analisis yuridis status hukum bagi dokter di rumah sakit

19
Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit Militer Aulia Tusyifa Tri Raharjo, Wahyu Andrianto Fakultas Hukum, Universitas Indonesia E-mail : [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas mengenai keberlakuan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 dan standar oprasional prosedur dari rumah sakit militer. Penelitian ini berbentuk yuridis normatif, tipe penelitiannya adalah deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara. Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian yang terlihat jelas yaitu terdapat beberapa perbedaan antara penyelesaian sengketa di rumah sakit umum dengan di rumah sakit militer. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 berlaku bagi dokter militer dan tidak ada pembeda standar operasional prosedur antara pasien sipil dan militer. Kata kunci: Dokter, Rumah Sakit Militer, Standar Operasional Prosedur Abstract This thesis discusses the applicability of the Act No. 29 of 2004 and standard operational procedures of the military hospital. This study is normative, the type of research is descriptive, the type of data used are primary data and secondary data. Data collection tools used in the form of study documents or library materials and interviews. Analysis of the data used by the authors is the qualitative approach. The results of the study clearly visible, for example, there are several differences between the settlement of disputes in a public hospital with at the military hospital. Law No. 29 of 2004 applies to military doctors and there are no standard operating procedures distinguishing between civilian and military patients. Keywords: Doctors , Military Hospital , Standard Operational Procedures Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit Militer

Aulia Tusyifa Tri Raharjo, Wahyu Andrianto

Fakultas Hukum, Universitas Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai keberlakuan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 dan standar oprasional prosedur dari rumah sakit militer. Penelitian ini berbentuk yuridis normatif, tipe penelitiannya adalah deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara. Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian yang terlihat jelas yaitu terdapat beberapa perbedaan antara penyelesaian sengketa di rumah sakit umum dengan di rumah sakit militer. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 berlaku bagi dokter militer dan tidak ada pembeda standar operasional prosedur antara pasien sipil dan militer.

Kata kunci: Dokter, Rumah Sakit Militer, Standar Operasional Prosedur

Abstract This thesis discusses the applicability of the Act No. 29 of 2004 and standard operational procedures of the military hospital. This study is normative, the type of research is descriptive, the type of data used are primary data and secondary data. Data collection tools used in the form of study documents or library materials and interviews. Analysis of the data used by the authors is the qualitative approach. The results of the study clearly visible, for example, there are several differences between the settlement of disputes in a public hospital with at the military hospital. Law No. 29 of 2004 applies to military doctors and there are no standard operating procedures distinguishing between civilian and military patients.

Keywords: Doctors , Military Hospital , Standard Operational Procedures

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 2: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembaharuan hukum di Indonesia salah satunya melingkupi pembaharuan hukum militer,

di dalam hukum militer telah dilakukan usaha-usaha memperbaharui seperti di dalam hukum

disiplin militer yang semula dipakai Kitab Undang-Undang Hukum Disipilin Militer yang

merupakan terjemahan dari Wetboek Van krijgstucht Voor Nederlands Indie (Staatblad 1924

Nomor 168) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1947, dan

selanjutnya dengan dikeluarnya Undang-undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin

Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, ketentuan Wetboek Van krijgstucht Voor

Nederlands Indie dinyatakan tidak berlaku. Demikian juga pembaharuan dibidang hukum acara

pidana militer dan Peradilan Tata Usaha Militer dengan produk hukum perubahan terakhir

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, dan pembaharuan hukum

pelaksanaan pidana Strafvollstreckungsgesetz, sedangkan hukum pidana substantif terdapat

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM). Hingga kini masih digunakan

KUHPM yang merupakan terjemahan dari Wetboek Van Militair Strafrecht Voor Nederlandsch

Indie (staatsblad. 1934 Nomor 167) yang merupakan kitab undang-undang warisan Pemerintah

Hindia Belanda dahulu yang berlaku untuk KNIL yang telah dirubah dan ditambah dengan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1947 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer.1

Lahirnya peradilan militer tidak terlepas dan tidak dapat dipisahkan dari sejarah lahirnya

Tentara Nasional Indonesia (TNI). Yang telah melahirkan keamanan bagi bangsa dan negara

yaitu TNI dengan rakyat bersatu padu mengusir penjajah dari bumi Indonesia, meskipun telah

banyak menelan korban para pahlawan perintis kemerdekaan yang gugur sebagai patriot,

pahlawan heroik dengan gagah perkasa, berani menentang maut, sebagai bukti kecintaan

terhadap bangsa dan tanah air Indonesia meski harus berkorban jiwa dan raganya. Tentara

Nasional Indonesia (TNI) atau disebut juga militer adalah warga negara yang memenuhi

persyaratan yang ditentukan dalam perundangundangan dan diangkat oleh pejabat yang

berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan. Dalam pengertian umum Tentara

Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

                                                                                                                         1 Marjoto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentara Serta Komentar-komentarnya, (Bogor: CV

Politea, 1958), hlm. 6.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 3: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Dalam hal kedudukannya di depan hukum, Tentara Nasional Indonesia atau sering juga

disebut militer mempunyai kedudukan yang sama dengan warga negara yang lain, artinya sama-

sama tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku dinegara baik hukum perdata, hukum acara

perdata, hukum pidana, maupun hukum acara pidana. Akan tetapi pada Tentara Nasional

Indonesia dalam pengaturan hukum pidana dan hukum acara pidana mempunyai aturan hukum

serta alat perlengkapan hukum tersendiri.

