analisis yuridis status hukum bagi dokter di rumah sakit
TRANSCRIPT
Analisis Yuridis Status Hukum bagi Dokter di Rumah Sakit Militer
Aulia Tusyifa Tri Raharjo, Wahyu Andrianto
Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas mengenai keberlakuan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 dan standar oprasional prosedur dari rumah sakit militer. Penelitian ini berbentuk yuridis normatif, tipe penelitiannya adalah deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara. Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian yang terlihat jelas yaitu terdapat beberapa perbedaan antara penyelesaian sengketa di rumah sakit umum dengan di rumah sakit militer. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 berlaku bagi dokter militer dan tidak ada pembeda standar operasional prosedur antara pasien sipil dan militer.
Kata kunci: Dokter, Rumah Sakit Militer, Standar Operasional Prosedur
Abstract This thesis discusses the applicability of the Act No. 29 of 2004 and standard operational procedures of the military hospital. This study is normative, the type of research is descriptive, the type of data used are primary data and secondary data. Data collection tools used in the form of study documents or library materials and interviews. Analysis of the data used by the authors is the qualitative approach. The results of the study clearly visible, for example, there are several differences between the settlement of disputes in a public hospital with at the military hospital. Law No. 29 of 2004 applies to military doctors and there are no standard operating procedures distinguishing between civilian and military patients.
Keywords: Doctors , Military Hospital , Standard Operational Procedures
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembaharuan hukum di Indonesia salah satunya melingkupi pembaharuan hukum militer,
di dalam hukum militer telah dilakukan usaha-usaha memperbaharui seperti di dalam hukum
disiplin militer yang semula dipakai Kitab Undang-Undang Hukum Disipilin Militer yang
merupakan terjemahan dari Wetboek Van krijgstucht Voor Nederlands Indie (Staatblad 1924
Nomor 168) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1947, dan
selanjutnya dengan dikeluarnya Undang-undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin
Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, ketentuan Wetboek Van krijgstucht Voor
Nederlands Indie dinyatakan tidak berlaku. Demikian juga pembaharuan dibidang hukum acara
pidana militer dan Peradilan Tata Usaha Militer dengan produk hukum perubahan terakhir
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, dan pembaharuan hukum
pelaksanaan pidana Strafvollstreckungsgesetz, sedangkan hukum pidana substantif terdapat
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM). Hingga kini masih digunakan
KUHPM yang merupakan terjemahan dari Wetboek Van Militair Strafrecht Voor Nederlandsch
Indie (staatsblad. 1934 Nomor 167) yang merupakan kitab undang-undang warisan Pemerintah
Hindia Belanda dahulu yang berlaku untuk KNIL yang telah dirubah dan ditambah dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1947 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer.1
Lahirnya peradilan militer tidak terlepas dan tidak dapat dipisahkan dari sejarah lahirnya
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Yang telah melahirkan keamanan bagi bangsa dan negara
yaitu TNI dengan rakyat bersatu padu mengusir penjajah dari bumi Indonesia, meskipun telah
banyak menelan korban para pahlawan perintis kemerdekaan yang gugur sebagai patriot,
pahlawan heroik dengan gagah perkasa, berani menentang maut, sebagai bukti kecintaan
terhadap bangsa dan tanah air Indonesia meski harus berkorban jiwa dan raganya. Tentara
Nasional Indonesia (TNI) atau disebut juga militer adalah warga negara yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam perundangundangan dan diangkat oleh pejabat yang
berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan. Dalam pengertian umum Tentara
Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
1 Marjoto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentara Serta Komentar-komentarnya, (Bogor: CV
Politea, 1958), hlm. 6.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Dalam hal kedudukannya di depan hukum, Tentara Nasional Indonesia atau sering juga
disebut militer mempunyai kedudukan yang sama dengan warga negara yang lain, artinya sama-
sama tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku dinegara baik hukum perdata, hukum acara
perdata, hukum pidana, maupun hukum acara pidana. Akan tetapi pada Tentara Nasional
Indonesia dalam pengaturan hukum pidana dan hukum acara pidana mempunyai aturan hukum
serta alat perlengkapan hukum tersendiri.
Dengan demikian anggota Tentara Nasional Indonesia sebagai warga Negara Indonesia
tunduk pada ketentuan hukum pidana militer yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Militer dan hukum acara pidana militer yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Untuk ikut mendorong terciptanya suatu
angkatan bersenjata atau dalam hal ini Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kuat dan solid
diperlukan suatu hukum khusus dan peradilan yang tersendiri terpisah dari peradilan umum.2
Perkembangan ilmu pengetahuan selalu memberikan dampak yang baik bahkan yang
buruk sekalipun. Tergantung bagaimana setiap individu itu memanfaatkan ilmu pengetahuan itu.
