analisis waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi

20
Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2017 Aisy Mutiara Rachmawati, Atik Nurwahyuni Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia E-mail : [email protected] ; [email protected] ABSTRAK Analisis waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya untuk pasien dengan operasi elektif orthopedi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu pelayanan operasi elektif pasien orthopedi yang berasal dari poliklinik untuk mengetahui penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan dilihat dari input, proses dan output. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan waktu, telaah dokumen dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata waktu tunggu pelayanan operasi elektif dari poliklinik adalah 35,35 hari. Lamanya waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi dipengaruhi oleh ketersediaan dana, ketersediaan kamar rawat inap, persiapan medis dan alat, persiapan administrasi, ketidaksesuaian rencana operasi dengan realisasi operasi. Kata kunci: Waktu Tunggu, operasi elektif, Bedah Orthopedi The Analysis of Waiting Time for Orthopedic Elective Surgery Service at Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati 2017 ABSTRACT The purpose of analysis of waiting time for orthopedic elective surgery is to improve hospital’s quality in service especially for orthopedic elective surgery patients. This study is done to measure the average waiting time for orthopedic elective surgery of outpatient unit and to know the factors influencing the waiting time, measures from the input, process and output. This study is a quantitative and qualitative research. Data collecting is done by time writing, document analysis and indepth interview. The result states that the average waiting time from outpatient unit is 35,35 days. Waiting time for elective surgery is influenced by these factors: availability of funds, availability of Inpatient Room, medical preparation and tools, administration preparation, non-conformity of planned operation with the realization. Key Words: waiting time, elective surgery, orthopedic surgery PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan di bidang kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 bahwa Rumah Sakit memberikan pelayanan pada tiga bidang utama yang meliputi rawat jalan, rawat inap, dan pelayanan kegawat daruratan. Tujuan Rumah Sakit adalah untuk mempermudah akses masyarakat guna mendapatkan pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2017

Aisy Mutiara Rachmawati, Atik Nurwahyuni

Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia E-mail : [email protected] ; [email protected]

ABSTRAK

Analisis waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya untuk pasien dengan operasi elektif orthopedi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu pelayanan operasi elektif pasien orthopedi yang berasal dari poliklinik untuk mengetahui penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan dilihat dari input, proses dan output. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan waktu, telaah dokumen dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata waktu tunggu pelayanan operasi elektif dari poliklinik adalah 35,35 hari. Lamanya waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi dipengaruhi oleh ketersediaan dana, ketersediaan kamar rawat inap, persiapan medis dan alat, persiapan administrasi, ketidaksesuaian rencana operasi dengan realisasi operasi. Kata kunci: Waktu Tunggu, operasi elektif, Bedah Orthopedi

The Analysis of Waiting Time for Orthopedic Elective Surgery Service at Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati 2017

ABSTRACT

The purpose of analysis of waiting time for orthopedic elective surgery is to improve hospital’s quality in service especially for orthopedic elective surgery patients. This study is done to measure the average waiting time for orthopedic elective surgery of outpatient unit and to know the factors influencing the waiting time, measures from the input, process and output. This study is a quantitative and qualitative research. Data collecting is done by time writing, document analysis and indepth interview. The result states that the average waiting time from outpatient unit is 35,35 days. Waiting time for elective surgery is influenced by these factors: availability of funds, availability of Inpatient Room, medical preparation and tools, administration preparation, non-conformity of planned operation with the realization.

Key Words: waiting time, elective surgery, orthopedic surgery

PENDAHULUAN

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan di bidang kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Hal ini sesuai dengan

Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 bahwa Rumah Sakit memberikan pelayanan pada tiga

bidang utama yang meliputi rawat jalan, rawat inap, dan pelayanan kegawat daruratan. Tujuan

Rumah Sakit adalah untuk mempermudah akses masyarakat guna mendapatkan pelayanan

kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 2: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Rumah Sakit, Sumber Daya Manusia Rumah Sakit, dan Rumah Sakit serta mempertahankan

standar pelayanan dan meningkatkan mutu Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Pasien menerima pelayanan di Rumah Sakit dan menginginkan mutu pelayanan yang

baik. Mutu atau kualitas kini semakin menjadi perhatian baik bagi masyarakat maupun

pemerintah. Sadar akan pentingnya peningkatan pelayanan kesehatan secara terus-menerus,

Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan Rumah

Sakit, perlu melakukan usaha untuk menjaga dan meningkatkan mutu itu sendiri yaitu melalui

proses penyelesaian masalah dimana Rumah Sakit merupakan pelayanan publik yang

memiliki masalah kompleks. Selain tuntutan dari masyarakat, pelayanan yang baik akan

memperoleh efisiensi kerja, Sumber Daya, serta akan menurunkan kesalahan-kesalahan dalam

pelaksanaan pelayanan. Menurut Bustami (2011), mutu adalah perpaduan antara sifat-sifat

dan karakteristik produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau pasien.

Bila mutu rendah maka dapat dikatakan itu adalah hasil dari ketidaksesuian dengan spesifikasi

yang telah ditetapkan. Salah satu indikator dari mutu itu sendiri selain efisien namun juga

efektif. Pelayanan kesehatan disebut efektif apabila waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan

yang ada. Sementara, pelayanan dikatakan efisien apabila memiliki proses pelayanan yang

tepat sehingga pasien mudah dalam menjalani setiap proses pelayanan tersebut (Health

Quality Ontario, 2012).

Kamar bedah atau operasi merupakan bagian dari pelayanan penunjang medik yang

merupakan pelayanan penting yang harus ada di Rumah Sakit. Operasi merupakan proses

untuk memperbaiki atau memelihara kesehatan, memberikan harapan untuk masyarakat di

segala usia dengan kondisi yang bisa diatasi dengan operasi. Operasi memerlukan manajemen

yang terpadu untuk menggerakan sumber manusia, keuangan, alat-alat kesehatan yang

menunjang, kamar operasi serta mengerjakan berdasarkan prosedur yang berlaku.