Dengan demikian anggota Tentara Nasional Indonesia sebagai warga Negara Indonesia

tunduk pada ketentuan hukum pidana militer yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Militer dan hukum acara pidana militer yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Untuk ikut mendorong terciptanya suatu

angkatan bersenjata atau dalam hal ini Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kuat dan solid

diperlukan suatu hukum khusus dan peradilan yang tersendiri terpisah dari peradilan umum.2

Perkembangan ilmu pengetahuan selalu memberikan dampak yang baik bahkan yang

buruk sekalipun. Tergantung bagaimana setiap individu itu memanfaatkan ilmu pengetahuan itu.

Manfaat yang dimaksud disini apakah setiap tindakan itu bermanfaat bagi yang membutuhkan

atau malah menambah masalah bagi yang membutuhkan. Hal ini tidak terlepas pula dalam ilmu

kedokteran ditinjau dari beragamnya penyakit manusia sehingga tidak menuntut kemungkinan

bahwa yang terjadi itu tidak sesuai dengan harapan. Munculnya beragam penyakit manusia

memaksakan dokter untuk melakukan penelitian yang baru yang diharapkan dapat memberikan

solusi bagi yang membutuhkan atau dalam hal ini adalah pasien.

Pelayanan kesehatan secara umum diketahui adanya pemberi pelayanan dalam hal ini

dokter dan yang menerima pelayanan atau melakukan upaya kesehatan dalam hal ini adalah

pasien. Sudah sejak dahulu dikenal dengan adanya hubungan kepercayaan yang disebut dengan

transaksi terapeutik. Transaksi merupakan hubungan timbal balik yang dihasilkan melalui

komunikasi, sedangkan terapeutik diartikan sebagai sesuatu yang mengandung unsur atau

pengobatan, secara yuridis transaksi terapeutik diartikan sebagai hubungan hukum antara dokter

dan pasien dalam pelayanan medik secara professional didasarkan kompetensi yang sesuai

dengan keahlian dan keterampilan tertentu di bidang kedokteran, pelayanan yang diberikan

bersifat pemberian pertolongan atau bantuan yang didasarkan kepercayaan pasien terhadap

                                                                                                                         2S.Sarwo Edy, “Bekerjanya Peradilan Militer studi di lingkungan peradilan militer,” (tesis Universitas

Diponegoro,Semarang, 1999), hlm. 4.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 4: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

dokter.3 Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien haruslah didukung

dengan sarana prasarana yang memadai atau dengan kata lain fasilitas yang menunjang. Dimana

fasilitas tersebut yang dapat membantu dokter dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap

pasien.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana keberlakuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran bagi dokter militer dibandingkan dengan dokter sipil yang

berdinas di rumah sakit militer?

2. Bagaimana standard operating procedure pelayanan medis di rumah sakit

militer bagi pasien militer dibandingkan dengan pasien sipil?

Tinjauan Teori

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.4 Dalam

pelayanaan kesehatan, terdapat dua kelompok yang perlu dibedakan, yaitu5:

1. Health receivers, yaitu penerima pelayanan kesehatan., yang termaksud kelompok ini:

1. Pasien, yaitu orang yang sakit;

2. Mereka yang ingin memelihara/meningkatkan kesehatan, misalnya ingin

divaksinasi atau wanita hamil yang memeriksakan kandungannya.

2. Health providers, yaitu pemberian pelayanan kesehatan. Contohnya:

1. Medikal providers: dr dan drg.

2. Tenaga bidang kesehatan lainnya : apoteker, asisten apoteker bidan, perawat,

analis/laboran, ahli gizi, dan lain-lain.

Dalam hukum kesehatan yang dikatakan obyek hukum yaitu health

care/pemeliharaan kesehatan dan dikenal adanya dua aspek, yaitu:

1. Sifat Individual

                                                                                                                         3Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik., (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2002), hlm. 1. 4 Indonesia, Undang-Undang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, LN No. 144 tahun 2009, TLN No. 5063,

ps.1 butir 1. 5 Fred Ameln, Kapitaselekta Hukum Kedokteran, (Jakarta: grafikatama jaya, 2004), hlm. 13.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 5: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Disini yang menonjol adalah aspek hukum perdata, yang mengatur

kepentingan individu. Sifat ini bisa berlaku terhadap:

a. Pasien

Dikaitkan dengan diagnosa dan terapi atau kuratif

b. Lingkungan

Pengaruh atau dampak terhadap lingkungan pasien, bisa bersifat:

a Sementara

Misalnya ibu dirawat dirumah sakit, maka selama itu

urusan rumah tangga mengalami perubahan dimana yang

terkena anggota keluarga yang lain seperti ayah dan anak.6

b Tetap atau seterusnya

Misalnya akibat sakitnya mengalami cacat sehingga harus

selalu menggunakan kursi roda. Jadi, perlu terus dibantu

oleh orang lain7

2. Sifat Kolektivitas

Dalam hal ini kepentingan umum yang menonjol, merupakan sifat

hukum publik. Sifat ini biasanya preventif dan berlaku bagi:

a Kelompok dalam masyarakat, misalnya kelompok balita, di mana

angka kematian pada kelompok ini lebih tinggi. Di sini suatu

komuniti yang menjadikan obyek.

b Masyarakat sendiri di dalam arti seluruhan (as a whole), misalnya:

a. Penyutikan masal untuk imunisasi

b. Kebersihan air minum

c. Kebersihan atau kesedaran udara

d. Membangun rumah sehat

e. Memberi penerangan atau penyuluhan kepada masyarakat

di bidang health care.8

                                                                                                                         6 Ibid., hlm. 24 7 Ibid., hlm. 24. 8 Ibid., hlm. 25.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 6: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Aspek individu dan kolektivitas bisa timbul bersamaan, misalnya:

a. Penyakit menular terhadap:

a Pasien-individual: kuratif, harus segera didiagnosa dan diberikan

terapi.

b Masyarakat-kolektif: preventif, perlunya karantina bagi penderita

agar masyarakat di sekitarnya tidak tertular

b. Peraturan dalam melindungi pengemudi bermotor, diharuskan memakai

helm:

a. Individual terhadap pengemudi sendiri

b. Kolektif terhadap kelompok motoris.9

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan

yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.10

Tenaga kesehatan meliputi:

1. Tenaga medis : dokter dan dokter gigi

2. Tenaga farmasi

3. Tenaga perawat

4. Tenaga bidan

Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi

utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan tersebut merupakan

diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat

bedah maupun non bedah.11 Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang efisien dan

efektif diperlukan suatu mutu pelayanan kesehatan, ada beberapa poin yang terkait dengan

penjelasan pasal di atas, diantaranya:12

                                                                                                                         9 Ibid., hlm. 26. 10 Indonesia, Undang-Undang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, LN No. 144 tahun 2009, TLN No.

5063, Ps. 1 butir 6.

11 Alexandra Indriyanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2008), hlm. 31-32.

12 Indonesia, Undang-Undang Rumah Sakit, UU No. 44 Tahun 2009, LN No. 153 tahun 2009, TLN No. 5072, ps. 2.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 7: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

1. Nilai kemanusiaa, yaitu penyelenggaraan manajemen rumah sakit dilakukan dengan

memberikan perlakuan yang baik dan manusiawi dengan tidak membedakan suku,

bangsa, agama, status sosial, dan ras.

2. Etika dan profesionalitas, bahwa propfesionalitas dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki etika profesi, sikap profesional, serta mematuhi etika rumah sakit.

3. Nilai Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

4. Nilai keadilan adalah penyelenggaraan rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang

adil dan merata, kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta

pelayanan yang bermutu.

5. Persamaan hak dan anti diskriminasi dikatakan bahwa pelayanan rumah sakit

membedakan masyarakat baik secara individu maupun kelompok dari semua lapisan.

6. Nilai pemerataan adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit harus menjangkau seluruh

lapisan masyarakat.

7. Nilai perlindungan adalah penyelenggaraan rumah sakit tidak hanya memberikan

pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat

kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.

8. Keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit selalu mengupayakan

peningkatan keselamatan pasien melalui upaya majamenen risiko klinik.

9. Fungsi sosial adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat pada setiap rumah sakit,

yang merupakan ikatan moral dan etik dari rumah sakit dalam membantu pasien

khususnya yang kurang/tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan

kesehatan. 13

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:

1. Kepemilikan                                                                                                                          

13 Ibid.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 8: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas:

a Rumah sakit pemerintah. Rumah sakit pemerintah memiliki arti yaitu rumah sakit

yang didirikan oleh pemerintah yang peraturannya sudah diatur dalam peraturan

perundang-undangan terdiri atas:14

a) Rumah sakit vertikal yang langsung dikelola oleh Kementerian Kesehatan.

b) Rumah sakit pemerintah daerah.

c) Rumah sakit militer.

d) Rumah sakit BUMN.

b Rumah sakit swasta, adapun bentuk badan hukum rumah sakit yang didirikan oleh

pihak swasta lazimnya digunakan oleh yayasan (stichting).15

2. Jenis pelayanan

a Rumah sakit umum.

Rumah sakit yang melayani segala jenis masalah kesehatan atau penyakit

dari masyarakat. 16

b Rumah sakit khusus.