Manfaat yang dimaksud disini apakah setiap tindakan itu bermanfaat bagi yang membutuhkan
atau malah menambah masalah bagi yang membutuhkan. Hal ini tidak terlepas pula dalam ilmu
kedokteran ditinjau dari beragamnya penyakit manusia sehingga tidak menuntut kemungkinan
bahwa yang terjadi itu tidak sesuai dengan harapan. Munculnya beragam penyakit manusia
memaksakan dokter untuk melakukan penelitian yang baru yang diharapkan dapat memberikan
solusi bagi yang membutuhkan atau dalam hal ini adalah pasien.
Pelayanan kesehatan secara umum diketahui adanya pemberi pelayanan dalam hal ini
dokter dan yang menerima pelayanan atau melakukan upaya kesehatan dalam hal ini adalah
pasien. Sudah sejak dahulu dikenal dengan adanya hubungan kepercayaan yang disebut dengan
transaksi terapeutik. Transaksi merupakan hubungan timbal balik yang dihasilkan melalui
komunikasi, sedangkan terapeutik diartikan sebagai sesuatu yang mengandung unsur atau
pengobatan, secara yuridis transaksi terapeutik diartikan sebagai hubungan hukum antara dokter
dan pasien dalam pelayanan medik secara professional didasarkan kompetensi yang sesuai
dengan keahlian dan keterampilan tertentu di bidang kedokteran, pelayanan yang diberikan
bersifat pemberian pertolongan atau bantuan yang didasarkan kepercayaan pasien terhadap
2S.Sarwo Edy, “Bekerjanya Peradilan Militer studi di lingkungan peradilan militer,” (tesis Universitas
Diponegoro,Semarang, 1999), hlm. 4.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
dokter.3 Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien haruslah didukung
dengan sarana prasarana yang memadai atau dengan kata lain fasilitas yang menunjang. Dimana
fasilitas tersebut yang dapat membantu dokter dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap
pasien.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberlakuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran bagi dokter militer dibandingkan dengan dokter sipil yang
berdinas di rumah sakit militer?
2. Bagaimana standard operating procedure pelayanan medis di rumah sakit
militer bagi pasien militer dibandingkan dengan pasien sipil?
Tinjauan Teori
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.4 Dalam
pelayanaan kesehatan, terdapat dua kelompok yang perlu dibedakan, yaitu5:
1. Health receivers, yaitu penerima pelayanan kesehatan., yang termaksud kelompok ini:
1. Pasien, yaitu orang yang sakit;
2. Mereka yang ingin memelihara/meningkatkan kesehatan, misalnya ingin
divaksinasi atau wanita hamil yang memeriksakan kandungannya.
2. Health providers, yaitu pemberian pelayanan kesehatan. Contohnya:
1. Medikal providers: dr dan drg.
2. Tenaga bidang kesehatan lainnya : apoteker, asisten apoteker bidan, perawat,
analis/laboran, ahli gizi, dan lain-lain.
Dalam hukum kesehatan yang dikatakan obyek hukum yaitu health
care/pemeliharaan kesehatan dan dikenal adanya dua aspek, yaitu:
1. Sifat Individual
3Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik., (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002), hlm. 1. 4 Indonesia, Undang-Undang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, LN No. 144 tahun 2009, TLN No. 5063,
ps.1 butir 1. 5 Fred Ameln, Kapitaselekta Hukum Kedokteran, (Jakarta: grafikatama jaya, 2004), hlm. 13.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Disini yang menonjol adalah aspek hukum perdata, yang mengatur
kepentingan individu. Sifat ini bisa berlaku terhadap:
a. Pasien
Dikaitkan dengan diagnosa dan terapi atau kuratif
b. Lingkungan
Pengaruh atau dampak terhadap lingkungan pasien, bisa bersifat:
a Sementara
Misalnya ibu dirawat dirumah sakit, maka selama itu
urusan rumah tangga mengalami perubahan dimana yang
terkena anggota keluarga yang lain seperti ayah dan anak.6
b Tetap atau seterusnya
Misalnya akibat sakitnya mengalami cacat sehingga harus
selalu menggunakan kursi roda. Jadi, perlu terus dibantu
oleh orang lain7
2. Sifat Kolektivitas
Dalam hal ini kepentingan umum yang menonjol, merupakan sifat
hukum publik. Sifat ini biasanya preventif dan berlaku bagi:
a Kelompok dalam masyarakat, misalnya kelompok balita, di mana
angka kematian pada kelompok ini lebih tinggi. Di sini suatu
komuniti yang menjadikan obyek.