RSUP Fatmawati merupakan salah satu penyedia layanan kesehatan yang bekerja

sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang menyediakan layanan sub

spesialis yang menampung hingga 714 bed di Rawat Inap. Pelayanan operasi merupakan

salah satu pelayanan yang ditawarkan oleh unit Bedah Sentral di RSUP Fatmawati.

Peningkatan jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) juga dapat dilihat pada

tingginya masyarakat yang menggunakan pelayanan operasi di RSUP Fatmawati. Permintaan

akan pelayanan operasi dalam satu bulan dapat mencapai 585- 689 operasi elektif pada Tahun

2015. Dalam satu hari, RSUP Fatmawati dapat melayanai 28 – 32 pasien operasi elektif.

Sementara pada Tahun 2017, RSUP Fatmawati dapat melayani 35-40 operasi elektif setiap

harinya.

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 3: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Tingginya permintaan untuk pelayanan operasi mengakibatkan tingginya sistem

antrean pasien (sistem penjadwalan) yang berdampak pada memanjangnya waktu tunggu

pelayanan operasi. Penjadwalan kamar operasi ditentukan dengan perkiraan sejumlah operasi

yang akan dilakukan satu hari di satu ruang operasi elektif. Penentuan jadwal disesuaikan pula

dengan kapasitas alat dan kekhususan ruangan operasi elektif.

Pelayanan orthopedi merupakan pelayanan unggulan di RSUP Fatmawati, hal tersebut

membuat sistem antrean pada bedah orthopedi yang memanjang hingga tahun 2019,

sementara pasien menginginkan pelayanan yang cepat dan baik. Maka dari itu penulis tertarik

untuk mengetahui lebih lanjut terkait waktu tunggu pelayanan operasi elektifi orthopedi di

RSUP Fatmawati dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah agar proses

penjadwalan dan pelayanan operasi di RSUP Fatmawati menjadi efektif dan efisien.

TINJAUAN TEORITIS

Operasi

Menurut Septiani (2015), Operasi merupakan cabang kedokteran yang terdiri dari

perawatan pasien pra operasi meliputi kegiatan seperti persiapan pra operasi, judgement dan

manajemen intraoperatif, dan perawatan pasien pasca operasi. Menurut Smeltzer and Bare

(2002) dalam Fitri (2014), pembedahan atau operasi adalah spesialisasi dalam bidang

kedokteran yang bertujuan untuk mengobati penyakit ataupun luka dengan tindakan operasi

manual dan instrument, dengan melakukan pembedahan pasa suatu bagian tubuh .

Jenis operasi

Berdasarkan Women’s (2009) yang dikutip oleh Sangkot (2010) berikut adalah

beberapa pilihan operasi yang dimiliki oleh pasien:

1. Operasi Elektif, tindakan operasi yang direncanakan yang diberikan kepada pasien

yang dalam keadaan tidak terancam jiwanya

2. Operasi yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan untuk menjamin kualitas

hidup di masa depan. Operasi yang dibutuhkan tidak seperti operasi darurat, tidak

dilakukan secepatnya

3. Operasi darurat atau urgent, tipe operasi ini dilakukan sebagai reaksi terhadap kondisi

medis yang urgent

Waktu Tunggu Pelayanan

Lamanya waktu tunggu pelayanan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:

ketidaksiapan biaya, keluarga pasien tidak ada, fasilitas Rumah Sakit yang belum siap karena

sedang digunakan, bahan atau obat-obatan habis dan lain-lain (Mashuri, 2012).

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 4: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Menurut Ilyas (2011), sampai saat ini belum ada standar yang dapat menjadi rujukan

waktu pelayanan. Sebaiknya diadakan penelitian yang cukup luas dan mencangkup varian

Rumah Sakit yang ada. Jika dibandingkan Rumah Sakit pemerintah, swasta, yayasan maupun

perusahaan terbatas for profit serta puskesmas juga berbeda karakteristik satu dengan yang

lainnya. Semua instansi pelayanan kesehatan tersebut tidak bisa kita sama ratakan karena

adanya perbedaan karakteristik, status, prasarana dan kualitas personel sehingga sulit untuk

dibuat standar tunggal (Faturohman, 2015).

Standar Mutu

Menurut Joint Commission on Accreditation of Health Organization, 1990) yang

dimaksud mutu pelayanan kesehatn adalah dipenuhinya standar profesi yang baik dalam

pelayanan medik dan terwujudnya hasil akhir (outcome) seperti selayaknya diharapkan yang

menyangkut perawatan pasien, diagnosis, prosedur atau tindakan dan pemecahan masalah

klinis.

Setiap pelanggan, baik eksternal maupun internal, memiliki keinginan atau harapan

terhadap jasa yang disediakan oleh Rumah Sakit. Bagi pelanggan eksternal, sebagai pengguna

jasa pelayanan, mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (costumer satisfaction).

Bagi tenaga profesi terdapat persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar

profesi. Dari pihak menajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Dengan

perkataan lain, mutu berarti kesesuaian antara apa yang dijanjikan kepada pelanggan dengan

apa yang diterima oleh pelanggan.

Menurut Hanum, F, dkk, (2006), mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandang.

Dengan memperhatikan berbagai sudut pandang tersebut, beberapa pakar mutu berpendapat

terdapat 16 dimensi, diantaranya adalah :

1. Efficacy, pelayanan yang diberikan menunjukkan manfaat dan hasil yang diinginkan

2. Appropriateness, pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan klinis pasien

dan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan

3. Availability, pelayanan yang dibutuhkan tersedia

4. Accessibility, pelayanan yang dibutuhkan dapat diakses oleh yang membutuhkan

5. Effectiveness, pelayanan yang diberikan dengan cara benar, berdasarkan ilmu

pengetahuan, dan dapat mencapai hasil yang diinginkan

6. Amenities, kenyamanan fasilitas pelayanan

7. Technical competence, tenaga yang memberikan pelayanan mempunyai kompetensi

teknis yang dipersyaratkan

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 5: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

8. Affordabiity, pelayanan yang diberikan dapat dijangkau secara financial oleh yang

membutuhkan

9. Acceptability, pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat pengguna

10. Safety, pelayanan yang diberikan aman

11. Efficiency, pelayanan yang diberikan dilakukan dengan efisien.

12. Interpersonal relationship, pelayanan yang diberikan memperhatikan hubungan antar

manusia baik antara pemberi pelayanan dengan pelanggan, maupun antar petugas

pemberi pelayanan.

