analisis waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi
TRANSCRIPT
Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2017
Aisy Mutiara Rachmawati, Atik Nurwahyuni
Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia E-mail : [email protected] ; [email protected]
ABSTRAK
Analisis waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya untuk pasien dengan operasi elektif orthopedi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu pelayanan operasi elektif pasien orthopedi yang berasal dari poliklinik untuk mengetahui penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan dilihat dari input, proses dan output. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan waktu, telaah dokumen dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata waktu tunggu pelayanan operasi elektif dari poliklinik adalah 35,35 hari. Lamanya waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi dipengaruhi oleh ketersediaan dana, ketersediaan kamar rawat inap, persiapan medis dan alat, persiapan administrasi, ketidaksesuaian rencana operasi dengan realisasi operasi. Kata kunci: Waktu Tunggu, operasi elektif, Bedah Orthopedi
The Analysis of Waiting Time for Orthopedic Elective Surgery Service at Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati 2017
ABSTRACT
The purpose of analysis of waiting time for orthopedic elective surgery is to improve hospital’s quality in service especially for orthopedic elective surgery patients. This study is done to measure the average waiting time for orthopedic elective surgery of outpatient unit and to know the factors influencing the waiting time, measures from the input, process and output. This study is a quantitative and qualitative research. Data collecting is done by time writing, document analysis and indepth interview. The result states that the average waiting time from outpatient unit is 35,35 days. Waiting time for elective surgery is influenced by these factors: availability of funds, availability of Inpatient Room, medical preparation and tools, administration preparation, non-conformity of planned operation with the realization.
Key Words: waiting time, elective surgery, orthopedic surgery
PENDAHULUAN
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan di bidang kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 bahwa Rumah Sakit memberikan pelayanan pada tiga
bidang utama yang meliputi rawat jalan, rawat inap, dan pelayanan kegawat daruratan. Tujuan
Rumah Sakit adalah untuk mempermudah akses masyarakat guna mendapatkan pelayanan
kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
Rumah Sakit, Sumber Daya Manusia Rumah Sakit, dan Rumah Sakit serta mempertahankan
standar pelayanan dan meningkatkan mutu Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Pasien menerima pelayanan di Rumah Sakit dan menginginkan mutu pelayanan yang
baik. Mutu atau kualitas kini semakin menjadi perhatian baik bagi masyarakat maupun
pemerintah. Sadar akan pentingnya peningkatan pelayanan kesehatan secara terus-menerus,
Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan Rumah
Sakit, perlu melakukan usaha untuk menjaga dan meningkatkan mutu itu sendiri yaitu melalui
proses penyelesaian masalah dimana Rumah Sakit merupakan pelayanan publik yang
memiliki masalah kompleks. Selain tuntutan dari masyarakat, pelayanan yang baik akan
memperoleh efisiensi kerja, Sumber Daya, serta akan menurunkan kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan pelayanan. Menurut Bustami (2011), mutu adalah perpaduan antara sifat-sifat
dan karakteristik produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau pasien.
Bila mutu rendah maka dapat dikatakan itu adalah hasil dari ketidaksesuian dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan. Salah satu indikator dari mutu itu sendiri selain efisien namun juga
efektif. Pelayanan kesehatan disebut efektif apabila waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan
yang ada. Sementara, pelayanan dikatakan efisien apabila memiliki proses pelayanan yang
tepat sehingga pasien mudah dalam menjalani setiap proses pelayanan tersebut (Health
Quality Ontario, 2012).
Kamar bedah atau operasi merupakan bagian dari pelayanan penunjang medik yang
merupakan pelayanan penting yang harus ada di Rumah Sakit. Operasi merupakan proses
untuk memperbaiki atau memelihara kesehatan, memberikan harapan untuk masyarakat di
segala usia dengan kondisi yang bisa diatasi dengan operasi. Operasi memerlukan manajemen
yang terpadu untuk menggerakan sumber manusia, keuangan, alat-alat kesehatan yang
menunjang, kamar operasi serta mengerjakan berdasarkan prosedur yang berlaku.
RSUP Fatmawati merupakan salah satu penyedia layanan kesehatan yang bekerja
sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang menyediakan layanan sub
spesialis yang menampung hingga 714 bed di Rawat Inap. Pelayanan operasi merupakan
salah satu pelayanan yang ditawarkan oleh unit Bedah Sentral di RSUP Fatmawati.
Peningkatan jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) juga dapat dilihat pada
tingginya masyarakat yang menggunakan pelayanan operasi di RSUP Fatmawati. Permintaan
akan pelayanan operasi dalam satu bulan dapat mencapai 585- 689 operasi elektif pada Tahun
2015. Dalam satu hari, RSUP Fatmawati dapat melayanai 28 – 32 pasien operasi elektif.
Sementara pada Tahun 2017, RSUP Fatmawati dapat melayani 35-40 operasi elektif setiap
harinya.
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
Tingginya permintaan untuk pelayanan operasi mengakibatkan tingginya sistem
antrean pasien (sistem penjadwalan) yang berdampak pada memanjangnya waktu tunggu
pelayanan operasi. Penjadwalan kamar operasi ditentukan dengan perkiraan sejumlah operasi
yang akan dilakukan satu hari di satu ruang operasi elektif. Penentuan jadwal disesuaikan pula
dengan kapasitas alat dan kekhususan ruangan operasi elektif.
Pelayanan orthopedi merupakan pelayanan unggulan di RSUP Fatmawati, hal tersebut
membuat sistem antrean pada bedah orthopedi yang memanjang hingga tahun 2019,
sementara pasien menginginkan pelayanan yang cepat dan baik. Maka dari itu penulis tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut terkait waktu tunggu pelayanan operasi elektifi orthopedi di
RSUP Fatmawati dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah agar proses
penjadwalan dan pelayanan operasi di RSUP Fatmawati menjadi efektif dan efisien.
