 50%, untuk kode saham INTC sebesar 10%, untuk

kode saham JNJ sebesar 57,1%, untuk kode saham JPM sebesar 42,9%, untuk

kode saham MCD, MSFT, V sebesar 66,7%, untuk kode saham MRK sebesar

67

36,4%, untuk kode saham PFE, XOM sebesar 20%, untuk kode saham PG

sebesar 12,5%, untuk kode saham TRV sebesar 22,2%, untuk kode saham VZ

sebesar 62,5%. Dengan begitu rata-rata yang dihasilkan dari metode ini

sebesar 39,5%.

4.3.Besarnya Perbedaan True dan False Signal yang Dihasilkan dari Metode

Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence

(MACD) Dalam Pergerakan Harga Saham di Indeks Dow Jones

Industrial Average

Besar perbedaan true dan false signal yang dihasilkan dari metode

Stochastic Oscillator oleh saham yang memiliki kode AAPL sebanyak 31

sinyal dengan true signal sebanyak 16 dan false signal sebanyak 15, kode

saham AXP untuk metode Stochastic Oscillator memiliki jumlah sinyal

sebanyak 27 sinyal dimana terdiri dari 12 true signal dan 15 false signal,

kode saham BA dengan menggunakan indikator Stochastic Oscillaotr

memiliki 20 sinyal yang terdiri dari 10 true signal dan 10 flase signal, metdoe

Stochastic Oscillaotr untuk saham yang memiliki kode CAT memiliki 28

sinyal yang terdiri dari 14 true signal dan 14 false signal. Kode saham CSCO

dengan menggunakan metode Stochastic Oscillator memiliki jumlah sinyal

sebanyak 26 yang terdiri dari 11 true signal dan 15 false signal, saham CVX

untuk metode Stochastic Oscillator memiliki sebanyak 30 sinyal yang terdiri

dari 17 true signal dan 18 false signal. Metode Stochastic Oscillator untuk

kode saham DIS memiliki sinyal sebanyak 24 yang terdiri dari 16 true signal

dan 8 false signal. Saham GS untuk metode Stochastic Oscillator memiliki

68

sinyal sebanyak 25 yang terdiri dari 16 true signal dan 9 false signal. Saham

HD dalam metode Stochastic Oscillator memiliki sinyal sebanyak 19 yang

terdiri dari 11 true signal dan 8 false signal, sedangkan. Kode saham IBM

memiliki sinyal sebanyak 21 sinyal untuk metode Stochastic Oscillator yang

terdiri dari 8 true signal dan 15 false signal,

Metode Stochastic Oscillator pada perusahaan yang memiliki kode saham

INTC sebesar 18 sinyal yang terdiri dari 10 true signal dan 8 false signal,

sedangkan Saham dengan kode JNJ dengan menggunakan metode Stochastic

Oscillator memiliki sinyal sebanyak 23 yang terdiri dari 8 true signal dan 15

false signal, kode saham JPM dengan menggunakan metode Stochastic

Oscillator memiliki sinyal sebanyak 25 yang terdiri dari 9 true signal dan 16

false signal. Kode saham KO dengan menggunakan metode Stochastic

Oscillator memiliki sinyal sebanyak 30 dengan true signal 7 dan false signal

23. Metode Stochastic Oscillator pada perushaan dengan kode saham MCD

memiliki sinyal sebanyak 26 yang terdiri dari 12 true signal dan 14 false

signal, perusahaan dengan kode saham MMM menggunakan metode

Stochastic Oscillator memiliki sebanyak 26 sinyal yang terdiri dari 13 true

signal dan 13 false signal. Metode Stochastic Oscillator pada perusahaan

yang memiliki kode saham MRK memiliki sebanyak 24 sinyal yang terdiri

dari 7 true signal dan 17 false signal, sedangkan dengan menggunakan

metode Stochastic Oscillator pada perusahaan yang memiliki kode saham

MSFT memiliki sebanyak 30 sinyal yang terdiri dari 8 true signal dan 22

false signal, Kode saham NKE dengan menggunakan metode Stochastic

69

Oscillator memiliki sebanyak 30 sinyal yang terdiri dari 13 true signal dan 17

false signal, Saham dengan kode PFE dengan menggunakan metode

stochastic Oscillaotr memiliki 17 sinyal yang terdiri dari 10 true signal dan 7

false signal,

Metode Stochastic Oscillator pada perusahaan yang memiliki mode

saham PG memiliki sebanyak 26 sinyal yang terdiri dari 13 true maupun false

signal, Perusahaan dengan kode saham TRV dengan menggunakan metode

Stochastic Oscillator memiliki 23 sinyal yang terdiri dari 8 true signal dan 15

false signal, Saham perusahaan dengan kode UNH dengan menggunakan

indikator Stochastic Oscillator memiliki 24 sinyal yang terdiri dari 10 true

signal dan 14 false signal, Metode Stochastic Oscillator pada saham UTX

memiliki 27 sinyal yang terdiri dari 13 true signal dan 14 false signal, saham

dengan kode V dengan menggunakan metode Stochastic Oscillator memiliki

sebanyak 23 sinyal yang terdiri dari 13 true signal dan 10 false signal, Kode

saham VZ dengan menggunakan indikator Stochastic Oscillator memiliki

sinyal sebanyak 26 yang terdiri dari 15 true signal dan 11 false signal,

Metode Stochastic Oscillator pada saham WBA memiliki sinyal sebanyak 21

yang terdiri dari 11 true signal dan 10 false signal. Saham yang memiliki

kode WMT dengan menggunakan metode Stochastic Oscillator memiliiki

sebanyak 23 sinyal yang terdiri dari 9 true signal dan 14 false sigmal,

Perusahaan terakhir yang memiliki kode saham XOM dengan menggunakan

indikator Stochastic Oscillator memiliki sebanyak 26 sinyal yang terdiri dari

70

10 true signal dan 16 false signal, Untuk lebih jelasnya lagi berikut

merupakan tabel dan grafik yang dihasilkan dari metode Stochastic Oscillator

Tabel 4.1

Perbedaan true dan false signal

Metode SAHAM TRUE SIGNAL FALSE SIGNAL

JUMLAH % JUMLAH %

Stochastic

Oscillator AAPL 16 51,6 15 48,4

AXP 12 44,4 15 55,6

BA 10 50,0 10 50,0

CAT 14 50,0 14 50,0

CSCO 11 42,3 15 57,7

CVX 17 56,7 13 43,3

DIS 16 66,7 8 33,3

GS 16 64,0 9 36,0

HD 11 57,9 8 42,1

IBM 8 38,1 13 61,9

INTC 10 55,6 8 44,4

JNJ 8 34,8 15 65,2

JPM 9 36,0 16 64,0

KO 7 23,3 23 76,7

MCD 12 46,2 14 53,8

MMM 13 50,0 13 50,0

MRK 7 29,2 17 70,8

MSFT 8 26,7 22 73,3

NKE 13 43,3 17 56,7

PFE 10 58,8 7 41,2

PG 13 50,0 13 50,0

TRV 8 34,8 15 65,2

UNH 10 41,7 14 58,3

UTX 13 48,1 14 51,9

V 13 56,5 10 43,5

VZ 15 57,7 11 42,3

WBA 11 52,4 10 47,6

WMT 9 39,1 14 60,9

XOM 10 38,5 16 61,5

Rarta-Rata 11,4 46,4 13,4 53,6

71

Metode MACD pada perusahaan AAPL sebanyak 12 sinyal terdiri dari 3

true signal dan 9 false signal, metode MACD pada saham AXP memiliki

sinyal sebanyak 9 yang terdiri dari 3 true signal dan 6 false signa.Pada

perusahaan berkode saham BA dengan menggunakan metode MACD

memiliki 8 sinyal yang terdiri dari 3 ture signal dan 8 false signal. Kode

saham CAT dengan menggunakan metode MACD memiliki jumlah sebanyak

9 sinyal yang terdiri dari 5 true signal dan 4 false signal. untuk metode

MACD pada perusahaan yang memiliki kode saham CSCO memiliki jumlah

sebanyak 8 sinyal yang terdiri dari 3 true signal dan 5 false signal, untuk

metode MACD pada saham yang berkdoe CVX memiliki 5 sinyal yang

terdiri dari 2 true signal dan 3 false signal. Metode MACD pada kode saham

DIS memiliki sinyal sebanyak 8 yang terdiri dari 2 true signal dan 6 false

signal, Pada perusahaan dengan kode saham GS dengan menggunakan

metode MACD memiliki 6 sinyal yang terdiri dari 3 true signal dan 3 false

signal. Saham dengan kode HD dengan metode MACD memiliki sinyal

sebanyak 6 sinyal yang terdiri dari 2 true signal dan 4 false signal. untuk

metode MACD pada saham dengan kode IBM memiliki sinyal sebanyak 4

yang terdiri dari 2 true signal dan 2 false signal. Untuk metode MACD pada

saham dengan kode INTC memiliki 10 sinyal yang terdiri dari 1 true signal

dan 9 false signal, metode MACD pada kode saham JNJ memiliki sinyal

sebanyak 7 yang terdiri dari 4 true signal dan 3 false signal. Indikator MACD

pada perusahaan dengan kode saham JPM memiliki sinyal sebanyak 7 yang

terdiri dari 3 true signal dan 4 false signal, untuk kode saham KO dengan

72

menggunakan metode MACD memiliki 6 sinyal yang terdiri dari 2 true

signal dan 4 false signal. Metode MACD pada saham dengan kode MCD

memiliki sinyal sebanyak 9 yang terdiri dari 6 true signal dan 3 false signal.

