analisis usaha agroindustri keripik

120

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 21-Jan-2017

48 views

Category:

Education


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis usaha agroindustri keripik
Page 2: Analisis usaha agroindustri keripik

Dari data pada Tabel 5, pengambilan responden dilakukan dengan

cara sensus, yakni dengan cara mencatat semua responden yang diselidiki

tersebut (Marzuki, 2002). Metode sensus dipilih karena jumlah responden

terbatas yaitu 19 unit usaha.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner)

yang sudah dipersiapkan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah

pengusaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini

yaitu data mengenai karateristik responden, proses produksi, alat dan

bahan yang digunakan, biaya-biaya (tetap dan variabel) yang

dikeluarkan selama proses produksi, penerimaan, kendala dan risiko

usaha.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari referensi, buku, jurnal, dan

instansi- instansi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Instansi-

instansi tersebut meliputi : Badan Pusat Statistik Karanganyar, Dinas

Perindustrian Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi Kabupaten

Karanganyar, dan Kantor Kecamatan Tawangmangu. Data tersebut adalah

data mengenai keadaan umum daerah penelitian, keadaan perekonomian,

dan keadaan penduduk.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan

gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.

commit to user

Page 3: Analisis usaha agroindustri keripik

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer

dengan melakukan wawancara secara indepth (luas dan mendalam)

kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

3. Pencatatan

Teknik pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder

dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dalam penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas Usaha

Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar.

a. Biaya

Menurut Boediono (2002), untuk menghitung biaya dalam

proses produksi diperhitungkan dari penjumlahan biaya tetap total dan

biaya variabel total dengan rumus :

TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = Biaya total (Rp)

TFC = Biaya tetap total (Rp)

TVC = Biaya variabel total

(Rp)

b. Penerimaan

Menurut Boediono (2002), penerimaan merupakan

keseluruhan produk yang dihasilkan dikalikan harga. Untuk

menghitung besarnya penerimaan yang diterima, digunakan rumus :

TR = Q x P

Dimana :

TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik ketela ungu

(Rp) Q = Jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan (kg)

P = Harga per Kg (Rcpo)mmit to user

Page 4: Analisis usaha agroindustri keripik

c. Keuntungan

Menurut Suparmoko (1992), keuntungan adalah selisih antara

penerimaan total yang diterima dengan biaya (biaya tetap ditambah

biaya tidak tetap/variabel) yang dikeluarkan dalan usaha agroindustri

keripik ketela ungu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut :

π = TR – TC

Dimana :

π = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik ketela ungu

(Rp) TC = Biaya total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

d. Profitabilitas

Menurut Asri (1987), profitabilitas merupakan

perbandingan antara keuntungan penjualan dengan penerimaan.

Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

Profitabilitas = K eun t unga n

´100%Penerimaan

2. Risiko Usaha

Usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah dengan

menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

Koefisien merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung

oleh pengusaha agroindustri keripik ketela ungu dengan jumlah

keuntungan yang akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut :

CV= V E

Dimana :

CV = koefisien variasi usaha agroindustri keripik ketela ungu

V = simpangan baku agroindustri keripik ketela ungu

E = keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari pendapatan

rata-

rata usaha agroindustri keripik ketela ungu dan simpangan

bakunya. Simpangan baku merupakacnobmemsairtntyoa urisseirko yang harus ditanggung produsen.

Page 5: Analisis usaha agroindustri keripik

n

å EiE = i = 1

nDimana :

E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu

(Rp) Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

n = Jumlah pengusaha agroindustri keripik ketela ungu (unit)

Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha agroindustri

keripik ketela ungu selanjutnya mencari simpangan baku menggunakan

metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari

ragam, yaitu :

V = ÖV2

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut :n

å (Ei-E)2

V2 = i = 1

n – 1Dimana :

V2 = Ragam keuntungan

n = Jumlah agroindustri keripik ketela ungu (unit)

E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu

(Rp) Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

Untuk mengetahui batas bawah pendapatan usaha agroindustri

keripik ketela ungu di Kecamatan tawangmangu Kabupaten Karanganyar

digunakan rumus :

L = E – 2 V

Dimana :

L = Batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu

(Rp) E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu

(Rp)

V = Simpangan baku keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus

ditanggung pengusaha semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah

apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ³ 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik

ketela ungu akan selalu terhindar dari

ckoemrumgiiatnt.oDuasnerapabila nilai CV > 0,5 atau L < 0

Page 6: Analisis usaha agroindustri keripik

berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh pengusaha

keripik ketela ungu (Hernanto, 1993).

3. Efisiensi Usaha

Menurut Soekartawi (1995), untuk mengetahi efisiensi usaha

agroindustri keripik ketela ungu yang telah dijalankan selama ini dengan

menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari

Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penrimaan dan

biaya.

R/C ratio =

Dimana :

P e n e r i m aa n Biaya

R = Penerimaan usaha agroindustri keripik ketela ungu

(Rp) C = Biaya total usaha agroindustri keripik ketela ungu

(Rp)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :

a. R/C ratio < 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu tidak efisien (merugi)

b. R/C ratio = 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu break even point

atau baru mencapai kondisi impas (belum efisien)

c. R/C ratio > 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu efisien

(menguntungkan)

F. Pengujian Hipotesis

1. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan

membuktikan hipotesis yang pertama, dapat diuji dengan menggunakan

rumus :

a. Biaya

TC = TFC + TVC

b. Penerimaan

TR = Q x P

c. Keuntungan

π = TR – TC

e. Profitabilitas

Profitabilitas = K eun t unga n

´100%Penerimaan

Hipotesis diterima jika keuntungan hasilnya positif dan profitabilitas lebih dari

nol. commit to user

Page 7: Analisis usaha agroindustri keripik

2. Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua dan membuktikan

hipotesis yang kedua, dapat diuji dengan menggunakan rumus :

a. Koefisien Variasi

CV= V E

Keuntungan Rata-ratan

å EiE = i = 1 k

nSimpangan Baku

V = ÖV2

Ragam Keuntungann

å (Ei-E)2

V2 = i = 1

n – 1b. Batas Bawah

L = E – 2 V

Kriteria yang digunakan dalam penilaian risiko adalah:

Nilai CV ≤ 0,5 atau L ³ 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik

ketela ungu akan selalu terhindar dari kerugian.

Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita

oleh pengusaha keripik ketela ungu.

3. Untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga dan membuktikan

hipotesis yang ketiga, dapat diuji dengan menggunakan rumus :

R/C ratio = Pen er i maa n

BiayaKriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :

R/C ratio < 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu tidak efisien

(merugi) R/C ratio = 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu break

even point atau

baru mencapai kondisi impas (belum efisien)

R/C ratio > 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu efisien

(menguntungkan)commit to

user

Page 8: Analisis usaha agroindustri keripik

a39c.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns. id

IV. KONDISI UMUM

A. Kabupaten Karanganyar

1. Keadaan Alam

a. Letak Geografis

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 110°40’-110°70’ BT dan

7°28’-7°46’ LS, mempunyai ketinggian rata-rata 511 meter di

atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan

temperatur

22o–31oC. Kabupaten Karanganyar mempunyai batas-batas wilayah

adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Sragen

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri

Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

Sebalah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali.

Kabupaten Karanganyar memiliki 17 kecamatan yaitu Jatipuro,

Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Tawangmangu,

Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten,

Colomadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, Kerjo, dan

Jenawi.