13. Continuity of care, pelayanan yang diberikan berkelanjutan, terkoordinir dari waktu ke

waktu

14. Respect and caring, pelayanan yang diberikan dilakukan dengan hormat, sopan dan

penuh perhatian.

15. Legitimacy/ accountability, pelayanan yang diberikan dapat dapat

dipertanggungjawakan (secara medik maupun hukum)

16. Timelines, pelayanan diberikan tepat waktu

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan data primer, yaitu dengan menghitung rata-rata waktu

tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi berdasarkan dua aspek yaitu dari tanggal

diputuskannya operasi oleh DPJP hingga realisasi dan berdasarkan Standar Pelayanan

Minimal RS, dan wawancara kepada 7 (tujuh) orang informan berdasarkan prinsip kecukupan

dan kesesuaian. Data sekunder didapat dari pencatatan dokumen registrasi bagian administrasi

pada Instalasi Bedah Sentral dan dokumen rekam medis pasien. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah total dari pasien yang melakukan operasi elektif orthopedi di Instalasi

Bedah Sentral pada bulan Januari-Februari 2017 yang berasal dari Instalasi Rawat Jalan

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Maret– Mei

2017. Untuk penelitian yang bersifat kualitatif, upaya menjaga validitas data yang dilakukan

dengan metode triangulasi.

1. Triangulasi Sumber dengan membandingkan informasi dengan informasi lain untuk

melakukan validitas terhadap kebenaran data atau suatu kejadian.

2. Triangulasi Metode dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan

ditujukan untuk menguji kualitas data dilihat dari berbagai metode pengambilan data,

yaitu wawancara mendalam dan telaah dokumen.

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 6: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis, dari 101 jumlah sampel, yaitu pasien yang dilakukan

operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati periode Januari –

Februari 2017 sebanyak 44 pasien (44%) memiliki jenis kelamin laki-laki. Sedangkan

sebanyak 57 (56%) memiliki jenis kelamin perempuan.

Berdasarkan hasil analisis, dari 101 jumlah sampel, yaitu pasien yang dilakukan

operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati periode Januari –

Februari 2017, pasien paling banyak dari kelas III, yaitu sebanyak 60 orang (59%). Tabel 1 Distribusi Pasien berdasarkan Dokter

Berdasarkan hasil analisis, dari 101 jumlah sampel, yaitu pasien yang dilakukan

operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral RSUP “Fatmawati” periode Januari –

Februari 2017, pasien paling banyak merupakan pasien dokter DM yaitu sebanyak 20 pasien

(20%).

Berdasarkan hasil analisis, dari 101 jumlah sampel, yaitu pasien yang dilakukan

operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati periode Januari –

Februari 2017, pasien paling banyak dengan pembayaran JKN umum berjumlah 70 orang

(69%). Tabel 2 Karakteristik Informan Penelitian

No Jabatan Jenis Kelamin

Pendidikan/ Spesialisasi

Lama Kerja

Kode Informan

1 Direktorat Umum, SDM dan Pendidikan

Perempuan S2 18 Tahun

I1

2 Koordinator Keperawatan Kamar Operasi

Perempuan S1 37 Tahun

I2

Jumlah Operasi oleh Dokter Frekuensi Presentase

Banyaknya operasi dr. A 3 3%

Banyaknya operasi dr. FM 18 18%

Banyaknya operasi dr. DM 20 20%

Banyaknya operasi dr. P 9 9%

Banyaknya operasi dr. J 9 9%

Banyaknya operasi dr. B 3 3%

Banyaknya operasi dr. I 9 9%

Banyaknya operasi dr. D 2 2%

Banyaknya operasi dr. LT 7 7%

Banyaknya operasi dr. F 11 11%

Banyaknya operasi dr. L 10 10%

Total 101 100%

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 7: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

3 Kepala Instalasi Rawat Inap GPS

Perempuan S1 35 Tahun

I3

4 Dokter Spesialis Ortopaedi

Laki-laki Spesialis Orthopedi

8 Tahun I4

5 Perawat Poliklinik Ortopaedi

Laki-laki S1 30 Tahun

I5

6 Penyelia Tempat Pendaftaran Pasien

Laki-laki D3 29 Tahun

I6

7 Pekarya Poliklinik Orthopedi

Laki-laki SD 37 Tahun

I7

INPUT

SDM

Sumber Daya Manusia (SDM) dapat kita lihat dari dua aspek, yaitu kuantitas dan

kualitas. Kuantitas Sumber Daya tanpa disertai kualitas yang baik akan menjadi beban.

Kualitas menyangkut mutu Sumber Daya Manusia meliputi kemampuan fisik maupun non-

fisik (kecerdasan dan mental) yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan

keterampilan-keterampilan lain (Notoatmodjo, 2009).

Sumber Daya Manusia di Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati adalah sebagai

berikut. Tabel 3 Jumlah Sumber Daya Manusia IRJ Tahun 2016

Sumber Daya Manusia paling banyak adalah dokter praktik yang berjumlah 163

orang, sementara dokter spesialis orthopedi memiliki jumlah 15 orang. Sumber Daya Manusia

di Instalasi Bedah Sentral paling banyak adalah perawat yang berjumlah 118 orang, kemudian

No Jenis SDM Jumlah 1 Dokter 4 2 Dokter praktik 163 Kulit dan Penyakit Kelamin 7

Orthopedi dan Trauma 15 Jantung dan Pembuluh darah 7 Bedah 23 Anak 18 THT 9 Paru 5 Gigi dan Mulut 13 Kebidanan dan Penyakit Kandungan 16 Penyakit dalam 15 Saraf 7 Rehabilitasi Medik 9 Andrologi 1 Kesehatan Jiwa 5 Mata 9 Gizi Klinik 1 Pain Klinik 1 Akupuntur 2

3 Perawat 74 4 Bidan 3 5 Administrasi 6 6 Penyelia umum 1 7 Verifikator data 10 8 Pekarya 16 9 Refraksionis 5

Total 282

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 8: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

tenaga non-perawat 11 orang, kepala ruangan berjumlah 2 orang, dan koordinator sebanyak 1

orang. Berdasarkan wawancara dengan informan mengenai kecukupan jumlah SDM terkait

operasi, sebagian besar informan mengatakan dengan jumlah SDM yang telah ada, sudah

mencukupi.