Metode MACD pada kode saham MMM memiliki 9 sinyal yang terdiri dari 3

true signal dan 6 false signal. Pada saham dengan kode MRK dengan

menggunakan metode MACD memliki sebanyak 11 sinyal yang terdiri dari 4

true signal dan 7 false signal. metode MACD pada saham dengan kode MSFT

memiliki sebanyak 12 sinyal yang terdiri dari 8 true signal dan 4 false signal,

indikator MACD dengan kode perusahaan NKE memiliki sinyal sebanyak 8

yang terdiri dari 4 true signal dan 4 false signal. Metode MACD pada saham

dengan kode PFE memiliki sinyal sebanyak 10 yang terdiri dari 2 true signal

dan 8 false signal. Metode MACD pada saham dengan kode PG memiliki 8

sinyal yang terdiri dari 1 true signal dan 7 false signal. Metode MACD pada

perushaan dengan kode TRV memiliki sebanyak 9 sinyal yang terdiri dari 2

true signal dan 7 false signal. Indikator MACD dengan kode saham UNH

memiliki 5 true maupun false signal. Saham dengan kode UTX dengan

menggunakan indikator MACD memiliki 10 sinyal yang terdiri dari 5 true

maupun false signal. Metode MACD pada perusahaan dengan kode saham V

memiliki sebanyak 9 sinyal yang terdiri dari 6 true signal dan 3 false signal.

Pada saham dengan kode VZ dengan menggunakan Indikator MACD

memiliki 8 sinyal yang terdiri dari 5 true signal dan 3 false signal.saham

dengan kode WBA dengan indikator MACD memiliki sinyal sebanyak 12

yang terdiri dari 3 true signal dan 9 false signal. Indikator MACD pada saham

73

dengan kode WMTmemiliki sinyal sebanyak 9 yang terdiri dari 3 true signal

dan 6 false signal.Sedangkan pada perusahaan terakhir dengan kode XOM

dengan indikator MACD memiliki sebanyak 10 sinyal yang terdiri dari 2 true

signal dan 8 false signal.

Tabel 4.2

Perbedaan true dan false signal

METODE Saham True Signal False Signal

Jumlah % Jumlah %

MACD AAPL 3 25,5 9 75

AXP 3 33,3 6 66,7

BA 3 37,5 5 62,5

CAT 5 55,6 4 44,4

CSCO 3 37,5 5 62,5

CVX 2 40 3 60

DIS 2 25 6 75

GS 3 50 3 50

HD 2 33,3 4 66,7

IBM 2 50 2 50

INTC 1 10 9 90

JNJ 4 57,1 3 42,9

JPM 3 42,9 4 57,1

KO 2 33,3 4 66,7

MCD 6 66,7 3 33,3

MMM 3 33,3 6 66,7

MRK 4 36,4 7 63,6

MSFT 8 66,7 4 33,3

NKE 4 50 4 50

PFE 2 20 8 80

PG 1 12,5 7 87,5

TRV 2 22,2 7 77,8

UNH 5 50 5 50

UTX 5 50 5 50

V 6 66,7 3 33,3

VZ 5 62,5 3 37,5

WBA 3 25 9 75

WMT 3 33,3 6 66,7

XOM 2 20 8 80

Rata-Rata 3,3 39,5 5,2 60,5

74

Gambar 4.1

Grafik yang Dihasilkan dari True dan False Signal Masing-Masing Metode

4.4.Metode yang Lebih Baik Dalam Memberikan Sinyal Pada Pergerakan

Harga Saham di Indeks Dow Jones Industrial Average

Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa metode

Stochastic Oscillator lebih unggul dari pada meode MACD dalam

memberikan sinyal jual maupun sinyal membeli. Selain jumlah sinyal jual

dan sinyal beli yang lebih banyak, metode Stochastic Oscillator juga lebih

sedikit dalam memberikan false signal (sinyal palsu) dari pada metode

MACD, ini dibuktikan dengan data yaitu rata-rata true signal Stochastic

0,010,020,030,040,050,060,070,080,090,0

AA

PL

AX

PB

AC

AT

CSC

OC

VX

DIS GS

HD

IBM

INTC JN

JJP

M KO

MC

DM

MM

MR

KM

SFT

NK

EP

FE PG

TRV

UN

HU

TX V VZ

WB

AW

MT

XO

MR

arta

-Rat

a

Grafik True dan False

True Signal SO (%) False Signal SO (%)

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

Grafik True dan False

True Signal MACD (%) False Signal MACD (%)

75

Oacillator sebesar 46,4% dan false signal sebesar 53,6%. Sedangkan untuk

metode MACD, jumlah rata-rata true signal sebesar 39,5% dan false signal

sebesar 60,5%, yang artinya bahwa Stochastic Oscillator lebih unggul dalam

hal memberika sinyal jual maupun sinyal membeli,

76

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang sudah dilakukan, didapatkan hasil bahwa analisis

teknikal dengan indikator Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence

Divergence (MACD) dalam menentukan sinyal jual dan sinyal beli pada indeks Dow

Jones Industrial Average peridoe 2015-2017 dapat diambil kesimpulan dari

hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil pengujian

Hasil pengujian dikatakan dapat memberikan sinyal jual dan beli, hal

tersebut dibuktikan dengan hasil analisis selama tahun 2015-2017 pada

perusahaan yang tergabung dalam indeks Dow Jones Industrial Average

dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test menghasilkan

Asymp. Sig. sebesarn 0,000 yang artinya nilai tersbut kurang dari 0,05

karena perolehan kurang dari 0,05 maka hipotesis dapat diterima dan

setiap indikator dapat memberikan sinyal jual maupun sinyal beli.

2. Jumlah Sinyal Jual dan Beli

Perolehan yang didapat dari Indikator Stochastic Oscillator

menghasilkan sebanyak 719 sinyal jual maupun beli dengan true signal

sebanyak 330 dan false signal sebanyak 389. Sedangkan untuk indikator

Moving Average Convergence Divergence (MACD) dapat menghasilkan

sinyal sebanyak 249, dengan true signal sebanyak 97 dan false signal

sebanyak 152.

77

5.2.Saran

Bagi penelitian selanjutnya diaharapkan dapat menambah jumlah perode

waktu serta menggunakan data harian agar lebih panjang, sehingga

keakurasian pada penelitian selanjutnya dapat lebih baik, selain itu juga dapat

menambah jumlah metode yang digunakan dalam penelitian seperti Moving

Average, Relative Strengh Indeks (RSI) dan Bollinger Bands ( BB) Agar dapat

lebih maksimal dan memilih dalam menentukan metode yang terbaik untuk

menentuka sinyal beli maupun sinyal jual. Selain itu juga dapat menggunakan

indeks lain untuk melakukan penelitian.

5.3.Implikasi

1. Bagi Investor

Investor dapat memanfaatkan informasi ini untuk menambah

pengetahuan dalam hal mengamati pergerakan harga saham, selain itu

juga investor dapat menambah pengetahuan dalam hal memilih metode

yang lebih unggul sehingga dapat mengetahui metode mana yang lebih

baik dan akurat dalam memberikan sinyal jual maupun sinyal beli di

bidangan Pasar Modal

2. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai

bagaimana keakurasian sinyal jual dan beli dari kedua metode yang

digunakan yaitu Stochastic Oscillator maupun Moving Average

Convergence Divergence periode 2015-2017 pada perusahaan yang

tergabung di indeks Dow Jones Industrial Average.

78

DAFTAR PUSTAKA

Adi Prabhata. Efektifitas Penggunaan Analisis Teknikal Stochastic Oscillator dan

MACD Pada Perdagangan Saham-Saham Jakarta Islmaic Indeks (JII). Jurnal

Kajian Bisnis dan Manajemen. 1 Juni 2012

Astri Dian Dwi Parama, dkk. Analsisi teknikal dengan Indikator MACD untuk

Menentukan Sinyal Membeli dan Menjual dalam Perdagangan Saham. Jurnal

Analisis Bisnis, 2 April 2016

Bodie Z, Kane A, Marcus A. J. 2009. Investments: eight edition. McGraw Hill.

