analisisperumusan rintisan-indikatorketahanankeluarga

52
1 ANALISIS PERUMUSAN RINTISAN-INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA Prof . Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si Guru Besar IPB Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga Departemen IKK – FEMA IPB November 2017 - Januari 2018

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

1

ANALISIS PERUMUSAN

RINTISAN-INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA

Prof . Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si

Guru Besar IPB Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga

Departemen IKK – FEMA IPB

November 2017 - Januari 2018

Page 2: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjakan kehadirat ALLAH SWT, karena atas kuasa dankehendak-Nya Catatan Hasil Analisis Perumusan Indikator Ketahanan Keluargaoleh Kementerian Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPPA)Republik Indonesia dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalahuntuk memberikan masukan dan saran perbaikan pada Indikator KetahananKeluarga Indonesia yang nantinya diharapkan menjadi dokumen acuan atau dasarimplementasi ketahanan keluarga dan selaras dengan yang sudah pernahdikembangkan berdasarkan kajian dan penelitian yang dilakukan oleh penyusunsebagai pakar bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga di Indonesia.

Laporan ini berisi empat bagian. Pertama, pendahuluan yang menguraikan latarbelakang dan tujuan serta metode penulisan. Kedua, teori dan sejarah perumusanindikator ketahanan keluarga meliputi didalamnya teori dan ideologypembangunan keluarga serta sejarah penelitian dan perumusan indikatorketahanan keluarga. Ketiga, perumusan indeks ketahanan keluarga oleh KPPPAyang meliputi landasan aturan, perumusan rintisan indikator ketahanan keluarga,dan pengembangan model operasional pendataan ketahanan keluarga. Keempat,catatan hasil analisis perumusan indikator ketahanan keluarga oleh KPPPA yangmenguraikan 1) kedudukan dan tujuan indikator ketahanan keluarga; 2) teori danlingkup ketahanan keluarga; 3) validitas indikator ketahanan keluarga; 4)implementasi pengumpulan data; dan 5) saran perbaikan indikator ketahanankeluarga. Terakhir adalah penutup dan Lampiran.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada KPPPA atas kepercayaan yang telahdiberikan. Semoga catatan hasil analisis perumusan Indikator Ketahanan Keluargaini dapat memberi manfaat dan menyediakan catatan masukan dan saran sertaperbaikan yang dapat dipertimbangkan oleh KPPPA dalam perbaikan indikatorkatahanan keluarga.

Bogor, Januari 2018

Penyusun

Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti

Page 3: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR IDAFTAR ISI IiDAFTAR TABEL iiiDAFTAR GAMBAR IvPENDAHULUAN 1Latar Belakang 1Tujuan & Metode Penulisan 3TEORI DAN SEJARAH PERUMUSAN INDIKATOR KETAHANANKELUARGA

5

Teori dan Ideologi Pembangunan Keluarga 5Sejarah Penelitian dan Perumusan Indikator Ketahanan Keluarga 9

Sejarah Penelitian Ketahanan Keluarga 9Perumusan Indikator Ketahanan Keluarga 9

PERUMUSAN INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA OLEH KPPPA 15Landasan Aturan 15Perumusan Rintisan Indikator Ketahanan Keluarga 15Pengembangan Model Operasional Pendataan Ketahanan Keluarga 21CATATAN HASIL ANALISIS PERUMUSAN INDIKATOR KETAHANANKELUARGA OLEH KPPPA

29

Kedudukan dan Tujuan Indikator Ketahanan Keluarga 29Teori dan Lingkup Ketahanan Keluarga 30Validitas Indikator Ketahanan Keluarga 31Implementasi Pengumpulan Data 41Saran Perbaikan Indikator Ketahanan Keluarga 42PENUTUP 43DAFTAR PUSTAKA 44LAMPIRAN 46

Page 4: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Struktur Indikatr Ketahanan Keluarga 17Tabel 2 Pernyataan Indikator Ketahanan Keluarga 18Tabel 3 Perubahan Jumlah Indikator Ketahanan Keluarga 19Tabel 4 Pernyataan Perubahan Indikator Ketahanan Keluarga 20

Page 5: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Komponen Ketahanan Keluarga yang Diajukan Sunarti (2001) 10

Gambar 2 Visualisasi Lingkup Ketahanan Keluarga (Sunarti, 2008, 2013) 12

Page 6: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Keluarga Indonesia didasarkan pada dua UndangUndang utama yaitu Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentangPerkawinan, dan Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009(amandement UU Nomor 10 Tahun 1992) tentang PerkembanganKependudukan dan Pembangunan Keluarga. Undang UndangPerkawinan menyediakan landasan atau syarat syah nya suatupernikahan dalam membangun atau membentuk keluarga. Pasal 1menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antaraseorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuanmembentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekalberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian pula aturanmengenai hak dan kewajiban suami-istri pada pasal 31 menyatakanbahwa suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumahtangga. Pasal tersebut menjadi dasar struktur keluarga yang akanberdampak pada fungsi keluarga.

Keluarga merupakan unit sosial terkecil pembangun institusimasyarakat. Perhatian terhadap keluarga sebagai institusi sosialterkecil diawali oleh hasil kajian bahwa masalah sosial berkaitandengan kehidupan keluarga, sehingga banyak para pembaharu sosialyang memandang bahwa keluarga sebagai dasar kesehatanmasyarakat. Dalam kaitannya dengan pembangunan sumber dayamanusia (SDM), keluarga merupakan institusi pertama dan utamapenentu pembangunan SDM. Terdapat dua penjelasan sederhanaterhadap konsep atau kerangka fikir tersebut. Penjelasan pertamaadalah karena di keluargalah seorang individu tumbuh berkembang,dimana tingkat pertumbuhan dan perkembangan tersebutmenentukan kualitas individu yang kelak akan menjadi pemimpinmasyarakat bahkan pemimpin bangsa dan negara. Penjelasan keduaadalah karena di keluargalah aktivitas utama kehidupan seorangindividu berlangsung (Sunarti, 2001).

Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang PerkembanganKependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwapembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitaskeluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masadepan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dankebahagiaan batin. Tujuan pembangunan keluarga yang tercantumdalam UU 52/2009 menekankan kepada peningkatan kualitas

Page 7: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

2

keluarga dengan ciri adanya rasa aman, tenteram, mempunyai masadepan yang lebih baik untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dankebahagiaan batin. Pada Bab VII tentang Pembangunan Keluargadisebutkan bahwa:

Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakanpembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dankesejahteraan keluarga (pasal 47 ayat 1), dan kebijakansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untukmendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluargasecara optimal (pasal 47 ayat 2).

Pada pasal 48 termaktub bahwa kebijakan pembangunankeluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraankeluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dilaksanakandengan cara: a) peningkatan kualitas anak dengan pemberianakses informasi, pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan tentangperawatan, pengasuhan dan perkembangan anak; b)peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi,pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupanberkeluarga; c) peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap

produktif dan berguna bagi keluarga dan masyarakat denganpemberian kesempatan untuk berperan dalam kehidupankeluarga; d) pemberdayaan keluarga rentan dengan

memberikan perlindungan dan bantuan untuk mengembangkandiri agar setara dengan keluarga lainnya; e) peningkatan kualitaslingkungan keluarga; f) peningkatan akses dan peluang

terhadap penerimaan informasi dan sumber daya ekonomimelalui usaha mikro keluarga; g) pengembangan cara inovatif

untuk memberikan bantuan yang lebih efektif bagi keluargamiskin; dan h) penyelenggaraan upaya penghapusan kemiskinan

terutama bagi perempuan yang berperan sebagai kepala

keluarga.

Dengan demikian, pembangunan keluarga yang diamanatkan olehUndang-Undang tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitaskeluarga, melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga,dan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang tersebut

mendasari upaya untuk membangun sinergi dari berbagai program

pembangunan, agar dapat mempercepat pencapaian tujuannya.

Tujuan pembangunan keluarga agar keluarga berkualitas, yangdilaksanakan melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraankeluarga, menuntut indikator ketahanan keluarga.Dengan demikian

diperlukan upaya perumusan indikator ketahanan keluarga.

Page 8: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

3

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anakmenerbitkan Keputusan Menteri KPPPA Nomor 06 Tahun 2013tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga, dimana dalam salahsatu pasalnya mengamanatkan penyusunan indeks ketahanankeluarga. Berdasarkan hal tersebut, KPPPA mengembangkanindikator ketahanan keluarga serta mekanisme pengumpulan danpengolahan serta analisis datanya sampai tingkat desa dan kelurahan.Pengembangan indikator ketahanan keluarga yang dilakukanKPPPA didasarkan atas penetapan lima komponen ketahanankeluarga yang tercantum dalam Peraturan Menteri PPPA tersebut,yang sebelumnya dirumuskan dalam naskah akademik PeraturanMenteri PPPA tersebut.

Mengingat strategisnya indikator ketahanan keluarga sebagaiindikator pembangunan keluarga, dan terdapat beberapa instansilain penyelenggara pembangunan ketahanan keluarga, makadipandang penting untuk mengelaborasi indikator ketahanankeluarga yang dikembangkan KPPPA. Hal tersebut dilakukan agarindikator ketahanan keluarga yang digunakan di tingkat nasionaldapat mewadahi berbagai perspektif pembangunan ketahanankeluarga dan memenuhi lingkup ketahanan keluarga yang berbasiskeilmuan keluarga.

Tujuan & Metode Penulisan

Tujuan kajian ini adalah melakukan desk study perumusan indikatorketahanan keluarga yang dilakukan oleh KPPPA, sehinggadiharapkan dapat tersedia dokumentasi yang berisikan dasar dasarpenetapan indikator ketahanan keluarga. Dengan demikian hasilkajian ini diharapkan menyedakan informasi dan bahan yangbermanfaat dalam pengambilan keputusan bagi PengambilKebijakan dalam langkah penetapan Indikator Ketahanan Keluarga.

Tulisan ini merupakan kajian literatur terhadap beberapa sumberacuan utama, diantaranya meliputi :

1) Peraturan Menteri KPPPA Nomor 06 Tahun 2013 TentangPelaksanaan Pembangunan Keluarga

2) Telaahan Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Keluargatentang Review Program, Kegiatan di Kementerian/LembagaBerkaitan Dengan Indikator Ketahanan Keluarga. 2015

3) Buku 1. Pedoman Pemanfaatan Data Ketahanan Keluarga untukIntervensi Program Kegiatan Pembangunan Keluarga

Page 9: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

4

4) Buku 2. Pedoman Pelaksanaan Pembangunan KetahananKeluarga

5) Data Pembangunan Keluarga. BPS dan KPPPA Tahun 2016

6) Kajian Pembangunan Keluarga yang dilakukan Bappenas Tahun2016.

Kajian ini sangat membutuhkan dokumen Naskah AkademikPerumusan Peraturan Menteri KPPPA Nomor 06 Tahun 2013 yangmenjadi dasar lahirnya lima komponen ketahanan keluarga yangtertera dalam Permen KPPA Nomor 06 Tahun 2013 Bab II Pasal 3yang menjadi landasan pengembangan Indikator KetahananKeluarga. Sayangnya, sampai hampir berakhirnya waktu kajian iniyang sangat singkat, Penulis tidak memperoleh document pentingtersebut.

Page 10: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

5

TEORI DAN SEJARAHPERUMUSAN INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA

Tulisan bagian ini dirujuk dari berbagai sumber yang telah dikajiSunarti sejak 1999 dalam melakukan pengembangan dan perumusanindikator ketahanan keluarga (Sunarti, 2001). Adapunpengembangan lingkup ketahanan keluarga dalam visualisasi bentukrumah telah dikembangkan sejak 2008 dalam “Family Kit” dandicetak secara luas pada Tahun 2013, dan terus dikembangkan dalambentuk yang lebih lengkap pada 2015 dan 2017.

Teori dan Ideologi pembangunan Keluarga

Kajian keluarga telah dimulai sejak tahun 1800-an, seiring dengankebutuhan untuk memperbaiki atau menyelesaikan masalah-masalah social, namun teori keluarga berkembang sejak awal 1900-an. Keluarga dipandang sebagai institusi yang mudah pecah,sehingga perlu dilindungi. Perubahan sosial yang berlangsung cepat,industrialisasi, dan urbanisasi dipandang sebagai faktor yang dapatmenyebabkan disorganisasi keluarga (Thomas & Wilcox dalamSussman & Steinmetz, 1987).

Teori keluarga merupakan aplikasi teori sosiologi dalam institusikeluarga, berkembang dimulai dengan teori interaksi simbolik(simbolic interactionism) sejak tahun 1918, teori struktural-fungsional(structural functionalism) sejak tahun 1930, teori perkembangankeluarga sejak tahun 1946, teori sistem, teori konflik sosial (socialconflict), teori pertukaran sosial (social exchange), dan teori ekologimanusia (human ecology) sejak tahun 1960, serta teori konstruksisosial (social construction of gender) sejak tahun 1980 (Boss, Doherty,LaRossa, Schumm, & Steinmetz, 1993).

Secara umum teori keluarga yang berkembang dapat dibagi duayaitu : 1) teori control eksternal (external control) dan 2) teorikekuatan manusia (The Power of People). Teori control eksternalmemiliki pandangan bahwa manusia lebih banyak dipengaruhi olehfactor-faktor diluar dirinya, dan yang termasuk teori ini adalah teoriperkembangan keluarga, teori structural-fungsional, dan teori konfliksocial. Teori kekuatan manusia lebih menekankan kepada kekuatanmanusia untuk menciptakan perilakunya dalam berfikir,berinterpretasi, dan memberikan arti kepada dunia. Teoripertukaran social dan teori interaksi simbolik termasuk ke dalam

Page 11: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

6

kelompok ini (Winton, 1995). Dari berbagai sumber ((Winton, 1995;Klein &White, 1996; Farrington & Cheertook dalam Boss et al. 1993;Megawangi, 1999; Kingsbury & Scanzoni dalam Boss, et al.,1993),Sunarti (2001) meringkas beberapa teori keluarga utama yaitusebagai berikut:

1. Teori pertukaran sosial pada intinya memandang individu sebagaimakhluk yang rasional. Setiap aktivitas individu dikaitkandengan tujuan untuk memaksimumkan penghargaan danmeminimalkan biaya. Teori ini memandang bahwa perceraianterjadi karena masing-masing pihak merasakan lebih besarnyabiaya perkawinan dibandingkan manfaat yang diperoleh.