Rumah sakit yang hanya melayani salah satu jenis masalah kesehatan atau

penyakit dari masyarakat, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah

sakit ibu dan anak, rumah sakit jantung, dan sebagainya.17

Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C,

dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan fisik, dan

peralatan.18

a Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis

penunjang medik, 12 (duabelas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

                                                                                                                         14 Endang Kusuma Astuti, Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis di Rumah Sakit,

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), hlm. 53. 15 Dalmy Iskandar, Hukum Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998), hlm. 7. 16 Peraturan Menteri Kesehatan, Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, Permenkes No.54 Tahun 2014,

ps. 1ayat (2). 17 Ibid., ps. 1ayat (3). 18 Indonesia,Undang-Undang Rumah Sakit, UU No.44 Tahun 2009, LN No. 153 tahun 2009, TLN No

5072, pasal. 24 ayat (2).

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 9: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

b Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis

penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

c Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat)

spesialis penunjang medik.

d Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

Klasifikasi rumah sakit khusus sebagai berikut:19

a Rumah Sakit Khusus kelas A adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis

sesuai kekhususan yang lengkap.

b Rumah Sakit Khusus kelas B adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis

sesuai kekhususan yang terbatas.

c Rumah Sakit Khusus kelas C adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis

sesuai kekhususan yang minimal. 20

Dalam menjalankan tugasnya rumah sakit juga memiliki beberapa fungsi. Fungsi

tersebut, yaitu:21

a. Fungsi perawatan

Meliputi promotif (Peningkatan kesehatan), prefentif (Pencegahan penyakit),

kuratif (Penyembuhan penyakit), rehabilitataif (Pemulihan penyakit),

penggunaan gizi, pelayanan pribadi, dll.

b. Fungsi Pendidikan

Critical right (Penggunaan yang tepat meliputi : tepat obat, tepat dosis, tepat

cara pemberian, dan tepat diagnosa).

c. Fungsi Penelitian

                                                                                                                         19 Ibid., ayat (3). 20 Ibid. 21 Indonesia, Undang-Undang Rumah Sakit, No. 44 Tahun 2009, LN No. 153 tahun 2009, TLN No. 5072,

ps. 5.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 10: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Pengetahuan medis mengenai penyakit dan perbaikan pelayanan rumah sakit

(Depkes RI).

Di dalam literatur secara umum maka suatu rumah sakit mempunyai empat bidang

tanggung jawab, yaitu:22

1. Tanggung jawab personalia.

Hal ini berdasarkan hubungan “Majikan-Karyawan”. Hal ini dapat dikatakan

dahulu bersifat universa dan di Indonesia sampai saat ini masih berlaku. Hal ini

didasarkan pada pasal 1366 jo 1365 jo 1367 KUHPerdata. Di tanggung jawab ini

termaksud seluruh tenaga karyawan yang bekerja di rumah sakit.

Tanggung jawab profesional terhadap mutu penggobatan atau perawatan (duty of due care).

Menurut Kolonel Chk. S.R. Sianturi, S.H. hukum militer mempunyai arti seperti yang

tersirat pada dua kata yaitu hukum dan militer. Istilah militer berasal dari bahasa Yunani “Miles”

yang berarti seorang “warrior” yaitu seorang yang siap tempur, atau orang yang ditugaskan

untuk berperang. Beberapa pengertian tentang hukum militer antara lain:

(a) Oxford Junior Encyclopedia23

‘Military Law is the code rules, laid down in the army act, which regulates the

army and the air force”

(b) Richard C Dahl dan John F Wheles24

“ Military Law “:

(a) Those laws relating to the government of the armed force

(b) That body or system of rules for the conduct of military personnel

(c) In a limited sense, the uniform code of military justice

Tugas pokok hukum militer adalah untuk melindungi dan mendukung disiplin militer dalam arti

yang seluas-luasnya sehingga memungkinkan TNI melaksanakan secara baik tugas dan

kewajibannya.

                                                                                                                         

22 J.Guwandi, Hospital Law, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002), hlm. 12. 23 Tambunan, Hukum Militer Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta: Pusat studi hukum militer, 2013), hlm.

46. 24 Ibid.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 11: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Tugas dari dokter militer yaitu menyelenggarakan segala upaya yang berkenan dengan

pembinaan kesehatan prajurit, pegawai negeri sipil Kementrian Pertahanan beserta keluarganya

dan satuan prajurit dalam rangka mendukung tugas tentara. Direktorat Kesehatan

menyelenggarakan fungsi utama yang disebut sebagai Dukungan Kesehatan dan Pelayanan

Kesehatan yang menjadi tugas utama dokter militer.25

Dukungan kesehatan merupakan upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan

dan kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan bantuan administrasi kesehatan yang

ditujukan secara langsung untuk mendukung latihan dan penggunaan kekuatan Tantara Nasional

Indonesia (TNI). Sebagai pelayan kesehatan berarti segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang

berhubungan dengan penyelenggaraan bantuan administrasi kesehatan yang ditujukan untuk

mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi prajurit, pegawai negeri sipil Kementrian