USA

Christianan, Irma. 2011. Analisis Pembentukan Porotofolio yang Efisien pada

Perushaaan Keramik , Kaca dan Porselen yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dengan Model Markowitz. Jurnal Analisis Bisnis.

Dahlan, Siamat. 2010. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Lembaga

Penerbit FE Universitas Indonesia. Jakarta

Darmadi, Hamid. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:

Alfabet

Defrizal, Sucherly, Wirasasmita Y, Nidar SR. 2015. The Determinant Factors of

Sectoral Stock Return in Bullish and Bearish Condition at Indonesia Capital

Market. IJSR.

Fahmi dan Hadi. 2011. Teori Portofolio dan Analisis Inevstasi. Edisi 2. Bandung:

Alfabeta

Finance.yahoo.com

Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance,

13th Edition. Global Edition: Pearson Eduaction Limited.

Gunawan, Iman. 2013. Metode Penelitiaan Kualitatif :Teori dan Pratilik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Hadi, Nor. 2013. Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi di Aset Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Hartanto, Marcello, dkk. 2014. Analisis Return 3 Indikator Teknikal untuk USD-

JPY Tahun 2013. Jakarta.

79

Harwaningrum, Miranti. Maret 2016. Perbandingan Penilaian Saham Dengan

Metode Analisis Fudamental dan Analisis Teknikal, Penggorengan Saham,

Serta Keputusan Penilaian Saham Untuk Kedua Metode Analisis Pada Saham

Bakrie Group Periode 2005-2009. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis

Herdian, Hendry. 2013. Teknikal Anlisis Untuk Pemula. Jakarta: Stockbit

Herlianto, Didit. 2013. Manajemen Investasi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Humas. 10 April 2019. Minat Investasi yang Cukup Menjanjikan.

https://www.indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/minat-

investasi-yang-cukup-menjanjikan. (Akses 15 April 2019)

Husnan, Suad. 2010. Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan (Keputusan

Jangka Panjang). Edisi Keempat. BPFE :Yogyakarta

Jogiyanto, Hartono. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketujuh.

Jogiyanto Hartono, 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE

Yogyakarta. Edisi Kedelapan

Kole E, Dijk D. November 2017. How to Identify and Forecast Bull and Bear

Markets? J. Appl. Econ.

Latumaerissa, Julius R. 2015. Perekonomian Indonesia Dan Dinamika Ekonomi

Global. Jakarta: Mitra Wacana Medika.

Monika Elma Noor, dkk. 2017. Analisis Teknikal Menggunakan Indikatro MACD

untuk Membeli dan Menjual dalam Perdagangan Saham. Jurnal Prosiding

Seminar Nasional ASBIS.

Martalena dan Malinda. 2011. Pengantar Pasar Modal. Edisi Pertama.

Yogyakarta: Penerbit Andi

May, Ellen. 2010. We Are Trading Not Gamblers. Jakarta: Vibby Printing

Mutmainah dan Sulasmiyati Sri. Agustus 2017. Analisis Teknikal Indikator

Stochastic Oscillator dalam Menentukan Sinyal Beli dan Sinyal Jual Saham.

Jurnal Administrasi Bisnis

Shah Nisarg Pinankin.Desember 2013. Comparation Between MACD with EMA

and Stochastic Oscillator. Journal Global Research Analysis

Samsuar, Tenriola. 1 Oktober 2017. Pengaruh Faktor Fudamental dan Teknikal

Terhadap Harga Saham Industri Perhotelan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Syariah

80

Sandrasari, Wiedya Tri. 2010. Analisis Pengaruh Volume Perdagangan,

Frekuensi Perdagangan, dan Order Imbalance TerhadapVolatilitas Harga

Saham Pada Perushaaan Go Publc Di Burs Efek Indonesia [Skripsi].

Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Santoso. S. 2015. SPSS20 Pengolahan Data Statistik di Era Informasi. Jakarta,

PT. Alex Media Komputindo. Kelompok Gramedia

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.CV

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Surjoko, Felisca. 2014. Efek Bulan Januari (The January Effect). Bina Ekonomi

Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi

pertama. Yogyakarta : Kanisius

Tilehnouei Hashemi M. dan Shivaraj B. 2013. A Comparative Study of Two

Technical Analysis Tools: MACD vs Relative Strength Index: A Case Study of

HDFC Bank ltd Listed in National Stock Exchange of India (NSE).

International Journal Business

Usman, Berto. 2016. The Phenomenon of Bearish and Bulish in the Indonesian

Stock Exchange. Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen.

Widoatmodjo Sawidji. 2015. Pengetahuan Pasar Modal untuk Konteks Indonesia.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Wijaya, Tantra Setia Juli, and Sasi Agustin. 2015. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Nilai IHSG Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Ilmu Dan Riset Manajemen.

Wira, Desmond. 2012. Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal. Edisi 4. Jakarta :

Exceeds

81

Yusup, Setyadi. 2012. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto,

Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2011. Universitas Negeri Yogyakarta.

Zakaria, et.al. Maret 2018. Determinasi Indkes Harga Saham Gabungan (IHSG)

di Bursa Efek Indonesia. Future Jurnal Manajemen dan Akuntansi.

82

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Output Harga Open dan Close Saham Stochastic Oscillator dan MACD