TINJAUAN TEORITIS
Operasi
Menurut Septiani (2015), Operasi merupakan cabang kedokteran yang terdiri dari
perawatan pasien pra operasi meliputi kegiatan seperti persiapan pra operasi, judgement dan
manajemen intraoperatif, dan perawatan pasien pasca operasi. Menurut Smeltzer and Bare
(2002) dalam Fitri (2014), pembedahan atau operasi adalah spesialisasi dalam bidang
kedokteran yang bertujuan untuk mengobati penyakit ataupun luka dengan tindakan operasi
manual dan instrument, dengan melakukan pembedahan pasa suatu bagian tubuh .
Jenis operasi
Berdasarkan Women’s (2009) yang dikutip oleh Sangkot (2010) berikut adalah
beberapa pilihan operasi yang dimiliki oleh pasien:
1. Operasi Elektif, tindakan operasi yang direncanakan yang diberikan kepada pasien
yang dalam keadaan tidak terancam jiwanya
2. Operasi yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan untuk menjamin kualitas
hidup di masa depan. Operasi yang dibutuhkan tidak seperti operasi darurat, tidak
dilakukan secepatnya
3. Operasi darurat atau urgent, tipe operasi ini dilakukan sebagai reaksi terhadap kondisi
medis yang urgent
Waktu Tunggu Pelayanan
Lamanya waktu tunggu pelayanan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:
ketidaksiapan biaya, keluarga pasien tidak ada, fasilitas Rumah Sakit yang belum siap karena
sedang digunakan, bahan atau obat-obatan habis dan lain-lain (Mashuri, 2012).
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
Menurut Ilyas (2011), sampai saat ini belum ada standar yang dapat menjadi rujukan
waktu pelayanan. Sebaiknya diadakan penelitian yang cukup luas dan mencangkup varian
Rumah Sakit yang ada. Jika dibandingkan Rumah Sakit pemerintah, swasta, yayasan maupun
perusahaan terbatas for profit serta puskesmas juga berbeda karakteristik satu dengan yang
lainnya. Semua instansi pelayanan kesehatan tersebut tidak bisa kita sama ratakan karena
adanya perbedaan karakteristik, status, prasarana dan kualitas personel sehingga sulit untuk
dibuat standar tunggal (Faturohman, 2015).
Standar Mutu
Menurut Joint Commission on Accreditation of Health Organization, 1990) yang
dimaksud mutu pelayanan kesehatn adalah dipenuhinya standar profesi yang baik dalam
pelayanan medik dan terwujudnya hasil akhir (outcome) seperti selayaknya diharapkan yang
menyangkut perawatan pasien, diagnosis, prosedur atau tindakan dan pemecahan masalah
klinis.
Setiap pelanggan, baik eksternal maupun internal, memiliki keinginan atau harapan
terhadap jasa yang disediakan oleh Rumah Sakit. Bagi pelanggan eksternal, sebagai pengguna
jasa pelayanan, mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (costumer satisfaction).
Bagi tenaga profesi terdapat persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar
profesi. Dari pihak menajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Dengan
perkataan lain, mutu berarti kesesuaian antara apa yang dijanjikan kepada pelanggan dengan
apa yang diterima oleh pelanggan.
Menurut Hanum, F, dkk, (2006), mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandang.
Dengan memperhatikan berbagai sudut pandang tersebut, beberapa pakar mutu berpendapat
terdapat 16 dimensi, diantaranya adalah :
1. Efficacy, pelayanan yang diberikan menunjukkan manfaat dan hasil yang diinginkan
2. Appropriateness, pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan klinis pasien
dan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan
3. Availability, pelayanan yang dibutuhkan tersedia
4. Accessibility, pelayanan yang dibutuhkan dapat diakses oleh yang membutuhkan
5. Effectiveness, pelayanan yang diberikan dengan cara benar, berdasarkan ilmu
pengetahuan, dan dapat mencapai hasil yang diinginkan
6. Amenities, kenyamanan fasilitas pelayanan
7. Technical competence, tenaga yang memberikan pelayanan mempunyai kompetensi
teknis yang dipersyaratkan
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
8. Affordabiity, pelayanan yang diberikan dapat dijangkau secara financial oleh yang
membutuhkan
9. Acceptability, pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat pengguna
10. Safety, pelayanan yang diberikan aman
11. Efficiency, pelayanan yang diberikan dilakukan dengan efisien.
12. Interpersonal relationship, pelayanan yang diberikan memperhatikan hubungan antar
manusia baik antara pemberi pelayanan dengan pelanggan, maupun antar petugas
pemberi pelayanan.
13. Continuity of care, pelayanan yang diberikan berkelanjutan, terkoordinir dari waktu ke
waktu
14. Respect and caring, pelayanan yang diberikan dilakukan dengan hormat, sopan dan
penuh perhatian.
15. Legitimacy/ accountability, pelayanan yang diberikan dapat dapat
dipertanggungjawakan (secara medik maupun hukum)
16. Timelines, pelayanan diberikan tepat waktu
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan data primer, yaitu dengan menghitung rata-rata waktu
tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi berdasarkan dua aspek yaitu dari tanggal
diputuskannya operasi oleh DPJP hingga realisasi dan berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal RS, dan wawancara kepada 7 (tujuh) orang informan berdasarkan prinsip kecukupan
dan kesesuaian. Data sekunder didapat dari pencatatan dokumen registrasi bagian administrasi
pada Instalasi Bedah Sentral dan dokumen rekam medis pasien. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah total dari pasien yang melakukan operasi elektif orthopedi di Instalasi
Bedah Sentral pada bulan Januari-Februari 2017 yang berasal dari Instalasi Rawat Jalan
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Maret– Mei
2017. Untuk penelitian yang bersifat kualitatif, upaya menjaga validitas data yang dilakukan
dengan metode triangulasi.