b Masyarakat sendiri di dalam arti seluruhan (as a whole), misalnya:
a. Penyutikan masal untuk imunisasi
b. Kebersihan air minum
c. Kebersihan atau kesedaran udara
d. Membangun rumah sehat
e. Memberi penerangan atau penyuluhan kepada masyarakat
di bidang health care.8
6 Ibid., hlm. 24 7 Ibid., hlm. 24. 8 Ibid., hlm. 25.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Aspek individu dan kolektivitas bisa timbul bersamaan, misalnya:
a. Penyakit menular terhadap:
a Pasien-individual: kuratif, harus segera didiagnosa dan diberikan
terapi.
b Masyarakat-kolektif: preventif, perlunya karantina bagi penderita
agar masyarakat di sekitarnya tidak tertular
b. Peraturan dalam melindungi pengemudi bermotor, diharuskan memakai
helm:
a. Individual terhadap pengemudi sendiri
b. Kolektif terhadap kelompok motoris.9
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.10
Tenaga kesehatan meliputi:
1. Tenaga medis : dokter dan dokter gigi
2. Tenaga farmasi
3. Tenaga perawat
4. Tenaga bidan
Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi
utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan tersebut merupakan
diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat
bedah maupun non bedah.11 Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang efisien dan
efektif diperlukan suatu mutu pelayanan kesehatan, ada beberapa poin yang terkait dengan
penjelasan pasal di atas, diantaranya:12
9 Ibid., hlm. 26. 10 Indonesia, Undang-Undang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, LN No. 144 tahun 2009, TLN No.
5063, Ps. 1 butir 6.
11 Alexandra Indriyanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2008), hlm. 31-32.
12 Indonesia, Undang-Undang Rumah Sakit, UU No. 44 Tahun 2009, LN No. 153 tahun 2009, TLN No. 5072, ps. 2.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
1. Nilai kemanusiaa, yaitu penyelenggaraan manajemen rumah sakit dilakukan dengan
memberikan perlakuan yang baik dan manusiawi dengan tidak membedakan suku,
bangsa, agama, status sosial, dan ras.
2. Etika dan profesionalitas, bahwa propfesionalitas dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki etika profesi, sikap profesional, serta mematuhi etika rumah sakit.
3. Nilai Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
4. Nilai keadilan adalah penyelenggaraan rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang
adil dan merata, kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta
pelayanan yang bermutu.
5. Persamaan hak dan anti diskriminasi dikatakan bahwa pelayanan rumah sakit
membedakan masyarakat baik secara individu maupun kelompok dari semua lapisan.
6. Nilai pemerataan adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit harus menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
7. Nilai perlindungan adalah penyelenggaraan rumah sakit tidak hanya memberikan
pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat
kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.
8. Keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit selalu mengupayakan
peningkatan keselamatan pasien melalui upaya majamenen risiko klinik.
9. Fungsi sosial adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat pada setiap rumah sakit,
yang merupakan ikatan moral dan etik dari rumah sakit dalam membantu pasien
khususnya yang kurang/tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan
kesehatan. 13
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:
1. Kepemilikan
13 Ibid.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas:
a Rumah sakit pemerintah. Rumah sakit pemerintah memiliki arti yaitu rumah sakit
yang didirikan oleh pemerintah yang peraturannya sudah diatur dalam peraturan
perundang-undangan terdiri atas:14
a) Rumah sakit vertikal yang langsung dikelola oleh Kementerian Kesehatan.
b) Rumah sakit pemerintah daerah.
c) Rumah sakit militer.
d) Rumah sakit BUMN.
b Rumah sakit swasta, adapun bentuk badan hukum rumah sakit yang didirikan oleh
pihak swasta lazimnya digunakan oleh yayasan (stichting).15
2. Jenis pelayanan
a Rumah sakit umum.
Rumah sakit yang melayani segala jenis masalah kesehatan atau penyakit
dari masyarakat. 16
b Rumah sakit khusus.
Rumah sakit yang hanya melayani salah satu jenis masalah kesehatan atau
penyakit dari masyarakat, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah
sakit ibu dan anak, rumah sakit jantung, dan sebagainya.17
Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C,
dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan fisik, dan
peralatan.18
a Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis
penunjang medik, 12 (duabelas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
14 Endang Kusuma Astuti, Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis di Rumah Sakit,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), hlm. 53. 15 Dalmy Iskandar, Hukum Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998), hlm. 7. 16 Peraturan Menteri Kesehatan, Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, Permenkes No.54 Tahun 2014,
ps. 1ayat (2). 17 Ibid., ps. 1ayat (3). 18 Indonesia,Undang-Undang Rumah Sakit, UU No.44 Tahun 2009, LN No. 153 tahun 2009, TLN No
5072, pasal. 24 ayat (2).