2. Teori Interaksi Simbolik menekankan bahwa perilaku manusiadipandang sebagai fungsi dari kemampuan manusia untukberpikir kritis dan analitis. Teori ini memfokuskan pada otonomiseseorang individu untuk membangun pola aksi melalui suatuproses pendefinisian dan interpretasi sasaran dan kejadian.Otonomi individu tersebut bahkan menjadi alasan perilaku yangdapat melanggar aturan dan norma-norma sosial.

3. Teori Konflik Sosial memandang keluarga sebagai system tidakterlepas dari konflik antar anggota di dalamnya. Terjadinyaperceraian dipandang karena ketiadaan konflik dalam hubunganperkawinan. Dalam bentuk yang paling ekstrim, teori konfliksosial yang berlandaskan pada persaingan kekuasaan yangbersumber dari sumberdaya terbatas, mengarahkan pada isuketidakadilan dan ketidaksetaraan gender dalam memperolehsumber kekuasaan. Gerakan untuk kesetaraan gender dikenaldengan gerakan feminisme. Kaum feminis memandang keluargadengan sistem patriarkat (struktur vertikal dengan menempatkanlaki-laki sebagai pemimpin) merupakan lembaga yangmelestarikan pola relasi hierarkis yang dianggap menindas,memasung hak-hak wanita untuk berkiprah setara dengan priadi bidang publik. Oleh karenanya penghapusan sistem patriarkatdan vertikal merupakan tujuan utama dari semua gerakanfeminisme, melalui penghapusan institusi keluarga, atau palingtidak defungsionalisasi keluarga.

4. Teori Struktural Fungsional berlandaskan empat konsep yaitu:sistem, struktur sosial, fungsi, dan keseimbangan. Teori inimembahas bagaimana perilaku seseorang dipengaruhi orang laindan oleh institusi sosial, dan bagaimana perilaku tersebut padagilirannya mempengaruhi orang lain dalam proses aksi-reaksiberkelanjutan. Teori ini memandang tidak ada individu dansistem yang berfungsi secara independen, melainkan dipengaruhi

Page 12: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

7

dan pada gilirannya mempengaruhi orang lain atau sistem lain,serta mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial, yangmerupakan sumber utama struktur masyarakat. Strukturmerupakan serangkaian peran dimana suatu system socialdibangun. Keluarga harus memiliki struktur tertentu untukmelaksanakan fungsinya secara optimal. Konsep keseimbanganmengacu kepada konsep homoestasis suatu organisme, diartikansebagai kemampuan suatu system untuk memelihara stabilitasagar keberlangsungan system tetap terjaga.

5. Teori Sistem memaknai sistem sebagai suatu set objek, dan relasiantar objek tersebut dengan atribut-atributnya, berdasarkanasumsi: 1) elemen sistem saling berhubungan, 2) sistem hanyadapat dimengerti sebagai keseluruhan, 3) seluruh sistemmempengaruhi dan dipengaruhi lingkungannya, dan 4) sistembukan sesuatu yang nyata. Sistem merupakan unit yang dibatasiaturan, dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungandan saling ketergantungan, sehingga ciri-cirinya yaitu; 1) memilikidiferensiasi atau sosialisasi jenis peran, 2) peran diatur ataudiorganisasi melalui serangkaian nilai dan norma yangmenetapkan hak dan kewajiban seorang pelaku kepada yanglainnya, atau kepada masyarakat, 3) pemeliharaan lingkungan,individu internal lebih terikat kuat dibandingkan dengan individuluar, dan 4) sistem sosial memiliki suatu kecenderungan menujukeseimbangan atau homoestasis.

Kajian pustaka yang dilakukan Megawangi, Zeitlin, & Kramer dalamZeitlin et al., (1995) menyatakan keluarga sebagai sistem diartikansebagai unit sosial dimana individu terlibat secara intim didalamnya,dibatasi oleh aturan keluarga, terdapat hubungan timbal balik dansaling mempengaruhi antar anggota keluarga setiap waktu (Walker& Crocker, 1988). Namun demikian menurut Kreppner dan Lerner(1989) terdapat beberapa perbedaan persfektif terhadap keluargasebagai sistem itu sendiri. Perbedaan persfektif tersebut adalahkeluarga lebih dipandang sebagai : 1) suatu sistem interaksi umumanggota keluarga, 2) suatu seri interaksi yang dilakukan dua pihak(diadic), 3) sejumlah interaksi antara seluruh subkelompok keluarga :diadic, triadic, dan tetradic, serta 4) sistem hubungan internalkeluarga sebagai reaksi terhadap sistem sosial yang lebih luas.Dibandingkan kelompok asosiasi lainnya, keluarga memiliki “dayahidup” lebih lama, serta hubungan biologi dan intergenerasi yangberkaitan dengan ikatan kekerabatan yang lebih luas (Klein & White,1996).

Pendekatan keluarga sebagai sistem didasarkan pada teori strukturalfungsional yang berlandaskan empat konsep yaitu : sistem, struktur

Page 13: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

8

sosial, fungsi, dan keseimbangan. Teori ini membahas bagaimanaperilaku seseorang dipengaruhi orang lain dan oleh institusi sosial, danbagaimana perilaku tersebut pada gilirannya mempengaruhi oranglain dalam proses aksi-reaksi berkelanjutan. Teori ini memandangtidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen,melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya mempengaruhi oranglain atau sistem lain serta mengakui adanya keragaman dalamkehidupan sosial, yang merupakan sumber utama strukturmasyarakat.

Pandangan penganut teori struktural fungsional yang melihat sistemsosial sebagai sistem yang harmonis, berkelanjutan dan senantiasamenuju keseimbangan, berlawanan dengan pandangan penganutteori konflik sosial. Teori konflik sosial memandang konflik sebagaisesuatu hal yang alamiah, normal, dan tidak dapat dielakkan dalamseluruh sistem sosial, bahkan konflik dianggap sebagai sumbermotivasi yang dibutuhkan untuk perubahan. Konflik ada dimana-mana, dalam semua jenis interaksi sosial, dan pada seluruh tingkatorganisasi sosial. Bahkan konflik dipandang sebagai elemen dasarkehidupan sosial manusia dan keberlangsungan sistem.

Ideologi keluarga merupakan rumusan ideal keluarga yang dianutpengambil kebijakan sebagai landasan arah dan kebijakanpembangunan. Pembahasan ideologi keluarga terkait denganperkembangan teori keluarga. Dilihat dari rumusan kebijakan danprogram-programnya, pengambil kebijakan dan birokrat Indonesiamenganut teori structural fungsional. Hal tersebut dapat tercermindari rumusan keluarga dalam GBHN, Propenas, UU No 10 tahun 1992tentang perkembangan penduduk dan pembangunan keluargasejahtera, serta kebijakan keluarga lainnya. Menurut Ichromi (1997),pemerintah melalui rumusan keluarga dalam UU No 10mengkomunikasikan tipe ideal tertentu mengenai keluarga, yangdiharapkan menjadi acuan bagi perilaku keluarga, atau dengan katalain disebut ideology keluarga. Petunjuk lainnya adalah dengandirumuskannya fungsi keluarga sebagai patokan ideal mengenaikeluarga yang ingin diwujudkan melalui berbagai program-programpembangunan (BKKBN, 1996).

Sesuai dengan nilai yang dianut bangsa dan masyarakat Indonesia,demikian juga landasan hokum dalam Undang Undang No 1 tentangPerkawinan dan Undang Undang nomor 52 Tahun 2009 (perubahanUU no 10 Tahun 1992), Indonesia menganut teori Struktural Fungsionalsebagai dasar pembangunan keluarga. Ideologi pembangunankeluarga di Indonesia didasari atas kehendak adanya pembagianperan, fungsi, dan tugas antara suami dan istri, ayah dan ibu, dan

Page 14: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

9

anggota keluarga lainnya dalam memenuhi dan menjalankanberagam peran, fungsi dan tugasnya.

Sejarah Penelitian dan Perumusan Indikator Ketahanan Keluarga

A. Sejarah Penelitian Ketahanan Keluarga

Penelitian ketahanan keluarga diawali oleh penelitian identifikasikarakteristik keluarga sukses (successful families) dan keluarga sehat(healthy families). Krysan, Kristin A Moore, dan Zill (1990a dan 1990b)melakukan penelitian identifikasi keluarga sehat, mengkajikomponen serta pemilihan pengukurannya. Suatu keluarga dapatdiidentifikasi “sukses” ditinjau dari karakteristik anggotanya, dariinteraksi anggota dalam keluarga, atau dari perluasan pemenuhanfungsi tertentu yang menjadi tanggungjawab keluarga. Beberapapeneliti melakukan pendekatan berdasarkan perspektif fungsikeluarga dalam pengembangan model keluarga sukses. Fungsi-fungsikeluarga yang telah dikembangkan cenderung kepada fungsipsikologi dibandingkan fungsi sosial atau ekonomi.

Merujuk Lewis dan Looney (1983) keluarga harus membersarkan anakmenjadi dapat mandiri, dan harus menyediakan dukungan emosiyang cukup bagi stabilitas kepribadian orang tua, serta melanjutkanproses pendewasaan emosi mereka. Berdasarkan hal tersebut makakeluarga dikatakan sukses jika dapat menyediakan lingkungan yangsesuai bagi perkembangan anak dan orang tua itu sendiri. Haltersebut sejalan dengan fungsi keluarga menurut Rice dan Tucker(1986) yang mengelompokkan fungsi keluarga kedalam dua kategoriyaitu; 1) fungsi ekspresif sebagai cerminan hubungan interpersonalyang digunakan untuk memenuhi kebutuhan emosi danperkembangan, termasuk moral, loyalitas, dan sosialisasi anak, 2)fungsi instrumental yaitu manajemen sumberdaya untuk mencapaiberbagai tujuan keluarga. Demikian juga hal tersebut berkaitandengan dua area kehidupan keluarga yang menjadi tumpuanharapan masyarakat yaitu : 1) prokreasi dan sosialisasi anak, serta 2)dukungan dan pengembangan anggota keluarga.

Penelitian ketahanan keluarga dilatarbelakangi oleh kenyataanterdapat variasi kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhananggotanya, serta dalam menangani masalah keluarga. Penelitianketahanan keluarga menggali faktor-faktor yang menyebabkansuatu keluarga dapat terhindar dari krisis, dan sebaliknya faktor-faktor yang menyebabkan suatu keluarga tidak dapatmenanggulangi masalahnya.

Page 15: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

10

Ringkasan terhadap berbagai kajian karakteristik keluarga yangdikategorikan memiliki ketahanan yang tinggi, menunjukkanbeberapa fungsi peningkatan prestasti individu; komitmen terhadapkeluarga; orientasi agama; hubungan sosial; kemampuan untukberadaptasi; penghargaan; peran dalam keluarga jelas; dan waktukebersamaan. Demikian juga Achord et al (1986) menekankan enamaspek keluarga untuk membangun ketahanan keluarga, yaitu:komunikasi, kesejahteraan, komitmen, penghargaan, waktukebersamaan, dan kemampuan mengelola stress, konflik dan krisis.

Kondisi dinamik keluarga tersebut dikenal dengan ketahanankeluarga, seperti pengertian yang diberikan UU No 10 tahun 1992(pasal 1 ayat 15) dan kemudian termaktib pula dalam perubahan UUtersebut yaitu menjadi Undang Undang No 52 Tahun 2009 yaitu :“kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan danketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material danpsikis mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diridan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkankesejahteraan lahir dan bathin”. Mengacu kepada konsep ketahananpangan, Frankenberger (1998) mengartikan ketahanan keluargasebagai kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatandan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dasar (termasuk didalamnya kecukupan akses terhadap pangan, air bersih, pelayanankesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untukberpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial).

Berdasarkan kajian berbagai pustaka dan mengacu definisiketahanan keluarga menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentangperkembangan kependudukan dan pembangunan keluargasejahtera, berikut adalah komponen ketahanan keluarga yangdiajukan dalam kerangka penelitian Sunarti (2001) denganmenggunakan pendekatan sistem yang meliputi tiga komponen:input - proses - output. (Gambar 1.)

Gambar 1. Komponen Ketahanan Keluarga yang Diajukan Sunarti (2001)

KetahananKeluarga

KomponenMasukan (input)

Sumber DayaKeluarga

KomponenProses

Masalah danPenanggulangan Masalah

KomponenKeluaran (output)

Kesejahteraan fisik -sosial - psikologis

Page 16: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

11

B. Perumusan Indikator Ketahanan Keluarga

Kajian Sunarti (1997-2001) mengenai perumusan indikator ketahanankeluarga menghasilkan temuan penting bahwa terdapat tigakomponen laten ketahnan keluarga yaitu :

1. Ketahanan Fisik-Ekonomi meliputi sumberdaya fisik, masalah fisikkeluarga, penanggulangan masalah fisik keluarga, kesejahteraanfisik dan kesejahteraan sosial yang bersifat fisik;

2. Ketahanan Sosial meliputi sumberdaya nonfisik keluarga,penanggulangan masalah nonfisik keluarga; dan kesejahteraansosial nonfisik keluarga

3. Ketahanan Psikologis meliputi masalah nonfisik dan Kesejahteraanpsikologis keluarga.

Peningkatan ketahanan keluarga menjadi penting sehubungandengan fakta adanya variasi kemampuan keluarga dalampemenuhan kebutuhan, pelaksanaan fungsi, melalui pengelolaansumberdaya yang dimiliki, serta kemampuan keluarga dalampengelolaan masalah dan stress (Krysan, Kristin, & Zill, 1990).Peningkatan ketahanan keluarga dapat dilakukan melaluipendekatan faktor laten ketahanan keluarga, sebagaimana hasilpenelitian.

- Pembangunan Pendidikan: a) program wajib belajar ditanggungnegara yang meletakkan dasar pengetahuan dan ketrampilandasar untuk bekerja; dan b) Link and Match pendidikan danindustry,

- Pembangunan Ekonomi: a) memperkuat ekonomi rakyat melaluiregulasi, sarana, dan infrastruktur; b) pembangunan pertanian;dan c) perluasan kesempatan berusaha melalui terobosan inovasidan teknologi.

- Pembangunan keluarga sejahtera melalui optimalisasi fungsikeluarga: fungsi sosialisasi dan pendidikan, serta fungsi cinta kasih.