1. Triangulasi Sumber dengan membandingkan informasi dengan informasi lain untuk
melakukan validitas terhadap kebenaran data atau suatu kejadian.
2. Triangulasi Metode dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan
ditujukan untuk menguji kualitas data dilihat dari berbagai metode pengambilan data,
yaitu wawancara mendalam dan telaah dokumen.
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis, dari 101 jumlah sampel, yaitu pasien yang dilakukan
operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati periode Januari –
Februari 2017 sebanyak 44 pasien (44%) memiliki jenis kelamin laki-laki. Sedangkan
sebanyak 57 (56%) memiliki jenis kelamin perempuan.
Berdasarkan hasil analisis, dari 101 jumlah sampel, yaitu pasien yang dilakukan
operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati periode Januari –
Februari 2017, pasien paling banyak dari kelas III, yaitu sebanyak 60 orang (59%). Tabel 1 Distribusi Pasien berdasarkan Dokter
Berdasarkan hasil analisis, dari 101 jumlah sampel, yaitu pasien yang dilakukan
operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral RSUP “Fatmawati” periode Januari –
Februari 2017, pasien paling banyak merupakan pasien dokter DM yaitu sebanyak 20 pasien
(20%).
Berdasarkan hasil analisis, dari 101 jumlah sampel, yaitu pasien yang dilakukan
operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati periode Januari –
Februari 2017, pasien paling banyak dengan pembayaran JKN umum berjumlah 70 orang
(69%). Tabel 2 Karakteristik Informan Penelitian
No Jabatan Jenis Kelamin
Pendidikan/ Spesialisasi
Lama Kerja
Kode Informan
1 Direktorat Umum, SDM dan Pendidikan
Perempuan S2 18 Tahun
I1
2 Koordinator Keperawatan Kamar Operasi
Perempuan S1 37 Tahun
I2
Jumlah Operasi oleh Dokter Frekuensi Presentase
Banyaknya operasi dr. A 3 3%
Banyaknya operasi dr. FM 18 18%
Banyaknya operasi dr. DM 20 20%
Banyaknya operasi dr. P 9 9%
Banyaknya operasi dr. J 9 9%
Banyaknya operasi dr. B 3 3%
Banyaknya operasi dr. I 9 9%
Banyaknya operasi dr. D 2 2%
Banyaknya operasi dr. LT 7 7%
Banyaknya operasi dr. F 11 11%
Banyaknya operasi dr. L 10 10%
Total 101 100%
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
3 Kepala Instalasi Rawat Inap GPS
Perempuan S1 35 Tahun
I3
4 Dokter Spesialis Ortopaedi
Laki-laki Spesialis Orthopedi
8 Tahun I4
5 Perawat Poliklinik Ortopaedi
Laki-laki S1 30 Tahun
I5
6 Penyelia Tempat Pendaftaran Pasien
Laki-laki D3 29 Tahun
I6
7 Pekarya Poliklinik Orthopedi
Laki-laki SD 37 Tahun
I7
INPUT
SDM
Sumber Daya Manusia (SDM) dapat kita lihat dari dua aspek, yaitu kuantitas dan
kualitas. Kuantitas Sumber Daya tanpa disertai kualitas yang baik akan menjadi beban.
Kualitas menyangkut mutu Sumber Daya Manusia meliputi kemampuan fisik maupun non-
fisik (kecerdasan dan mental) yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan
keterampilan-keterampilan lain (Notoatmodjo, 2009).
Sumber Daya Manusia di Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati adalah sebagai
berikut. Tabel 3 Jumlah Sumber Daya Manusia IRJ Tahun 2016
Sumber Daya Manusia paling banyak adalah dokter praktik yang berjumlah 163
orang, sementara dokter spesialis orthopedi memiliki jumlah 15 orang. Sumber Daya Manusia
di Instalasi Bedah Sentral paling banyak adalah perawat yang berjumlah 118 orang, kemudian
No Jenis SDM Jumlah 1 Dokter 4 2 Dokter praktik 163 Kulit dan Penyakit Kelamin 7
Orthopedi dan Trauma 15 Jantung dan Pembuluh darah 7 Bedah 23 Anak 18 THT 9 Paru 5 Gigi dan Mulut 13 Kebidanan dan Penyakit Kandungan 16 Penyakit dalam 15 Saraf 7 Rehabilitasi Medik 9 Andrologi 1 Kesehatan Jiwa 5 Mata 9 Gizi Klinik 1 Pain Klinik 1 Akupuntur 2
3 Perawat 74 4 Bidan 3 5 Administrasi 6 6 Penyelia umum 1 7 Verifikator data 10 8 Pekarya 16 9 Refraksionis 5
Total 282
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
tenaga non-perawat 11 orang, kepala ruangan berjumlah 2 orang, dan koordinator sebanyak 1
orang. Berdasarkan wawancara dengan informan mengenai kecukupan jumlah SDM terkait
operasi, sebagian besar informan mengatakan dengan jumlah SDM yang telah ada, sudah
mencukupi.
Tingkat pendidikan memegang peranan penting dalam bekerja. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga makin meningkat pula
kinerjanya. Berdasarkan wawancara, secara kualitas yaitu berdasarkan sertifikasi dan
kualifikasi yang dibutuhkan Rumah Sakit, Sumber Daya Manusia di Instalasi Bedah Sentral
sudah mencukupi. Sumber Daya Manusia yang cukup tinggi dengan kualitas yang tinggi, dan
profesional sesuai dengan fungsi dan tugasnya merupakan salah satu indikator keberhasilan
untuk menciptakan efektif dan efisien bagi Rumah Sakit.