Tingkat pendidikan memegang peranan penting dalam bekerja. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga makin meningkat pula

kinerjanya. Berdasarkan wawancara, secara kualitas yaitu berdasarkan sertifikasi dan

kualifikasi yang dibutuhkan Rumah Sakit, Sumber Daya Manusia di Instalasi Bedah Sentral

sudah mencukupi. Sumber Daya Manusia yang cukup tinggi dengan kualitas yang tinggi, dan

profesional sesuai dengan fungsi dan tugasnya merupakan salah satu indikator keberhasilan

untuk menciptakan efektif dan efisien bagi Rumah Sakit.

Ketersediaan Dana

Pembiayaan Kesehatan merupakan bagian yang penting dalam implementasi Jaminan

Kesehatan Nasional. RSUP Fatmawati memiliki kunjungan peserta JKN sebanyak 90% dari

total kunjungan. Hal ini menyebabkan perlunya implementasi Jaminan Kesehatan Nasional

yang baik untuk menjamin operasional Rumah Sakit. Pembiayaan kesehatan di fasilitas

kesehatan diperoleh dengan dilakukannya pembayaran oleh penyelenggara asuransi kesehatan

atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta hal ini berdasarkan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia (2016). Tarif INA-CBG merupakan tarif paket yang meliputi

seluruh komponen Sumber Daya Rumah Sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis

maupun non medis (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Berdasarkan wawancara, ketersediaan sumber dana masih belum mencukupi

dikarenakan adanya variasi dari INA CBG itu sendiri sehingga harus diklarifikasikan kembali

agar tidak melebihi dari tarif yang ditetapkan oleh INA CBG. Bagi pasien yang membutuhkan

implan harus mendapat persetujuan dari pihak manajemen. Berdasarkan telaah dokumen

rekam medis, pasien terkait operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral, didanai tidak

hanya melalui BPJS saja namun dapat pula secara tunai maupun asuransi lainnya seperti

Inhealth.

Ketersediaan Obat

Sebagian besar informan mengatakan bahwa ketersedian obat pada saat ini sudah

optimal karena sudah berjalan sesuai dengan formularium Rumah Sakit sehingga tidak terjadi

kekosongan obat. Untuk obat yang dibutuhkan namun tidak ada di dalam formularium seperti

obat khusus dan mahal harus melakukan pengajuan khusus dengan formulir tersendiri dan

membutuhkan persetujuan dari pihak manajemen.

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 9: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Ketersediaan Alat Kesehatan

Ketersediaan alat kesehatan di Instalasi Bedah Sentral sudah optimal, karena pihak

manajemen sudah memfasilitasi dengan baik. Mempertahankan kualitas alat kesehatan, RSUP

Fatmawati melakukan pemeliharaan rutin.

Kebijakan/SOP

Menurut Bedes (2014) dalam Iskandar (2014), Standar Operasional Prosedur (SOP)

merupakan pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi

dan alat penilaian kinerja suatu instansi berdasarkan indikator dengan tatakerja, prosedur kerja

dan sistem kerja pada unit yang bersangkutan.

Berdasarkan wawancara mendalam dan telaah dokumen, SOP sudah sesuai dan

diterapkan dengan baik oleh Rumah Sakit.

Ketersediaan Kamar Perawatan

Pasien yang akan dilakukan operasi elektif di Instalasi Bedah Sentral harus terlebih

dahulu masuk kamar perawatan di rawat inap. Ketersediaan Kamar Rawat Inap di Gedung

Prof Soelarto RSUP Fatmawati berjumlah 148 kamar yang terdiri dari jumlah yang berbeda

setiap lantainya. Lantai 6 untuk kelas VIP berjumlah 12 kamar rawat inap, lantai 5 berjumlah

7 kamar rawat inap, lantai 4 berjumlah 18 kamar rawat inap, lantai 3 berjumlah 45 kamar

rawat inap, lantai 2 berjumlah 41 kamar rawat inap, dan lantai 1 berjumlah 25 kamar rawat

inap. Beberapa kendala masih dijumpai dan menyebabkan pembatalan operasi adalah

ketersediaan tempat tidur (Krisnawan, 2015). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, berdasarkan wawancara mendalam dengan informan, jumlah kamar yang

tersedia di Gedung Prof. Soelarto pada saat ini dirasa masih kurang dalam menampung

jumlah pasien di RSUP Fatmawati.

Ketersediaan Operasi dan Fasilitas

Berikut ini adalah jumlah dari kamar operasi yang berada di Instalasi Bedah Sentral

RSUP Fatmawati Tabel 4 Klasifikasi Kamar Operasi Elektif Instalasi Bedah Sentral Tahun 2016

No Kamar Operasi Jumlah

1 Bedah Othopedi 4

2 Bedah Saraf 1

3 Laparoskopi Bedah 1

4 Bedah Plastik dan Vaskuler 1

5 Bedah Digestif 1

6 Bedah Kebidanan 2

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 10: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

7 Laparoskpi Kebidanan 1

8 Bedah Anak dan Bedah Thorax 1

9 Bedah Umum 1

10 THT 1

11 Bedah Urologi 1

12 Bedah Onlokogi 1

13 Mata 1

Total 17

Menurut Buku kumpulan Materi Pelatihan Manajemen kamar bedah (2010), jumlah

kamar bedah tergantung dari beberapa hal, diantaranya adalah jumlah dan lama waktu operasi

yang dilakukan, jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi dan fasilitas

penunjang, pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera, jumlah kebutuhan

waktu pemakaian baik jam per hari dan per minggu, serta sistem prosedur yang ditetapkan

untuk arus pasien, petugas dan penyediaan peralatan.