Letak geografis Kabupaten Karanganyar ini sesuai dengan

syarat tumbuh ketela ungu yaitu dataran rendah sampai

ketinggian

500 m diatas permukaan laut, yang bersuhu 21-27oC.

b. Curah Hujan

Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada

di Kabupaten Karanganyar yaitu di Kecamatan Colomadu, Kecamatan

Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumapolo,

Kecamatan Karangpandan, dan Kecamatan Tawangmangu maka

banyaknya hari hujan selama tahun 2009 adalah 95 hari dengan

rata-rata curah hujan

2.453 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Maret serta

curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juli, Agustus, dan September.commit to

Page 9: Analisis usaha agroindustri keripik

user

39

Page 10: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a4040c.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Keadaan Tanah

Kabupaten Karanganyar sebagian besar mempunyai jenis

tanah yang terdiri dari tanah litosol yang berwarna cokelat (dibagian

tengah) dan dibagian timur terdiri dari tanah pegunungan yang

berwarna cokelat tua sampai kehitam-hitaman. Dibagian barat terdiri

dari tanah mediteran andosal yang berwarna hitam, dengan dasar

tanah debu andesit sampai pasir bergeluh. Berikut ini rincian jenis

tanah di 17

Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar :

Tabel 6. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten KaranganyarNo. Kecamatan Jenis Tanah1. Jatipuro Litosol Cokelat Kemerahan

Litosol Cokelat Kemerahan, Kompleks2. Jatiyoso Andosol Cokelat, Andosol Cokelat

Kekuningan Dan Litosol3. Jumapolo Litosol Cokelat Kemerahan4. Jumantono Litosol Cokelat Kemerahan5. Matesih Mediteran Cokelat, Litosol Cokelat

6. Tawangmangu Kompleks Andosol Cokelat, AndosolCokelat Kekuningan dan Litosol

7. Ngargoyoso Kompleks Andosol Cokelat, AndosolCokelat Kekuningan dan Litosol

8. Karangpandan Mediteran Cokelat Tua9. Karanganyar Mediteran Cokelat10. Tasikmadu Mediteran Cokelat11. Jaten Aluvial Kelabu dan Grumosal Cokelat12. Colomadu Regosol Kelabu

13. Gondangrejo Asosiasi Gumosol Kelabu Tua danMediteran Cokelat KemerahanAluvial Kelabu, Asosiasi Aluvial Kelabu dan

14. Kebakkramat Aluvial Kelabu, Mediteran Cokelat, Asosiasi Grumosol Kelabu Tua, dan Mediteran Cokelat Kemerahan

15. Mojogedang Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat16. Kerjo Litosol Cokelat

Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat

17. Jenawi Kemerahan, Kompleks Andosol Cokelat, Andosol Cokelat, Andosol Cokelat Kekuningan dan Litosol

Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009commit to

user

Page 11: Analisis usaha agroindustri keripik

d. Luas Wilayah

Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah sebesar

77.377,64 Ha. Jenis tanah berpengaruh terhadap kesuburan tanah

sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan

wilayah. Penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar bermacam-

macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan

wilayah tersebut. Berikut ini adalah rincian penggunaan wilayah

Kabupaten Karanganyar :

Tabel 7. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009

No. Macam Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)1. Luas Tanah Sawah

a. Sawah Irigasi Teknisb. Sawah Non Teknisc. Sawah Tidak Berpengairan

2. Luas Tanah Keringa. Pekarangan/Bangunanb. Tegalan/Kebun c. Perkebunand. Hutan negara

22.474,9112.929,62

7.587,621.957,67

54.902,7321.171,9717.863,40

3.251,509.729,50

16,719,812,53

27,3623,09

4,2012,57

29,05

70,95

e. La in - lain 2. 886, 3 6 3,73Total 77.377,64 100,00

Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa

secara umum penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar

meliputi

22.474,91 Ha luas tanah sawah dengan persentase 29,05% dan

54.902,73 Ha luas tanah kering dengan persentase 70,95%.

Penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang memiliki luas terbesar

adalah sawah irigasi teknis dengan luas 12.929,62 Ha dan

persentase

16,71% terhadap luas total, luas terbesar kedua adalah sawah

non teknis dengan luas 7.587,62 Ha dan persentase 9,81% terhadap

luas total, sedangkan luas penggunaan wilayah tanah sawah yang

nilainya terkecil adalah sawah tidak berpengairan dengan luas

1.957,67 Ha dan

Page 12: Analisis usaha agroindustri keripik

persentase 2,53% terhadap luas total.

commit to user

Page 13: Analisis usaha agroindustri keripik

Penggunaan wilayah pada tanah kering terdiri dari

pekarangan/bangunan, tegalan/kebun, perkebunan, hutan negara, dan

lain-lain. Penggunaan luas tanah kering yang terbesar adalah

pekarangan/bangunan dengan luas 21.171,97 Ha dengan

persentase

27,36% terhadap luas total. Hal ini disebabkan adanya

peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah rumah

tangga baru yang menetap di Kabupaten Karanganyar. Dengan

demikian tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan

penggunaan lahan pertanian sawah atau tegal menjadi pekarangan/

bangunan. Sedangkan untuk penggunaan tanah kering yang memiliki

luas terkecil adalah lain-lain dengan luas 2.886,36 Ha dan persentase

3,73% terhadap luas total. Pembagian luas tanah kering yang lain

adalah meliputi tegalan/kebun dengan luas 17.863,40 Ha dan

persentase 23,09% terhadap luas total, hutan negara dengan luas

9.729,50 Ha dan persentase 12,57% terhadap luas total, dan

perkebunan dengan luas 3.251,50 Ha dan persentase

4,20% terhadap luas total.

Berdasarkan luas areal di Kabupaten Karanganayar,

sebagian besar dimanfaatkan untuk bangunan, perkebunan, dan hutan

Negara, sedangkan untuk lahan sawah hanya sedikit, seperti lahan

untuk produksi ketela ungu yang rata-rata hanya 670,8 Ha.

2. Keadaan Penduduk

a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah

kelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah

tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2008

dapat dilihat pada Tabel 8.

commit to user

Page 14: Analisis usaha agroindustri keripik

Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun2004–2008

TahunJumlah

PendudukPertumbuhan

Penduduk Persentase(%) ( J iw a ) ( J iw a )

2004 830.640 7.437 0,902005 838.182 7.542 0,912006 844.634 6.452 0,752007 851.366 6.732 0,85

20 0 8 865 . 5 8 0 14 . 2 1 4 1,67 Rata-rata 846.080 8.475,4 1,016

Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata

jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2004–2008 adalah

846.080 jiwa. Penduduk Kabupaten Karanganyar dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase

pertumbuhan penduduk sebesar 1,016%. Jumlah penduduk terbanyak

terdapat pada tahun 2008 yaitu 865.580 jiwa. Hal ini dikarenakan

pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah kelahiran sebesar 14.214

jiwa atau sebesar

1,67%,.

b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat

digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex

ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan

jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, yang dapat dihitung dengan

rumus :

SR = F

´ kM

Keterangan :

S = Sex ratio

M = Jumlah penduduk laki-laki

F = Jumlah penduduk perempuan

k = Konstanta, yang besarnya adalah 100 (Mantra, 2003).

Komposisi penduduk di Kabupaten Karanganyar menurut

jenis kelamin dapat dilihat pcaodma mTaitbetol 9ubseerrikut ini :

Page 15: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a44c.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar menurut Jenis Kelamin Tahun 2008

No. Jenis Jumlah Prosentase

K elam in (J iwa) (%) S ex R a tio

1. Laki-laki 429.852 49,672. Perempuan 435.728 50,33

Jumlah 865.580 100,00 98,65Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk di Kabupaten Karanganyar menurut jenis kelamin pada

tahun 2008 yaitu sebesar 865.580 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki

sebesar 408.349 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar

457.231 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk

perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki dari

keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan rumus sex ratio diperoleh angka sex ratio

Kabupaten Karanganyar tahun 2008 adalah sebesar 98,65. Hal ini

berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten

Karanganyar terdapat 99 penduduk laki-laki.

Banyaknya penduduk Kabupaten Karanganyar yang berjenis

kelamin perempuan ini sesuai dengan tenaga kerja agroindustri

keripik ketela ungu yang didominasi oleh tenaga kerja perempuan.

c. Menurut Kelompok Umur

Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan

penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu

penduduk yang berusia 0-14 tahun (anak-anak) dan penduduk yang

berusia lebih dari 65 tahun (lansia), sedangkan penduduk usia

produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun (Mantra, 2003).