1. Open Close Harga Saham Stochastic Oscillator

Kode Saham Tanggal Open Close

AAPL 01/05/2015 132.31.00 128.95

31/07/2015 123.09.00 121.03.00

14/08/2015 116.53.00 115.96

21/08/2015 116.04.00 105.76

28/08/2015 94.87 113.29.00

30/10/2015 118.08.00 119.05.00

13/05/2015 120.96 112.34.00

20/11/2015 111.38.00 119.03.00

27/11/2015 119.27.00 117.81

22/01/2016 98.41.00 101.42.00

29/01/2016 101.52.00 97.34.00

26/02/2016 96.31.00 96.91

15/04/2016 108.97 109.85

20/05/2016 92.39.00 95.22.00

24/06/2016 96 93.04.00

01/07/2016 93 95.89

01/06/2016 93 95.89

02/09/2016 106.62 107.73

16/09/2016 102.65 114.92

28/10/2016 117.01.00 113.72

16/12/2016 113.29.00 115.97

02/06/2017 153.42.00 115.45.00

04/08/2017 149.09.00 156.39.00

25/08/2017 157.05.00 159.86

08/09/2017 163.75 158.63

27/10/2017 156.89 163.05.00

17/11/2017 173.05.00 170.15.00

24/11/2017 170.29.00 174.97

01/12/2017 175.05.00 171.05.00

08/12/2017 172.48.00 169.37.00

29/12/2017 170.08.00 169.23.00

AXP 08/05/2015 77.96 78.98

24/07/2015 79.02.00 75.09.00

31/07/2015 75.44.00 76.06.00

83

06/11/2015 73.43.00 74.03.00

25/12/2015 68.15.00 70.16.00

01/01/2016 70 69.55.00

19/02/2016 53.01.00 54.71

15/04/2016 59.67 62.14.00

20/05/2016 64.02.00 63.92

27/05/2016 63.86 65.52.00

10/06/2016 65.55.00 64.97

24/06/2016 62.65 60.06.00

29/07/2016 64.02.00 64.46.00

09/09/2016 65.16.00 65.12.00

14/10/2016 62.15.00 60.15.00

21/10/2016 60.27.00 67.36.00

04/11/2016 66.81 65.51.00

11/11/2016 66.85 70.05.00

03/03/2017 79.75 79.88

14/04/2017 77.92 75.08.00

21/04/2017 75.83 79.59.00

09/06/2017 78.75 80.31.00

11/08/2017 86.01.00 84.29.00

25/08/2017 85.45.00 85.47.00

01/09/2017 85.65 86.14.00

15/09/2017 84.97 86.99

10/11/2017 96.35.00 93.52.00

24/11/2017 93.92 93.48.00

BA 12/06/2015 140.24.00 142.08.00

26/06/2015 196.07.00 142.48.00

10/07/2015 139.02.00 144.48.00

21/08/2015 144.06.00 131.71

28/08/2015 123.64 133.24.00

23/10/2015 137.06.00 146.07.00

11/12/2015 148.03.00 144.62

08/01/2016 141.38.00 129.99

05/02/2016 119.64 122.58.00

19/02/2016 109.73 115.16.00

15/04/2016 128.25.00 131.13.00

13/05/2016 132.08.00 132.12.00

24/06/2016 131.36.00 126.52.00

28/10/2016 136.41.00 143.01.00

11/11/2016 141.05.00 148.52.00

03/02/2017 165.92 162.04.00

17/03/2017 117.16.00 180.01.00

84

21/04/2017 175.84 180.38.00

12/05/2017 185.38.00 183.25.00

26/05/2017 183.75 186.59.00

30/06/2017 202.77 197.75

CAT 22/05/2015 88.39.00 88.63

12/06/2015 85.08.00 87.85

26/06/2015 87.97 86.82

31/07/2015 75.18.00 78.63

07/08/2015 78.42.00 77.29.00

14/08/2015 78.04.00 78.49.00

28/08/2015 71.82 75.95

04/09/2015 75.32.00 73.01.00

02/10/2015 64.24.00 65.07.00

11/12/2015 65.63 65.11.00

18/12/2015 65.63 65.11.00

08/01/2016 66.88 63.29.00

22/01/2016 60.26.00 60.98

04/03/2016 67.14.00 72.84

29/04/2016 75.05.00 77.72

08/07/2016 75.66 77.37.00

02/09/2016 82.51.00 81.69

16/09/2016 80.27.00 82.05.00

14/10/2016 89.01.00 87.67

11/11/2016 89.01.00 87.67

16/12/2016 96.01.00 92.58.00

23/12/2016 91.93 94.32.00

30/12/2016 94.34.00 92.74

13/01/2017 92.93 94.48.00

03/02/2017 98.04.00 93.27.00

10/02/2017 92.81 96.31.00

17/02/2017 97.69 98.85

19/05/2017 101.59.00 102.43.00

23/06/2017 107.95 104.11.00

CSCO 03/07/2015 27.99 27.33.00

10/07/2015 27 27.28.00

21/08/2015 28.65 26.47.00

28/08/2015 24.89 26

16/10/2015 27.93 28.25.00

06/11/2015 28.87 28.45.00

08/01/2016 26.93 24.78

12/02/2016 0,960417 25.11.00

85

29/04/2016 28.11.00 27.49.00

20/05/2016 26.571 27.97

17/06/2016 28.97 28.95

01/07/2016 27.48.00 28.08.00

09/09/2016 31.93 30.85

16-092016 30.61 30.84

07/10/2016 31.31.00 31.47.00

21/10/2016 30.13.00 30.15.00

25/11/2016 30.03.00 30.09.00

09/12/2016 29.33.00 30.06.00

03/02/2017 30.94 31.32.00

31/03/2017 33.82 33.08.00

28/04/2017 33.24.00 34.07.00

12/05/2017 34.46.00 33.45.00

30/06/2017 32.22.00 31.03.00

14/07/2017 30.88 31.42.00

11/08/2017 31.79 31.47.00

25/08/2017 30.37.00 31.44.00

15/09/2017 31.71 32.44.00

CVX 29/05/2015 104.22.00 103

28/08/2016 70.55.00 80.43.00

11/09/2015 77.53.00 75.79

06/11/2015 90.61 94.03.00

08/01/2016 89.53.00 82.13.00

15/01/2016 82.85 83.67

11/03/2016 87.94 94.58.00

20/05/2016 101.87 99.79

17/06/2016 101.05.00 101.57.00

24/06/2016 102.88 101.09.00

22/07/2016 106.67 105.66

16/09/2016 101.02.00 97.84

23/09/2016 98.33.00 99.22.00

28/10/2016 101.56.00 103.82

04/11/2016 103.82 104.78

03/03/2017 110.65 113.55.00

10/03/2017 113.25.00 110.61

07/04/2017 107.22.00 108.86

12/05/2017 105.93 105.96

19/05/2017 107.15.00 106.52.00

09/06/2017 102.08.00 106.04.00

30/06/2017 105.03.00 104.33.00

14/07/2017 103.44.00 104.44.00

86

21/07/2017 104.32.00 103.25.00

28/07/2017 103.18.00 108.12.00

11/08/2017 109.81 109.23.00

08/09/2017 109.36.00 110.78

20/10/2017 119.84 118.64

24/11/2017 114.77 116.51.00

08/12/2017 19-19.81 119.92

22/12/2017 119.92 124.98

DIS 15/05/2015 110.14.00 110.03.00

19/06/2015 109.27.00 112.62

07/08/2015 120.88 109.35.00

28/08/2015 93.38.00 102.48.00

06/11/2015 114.49.00 115.67

27/11/2015 120.03.00 115.13.00

19/02/2016 92.47.00 95.01.00

13/05/2016 106.01.00 100.52.00

24/06/2016 100.08.00 95.72

01/07/2016 94.91 98.03.00

29/07/2016 97.09.00 95.95

12/08/2016 96.11.00 96.84

26/08/2016 96.47.00 95.21.00

21/10/2016 91.35.00 93.03.00

11/11/2016 93.77 97.68

05/05/2017 115.59.00 111.99

02/06/2017 108.49.00 107.08.00

30/06/2017 104.06.00 106.25.00

14/07/2017 103.03.00 105.09.00

11/08/2017 107.59.00 101.99

06/10/2017 99.31.00 100.07.00

20/10/2017 97.64 99.04.00

03/11/2017 98.12.00 98.64

01/12/2017 102.63 105.25.00

15/12/2017 104.84 111.27.00

GS 26/06/2015 215.06.00 213.17.00

14/08/2015 204.59.00 202.02.00

28/08/2015 178.46.00 187.75

09/08/2015 178.46.00 179.19.00

08/01/2016 175.79 163.94

26/02/2016 149.02.00 150.25.00

15/04/2016 151.18.00 158.52.00

29/04/2017 166 164.11.00

87

10/06/2016 156.25.00 149.89

01/07/2016 140.07.00 148.25.00

05/08/2016 158.81 162.09.00

23/09/2016 167.34.00 165.13.00

07/10/2016 160.05.00 169.83

10/03/2017 252.13.00 248.38.00

07/04/2017 230 227.88

28/04/2017 221.18.00 223.08.00

12/05/2017 226.75 222.82

26/05/2017 217.37.00 223.53.00

09/06/2017 213.08.00 222.44.00

14/07/2017 224.27.00 228.06.00

04/08/2017 223.95 229.79

22/09/2017 226.03.00 231.03.00