Berdasarkan wawancara, kamar operasi elektif untuk orthopedi telah mengalami

penambahan menjadi 5 kamar operasi. Kamar operasi telah dibagi berdasarkan subspesialis

dan rata-rata penggunaan Kamar Operasi perharinya adalah dalam rentang 35-40 per hari.

PROSES

Gambar 1 Alur Proses Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Diputuskan Operasi

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat diketahui bahwa yang bertanggung

jawab dalam memutuskan pasien operasi elektif orthopedi adalah dokter spesialis orthopedi.

Dokter spesialis memberikan keputusan untuk pasien dilakukan operasi adalah ketika pasien

berada di poliklinik orthopedi. Memutuskan pasien untuk operasi elektif memiliki indikasi

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 11: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

tertentu yang secara ilmu orthopedi pasien tersebut memang harus dilakukan pembedahan

secara terjadwal. Setelah pasien setuju untuk dilakukan operasi maka pasien harus melengkapi

persiapan medis, penunjang dan persetujuan alat.

Persiapan Medis dan Alat

Berdasarkan telaah dokumen dan wawancara mendalam, persiapan medis dan alat

merupakan tahapan yang paling lama dilakukan oleh pasien dikarenakan berkaitan dengan

berbagai toleransi operasi dan persetujuan alat yang dibutuhkan. Kemampuan poliklinik

memeriksa pasien dalam sehari dapat mempengaruhi lamanya pasien tersebut melakukan

persiapan medis. Ditambah lagi beberapa poli dan pemeriksaan penunjang yang

menggunakan penjadwalan terlebih dulu sebelum dilakukan tindakan. Kemudian alat atau

implan yang digunakan untuk operasi perlu mendapatkan persetujuan Direktur Medik dan

Keperawatan. Berikut ini adalah waktu yang digunakan untuk pasien melakukan persiapan

medis Tabel 5 Waktu Persiapan Medis dan Alat Pasien

Dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari waktu yang dibutuhkan pasien untuk

melakukan persiapan medis adalah 25,45 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan oleh pasien

untuk melakukan persiapan medis adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 188 hari.

Berdasarkan wawancara dengan informan, persiapan medis memiliki waktu tunggu pelayanan

yang lama dikarenakan Rumah Sakit dibayarkan per-episode hanya Rp 368.000, sementara

jumlah kunjungan pasien BPJS yang banyak membuat Rumah Sakit memikirkan berbagai

cara seperti memberlakukan sistem penjadwalan di beberapa poliklinik sebelum pasien

mendapat pelayananan, sehingga hal ini yang membuat persiapan medis memiliki waktu

tunggu pelayanan yang lama. Berdasarkan wawancara dengan informan, upaya yang akan

Kategori Frekuensi Persentase ≤2 hari 18 18% 3-7 hari 18 18% 8-14 hari 13 13% 15 hari-1 bulan 23 23% >1 bulan - 2 bulan 20 20% >2 bulan - 3 bulan 5 5% >3 bulan - ≥4 bulan 4 4% Jumlah 101 100% Rata-rata 25,45 Min 0 Max 188

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 12: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

dilakukan oleh Rumah Sakit dalam mengurangi waktu tunggu pelayanan terkait persetujuan

alat adalah akan dibuatkannya formularium alat.

Penjadwalan Rencana Operasi

Berdasarkan wawancara mendalam, dapat diketahui bahwa yang menetapkan

penjadwalan rencana operasi untuk pasien adalah dokter spesialis orthopedi. Penetapan

rencana operasi ini dilakukan ketika pasien berada di poliklinik, dokter spesialis orthopedi

akan menentukan kapan pasien akan dilakukan tindakan operasi. Koordinasi SDM terkait

penjadwalan operasi pasien yaitu dari polikilinik, perawat akan memasukan nama pasien ke

dalam daftar tunggu pasien operasi elektif, kemudian pasien harus melengkapi konsul-konsul

yang diarahkan oleh DPJP, menunggu acc alat, jika hal itu sudah diselesaikan, pasien baru

dapat ditetapkan tanggal untuk rencana operasinya.

Pasien elektif akan dijadwalkan sesuai urutan. Hal ini sesuai dengan penelitian

Legowo, sistem antrian (disiplin antrian) yang dianut oleh RS sekarang ini menurut Thomas J

Kakiay dan Zecheng (2012) dalam Legowo (2014) adalah First in first out (FIFO) dimana

pelanggan atau pasien yang pertama datang adalah yang dilayani terlebih dahulu. Urutan

panggilan FIFO dapat mempersingkat waktu tunggu pelayanan pasien.

Jika terjadi perubahan penjadwalan dikarenakan DPJP yang berhalangan akan

ditanyakan kepada pasien dan keluarga, diberikan alternatif dokter spesialis orthopedi lain.

Jika pasien dan keluarga setuju maka operasi tetap dilakukan, namun jika pasien tetap

menginginkan untuk di operasi dengan DPJP maka dilakukan pengaturan jadwal ulang.

Berikut ini adalah waktu yang digunakan untuk penjadwalan rencana pasien operasi elektif

orthopedi di poliklinik.

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari waktu yang dibutuhkan

untuk penjadwalan rencana operasi di poliklinik adalah 6,47 hari. Waktu tersingkat yang

dibutuhkan untuk penjadwalan rencana operasi adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 36

hari.

Untuk kasus yang penjadwalan rencana operasi dengan 36 hari dapat dikarenakan

lamanya pasien untuk kembali ke poliklinik. Kurangnya dukungan dari keluarga pasien dan

tingkat kecemasan yang dimiliki oleh pasien itu sendiri dapat menyebabkan pasien enggan

untuk segera kembali ke poli. Hal ini sesuai dengan Teori Kaplan dan Saddock, 1994 dalam

Kuraesin (2009) mengatakan bahwa dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme

hubungan interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stress yang buruk, dan

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 13: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

penelitian yang dilakukan oleh Priyadi bahwa ada hubungan yang bermakna antara Support

System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien pre operasi.