Pertahanan beserta keluarganya dalam rangka pembinaan kekuatan Tantara Nasional Indonesia

(TNI).26

Kode etik kedokteran Indonesia berlaku bagi seluruh dokter di Indonesia, itu artinya kode

etik kedokteran Indonesia juga berlaku bagi dokter yang berstatus militer. Dalam hal ini dokter

militer tetap tunduk pada kode etik kedokteran dan juga kode etik militer yang dibagi menjadi

tiga, yaitu:

a) Sapta marga

b) Sumpah TNI

c) Delapan wajib TNI

Maka demikian dokter militer tidak hanya tunduk pada kode etik yang berlaku kepada dokter

umum tetapi ada Kode Etik TNI yang melekat dalam diri prajurit TNI yang berlaku bagi dokter

militer tersebut.27

Tugas rumah sakit militer pada umumnya sama dengan rumah sakit yang lainnya. Rumah

sakit militer didirikan sebagai pelayanan kesehatan bagi prajurit, pegawai negeri sipil dibawah

Kementrian Pertahanan, keluarga, dan pensiunan. Selain melakukan pelayanan kesehatan,

rumah sakit militer merupakan dukungan kesehatan bagi kalangan yang ada di militer baik itu

prajurit, keluarga, pensiunan, dan pegawai negeri sipil di bawah Kementrian Pertahanan.

                                                                                                                         25 Ibid. 26 Ibid. 27 Wawancara dengan Mayor Ckm. Andi pada pukul 10:18 WIB 27 Mei 2016 di rumah sakit Kesdam

Cijantung.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 12: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Hal dasar yang dapat dibandingkan oleh rumah sakit pada umumnya yaitu peruntukan

didirikan rumah sakit militer. Tugas-tugas dari rumah sakit militer selain diatur oleh Kementrian

Kesehatan juga diatur oleh direktorat kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ada tugas-

tugas kenegaran juga yang dimiliki oleh rumah sakit militer yang pada dasarnya hanya

dilakukan oleh rumah sakit militer saja.28

Metode Penelitian

Penelitian ini berbentuk yuridis normatif, tipe penelitiannya adalah deskriptif, jenis data

yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa studi

dokumen atau bahan pustaka dan wawancara. Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah

dengan pendekatan kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah korban malpraktik medis

yang merasa dirugikan dapat menutut ganti kerugian dengan dasar gugatan perbuatan melawan

hukum (PMH) dan dokter wajib bertanggung jawab apabila terbukti telah melakukan kesalahan.

Ganti rugi yang dapat dituntut dapat berupa ganti rugi materiil dan immateriil.

PEMBAHASAN

Analisis Kedudukan Hukum Dokter Militer Dibandingkan dengan Dokter Sipil

Berdasarkan Hukum Disiplin Militer, Hukum Pidana Militer, dan Hukum Privat

Militer.

a Dokter militer dan dokter sipil dalam hukum disiplin militer.

Dikaitkan dengan dokter militer yang melakukan praktek di rumah sakit swasta

atau praktek mandiri pada jam luar dinas, hal ini diperbolehkan karena pada dasarnya

pekerjaan dokter merupakan pekerjaan kemanusiaan. Hal ini diperbolehkan selama tidak

bertentangan dengan peraturan yang ada dan tidak mengganggu tugas pokoknya selaku

dokter yang berstatus militer.29 Jika praktek dokter militer tersebut dilakukan tanpa

adanya izin atau persetujuan dari atasannya, maka dokter militer tersebut melanggar

hukum disiplin militer. Karena pelanggaran yang di lakukan oleh dokter militer tersebut

merupakan pelanggaran dalam ruang lingkup hukum disiplin militer meskipun pada

                                                                                                                         28 Ibid. 29 Wawancara dengan Mayor Ckm. dr. Andi pada 10:18 WIB 27 Mei 2016 di rumah sakit Kesdam

Cijantung.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 13: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

dasarnya seorang dokter militer berpraktek di luar jam dinas atas dasar kemanusiaan.

Hukum disiplin militer hanya berlaku bagi dokter militer saja, dokter sipil yang berdinas

di rumah sakit militer tidak tunduk pada hukum militer. Karena dokter sipil yang berdinas

di rumah sakit militer merupakan pegawai negeri sipil (PNS) dari Kementerian

Pertahanan. Yang pada kesehariannya berdinas di rumah sakit militer tetapi tidak tunduk

pada hukum disiplin militer.

b Dokter militer dan dokter sipil dalam hukum pidana militer.

malpraktik yang termaksud kecerobohan dari dokter yaitu tindakan dokter yang

tidak sesuai dengan standar profesi kedokteran. Sebagai contoh, seorang dokter gigi

militer memeriksa pasiennya tanpa membersihkan peralatannya dengan benar sedangkan

dokter gigi tersebut tidak mengetahui bahwa pasiennya merupakan penderita penyakit

AIDS. Karena tidak membersihkan dengan benar, sisa darah penderita AIDS tersebut

tertinggal di salah satu peralatan pembersih gigi. Setelah pasien tersebut keluar dari

ruangan dokter, alat yang tidak dibersihkan tersebut digunakan kembali untuk pasien

berikutnya. Karena hal tersebut pasien berikutnya tersebut tertular penyakit AIDS. Dari

kecerobohan tersebut, dokter gigi militer dapat di pidanakan atas tindakan

kecerobohannya yang mengakibatkan orang lain terjangkit AIDS.

c Hukum militer dalam hukum privat militer.