Sunarti (2001) menunjukkan bahwa sebagai suatu sistem sosialterkecil, keluarga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem sosiallainnya. Transformasi sosial ekonomi dan pesatnya kemajuanteknologi di bidang informasi ditengarai sedikit banyakmempengaruhi sistem nilai dan norma-norma tradisional yang dianutoleh keluarga, yang lebih menekan pada harmonisasi kehidupankeluarga. Sehingga ketahanan keluarga yang didasarkan padapijakan nilai normatif dan nilai ideal keluarga, hendaknya senantiasadipelihara dan ditingkatkan. Jika dikaitkan dengan pandangankeluarga sebagai sistem, serta pengertian ketahanan keluarga

Page 17: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

12

sebagai kondisi dinamik dalam keluarga untuk mencapai keluargasejahtera, maka komponen ketahanan keluarga dapatdikelompokkan melalui pendekatan sistem : masukan (input), proses,dan keluaran (output).

Lingkup indicator ketahanan keluarga merujuk kepada lingkupkonsep-konsep yang termuat dalam ketahanan keluarga itu sendiri.Sejak Tahun 2008, Sunarti mengembangkan visualisasi lingkupketahanan keluarga dalam bentuk rumah (Gambar 2.), untukmemudahkan penguasaan lingkup dan beragam keterampilan hidupberkeluarga (Sunarti, 2013). Konsep konsep ketahanan keluarga yangsaling berhubungan dan membentuk satu kesatuan rumah denganberagam fungsinya terdiri atas pembangunan SDM dan kesiapanpernikahan (jalan masuk dan teras rumah), sampai mewujudkanikatan pernikahan (pintu), dengan nilai keluarga yang dianut(fondasi rumah), dan diwujudkan dalam pemenuhan peran, fungsi,dan tugas keluaga (dinding) sepanjang tahap perkembangankeluarga (panjang rumah), sehingga mengusung pilar ketahanankeluarga (rangka rumah) penopang Pencapaian kesejahteraan dankualitas keluarga sebagai tujuan (atap tertinggi), dandiimplementasikan dalam pengelolaan sumberdaya danmasalah/stress keluarga serta pola interaksi sehari-hari (isi rumah).

Gambar 2. Visualisasi Lingkup Ketahanan Keluarga (Sunarti, 2008,2013)

Page 18: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

13

Keluarga merupakan institusi pertama dan utama pembangunansumber daya manusia. Terdapat dua penjelasan sederhana terhadapkonsep atau kerangka fikir tersebut. Penjelasan pertama adalahkarena di keluargalah seorang individu tumbuh berkembang, dimanatingkat pertumbuhan dan perkembangan tersebut menentukankualitas individu yang kelak akan menjadi pemimpin masyarakatbahkan pemimpin negara. Penjelasan kedua adalah karena dikeluargalah aktivitas utama kehidupan seorang individu berlangsung.Selain itu keluarga merupakan unit sosial terkecil, pembangun institusimasyarakat. Keluarga berkaitan dengan masalah sosial, sehinggabanyak para pembaharu sosial yang memandang bahwa keluargasebagai dasar kesehatan masyarakat. Keluarga yang mampumenjalankan nilai-nilai dasar dan mampu membangun lingkungankeluarga berkualitas dipandang mampu melahirkan individu generasipenerus dan pemimpin bangsa berkualitas yang ditunjukkan olehsekumpulan karakter positif seperti pribadi yang terbuka, demokratis,jujur, bertanggungjawab, dapat dipercaya dan diandalkan, adil,senang bekerja keras, cinta kebenaran, dan religius.

Keluarga memiliki berbagai fungsi penting yang menentukan kualitaskehidupan baik kehidupan individu, keluarga, bahkan kehidupansosial (kemasyarakatan). Fungsi keluarga dapat dibagi menjadi fungsiekspresif dan instrumental. Fungsi ekspresif keluarga berkaitandengan pemenuhan kebutuhan emosi & perkembangan, termasukmoral, loyalitas, dan sosialisasi anak. Sementara itu fungsi instrumentalberkaitan dengan manajemen sumberdaya untuk mencapai berbagaitujuan keluarga. Sementara itu BKKBN membagi fungsi keluarga kedalam 8 kelompok yaitu fungsi : 1) keagamaan, 2) sosial budaya, 3)cinta kasih, 4) melindungi, 5) ekonomi, 6) reproduksi, 7) sosialisasi danpendidikan, dan 8) pembinaan lingkungan.

Peran keluarga dalam pembangunan SDM berkualitas berkaitandengan nilai-nilai yang dianut keluarga, kualitas lingkungan keluargadiantaranya kualitas hubungan atau interaksi yang terjalin diantaraanggota keluarga. Keluarga yang menganut dan dapatmenjalankan nilai-nilai dasar seperti cinta kasih, rasa hormat,komitment, tanggungjawab, dan kebersamaan keluarga, makadiharapkan dapat membangun lingkungan berkualitas yangditunjukkan oleh adanya hubungan sosial yang harmonis di keluarga.Beberapa indikator dari adanya hubungan sosial yang harmonis dikeluarga adalah ditunjukkan dengan adanya lingkungan yang statbildan dapat diprediksi, ikatan emosional yang kuat antar anggotakeluarga, orangtua yang penuh cinta kasih, dan adanya konsensusdiantara anggota keluarga.

Page 19: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

14

Keluarga memiliki tugas perkembangan sepanjang kehidupannyayang menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan kehidupanummat manusia. Tugas tersebut adalah : 1) Pemeliharaan kebutuhanfisik, 2) Alokasi sumber daya, 3) Pembagian tugas, 4) Sosialisasianggota keluarga, 5) Reproduksi, penambahan dan pelepasananggota keluarga, 6) Pemeliharaan tata tertib, 7) Penempatananggota di masyarakat luas, dan 8) Pemeliharaan moral dan motivasi.

Perhatian terhadap pentingnya ketahanan keluarga termaktubdalam Undang Undang No 10 Tahun 1992 tentang pembangunankependudukan dan keluarga sejahtera mendefinisikan ketahanankeluarga sebagai “kondisi dinamik suatu keluarga yang memilikikeuletan dan ketangguhan serta mengandung serta mengandungkemampuan fisik-materiil dan psikis-mental spiritual guna hidupmandiri dan mengambangkan diri dan keluarganya untuk hidupharmonis dalam meningkatkan kesejahetraan lahir dan kebahagianbatin.” Dengan menggunakan pendekatan system (input, proses-output) keluarga, Sunarti (2001) memaknai ketahanan keluargasebagai kemampuan keluarga untuk mengelola sumberdayakeluarga, mengelola dan menanggulangi masalah yang dihadapi,untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan keluarga. Selanjutnyahasil analisis faktor laten ketahanan keluarga ditemukan tigakomponen ketahanan keluarga yaitu ketahanan fisik, ketahanansocial, dan ketahanan psikologis.

Output dari ketahanan keluarga adalah kesejahteraan keluarga yaituterpenuhinya kebutuhan keluarga sebagai system dan kebutuhansetiap anggotanya sebagai individu, baik kebutuhan pokok maupunkebutuhan perkembangan. Kebutuhan individu dan keluargahendaknya dipertimbangkan dalam konteks masyarakat danekosistem, dan menjadi landasan motivasi perilaku individu dankeluarga. Dari pandangan keluarga sebagai ekosistem, terdapatbeberapa asumsi dimana organisme (keluarga) hendaknya memilikimekanisme timbal balik (feed-back) dalam rangka beradaptasidengan baik terhadap perubahan lingkungan. Mekanisme tersebutberkaitan dengan beberapa hal yaitu; bagaimana keluargamemperoleh informasi mengenai perubahan lingkungan, seberapabanyak kontrol keluarga terhadap keragaman lingkungan,mekanisme adaptif apa saja yang keluarga miliki, apakah keluargamengalami stress ketika keluarga harus beradaptasi terhadapperubahan drastis yang didorong oleh pihak luar (Melson, 1980).

Page 20: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

15

PERUMUSAN INDIKATOR KETAHANAN KELUARGAOLEH KPPPA

LANDASAN ATURAN

Landasan aturan KPPPA merumuskan dan mengembangan Indeksdan Indikatr Ketahana Keluarga meliputi:

1. Peraturan Menteri PP & PA No 06 Tahun 2013 tentangPembangunan Keluarga, pasal 19 ayat (1) hurup c yangmengamanahkan penyusunan indeks ketahanan dankesejahteraan keluarga;

2. Peraturan Menteri PP dan PA tersebut merupakan implementasimandat Undang Undang No 52 Tahun 2009 tentangPerkembangan Kependudukan dan Pembangunan KeluargaSejahtera, pasal 48 ayat (2) yang mengamanatkan penyusunanPeraturan Menteri untuk pelaksanaan kebijakan pembangunankeluarga.

Selain menggunakan landasan tersebut, Bab ini ditulis denganmengacu pada beberapa dokumen perumusan indikator ketahanankeluarga yang dilakukan KPPPA yang diantaranya meliputi : 1) hasilkajian dan telaahan Staf Ahli Menteri Bidang PembangunanKeluarga tentang Review Program, Kegiatan diKementerian/Lembaga Berkaitan Dengan Indikator KetahananKeluarga Tahun 2015; 2) buku Pembangunan Ketahanan Keluarga2016 yang diterbitkan kerjasama KPPPA dengan BPS; 3) bukuPedoman Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data KetahananKeluarga di Tingkat Desa1; demikian juga 4) Laporan KajianBappenas mengenai Pembangunan Keluarga Tahun 2016.

PERUMUSAN RINTISAN INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anakmelakukan pembangunan keluarga melalui Permen PP dan PA No06 / 2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga. UndangUndang no 52 Tahun 2009 mendefinsikan Ketahanan dankesejahteraan Keluarga sebagai “Kondisi dinamik keluarga yang

1 Euis Sunarti. Point-poin Catatan Pengantar FGD DISKURSUS TERKAIT INDIKATORKETAHANAN KELUARGA. Diselenggarakan Yayasan Perak, Jakarta …. 2017

Page 21: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

16

memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuanfisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dankeluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkankesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin. Sementara Permen PPdan PA mendefinisikan ketahanan dan kesejahteraan keluargahampir sama dengan definisi dalam Undang Undang no 52 Tahun2009, kecuali menghilangkan kata “Dinamik” dalam kata kondisikeluarga. Perbedaan kecil tersebut dapat berdampak signifikanterhadap lingkup ketahanan keluarga dan menjadi pembeda dalamanalisis content validation terhdap indicator yang dikembangkanya.

Pada Pasal 18 Permen No 06 KPPPA dinyatakan bahwa: “Selainberkoordinasi dengan Kementerian, Lembaga, Pemerintah DaerahProvinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, KementerianPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dapatbekerjasama dengan perguruan tinggi, akademisi, pemerhati masalahperempuan dan anak, dan organisasi kemasyarakatan serta duniausaha”. Sementara pada Pasal 19 (1) Kementerian PemberdayaanPerempuan dan Perlindungan Anak bersama para pihaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, berkoordinasi danbekerjasama dalam menyusun:a. kebijakan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga;b. konsep perkembangan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga

dari sisi penerima manfaat (demand side);c. menyusun Index Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga;d. menyusun mekanisme pengumpulan, pengolahan, dan analisis

data Keluarga;e. menyusun indikator keberhasilan Ketahanan Keluarga; danf. mekanisme pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program

Ketahanan Keluarga.

Permen PP dan PA No 06/2013 Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa :“ Dalam pelaksanaan Pembangunan Keluarga, Kementerian,Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah DaerahKabupaten/Kota menyusun dan mengembangkan kebijakanpelaksanaan dan kebijakan teknis yang berpedoman pada konsepKetahanan dan Kesejahteraan yang di dalamnya mencakup: a.landasan legalitas dan keutuhan Keluarga; b. Ketahanan fisik; c.Ketahanan ekonomi; d. Ketahanan sosial psikologi; dan e. Ketahanansosial budaya. Berdasarkan acuan tersebut, rintisan indkatorketahanan keluara (selanjutnya disingkat R-IKK) yang dirumuskanKPPPA meliputi 5 pilar, yaitu:

Page 22: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

17

1. Landasan legalitas dan keutuhan keluarga (terdiri atas legalitas,keutuhan, kemitraan gender)

2. Ketahanan Fisik (terdiri atas kecukupan pangan dan gizi,kesehatan keluarga, ketersediaan tempat untuk tidur)

3. Ketahanan Ekonomi (terdiri atas tempat tinggal keluarga,pendapatan, pembiayaan pendidikan anak, jaminan keuangankeluarga)

4. Ketahanan Sosial Budaya (terdiri atas keharmonisan keluarga,kepatuhan terhadap hukum)

5. Ketahanan Sosial Psikologis (terdiri atas kepedulian social,keeratan social, ketaatan beragama)

Dalam proses pengembangan R-IKK, terdapat upaya penambahansatu komponen ketahanan keluarga sehingga menjadi 6 pilar, yaitudengan menambahkan pilar “kemitraan gender”. Dalam dokumenPedoman Pengumpulan, pengolahan dan analisis data ketahanankeluarga di tingkat desa, dinyatakan terdapat 5 komponen/pilar,namun dalam uraiannya terdiri 6 komponen/pilar yaitu meliputi:- Komponen legalitas dan struktur keluarga (LS) berjumlah 3 ciri

ciri- Komponen Ketahanan Fisik (KF) berjumlah 4 ciri ciri- Komponen Ketahanan Ekonomi (KE) berjumlah 7 ciri ciri- Komponen Ketahanan Sosial Psikologi (KSP) berjumlah 3 ciri ciri- Komponen Ketahanan Sosial Budaya (KSB) berjumlah 3 ciri ciri- Kemitraan gender berjumlah 4 ciri ciri

Komponen “kemitraan gender” (sebelumnya tertulis kesetaraangender) kembali diubah posisinya menjadi bagian dari komponenlegalitas dan struktur keluarga, sebagaimana ditunjukkan padastruktur dimensi, variable, dan indikator ketahanan keluargadisajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Struktur Indikator Ketahanan Keluarga

Dimensi Variabel IndikatorLandasanLegalitasdan keutuhanKeluarga

LegalitasStruktur

Legalitas pernikahanLegalitas Kelahiran Anak

KeutuhanKeluarga

Suami-Istri tinggal bersama

KemitraanGender

Kebersamaan dalam keluargaKeterbukaan pengelolaankeuanganKomunikasi dalam keluarga

KetahananFisik

KecukupanPangan dan Gizi

Ketercukupan pangan

Ketercukupan gizi

Page 23: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

18

Struktur komponen Indikator Ketahanan Keluarga pada Tabel 1diturunkan dalam kuesioner sebagaimana disajikan pada Tabel 2.Pada Tabel ini, komponen kemitraan gender menjadi satu komponenutuh dari ketahanan keluarga.