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
b Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis
penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
c Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat)
spesialis penunjang medik.
d Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Klasifikasi rumah sakit khusus sebagai berikut:19
a Rumah Sakit Khusus kelas A adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang lengkap.
b Rumah Sakit Khusus kelas B adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang terbatas.
c Rumah Sakit Khusus kelas C adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang minimal. 20
Dalam menjalankan tugasnya rumah sakit juga memiliki beberapa fungsi. Fungsi
tersebut, yaitu:21
a. Fungsi perawatan
Meliputi promotif (Peningkatan kesehatan), prefentif (Pencegahan penyakit),
kuratif (Penyembuhan penyakit), rehabilitataif (Pemulihan penyakit),
penggunaan gizi, pelayanan pribadi, dll.
b. Fungsi Pendidikan
Critical right (Penggunaan yang tepat meliputi : tepat obat, tepat dosis, tepat
cara pemberian, dan tepat diagnosa).
c. Fungsi Penelitian
19 Ibid., ayat (3). 20 Ibid. 21 Indonesia, Undang-Undang Rumah Sakit, No. 44 Tahun 2009, LN No. 153 tahun 2009, TLN No. 5072,
ps. 5.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Pengetahuan medis mengenai penyakit dan perbaikan pelayanan rumah sakit
(Depkes RI).
Di dalam literatur secara umum maka suatu rumah sakit mempunyai empat bidang
tanggung jawab, yaitu:22
1. Tanggung jawab personalia.
Hal ini berdasarkan hubungan “Majikan-Karyawan”. Hal ini dapat dikatakan
dahulu bersifat universa dan di Indonesia sampai saat ini masih berlaku. Hal ini
didasarkan pada pasal 1366 jo 1365 jo 1367 KUHPerdata. Di tanggung jawab ini
termaksud seluruh tenaga karyawan yang bekerja di rumah sakit.
Tanggung jawab profesional terhadap mutu penggobatan atau perawatan (duty of due care).
Menurut Kolonel Chk. S.R. Sianturi, S.H. hukum militer mempunyai arti seperti yang
tersirat pada dua kata yaitu hukum dan militer. Istilah militer berasal dari bahasa Yunani “Miles”
yang berarti seorang “warrior” yaitu seorang yang siap tempur, atau orang yang ditugaskan
untuk berperang. Beberapa pengertian tentang hukum militer antara lain:
(a) Oxford Junior Encyclopedia23
‘Military Law is the code rules, laid down in the army act, which regulates the
army and the air force”
(b) Richard C Dahl dan John F Wheles24
“ Military Law “:
(a) Those laws relating to the government of the armed force
(b) That body or system of rules for the conduct of military personnel
(c) In a limited sense, the uniform code of military justice
Tugas pokok hukum militer adalah untuk melindungi dan mendukung disiplin militer dalam arti
yang seluas-luasnya sehingga memungkinkan TNI melaksanakan secara baik tugas dan
kewajibannya.
22 J.Guwandi, Hospital Law, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002), hlm. 12. 23 Tambunan, Hukum Militer Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta: Pusat studi hukum militer, 2013), hlm.
46. 24 Ibid.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Tugas dari dokter militer yaitu menyelenggarakan segala upaya yang berkenan dengan
pembinaan kesehatan prajurit, pegawai negeri sipil Kementrian Pertahanan beserta keluarganya
dan satuan prajurit dalam rangka mendukung tugas tentara. Direktorat Kesehatan
menyelenggarakan fungsi utama yang disebut sebagai Dukungan Kesehatan dan Pelayanan
Kesehatan yang menjadi tugas utama dokter militer.25
Dukungan kesehatan merupakan upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan bantuan administrasi kesehatan yang
ditujukan secara langsung untuk mendukung latihan dan penggunaan kekuatan Tantara Nasional
Indonesia (TNI). Sebagai pelayan kesehatan berarti segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan bantuan administrasi kesehatan yang ditujukan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi prajurit, pegawai negeri sipil Kementrian
Pertahanan beserta keluarganya dalam rangka pembinaan kekuatan Tantara Nasional Indonesia
(TNI).26
Kode etik kedokteran Indonesia berlaku bagi seluruh dokter di Indonesia, itu artinya kode
etik kedokteran Indonesia juga berlaku bagi dokter yang berstatus militer. Dalam hal ini dokter
militer tetap tunduk pada kode etik kedokteran dan juga kode etik militer yang dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a) Sapta marga
b) Sumpah TNI
c) Delapan wajib TNI
Maka demikian dokter militer tidak hanya tunduk pada kode etik yang berlaku kepada dokter
umum tetapi ada Kode Etik TNI yang melekat dalam diri prajurit TNI yang berlaku bagi dokter
militer tersebut.27
Tugas rumah sakit militer pada umumnya sama dengan rumah sakit yang lainnya. Rumah
sakit militer didirikan sebagai pelayanan kesehatan bagi prajurit, pegawai negeri sipil dibawah
Kementrian Pertahanan, keluarga, dan pensiunan. Selain melakukan pelayanan kesehatan,
rumah sakit militer merupakan dukungan kesehatan bagi kalangan yang ada di militer baik itu
prajurit, keluarga, pensiunan, dan pegawai negeri sipil di bawah Kementrian Pertahanan.