Dalam hal dokter militer melakukan tindakan malpraktik, maka pengadilan militer

dapat mengadili selama pasien memberikan laporan ke polisi militer atas tindak pidana

yang dilakukan oleh dokter militer tersebut, tetapi apabila ada gugatan malpaktik yang

diajukan secara perdata maka hal tersebut menjadi kewenangan pengadilan negeri.

Karena pada dasarnya selama gugatan perbuatan melawan hukum (PMH) atas malpraktik

yang dilakukan oleh dokter militer, maka pengadilan negeri yang berwenang mengadili.

Hal ini didasarkan karena dalam peradilan militer hanya mengadili perkara hukum

pidana.30 Apabila seorang dokter militer melakukan tindakan malpraktik, maka sebelum

masuk peradilan, dokter militer tersebut disidang terlebih dahulu oleh komite. Dalam

sidang tersebut komite yang akan menilai benar atau tidaknya seorang dokter militer

melakukan tindakan maplraktik atau tindakan yang pada kenyataannya bukan termasuk

dalam malpraktik. Dari hasil sidang tersebut maka barulah dokter dapat diadili dalam

                                                                                                                         30 Mayor Chk. Satrio, op.cit.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 14: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

pengadilan. Hasil dari sidang itu yang menentukan dokter tersebut terbukti melakukan

malpraktik atau tidak. Di dalam pengadilan negeri, putusan sidang dari komite

merupakan patokan dokter tersebut dapat diadili atau tidak diadili, tetapi berbeda dengan

di pengadilan militer. Di dalam pengadilan militer, hasil sidang dari komite tersebut

hanya sebagai pertimbangan dari perwira penyerah perkara (PAPERA) untuk mengambil

keputusan selaku penyerah perkara ke pengadilan militer. Apakah perkara tersebut dapat

diadili atau tidak dapat diadili.31

Hal berbeda berlaku bagi dokter sipil yang berdinas di rumah sakit militer. Pada

dokter militer, hukum privat hanya berlaku pada lingkup perkawinan saja, sedangkan

untuk dokter sipil yang berdinas di rumah sakit militer berlaku pada tiap-tiap bidang

hukum privat. Maka dengan kata lain, dokter sipil yang berdinas di rumah sakit militer

jika melakukan malpraktik dapat diadili di pengadilan negeri dengan dasar gugatan

perbuatan melawan hukum.

Analisa kedudukan dokter militer dibandingkan dengan dokter sipil berdasarkan

Undang-Undang Praktek Kedokteran.

Pada dasarnya yang menjadi ruang lingkup pada Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran sepenuhnya berlaku dan mengikat pada dokter

militer tanpa kecuali. Hal ini dikarenakan dokter militer sama seperti dokter pada

umumnya, hanya saja dokter militer memiliki status yang berbeda. Selain itu ada

peraturan militer yang mengikat dokter militer. Pedoman utama dalam menjalankan

profesinya sebagai dokter tetap pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

merupakan ketentuan dasar bagi dokter. Undang-undang tersebut tidak mengatur secara

khusus pengaturan mengenai dokter militer. Kedudukan dokter militer yang tidak secara

khusus diatur dalam undang-undang hal ini menyimpulkan bahwa, undang-undang ini

berlaku mutlak bagi setiap dokter di Indonesia tanpa terkecuali. Kedudukan dokter militer

dalam undang-undang ini sama seperti dokter pada umumnya. Dengan kata lain

kedudukan dokter militer dengan dokter sipil yang berdinas di rumah sakit militer pada

                                                                                                                         31 Mayor Chk. Satrio, op.cit.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 15: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran adalah sama dan tidak

ada yang dikhususkan.

Analisa Standar Operasional Prosedur Pelayanan Medis di Rumah Sakit Militer.

Rumah sakit militer tidak membedakan antara pasien militer maupun pasien non

militer. Setiap pasien yang datang di rumah sakit militer dilakukan tindakan yang sama

sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan medis yang ada.32 Hal yang

membedakan bukan terletak pada Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan medis,

tetapi pada fasilitas-fasilitas yang ada. Jika pasien merupakan prajurit, pegawai negeri

sipil dibawah Kementerian Pertahanan, keluarga, dan pensiunan maka mendapatkan

fasilitas prioritas. Hal ini didasarkan pada tujuan didirikannya rumah sakit militer sebagai

dukungan kesehatan bagi prajurit, pegawai negeri sipil dibawah kementerian pertahanan,

keluarga dan pensiunan.33

Analisis Tanggung Jawab Rumah Sakit Militer Terhadap Dokter dan Tenaga Kesehatan

Yang Lain.