Ketersediaan Dana
Pembiayaan Kesehatan merupakan bagian yang penting dalam implementasi Jaminan
Kesehatan Nasional. RSUP Fatmawati memiliki kunjungan peserta JKN sebanyak 90% dari
total kunjungan. Hal ini menyebabkan perlunya implementasi Jaminan Kesehatan Nasional
yang baik untuk menjamin operasional Rumah Sakit. Pembiayaan kesehatan di fasilitas
kesehatan diperoleh dengan dilakukannya pembayaran oleh penyelenggara asuransi kesehatan
atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta hal ini berdasarkan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia (2016). Tarif INA-CBG merupakan tarif paket yang meliputi
seluruh komponen Sumber Daya Rumah Sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis
maupun non medis (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Berdasarkan wawancara, ketersediaan sumber dana masih belum mencukupi
dikarenakan adanya variasi dari INA CBG itu sendiri sehingga harus diklarifikasikan kembali
agar tidak melebihi dari tarif yang ditetapkan oleh INA CBG. Bagi pasien yang membutuhkan
implan harus mendapat persetujuan dari pihak manajemen. Berdasarkan telaah dokumen
rekam medis, pasien terkait operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral, didanai tidak
hanya melalui BPJS saja namun dapat pula secara tunai maupun asuransi lainnya seperti
Inhealth.
Ketersediaan Obat
Sebagian besar informan mengatakan bahwa ketersedian obat pada saat ini sudah
optimal karena sudah berjalan sesuai dengan formularium Rumah Sakit sehingga tidak terjadi
kekosongan obat. Untuk obat yang dibutuhkan namun tidak ada di dalam formularium seperti
obat khusus dan mahal harus melakukan pengajuan khusus dengan formulir tersendiri dan
membutuhkan persetujuan dari pihak manajemen.
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
Ketersediaan Alat Kesehatan
Ketersediaan alat kesehatan di Instalasi Bedah Sentral sudah optimal, karena pihak
manajemen sudah memfasilitasi dengan baik. Mempertahankan kualitas alat kesehatan, RSUP
Fatmawati melakukan pemeliharaan rutin.
Kebijakan/SOP
Menurut Bedes (2014) dalam Iskandar (2014), Standar Operasional Prosedur (SOP)
merupakan pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi
dan alat penilaian kinerja suatu instansi berdasarkan indikator dengan tatakerja, prosedur kerja
dan sistem kerja pada unit yang bersangkutan.
Berdasarkan wawancara mendalam dan telaah dokumen, SOP sudah sesuai dan
diterapkan dengan baik oleh Rumah Sakit.
Ketersediaan Kamar Perawatan
Pasien yang akan dilakukan operasi elektif di Instalasi Bedah Sentral harus terlebih
dahulu masuk kamar perawatan di rawat inap. Ketersediaan Kamar Rawat Inap di Gedung
Prof Soelarto RSUP Fatmawati berjumlah 148 kamar yang terdiri dari jumlah yang berbeda
setiap lantainya. Lantai 6 untuk kelas VIP berjumlah 12 kamar rawat inap, lantai 5 berjumlah
7 kamar rawat inap, lantai 4 berjumlah 18 kamar rawat inap, lantai 3 berjumlah 45 kamar
rawat inap, lantai 2 berjumlah 41 kamar rawat inap, dan lantai 1 berjumlah 25 kamar rawat
inap. Beberapa kendala masih dijumpai dan menyebabkan pembatalan operasi adalah
ketersediaan tempat tidur (Krisnawan, 2015). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, berdasarkan wawancara mendalam dengan informan, jumlah kamar yang
tersedia di Gedung Prof. Soelarto pada saat ini dirasa masih kurang dalam menampung
jumlah pasien di RSUP Fatmawati.
Ketersediaan Operasi dan Fasilitas
Berikut ini adalah jumlah dari kamar operasi yang berada di Instalasi Bedah Sentral
RSUP Fatmawati Tabel 4 Klasifikasi Kamar Operasi Elektif Instalasi Bedah Sentral Tahun 2016
No Kamar Operasi Jumlah
1 Bedah Othopedi 4
2 Bedah Saraf 1
3 Laparoskopi Bedah 1
4 Bedah Plastik dan Vaskuler 1
5 Bedah Digestif 1
6 Bedah Kebidanan 2
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
7 Laparoskpi Kebidanan 1
8 Bedah Anak dan Bedah Thorax 1
9 Bedah Umum 1
10 THT 1
11 Bedah Urologi 1
12 Bedah Onlokogi 1
13 Mata 1
Total 17
Menurut Buku kumpulan Materi Pelatihan Manajemen kamar bedah (2010), jumlah
kamar bedah tergantung dari beberapa hal, diantaranya adalah jumlah dan lama waktu operasi
yang dilakukan, jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi dan fasilitas
penunjang, pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera, jumlah kebutuhan
waktu pemakaian baik jam per hari dan per minggu, serta sistem prosedur yang ditetapkan
untuk arus pasien, petugas dan penyediaan peralatan.
Berdasarkan wawancara, kamar operasi elektif untuk orthopedi telah mengalami
penambahan menjadi 5 kamar operasi. Kamar operasi telah dibagi berdasarkan subspesialis
dan rata-rata penggunaan Kamar Operasi perharinya adalah dalam rentang 35-40 per hari.
PROSES
Gambar 1 Alur Proses Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi
Diputuskan Operasi
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat diketahui bahwa yang bertanggung
jawab dalam memutuskan pasien operasi elektif orthopedi adalah dokter spesialis orthopedi.