Komposisi penduduk Kabupaten Karanganyar berdasarkan

kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.

commit to user

Page 16: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a45c.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut

Kelompok Umur Tahun 2008No. Umur Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)1. 0 - 4 tahun 69.465 8,022. 5-9 tahun 73.695 8,513. 10-14 tahun 78.095 9,024. 15-19 tahun 81.888 9,465. 20-24 tahun 76.949 8,896. 25-29 tahun 72.015 8,327. 30-34 tahun 66.382 7,678. 35-39 tahun 60.931 6,329. 40-44 tahun 54.694 7,0410. 45-49 tahun 48.033 5,5511. 50-54 tahun 41.185 4,7612. 55-59 tahun 35.742 4,1313. 60-64 tahun 31.612 3,6514. 65-69 tahun 27.860 3,2215. 70-74 tahun 24.135 2,7916. 75 tahun ke atas 22.899 2,65

Jumlah 865.580 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk

Kabupaten Karanganyar terbesar berada pada umur 15-19 tahun

sebesar 81.888 jiwa atau 9,46%. Akan tetapi, apabila dilihat secara

keseluruhan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk

Kabupaten Karanganyar merupakan penduduk dalam usia

produktif yaitu penduduk yang berusia antara 15-64 tahun. Hal ini

sesuai dengan usia produsen keripik ketela ungu yang rata-rata

memiliki usia 46 tahun.

d. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan

penting. Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam

pengembangan pembangunan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan di

suatu wilayah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan

pentingnya pendidikan,

mi, dan sarana pendidikan yang ada.keadaan sosial ekono commit to user

Page 17: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a46c.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 11. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2008No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)1. Tidak Sekolah 65.060 8,172. Belum Tamat SD 81.167 10,193. Tidak Tamat SD 61.446 7,724. Tamat SD/ Sederajat 298.694 37,595. Tamat SLTP/ Sederajat 142.701 17,926. Tamat SLTA/ Sederajat 117.394 14,757. Tamat Akademi/ PT 29.653 3,72

Jumlah 796.115 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar usia 5 tahun keatas,

terbesar yaitu penduduk tamat SD/sederajat sebesar 298.694 jiwa

atau

37,59% dari total jumlah penduduk (di atas 5 tahun). Sedangkan

tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar terkecil

yaitu penduduk yang tamat akademik/PT yaitu sebesar 29.653 atau

3,72%. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan

penduduk Kabupaten Karanganyar cukup baik karena sebagian besar

penduduk telah mengenyam pendidikan.

e. Menurut Mata Pencaharian

Komposisi mata pencaharian penduduk suatu daerah

dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial

ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan,

lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia.

commit to user

Page 18: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a4747c.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian di KabupatenKaranganyar Tahun 2008

Lapangan Usaha Jumlah Persentase ( J iw a ) ( %) Pertanian 222.794 30,83Buruh Industri 104.204 14,42Buruh Bangunan 49.099 6,78Pedagang 44.762 6,19Lain-lain (pengusaha, PNS/POLRI, pensiunan, dan lain-lain)

301.924 41,78

Jumlah 722.653 100,00Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa pengusaha,

PNS/POLRI, pensiunan, dan lain-lain menjadi matapencaharian

penduduk terbesar di Kabupaten Karanganyar, yaitu sebesar 301.924

jiwa atau 41,78%. Terbesar kedua yaitu di sektor pertanian,

lahan pertanian yang masih cukup luas di Kabupaten Karanganyar

juga menyerap cukup banyak tenaga kerja yaitu sebesar 222.794 jiwa

(30,83%).

3. Keadaan Pertanian

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman

pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kabupaten

Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang

memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agroindustri.

Komoditas tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar adalah

padi, yang meliputi padi sawah dan padi gogo. Komoditas lainnya adalah

jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Produksi

komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar

dapat

dilihat pada Tabel 13.

commit to user

Page 19: Analisis usaha agroindustri keripik

Tabel 13. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di KabupatenKaranganyar Tahun 2008Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

Produktivitas (K w/Ha)

Padi sawah 45.274 279.341 61,70Padi gogo 1.513 7.869 52,00Jagung 7.795 33.595 43,10Ketela pohon 6.229 158.048 253,73Ketela ungu 754 16.849 223,46Kacang tanah 6.370 7.755 12,17Kedelai 246 371 150,81

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa padi sawah

memiliki produksi terbesar pertama yaitu sebesar 279.341 ton. Produksi

tanaman pangan terbesar kedua adalah ketela pohon 158.048 ton.

Sedangkan tanaman pangan yang memiki produksi terkecil adalah kedelai

sebesar 371 ton. Akan tetapi produktivitas paling banyak yaitu tanaman

ketela pohon diikuti ketela ungu masing-masing sebasar 253,73 kw/ha dan

223,46 kw/ha. Ketela ungu yang dihasikan di Kecamatan Tawangmangu

tersebut sebagian besar diolah menjadi produk lain, seperti keripik ketela

ungu.

4. Keadaan Perindustrian

Kondisi politik dan perekonomian yang berangsur-angsur

membaik di Negara Indonesia ini, menyebabkan sektor industri dan

perdagangan kembali berkembang. Jumlah industri yang ada di

Kabupaten Karanganyar berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 14. Industri Menurut Skala Usaha di Kabupaten Karanganyar Tahun2008

No. Skala Industri Jumlah (unit)1. Besar 782. Menengah 1043. Kecil 10.459

Sumber: Disperindag Kabupaten Karanganyar, 2008

Berdasarkan Tabel 14, di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008commit to

user

Page 20: Analisis usaha agroindustri keripik

terdapat industri besar (tenaga kerja > 100 orang) sebanyak 78 unit dan

Page 21: Analisis usaha agroindustri keripik

industri menengah (tenaga kerja = 21-99 orang) sebanyak 104 unit.

Dari industri besar dan industri sedang tersebut (182 unit) mampu menyerap

tenaga kerja lebih dari 41.823 orang. Industri-industri besar tersebut di

antaranya bergerak pada produk tekstil yaitu 61 unit, industri makanan

32 unit dan industri plastik/kimia 19 unit. Sedangkan untuk industri kecil di

Kabupaten Karanganyar terdapat 10.459 unit dan mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 40.849 orang. Salah satu industry kecil yang terdapat

di Kecamatan Tawangmangu adalah industri keripik ketela ungu.

B. Kecamatan Tawangmangu

1. Keadaan Alam

a. Letak Geografis

Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu kecamatan

dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Jarak

dari ibukota kabupaten 27 km ke arah timur, terletak di ketinggian

1.200m di atas permukaan laut. Batas wilayah Kecamatan

Tawangmangu adalah :

Sebelah utara : Kecamatan Ngargoyoso dan Kecamatan Jenawi

Sebelah selatan : Kecamatan Jatiyoso

Sebelah barat : Kecamatan Matesih dan Kecamatan Karangpandan

Sebelah timur : Provinsi Jawa Timur

Kecamatan Tawangmangu terdiri dari 10 desa, yaitu

Bandardawung, Sepanjang, Tawangmangu, Kalisoro, Blumbang,

Gondosuli, Tengklik, Ngeblak, Karanglo dan Plumbon.

b. Luas Wilayah

Luas wilayah Kecamatan Tawangmangu adalah 7.003,16 Ha,

yang terdiri dari luas tanah sawah dan luas tanah kering. Luas tanah

sawah hanya terdiri dari sawah sederhana. Sedangkan untuk luas

tanah kering terbagi atas pekarangan/bangunan, tegalan/kebun, hutan,

perkebunan dan lainnya. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel

15

berikut ini : commit to user

Page 22: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a5050c.id

perpustakaan.uns.ac.id

a. Pekarangan/Bangunan 619,20 8,84b. Tegalan/Kebun 1.328,88 18,98c. Perkebunan 38,14 0,54d. Hutan 4.187,34 59,79e. Lain-lain 112,21 1,60

Total 7.003,16

Tabel 15. Penggunaan Wilayah di Kecamatan Tawangmangu Tahun

2009

No. Macam Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)1. Luas Tanah Sawah2. Luas Tanah Kering

713,396.289,77

10,1989,81

Sumber: Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009

100,00

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa luas tanah

yang seluruhnya digunakan untuk sawah yaitu sebesar 713,39 Ha atau

sebesar

10,19% dari luas total. Sedangkan luas tahan kering adalah sebesar

6.289,77 Ha (89,81%) yang masih didominasi luas hutan yaitu sebesar

4.187,34 Ha dengan persentase 59,79% dari luas total, kemudian

dimanfaatkan untuk tegalan/kebun sebesar 1.328,88 Ha dengan

persentase 18,98% dari luas total. Penggunaan lahan kering paling

sedikit adalah untuk perkebunan yang hanya 38,14 Ha atau 0,54% dari

luas total.