Persiapan Administrasi

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan, persiapan administrasi yang

diperlukan pasien untuk operasi elektif orthopedi adalah Surat masuk Rumah Sakit, Identitas

pasien, surat rujukan, konsul pre-operatif, dan jadwal operasi dari poliklinik. Tabel 6 Waktu Persiapan Administrasi

Berdasarkan data tabel, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan

untuk persiapan operasi di poliklinik adalah 1,28 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan

untuk persiapan administrasi adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 17 hari.

Kasus persiapan administrasi pasien yang membutuhkan waktu 17 hari dikarenakan

persetujuan pasien dan keluarga pasien, serta masalah terkait BPJS. Berdasarkan penelitian

Virgin (2000) dalam Mashuri (2012), persetujuan operasi sangat berpengaruh terhadap

lamanya waktu antara penetapan operasi sampai jadwal operasi di IBS.

Berdasarkan wawancara mendalam, hambatan yang terjadi berkaitan dengan persiapan

administrasi pasien operasi elektif orthopedi adalah masih terdapat pasien yang bermasalah

BPJS dikarenakan pasien tersebut terlambat membayar iuran sehingga harus membutuhkan

waktu untuk kepengurusannya kembali.

Pendaftaran Rawat Inap

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan, pasien dapat didaftarkan kamar

rawat inap apabila persiapan administrasi dan persiapan konsul di poliklinik telah lengkap.

Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk

pendaftaran kamar rawat inap adalah 0 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk

pendaftaran kamar rawat inap adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 0 hari. Tidak ada

masalah terkait pendaftaran rawat inap.

Kategori Frekuensi Persentase ≤2 hari 88 87% 3-7 hari 9 9% 8-14 hari 2 2% 15 hari-1 bulan 2 2% >1 bulan - 2 bulan 0 0% >2 bulan - 3 bulan 0 0% >3 bulan - ≥4 bulan 0 0% Jumlah 101 100% Rata-rata 1,28 Min 0 Max 17

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 14: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Penjadwalan Kamar Operasi

Berdasarkan data analisis, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan

untuk penjadwalan kamar operasi adalah 0,13 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk

penjadwalan kamar operasi adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 2 hari.

Masuk ranap

Berdasarkan data analisis, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan

untuk pasien masuk rawat inap adalah 0,08 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk

pasien masuk kamar rawat inap adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 2 hari.

Realisasi operasi

Waktu yang diperlukan untuk realisasi operasi dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 7 Waktu Realisasi Operasi

Berdasarkan data tabel, dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan

untuk realisasi operasi adalah 1,95 hari. Waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk realisasi

operasi adalah 0 hari dan waktu terlama adalah 26 hari.

Berdasarkan telaah dokumen, pasien berada selama 26 hari di ruang rawat inap

sebelum realisasi operasi dapat dikarenakan ada operasi sebelumnya sehingga pasien

melakukan perawatan di kamar rawat inap kemudian dilanjutkan untuk operasi selanjutnya

dengan hari dan tanggal yang berbeda.

Menurut penelitian Kuraesin (2009), sebanyak 33 responden (68,8%) pasien

mengalami kecemasan ringan pre operasi dalam menghadapi operasi mayor elektif di ruang

rawat bedah RSUP Fatmawati tahun 2009. Tanda-tanda yang sering muncul pada responden

diantaranya sering bangun pada malam hari, denyut nadi meningkat, gemetar, merasa takut

terhadap ruang operasi, peralatan, dan takut operasi yang dilakukannya gagal. Kondisi pasien

yang menurun membutuhkan waktu untuk menstabilkan kembali lalu melakukan pemeriksaan

Kategori Frekuensi Persentase ≤2 hari 91 90% 3-7 hari 5 5% 8-14 hari 2 2% 15 hari-1 bulan 3 3% >1 bulan - 2 bulan 0 0% >2 bulan - 3 bulan 0 0% >3 bulan - ≥4 bulan 0 0% Jumlah 101 100% Rata-rata 1,95 Min 0 Max 26

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 15: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

penunjang untuk memastikan kondisi pasien siap operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian

Sangkot (2010), beberapa faktor yang menyebabkan perubahan jadwal operasi elektif adalah

kondisi klinis pasien dan kebutuhan pemeriksaan penunjang lain.

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan, faktor yang dapat menyebabkan

ketidaksesuaian antara rencana operasi dengan realisasi operasi elektif orthopedi lainnya

dikarenakan operasi pasien yang tidak sesuai dengan yang telah diperkirakan sebelumnya.

Terdapat pemanjangan waktu operasi dalam pelaksanaan operasi, sehingga pasien selanjutnya

harus mengalami penundaan operasi di hari berikutnya atau di hari saat DPJP masuk kembali

ke kamar operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sulistyowati, pada beberapa operasi,

memanjangnya waktu operasi di luar kendali operator maupun anestesi. Hal ini yang

menyebabkan operator membatalkan operasi walaupun tidak ada alasan medis (Sulistyowati,

2013).

Selain itu, operator yang berhalangan karena sakit, atau ada kegiatan ilmiah sehingga

menunda operasi dan membuat pasien berada lebih lama di rawat inap. Kemudian faktor

lainnya adalah penolakan pasien untuk operasi ketika sudah di rawat inap dan memutuskan

untuk pulang atas permintaan sendiri. Menurut penelitian Sulistyowati, diketahui bahwa

masih terdapat keraguan dari keluarga apakah setuju dilakukan operasi atau tidak, yakni

adanya pengaruh informasi lingkungan yang berlawanan dengan informasi yang diberikan

oleh dokter atau petugas.

OUTPUT

Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Menurut Hartinah (2008) dalam Yamani (2013), waktu tunggu pelayanan merupakan

waktu yang dikorbankan oleh pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Kesan pertama

konsumen pada kualitas suatu organisasi akan dipengaruhi oleh waktu tunggu pelayanan.