Dokter spesialis memberikan keputusan untuk pasien dilakukan operasi adalah ketika pasien
berada di poliklinik orthopedi. Memutuskan pasien untuk operasi elektif memiliki indikasi
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
tertentu yang secara ilmu orthopedi pasien tersebut memang harus dilakukan pembedahan
secara terjadwal. Setelah pasien setuju untuk dilakukan operasi maka pasien harus melengkapi
persiapan medis, penunjang dan persetujuan alat.
Persiapan Medis dan Alat
Berdasarkan telaah dokumen dan wawancara mendalam, persiapan medis dan alat
merupakan tahapan yang paling lama dilakukan oleh pasien dikarenakan berkaitan dengan
berbagai toleransi operasi dan persetujuan alat yang dibutuhkan. Kemampuan poliklinik
memeriksa pasien dalam sehari dapat mempengaruhi lamanya pasien tersebut melakukan
persiapan medis. Ditambah lagi beberapa poli dan pemeriksaan penunjang yang
menggunakan penjadwalan terlebih dulu sebelum dilakukan tindakan. Kemudian alat atau
implan yang digunakan untuk operasi perlu mendapatkan persetujuan Direktur Medik dan
Keperawatan. Berikut ini adalah waktu yang digunakan untuk pasien melakukan persiapan
medis Tabel 5 Waktu Persiapan Medis dan Alat Pasien
Dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari waktu yang dibutuhkan pasien untuk
melakukan persiapan medis adalah 25,45 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan oleh pasien
untuk melakukan persiapan medis adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 188 hari.
Berdasarkan wawancara dengan informan, persiapan medis memiliki waktu tunggu pelayanan
yang lama dikarenakan Rumah Sakit dibayarkan per-episode hanya Rp 368.000, sementara
jumlah kunjungan pasien BPJS yang banyak membuat Rumah Sakit memikirkan berbagai
cara seperti memberlakukan sistem penjadwalan di beberapa poliklinik sebelum pasien
mendapat pelayananan, sehingga hal ini yang membuat persiapan medis memiliki waktu
tunggu pelayanan yang lama. Berdasarkan wawancara dengan informan, upaya yang akan
Kategori Frekuensi Persentase ≤2 hari 18 18% 3-7 hari 18 18% 8-14 hari 13 13% 15 hari-1 bulan 23 23% >1 bulan - 2 bulan 20 20% >2 bulan - 3 bulan 5 5% >3 bulan - ≥4 bulan 4 4% Jumlah 101 100% Rata-rata 25,45 Min 0 Max 188
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
dilakukan oleh Rumah Sakit dalam mengurangi waktu tunggu pelayanan terkait persetujuan
alat adalah akan dibuatkannya formularium alat.
Penjadwalan Rencana Operasi
Berdasarkan wawancara mendalam, dapat diketahui bahwa yang menetapkan
penjadwalan rencana operasi untuk pasien adalah dokter spesialis orthopedi. Penetapan
rencana operasi ini dilakukan ketika pasien berada di poliklinik, dokter spesialis orthopedi
akan menentukan kapan pasien akan dilakukan tindakan operasi. Koordinasi SDM terkait
penjadwalan operasi pasien yaitu dari polikilinik, perawat akan memasukan nama pasien ke
dalam daftar tunggu pasien operasi elektif, kemudian pasien harus melengkapi konsul-konsul
yang diarahkan oleh DPJP, menunggu acc alat, jika hal itu sudah diselesaikan, pasien baru
dapat ditetapkan tanggal untuk rencana operasinya.
Pasien elektif akan dijadwalkan sesuai urutan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Legowo, sistem antrian (disiplin antrian) yang dianut oleh RS sekarang ini menurut Thomas J
Kakiay dan Zecheng (2012) dalam Legowo (2014) adalah First in first out (FIFO) dimana
pelanggan atau pasien yang pertama datang adalah yang dilayani terlebih dahulu. Urutan
panggilan FIFO dapat mempersingkat waktu tunggu pelayanan pasien.
Jika terjadi perubahan penjadwalan dikarenakan DPJP yang berhalangan akan
ditanyakan kepada pasien dan keluarga, diberikan alternatif dokter spesialis orthopedi lain.
Jika pasien dan keluarga setuju maka operasi tetap dilakukan, namun jika pasien tetap
menginginkan untuk di operasi dengan DPJP maka dilakukan pengaturan jadwal ulang.
Berikut ini adalah waktu yang digunakan untuk penjadwalan rencana pasien operasi elektif
orthopedi di poliklinik.
Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari waktu yang dibutuhkan
untuk penjadwalan rencana operasi di poliklinik adalah 6,47 hari. Waktu tersingkat yang
dibutuhkan untuk penjadwalan rencana operasi adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 36
hari.
Untuk kasus yang penjadwalan rencana operasi dengan 36 hari dapat dikarenakan
lamanya pasien untuk kembali ke poliklinik. Kurangnya dukungan dari keluarga pasien dan
tingkat kecemasan yang dimiliki oleh pasien itu sendiri dapat menyebabkan pasien enggan
untuk segera kembali ke poli. Hal ini sesuai dengan Teori Kaplan dan Saddock, 1994 dalam
Kuraesin (2009) mengatakan bahwa dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme
hubungan interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stress yang buruk, dan
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
penelitian yang dilakukan oleh Priyadi bahwa ada hubungan yang bermakna antara Support
System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien pre operasi.
Persiapan Administrasi
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan, persiapan administrasi yang
diperlukan pasien untuk operasi elektif orthopedi adalah Surat masuk Rumah Sakit, Identitas
pasien, surat rujukan, konsul pre-operatif, dan jadwal operasi dari poliklinik. Tabel 6 Waktu Persiapan Administrasi
Berdasarkan data tabel, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk persiapan operasi di poliklinik adalah 1,28 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan
untuk persiapan administrasi adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 17 hari.