20/10/2017 238.06.00 244.73

10/11/2017 243.06.00 244.73

01/12/2017 235.75 248.95

29/12/2017 258.19.00 254.76

HD 31/07/2015 113.37.00 117.03.00

21/08/2015 119.01.00 116.16.00

02/10/2015 116.53.00 117.81

11/12/2015 134 130.44.00

25/12/2015 131 132.09.00

01/01/2016 132.25.00 132.25.00

05/02/2016 124.92 116.43.00

18/03/2016 128.43.00 131.35.00

20/05/2016 133.84 131.85

15/07/2016 134.83 134.78

19/08/2016 137.11.00 135.46.00

16/09/2016 126.05.00 126.11.00

07/01/2016 128.02.00 128.31.00

11/11/2016 122.05.00 129.85

06/01/2017 135.94 133.53.00

14/04/2017 146.96 145.91

21/04/2017 145.09.00 150

19/05/2017 157.28.00 156.03.00

21/07/2017 152.09.00 146.65

08/09/2017 151.71 159.66

IBM 24/04/2015 162.01.00 169.78

29/05/2015 172.11.00 169.65

24/07/2015 172.79 159.75

88

09/10/2015 145.82 152.39.00

23/10/2015 149.85 144.68

20/10/2015 131.79 138.05.00

11/12/2015 146.16.00 134.57.00

25/12/2015 135.83 138.05.00

08/01/2016 135.06.00 131.63

29/01/2016 122.01.00 124.79

12/01/2016 126 121.04.00

17/06/2016 151.63 151.99

01/07/2002 146.18.00 152.35.00

19/08/2016 162.04.00 160.04.00

14/10/2016 156.71 154.45.00

28/10/2016 150.04.00 152.61

02/12/2016 163.02.00 160.02.00

09/12/2016 160.85 166.52.00

10/03/2017 179.72 177.83

25/08/2017 139.59.00 143.74

08/09/2017 143.05.00 142.45.00

15/09/2017 143.54.00 144.82

INTC 03/07/2015 30.07.00 30.555

28/08/2015 25.02.00 28.42.00

02/10/2015 28.68 30.51.00

13/11/2015 33.06.00 32.11.00

01/01/2016 34.95 34.45.00

29/01/2016 29.99 31.02.00

26/02/2016 29.11.00 29.08.00

01/07/2016 31.41.00 32.75

14/10/2016 38.25.00 37.54.00

11/11/2016 34.24.00 34.61

02/12/2016 35.43.00 34.16.00

27/01/2017 37.07.00 37.98

17/03/2017 35.85 35.27.00

14/04/2017 36.02.00 35.25.00

23/06/2017 35.61 34.19.00

14/07/2017 33.25.00 34.68

15/09/2017 35.49.00 37

17/11/2017 45.26.00 44.63

22/12/2017 45.15.00 46.07.00

JNJ 05/06/2015 100.28.00 98.59.00

19/06/2015 97.75 99.86

03/07/2015 98.98 98.44.00

14/08/2015 99.55.00 98.81

89

16/10/2015 95.07.00 98.24.00

18/12/2015 101.645 101.95

01/01/2016 103.18.00 102.72

29/01/2016 96.72 104.44.00

19/02/2016 102.37.00 104.16.00

12/08/2016 124 123.22.00

14/10/2016 119.51.00 117.56.00

04/11/2016 115.28.00 115.11.00

02/12/2016 113.79 111.96

09/12/2016 112.04.00 112.26.00

17/02/2017 115.28.00 118.86

24/03/2017 128.04.00 125.48.00

19/05/2017 124.41.00 127

30/06/2017 136.48.00 132.29.00

21/07/2017 132.71 135.31.00

08/09/2017 130.72 130.98

29/09/2017 131.47.00 130.01.00

13/10/2017 133.66 136.43.00

27/10/2017 142.13.00 141.78

15/12/2017 140.01.00 142.46.00

JPM 03/07/2015 67.68 67.52.00

17/07/2015 67.89 69.21.00

24/07/2015 69.05.00 68.91

30/10/2015 63.84 64.25.00

04/12/2015 67.28.00 67.89

08/01/2016 63.95 58.92

29/01/2016 56.48.00 59.05.00

15/04/2016 57.91 61.87

06/05/2016 63.69 61.06.00

20/05/2016 61.21.00 63.51.00

10/06/2016 64.64 63.84

29/07/2016 63.98 63.97

14/10/2016 68.34.00 67.52.00

04/11/2016 69.43.00 67.76

11/11/2016 69.08.00 76.69

20/01/2017 84.93 83.67

10/03/2017 92.25.00 91.28.00

28/04/2017 86.55.00 87

19/05/2017 87.01.00 84.78

02/06/2017 85.13.00 82.64

14/07/2017 93.05.00 92.25.00

28/07/2017 90.96 91.28.00

90

11/08/2017 93.89 91.42.00

22/09/2017 91.93 94.83

10/11/2017 101.34.00 97.51.00

01/12/2017 98.31.00 104.79

KO 05/06/2015 41.36.00 40.01.00

26/06/2015 40.51.00 40

03/07/2015 39.08.00 39.49.00

17/07/2015 40.56.00 41.25.00

07/08/2015 40.85 41.77

14/08/2015 41.89 41.25.00

21/08/2015 41.03.00 39.53.00

09/10/2015 40.45.00 42.02.00

30/10/2015 42.76 42.35.00

20/11/2015 41.43.00 42.43.00

11/12/2015 43.31.00 42.27.00

25/12/2015 42.82 43.54.00

01/01/2016 43.44.00 42.96

12/02/2016 42.17.00 43.11.00

26/02/2016 43.76 43.14.00

04/03/2016 43.17.00 44.11.00

15/04/2016 46.09.00 46.01.00

29/07/2016 45.81 43.63

12/08/2016 43.43.00 44.03.00

26/08/2016 43.94 43.32.00

25/11/2016 40.74 41.53.00

02/12/2016 41.51.00 40.36.00

24/02/2017 41.02.00 41.78

17/03/2017 41.92 42.03.00

31/03/2017 42.11.00 42.44.00

23/06/2017 45.35.00 45.25.00

28/07/2017 45.04.00 46.01.00

04/08/2017 46 45.05.00

01/09/2017 45.63 45.78

15/09/2017 46.35.00 46.18.00

10/11/2017 45.91 46.54.00

MCD 05/06/2015 95.84 95.54.00

19/06/2015 94.74 96.08.00

31/07/2015 96 99.86

02/10/2015 97 99.79

08/01/2016 117.25.00 115.48.00

22/01/2016 116.63 118.04.00

29/01/2016 121.85 123.78

91

18/03/2016 121.81 124.08.00

22/04/2016 127.95 125.05.00

29/04/2016 125.07.00 126.49.00

13/05/2016 130.65 128.83

17/06/2016 121.95 122.27.00

01/07/2016 118.16.00 120.04.00

29/07/2016 127.95 117.65

19/08/2016 119.02.00 115.01.00

23/09/2016 115.83 117.17.00

11/11/2016 112 114.22.00

02/12/2016 130.38.00 118.24.00

09/12/2016 119.45.00 121.26.00

06/01/2017 121.86 120.76

13/01/2017 120.76 121.05.00

04/08/2017 155.92 153.82

11/08/2017 154.14.00 157.03.00

15/09/2017 160 156.92

06/10/2017 156 159.06.00

10/11/2017 168.09.00 165.59.00

24/11/2017 167.33.00 169.11.00

MMM 08/05/2015 158.04.00 160.06.00

29/05/2015 160.98 159.08.00

19/06/2015 157.08.00 158.95

17/07/2015 156.42.00 156.69

24/07/2015 156.77 149.33.00

31/07/2015 148.64 151.34.00

28/08/2015 132.12.00 144.21.00

23/10/2015 147.97 155.79

11/12/2015 157.53.00 154.83

08/01/2016 148.05.00 140.49.00

22/01/2016 140.01.00 139.52.00

20/05/2016 168.05.00 165.01.00

27/05/2016 165.28.00 168.89

01/07/2016 167.78 175.54.00

09/09/2016 180.56.00 175.64

07/10/2016 175.33.00 171.33.00

04/11/2016 166.46.00 166.48.00

09/12/2016 172.63 178.49.00

03/02/2017 177.25.00 175.04.00

14/04/2017 190.16.00 188.65

30/06/2017 212.79 208.19.00

28/07/2017 211.02.00 199.72

15/09/2017 206.46.00 213.35.00

92

06/10/2017 210.73 216.52.00

10/11/2017 232.22.00 227.45.00

24/11/2017 229.09.00 231.38.00

22/12/2017 238.58.00 234.73

MRK 24/04/2015 57.05.00 57.06.00

15/05/2015 60.66 60.23.00

29/05/2015 59.28.00 60.89

24/07/2015 58.96 57.41.00

21/08/2015 58.08.00 55.77

27/11/2015 54.075 53.96

05/02/2016 50.39.00 49.38.00

19/02/2016 49.04.00 50.12.00

25/03/2016 52.33.00 53.07.00

29/04/2016 56.48.00 54.84

27/05/2016 55 56.48.00

17/06/2016 56.18.00 55.89

01/07/2016 55.49.00 57.94

07/10/2016 62.22.00 62.77

23/12/2016 61.08.00 59.56.00

06/01/2017 59.15.00 60.27.00

03/02/2017 61.52.00 64.29.00

17/03/2017 65.24.00 63.09.00