Terkait tanggung jawab rumah sakit militer terhadap tenaga kesehatan

yang berstatus militer dan sipil tidak ada perbedaan. Dalam hal ini rumah sakit

tidak membedakan tanggung jawab yang dilakukan rumah sakit terhadap tenaga

kesehatannya. Karena pada dasarnya tenaga kesehatan militer maupun sipil

merupakan pekerja di rumah sakit militer tersebut dan memiliki hak yang sama.

Jika ada tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan baik itu militer maupun sipil

terhadap pasien rumah sakit, maka rumah sakit memiliki tanggung jawab yang

sama dalam penyelesaian masalah dari tenaga kesehatan tersebut. Yang menjadi

hal mendasar yaitu rumah sakit bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut tanpa membeda-

bedakan.34

                                                                                                                         32 dr. Andi, op. cit. 33 dr Andi,op.cit. 34 Ibid.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 16: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Dalam rumah sakit militer terdapat dua peraturan yang dijalankan yaitu

peraturan dari Kementerian Kesehatan dan Direktorat Kesehatan. Maka dalam

pembentukan komite penyelesaian perselisihan yang ada dalam rumah sakit

militer terdiri atas Komite Medik, Komite Mutu, Komite Teknik, Komite

Perawatan, KRPS, dan KPPI yang diatur oleh Kementerian Kesehatan dan

Direktorat Kesehatan. Jika ada pengaduan kesalahan atas tindakan dari dokter

militer dan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit militer, rumah sakit memiliki

beberapa komite dalam penyelesaian sengketa tersebut. Jika ada pengaduan dari

pasien atas tindakan malpraktik dari dokter militer atau tenaga kesehatan lainnya

di rumah sakit militer, maka rumah sakit militer menunjuk komite-komite yang

ada dalam struktur rumah sakit untuk melakukan penyelidikan dari pengaduan

pasien tersebut. Dari pengaduan tersebut pihak komite mencari dimana letak

kesalahan yang dilakukan oleh dokter militer atau tenaga kesehatan tersebut. Jika

sudah ditemukan kesalahan dari tindakan tersebut, maka komite

mengelompokkan kesalahan dari dokter militer tersebut termasuk dalam

kesalahan kode etik atau teknik atau kesalahan lainnya. Jika kesalahan dalam

bidang mutu, maka komite mutu yang berwenang dalam menyelesaikan

perselisihan antara pasien dan dokter militer atau tenaga kesehatan yang lain.

Untuk kesalahan di bidang teknis, maka komite teknis yang berwenang dalam

melakukan penyelesaian perselisihan tersebut.35

Mekanisme Penyelesaian Sengketa Antara Dokter Dengan Pasien di Rumah Sakit Militer.

Pada awalnya pasien yang merasa dirugikan atas tindakan dokter militer

mengajukan pengaduan ke bagian pengaduan. Atas dasar pengaduan tersebut,

bagian pengaduan memberikan pengaduan tersebut kepada komite di rumah sakit

militer. Dari pengaduan yang diberikan oleh bagian pengaduan, dari tiap-tiap

komite mengadakan pertemuan untuk dilakukan pembahasan. Setelah ditemukan

kesalahan atas pengaduan tersebut termasuk kesalahan di bagaian kewenangan

salah satu komite tersebut, maka komite yang bersangkutan ditunjuk oleh kepala

                                                                                                                         35Dr.erni.,op.cit

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 17: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

rumah sakit untuk menyelesaikan pengaduan tersebut dengan melakukan mediasi

terlebih dahulu kepada para pihak.

Selama mediasi para pihak didengarkan semua penjelasannya. Apabila

hal-hal yang dikemukakan pada mediasi tidak menghasilkan perdamaian, maka

hal-hal tersebut tidak bisa dijadikan bukti di persidangan nantinya. Jika mediasi

berhasil maka komite membuatkan bukti perdamaian dari para pihak. Jika mediasi

tersebut tidak menemukan jalan damai dan pasien ingin mengajukan

pengaduannya ke pengadilan, maka disini yang harus diperhatikan oleh pasien.

Jika aduan tersebut ingin diajaukan secara tindak pidana, maka pihak yang

berwenang mengadili dokter militer tersebut yaitu pengadilan militer. Tetapi jika

atas aduan tersebut pasien mengajukan dengan dasar perbuatan melawan hukum,

maka pengadilan yang berwenang untuk mengadili hal tersebut adalah pengadilan

negeri.