Kasus persiapan administrasi pasien yang membutuhkan waktu 17 hari dikarenakan
persetujuan pasien dan keluarga pasien, serta masalah terkait BPJS. Berdasarkan penelitian
Virgin (2000) dalam Mashuri (2012), persetujuan operasi sangat berpengaruh terhadap
lamanya waktu antara penetapan operasi sampai jadwal operasi di IBS.
Berdasarkan wawancara mendalam, hambatan yang terjadi berkaitan dengan persiapan
administrasi pasien operasi elektif orthopedi adalah masih terdapat pasien yang bermasalah
BPJS dikarenakan pasien tersebut terlambat membayar iuran sehingga harus membutuhkan
waktu untuk kepengurusannya kembali.
Pendaftaran Rawat Inap
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan, pasien dapat didaftarkan kamar
rawat inap apabila persiapan administrasi dan persiapan konsul di poliklinik telah lengkap.
Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
pendaftaran kamar rawat inap adalah 0 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk
pendaftaran kamar rawat inap adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 0 hari. Tidak ada
masalah terkait pendaftaran rawat inap.
Kategori Frekuensi Persentase ≤2 hari 88 87% 3-7 hari 9 9% 8-14 hari 2 2% 15 hari-1 bulan 2 2% >1 bulan - 2 bulan 0 0% >2 bulan - 3 bulan 0 0% >3 bulan - ≥4 bulan 0 0% Jumlah 101 100% Rata-rata 1,28 Min 0 Max 17
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
Penjadwalan Kamar Operasi
Berdasarkan data analisis, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk penjadwalan kamar operasi adalah 0,13 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk
penjadwalan kamar operasi adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 2 hari.
Masuk ranap
Berdasarkan data analisis, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk pasien masuk rawat inap adalah 0,08 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk
pasien masuk kamar rawat inap adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 2 hari.
Realisasi operasi
Waktu yang diperlukan untuk realisasi operasi dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 7 Waktu Realisasi Operasi
Berdasarkan data tabel, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk realisasi operasi adalah 1,95 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk realisasi
operasi adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 26 hari.
Berdasarkan telaah dokumen, pasien berada selama 26 hari di ruang rawat inap
sebelum realisasi operasi dapat dikarenakan ada operasi sebelumnya sehingga pasien
melakukan perawatan di kamar rawat inap kemudian dilanjutkan untuk operasi selanjutnya
dengan hari dan tanggal yang berbeda.
Menurut penelitian Kuraesin (2009), sebanyak 33 responden (68,8%) pasien
mengalami kecemasan ringan pre operasi dalam menghadapi operasi mayor elektif di ruang
rawat bedah RSUP Fatmawati tahun 2009. Tanda-tanda yang sering muncul pada responden
diantaranya sering bangun pada malam hari, denyut nadi meningkat, gemetar, merasa takut
terhadap ruang operasi, peralatan, dan takut operasi yang dilakukannya gagal. Kondisi pasien
yang menurun membutuhkan waktu untuk menstabilkan kembali lalu melakukan pemeriksaan
Kategori Frekuensi Persentase ≤2 hari 91 90% 3-7 hari 5 5% 8-14 hari 2 2% 15 hari-1 bulan 3 3% >1 bulan - 2 bulan 0 0% >2 bulan - 3 bulan 0 0% >3 bulan - ≥4 bulan 0 0% Jumlah 101 100% Rata-rata 1,95 Min 0 Max 26
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
penunjang untuk memastikan kondisi pasien siap operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian
Sangkot (2010), beberapa faktor yang menyebabkan perubahan jadwal operasi elektif adalah
kondisi klinis pasien dan kebutuhan pemeriksaan penunjang lain.
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan, faktor yang dapat menyebabkan
ketidaksesuaian antara rencana operasi dengan realisasi operasi elektif orthopedi lainnya
dikarenakan operasi pasien yang tidak sesuai dengan yang telah diperkirakan sebelumnya.
Terdapat pemanjangan waktu operasi dalam pelaksanaan operasi, sehingga pasien selanjutnya
harus mengalami penundaan operasi di hari berikutnya atau di hari saat DPJP masuk kembali
ke kamar operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sulistyowati, pada beberapa operasi,
memanjangnya waktu operasi di luar kendali operator maupun anestesi. Hal ini yang
menyebabkan operator membatalkan operasi walaupun tidak ada alasan medis (Sulistyowati,
2013).
Selain itu, operator yang berhalangan karena sakit, atau ada kegiatan ilmiah sehingga
menunda operasi dan membuat pasien berada lebih lama di rawat inap. Kemudian faktor
lainnya adalah penolakan pasien untuk operasi ketika sudah di rawat inap dan memutuskan
untuk pulang atas permintaan sendiri. Menurut penelitian Sulistyowati, diketahui bahwa
masih terdapat keraguan dari keluarga apakah setuju dilakukan operasi atau tidak, yakni
adanya pengaruh informasi lingkungan yang berlawanan dengan informasi yang diberikan
oleh dokter atau petugas.
OUTPUT
Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi
Menurut Hartinah (2008) dalam Yamani (2013), waktu tunggu pelayanan merupakan
waktu yang dikorbankan oleh pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Kesan pertama
konsumen pada kualitas suatu organisasi akan dipengaruhi oleh waktu tunggu pelayanan.
Cukup banyak konsumen yang berpaling mencari layanan dari perusahaan lain, bukan karena
produknya tidak bagus tapi karena lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menunggu
Terkadang penyedia layanan kesehatan menganggp remeh waktu tunggu pelayanan.