Tabel 2. Pernyataan Indikator Ketahanan Keluarga

KesehatanKeluarga

Keterbatasan dari penyakit dandisabilitas

KecukupanIstirahat

Ketersediaan lokasi tetap untuktidur

Tempat TinggalKeluarga

Kepemilikan tempat tinggal

KetahananEkonomi

PendapatanKeluarga

Pendapatan Perkapita keluargaKecukupan pendapatan keluargaKemampuan pembiayaanpendidikan anak

Pendidikan Keberlangsungan pendidikananak

JaminanKeuangan

Tabungan keluargaAsuransi keluarga

KetahananSosialPsikologis

KeharmonisanKeluarga

Sikap anti kekerasan terhadapperempuanPerilaku anti kekerasan terhadapanak

KepatuhanTerhadapHukum

Kejadian tindak pidana

KetahananSosialBudaya

Kepedulian Sosial Penghormatan terhadap lansiaKeeratan Sosial Partisipasi dalam kegiatan sosialKetaatanBeragama

Partisipasi dalam kegiatankeagamaan

NO. PERNYATAAN

LEGALITAS DAN STRUKTUR (LS)1 Bapak dan Ibu memiliki surat nikah yang dikeluarkan oleh KUA2 Semua anak memiliki akte kelahiran

3 Semua anggota keluarga (suami, istri, dengan atau tanpa anak) tinggaldalam satu rumahKETAHANAN FISIK (KF)

4 Semua anggota keluarga mampu makan lengkap (nasi, sayur, ikan, tempe,tahu, buah) dua kali per hari

5 Ada anggota keluarga yang menderita penyakit akut/ kronis6 Ada anggota keluarga yang menderita masalah gizi

7Rumah yang ditempati memiliki ruang tidur terpisah antara orangtua dananakKETAHANAN EKONOMI (KE)

8 Keluarga memiliki rumah9 Suami dan/atau Istri mempunyai penghasilan tetap per bulan minimal Rp

Page 24: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

19

30 indikator ketahanan keluarga, setelah dilakukan analisis kembali,kemudian diubah menjadi 24 indikator. Perubahan jumlah indikatorpada setiap komponen disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3 Perubahan Jumlah Indikator Ketahanan Keluarga

No Komponen 30 24

1 Legalitas dan Struktur 3 32 Ketahanan Fisik 4 43 Ketahanan Ekonomi 9 74 Ketahanan Sosial Psikologis 5 35 Ketahanan Sosial Budaya 4 36 Kemitraan Gender 5 4

2.655.000

10Suami dan/atau Istri memiliki pekerjaan tetap dengan pendapatan berapasaja

11 Suami dan/atau Istri mempunyai tabungan dalam bentuk uang minimalsebesar Rp 7.900.000

12Anggota keluarga memiliki asuransi kesehatan (atau BPJS) atau lainnya,minimal 1 orang

13 Keluarga mampu membayar listrik per bulan14 Keluarga mampu membayar pendidikan anak minimal hingga tingkat SMP15 Anak yang putus sekolah16 Anggota keluarga yang berusia 15 tahun ke atas minimal berpendidikan SMP

KETAHANAN SOSIAL PSIKOLOGI (KSP)17 Terjadi kekerasan antar suami dan istri18 Terjadi kekerasan antar orangtua dan anak

19Anggota keluarga terlibat masalah seperti mencuri, tawuran, berkelahi, kaburdari rumah, narkoba, ditilang SIM, melanggar lalu lintas, memukul danlainnya

20Anak diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, ide,keinginan, kebutuhannya, menceritakan cita-cita, mengemukakan yangtidak disukai dan lainnya

21 Suami dan Istri saling menghargai, menyayangi, berbagi pendapat, salingmenolong, bekerjasamaKETAHANAN SOSIAL BUDAYA (KSB)

22Anggota keluarga berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti pengajian,posyandu, kerjabakti, kematian, kelahiran. Ronda, kesenian, penyuluhan,pelatihan

23 Anggota keluarga memberi perhatian dan merawat orangtua lanjut usia (diatas 60th)

24Anggota keluarga berkomunikasi dengan baik, termasuk dengan keluargabesarnya

25 Anggota keluarga melakukan kegiatan agama secara rutinKEMITRAAN GENDER (KG)

26 Ayah menyisihkan waktu khusus bersama anak27 Ibu menyisihkan waktu khusus bersama anak28 Suami dan Istri berbagi peran dengan baik

29Suami dan Istri bersama-sama mengelola secara terbuka keuangan keluarga,merencanakan keuangan, saling melapor keadaan keuangan, berdiskusiapabila ada masalah keuangan dan lainnya

30Suami dan Istri merencanakan bersama jumlah anak yang diinginkan ataualat kontrasepsi yang dipakai

Page 25: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

20

Tabel 4. Perubahan Jumlah Indikator Ketahanan Keluarga

NO INDIKATOR 30 INDIKATOR 24

Legalitas dan Struktur (LS)

1 Adakah legalitas perkawinan suami-istriyang ditunjukkan dengan buku nikah?

Apakah Bapak dan Ibu memiliki suratnikah yang dikeluarkan oleh KUA atauCatatan Sipil?

2 Adakah legalitas anak yang ditunjukkandengan akte kelahiran ?

Apakah semua anak memiliki aktekelahiran?;

3

Adakah keutuhan keluarga yangditunjukkan dengan tinggal bersamadalam ikatan keluarga (suami,istri, denganatau tanpa anak)?

Apakah semua anggota keluarga(suami, istri, dengan atau tanpa anak)tinggal dalam satu rumah dan tidakada perpisahan?

Ketahanan Fisik (KF)

1 Makanan lengkap minimal dua kali sehariuntuk semua anggota keluarga

Apakah semua anggota keluargamampu makan lengkap (nasi, sayur,ikan, tempe, tahu, buah) dua kali perhari?

2 Adakah anggota keluarga yang menderitapenyakit akut/kronis atau cacat ?

Apakah ada anggota keluarga yangmenderita penyakit akut/ kronis ataucacat bawaan?

3 Adakah anggota keluarga yang menderitamasalah gizi ?

Apakah ada anggota keluarga yangmenderita masalah gizi (kurus sekaliatau gemuk sekali atau kerdil/kuntet)?

4Rumah yang ditempati memiliki ruangtidur terpisah/ada sekat antara orang tuadan anak

Apakah rumah yang ditempatimemiliki ruang tidur terpisah antaraorangtua dan anak?

Ketahanan Ekonomi (KE)1 Keluarga punya kepemilikan rumah? Apakah keluarga memiliki rumah?;

2Suami dan/atau istri mempunyaipenghasilan tetap per bulan minimal UMR

Apakah Suami dan/atau Istrimempunyai penghasilan tetap perbulan sebesar Rp 250.000 per orangper bulan?

3Suami dan/atau istri memiliki pekerjaantetap dengan pendapatan berapa saja

Apakah Suami dan/atau Istrimempunyai tabungan dalam bentukuang minimal sebesar Rp 500 000?

4Suami dan/atau istri mempunyaitabungan dalam bentuk uang minimalsebesar 3 kali UMR

Apakah anggota keluarga memilikiasuransi kesehatan (atau BPJS) ataulainnya, minimal 1 orang?

5 Minimal satu anggota keluarga memilikiasuransi kesehatan

Apakah keluarga pernah menunggakmembayar listrik?

6 Keluarga mampu membayar pengeluaranuntuk kebutuhan listrik

Apakah keluarga pernah menunggakmembayar iuran atau keperluanpendidikan anak?

7Keluarga mampu membayar pengeluaranuntuk pendidikan anak minimal hinggatingkat SMP

Adakah anak yang putus sekolah?

8 Adakah anak yang Drop Out darisekolah ?

9 Anggota keluarga berusia 15 tahun ke atasminimal berpendidikan SMP

Ketahanan Sosial – Psikologis (KSP)

1 Adakah terjadi kekerasan antar suami-istri?

Adakah terjadi kekerasan antar suamidan istri?

2 Adakah terjadi kekerasan antar orangtua-anak?

Adakah terjadi kekerasan antarorangtua dan anak?

3Adakah anggota keluarga yang terlibatmasalah pelanggaran hukum?

Adakah anggota keluarga yangterlibat masalah (seperti mencuri,tawuran, berkelahi, memalak, narkoba,ditilang SIM, melanggar lalu lintas,memukul dan lainnya)?

4 Anak diberikan kesempatan untukmengemukakan pendapat

Page 26: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

21

Uji Validitas dan Reliabilitas Indikator Ketahanan Keluarga. Berikutadalah hasil uji reliabilitas dan validitas indikator ketahanan keluargayang dinyatakan dalam laporan kajian Bappenas Tahun 2016mengenai Pembangunan Keluarga:

1. Tahun 2014 Kementerian Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak (KPPPA) bekerjasama dengan Pusat KajianGender dan Anak (PKGA) IPB melakukan uji coba terbatasterhadap indikator ketahanan keluarga pada keluarga yangterdiri atas suami, istri, dan anak-anak yang tinggal di Kota Bogorsebanyak 17 keluarga (12,9%) dan keluarga yang tinggal diKabupaten Bogor sebanyak 115 keluarga (87,1%) dengan totaljumlah keluarga sebanyak 132 keluarga. Metode pemilihan contohkeluarga dipilih secara purposif. Pengambilan data dilakukanpada bulan Oktober sampai November 2013. Pengujian indikatorketahanan keluarga versi-1 yang berjumlah 30 indikatorberdasarkan 6 faktor didapatkan hasil communality, bahwaproporsi variance dari variabel ketahanan keluarga dijelaskansebesar 52,8 persen. Berdasarkan uji Reliabilitas dari 30 indikatorketahanan keluarga versi-1 didapatkan nilai Cronbach’s Alphaadalah 0,737. Berdasarkan uji Content Validity didapatkan hasilberkisar antara 0,060 sampai 0,589**.

2. Selanjutnya dilakukan pengujian indikator ketahanan keluargaversi-2 yang berjumlah 23 indikator berdasarkan 6 faktor

5 Suami-istri saling menghargai danmenyayangi

Ketahanan Sosial – Budaya (KSB)

1Anggota keluarga berpartisipasi dalamkegiatan sosial kemasyarakatan

Apakah anggota keluargaberpartisipasi dalam kegiatan sosialseperti pengajian, posyandu, kerjabakti,kematian, kelahiran. Ronda, kesenian,penyuluhan, pelatihan?

2 Anggota keluarga merawat/pedulikepada orangtua lansia

Apakah anggota keluarga memberiperhatian dan merawat orangtualanjut usia di atas 60 tahun?

3 Anggota keluarga berkomunikasi denganbaik, termasuk dengan keluarga besarnya

4 Suami dan/atau istri melakukan kegiatanagama secara rutin

Apakah anggota keluarga melakukankegiatan agama secara rutin ?

Kemitraan Gender (KG)

1 Ayah mengalokasikan waktu bersamaanak

Apakah Ayah menyisihkan waktukhusus bersama anak?

2 Ibu mengalokasikan waktu bersama anak Apakah Ibu menyisihkan waktu khususbersama anak?

3 Ayah dan Ibu berbagi peran dengan baik

4 Pengelolaan keuangan dilakukanbersama suami dan istri secara transparan

Apakah Suami dan Istri bersama-samamengelola secara terbuka keuangankeluarga?

5Suami dan istri merencanakan bersamajumlah anak yang diinginkan atau alatkontrasepsi

Apakah Suami dan Istri merencanakanbersama jumlah anak yang diinginkanatau alat kontrasepsi yang dipakai?

Page 27: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

22

didapatkan hasil communality, bahwa proporsi variance darivariabel ketahanan keluarga dijelaskan sebesar 61,1 persen.Berdasarkan uji reliabilitas dari 30 indikator ketahanan keluargaversi-2 didapatkan nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,762.Berdasarkan uji Content Validity didapatkan hasil berkisar antara0,154 sampai 0,635**. Berdasarkan pengujian indikator ketahanankeluarga tahap awal disimpulkan bahwa indikator ketahanankeluarga versi-2 yang terdiri atas 23 indikator adalah lebih baikdibandingkan dengan indikator ketahanan keluarga versi-1 yangterdiri atas 30 indikator. Ketahanan keluarga versi-2 (23 indikator)terdiri atas komponen-komponen dan indikator-indikator sebagaiberikut:1) Legalitas dan Struktur Keluarga (LS) berjumlah 3 indikator,2) Ketahanan Fisik (KF) berjumlah 4 indikator,3) Ketahanan Ekonomi (KE) berjumlah 4 indikator,4) Ketahanan Sosial Psikologi (KSP) berjumlah 5 indikator,5) Ketahanan Sosial Budaya (KSB) berjumlah 2 indikator,6) Kemitraan Gender (KG) berjumlah 5 indikator.

3. Tahun 2015 dilakukan pengujian validasi indikator ketahanankeluarga pada 5 titik lokasi di provinsi Jawa Barat, terdiri atasKota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon,dan Kota Tasikmalaya sebanyak 35 keluarga per kabupaten/kotadengan jumlah sebanyak 175 keluarga. Metode pemilihan contohkeluarga dipilih secara purposif. Hasil uji reliabilitas terhadap itempernyataan indikator ketahanan keluarga menunjukkan bahwanilai alfa cronbach adalah 0,720. Hal ini menunjukkan indikatorketahanan keluarga sudah reliabel, yang berarti indikatorketahanan keluarga dapat memberikan hasil yang konsisten padapengukuran yang berulang-ulang. Secara umum aspek dariketahanan keluarga memiliki nilai alfa cronbach yang reliabel.Rata-rata indeks ketahanan keluarga adalah 79.31.