Bangunan yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu

salah satunya bangunan rumah yang memiliki fungsi ganda, yaitu

sebagai tempat tinggal dan industri kecil, seperti industri keripik

ketela ungu.

2. Keadaan Penduduk

a. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah dan pertumbuhan penduduk di suatu daerah sangat

penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan penyediaan sarana

dan prasarana sosial ekonomi, dan dapat digunakan untuk

memperkirakan kebutuhan sekarang dan saat mendatang.

Berdasarkan data BPS tahun 2009 kepadatan penduduk di

Kecamatan Tawangmangu sebesar 645 jiwa/km2. Laju pertumbuhan

penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian, dan

Page 23: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a5151c.id

perpustakaan.uns.ac.idmigrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk

Kecamatan

Tawangmangu selama 5ctoamhumnittetroakuhsierrdapat dilihat pada Tabel 16.

Page 24: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a5151c.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 16. Perkembangan Penduduk Kecamatan Tawangmangu Tahun2004–2008

Tahun Jumlah Pertumbuhan Persentase P e ndudu k ( J iw a ) P e ndudu k ( J iw a ) ( %)

2004200520062007

44.38244.60544.87444.892

-223269

18

-0,500,600,04

20 08 45 .18 2 29 0 0 ,6 5 Rata-rata 44.787 200 0,48

Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah

penduduk Kecamatan Tawangmangu tahun 2004–2008 adalah 44.787

jiwa dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 200 jiwa atau dengan

persentase pertumbuhan sebesar 0,48%. Jumlah penduduk terbesar

adalah tahun 2008 yaitu sebesar 45.182 jiwa, dengan peningkatan

jumlah penduduk 290 jiwa atau sebesar 0,65% yang tersebar di 10

desa. Peningkatan jumlah penduduk mendukung ketersediaan tenaga

kerja dan menjadi potensi pasar bagi agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu pada agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu.

Tabel 17. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Tawangmangu Tahun2008

No. Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Persentase ( J iw a ) ( %)

1. Bandardawung 4.050 8,962. Sepanjang 3.811 8,433. Tawangmangu 8.407 18,614. Kalisoro 4.482 9,925. Blumbang 3.987 8,826. Gondosuli 3.540 7,837. Tengklik 3.814 8,448. Ngeblak 5.285 11,709. Karanglo 3.601 7,97

10 . P l umb o n 4 . 2 9 5 9 , 5 1 Jumlah 45.182 100,00

Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009commit to

user

Page 25: Analisis usaha agroindustri keripik

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa penyebaran

penduduk di setiap desa di Kecamatan Tawangmangu sudah

cukup merata. Desa yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak

adalah Desa/Kelurahan Tawangmangu, yaitu sebesar 8.407 jiwa atau

18,61% dari jumlah total. Sedangkan desa/kelurahan yang

memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa/Kelurahan

Gondosuli yaitu sebesar 3.540 jiwa atau 7,83% dari jumlah total.

b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Tawangmangu Tahun

2009, jumlah penduduk di Kecamatan Tawangmangu tahun 2008

mencapai 45.182 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin

dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta

besarnya sex ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan

perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.

Komposisi penduduk di Kecamatan Tawangmangu menurut jenis

kelamin dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Komposisi Penduduk Kecamatan Tawangmangu Menurut

Jenis Kelamin Tahun 2008

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(J iwa) (%) S ex R a tio

1. Laki-laki 22.252 49,25 2 . P e r e mpu a n 22 . 9 3 0 50 , 7 5

Jumlah 45.182 100,00 97Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk di Kecamatan Tawangmangu menurut jenis kelamin pada

tahun 2008 yaitu sebesar 45.182 jiwa. Jumlah penduduk

perempuan sebesar

22.930 jiwa (50,75%) dan jumlah penduduk laki-laki sebesar 22.252

jiwa (49,25%) sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk

perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki dari

keseluruhan jumlah pecnodmudmuikt tdoi uKseecramatan

Tawangmangu.

Page 26: Analisis usaha agroindustri keripik

bahwa tingkat

Besarnya angka sex ratio Kecamatan Tawangmangu tahun

2008 adalah 97. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk

perempuan di Kecamatan Tawangmangu terdapat 97 penduduk laki-

laki. Banyaknya penduduk Kabupaten Karanganyar yang berjenis

kelamin perempuan ini sesuai dengan tenaga kerja agroindustri

keripik ketela ungu yang didominasi oleh tenaga kerja perempuan.

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan

penting. Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam

pengembangan pembangunan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan di

suatu wilayah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya

pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan sarana pendidikan yang ada.

Tabel 19. Komposisi Penduduk Kecamatan Tawangmangu Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)1. Tidak Sekolah 3.331 8,012. Belum Tamat SD 4.503 10,833. Tidak Tamat SD 4.193 10,084. Tamat SD/ Sederajat 20.540 49,385. Tamat SLTP/ Sederajat 4.906 11,796. Tamat SLTA/ Sederajat 3.386 8,14

7 . T a m a t A k a d e m i / P T 7 3 7 1 , 7 7 Jumlah 41.596 100,00

Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan penduduk Kecamatan Tawangmangu terbesar yaitu

penduduk tamat SD/sederajat sebesar 20.540 jiwa atau 49,38% dari

total jumlah penduduk (5 tahun keatas). Sedangkan tingkat

pendidikan penduduk Kecamatan Tawangmangu terendah yaitu

penduduk yang tamat akademi/PT sebesar 737 atau 1,77%. Hal ini

dapat dikatakan

ikan penduduk Kecamatan Tawangmangu relatifcommit to user

Page 27: Analisis usaha agroindustri keripik

rendah karena sebagian besar penduduk tidak mengenyam wajib

belajar 9 tahun, yaitu hanya tamat SD/Sederajat. Tingkat

pendidikan ini sesuai dengan produsen keripik ketela ungu yang

sebagian besar menempuh pendidikan sampai tingkat SD.

d. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian

Komposisi matapencaharian penduduk suatu daerah

dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial

ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tigkat pendidikan,

lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia.

Tabel 20. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian di Kecamatan

Tawangmangu Tahun 2008

Matapencaharian Jumlah

(Jiwa)Persentase (%)

Petani dan buruh tani 17.549 46,45Buruh industri 1.084 2,87Buruh bangunan 1.779 4,71Pedagang 4.450 11,78Pengusaha, pengangkutan, PNS/TNI/POLRI, 12.916 34,19pensiunan, jasa, dan lain-lainJumlah 37.778 100,00

Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa sektor pertanian

menjadi matapencaharian penduduk di Kecamatan Tawangmangu

terbesar yaitu sebesar 17.549 jiwa atau 46,45%. Sedangkan

buruh industri menjadi mata pencaharian penduduk di Kecamatan

Tawangmangu terkecil yaitu sebesar 1.084 jiwa atau sebesar 2,87%.