Pasien yang menunggu dianggap sudah wajar sebelum memperoleh layanan. Dibalik kondisi
pasien yang sedang sakit, tersimpan potensi bahaya yang dapat timbul pada saat pasien
menunggu diobati. Dapat berakibat kematian atau jatuh ke kondisi yang lebih berat. Semakin
lama pasien menunggu, semakin besar juga kesempatan penyakit yang diderita akan
memburuk (Gullo dalam The Associater Press, 2006).
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar waktu tunggu
pelayanan operasi elektif adalah ≤ 2 hari. Waktu tunggu pelayanan operasi elektif adalah
tenggang waktu penjadwalan kamar operasi sampai dengan operasi mulai dilaksanakan.
Kebijakan RSUP Fatmawati, waktu tunggu pelayanan dihitung ketika pasien sudah lengkap
persiapan operasi dan persetujuan alat kemudian dijadwalkan operasi oleh DPJP sampai
realisasi operasi dengan standar waktu tunggu pelayanan operasi elektif adalah ≤ 2 hari.
Peneliti menghitung pula waktu tunggu pelayanan berdasarkan tanggal pasien
diputuskan operasi oleh DPJP di poliklinik sebelum persiapan medis dan persetujuan alat
sampai dengan realisasi operasi di kamar operasi untuk peningkatan mutu Rumah Sakit.
Berdasarkan penelitian, rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan
pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral dihitung mulai tanggal
diputuskannya operasi oleh DPJP sampai realisasi operasi adalah 35,35 hari. Waktu tersingkat
yang dibutuhkan adalah 1 hari dan waktu terlama adalah 195. Sementara, rata-rata waktu
tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi
Bedah Sentral berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dihitung dari tanggal
penjadwalan operasi di Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi operasi adalah 2,16 hari.
Waktu tersingkat yang dibutuhkan adalah 1 hari dan waktu terlama adalah 26 hari. Masalah
yang menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi, sebagai
berikut:
1. Ketersediaan dana
2. Persiapan medis dan alat
3. Ketersediaan kamar perawatan
4. Penundaan pelaksanaan operasi oleh operator
5. Kondisi fisik pasien yang menurun pada hari operasi
Berdasarkan telaah dokumen dan perhitungan waktu tunggu pelayanan berdasarkan
jenis kelas perawatan dalam mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi
Bedah Sentral dihitung mulai dari tanggal diputuskannya operasi oleh DPJP sampai realisasi
operasi adalah kelas II memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 46 hari, kelas
III memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan 35,3 hari, kelas I memiliki rata-rata 21 hari,
dan kelas VIP memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan 6 hari. Sementara, rata-rata waktu
tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi
Bedah Sentral berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dihitung dari tanggal
penjadwalan operasi di Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi operasi adalah kelas I
memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 3 hari, kelas III memiliki rata-rata
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
waktu tunggu pelayanan 2,3 hari, kelas VIP dengan rata-rata 2 hari dan kelas II memiliki rata-
rata waktu tunggu pelayanan 1,4 hari.
Rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan operasi
elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral berdasarkan cara bayar dihitung mulai dari tanggal
diputuskannya operasi oleh DPJP sampai realisasi operasi adalah cara bayar menggunakan
Inhealth memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 58 hari, menggunakan JKN
KJS memiliki rata-rata 49 hari, dengan JKN KIS memiliki rata-rata 45,2 hari, menggunakan
JKN umum 37 hari, Jamsos 24 hari, JKN Askes 23 hari dan waktu tunggu pelayanan
menggunakan tunai 4 hari. Sementara, rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam
mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dihitung dari tanggal penjadwalan operasi di
Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi operasi cara bayar menggunakana Jamsos memiliki
rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 18 hari, dengan JKN KIS 6 hari,
menggunakan Tunai 4 hari, dengan cara bayar JKN Umum 1,7 hari, menggunakan JKN
Askes yaitu 1,4 hari, dan menggunakan Inhealth serta JKN KJS memiliki rata-rata waktu
tunggu pelayanan 1 hari. Berdasarkan wawancara, informan mengatakan bahwa tidak ada
perbedaan waktu tunggu pelayanan antara pasien dengan jenis pembayarannya.
Dokter memiliki peranan yang paling penting dalam mempengaruhi waktu tunggu
pelayanan pasien. Karena dokter merupakan tenaga inti dalam pelayanan pengobatan pasien
(Propper, 2000) dalam (Yamani, 2013). Rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam
mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral berdasarkan
dokter dihitung mulai dari tanggal diputuskannya operasi oleh DPJP sampai realisasi operasi
adalah dokter P memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 44 hari, kemudian
dokter J yaitu 41 hari, dokter DM yaitu 40 hari, dokter A yaitu 39 hari, dokter FM yaitu 38
hari, kemudian dokter L yaitu 36 hari, dokter I yaitu 34 hari, dokter LT yatu 31 hari, dokter F
yaitu 24 hari, dokter D dengan rata-rata 20 hari, dan dokter B dengan rata-rata 15 hari.
Sementara, rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan operasi
elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit dihitung dari tanggal penjadwalan operasi di Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi
operasi, dokter D memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 10 hari, dokter
DM, J dan B memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan 3 hari, dokter FM dengan 2,3 hari,
dokter LT dengan rata-rata waktu tunggu pelayanan 2 hari, dokter L dengan 1,4 hari,
kemudian dokter P dengan 1,2 hari, dokter F dengan 1,1 hari, dan dokter A dan dokter I
memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan 1 hari. Waktu tunggu pelayanan operasi yang
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
lama dapat mempengauhi kondisi pasien, dan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas (Brunicardi, 2007 dan Prawirohardjo, 2008) dalam dalam (Mashuri,
2012).