Cukup banyak konsumen yang berpaling mencari layanan dari perusahaan lain, bukan karena

produknya tidak bagus tapi karena lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menunggu

Terkadang penyedia layanan kesehatan menganggp remeh waktu tunggu pelayanan.

Pasien yang menunggu dianggap sudah wajar sebelum memperoleh layanan. Dibalik kondisi

pasien yang sedang sakit, tersimpan potensi bahaya yang dapat timbul pada saat pasien

menunggu diobati. Dapat berakibat kematian atau jatuh ke kondisi yang lebih berat. Semakin

lama pasien menunggu, semakin besar juga kesempatan penyakit yang diderita akan

memburuk (Gullo dalam The Associater Press, 2006).

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 16: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar waktu tunggu

pelayanan operasi elektif adalah ≤ 2 hari. Waktu tunggu pelayanan operasi elektif adalah

tenggang waktu penjadwalan kamar operasi sampai dengan operasi mulai dilaksanakan.

Kebijakan RSUP Fatmawati, waktu tunggu pelayanan dihitung ketika pasien sudah lengkap

persiapan operasi dan persetujuan alat kemudian dijadwalkan operasi oleh DPJP sampai

realisasi operasi dengan standar waktu tunggu pelayanan operasi elektif adalah ≤ 2 hari.

Peneliti menghitung pula waktu tunggu pelayanan berdasarkan tanggal pasien

diputuskan operasi oleh DPJP di poliklinik sebelum persiapan medis dan persetujuan alat

sampai dengan realisasi operasi di kamar operasi untuk peningkatan mutu Rumah Sakit.

Berdasarkan penelitian, rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan

pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral dihitung mulai tanggal

diputuskannya operasi oleh DPJP sampai realisasi operasi adalah 35,35 hari. Waktu tersingkat

yang dibutuhkan adalah 1 hari dan waktu terlama adalah 195. Sementara, rata-rata waktu

tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi

Bedah Sentral berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dihitung dari tanggal

penjadwalan operasi di Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi operasi adalah 2,16 hari.

Waktu tersingkat yang dibutuhkan adalah 1 hari dan waktu terlama adalah 26 hari. Masalah

yang menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi, sebagai

berikut:

1. Ketersediaan dana

2. Persiapan medis dan alat

3. Ketersediaan kamar perawatan

4. Penundaan pelaksanaan operasi oleh operator

5. Kondisi fisik pasien yang menurun pada hari operasi

Berdasarkan telaah dokumen dan perhitungan waktu tunggu pelayanan berdasarkan

jenis kelas perawatan dalam mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi

Bedah Sentral dihitung mulai dari tanggal diputuskannya operasi oleh DPJP sampai realisasi

operasi adalah kelas II memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 46 hari, kelas

III memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan 35,3 hari, kelas I memiliki rata-rata 21 hari,

dan kelas VIP memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan 6 hari. Sementara, rata-rata waktu

tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi

Bedah Sentral berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dihitung dari tanggal

penjadwalan operasi di Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi operasi adalah kelas I

memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 3 hari, kelas III memiliki rata-rata

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 17: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

waktu tunggu pelayanan 2,3 hari, kelas VIP dengan rata-rata 2 hari dan kelas II memiliki rata-

rata waktu tunggu pelayanan 1,4 hari.

Rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan operasi

elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral berdasarkan cara bayar dihitung mulai dari tanggal

diputuskannya operasi oleh DPJP sampai realisasi operasi adalah cara bayar menggunakan

Inhealth memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 58 hari, menggunakan JKN

KJS memiliki rata-rata 49 hari, dengan JKN KIS memiliki rata-rata 45,2 hari, menggunakan

JKN umum 37 hari, Jamsos 24 hari, JKN Askes 23 hari dan waktu tunggu pelayanan

menggunakan tunai 4 hari. Sementara, rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam

mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral berdasarkan

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dihitung dari tanggal penjadwalan operasi di

Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi operasi cara bayar menggunakana Jamsos memiliki

rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 18 hari, dengan JKN KIS 6 hari,

menggunakan Tunai 4 hari, dengan cara bayar JKN Umum 1,7 hari, menggunakan JKN

Askes yaitu 1,4 hari, dan menggunakan Inhealth serta JKN KJS memiliki rata-rata waktu

tunggu pelayanan 1 hari. Berdasarkan wawancara, informan mengatakan bahwa tidak ada

perbedaan waktu tunggu pelayanan antara pasien dengan jenis pembayarannya.

Dokter memiliki peranan yang paling penting dalam mempengaruhi waktu tunggu

pelayanan pasien. Karena dokter merupakan tenaga inti dalam pelayanan pengobatan pasien

(Propper, 2000) dalam (Yamani, 2013). Rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam

mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral berdasarkan

dokter dihitung mulai dari tanggal diputuskannya operasi oleh DPJP sampai realisasi operasi

adalah dokter P memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 44 hari, kemudian

dokter J yaitu 41 hari, dokter DM yaitu 40 hari, dokter A yaitu 39 hari, dokter FM yaitu 38

hari, kemudian dokter L yaitu 36 hari, dokter I yaitu 34 hari, dokter LT yatu 31 hari, dokter F

yaitu 24 hari, dokter D dengan rata-rata 20 hari, dan dokter B dengan rata-rata 15 hari.

Sementara, rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan operasi

elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit dihitung dari tanggal penjadwalan operasi di Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi

operasi, dokter D memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan terlama yaitu 10 hari, dokter

DM, J dan B memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan 3 hari, dokter FM dengan 2,3 hari,

dokter LT dengan rata-rata waktu tunggu pelayanan 2 hari, dokter L dengan 1,4 hari,

kemudian dokter P dengan 1,2 hari, dokter F dengan 1,1 hari, dan dokter A dan dokter I

memiliki rata-rata waktu tunggu pelayanan 1 hari. Waktu tunggu pelayanan operasi yang

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 18: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

lama dapat mempengauhi kondisi pasien, dan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi

morbiditas dan mortalitas (Brunicardi, 2007 dan Prawirohardjo, 2008) dalam dalam (Mashuri,

2012).