Banyaknya penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani ini

termasuk didalamnya adalah petani ketela ungu yang

menyediakan bahan baku bagi agroindustri keripik ketela ungu

di Kecamatan

Tawangmangu.

commit to user

Page 28: Analisis usaha agroindustri keripik

3. Keadaan Pertanian

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman

pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Komoditas

tanaman pangan utama di Kecamatan Tawangmangu adalah padi sawah,

jagung, dan ketela ungu. Produksi komoditas pertanian tanaman pangan

di Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Luas Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman

Pangan di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2008

No. Komoditas Luas (Ha) Produksi

(T on ) Produktivitas

(Kw/Ha) 1. Padi sawah 114,7 7.077 61,702. Jagung 103 444 43,113. Ketela ungu 83 1.859 223,98

Sumber: Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa padi sawah memiliki

produksi terbesar pertama. Produksi tanaman pangan terbesar kedua

adalah ketela ungu. Produksi ketela ungu lebih rendah daripada

padi sawah karena tidak semua wilayah di Kecamatan Tawangmangu

menghasilkan ketela ungu. Hal ini menyebabkan kebutuhan ketela ungu

untuk industri keripik ketela ungu tidak tercukupi, sehingga dibutuhkan

ketela ungu dari luar Tawangmangu. Sedangkan tanaman pangan

yang memiki produksi terkecil adalah jagung.

4. Keadaan Perindustrian

Jumlah industri di Kecamatan Tawangmangu apabila

diklasifikasikan menurut kelompok usaha dapat dibedakan menjadi

industri berskala besar, menengah, kecil dan rumah tangga. Akan tetapi

hanya terdapat industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan

Tawangmangu. Jumlah industri kecil dan rumah tangga di Kecamatan

Tawangmangu pada tahun

2008 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini.

commit to user

Page 29: Analisis usaha agroindustri keripik

Tabel 22. Banyaknya Industri Kecil dan Menengah Menurut KelompokUsaha di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2008

Industri Jumlah (unit)A. Industri Rumah Tangga

1. Industri keripik ketela 52. Industri stroberi 93. Industri keripik pisang 114. Industri tempe 275. Industri kue lempit 96. Industri jamu 17. Industri meubel 148. Industri kerajinan kayu, bambu dan sejenisnya 159. Industri batu kapur 210. Industri penyulingan 111. Industri konveksi 5

B. Industri kecil1. Industri keripik ketela ungu 192. Industri tempe 23. Industri jahe 24. Industri penyulingan 1

Jumlah 123Sumber: Disperindag Kabupaten Karanganyar, 2008

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa cukup banyak industri

yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu. Industri skala rumah tangga

mendominasi banyaknya industri yang ada di Kecamatan Tawangmangu,

yaitu sebanyak 99 unit. Sedangkan industri kecil sebanyak 24 unit.

Semakin meningkatnya jumlah industri yang ada di Kecamatan

Tawangmangu diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran

dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan

Tawangmangu. Industri Kecil yang terdapat di Kecamatan

Tawangmangu

adalah industri keripik ketela ungu.

commit to user

Page 30: Analisis usaha agroindustri keripik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

alam

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum

tentang keadaan dan latar belakang responden yang berkaitan dan

berpengaruh terhadap kegiatannya dalam menjalankan usaha. Responden

dalam penelitian ini adalah produsen keripik ketela ungu yang pada masa

penelitian masih aktif berproduksi. Karakteristik dari responden produsen

keripik ketela ungu meliputi identitas (usia responden, lama pendidikan,

jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam

produksi, dan lama mengusahakan), status usaha dan alasan mengusahakan.

Identitas responden pada agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 23 berikut

ini :

Tabel 23. Identitas Responden Agroindstri Keripik Ketela Ungu di KecamatanTawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Uraian Rata-rata per Responden

1. Usia responden (tahun) 462. Lama pendidikan (tahun) 73. Jumlah anggota keluarga (orang) 54. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam 3

usaha (orang)5. Lama mengusahakan (tahun) 86. Jumlah tenaga kerja luar keluarga (orang) 11

Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 1)

Menurut Mantra (2003), penduduk berumur 0-14 tahun termasuk

golongan penduduk yang belum produktif, umur 15 – 64 tahun termasuk

golongan penduduk yang produktif, dan umur 65 tahun ke atas termasuk

golongan penduduk yang sudah tidak produktif. Berdasarkan Tabel 23 di atas

dapat diketahui bahwa umur rata-rata produsen keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah 46 tahun yang

berarti termasuk dalam umur produktif. Umur produktif disini berhubungan

dengan kemampuan

fisik atau tenaga produsen d commit to

user kegiatan produksi keripik ketela

Page 31: Analisis usaha agroindustri keripik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

Page 32: Analisis usaha agroindustri keripik

digilib.uns.a5858c.id

perpustakaan.uns.ac.id

ungu. Pada umur produktif tersebut, produktivitas kerja produsen keripik

ketela ungu masih cukup tinggi sehingga diharapkan agroindustri keripik

ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar masih

dapat terus dikembangkan.

Seluruh produsen agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar pernah menempuh pendidikan

secara formal, walaupun pada tingkatan yang berbeda–beda. Rata-rata

pendidikan formal yang ditempuh oleh responden produsen keripik ketela

ungu adalah 7 tahun. Dari 19 responden, terdapat 13 responden yang hanya

menempuh pendidikan sampai pada tingkat SD atau yang sederajat (SR).

Walaupun demikian, ada 4 orang responden yang telah mencapai tingkat

SLTP/SMP, yaitu selama 9 tahun dan 2 orang responden telah mencapai

tingkat SLTA/SMA, yaitu selama 12 tahun. Pada agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini, tingkat

pendidikan berpengaruh terhadap agroindustri keripik ketela ungu yaitu dalam

hal manajemen, sedangkan dalam proses produksinya yang lebih dibutuhkan

adalah pengalaman, baik yang diperoleh dari produsen sendiri maupun dari

orang lain. Dengan kata lain, diperlukan pendidikan formal dan non formal

untuk menjalankan sebuah usaha dengan baik.

Jumlah rata-rata anggota keluarga produsen agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebanyak 5

orang. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga ini tidak terlalu berpengaruh

terhadap ketersediaan jumlah tenaga kerja untuk agroindustri keripik ketela

ungu, mengingat agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini merupakan industri yang lebih

banyak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, baik dalam proses

produksi maupun pemasarannya. Jumlah anggota keluarga yang ikut aktif

dalam industri keripik ketela ungu rata-rata sebanyak 3 orang. Biasanya

anggota keluarga yang aktif dalam industri keripik ketela ungu adalah

suami dan istri, sedangkan anggota

keluarga yang lain bekerja pada sektor lain, masih menempuh pendidikan,

commit to user

Page 33: Analisis usaha agroindustri keripik

utama oleh 94,74%

digilib.uns.a5959c.id

perpustakaan.uns.ac.id

merantau di luar kota atau termasuk umur non produktif (anak-anak dan lanjut

umur).

Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar rata-rata berdiri selama 8 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa responden cukup berpengalaman dalam memproduksi

keripik ketela ungu. Pengalaman yang dimiliki oleh para produsen akan

berguna dalam mengatasi berbagai kendala usaha yang mungkin produsen

hadapi, misalnya dalam teknis tahapan produksi keripik ketela ungu.

Keberadaan industri keripik ketela ungu selama 8 tahun ini menunjukkan

bahwa industri keripik ketela ungu telah dapat membantu para produsen

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari produsen dan juga dalam penyerapan

tenaga kerja.

Jumlah tenaga kerja luar keluarga rata-rata berjumlah 11 orang, jadi

total tenaga kerja sebanyak 14 orang. Berdasarkan kriteria skala usaha

menurut BPS (1999), agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar termasuk dalam industri skala kecil,

yaitu dengan jumlah tenaga kerja antara 9-15 orang. Sebagian besar tenaga

kerja luar keluarga ini berasal dari desa setempat dan hampir seluruhnya

berjenis kelamin perempuan.

Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar dapat berstatus sebagai usaha utama ataupun usaha

sampingan. Data mengenai status usaha agroindustri keripik ketela ungu

di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada

Tabel 24 berikut ini :

Tabel 24. Status Usaha Agroindustri Keripik ketela ungu di KecamatanTawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Status Usaha Jumlah (Responden) Persentase (%)1. Utama 18 94,742. Sampingan 1 5,26

Jumlah 19 100Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 1)

Tabel 24 diatas menunjukkan bahwa agroindustri keripik ketela ungu

di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dijadikan sebagai

usaha den atau sebanyak 18 orang, disamping tidakcommit to user

Page 34: Analisis usaha agroindustri keripik

produsen keripik ketala

memiliki pekerjaan lain, industri tersebut juga membutuhkan waktu

penuh untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya tenaga kerja

dan modal yang digunakan yang harus dipantau oleh produsen sendiri setiap

saat. Akan tetapi, beberapa dari responden juga memiliki pekerjaan

sampingan sebagai petani. Sebesar 5,26% responden atau 1 orang

menjadikan agroindustri keripik ketela ungu ini sebagai usaha

sampingan dengan pekerjaan utama sebagai supir bus.

Alasan responden menjalankan usaha agroindustri keripik ketela ungu

di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada

Tabel 25 berikut :

Tabel 25. Alasan Responden Mengusahakan Agroindustri Keripik Ketela Ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Alasan Usaha Jumlah

(Res p on den)Persentase

(%) 1. Bahan baku tersedia 6 31,582. Menguntungkan 5 26,323. Tidak mempunyai pekerjaan lain 5 26,324. Meniru tetangga 3 15,78

Jumlah 19 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 1)

Tabel 25 menunjukkan bahwa agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar diusahakan karena

beberapa alasan. Alasan yang tertinggi yaitu sebesar 31,58% atau sebanyak 6

orang responden mengusahakan industri keripik ketela ungu karena

bahan baku keripik ketela ungu tersedia di Kabupaten Karanganyar. Hal

tersebut menjadikan produsen berinisiatif mengolah ketela ungu tersebut

menjadi produk lain, baik yang berstatus usaha utama ataupun usaha

sampingan.

Alasan lain yaitu menguntungkan dan tidak mempunyai pekerjaan

lain masing-masing sebesar 26,32% atau sebanyak 5 orang responden.

Dengan mengolah ketela ungu menjadi produk lain (keripik) dapat

memberikan nilai tambah ketela ungu itu sendiri, sehingga dapat

memberikan keuntungan bagi

u. Selain itu, produsen juga tidak mempunyaicommit to user

Page 35: Analisis usaha agroindustri keripik

pekerjaan lain, hal terkait dengan jenis mata pencaharian di daerah penelitian

yang terbatas jumlahnya. Kondisi alam daerah penelitian yang banyak

terdapat ketela ungu membuat masyarakat memanfaatkan ketela ungu

untuk dibuat keripik ketela ungu, sehingga sebagian masyarakat telah

menggantungkan hidupnya pada industri keripik ketela ungu ini.

Alasan lain responden mengusahakan industri keripik ketela

ungu yaitu karena meniru usaha tetangga yang sudah lebih dulu

mengusahakan industri keripik ketela ungu, yaitu sebesar 15,78% atau

sebanyak 3 orang responden. Melihat produsen lain yang sukses

menjalankan usaha industri keripik ketela ungu tersebut, membuat sebagian

orang tertarik untuk mengusahakannya.

B. Modal Usaha

Produsen keripik ketela ungu membutuhkan modal untuk

memulai usahanya, baik untuk membeli peralatan dan bahan-bahan yang

dibutuhkan dalam proses pembuatan keripik ketela ungu, maupun untuk

memasarkan keripik ketela ungu yang telah dihasilkan. Sumber modal yang

digunakan oleh produsen agroindstri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 26 berikut

ini. :

Tabel 26. Sumber Modal Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten KaranganyarNo. Uraian Jumlah Persantase (%)

( R e s p o nd en) 1. Modal sendiri 10 52,632. Modal pinjaman3. Sendiri dan pinjaman

0 09 47,37

Jumlah 19 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 1)

Tabel 26 diatas menunjukkan bahwa sebesar 52,63% atau sebanyak

10 orang responden produsen agroindstri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menggunakan sumber modal

berupa

Page 36: Analisis usaha agroindustri keripik

modal sendiri. Sisanya 9 oracnogmmreistptoonudseenr atau sebesar 47,37% responden

Page 37: Analisis usaha agroindustri keripik

mempunyai kualitas

menggunakan modal sendiri dan pinjaman. Modal pinjaman tersebut berasal

dari LIPI, Danamon, BRI, BNI dan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mandiri Pedesaan). Produsen yang

mendapatkan modal pinjaman dari LIPI adalah produsen yang tergabung

dalam kelompok Koperasi Akar Mulya, yang merupakan koperasi yang

menaungi produsen keripik ketela ungu skala kecil yang ada di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Modal tersebut berasal dari LIPI

yang dipinjamkan secara bergilir. Saat ini baru 3 produsen yang menerima

pinjaman tersebut, yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara Koperasi. Modal

tersebut diberikan pada produsen keripik ketela ungu dengan bunga rendah

(0,5% per bulan) untuk perbaikan tempat produksi keripik ketela ungu. Akan

tetapi pada kenyataanya modal tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk

perbaikan tempat, tetapi untuk menambah modal dalam proses produksinya.

Hal ini dikarenakan produsen keripik ketela ungu menganggap bahwa

tempat yang digunakan untuk proses produksi keripik ketela ungu sudah

layak.

C. Bahan-bahan dalam Proses Produksi Keripik Ketela Ungu

1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah ketela ungu,

yaitu salah satu jenis ketela rambat yang berwarna ungu. Bahan baku

ketela ungu tersedia di Kabupaten Karanganyar. Akan tetapi

ketersediaanya bahan baku tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan

produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya,

produsen keripik ketela ungu mencari di luar Kabupaten Karanganyar,

seperti di daerah Magetan, Ngawi dan Pacitan, bahkan ada pula yang

sampai mencari hingga ke Jawa Barat, seperti Bandung.

Bahan baku ketela ungu yang berasal dari Kabupaten

Karanganyar lebih baik dan warna yang lebih

menarik bilacommit to user

Page 38: Analisis usaha agroindustri keripik

memperoleh bahan baku,

dibandingkan dengan ketela ungu yang berasal dari luar Kabupaten

Karanganyar, yaitu rasanya lebih manis dan warnanya ungu pekat.

Sedangkan yang berasal dari luar Kabupaten Karanganyar biasanya

rasanya tidak terlalu manis dan warnanya ungu kemerahan, sehingga jika

diolah membutuhkan bahan penolong untuk memberikan rasa manis yang

cukup banyak, dan warnanya pun tidak begitu menarik.

Produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar memperoleh bahan baku dengan membeli

langsung pada petani dan ada juga yang pada pengepul. Cara memperoleh

bahan baku untuk agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 27 berikut

ini :

Tabel 27. Cara Produsen Memperoleh Bahan Baku Ketela Ungu untuk Produksi Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Uraian Jumlah (Produsen) Persentase (%)1. Membeli pada petani lokal 1 5,262. Membeli pada pengepul 5 26,323. Membeli pada petani

lokal dan pengepul13 68,42

Jumlah 19 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 2)

Berdasarkan Tabel 27, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

produsen keripik ketela ungu memperoleh bahan baku dengan membeli ke

petani lokal dan pengepul. Banyaknya produsen yang memilih

mendapatkan bahan baku dari petani lokal dan pengepul dikarenakan jika

hanya dari petani lokal saja sulit mendapatkannya, produsen harus

pesan terlebih dahulu sebelum ketela ungu dipanen dan harganya juga

sedikit lebih mahal, sehingga terkadang kurang untuk memenuhi

kebutuhan bahan bakunya, oleh karena itu produsen juga membeli membeli

ketela ungu melalui pengepul.