KESIMPULAN
a. Waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi pasien rawat jalan di Instalasi
Bedah Sentral RSUP Fatmawati adalah 35,35 hari dihitung dari tanggal diputuskannya
operasi hingga realisasi operasi pasien. Sementara, waktu tunggu pelayanan pasien
rawat jalan dalam mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah
Sentral berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dihitung dari tanggal
penjadwalan operasi di Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi operasi adalah 2,16
hari. Hal ini belum sesuai dengan SPM RS yang memiliki standar ≤ 2 hari.
b. Faktor yang Mempengaruhi Waktu tunggu pelayanan Operasi Elektif Orthopedi di
RSUP Fatmawati
1. Ketersediaan Dana masih mengalami hambatan, khususnya dalam membiayai
alat untuk operasi elektif orthopedi sehingga kepengurusan dan prosedurnya
lebih panjang karena memerlukan persetujuan dari Direktorat Medik dan
Keperawatan. Rumah Sakit perlu melakukan perhitungan agar plavon BPJS
dengan implan sesuai dan tidak berbeda jauh dari tarif Rumah Sakit.
2. Ketersediaan Kamar Rawat Inap yang ada untuk pasien operasi elektif
orthopedi masih belum mencukupi
3. Persiapan Medis dan Alat merupakan tahapan yang paling lama dilakukan oleh
pasien dikarenakan berkaitan dengan toleransi operasi, persetujuan alat yang
digunakan, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Kemampuan poliklinik dan
penunjang dalam memeriksa pasien dalam sehari juga dapat mempengaruhi
lamanya persiapan medis.
4. Persiapan administrasi yang diperlukan oleh pasien untuk operasi elektif
orthopedi adalah surat Rumah Sakit, identitas pasien, surat rujukan, konsul
preopreatif, persetujuan alat, jadwal operasi dan persetujuan operasi. Pasien
masih sering terkendala oleh persetujuan operasi dikarenakan baik pasien
maupun keluarga pasien masih belum siap untuk pelaksanaan operasi.
5. Ketidaksesuaian rencana operasi dengan realisasi operasi adalah kondisi fisik
pasien yang menurun, terdapat penolakan tindakan operasi, pemanjangan
waktu operasi yang tidak dapat diprediksi oleh operator maupun dokter
anestesi, sehingga pasien selanjutnya harus ditunda pelaksanaan operasinya
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
oleh operator, kemudian dokter berhalangan dikarenakan sakit ataupun ada
kegiatan ilmiah.
SARAN
Bagi RSUP Fatmawati
1. Prosedur terkait alat atau implan dapat dipermudah dengan pelaksanaan formularium
alat yang telah direncanakan
2. Memaksimalkan pemanfaatan Gedung Anggrek sebagai rawat inap bagi pasien yang
akan dilaksanakan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral
Bagi Instalasi Rawat Jalan
1. Melakukan edukasi yang lebih intensif kepada pasien untuk menimbulkan kesadaran
pasien maupun keluarga pasien untuk melakukan operasi
2. Memeriksa kembali kepengurusan BPJS yang dimiliki pasien agar tidak menghambat
proses administrasi pasien operasi elektif orthopedi
Bagi Instalasi Bedah Sentral
1. Melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala terhadap ketepatan pelaksanaan
operasi
2. Melakukan koordinasi kepada SMF terkait dokter yang berhalangan melakukan
operasi dikarenakan sakit atau sedang melakukan kegiatan ilmiah untuk menggantikan
dokter tersebut dengan dokter spesialis lainnya dengan memberikan informed consent
kepada pasien.
Bagi Instalasi Rawat Inap Gedung Prof Soelarto
1. Pemberian edukasi kembali kepada pasien supaya tidak terjadi penolakan tindakan
operasi
Bagi SDM Medis Operasi
Meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan terhadap tanggung jawab dan waktu kerja
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dilakukan dengan cara observasi
partisipatif dengan mengikuti pasien dari awal diputuskan operasi sampai realisasi operasi.
Daftar Referensi
Bustami. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017
Fitri, A. N. (2014). Analisis Waktu Tunggu Operasi Elektif Pasien Rawat Inap di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2014. Depok: FKM UI.
Health Quality Ontario. (2012). Quality Improvement Guide. Toronto: Queen’s Printer for Ontario.
Iskandar, R. R. (2014). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Ibu dan Anak Aulia Tahun 2014. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Krisnawan. (2015). BPJS Kesehatan: Apa Yang Kau Minta & Berikan. Diambil kembali dari BPJS Kesehatan: Apa Yang Kau Minta & Berikan: http://www.lpp.ac.id/2015/08/bpjs-kesehatan-apa-yang-kau-minta-berikan/
Kuraesin, N. D. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien yang akan menghadapi Operasi di RSUP Fatmawati Tahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syrif Hidyatullah Jakarta.
Legowo, A. A. (2014). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Pasien Umum Rawat Jalan di RS dr. H. Marzoeku Mahdi Bogor Tahun 2013. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Mashuri, A. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tunggu Persiapan Operasi Cito di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Karya Medika I Kabupaten Bekasi Tahun 2011. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Melfita, K. (2012). Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2012. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Septiani, T. (2015). Analisis Kesesuaian Lamanya Operasi Elektif Orthopaedi dan Analisisi
Pelayanan ORIF dengan LEAN di RSUO Fatmawati Tahun 2015. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Septiani, T. (2015). Analisis Kesesuaian Lamanya Operasi Elektif Orthopedi dan Analisis Pelayanan Orif Dengan Lean di RSUP Fatmawati Tahun 2015. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Sulistyowati, E. S. (2013). Analisis pembatalan operasi elektif di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang tahun 2013. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Yamani, C. (2013). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan di Klinik dr. Katili Bogor Tahun 2012. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017