4. Tahun 2015 juga dilakukan uji validasi indikator ketahanankeluarga di 3 Kecamatan di Kabupaten Bogor yang dipilihberdasarkan rekomendasi dari BPPKB denganmempertimbangkan keterwakilan wilayah di Kabupaten Bogor.Masing-masing kecamatan diambil sebanyak 340 keluarga,sehingga jumlah total sebanyak 1.020 keluarga. Metode pemilihancontoh keluarga dipilih secara sensus di kluster tempat tinggalsuatu wilayah RW. Instrumen Indikator Ketahanan Keluarga yangdi tes terdiri atas 30 indikator (5 komponen). Komponen-kompnentersebut di antaranya yaitu (1) Legalitas dan Struktur (LS)sebanyak 3 indikator; (2) Komponen Ketahanan Fisik (KF)

Page 28: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

23

sebanyak 5 indikator; (3) Ketahanan Ekonomi (KE) sebanyak 6indikator dan; Ketahanan Sosial Psikologi (KSP) sejumlah 7indikator. Secara umum uji kekonsistenan alat ukur ataureliabilitas indikator ketahanan keluarga (N=1.020) adalah cukupreliabel dengan Cronbach Alpha 0.659 pada ketiga lokasipenelitian. Selanjutnya, secara umum uji keabsahan alat ukuratau validitas indikator ketahanan keluarga (N=1.020) adalahcukup valid dengan kisaran 0. 231 sampai 0.864 pada ketigalokasi penelitian.

PENGEMBANGAN MODEL OPERASIONAL PENDATAAN KETAHANAN KELUARGA

Pengembangan model operasional pendataan ketahanan keluargadiawali oleh kegiatan pelatihan sumberdaya manusia pengumpuldata untuk kegiatan pengumpulan data dan pelatihan untukpelaksana input, pengolahan dan analisis data.

1. Pengumpulan Data.

Pengembangan model operasional pertama kali dilaksanakandengan mengadakan pengumpulan data. Tahapan ini diharapkandapat memberikan pemahaman tentang indikator ketahanankeluarga dan proses pengumpulan data sehingga dapatmelaksanakan pengumpulan data di tingkat desa atau kelurahan.Tahapan ini menggunakan metode pelatihan selama 2 hari dengantotal 12 jam. Sasaran pelatihan ini adalah petugas desa ataukelurahan, petugas kecamatan, dan pemerintah daerah kabupatenatau kota (SKPD) dengan tujuan umum yaitu tercapainyaketerampilan aparat pemerintah daerah kabupaten/kota untukentry, editing, checking, dan cleaning data terkait dengan indikatorketahanan keluarga di tingkat keluarga di desa/kelurahan. AdapunTujuan khusus dari pelatihan ini adalah tercapainya keterampilanpemerintah kabupaten/kota dalam: 1) memahami danmelaksanakan proses pemberian kode pada indikator (coding ofdata), 2) memahami dan melaksanakan proses pemberian skor padaindikator (scoring of data), 3) memahami dan melaksanakan prosespemasukan data ke komputer (entry of data), 4) memahami danmelaksanakan proses pengeditan, pengecekan data dan pembersihandata (editing, checking and cleaning data). Adapun Langkah-langkah pada pengumpulan data meliputi:

- Menentukan siapa yang menjadi enumerator. Enumeratorpetugas desa/kelurahan yang terdiri atas kombinasi aparatdesa/kelurahan dan tokoh/kader keluarga dengan persyaratan

Page 29: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

24

khusus. Enumerator ini akan didampingi oleh petugas kecamatanpada saat monitoring dan evaluasi.

- Memastikan siapa yang berwenang mengelola data. BPPKB diKabupaten/kota bekerjasama dengan SKPD lain bertanggungjawab sebagai pengelola data sehingga tersusun laporan.

- Memastikan siapa yang bertanggung jawab atas data. BPPKB diKabupaten/kota bekerjasama dengan SKPD lain bertanggungjawab sebagai pengelola data sehingga tersusun laporan.

- Memastikan bagaimana enumerator memilih lokasi pengambilandata. Metode sampling yang dilakukan adalah metode sensuskeluarga pada lokasi RW terpilih yang direkomendasikan olehpetugas kecamatan dengan kriteria desa yang banyakmempunyai penduduk miskin /pra-KS dan KS-1 baik menurut BPSataupun BKKBN.

- Tentukan siapa yang akan menjadi responden untuk setiapkeluarga. Pada pengumpulan data ini sampel untuk unit analisispada survei pendataan ketahanan keluarga adalah keluargadengan 8 tipe keluarga, yaitu :

1) Tipe 1: Keluarga lengkap/utuh terdiri atas suami dan istri;minimal mempunyai 1 anak yang masih tinggal serumah atausekolah di luar rumah; mempunyai orangtua lansia.

2) Tipe 2: Keluarga lengkap/utuh terdiri atas suami dan istri;tidak punya anak; mempunyai orangtua lansia.

3) Tipe 3: Keluarga lengkap/utuh terdiri atas suami dan istri;minimal mempunyai 1 anak yang masih tinggal serumah atausekolah di luar rumah; tidak mempunyai orangtua lansia.

4) Tipe 4: Keluarga lengkap/utuh terdiri atas suami dan istri;tidak punya anak; tidak mempunyai orangtua lansia.

5) Tipe 5: Keluarga tunggal terdiri dari suami atau istri; minimalmempunyai 1 anak yang masih tinggal serumah atau sekolahdi luar rumah; mempunyai orangtua lansia.

6) Tipe 6: Keluarga tunggal terdiri dari suami atau istri; tidakpunya anak; mempunyai orangtua lansia.

7) Tipe 7: Keluarga tunggal terdiri dari suami atau istri; minimalmempunyai 1 anak yang masih tinggal serumah atau sekolahdi luar rumah; tidak mempunyai orangtua lansia.

8) Tipe 8: Keluarga tunggal terdiri dari suami atau istri; tidakpunya anak; tidak mempunyai orangtua lansia.

Kepada peserta pelatihan diberikan pedoman yang harus dipelajaridan dipersiapkan sebelum wawancara, juga kit diantaranya

Page 30: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

25

pengetahuan dan cara mengatasi mengenai bias dalampengumpulan data dan bias yang ditimbulkan oleh enumerator.Protokol pengisian kuesioner melalui wawancara berisikan 15 langkahtermasuk di dalamnya protocol dalam pengisian tipe keluarga.Dalam pelatihanpun, peserta diberikan pengetahuan bagaimanapenskoringan indikator ( Ya =1, Tidak =0) dan cara pengkodeanjawaban khususnya untuk pertanyaan yang jawabanya perludilakukan pembalikan kode (komponen ketahanan fisik nomor 2 dan3, komponen ketahanan ekonomi nomor 8, serta ketahanan sosial-psikologi nomor 1,2 dan 3). Selain indikator ketahanan keluarga,dikumpulkan pula data kesejahteraan subyektif keluarga sebanyak14 soal dengan cara penskoringan yang berbeda dengan indikatorketahanan keluarga (skor 1-10). Ada beberapa catatan dalampengumpulan data indikator ketahanan keluarga terkait tipekeluarga dan penskoringan, yaitu :

- Keluarga yang tidak punya LANSIA (Tipe 3, 4, 7 dan 8): Makapertanyaan nomor 2 pada ketahanan sosial budaya tidak relevandijawab maka jumlah indikator untuk keluarga ini hanya ada 29.dengan asumsi maksimal nilai ketahanan keluarga 29.

- Keluarga yang tidak punya ANAK (Tipe 2, 4, 6 dan 8): Maka ada 7indikator yang tidak relevan dijawab yaitu komponen legalitasdan struktur keluarga nomor 2, ketahanan ekonomi nomor 7 dan8, komponen sosial-psikologis nomor 2 dan 4, serta komponenkemitraan gender pada nomor 1 dan 2 . Jadi jumlah indikatoruntuk keluarga ini hanya 23 yang artinya total maksimalketahanan keluarga bernilai 23.

- Keluarga yang tidak punya PASANGAN (Tipe 5, 6, 7 dan 8): Makaada 7 indikator tidak relevan dijawab yaitu komponen legalitasdan struktur nomor 3, komponen sosial psikologi nomor 1 dan 5,serta seluruh indikator pada komponen kemitraan gender. Jadijumlah indikator untuk keluarga ini hanya 23 yang artinya totalnilai ketahanan keluarga adalah 23.

Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat perbedaan/keberagamantotal nilai ketahanan keluarga yang seharusnya memiliki maksimalskor nilai 30 dari 30 indikator. Pelatihan pengumpulan datadilengkapi pula dengan penjelasan mengenai pernyataan indikatorketahanan keluarga beserta keterangan dalam Bahasa akademikdan Bahasa lapang yang diharapkan untuk dapat menyamakanpersepsi.

Page 31: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

26

2. Entry, Editing, Checking dan Cleaning Data

Entry, editing, checking dan cleaning data dilakukan setelahpengumpulan data selesai oleh enumerator atau petugasdesa/kelurahan. Apabila di pengumpulan data terdapat 3 sasaranpelatihan, maka di pelatihan kedua ini peserta hanya pemerintahdaerah kabupaten/kota (SKPD). Petugas SKPD bertanggung jawabterkait data indikator ketahanan keluarga. Lama pelatihan adalah 1hari selama 6 jam. Pada pelatihan ini, peserta diberikan pengetahuanmengenai :- pengecekan kuisioner- manajemen data yang terdiri dari : Persiapan meliputi konsolidasi tim, proposal, kuisioner, dan

buku kode dipersiapkan Pelaksanaan meliputi pencatatan kegiatan, pengumpulan

data Perlakuan data meliputi entry, coding, editing, checking data,

cleaning data, pengolahan, analisis dan interpretasi data pelaporan meliputi penggunaan data dan penulisan

pelaporan- pelatihan coding kuisioner- pelatihan entry data- pelatihan editing data- pelatihan checking dan cleaning data

3. Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data

Tahapan selanjutnya adalah pengolahan, analisis dan interpretasidata. Peserta diharapkan dapat memiliki pemahaman tentangtahapan pengolahan data, dapat melaksanakan pengolahan data,dan menganalisis serta menginterpretasikan data ketahanankeluarga. Sasaran dari pelatihan ini adalah Pemerintah DaerahKabupaten/Kota (SKPD). Waktu pembelajaran dibagi menjadi duayaitu pelatihan pengolahan data (1 hari selama 6 jam) danpelatiahan analisis data (1 hari selama 6 jam).

Dalam pengolahan data indikator ketahanan keluarga, terdapatbeberapa indikator yang pernyataannya membutuhkan pembalikanskoring untuk konsistensi nilai. Pada pelatihan diberikan penjelasanmengenai hal yang perlu dipahami tentang konsep skoring terbalik(inverse coded) pada beberapa indikator. Skoring terbalik (inversedcoded) dilakukan apabila ingin menjumlah skor untuk suatu variabelkomposit dengan arah yang sama yaitu semakin tinggi skor semakinbersifat positif. Seperti temuan dalam pengumpulan data, pada

Page 32: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

27

pelatihan ini, dijelaskan mengenai skoring jawaban yang tidak samayaitu pada komponen ketahanan fisik nomor 2 dan 3, komponenketahanan ekonomi nomor 8, serta ketahanan sosial-psikologi nomor1,2 dan 3. Pada indikator tersebut, jawaban tidak bernilai 1 danjawaban ya bernilai 0. Peserta diminta untuk memperhatikanadanya 2 arah sifat pertanyaan tersebut dimana dibedakanpemberian skor ya (ada yang diberi nilai 0 atau 1) begitu pulajawaban tidak (ada yang diberi nilai 0 atau 1).

Pada pengumpulan data ditemukan bahwa terdapat keberagamantotal nilai ketahanan keluarga pada pembagian 8 (delapan) tipekeluarga. Keberagaman tersebut diasumsi pembobotan yang samapada semua indikator. Cara menyederhanakan pengolahan, makatahap yang paling sederhana adalah memberi pembobotan yangsama pada semua indikator. Artinya semua indikator ketahanankeluarga adalah sama pentingnya dalam membentuk variabelkomposit yang dinamakan ketahanan keluarga. Hanya jumlahindikator yang applicable (layak) untuk masing-masing tipekeluarga berbeda dimana cara perhitungannya yaitu :

- Keluarga tidak punya lansia jumlah indikator hanya 29. Olehkarena itu bobot setiap pertanyaan adalah: 100/29= 3.448.

- Keluarga yang tidak punya anak jumlah indikator hanya 23. Olehkarena itu bobot setiap pertanyaan adalah: 100/23= 4.348.

- Keluarga yang tidak punya pasangan jumlah indikator hanya 23.Oleh karena itu bobot setiap pertanyaan adalah: 100/23 = 4.348.

- Keluarga yang tidak punya pasangan, tidak punya lansia dantidak punya anak dimana jumlah total indikator adalah 15,sehingga bobot per indikator adalah 100/15=6.67. Pembahasankeberagaman total indikator ini belum muncul pada tahappengumpulan data. Indikator yang tidak relevan ada 15 indikatoryaitu yaitu komponen legalitas dan struktur keluarga nomor 2dan 3, ketahanan ekonomi nomor 7 dan 8, komponen sosialpsikologi nomor 1,2,4, dan 5, nomor 2 pada ketahanan sosialbudaya, serta seluruh indikator pada komponen kemitraangender. Belum ada anak yang dimaksud dalam tipe ini adalahtidak ada anak yang masuk SMP (pertanyaan nomor 14) ataumemang tidak punya anak.

- Pengolahan data untuk klasifikasi ketahanan keluarga :- Semua indikator dijumlahkan sesuai dengan tipe keluarga.- Perhatikan pembobotan untuk setiap tipe keluarga berbeda.

Page 33: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

28

- Semua jumlah indikator menjadi komposit variabel ketahanankeluarga berkisar antara 0-100 (menjadi indeks ketahanankeluarga)

Menghitung indeks ketahanan keluarga dibagi menjadi dua yaituindeks untuk tiap komponen dan indeks ketahanan keluargaberdasarkan tipe keluarga. Perhitungan indeks ini menggunakanrumus :

(skor aktual-skor minimum)----------------------------------- x 100%

(skor maksimum-skor minimum)

Dimana skor maksimum disesuaikan dengan jumlah indikator padatipe keluarga. Tingkat indeks ketahanan keluarga dikelompokkanmenjadi :

- Ketahanan keluarga kurang baik : ≤ 50 %

- Ketahanan keluarga cukup : 50,1 – 75,0 %

- Ketahanan keluarga baik : ≥ 75,1 %

Berdasarkan contoh di Kecamatan Cibinong, Kecamatan Dramaga,dan Kecamatan Megamendung indeks ketahanan keluarga palingterkecil adalah tipe keluarga tunggal terdiri dari suami atau istri;tidak punya anak; tidak mempunyai orangtua lansia. Total indikatorketahanan keluarga pada tipe keluarga ini adalah 15 indikator.Selanjutnya dilakukan analisis data dimana diadakan praktekmembuat tabulasi indeks ketahanan keluarga dan interpretasi data.Pada pelatihan, peserta diajarkan mengenai SPSS.