Jika pasien mengajukan aduan tersebut atas dasar tindakan pidana,

pengadilan militer yang berwenang mengadili dan mekanisme yang digunakan

mekanisme persidangan di pengadilan militer. Dimana dokter militer tersebut

didampingi oleh kuasa hukumnya, dalam peradilan militer yang menjadi kuasa

hukum bukanlah dari pihak luar militer. Karena untuk beracara di pengadilan

militer, seseorang tersebut harus merupakan anggota dari satuan hukum di jajaran

militer. Dari satuan hukum tersebut ditunjuk salah satu anggotanya untuk menjadi

penasehat hukum dari dokter militer tersebut. surat tugas yang dikeluarkan satuan

hukum tersebut yang nantinya ditunjukkan oleh hakim saat persidangan. Namun

jika pasien mengajukan gugatan atas dasar perbutan melawan hukum, maka

penasehat hukum yang ditunjuk oleh satuan hukm di jajaran militer dapat menjadi

penasehat hukum bagi dokter tersebut. Dasar hukum yang mengizinkan penasehat

hukum militer tersebut mendampingi dokter militer yaitu surat tugas yang

dikeluarkan satuan hukum di jajaran militer.

PENUTUP

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 18: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

Kesimpulan

1. Bagi dokter militer Undang-Undang Praktik Kedokteran tetap berlaku. Hal ini

kerena pada dasarnya dokter militer tetap seorang dokter hanya saja status yang

membedakannya. Kata “militer” bukan merupakan pembeda bagi dokter yang

berdinas di rumah sakit militer, sedangkan militer merupakan identitas bagi setiap

prajurit. Bagi dokter militer berdinas di rumah sakit mana saja tetapi militer

melekat dalam dirinya. Selain peraturan yang berlaku bagi dokter secara umum,

terdapat ketentuan yang mengikat pada dirinya yaitu peraturan secara militer.

Walaupun dokter militer tersebut tidak sedang berada di jam dinas dan melakukan

praktek kedokteran secara mandiri atau di rumah sakit swasta. Keberlakuan dari

Undang-Undang Praktik Kedokteran bagi dokter militer dapat dilihat menggenai

Surat Izin Praktik (SIP). Prosedur pembuatan Surat Izin Praktek (SIP) bagi dokter

militer sama dengan dokter pada umumnya, tidak ada perbedaan antara Surat Izin

Praktik (SIP) yang dikeluarkan untuk dokter militer atau dokter sipil. Selain itu

penyelesaian sengketa antara dokter dengan pasien lebih mendahulukan mediasi,

hal ini juga berlaku bagi penyelesaian sengketa antara dokter militer dengan

pasien. Keberlakuan dan penerapan Undang-Undang Praktik Kedokteran bagi

dokter militer dan dokter sipil di rumah sakit militer tidak dibedakan, semua

dokter yang berdinas di rumah sakit militer tunduk pada Undang-Undang Praktik

Kedokteran.

2. Pada rumah sakit militer tidak terdapat perbedaan antara Standar Operasional

Prosedur (SOP) pelayanan medis bagi pasien militer maupun pasien sipil. Dalam

Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan medis, seluruh pasien mendapat

perlakuan yang sama. Hal yang membedakan hanya soal prioritas. Dalam rumah

sakit militer, pasien yang termasuk dalam bagian prajurit, keluarga, pensiunan,

dan pegawai negeri sipil dibawah Kementerian Pertahanan diberi prioritas utama.

Karena rumah sakit militer didirikan untuk menunjang kesehatan bagi prajurit,

keluarga, pensiunan, dan pegawai negeri sipil Kementerian Pertahanan.

Saran

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016

Page 19: Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit

1. Sosialisasi hukum militer. Hukum militer yang dimaksud yaitu hukum militer

yang membahas hukum kesehatan bagi kalangan militer, dan hukum kedokteran

bagi dokter militer.

2. Pembenahan rumah sakit militer, dalam hal ini masih banyak rumah sakit militer

yang pada kesehariannya melayani pasien militer dan sipil tetapi fasilitasnya

belum memadahi.

3. Diadakan himpunan bagi dokter militer untuk menjembatani antara kebijakan IDI

dengan kebijakan komando sehingga tidak ada tumpang tindih kebijakan untuk

dokter militer.

4. Membuat peratura kesehatan bagi kalangan militer secara tersendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Marjoto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentara Serta Komentar-komentarnya, (Bogor: CV Politea, 1958).

S.Sarwo Edy, “Bekerjanya Peradilan Militer studi di lingkungan peradilan militer,” (tesis Universitas Diponegoro,Semarang, 1999).

Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik., (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002).

Indonesia, Undang-Undang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, LN No. 144 tahun 2009, TLN No. 5063.

Fred Ameln, Kapitaselekta Hukum Kedokteran, (Jakarta: grafikatama jaya, 2004). Alexandra Indriyanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,

2008). Indonesia, Undang-Undang Rumah Sakit, UU No. 44 Tahun 2009, LN No. 153 tahun 2009, TLN

No. 5072. Endang Kusuma Astuti, Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis di Rumah Sakit,

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009). Dalmy Iskandar, Hukum Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998). Peraturan Menteri Kesehatan, Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, Permenkes No.54 Tahun

2014. J.Guwandi, Hospital Law, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002). Tambunan, Hukum Militer Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta: Pusat studi hukum militer,

2013), hlm. 46.

Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016