25 Ibid. 26 Ibid. 27 Wawancara dengan Mayor Ckm. Andi pada pukul 10:18 WIB 27 Mei 2016 di rumah sakit Kesdam
Cijantung.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Hal dasar yang dapat dibandingkan oleh rumah sakit pada umumnya yaitu peruntukan
didirikan rumah sakit militer. Tugas-tugas dari rumah sakit militer selain diatur oleh Kementrian
Kesehatan juga diatur oleh direktorat kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ada tugas-
tugas kenegaran juga yang dimiliki oleh rumah sakit militer yang pada dasarnya hanya
dilakukan oleh rumah sakit militer saja.28
Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk yuridis normatif, tipe penelitiannya adalah deskriptif, jenis data
yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa studi
dokumen atau bahan pustaka dan wawancara. Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah
dengan pendekatan kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah korban malpraktik medis
yang merasa dirugikan dapat menutut ganti kerugian dengan dasar gugatan perbuatan melawan
hukum (PMH) dan dokter wajib bertanggung jawab apabila terbukti telah melakukan kesalahan.
Ganti rugi yang dapat dituntut dapat berupa ganti rugi materiil dan immateriil.
PEMBAHASAN
Analisis Kedudukan Hukum Dokter Militer Dibandingkan dengan Dokter Sipil
Berdasarkan Hukum Disiplin Militer, Hukum Pidana Militer, dan Hukum Privat
Militer.
a Dokter militer dan dokter sipil dalam hukum disiplin militer.
Dikaitkan dengan dokter militer yang melakukan praktek di rumah sakit swasta
atau praktek mandiri pada jam luar dinas, hal ini diperbolehkan karena pada dasarnya
pekerjaan dokter merupakan pekerjaan kemanusiaan. Hal ini diperbolehkan selama tidak
bertentangan dengan peraturan yang ada dan tidak mengganggu tugas pokoknya selaku
dokter yang berstatus militer.29 Jika praktek dokter militer tersebut dilakukan tanpa
adanya izin atau persetujuan dari atasannya, maka dokter militer tersebut melanggar
hukum disiplin militer. Karena pelanggaran yang di lakukan oleh dokter militer tersebut
merupakan pelanggaran dalam ruang lingkup hukum disiplin militer meskipun pada
28 Ibid. 29 Wawancara dengan Mayor Ckm. dr. Andi pada 10:18 WIB 27 Mei 2016 di rumah sakit Kesdam
Cijantung.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
dasarnya seorang dokter militer berpraktek di luar jam dinas atas dasar kemanusiaan.
Hukum disiplin militer hanya berlaku bagi dokter militer saja, dokter sipil yang berdinas
di rumah sakit militer tidak tunduk pada hukum militer. Karena dokter sipil yang berdinas
di rumah sakit militer merupakan pegawai negeri sipil (PNS) dari Kementerian
Pertahanan. Yang pada kesehariannya berdinas di rumah sakit militer tetapi tidak tunduk
pada hukum disiplin militer.
b Dokter militer dan dokter sipil dalam hukum pidana militer.
malpraktik yang termaksud kecerobohan dari dokter yaitu tindakan dokter yang
tidak sesuai dengan standar profesi kedokteran. Sebagai contoh, seorang dokter gigi
militer memeriksa pasiennya tanpa membersihkan peralatannya dengan benar sedangkan
dokter gigi tersebut tidak mengetahui bahwa pasiennya merupakan penderita penyakit
AIDS. Karena tidak membersihkan dengan benar, sisa darah penderita AIDS tersebut
tertinggal di salah satu peralatan pembersih gigi. Setelah pasien tersebut keluar dari
ruangan dokter, alat yang tidak dibersihkan tersebut digunakan kembali untuk pasien
berikutnya. Karena hal tersebut pasien berikutnya tersebut tertular penyakit AIDS. Dari
kecerobohan tersebut, dokter gigi militer dapat di pidanakan atas tindakan
kecerobohannya yang mengakibatkan orang lain terjangkit AIDS.
c Hukum militer dalam hukum privat militer.
Dalam hal dokter militer melakukan tindakan malpraktik, maka pengadilan militer
dapat mengadili selama pasien memberikan laporan ke polisi militer atas tindak pidana
yang dilakukan oleh dokter militer tersebut, tetapi apabila ada gugatan malpaktik yang
diajukan secara perdata maka hal tersebut menjadi kewenangan pengadilan negeri.