4. Penggunaan Data untuk SKPD di Tingkat Kabupaten

Tahapan terakhir adalah pelatihan penggunaan data. Pesertapelatihan diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahanketahanan keluarga, kebutuhan keluarga dalam meningkatkanketahanan keluarga dan menggunakan data untuk menyusunprogram pembangunan yang dilakukan oleh SKPD dalampeningkatan ketahanan keluarga. Peserta pada pelatihan ini adalahSKPD, petugas kecamatan, dan petugas desa. Lama pelatihan adalah1 hari selama 6 jam.

Page 34: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

29

CATATAN HASIL ANALISISPERUMUSAN INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA

OLEH KPPPA

KEDUDUKAN DAN TUJUAN INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA

Undang Undang No 52 Tahun 2009 mengamanatkan pembangunankeluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraankeluarga (Pasal 47 ayat 1). Dengan demikian kinerja pembangunankeluarga ditunjukkan oleh peningkatan ketahanan keluarga dankinerja pemberdayaan keluarga. Oleh karenanya diperlukanindikator ketahanan keluarga sebagai instrument kinerjapembangunan keluarga. Setelah sekian lama pembangunanketahanan keluarga dilakukan, belum ada instrument yangmengukur ketahanan keluarga sebagai hasil dari programpembangunan. Baru pada Tahun 2014-2017 KementerianPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak merumuskanRintisan Indikator Ketahanan Keluarga.

Undang-Undang No 52/ Tahun 007 memberikan mandatdiantaranya kepada BKKBN untuk pembangunan keluarga, danBKKBN telah melakukan amanat tersebut sesuai PP No 87/2014tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga. Perpres tentangBKKBN menetapkan setingkat kedeputian untuk melakukanpembangunan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.Dengan demikian BKKBN lebih berkepentingan dalam perumusanIndikator Ketahanan Keluarga, mengingat telah melaksanakanpembangunan keluarga dalam beberapa dekade. Sayangnya sampaisaat ini BKKBN belum mengembangkan indikator ketahanankeluarga, dan baru melakukan perintisan awal perumusan indikatorketahanan keluarga.

Indikator ketahanan keluarga telah dikembangkan oleh Sunarti(2001) untuk kepentingan pengembangan keilmuan, pengabdiankepada masyarakat, dan penyediaan bahan rekomendasi danadvokasi pembangunan ketahanan keluarga kepada parapengambil kebijakan dan penetapan program terkait. Berdasarkankajian berbagai literature, definisi operasional yang dikembangkandalam perumusan indikator adalah menggunakan pendekatan sistem(input, proses, output), sehingga Sunarti (2001) mendefinisikanketahanan keluarga sebagai kemampuan keluarga dalam mengelola

Page 35: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

30

sumberdaya keluarga dan masalah yang dihadapi sertamenanggulanginya, untuk mencapai keluarga sejahtera. Hasil kajianyang dilakukan pada 1999-2001, menghasilkan tiga ketahanan latenketahanan keluarga yaitu ketahanan fisik-ekonomi, ketahanan social,dan ketahanan psikologis. Kesejahteraan keluarga merupakanbagian sekaligus output ketahanan keluarga. Indikator tersebut telahdigunakan dalam berbagai kajian sejak 2001 sampai sekarang ini.

Tujuan indikator dirumuskan akan membawa kepada ketatnyaprasyarat penetapan atau pemilihan indikator. Indikator ketahanankeluarga terkait kinerja pembangunan, hendaknya memperhatikanbukan hanya validitas-reliabilitas ukuran yang dikembangkan,namun juga memperhatikan sensitivitas dan spesifitas indikatornya.Hal tersebut menuntut penyediaan data dan informasi yangdihasilkan dari serial kajian yang dapat menunjukkan mana indikatoryang memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi dan baik.Perumusan indikator hendaknya mempertimbangkan beberapa halyaitu: (1) konsep dasar ukuran dan Indikator , (2) syarat perumusanukuran / Indikator (3) tujuan dirumuskannya ukuran / Indikator, dan(4) pertimbangan strategis lain. Bagaimana factor tersebut dipenuhidalam perumusan Rintisan Indikator Ketahanan Keluarga (R-IKK)oleh KPPPA ?

TEORI DAN LINGKUP KETAHANAN KELUARGA

Lingkup rumusan indikator ketahanan keluarga sangat terkaitdengan pemaknaan ketahanan keluarga yang ditunjukkan olehgrand theory, derivative theory (middle range theory) yang diacuatau digunakan, serta diterjemahkan dalam definisi operasional yangdigunakan untuk perumusan R-IKK. Terkait hal tersebut, Grandtheory dan middle range theory apa yang digunakan dalamperumusan R-IKK ? Buku Pembangunan Ketahanan Keluarga Tahun2016 melaporkan beberapa teori keluarga dan ketahanan keluargayang telah dikembangkan, namun tidak menyertakan dasarbagaimana munculnya 5 pilar ketahanan keluarga yang dijadikanacuan Permen PPPA No 06 Tahun 2013. Sementara itu penulis tidakmemperoleh akses terhadap dokumen Naskah Akademik PerumusanPermen PP dan PA mengenai Pelaksanaan Pembangunan Keluargayang memuat landasan dirumuskannya lima (5) komponen ataufactor ketahanan keluarga.

Terdapat perbedaan lingkup ketahanan keluarga yang ditunjukkanoleh perbedaan definisi ketahanan keluarga dalam Undang UndangNo 52 Tahun 2009 dengan definisi ketahanan keluarga dalam

Page 36: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

31

Permen PPPA No 06 Tahun 2013. Perbedaannya terletak padahilangnya kata “dinamis” pada kata kondisi keluarga, yang menjadipembeda lingkup ketahanan keluarga. Sementara Sunarti padaTahun 1997-2001 mengembangkan perumusan indikator ketahanankeluarga dengan mengacu definisi ketahanan keluarga dalam UU No10 Tahun 1992 yang menekankan keluarga pada “kondisi dinamiskeluarga, dst” sehingga menggunakan pendekatan system (input,proses, dan output) dan kemudian merumuskan tiga komponen latenketahanan keluarga yaitu ketahanan fisik (sebagai cermin ketahananekonomi), ketahanan social, dan ketahanan psikologis.

VALIDITAS INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA

Indikator merupakan alat untuk menyampaikan informasi secaramenyeluruh melalui cara yang berbeda-beda (angka, grafik, dll) darisuatu fenomena kompleks yang memiliki arti luas (Fusco, 2002).Secara sederhana indikator adalah sesuatu yang bisa membantuseseorang untuk memahami posisi dan kedudukan saat ini, arah yangakan dituju, dan berapa jauh dapat melakukan perbaikan, sertaberapa lama untuk mencapai arah yang akan dituju. Indikatoradalah alat bantu untuk menunjukkan indikasi tertentu, yangdilakukan dengan mengukur fenomena dengan suatu alat ukur. Olehkarenanya pembahasan mengenai indikator terkait erat denganpembahasan mengenai pengukuran. Pengukuran dapat diartikansebagai pemberian nilai terhadap aspek, objek, atau kejadian melaluisuatu aturan tertentu (Stevens, 1968 dirujuk Pedhazur & Schmelkin, ,1991; Kerlinger, 1986; Goude, 1962 dirujuk Amstrong, White, & Saracci,1994), menghubungkan konsep (yang biasanya bersifat abstrak)dengan realitas (Singarimbun dan Effendi, 1985) dan bertujuan untukkategorisasi atau klasifikasi (Goude, 1962 dirujuk Amstrong, White,dan Saracci, 1994).

Pengukuran merupakan bagian dari aktivitas keseharian dan hampirmeliputi setiap sisi kehidupan manusia. Contoh yang dapatditunjukkan diantaranya seperti pengukuran berat badan, tinggibadan, suhu, jarak, waktu, tekanan darah, produktivitas, dan prestasi.Secara umum pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian nilaiterhadap aspek, objek, atau kejadian melalui suatu aturan tertentu(Stevens, 1968 dirujuk Pedhazur & Schmelkin, , 1991; Kerlinger, 1986;Singarimbun & effendi, 1985; Goude, 1962 dirujuk Amstrong, White, &Saracci, 1994), dan bertujuan untuk kategorisasi atau klasifikasi(Goude, 1962 dirujuk Amstrong, White, dan Saracci, 1994).

Page 37: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

32

Terdapat dua jenis ukuran yaitu Indeks dan skala. Indeks dan skalamerupakan gabungan untuk suatu variabel. Skala dapatmemberikan informasi yang lebih lengkap dan memiliki strukturintensitas, sehingga dipandang memiliki kualitas yang lebih baik dariindeks (Singarimbun dan Effendi, 1985). Beberapa karakteristikpengukuran adalah (Azwar, 1999); 1) merupakan pembandinganantara atribut yang diukur dengan alat ukurnya, 2) hasilnyadinyatakan secara kuantitatif, 3) hasilnya bersifat deskriptif. MenurutSingarimbun dan Effendi (1985), dalam penelitian terdapat empataktivitas pokok proses pengukuran yaitu: 1) penentuan dimensivariabel penelitian, 2) perumusan ukuran masing-masing dimensi, 3)Penentuan tingkat ukuran yang akan digunakan (apakah nominal,ordinal, interval, atau rasio), dan 4) menguji tingkat validitas danreliabilitas dari alat ukur. Tahap penyusunan ukuran / indikator terdiriatas: 1) perumusan konsep, 2) perumusan definisi Operasional, 3)penentuan peubah, 4) penetapan skala dan sistem skoring, 4)pengujian kesahihan dan keterandalan alat ukur. Sedangkan tahappenyusunan indeks meliputi : 1) menyeleksi pertanyaan, 2) melihathubungan bivariate maupun multivariate dari pertanyaan (items)yang hendak dimasukkan karena secara teoritis pertanyaan yangmengukur suatu variabel harus berhubungan satu sama lain, 3)menentukan skor, 4) penetapan cara penghitungan. Penyusunanskala dapat dilakukan melalui beberapa metode seperti metodebogardus, metode thurstone, metode Guttman atau Skalogram, ataumetode perbedaan semantik.

Terdapat dua hal utama yang perlu mendapat perhatian dalampengukuran yaitu menyangkut reliabilitas dan validitas alat ukur(Kerlinger, 1986). Reliabilitas berkaitan dengan sifat suatu alat ukur,sedangkan validitas berkaitan dengan isi dan kegunaan suatu alatukur (Singarimbun & Effendi, 1985). Hubungan antara reliabilitas danvaliditas ukuran dapat dinyatakan bahwa: suatu ukuran yang validpasti reliabel; suatu ukuran tidak valid jika tidak reliabel; dan suatuukuran yang reliabel belum tentu selalu valid (Pedhazur & Schmelkin,1991).

Reliabilitas suatu alat ukur berkaitan dengan aspek kemantapan(dapat diandalkan dan hasilnya dapat diramalkan), aspek ketepatan(Isaac & Michael, 1990), dan aspek homogenitas (Kerlinger, 1986;Singarimbun & Effendi, 1985). Reliabilitas suatu alat ukur berkaitandengan aspek kemantapan yaitu dapat diandalkan dan hasilnyadapat diramalkan, aspek ketepatan (Isaac & Michael, 1990), danaspek homogenitas (Kerlinger, 1986; Singarimbun & Effendi, 1985).Penghitungan indeks reliabilitas suatu alat ukur dapat dilakukan

Page 38: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

33

dengan metode ulang (test-retest), metode belah dua (split-half)(Kidder, 1981), dan metode paralel (Singarimbun & effendi, 1985).Sedangkan menurut Amstrong, White, dan Saracci (1994), dua carautama mengukur reliabilitas dilakukan melalui intramethod reliability,dan intermethod reliability. Intramethod terhadap instrumendilakukan melalui tes ulang, sedangkan terhadap pengukurdilakukan melalui tes antar-pengukur (inter-rater reliability).

Validitas merupakan masalah penting dalam pengukuran. Suatuukuran dikatakan valid jika mengukur apa yang seharusnya diukur.Oleh karenanya sangat berkaitan dengan konsep dan definisi.Validitas menjadi sangat penting terutama pada penelitian bidangsosial, yang mengukur konsep-konsep yang abstrak. Validitas adalahketepatan suatu pengukuran dalam mencerminkan konsep dankriteria tentang apa yang diukur (Hardinsyah, 1997). Berkaitandengan tujuan pengukuran, terdapat tiga jenis validitas yaitu: contentvalidity, criterion related validity, dan construct validity (Kerlinger, 1986;Isaac & Michael, 1990; Pedhazur & Schmelkin, 1991). Ketiga jenisvaliditas tersebut bisa saling melengkapi dan atau salingmenggantikan:

1. Validitas Isi (Content validity). Validitas isi mengacu kepadabeberapa dimensi keilmuan seperti bidang sosial, perbendaharaanbahasa, dan sebagainya (Pedhazur & Schmelkin, 1991). Evaluasivaliditas isi bisa dilakukan dengan menilai kecukupan definisi darisuatu konsep, apabila isi dari suatu ukuran dianggap mewakili isidari yang diukur (Isaac & Michael, 1990).

2. Validitas standar (Criterion related validity). Validitas standarmengacu kepada beberapa hasil, dan ditunjukkan denganmembandingkan dan membuat korelasi antara skor hasil suatutes dengan suatu pengukuran standar. Validitas standar yangberfungsi untuk prediksi ke masa depan atau prediksi kejadianmasa lalu disebut validitas prediksi (predictive validity), sedangkanconcurrent validity tidak dimaksudkan untuk prediksi ataupenilaian status masa kini (Isaac & Michael, 1990).