23/06/2017 63.09.00 66.16.00

21/07/2017 63.15.00 62.03.00

18/08/2017 62.91 61.49.00

25/08/2017 61.48.00 62.94

22/09/2017 66.02.00 65.13.00

27/10/2017 64.03.00 58.24.00

22/12/2017 56.38.00 56.36.00

MSFT 22/05/2015 47.98 46.09.00

21/05/2015 46.81 43.07.00

09/10/2015 45.745 47.11.00

08/01/2016 54.32.00 52.33.00

05/02/2016 54.88 50.16.00

01/04/2016 54.21.00 55.57.00

22/04/2016 55.49.00 51.78

17/06/2016 49.58.00 50.13.00

01/07/2016 49.01.00 51.16.00

09/09/2016 57.78 56.21.00

28/10/2016 59.94 59.87

18/11/2016 59.02.00 60.35.00

93

02/12/2016 60.34.00 59.25.00

09/12/2016 59.07.00 61.79

30/12/2016 63.21.00 62.14.00

03/02/2017 65.69 63.68

17/02/2017 64.24.00 64.62

03/03/2017 64.54.00 64.25.00

10/03/2017 63.97 64.93

17/03/2017 65.01.00 64.87

31/03/2017 64.63 65.86

14/04/2017 65.61 64.95

21/04/2017 65.04.00 66.04.00

19/05/2017 68.14.00 67.69

26/05/2017 67.89 69.96

09/06/2017 71.97 70.32.00

14/07/2017 69.46.00 72.78

04/08/2017 73.03.00 72.78

01/09/2017 73.06.00 73.94

17/11/2017 83.66 82.04.00

01/12/2017 83.31.00 84.26.00

NKE 08/05/2015 50.05.00 51.22.00

29/05/2015 52.215 50.835

12/06/2015 50.08.00 51.89

14/08/2015 57.695 57.18.00

18/09/2015 55.755 57.525

13/11/2015 66.375 63.145

11/12/2015 66.375 63.145

22/01/2016 58.19.00 60.88

05/02/2016 61.75 57.17.00

12/02/2016 56.01.00 56.42.00

20/05/2016 57.27.00 56.48.00

01/07/2016 52 55.61

19/08/2016 56.65 58.09.00

02/09/2016 59.02.00 58.02.00

25/11/2016 51 51.52.00

09/12/2016 50.08.00 51.72

06/01/2017 51.99 53.91

20/01/2017 53.04.00 53.02.00

03/02/2017 52.78 52.36.00

10/02/2017 520-.09 56.22.00

10/03/2017 56.07.00 56.43.00

17/03/2017 56.04.00 57.08.00

24/03/2017 58 56.36.00

94

19/05/2017 54.12.00 51.77

26/05/2017 51.77 52.59.00

16/06/2017 53.51.00 51.01.00

23/06/2017 51.42.00 52.85

11/08/2017 59.82 58.97

15/09/2017 52.38.00 53.87

22/09/2017 53.87 53.24.00

20/10/2017 50.08.00 53.06.00

PFE 01/05/2015 35.34.00 34.08.00

03/07/2015 33.73 33.37.00

21/08/2015 35.11.00 33.54.00

08/01/2016 31.85 31

19/02/2016 29.55.00 29.49.00

08/04/2016 30.09.00 32.05.00

24/06/2016 34.48.00 33.97

05/08/2016 37.02.00 35.44.00

11/11/2016 30.23.00 32.59.00

06/01/2017 32.07.00 33.48.00

17/02/2017 32.44.00 33.62

21/04/2017 33.09.00 33.64

19/05/2017 32.97 32.46.00

02/06/2017 32.06.00 32.54.00

01/09/2017 33.05.00 33.96

27/10/2017 36.03.00 35.06.00

01/12/2017 35.52.00 36.35.00

15/12/2017 35.79 37.02.00

PG 08/05/2015 80.48.00 80.96

22/05/2015 80.97 79.95

12/06/2015 77.48.00 78.87

31/07/2015 79.83 76.07.00

28/08/2015 68.57.00 71.21.00

20/11/2015 74.25.00 75.82

18/12/2015 77.63 78.13.00

01/01/2016 79.74 79.41.00

29/01/2016 77.02.00 81.69

22/04/2016 82.29.00 80.95

10/06/2016 82.04.00 83.02.00

24/06/2016 83.52.00 81.26.00

01/07/2016 81.83 84.78

09/09/2016 88.25.00 86.24.00

16/09/2016 86.04.00 88.05.00

95

14/10/2016 90.19.00 88.43.00

04/11/2016 87.01.00 85.08.00

09/12/2016 82.559 84.37.00

20/01/2017 83.09.00 87.45.00

31/03/2017 90.45.00 89.85

28/04/2017 89.12.00 87.33.00

26/05/2017 86.25.00 87.25.00

28/07/2017 88.55.00 90.21.00

26/05/2017 86.25.00 87.25.00

28/07/2017 88.55.00 90.21.00

22/09/2017 93.17.00 92.24.00

13/10/2017 92.04.00 93.04.00

20/10/2017 92.97 88.25.00

10/11/2017 86.55.00 88.16.00

TRV 15/05/2015 102.39.00 102.68

03/07/2015 97.01.00 99.23.00

21/08/2015 107.13.00 102.93

16/10/2015 102.66 105.09.00

11/12/2015 113.19.00 109.76

25/12/2015 110.86 113.27.00

15/01/2016 106.47.00 105.01.00

29/01/2016 102.53.00 107.04.00

22/04/2016 116 110.84

01/07/2016 110.47.00 118.85

29/07/2016 117 116.22.00

22/04/2016 116 110.84

01/07/2016 110.47.00 118.85

29/07/2016 117 116.22.00

09/09/2016 118.52.00 114.44.00

21/10/2016 115 108.03.00

11/11/2016 106.22.00 110.28.00

09/12/2016 116.05.00 119.19.00

06/10/2017 123.07.00 118.27.00

10/02/2017 116.46.00 119.73

10/03/2017 124.03.00 122.83

26/05/2017 120.83 123.66

30/06/2017 127.06.00 126.53.00

28/07/2017 125.25.00 127.21.00

18/08/2017 128.33.00 127.89

20/10/2017 127.33.00 133.32.00

17/11/2017 135.16.00 129.92

96

UNH 26/06/2015 121.63 123.25.00

17/07/2015 123.01.00 123.85

21/08/2015 120.04.00 116.28.00

18/09/2015 119.03.00 122.47.00

25/09/2015 123.49.00 116.37.00

08/01/2016 116.91 110.16.00

15/01/2016 110.51.00 109.27.00

19/02/2015 112.63 117.68

08/04/2016 130.05.00 125.68

13/05/2016 131.75 129

24/06/2016 139.22.00 137.29.00

19/08/2016 142.96 142.04.00

14/10/2016 136.97 133.92

21/10/2016 134.06.00 145.37.00

11/11/2016 139.06.00 146.42.00

17/02/2017 160.69 157.62

24/02/2017 157.62 163.06.00

17/03/2017 169.99 169.07.00

21/04/2017 164.99 171.16.00

12/05/2017 173.93 171.81

15/09/2017 199.25.00 198.18.00

06/10/2017 196.59.00 198.06.00

20/10/2017 192.48.00 207.49.00

15/12/2017 224.16.00 221.82

29/12/2017 219.09.00 220.46.00

UTX 19/06/2015 115.21.00 114.89

17/07/2015 11.19 110.74

02/10/2015 86.06.00 89.77

13/11/2015 100.06.00 96.48.00

08/01/2016 94.45.00 90.04.00

29/01/2016 85.98 87.69

12/02/2016 87.34.00 85.95

19/02/2016 87.34.00 88.23.00

18/03/2016 96.03.00 99.05.00

06/05/2016 103.89 101.12.00

15/07/2016 103.66 105.05.00

19/08/2016 109.17.00 109.14.00

02/09/2016 107.58.00 106.93

07/10/2016 101.06.00 100.58.00

28/10/2016 99.34.00 101.84

16/12/2016 109.42.00 108.52.00

27/01/2017 110.84 109.07.00

97

10/02/2017 109.81 111.05.00

03/03/2017 112.59.00 111.34.00

17/03/2017 112.56.00 113.45.00

24/03/2017 113.04.00 118.08.00

21/04/2017 112.53.00 114.99

21/07/2017 123.73 123.49.00

01/09/2017 115.29.00 117.92

08/09/2017 115.59.00 109.55.00

15/09/2017 110.01.00 113.08.00

03/11/2017 119.41.00 121.07.00

01/12/2017 116.82 120.12.00

V 08/05/2015 66.05.00 69.47.00

17/07/2015 69.05.00 70.88

07/08/2015 74.59.00 74.21.00

09/10/2015 71.06.00 73.98

11/12/2015 80.13.00 76.11.00

08/01/2016 76.06.00 72.88

22/01/2016 77.94 78.03.00

01/04/2016 74.14.00 77.59.00

29/04/2016 78.69 77.24.00

27/05/2016 77.76 79.66

10/06/2016 80.29.00 80.18.00

08/07/2016 74.25.00 76.42.00

05/08/2016 78.31.00 80.14.00

09/09/2016 82 81.33.00

21/10/2016 82.58.00 82.35.00

02/12/2016 79.66 75.72

20/01/2017 80.76 81.84

31/03/2017 88.31.00 88.87

21/04/2017 89.09.00 91.15.00

09/06/2017 96.32.00 94.56.00

23/06/2017 94.75 95.58.00

14/07/2017 94.15.00 96.93

17/11/2017 111.55.00 109.82