Sebanyak 26,32% atau 5 orang memilih memperoleh bahan

baku ketela ungu melalui pengepul. Hal ini karena produsen merasa lebih

mudah

aitu dengan menghubungi pengepul yang sebagiancommit to user

Page 39: Analisis usaha agroindustri keripik

besar sudah menjadi langganan para produsen keripik ketela ungu. Selain

itu harganya juga terkadang lebih murah bila dibandingkan dengan

membeli langsung ke petani yaitu sekitar Rp 1.800,00/kg, sedangkan yang

langsung ke petani harga ketela ungu sekitar Rp 2.000,00/kg. Hal ini

disebabkan karena pengepul membeli ketela ungu pada petani lokal dalam

jumlah besar sehingga harga beli pengepul ke petani lebih murah. Selain

itu ketela ungu yang dibeli pengepul tidak hanya dari petani lokal tetapi

juga dari luar kota, seperti Magetan dan Pacitan yang harganya lebih

murah dengan kualitas lebih rendah dari ketela ungu lokal, sehingga

pengepul dapat menjual pada produsen keripik ketela ungu dengan harga

yang lebih murah.

Hanya 5,26% atau 1 orang yang memilih memperoleh bahan baku

ketela ungu langsung ke petani. Alasannya karena lebih dekat dengan

rumah sehingga lebih cepat mendapatkan bahan baku ketela ungu

meskipun harus mendatangi langsung ke setiap petani ketela ungu.

Sistem penyimpanan bahan baku ketela ungu semua produsen

keripik ketela ungu yaitu dengan cara di stok untuk 2-7 hari. Artinya,

setiap melakukan pembelian bahan baku, tidak habis digunakan untuk

satu kali proses produksi. Hal ini karena produsen keripik ketela ungu

membeli bahan baku ketela ungu dalam jumlah besar. Sehingga setiap

melakukan pembelian bahan baku digunakan untuk beberapa kali produksi,

yaitu antara 1-3 kali produksi.

Cara pembayaran bahan baku ketela ungu dilakukan dengan

cara kontan dimuka dan dibelakang, dapat dilihat pada Tabel 28 berikut ini :

Tabel 28. Cara Pembayaran Bahan Baku Ketela Ungu di Agroindustri Keripik

Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Uraian Jumlah Persentase ( R e s p o n d e n ) ( % )

1. Kontan dimuka pada petani 122. Kontan dibelakang pada pengepul 2

63,1610,53

3. Kontan dimuka pada petani dan dibelakang pada pengepul

5 26,32

Jumlah 19 100,00Sumber : Diolah dari Data

Page 40: Analisis usaha agroindustri keripik

commit to userPrimer (Lampiran 2)

Page 41: Analisis usaha agroindustri keripik

Sebanyak 63,16% atau 12 orang memilih melakukan pembayaran

bahan baku dengan cara kontan dimuka. Sebagian besar produsen yang

membayar kontan dimuka adalah yang membeli bahan baku langsung dari

petani. Pada umumnya, petani meminta pembayaran dimuka karena setelah

ketela ungu dipanen, petani membutuhkan modal untuk menggarap

kembali sawah mereka. Akan tetapi ada juga yang membayar kontan

dimuka pada pengepul. Bukan pengepul yang meminta pembayaran

dimuka, tetapi biasanya produsen keripik ketelanya sendiri yang melakukan

pembayaran seperti itu, karena produsentidak mau terbebani dengan hutang

kepada pengepul.

Pembayaran kontan dimuka dan dibelakang biasanya dilakukan

oleh produsen yang memperoleh bahan baku ketela ungu dari petani dan

pengepul. Terdapat 5 orang atau sebesar 26,32%, pembayaran kontak

dimuka untuk petani dan kontan dibelakan untuk pengepul. Sedangkan

sisanya 10,53% atau sebanyak 2 orang melakukan cara pembayaran bahan

baku kontan dibelakang. Cara pembayaran ini dilakukan produsen keripik

ketela ungu untuk pengepul.

2. Bahan-bahan penolong

Bahan penolong adalah merupakan bahan-bahan yang digunakan

dalam proses pembuatan ketela ungu menjadi keripik ketela ungu selain

bahan utama. Bahan penolong yang digunakan dalam produksi keripik

ketela ungu terdiri dari :

a. Gula pasir

Gula merupakan salah satu bahan penolong yang berfungsi sebagai

bahan pemanis dalam proses produksi keripik ketela ungu. Jenis gula

yang digunakan adalah gula pasir, alasannya agar tidak merubah warna

ketela ungu. Perbandingan pemakaian gula pasir ini ± 1 : 0,005.

Maksudnya adalah setiap 1 kg bahan baku ketela ungu membutuhkan

sekitar 0,005 kg gula pasir. Harga gula pasir per kilogram adalah sekitar

Rp 10.000,00.

b. Pemanis buatan

Selain gula yang digunakan untuk menambah manis, produsen

keripik ketela ungu juga menambahkan pemanis buatan kedalam proses

produksinya. Hal ini dilcaokmukmaint tkoaruesnearjika produsen

Page 42: Analisis usaha agroindustri keripik

hanya menggunakan

Page 43: Analisis usaha agroindustri keripik

gula saja, maka produsen harus mengeluarkan lebih banyak biaya,

sehingga produsen menambahkan pemanis buatan yang harganya

jauh lebih murah, yaitu sekitar Rp 1.000,00/pcs. Produsen

menggunakan sakarin merk “Sari Tebu”. Jumlah sakarin yang

digunakan sesuai dengan ketentuan dari Departemen Kesehatan yaitu

penggunaan 1 pcs (5 gram) pemanis buatan untuk 5 kg gula pasir, atau

1 gram sakarin untuk 1 kg gula pasir.

c. Garam

Bahan penolong lain yang digunakan adalah garam. Dalam. Fungsinya

yaitu memberikan rasa gurih pada keripik ketela ungu. Jenis garam

yang digunakan pada umumnya adalah garam kotak (Rp

400,00/kotak) dan garam halus (Rp 2.500,00/pcs).

d. Vanili

Vanili merupakan bahan penolong yang berfungsi sebagai penambah

aroma keripik ketela ungu. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1 bungkus

untuk 10 kg ketela ungu, sehingga tidak menghilangkan aroma khas

ketela ungu itu sendiri. Harga vanili per bungkusnya yaitu Rp 500,00.

e. Minyak goreng

Bahan penolong lain yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup

banyak selain gula yaitu minyak goreng. Produsen membeli minyak

goreng dalam kemasan jligen. Dimana dalam satu jligen berisi 17 kg

minyak goreng. Dengan membeli minyak goreng dalam jumlah besar

harganya lebih ekonomis, yaitu sekitar Rp 9.000,00/kg.

Dalam proses produksi keripik ketela ungu untuk bahan baku

ketela ungu 100 kg membutuhkan bahan penolong sebagai berikut : 0,5 kg

gula pasir;

1 bungkus pemanis buatan; 0,2 kotak garam; dan 13,6 kg minyak goreng.

3. Bahan bakar

Dalam proses produksi keripik ketela ungu membutuhkan bahan

bakar untuk proses penggorengan. Bahan bakar yang digunakan produsen

keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

adalah :commit to

user

Page 44: Analisis usaha agroindustri keripik

a. Kayu

Proses penggorengan keripik ketela ungu dilakukan diatas tungku,

sehingga membutuhkan kayu untuk bahan bakarnya. Kayu tersebut

biasanya diperoleh dari pedagang kayu bakar yang langsung diantar ke

rumah produsen keripik ketela ungu.

b. Serbuk gergaji

Sebagai bahan pelengkap bahan bakar, digunakan serbuk gergaji

yang biasa disebut dengan “emput”. Fungsinya agar api tetap stabil

menyala, dan juga emput ini digunakan sebagai bahan bakar

pengganti minyak tanah. Memudahkan dalam menyalakan api.