Karena pada dasarnya selama gugatan perbuatan melawan hukum (PMH) atas malpraktik
yang dilakukan oleh dokter militer, maka pengadilan negeri yang berwenang mengadili.
Hal ini didasarkan karena dalam peradilan militer hanya mengadili perkara hukum
pidana.30 Apabila seorang dokter militer melakukan tindakan malpraktik, maka sebelum
masuk peradilan, dokter militer tersebut disidang terlebih dahulu oleh komite. Dalam
sidang tersebut komite yang akan menilai benar atau tidaknya seorang dokter militer
melakukan tindakan maplraktik atau tindakan yang pada kenyataannya bukan termasuk
dalam malpraktik. Dari hasil sidang tersebut maka barulah dokter dapat diadili dalam
30 Mayor Chk. Satrio, op.cit.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
pengadilan. Hasil dari sidang itu yang menentukan dokter tersebut terbukti melakukan
malpraktik atau tidak. Di dalam pengadilan negeri, putusan sidang dari komite
merupakan patokan dokter tersebut dapat diadili atau tidak diadili, tetapi berbeda dengan
di pengadilan militer. Di dalam pengadilan militer, hasil sidang dari komite tersebut
hanya sebagai pertimbangan dari perwira penyerah perkara (PAPERA) untuk mengambil
keputusan selaku penyerah perkara ke pengadilan militer. Apakah perkara tersebut dapat
diadili atau tidak dapat diadili.31
Hal berbeda berlaku bagi dokter sipil yang berdinas di rumah sakit militer. Pada
dokter militer, hukum privat hanya berlaku pada lingkup perkawinan saja, sedangkan
untuk dokter sipil yang berdinas di rumah sakit militer berlaku pada tiap-tiap bidang
hukum privat. Maka dengan kata lain, dokter sipil yang berdinas di rumah sakit militer
jika melakukan malpraktik dapat diadili di pengadilan negeri dengan dasar gugatan
perbuatan melawan hukum.
Analisa kedudukan dokter militer dibandingkan dengan dokter sipil berdasarkan
Undang-Undang Praktek Kedokteran.
Pada dasarnya yang menjadi ruang lingkup pada Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran sepenuhnya berlaku dan mengikat pada dokter
militer tanpa kecuali. Hal ini dikarenakan dokter militer sama seperti dokter pada
umumnya, hanya saja dokter militer memiliki status yang berbeda. Selain itu ada
peraturan militer yang mengikat dokter militer. Pedoman utama dalam menjalankan
profesinya sebagai dokter tetap pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
merupakan ketentuan dasar bagi dokter. Undang-undang tersebut tidak mengatur secara
khusus pengaturan mengenai dokter militer. Kedudukan dokter militer yang tidak secara
khusus diatur dalam undang-undang hal ini menyimpulkan bahwa, undang-undang ini
berlaku mutlak bagi setiap dokter di Indonesia tanpa terkecuali. Kedudukan dokter militer
dalam undang-undang ini sama seperti dokter pada umumnya. Dengan kata lain
kedudukan dokter militer dengan dokter sipil yang berdinas di rumah sakit militer pada
31 Mayor Chk. Satrio, op.cit.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran adalah sama dan tidak
ada yang dikhususkan.
Analisa Standar Operasional Prosedur Pelayanan Medis di Rumah Sakit Militer.
Rumah sakit militer tidak membedakan antara pasien militer maupun pasien non
militer. Setiap pasien yang datang di rumah sakit militer dilakukan tindakan yang sama
sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan medis yang ada.32 Hal yang
membedakan bukan terletak pada Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan medis,
tetapi pada fasilitas-fasilitas yang ada. Jika pasien merupakan prajurit, pegawai negeri
sipil dibawah Kementerian Pertahanan, keluarga, dan pensiunan maka mendapatkan
fasilitas prioritas. Hal ini didasarkan pada tujuan didirikannya rumah sakit militer sebagai
dukungan kesehatan bagi prajurit, pegawai negeri sipil dibawah kementerian pertahanan,
keluarga dan pensiunan.33
Analisis Tanggung Jawab Rumah Sakit Militer Terhadap Dokter dan Tenaga Kesehatan
Yang Lain.
Terkait tanggung jawab rumah sakit militer terhadap tenaga kesehatan
yang berstatus militer dan sipil tidak ada perbedaan. Dalam hal ini rumah sakit
tidak membedakan tanggung jawab yang dilakukan rumah sakit terhadap tenaga
kesehatannya. Karena pada dasarnya tenaga kesehatan militer maupun sipil
merupakan pekerja di rumah sakit militer tersebut dan memiliki hak yang sama.