KESIMPULAN

a. Waktu tunggu pelayanan operasi elektif orthopedi pasien rawat jalan di Instalasi

Bedah Sentral RSUP Fatmawati adalah 35,35 hari dihitung dari tanggal diputuskannya

operasi hingga realisasi operasi pasien. Sementara, waktu tunggu pelayanan pasien

rawat jalan dalam mendapatkan pelayanan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah

Sentral berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dihitung dari tanggal

penjadwalan operasi di Instalasi Bedah Sentral sampai realisasi operasi adalah 2,16

hari. Hal ini belum sesuai dengan SPM RS yang memiliki standar ≤ 2 hari.

b. Faktor yang Mempengaruhi Waktu tunggu pelayanan Operasi Elektif Orthopedi di

RSUP Fatmawati

1. Ketersediaan Dana masih mengalami hambatan, khususnya dalam membiayai

alat untuk operasi elektif orthopedi sehingga kepengurusan dan prosedurnya

lebih panjang karena memerlukan persetujuan dari Direktorat Medik dan

Keperawatan. Rumah Sakit perlu melakukan perhitungan agar plavon BPJS

dengan implan sesuai dan tidak berbeda jauh dari tarif Rumah Sakit.

2. Ketersediaan Kamar Rawat Inap yang ada untuk pasien operasi elektif

orthopedi masih belum mencukupi

3. Persiapan Medis dan Alat merupakan tahapan yang paling lama dilakukan oleh

pasien dikarenakan berkaitan dengan toleransi operasi, persetujuan alat yang

digunakan, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Kemampuan poliklinik dan

penunjang dalam memeriksa pasien dalam sehari juga dapat mempengaruhi

lamanya persiapan medis.

4. Persiapan administrasi yang diperlukan oleh pasien untuk operasi elektif

orthopedi adalah surat Rumah Sakit, identitas pasien, surat rujukan, konsul

preopreatif, persetujuan alat, jadwal operasi dan persetujuan operasi. Pasien

masih sering terkendala oleh persetujuan operasi dikarenakan baik pasien

maupun keluarga pasien masih belum siap untuk pelaksanaan operasi.

5. Ketidaksesuaian rencana operasi dengan realisasi operasi adalah kondisi fisik

pasien yang menurun, terdapat penolakan tindakan operasi, pemanjangan

waktu operasi yang tidak dapat diprediksi oleh operator maupun dokter

anestesi, sehingga pasien selanjutnya harus ditunda pelaksanaan operasinya

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 19: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

oleh operator, kemudian dokter berhalangan dikarenakan sakit ataupun ada

kegiatan ilmiah.

SARAN

Bagi RSUP Fatmawati

1. Prosedur terkait alat atau implan dapat dipermudah dengan pelaksanaan formularium

alat yang telah direncanakan

2. Memaksimalkan pemanfaatan Gedung Anggrek sebagai rawat inap bagi pasien yang

akan dilaksanakan operasi elektif orthopedi di Instalasi Bedah Sentral

Bagi Instalasi Rawat Jalan

1. Melakukan edukasi yang lebih intensif kepada pasien untuk menimbulkan kesadaran

pasien maupun keluarga pasien untuk melakukan operasi

2. Memeriksa kembali kepengurusan BPJS yang dimiliki pasien agar tidak menghambat

proses administrasi pasien operasi elektif orthopedi

Bagi Instalasi Bedah Sentral

1. Melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala terhadap ketepatan pelaksanaan

operasi

2. Melakukan koordinasi kepada SMF terkait dokter yang berhalangan melakukan

operasi dikarenakan sakit atau sedang melakukan kegiatan ilmiah untuk menggantikan

dokter tersebut dengan dokter spesialis lainnya dengan memberikan informed consent

kepada pasien.

Bagi Instalasi Rawat Inap Gedung Prof Soelarto

1. Pemberian edukasi kembali kepada pasien supaya tidak terjadi penolakan tindakan

operasi

Bagi SDM Medis Operasi

Meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan terhadap tanggung jawab dan waktu kerja

Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dilakukan dengan cara observasi

partisipatif dengan mengikuti pasien dari awal diputuskan operasi sampai realisasi operasi.

Daftar Referensi

Bustami. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017

Page 20: Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Operasi Elektif Orthopedi

Fitri, A. N. (2014). Analisis Waktu Tunggu Operasi Elektif Pasien Rawat Inap di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2014. Depok: FKM UI.

Health Quality Ontario. (2012). Quality Improvement Guide. Toronto: Queen’s Printer for Ontario.

Iskandar, R. R. (2014). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Ibu dan Anak Aulia Tahun 2014. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Krisnawan. (2015). BPJS Kesehatan: Apa Yang Kau Minta & Berikan. Diambil kembali dari BPJS Kesehatan: Apa Yang Kau Minta & Berikan: http://www.lpp.ac.id/2015/08/bpjs-kesehatan-apa-yang-kau-minta-berikan/

Kuraesin, N. D. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien yang akan menghadapi Operasi di RSUP Fatmawati Tahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syrif Hidyatullah Jakarta.

Legowo, A. A. (2014). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Pasien Umum Rawat Jalan di RS dr. H. Marzoeku Mahdi Bogor Tahun 2013. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Mashuri, A. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tunggu Persiapan Operasi Cito di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Karya Medika I Kabupaten Bekasi Tahun 2011. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Melfita, K. (2012). Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2012. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Septiani, T. (2015). Analisis Kesesuaian Lamanya Operasi Elektif Orthopaedi dan Analisisi

Pelayanan ORIF dengan LEAN di RSUO Fatmawati Tahun 2015. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Septiani, T. (2015). Analisis Kesesuaian Lamanya Operasi Elektif Orthopedi dan Analisis Pelayanan Orif Dengan Lean di RSUP Fatmawati Tahun 2015. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Sulistyowati, E. S. (2013). Analisis pembatalan operasi elektif di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang tahun 2013. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Yamani, C. (2013). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan di Klinik dr. Katili Bogor Tahun 2012. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Analisis waktu ..., Aisy Mutiara Rachmawati, FKM UI, 2017