01/12/2017 112 110.73

VZ 08/05/2015 50.42.00 50.14.00

17/07/2015 47.38.00 42.59.00

31/07/2015 45.94 46.79

21/08/2015 47.28.00 46.01.00

30/10/2015 46.32.00 46.88

25/12/2015 45.73 46.71

98

15/01/2016 45.11.00 44.43.00

22/01/2016 44.74 47.04.00

08/04/2016 54.03.00 52.18.00

17/06/2016 52.05.00 53.78

29/07/2016 56.01.00 55.41.00

16/09/2016 51.75 51.88

23/09/2016 51.89 52.56.00

07/10/2016 51.84 49.92

18/11/2016 46.71 48.07.00

13/01/2017 53.22.00 52.55.00

31/03/2017 49.68 48.75

02/06/2017 45.26.00 46.44.00

23/06/2017 46.63 45.39.00

21/07/2017 43.63 44.23.00

11/08/2017 48.79 48.06.00

25.08-2017 47.83 48.68

15/09/2017 46.23.00 47.86

06/10/2017 49.39.00 48.81

10/11/2017 46.31.00 44.88

17/11/2017 44.92 45.42.00

01/12/2017 47.37.00 51.25.00

WBA 10/07/2015 84.93 93.11.00

07/08/2015 96.12.00 93.28.00

13/11/2015 84.27.00 79.17.00

11/12/2015 84.46.00 81.71

08/01/2016 83.07.00 81.05.00

22/01/2016 80.92 80.84

12/02/2016 74.18.00 77.08.00

01/04/2016 82.33.00 86.07.00

08/04/2016 86.64 81.37.00

03-06-1016 76.94 78.68

12/08/2016 80.42.00 83.32.00

07/10/2016 80.27.00 79.88

18/11/2016 81.04.00 83.27.00

23/12/2106 86.24.00 84.28.00

24/02/2017 88 87.61

28/04/2017 84.76 86.54.00

19/05/2017 85.16.00 80.61

09/06/2017 83.25.00 80.99

30/06/2017 76.49.00 78.31.00

15/09/2017 81.65 82.05.00

29/09/2017 78.06.00 77.22.00

99

10/11/2017 66.75 70.99

WMT 10/07/2015 71.38.00 73.12.00

24/07/2015 73.35.00 71.58.00

28/08/2015 63.74 64.94

18/09/2015 64.65 63.34.00

02/10/2015 63.06.00 64.98

16/10/2015 66.67 58.89

20/11/2015 56.39.00 60.07.00

22/01/2016 62.25.00 62.69

12/02/2016 66.05.00 66.18.00

26/02/2016 64.96 66.51.00

22/04/2016 69.05.00 68.72

20/05/2016 64.86 69.86

19/08/2016 73.81 72.81

07/10/2016 70.83 68.07.00

21/10/2016 68.65 68.34.00

18/11/2016 71.16.00 68.54.00

06/01/2017 69.24.00 68.26.00

03/02/2017 65.63 66.05.00

31/03/2017 59.52.00 72.08.00

09/06/2017 79.06.00 79.42.00

28/07/2017 76.03.00 79.81

11/08/2017 80.57.00 80.04.00

15/09/2017 79.15.00 80.38.00

13/10/2017 79.05.00 86.62

XOM 12/06/2015 84.18.00 84.02.00

26/06/2015 85.39.00 83.86

28/08/2015 67.99 75.07.00

16/10/2015 79.59.00 82.48.00

13/11/2015 83.56.00 78.01.00

11/12/2015 77.33.00 74.34.00

08/01/2016 77.05.00 74.69

12/02/2016 79.03.00 81.03.00

24/06/2016 91.29.00 89.39.00

01/07/2016 88.09.00 93.84

22/07/2016 94.92 94.01.00

26/08/2016 87.31.00 87.27.00

23/09/2016 84.58.00 83.45.00

04/11/2016 83.88 83.57.00

09/12/2016 87.39.00 89

23/12/2016 91.38.00 90.71

100

07/04/2017 82.02.00 82.76

14/04/2017 83.12.00 81.69

28/04/2017 81.28.00 81.65

02/06/2017 81.28.00 79.05.00

16/06/2017 82.67 83.49.00

11/08/2017 80.17.00 78.21.00

08/09/2017 76.64 78.82

10/11/2017 83.03.00 82.94

01/12/2017 81.32.00 83.46.00

15/12/2017 82.95 83.03.00

22/12/2017 83.13.00 83.97

2. Open Close Harga Saham MACD

Kode Saham Tanggal Open Close

APPL 30/10/2015 118.08.00 119.05.00

18/12/2015 112.18.00 106.03.00

11/03/2016 102.39.00 102.26.00

06/05/2016 93.965 92.72

10/06/2016 97.99 98.83

24/06/2016 96 93.04.00

08/07/2016 95.39.00 95.68

18/11/2016 107.71 110.06.00

16/12/2016 113.29.00 115.97

16/06/2017 145.74 142.27.00

25/08/2017 157.05.00 159.86

22/09/2017 160.11.00 151.89

03/11/2017 163.89 172.05.00

AXP 04/09/2015 76.26.00 74.08.00

09/10/2015 75.05.00 77.33.00

30/10/2015 73.03.00 73.26.00

18/03/2016 59.51.00 61.22.00

07/10/2016 63.83 61.76

21/10/2016 60.27.00 67.36.00

24/03/2017 79.15.00 78.02.00

30/06/2017 82.499 84.24.00

08/09/2017 85.72 84.25.00

22/09/2017 87.08.00 88.04.00

BA 16/10/2015 136.93 137.06.00

01/01/2015 143.26.00 144.59.00

18/03/2016 123.93 133.96

101

09/09/2016 131.63 128.53.00

30/09/2016 131.07.00 131.74

19/05/2016 183.03.00 180.76

16/06/2016 190.03.00 196.44.00

17/11/2017 261.67 262.26.00

08/12/2017 276.16.00 285.09.00

CAT 06/11/2015 73 73.84

11/12/2015 68.68 65.43.00

25/12/2015 65.59.00 69.38.00

08/01/2016 66.88 63.29.00

19/02/2016 64.16.00 65.42.00

27/05/2016 69.08.00 71.96

04/11/2016 84.19.00 82.31.00

20/01/2017 94.24.00 94.58.00

27/01/2017 94.06.00 98.99

05/05/2017 102.65 99.64

CSCO 16/10/2015 27.93 28.25.00

11/12/2015 27.56.00 26.12.00

26/02/2016 26.87 26.41.00

14/10/2016 31.54.00 30.18.00

10/02/2017 31.29.00 31.51.00

21/04/2017 32.48.00 32.82

05/05/2017 34.11.00 34.39.00

12/05/2017 34.46.00 33.45.00

15/09/2017 31.71 32.44.00

CVX 09/10/2015 82.41.00 89.57.00

05/02/2016 85.15.00 82.88

05/08/2016 101.33.00 100.51.00

11/11/2016 106 106.64

10/02/2016 113.28.00 113.05.00

04/08/2017 108.39.00 110.11.00

DIS 30/10/2015 113.07.00 113.74

18/12/2015 108.68 107.72

01/04/2016 97.05.00 99.07.00

24/06/2016 100.08.00 95.72

08/07/2016 97.77 99.62

29/07/2016 97.09.00 95.95

04/11/2016 93.72 92.45.00

102

05/05/2017 115.59.00 111.99

10/12/2017 98.37.00 104.78

GS 20/11/2015 189.99 191.47.00

11/12/2015 190 176.56.00

01/04/2016 153.14.00 159.82

24/06/2016 148.05.00 141.86

08/07/2016 146.72 150.38.00

17/03/2017 249.32.00 243.94

22/09/2017 226.03.00 231.03.00

HD 15/01/2016 124.87 119.23.00

18/03/2016 128.43.00 131.35.00

03/06/2016 133.57.00 131.74

22/07/2016 135.46.00 136.52.00

02/09/2016 134.86 135.15.00

02/12/2016 131.25.00 129.87

23/06/2017 156.91 151.31.00

22/09/2017 159 159.97

IBM 26/02/2016 133.84 132.03.00

09/09/2016 159.88 155.69

25/11/2016 160.69 163.14.00

31/03/2017 172.69 174.14.00

29/09/2017 145.12.00 145.08.00

INTC 18/09/2015 29.47.00 29.02.00

15/01/2016 31.81 29.76

25/03/2016 32.23.00 31.88

06/05/2016 30.45.00 30.04.00

03/06/2016 31.51.00 31.62

28/10/2016 35.43.00 34.74

20/01/2017 36.67 36.94

10/02/2017 36.51.00 35.34.00

11/08/2017 36.39.00 35.87

25/08/2017 35.08.00 34.67

01/09/2017 34.78 35.09.00

JNJ 16/10/2015 95.07.00 98.24.00

15/01/2016 98.24.00 97

29/01/2016 96.72 104.44.00

26/08/2016 119.09.00 119.04.00

103

17/02/2017 115.28.00 118.86

18/08/2017 134.02.00 132.63

20/10/2017 136.45.00 142.04.00

29/12/2017 140.46.00 139.72

JPM 13/11/2015 68.07.00 65.56.00

18/12/2015 64.227 64.04.00

25/12/2015 65.02.00 66.06.00

08-01-2-16 63.95 58.92

01/04/2016 59.53.00 59.87

24/03/2017 90.27.00 87.29.00

07/07/2017 91.56.00 93.85

01/09/2017 92.16.00 91.07.00

KO 04/09/2015 39.15.00 38.52.00

02/10/2015 39.52.00 40.39.00

15/01/2016 41.58.00 41.05.00