3. Validitas konstrak (construct validity). Pengertian konstrak hampirsama dengan konsep yaitu abstraksi atau generalisasi dari hal-halyang bersifat khusus atau pengamatan-pengamatan lepas (Kidder,1981; Singarimbun & Effendi, 1985). Perbedaanya, konstrakmemiliki pengertian terbatas, karena dibuat khusus untukkeperluan ilmiah dengan dimasukkan kedalam suatu kerangkateori yang menjelaskan hubungannya dengan konstrak-konstrakyang lain, serta diberi definisi sehingga dapat diamati dan diukur.Validitas kostrak menyangkut isi dan makna dari suatu konsep

Page 39: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

34

dan dari alat ukur yang digunakan untuk mengukur konseptersebut.

Hal penting yang membedakan validitas konstrak dari validitaslainnya adalah keterikatannya dengan teori dan bukti ilmiah yangdibutuhkan dalam analisis hipotesis. Menurut Cronbach, validasikonstrak menyangkut tiga bagian yaitu: 1) dukungan terhadapkonstrak yang digunakan, 2) hipotesis dari teori yang terlibat dalamkonstrak, dan 3) analisis hipotesis secara empirik (Kerlinger, 1986).Metode validasi konstrak dapat dilakukan dengan analisis faktor danmultitrait-multimethod (Kidder, 1981; Kerlinger, 1986, Pedhazur &Schmelkin, 1991).

Beberapa hubungan yang lebih spesifik antara reliabilitas danvaliditas dijelaskan Isaac dan Michael (1990) sebagai berikut : 1)Validitas prediksi (predictive validity) jauh lebih penting dibandingkanreliabilitas, pada suatu tes yang bertujuan untuk memprediksi suatukriteria tertentu. Jika validitas prediksi cukup memuaskan, reliabilitasyang rendah bukan merupakan masalah serius; 2) pada pengukuranyang dilakukan dengan dua alat ukur, alat ukur yang memilikireliabilitas lebih tinggi juga akan memiliki koefisien validitas lebihtinggi.

Penentuan indikator dapat juga dilakukan dengan menggunakanpendekatan tahapan atau proses sebuah program dialankan,sehingga diperoleh indikator: 1) Indikator Input yang dapat menilaiaspek yang berkaitan dengan sumber atau modal baik berupa dana,sarana, tenaga (“resources”); 2) Indikator process, menilai suatu prosespelaksanaan program atau kegiatan (“actions”); 3) Indikator outputyang dapat menunjukkan cakupan yang diperoleh dalam jangkawaktu tertentu (“coverage”); 4) Indikator outcome yang dapatmenilai hasil yang lebih jauh yang ingin dicapai dalam waktu yanglebih panjang, biasanya aspek ini dalam suatu program pelayananmasyarakat adalah pencapaian kepuasaan klien (“clientsatisfaction”); dan 5) Indikator Dampak yang dapat menilai hasilakhir atau dampak yang diharapkan suatu program yang hanyadapat diukur pada jangka waktu yang cukup lama, dan aspek inimerupakan dampak secara nasional (“national goal”).

Berdasarkan kajian literatur mengenai pentingnya validitas dalampengembangan ukuran dan indikator, maka menilai keterandalanindikator adalah dengan menelusur pembangunan struktur alat ukurdan content validity nya. Content validity Rintisan IndikatorKetahanan Keluarga yang dirumuskan KPPPA sejatinya dapat

Page 40: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

35

ditelusur dari kajian yang terdokumentasikan dalam NaskahAkademik perumusan Permen PP dan PA No 06 Tahun 2013 yangmenetapkan bahwa komponen atau factor ketahanan keluargaterdiri atas lima yaitu : 1) legalitas dan struktur, 2) ketahanan Fisik, 3)Ketahanan Ekonomi, 4) Ketahanan Sosial Budaya, dan 5) KetahananSosial Psikologis.

Kajian apa saja yang digunakan sebagai acuan, metode apa yangdigunakan, dan bagaimana proses justifikasi munculnya 5 komponenketahanan keluarga yang digunakan sebagai landasan perumusanindikatornya? Penelaahan hal tersebut sangat penting bagi berbagaipihak yang terlibat dalam kajian dan pembangunan ketahanankeluarga untuk menilai dan memutuskan persetujuan tehadapkomponen yang ditetapkan.

Mengingat naskah akademik tersebut tidak dapat diperoleh, makasalah satu pendekatan analisis content validity nya dilakukan melaluidefinisi operasional per komponen tersebut dan turunan indikatornya,yaitu :

1. Legalitas dan Struktur (LS). Komponen ini meliputi dua hal yaitulegalitas dan struktur. Legalitas dibagi menjadi dua yaitu legalitasperkawinan dan legalitas kelahiran. Definisi operasional legalitasdidapatkan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 danUndang-Undang no. 23 Tahun 2002 pasal 5 yaitu pencatatanyang menjadi alat bukti yang sah. Legalitas perkawinan berupabuku nikah istri dan buku nikah suami. Legalitas kelahiranditegaskan pada pasal 27 ayat (2) berupa akte kelahiran.Komponen ini dibagi menjadi 3 (tiga) indikator, yaitu :

1) Adakah legalitas perkawinan suami-istri yang ditunjukkandengan buku nikah?

2) Adakah legalitas anak yang ditunjukkan dengan aktekelahiran ?

3) Adakah keutuhan keluarga yang ditunjukkan dengan tinggalbersama dalam ikatan keluarga (suami,istri, dengan atautanpa anak)?

Pada katalog buku Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016yang disusun oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak dan BPS, komponen Legalitas dan Struktur(LS) berganti istilah menjadi Legalitas dan Keutuhan Keluarga.Istilah tersebut menjadi sama dengan istilah komponenketahanan keluarga pada Permen no. 6 Tahun 2013 pasal 3.

Page 41: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

36

Dalam buku yang sama didapatkan penjabaran pula bahwakomponen ini dibagi menjadi 7 (tujuh) indikator. Penambahantersebut merupakan tambahan indikator yang terdapat padakomponen kemitraan gender.

Pada dokumen Pedoman Pemanfaatan Data KetahananKeluarga untuk Intervensi Program Kegiatan PembangunanKeluarga tahun 2017 yang disusun oleh KPPPA didapatkanbahwa istilah komponen ini berubah kembali menjadi Legalitasdan Struktur dengan 3 (tiga) indikator yang sama sepertipembahasan sebelumnya .

2. Ketahanan Fisik (KF) menggunakan definisi operasional komponenketahanan fisik yang dirumuskan Sunarti (2001) yaituterpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, perumahan,pendidikan, dan kesehatan. Komponen ini terdiri dari 4 (empat)indikator yang hanya mengalami perubahan struktur kalimatpada pengembangan indikator, diantaranya adalah:1) Makanan lengkap minimal dua kali sehari untuk semua

anggota keluarga2) Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit

akut/kronis atau cacat ?3) Adakah anggota keluarga yang menderita masalah gizi ?4) Rumah yang ditempati memiliki ruang tidur terpisah/ada

sekat antara orang tua dan anak

2. Ketahanan Ekonomi dipahami sebagai kemampuan materilkeluarga dalam mengatasi permasalahan ekonomi berdasarkansumberdaya yang mereka miliki. Ketahanan ekonomi ini dibagimenjadi empat peubah, antara lain tempat tinggal, pendapatankeluarga, pembiayaan pendidikan anak, dan jaminan keuangankeluarga. Komponen ketahanan ekonomi ini dijabarkan menjadi9 (Sembilan) indikator, diantaranya :

1) Kepemilikan rumah2) kepemilikan penghasilan tetap per bulan minimal UMR bagi

suami atau istri3) kepemilikan pekerjaan tetap dengan pendapatan berapa saja

bagi suami atau istri4) Kepemilikan tabungan dalam bentuk uang minimal sebesar 3

kali UMR dari suami atau istri5) Kepemilikan asuransi kesehatan bagi minimal satu anggota

keluarga6) Kemampuan membayar pengeluaran untuk kebutuhan listrik

Page 42: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

37

7) Kemampuan membayar pengeluaran untuk pendidikan anakminimal hingga tingkat SMP

8) Keberadaan anak yang Drop Out dari sekolah9) Pemenuhan pendidikan minimal SMP bagi anggota keluarga

berusia 15 tahun ke atas \

Pada pengembangan indikator terakhir, komponen ketahananekonomi ini mengalami pengurangan menjadi 7 (tujuh) indikator.Indikator yang dihilangkan adalah indikator nomor 3 dan 9.Demikian pula terdapat pergantian penjelasan indikator padanomor 2, 4, 5 dan 7, yaitu menjadi :

a) Indikator nomor 2; apakah suami dan/atau Istri mempunyaipenghasilan tetap per bulan sebesar Rp 250.000 per orangper bulan?

b) Indikator nomor 4; apakah suami dan/atau Istri mempunyaitabungan dalam bentuk uang minimal sebesar Rp 500 000?

c) Indikator nomor 5: apakah anggota keluarga memilikiasuransi kesehatan (atau BPJS) atau lainnya, minimal 1 orang?

d) Indikator 7; apakah keluarga pernah menunggak membayariuran atau keperluan pendidikan anak?

4. Ketahanan Sosial-Psikologi dijabarkan sebagai kemampuanmenanggulangi berbagai masalah non-fisik seperti pengendalianemosi secara positif, konsep diri positif (termasuk terhadapharapan dan kepuasan (kepedulian suami terhadap istri dankepuasan terhadap keharmonisan keluarga. Definisi tersebutdiambil dari definisi Sunarti (2001) diacu oleh Puspitawati (2015).Komponen ketahanan sosial-psikologi ini terdiri dari 5 (lima)indikator, yaitu :

1) Adakah terjadi kekerasan antar suami-istri?2) Adakah terjadi kekerasan antar orangtua-anak?3) Adakah anggota keluarga yang terlibat masalah pelanggaran

hukum?4) Anak diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat5) Suami-istri saling menghargai dan menyayangi

Pada pengembangan Indikator, komponen ketahanan sosial-psikologi mengalami pengurangan indikator menjadi 4 (empat)indikator. Indikator yang dihilangkan adalah indikator nomor 4dan 5.

Page 43: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

38

6. Ketahanan Sosial-Budaya. Dimensi yang menggambarkan tingkatketahanan keluarga dilihat dari sudut pandang hubungankeluarga terhadap lingkungan sosial sekitarnya.Komponenketahanan sosial-budaya terdiri dari 4 (empat) indikator, yaitu ;

a. Anggota keluarga berpartisipasi dalam kegiatan sosialkemasyarakatan

b. Anggota keluarga merawat/peduli kepada orangtua lansiac. Anggota keluarga berkomunikasi dengan baik, termasuk

dengan keluarga besarnyad. Suami dan/atau istri melakukan kegiatan agama secara rutin

Pada perkembangannya, komponen ketahanan sosial-budayamengalami pengurangan indikator menjadi hanya 3 (tiga)indikator saja. Indikator yang dihilangkan adalah indikatornomor 3 (tiga).

7. Kemitraan Gender merupakan kerjasama secara setara danberkeadilan antara suami danistri serta anak-anak, baik anaklaki-laki maupun anak perempuan, dalam melakukan semuafungsi keluarga melalui pembagian pekerjaan dan peran, baikperan public, domestic mapun sosial kemasyarakatan . Komponenkemitraan gender terdiri dari 5 (lima) indikator, yaitu :

1) Ayah mengalokasikan waktu bersama anak2) Ibu mengalokasikan waktu bersama anak3) Ayah dan Ibu berbagi peran dengan baik4) Pengelolaan keuangan dilakukan bersama suami dan istri

secara transparan5) Suami dan istri merencanakan bersama jumlah anak yang

diinginkan atau alat kontrasepsi

Pada pengembangan indikator terakhir, komponen kemitraangender mengalami pengurangan indikator menjadi 4 (empat)indikator. Indikator yang dihilangkan adalah indikator nomor 3(tiga).

Berikut adalah beberapa catatan terkait validitas ukuran ketahanankeluarga yang dikembangkan KPPPA:

1. Penelusuran terhadap dokumentasi perumusan R-IKK membawakepada dugaan kurang ajegnya penetapan content validity(validitas isi) yang berdampak terhadap keseluruhan R-IKK.Memperhatikan 5 komponen ketahanan keluarga, terdapat

Page 44: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

39

kemiripan dengan komponen laten ketahanan keluarga yangdikembangkan Sunarti (2001), sementara BPS dan KPPPA (2016)dalam Buku Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016menggunakan hasil kajian Sunarti (2001) sebagai acuan. Hasilkajian tersebut telah mengalami penyesuaian dan perubahansehingga digunakan pada sebagian konsep dan tidak digunakanpada bagian lainnya. Beberapa perubahan tersebut diantaranyaadalah :

R-IKK memisahkan Ketahanan Ekonomi dan Ketahanan Fisik,padahal hasil kajian Sunarti (2001) menunjukkan melaluiconfirmatory factor analysis dan SEM (structural equationmodelling), ketahanan fisik juga menunjukkan ketahananekonomi. Dua komponen tersebut sesungguhnya mengukurhal yang sama, walaupun dilabel ketahanan fisik, namun didalamnya merupakan pengejawantahan dari ketahananekonomi;

Konsekuensi lebih jauh dari penggunaan dua komponenketahanan fisik dan ketahanan ekonomi, walaupunditunjukan oleh indicator yang berbeda, namun padadasarnya mengukur kemampuan yang “sama” adalahberkaitan dengan berkurangnya peluang penggunaanindicator ketahanan keluarga lainnya yang penting untukdiukur.

R-IKK melabel ketahanan social budaya dan social psikologis,sementara Sunarti (2001) memisahkan keduanya menjadiketahanan social dan ketahanan psikologis. Penggunaan label“social” pada dua komponen ketahanan keluarga (socialbudaya dan social psikologis) menunjukkan bahwa pada duakomponen tersebut terdapat content yang sama yaitu aspeksocial. Padahal prinsip dalam pembangkitan komponenhendaknya antara satu komponen dengan komponen lainnyadiupayakan mengukur dan meliputi hal yang berbeda, walaumasih terdapat keterkaitan antara komponen tersebut;

Merujuk kepada lingkup dan turunan dari komponen socialbudaya menunjukkan ruang lingkupnya dan indikatornyakurang representatif mencerminkan label komponen tersebut.Label budaya pada komponen tersebut dikaitkan hanyaterhadap keeratan social, padahal budaya memiliki lingkupyang lebih luas dari keeratan social;

Catatan lainnya terkait proporsionalitas dan representasiindikator. Indikator nomor 4 sampai nomor 14 mengukur

Page 45: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

40

masalah fisik-ekonomi yang mencerminkan masalah ekonomi.Sementara itu kemitraan gender diwakili oleh 3 hal(penyediaan waktu mengasuh anak, keuangan keluarga, danjumlah anak) yang diterjemahkan secara kurang konsistendalam empat item.