Jika ada tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan baik itu militer maupun sipil
terhadap pasien rumah sakit, maka rumah sakit memiliki tanggung jawab yang
sama dalam penyelesaian masalah dari tenaga kesehatan tersebut. Yang menjadi
hal mendasar yaitu rumah sakit bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut tanpa membeda-
bedakan.34
32 dr. Andi, op. cit. 33 dr Andi,op.cit. 34 Ibid.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Dalam rumah sakit militer terdapat dua peraturan yang dijalankan yaitu
peraturan dari Kementerian Kesehatan dan Direktorat Kesehatan. Maka dalam
pembentukan komite penyelesaian perselisihan yang ada dalam rumah sakit
militer terdiri atas Komite Medik, Komite Mutu, Komite Teknik, Komite
Perawatan, KRPS, dan KPPI yang diatur oleh Kementerian Kesehatan dan
Direktorat Kesehatan. Jika ada pengaduan kesalahan atas tindakan dari dokter
militer dan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit militer, rumah sakit memiliki
beberapa komite dalam penyelesaian sengketa tersebut. Jika ada pengaduan dari
pasien atas tindakan malpraktik dari dokter militer atau tenaga kesehatan lainnya
di rumah sakit militer, maka rumah sakit militer menunjuk komite-komite yang
ada dalam struktur rumah sakit untuk melakukan penyelidikan dari pengaduan
pasien tersebut. Dari pengaduan tersebut pihak komite mencari dimana letak
kesalahan yang dilakukan oleh dokter militer atau tenaga kesehatan tersebut. Jika
sudah ditemukan kesalahan dari tindakan tersebut, maka komite
mengelompokkan kesalahan dari dokter militer tersebut termasuk dalam
kesalahan kode etik atau teknik atau kesalahan lainnya. Jika kesalahan dalam
bidang mutu, maka komite mutu yang berwenang dalam menyelesaikan
perselisihan antara pasien dan dokter militer atau tenaga kesehatan yang lain.
Untuk kesalahan di bidang teknis, maka komite teknis yang berwenang dalam
melakukan penyelesaian perselisihan tersebut.35
Mekanisme Penyelesaian Sengketa Antara Dokter Dengan Pasien di Rumah Sakit Militer.
Pada awalnya pasien yang merasa dirugikan atas tindakan dokter militer
mengajukan pengaduan ke bagian pengaduan. Atas dasar pengaduan tersebut,
bagian pengaduan memberikan pengaduan tersebut kepada komite di rumah sakit
militer. Dari pengaduan yang diberikan oleh bagian pengaduan, dari tiap-tiap
komite mengadakan pertemuan untuk dilakukan pembahasan. Setelah ditemukan
kesalahan atas pengaduan tersebut termasuk kesalahan di bagaian kewenangan
salah satu komite tersebut, maka komite yang bersangkutan ditunjuk oleh kepala
35Dr.erni.,op.cit
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
rumah sakit untuk menyelesaikan pengaduan tersebut dengan melakukan mediasi
terlebih dahulu kepada para pihak.
Selama mediasi para pihak didengarkan semua penjelasannya. Apabila
hal-hal yang dikemukakan pada mediasi tidak menghasilkan perdamaian, maka
hal-hal tersebut tidak bisa dijadikan bukti di persidangan nantinya. Jika mediasi
berhasil maka komite membuatkan bukti perdamaian dari para pihak. Jika mediasi
tersebut tidak menemukan jalan damai dan pasien ingin mengajukan
pengaduannya ke pengadilan, maka disini yang harus diperhatikan oleh pasien.
Jika aduan tersebut ingin diajaukan secara tindak pidana, maka pihak yang
berwenang mengadili dokter militer tersebut yaitu pengadilan militer. Tetapi jika
atas aduan tersebut pasien mengajukan dengan dasar perbuatan melawan hukum,
maka pengadilan yang berwenang untuk mengadili hal tersebut adalah pengadilan
negeri.
Jika pasien mengajukan aduan tersebut atas dasar tindakan pidana,
pengadilan militer yang berwenang mengadili dan mekanisme yang digunakan
mekanisme persidangan di pengadilan militer. Dimana dokter militer tersebut
didampingi oleh kuasa hukumnya, dalam peradilan militer yang menjadi kuasa
hukum bukanlah dari pihak luar militer. Karena untuk beracara di pengadilan
militer, seseorang tersebut harus merupakan anggota dari satuan hukum di jajaran
militer. Dari satuan hukum tersebut ditunjuk salah satu anggotanya untuk menjadi
penasehat hukum dari dokter militer tersebut. surat tugas yang dikeluarkan satuan
hukum tersebut yang nantinya ditunjukkan oleh hakim saat persidangan. Namun
jika pasien mengajukan gugatan atas dasar perbutan melawan hukum, maka
penasehat hukum yang ditunjuk oleh satuan hukm di jajaran militer dapat menjadi
penasehat hukum bagi dokter tersebut. Dasar hukum yang mengizinkan penasehat
hukum militer tersebut mendampingi dokter militer yaitu surat tugas yang
dikeluarkan satuan hukum di jajaran militer.