12/02/2016 42.17.00 43.11.00

13/05/2016 45.32.00 45.35.00

23/12/2016 41.69 41.06.00

22/09/2017 46.15.00 45.49.00

MCD 28/08/2015 91.58.00 96.25.00

02/10/2015 97 99.79

12/02/2016 114.05.00 117.93

01/04/2016 124 127.02.00

20/05/2016 128.51.00 122.56.00

18/11/2016 114.99 120

11/08/2017 154.14.00 157.03.00

03/11/2017 165 168.65

10/11/2017 168.09.00 165.59.00

01/12/2017 168.09.00 172.87

MMM 09/10/2015 144.03.00 149.09.00

08/01/2016 148.05.00 140.49.00

12/02/2016 151.63 153.96

24/06/2016 170.09.00 169.12.00

09/09/2016 180.56.00 175.64

23/12/2016 177.61 178.75

03/02/2017 177.25.00 175.04.00

10/02/2017 174.12.00 179

28/07/2017 211.02.00 199.72

104

13/10/2017 215.96 217.72

MRK 06/11/2015 54.69 54.61

29/01/2016 51.35.00 50.67

04/03/2016 50.52.00 52.08.00

14/10/2016 64.21.00 62.14.00

03/02/2017 61.52.00 64.29.00

31/03/2017 62.92 63.54.00

02/06/2017 64.72 65.47.00

09/06/2017 65.35.00 64.39.00

23/06/2017 63.09.00 66.16.00

30/06/2017 66.15.00 64.09.00

15/09/2017 64.94 66.16.00

20/10/2017 63.49.00 63.88

MSFT 09/10/2015 45.745 47.11.00

15/01/2016 52.51.00 50.99

15/04/2016 54.49.00 55.65

22/04/2016 55.49.00 51.78

15/07/2016 52.05.00 53.07.00

17/03/2017 65.01.00 64.87

05/05/2017 68.68 69

07/07/2017 69.33.00 69.46.00

21/07/2017 72.08.00 73.79

25/08/2017 72.47.00 72.82

15-09-2-17 74.31.00 75.31.00

29/09/2017 74.09.00 74.49.00

13/10/2017 75.97 77.49.00

NKE 25/04/2015 57.835 62.05.00

18/12/2015 63.315 64.26.00

22/07/2016 58 56.73

30/09/2016 54.08.00 52.65

23/12/2016 50.91 51.91

05/05/2017 55.43.00 53.95

30/06/2017 52.95 59

25/08/2017 54.44.00 53.09.00

03/11/2017 55.71 55.71

PFE 23/10/2015 34.41.00 34.05.00

20/11/2015 33.29.00 32.18.00

01/04/2016 30.09.00 30.04.00

105

26-08-2-16 34.08.00 34.82

06/01/2017 32.07.00 33.48.00

27/01/2017 31.68 31.42.00

10/02/2017 32 32.35.00

12/05/2017 33.04.00 33.01.00

30/06/2017 34.16.00 33.59.00

11/08/2017 33.55.00 33.25.00

01/09/2017 33.05.00 33.96

PG 16/10/2015 74.69 74.09.00

29/04/2016 80.92 80.12.00

01/07/2016 81.83 84.78

21/10/2016 88.43.00 83.33.00

27/01/2017 87.09.00 86.72

28/04/2017 89.12.00 87.33.00

04/08/2017 90.21.00 90.67

20/10/2017 92.97 88.25.00

22/12/2017 91.98 92.13.00

TRV 08/01/2016 110.71 105.99

11/03/2016 110.02.00 113.64

29/04/2016 110.55.00 109.09.00

01/07/2016 110.47.00 118.85

09/09/2016 118.52.00 114.44.00

09/12/2016 116.05.00 119.19.00

07/04/2017 120.57.00 120.15.00

02/06/2017 123.36.00 125.15.00

25/08/2017 128.07.00 126.47.00

20/10/2017 127.33.00 133.32.00

UNH 19/02/2016 112.63 117.68

26/08/2016 142.11.00 136.62

18/11/2016 147.32.00 149.95

17/02/2016 160.69 152.62

10/03/2017 167.43.00 169.98

31/03/2017 163.99 164.01.00

05/05/2017 175 174.12.00

19/06/2017 171.79 172.59.00

26/05/2017 172.73 177.05.00

22/09/2017 198.17.00 193.03.00

27/10/2017 207.58.00 212.06.00

106

UTX 23/10/2015 92.05.00 100.62

22/01/2016 86.35.00 86.35.00

26/02/2016 89.19.00 97.69

09/09/2016 107 102.68

18/11/2016 109.42.00 106.05.00

31/03/2017 111.08.00 112.21.00

28/04/2017 115.09.00 118.99

28/07/2017 123.49.00 118.87

03/11/2017 119.41.00 121.07.00

17/11/2017 117.95 116.53.00

08/12/2017 121.18.00 122.81

V 11/09/2015 70.75 70.76

16/10/2015 73.74 76

25/12/2016 76.09.00 78.26.00

01/04/2016 74.14.00 77.59.00

24/06/2016 78.03.00 75.05.00

05/08/2016 78.31.00 80.14.00

04/11/2016 82.44.00 80.36.00

20/01/2017 80.76 81.84

07/07/2017 94.38.00 93.92

21/07/2017 97.11.00 99.06.00

VZ 30/10/2015 46.32.00 46.88

06/05/2016 51.22.00 51.12.00

24/06/2016 54 54.43.00

12/08/2016 53.64 53.65

16/12/2016 51.54.00 52.27.00

03/02/2017 49.49.00 48.58.00

28/07/2017 44.15.00 47.94

10/11/2017 46.31.00 44.88

01/02/2017 47.37.00 51.25.00

WBA 18/03/2016 81.12.00 83.94

13/05/2016 79.05.00 78.61

10/06/2016 78.68 82.47.00

07/10/2016 80.27.00 79.88

18/11/2016 81.04.00 83.27.00

20/01/2017 83.53.00 81.72

17/02/2017 83.48.00 85.86

31/03/2017 82.71 83.05.00

05/05/2017 86.36.00 85.89

107

19/05/2017 85.16.00 80.61

18/08/2017 80.88 80.03.00

29/09/2017 78.06.00 77.22.00

15/12/2017 71.32.00 71.94

WMT 28/08/2015 63.74 64.94

09/10/2015 65.21.00 66.69

16/10/2015 66.67 58.89

27/11/2015 60.29.00 59.89

26/08/2016 73.06.00 71.14.00

24/02/2017 71.21.00 72.39.00

07/07/2017 75.84 75.33.00

28/07/2017 76.03.00 79.81

08/09/2017 77.95 78.88

13/10/2017 79.05.00 86.62

XOM 09/10/2015 76.65 79.26.00

08/01/2016 77.05.00 74.69

15/01/2016 75.01.00 77.58.00

05/05/2016 88.08.00 87.56.00

09/12/2016 87.39.00 89

20/01/2017 86.58.00 85.89

12/05/2017 82 82.55.00

02/06/2017 81.28.00 79.05.00

09/06/2017 79.44.00 82.13.00

11/08/2017 80.17.00 78.21.00

22/09/2017 79.79 79.92

108

Lampiran 2

Output SPSS Uji Statistik Deskripsi, Normalitas dan Uji Hipotesis

1. Output Uji Statistik Deskripsi

Tabel 4.1

Uji Statistik Deskripsi Stochastic Oscillator

Tabel 4.2

Uji Statistik Deskripsi MACD

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Harga_Saham_Stoch

astic_Oscillator

752 24.78 254.76 94.7766 45.33127

Valid N (listwise) 752

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Harga_Saham_MAC

D 279 26.12 285.09 94.2293 46.72554

Valid N (listwise) 279

109

2. Output Uji Normalitas

Case Processing Summary

METODE

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

HARGA_SAHAM Stochastic

oscillator 752 100.0% 0 .0% 752 100.0%

MACD 279 100.0% 0 .0% 279 100.0%

Tests of Normality

METODE

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statist

ic df Sig. Statistic df Sig.

HARGA_SAHA

M

Stochastic

oscillator .071 752 .000 .946 752 .000

MACD .103 279 .000 .938 279 .000

a. Lilliefors Significance Correction

3. Output Uji Wilcoxon Signed Rank Test Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

MOVINNG_AVERAGE

_CONVERGENCE_DIV

ERGENCE -

STOCHASTIC_OSCILL

ATOR

Negative Ranks 186a 136.91 25466.00

Positive Ranks 93b 146.17 13594.00

Ties 0c

Total 279

a. MOVINNG_AVERAGE_CONVERGENCE_DIVERGENCE <

STOCHASTIC_OSCILLATOR

b. MOVINNG_AVERAGE_CONVERGENCE_DIVERGENCE >

STOCHASTIC_OSCILLATOR

c. MOVINNG_AVERAGE_CONVERGENCE_DIVERGENCE =

STOCHASTIC_OSCILLATOR

110

Test Statisticsb

MOVINNG_AVERAGE_CONVERG

ENCE_DIVERGENCE -

STOCHASTIC_OSCILLATOR

Z -4.401a

Asymp. Sig. (2-

tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test