Menganalisis struktur komponen R-IKK menunjukkan bahwasecara umum R-IKK yang dikembangkan KPPPA mengacupada pengembangan indicator ketahanan keluarga yangdilakukan Sunarti (2001), namun tidak menggunakan dasarpertimbangan serta hasil kajian Sunarti (2001) secaramemadai.

Tim Kajian Pembangunan Keluarga yang dilakukanBappenas Tahun 2016 menyandarkan kepada Sunarti (2001)sebagai acuan konsep dasar ketahanan keluarga, namunmelalui dua cara yaitu dengan merujuk langsung dan denganmerujuk secara tidak langsung (melalui tulisan lain) dokumenkajian Sunarti (2001). Hal tersebut menunjukkan terdapatpotensi dimana tim perumus KPPPA dan Bappenas tidakmengakses langsung dasar pembangunan content danconstruct validity ketahanan keluarga yang telahdikembangkan Sunarti (2001).

2. Mempertimbangkan kedudukan dan tujuan perumusannya,Indikator pembangunan merupakan indikator tingkat tinggi yangdihasilkan dari serangkaian penelitian dan kajian ilmiah. Indikatorpembangunan ketahanan keluarga menuntut hanya indikatoryang utama dan dengan jumlah yang lebih sedikit yang memilikisensitivitas yang tinggi. Oleh karenanya hendaknya dihasilkan darikajian analisis sintesis mendalam yang mengelaborasi hasil hasilkajian yang relevan dan terdokumentasi dalam naskah akademik.Oleh karenanya merupakan bagian tak terpisahkan dalamperumusan indikator sebagai hasil karya ilmiah adalah “workethics and scientist attitudes” yang meliputi sikap “respect forparadigm & a respect to a power of theoretical structure”. Dengandemikian setiap butir indikator yang terpilih telah didukung olehhasil kajian bahwa indikator tersebut merupakan hal penting danrepresentasi dari lingkup pembangunan ketahanan keluarga.

IMPLEMENTASI PENGUMPULAN DATA

Page 46: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

41

Telaahan terhadap pengumpulan data indikator ketahanan keluarga,memunculkan beberapa catatan yaitu :

1. Terdapat adanya potensi bias pengukuran ketahanan keluargayang pendataannya diserahkan pengumpul data tingkat desa.Contohnya terkait kemampuan memvalidasi ciri yangmemerlukan keahlian khusus seperti penilaian gizi anak. Catatanlainnya terkait manajemen data yaitu bagaimana memaknai danmengelola keragaman data keluarga yang diperoleh dari 8 tipekeluarga ? tipe keluarga tersebut merupakan konsekuensi adanyaitem keutuhan keluarga, kebersamaan dengan anak, danperhatian terhadap lansia, sehingga memunculkan 8 tipe keluargayaitu: keluarga lengkap/utuh; suami-istri, minimal 1 anak, dengan

lansia (24 item; not applicable item=0) keluarga lengkap /utuh; suami-istri, tanpa anak, dengan lansia

(17 item; not applicable item=7) keluarga lengkap/utuh; suami-istri, minimal 1 anak, tanpa

lansia (24 item; not applicable item=0) Keluarga lengkap /utuh;suami-istri, tanpa anak, tanpa lansia

(16 item; not applicable item=8) Keluarga tunggal: suami/istri, minimal 1 anak, dengan lansia (18

item; not applicable item=6) Keluarga tungal: suami/istri, tanpa anak, dengan lansia (13

item; not applicable item =11) Keluarga tunggal: suami/istri, minimal 1 anak, tanpa lansia (17

item; not applicable item =7) Keluarga tunggal: suami/istri, tanpa anak, tanpa lansia (12

item; not applicable item =12)

3. Bagaimana mekanisme yang efektif dalam pengelolalan dataindikator dan indeks dengan adanya keragaman 8 tipologikeluarga ? Mengingat penciri tipologi keluarga tersebut bersifatdinamis dan dapat berubah dalam satuan waktu yang pendek,sehingga akan berdampak terhadap dinamisnya data keluargadan indikator ketahanan keluarganya di tingkat desa. Haltersebut tentunya juga akan berdampak terhadap dinamikaperencanaan dan evaluasi program pembangunan keluarga.Berdasarkan temuan tersebut, harus ditelaah kembali bagaimanamengelola indikator dan indeks dengan keberagaman tersebutagar tidak ada kesalahan dalam pengelompokan kategorikeluarga dan ketahananya. Selain itu, perlu dilihat mengenaikonsekuensi terhadap perencanaan dan evaluasi program terkaitdinamisnya data dari 8 (delapan) tipe keluarga tersebut.

Page 47: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

42

4. Pada komponen Ketahanan Fisik nomor 3, permasalahanmasalah gizi diartikan sebagai kekurangan gizi atau kelebihangizi. Hal tersebut dapat menjadi potensi bias pengukuranketahanan keluarga yang pendataannya diserahkanpengumpulan data tingkat desa, dikarenakan memvalidasi cirimasalah gizi memerlukan keahlian khusus seperti penilaian gizianak. Enumerator hanya dipersyaratkan minimal lulusan SMP.

SARAN PERBAIKAN INDIKATOR KETAHANAN KELUARGA

1. Mengingat Indikator Ketahanan Keluarga sangat strategis dalampembangunan keluarga, menjadi dasar acuan penetapan roadmap, perencanaan dan evaluasi kebijakan dan program, makapenting untuk memenuhi seluruh persyaratan penetapanindikator yang berfungsi sebagai alat ukur kinerja pembangunan.

2. Disarankan untuk memanfaatkan kajian akademik mengenaiketahanan keluarga yang telah ada secara memadai agarmendapat justifikasi penetapan lingkup dan pemilihan indikatoryang dipandang memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik.

3. Perlu dipertimbangkan kembali pemilihan indikator yangmembawa kepada terbentuknya tipologi keluarga yang beragamyang dapat menyulitkan pengelolaan dan pemanfaatan datayang diperlukan sebagai dasar kebijakan dan program yang lebihumum.

4. Mengacu Perpres no 4 Tahun 2013 tentang Perubahan kedelapanatas Keputusan Presiden No 110 Tahun 2001 Tentang UnitOrganisasi dan Tugas Eselon 1 Lembaga Pemerintah NonKementerian; pada Paraghrap 6 pasal 29 I ayat (2) menetapkanlingkup Deputi KSPK BKKBN, di dalamnya meliputi upayamewujudkan keluarga berkualitas dan ketahanan keluarga.Dengan demikian Kedeputian KSPK BKKBN memiliki tugas dankewajiban mewujudkan keluarga berkualitas dan ketahanankeluarga. Berdasarkan hal tersebut, disarankan melakukankerjasama melakukan pengembangan indikator ketahanankeluarga dan penyelenggaraan sistem informasi keluarga denganberbagai lembaga yang memiliki mandat serupa sebagaimanadiatur oleh perundang undangan dan peraturan lainnya.

Page 48: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

43

PENUTUP

Tulisan ini merupakan hasil analisis content terhadap perumusanindicator ketahanan keluarga yang dikembangkan oleh KPPPAdalam rangka memenuhi salah satu pasal dalam Peraturan MenteriNomor 06 Tahun 2013 Tentang Pembangunan Keluarga. Hasilanalisis menunjukkan terdapat beberapa catatan penting terkaitR-IKK yang telah dikembangkan dan telah dibangun mekanismepengumpulan sampai analisis datanya dari tingkat nasional sampaitingkat desa / kelurahan. Salah satu catatan utama adalah terkaitkeajegan validitas isi (content validation) yang mempengaruhikeseluruhan struktur komponen dan indicator ketahanan keluarga.Semoga hasil desk study ini bermanfaat dalam menyediakan bahanbagi upaya perbaikan indicator ketahanan keluarga.

Page 49: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

44

DAFTAR PUSTAKA

Sunarti. 2001. Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya: Telaah KasusPengaruhnya Terhadap Kualitas Kehamilan. Disertasi pada DepartemenGMSK-Faperta IPB.

Anonim. Peraturan Menteri KPPPA Nomor 06 Tahun 2013 Tentang PelaksanaanPembangunan Keluarga

Anonim. 2015. Telaahan Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Keluarga tentangReview Program, Kegiatan di Kementerian/Lembaga Berkaitan DenganIndikator Ketahanan Keluarga.

Anonim. Buku 1. Pedoman Pemanfaatan Data Ketahanan Keluarga untukIntervensi Program Kegiatan Pembangunan Keluarga

Anonim. Buku 2. Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Ketahanan KeluargaBPS. 2016. Data Pembangunan Keluarga. BPS dan KPPPA Tahun 2016Bappenas. 2016. Laporan Kajian Pembangunan Keluarga. 2016.

Page 50: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

45

LAMPIRAN 1. Instrumnet Ketahanan Keluarga KPPPA

1. Ibu memiliki surat nikah yang dikeluarkan oleh KUA atau CatatanSipil ?

2. Apakah semua anak memiliki akte kelahiran ?3. Apakah semua anggota keluarga (suami, istri, dengan atau tanpa

anak) tinggal dalam satu rumah dan tidak ada perpisahan ?4. Apakah semua anggota keluarga mampu makan lengkap (nasi,

sayur, ikan, tempe, tahu, buah) dua kali per hari ?5. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit

akut/kronis atau cacat bawaan ?6. Apakah ada anggota keluarga yang menderita masalah gizi

(kurus sekali atau gemuk sekali atau kerdil/kuntet) ?7. Apakah rumah yang ditempati memiliki ruang tidur terpisah

antara orangtua dan anak ?8. Apakah keluarga memiliki rumah ?9. Apakah Suami dan/atau Istri mempunyai penghasilan tetap per

bulan sebesar Rp250.000/per orang per bulan ?10. Apakah Suami dan/atau Istri mempunyai tabungan dalam

bentuk uang minimal sebesar Rp500.000 ?11. Apakah anggota keluarga memiliki asuransi kesehatan (atau

BPJS) atau lainnya, minimal 1 orang ?12. Apakah keluarga pernah menunggak membayar listrik ?13. Apakah keluarga pernah menunggak membayar iuran atau

keperluan pendidikan anak ?14. Adakah anak yang putus sekolah ?15. Adakah terjadi kekerasan antar suami dan istri ?16. Adakah terjadi kekerasan antar orangtua - anak ?17. Adakah anggota keluarga yang terlibat masalah pelanggaran

hukum ?18. Apakah anggota keluarga berpartisipasi dalam kegiatan sosial

seperti pengajian, posyandu, kerjabakti, kematian, kelahiran,ronda, kesenian, penyuluhan, pelatihan ?

19. Apakah anggota keluarga memberi perhatian dan merawatorangtua lanjut usia di atas 60 tahun ?

20. Apakah anggota keluarga melakukan kegiatan agama secararutin ?

21. Apakah Ayah menyisihkan waktu khusus bersama anak ?22. Apakah Ibu menyisihan waktu khusus bersama anak ?

Page 51: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

46

23. Apakah Suami dan Istri bersama-sama mengelola secara terbukakeuangan keluarga ?

24. Apakah Suami dan Istri merencanakan bersama jumlah anakyang diinginkan atau alat kontrasepsi yang dipakai ?

Penjelasan Indikator dalam Pendataan R-IKK di tingkat Desa/Kelurahan1. Buku nikah yang di keluarga oleh KUA atau Catatn Sipil.2. Akte kelahiran untuk setiap anak, dalam hal ini anak kandung

saja.3. Suami - Istri tidak berpisah ranjang, boleh pisah sementara

apabila suami/istri bekerja di luar rumah.4. Makanan lengkap adalah terdiri atas nasi, lauk pauk dan sayuran,

untuk buah adalah lebih baik.5. Penyakit akut/kronis atau cacat adalah penyakit yang pernah

dikonsultasikan dengan dokter; catat termasuk catat fisik dan jiwa.6. Menderita masalah gizi berarti kekurangan gizi atau kelebihan

gizi.7. Ruang tidur terpisah berarti dipisahkan oleh dinding permanen

atau sekat darurat sementara.8. Kepemilikan rumah berarti milik sendiri, meskipun tidak harus

dengan sertifikat.9. Kepemilikan rumah berarti milik sendiri, meskipun tidak harus

dengan sertifikat.10. Penghasilan rutin setiap bulan yang diperoleh istri atau suami.11. Tabungan boleh di bank, di sekolahan ataupun di rumah.12. Anggota keluarga memiliki asuransi kesehatan minimal 1 orang

anggota (Misalnya BPJS).13. Mampu membayar pengeluaran untuk kebutuhan listrik artinya

tidak pernah menunggak selama 6 bulan terakhir.14. Mampu membayar pengeluaran untuk pendidikan anak minimal

artinya tidak pernah menunggak selama 6 bulan terakhir.15. Anak putus sekolah dari sekolah berarti anak yang keluar/tidak

melanjutkan sekolah jenjang SD, SMP,atau SMA.16. Kekerasan antar Suami-Istri berarti kekerasan fisik, sosial, ekonomi,

dan psikologi.17. Masalah pelanggaran hukum berarti pernah ditangkap polisi atas

perbuatan apapun.18. Kegiatan sosial kemasyarakatan termasuk pengajian, melayat,

gotong royong, arisan.19. Merawat/peduli karena kepada orang tua lansia dapat secara

rutin karena serumah atau tidak serumah.20. Kegiatan budaya/agama secara rutin artinya menjalankan ritual,

sembahyang baik secara pribadi maupun bersama-sama denganyang lain.

Page 52: ANALISISPERUMUSAN RINTISAN-INDIKATORKETAHANANKELUARGA

47

21. Menyisihkan waktu bersama anak artinya bersama melakukanaktivitas (Ayah).

22. Menyisihkan waktu bersama anak artinya bersama melakukanaktivitas (Ibu).

23. Pengelolaan keuangan secara transparan artinyadikomunikasikan, dilaporkan, didiskusikan, dan diputuskanbersama.

24. Merencanakan bersama jumlah anak yang diinginkan artinyadikomunikasikan, dilaporkan, didiskusikan, dan diputuskanbersama tentang berapa jumlah anak yang diinginkan meskipuntidak selalu harus berujung pada jumlah yang sama antarakeinginan suami dan istri.