PENUTUP
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
Kesimpulan
1. Bagi dokter militer Undang-Undang Praktik Kedokteran tetap berlaku. Hal ini
kerena pada dasarnya dokter militer tetap seorang dokter hanya saja status yang
membedakannya. Kata “militer” bukan merupakan pembeda bagi dokter yang
berdinas di rumah sakit militer, sedangkan militer merupakan identitas bagi setiap
prajurit. Bagi dokter militer berdinas di rumah sakit mana saja tetapi militer
melekat dalam dirinya. Selain peraturan yang berlaku bagi dokter secara umum,
terdapat ketentuan yang mengikat pada dirinya yaitu peraturan secara militer.
Walaupun dokter militer tersebut tidak sedang berada di jam dinas dan melakukan
praktek kedokteran secara mandiri atau di rumah sakit swasta. Keberlakuan dari
Undang-Undang Praktik Kedokteran bagi dokter militer dapat dilihat menggenai
Surat Izin Praktik (SIP). Prosedur pembuatan Surat Izin Praktek (SIP) bagi dokter
militer sama dengan dokter pada umumnya, tidak ada perbedaan antara Surat Izin
Praktik (SIP) yang dikeluarkan untuk dokter militer atau dokter sipil. Selain itu
penyelesaian sengketa antara dokter dengan pasien lebih mendahulukan mediasi,
hal ini juga berlaku bagi penyelesaian sengketa antara dokter militer dengan
pasien. Keberlakuan dan penerapan Undang-Undang Praktik Kedokteran bagi
dokter militer dan dokter sipil di rumah sakit militer tidak dibedakan, semua
dokter yang berdinas di rumah sakit militer tunduk pada Undang-Undang Praktik
Kedokteran.
2. Pada rumah sakit militer tidak terdapat perbedaan antara Standar Operasional
Prosedur (SOP) pelayanan medis bagi pasien militer maupun pasien sipil. Dalam
Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan medis, seluruh pasien mendapat
perlakuan yang sama. Hal yang membedakan hanya soal prioritas. Dalam rumah
sakit militer, pasien yang termasuk dalam bagian prajurit, keluarga, pensiunan,
dan pegawai negeri sipil dibawah Kementerian Pertahanan diberi prioritas utama.
Karena rumah sakit militer didirikan untuk menunjang kesehatan bagi prajurit,
keluarga, pensiunan, dan pegawai negeri sipil Kementerian Pertahanan.
Saran
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016
1. Sosialisasi hukum militer. Hukum militer yang dimaksud yaitu hukum militer
yang membahas hukum kesehatan bagi kalangan militer, dan hukum kedokteran
bagi dokter militer.
2. Pembenahan rumah sakit militer, dalam hal ini masih banyak rumah sakit militer
yang pada kesehariannya melayani pasien militer dan sipil tetapi fasilitasnya
belum memadahi.
3. Diadakan himpunan bagi dokter militer untuk menjembatani antara kebijakan IDI
dengan kebijakan komando sehingga tidak ada tumpang tindih kebijakan untuk
dokter militer.
4. Membuat peratura kesehatan bagi kalangan militer secara tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Marjoto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentara Serta Komentar-komentarnya, (Bogor: CV Politea, 1958).
S.Sarwo Edy, “Bekerjanya Peradilan Militer studi di lingkungan peradilan militer,” (tesis Universitas Diponegoro,Semarang, 1999).
Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik., (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002).
Indonesia, Undang-Undang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, LN No. 144 tahun 2009, TLN No. 5063.
Fred Ameln, Kapitaselekta Hukum Kedokteran, (Jakarta: grafikatama jaya, 2004). Alexandra Indriyanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2008). Indonesia, Undang-Undang Rumah Sakit, UU No. 44 Tahun 2009, LN No. 153 tahun 2009, TLN
No. 5072. Endang Kusuma Astuti, Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis di Rumah Sakit,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009). Dalmy Iskandar, Hukum Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998). Peraturan Menteri Kesehatan, Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, Permenkes No.54 Tahun
2014. J.Guwandi, Hospital Law, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002). Tambunan, Hukum Militer Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta: Pusat studi hukum militer,
2013), hlm. 46.
Analisis Yuridis ..., Aulia Tusyifa Tri Raharjo, FH UI, 2016