Naiknya harga minyak tanah yang cukup signifikan belakangan ini

membuat produsen keripik ketela ungu kewalahan memenuhi

kebutuhan minyak tanah, sehingga produsen beralih ke serbuk gergaji

yang harganya jauh lebih ekonomis.

4. Pengemasan

Yang dibutuhkan dalam proses pengemasan keripik ketela ungu yaitu :

a. Plastik

Plastik digunakan untuk mengemas keripik ketela ungu yang siap

dipasarkan. Ukuran plastik yang digunakan yaitu 2,5 kg dan 5 kg.

Produsen tidak mengemas keripik dalam ukuran kecil. Hal ini

karena produsen tidak memasarkan langsung konsumen dalam

bentuk eceran, akan tetapi dalam bentuk grosir pada pengepul maupun

toko-toko.

b. Label

Seluruh produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar menggunakan label yang bertuliskan merk

produk masing-masing. Selain itu produsen juga mencantumkan

komposisi bahan, nomor Departemen Kesehatan dan nomor telepon.

Dengan adanya nomor Departemen Kesehatan yang tercantum dalam

label mebuktikan bahwa keripik ketela ungu yang diproduksi telah

melalui uji kesehatan yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan. Nomor dari Departemen

Kesehatan tersebut harus diperbaharui setiap 5 tahun sekali.

Page 45: Analisis usaha agroindustri keripik

commit to user

Page 46: Analisis usaha agroindustri keripik

D. Peralatan yang Digunakan dalam Proses Produksi Keripik Ketela Ungu

Produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar selain membutuhkan bahan baku dan bahan penolong untuk

menjalankan usahanya, juga memerlukan peralatan yang digunakan dalam

proses produksi. Peralatan yang digunakan dalam industri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebagian besar

adalah peralatan non mekanis, bahkan ada beberapa diantara peralatan

tersebut yang dibuat sendiri dengan memanfaatkan apa yang ada di

sekitarnya. Peralatan- peralatan yang digunakan dalam proses produksi

keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

antara lain sebagai berikut:

1. Pengupas ketela

Pengupas ketela sama dengan alat yang digunakan untuk mengupas

ketimun atau kentang. Alat ini lebih cepat bila dibandingkan

mengupas kulit ketela dengan menggunakan pisau biasa.

2. Pisau

Pisau digunakan untuk mencungkil bagian-bagian ketela yang sulit

dibersihkan dengan pengupas ketela.

3. Mesin pemotong ketela

Mesin pemotong ketela merupakan satu-satunya alat mekanis yang

digunakan dalam proses pembuatan keripik ketela ungu. Penggunaannya

membutuhkan tenaga listrik. Cara menggunakannya yaitu setelah

dihubungkan dengan listrik, ketela ungu yang sudah dikupas dan dicuci

bersih dimasukkan kedalam mesin tersebut. Lebih praktis dan cepat bila

dibandingkan dengan cara manual, akan tetapi hanya sedikit

produsen menggunakan mesin ini. Selain membutuhkan modal yang

cukup besar karena harganya yang mahal, hasil irisan ketela juga tidak

halus seperti yang dilakukan dengan cara manual.

4. Pasah

Pasah juga berfungsi sama seperti mesin pemotong ketela. Bedanya,

pasah merupakan alat manual. Walaupun tidak efisien waktu, tapi

sebagian besarcommit to user

produsen justru menggunakan pasah untuk mengiris ketela. Selain

Page 47: Analisis usaha agroindustri keripik

lebih

Page 48: Analisis usaha agroindustri keripik

ekonomis, hasil irisan ketela juga lebih halus. Produsen biasanya

membuat pasah sendiri. Karena bahan yang digunakan cukup mudah

diperoleh, yaitu kayu. Pembuatannya pun sangat sederhana. Kayu

dipotong balok memanjang dan ditengahnya diberi mata pisau.

5. Ember besar

Ember besar berfungsi sebagai tempat untuk mencuci ketela ungu setelah

dikupas dan setelah diiris.

6. Ember kecil

Setelah ketela diiris dan dicuci bersih, ember kecil disiapkan untuk

merendam ketela ungu yang berisi campuran air dengan gula, pemanis

buatan, garam dan vanili.

7. Tampah

Tampah digunakan untuk meniriskan ketela ungu yang sudah direndam

campuran air dengan gula, pemanis buatan, garam dan vanili, serta untuk

meniriskan ketela ungu setelah digoreng menjadi keripik ketela ungu.

8. Tungku

Tungku merupakan alat buatan sendiri yang digunakan untuk proses

penggorengan ketela menjadi keripik. Tungu dibuat dari semen dan pasir.

Antara tungku yang satu dengan yang lain tidak ada jaraknya (gandeng).

9. Wajan

Wajan digunakan untuk menggoreng keripik ketela ungu. Jenis

wajan yang digunakan adalah wajan berukuran besar yang terbuat dari

tembaga.

10. Sotil

Sotil jarang digunakan. Hanya sesekali digunakan untuk membalik-

balikkan ketela ungu yang sedang digoreng.

11. Serok

Selain digunakan untuk mengangkat keripik ketela ungu yang sudah

masak dari wajan, serok juga berfungsi sebagai pengganti sotil, yaitu

untuk membalik-balikan ketela ungu yang sedang dimasak. Dibanding

sotil, serok lebih sering digunakan karena lebih lebar sehingga lebih

mudah digunakan

untuk membalik-balikkan kceotemlamuitngtou uysaenrg sedang digoreng.

Page 49: Analisis usaha agroindustri keripik

perpustakaan.uns.ac.id

12. Timbangan

Setelah keripik ketela ungu matang dan ditiriskan, keripik ditimbang

sesuai dengan kebutuhan pengemasan. Keripik yang sudah ditimbang siap

dikemas.

E. Proses Produksi Keripik Ketela Ungu

Bahan baku utama pembuatan keripik ketela ungu adalah ketela ungu,

sehingga ketela ungu harus dipersiapkan terlebih dahulu. Proses pembuatan

ketela ungu menjadi keripik cukup sederhana. Dimulai dari persiapan bahan

baku dan bahan penolong hingga proses pengemasan. Berikut ini

adalah

proses pembuatan keripik ketela ungu secara skematis :

Bahan Baku Ketela Ungu

Pengupasan Kulit

Pencucian I

Pemotongan/pengirisan

Pencucian II

Perendaman Bumbu

Penggorengan

Ditiriskan dan diangin-anginkan

Penimbangan

Pengemasan

Gambar 2. Proses Pembuatan Keripik Ketela Ungucommit to user

Page 50: Analisis usaha agroindustri keripik

perpustakaan.uns.ac.id

Berdasarkan Gambar 2 diatas, dapat dijelaskan proses

pembuatan keripik ketela ungu sebagai berikut :

1. Pengupasan

Ketela ungu yang sudah dipersiapkan langsung dikupas menggunakan

pengupas ketela. Pengupas ketela sama dengan alat yang digunakan

untuk mengupas kentang atau ketimun. Kulit dibersihkan hingga

bersih. Dan untuk membersihkan lekukan-lekukan yang terdapat pada

ketela yang sulit dibersihkan dengan pengupas ketela biasanya digunakan

pisau.

2. Pencucian I

Setelah ketela ungu dibersihkan dari kulit, kemudian dicuci dengan

air bersih dalam ember besar.

3. Pemotongan/pengirisan

Ketela yang sudah bersih tersebut dipotong/diiris tipis mengunakan alat

pemotong maupun pasah manual. Baik mesin pemotong maupun pasah

manual dapat diatur ketebalan irisan ketela, sehingga dapat memperoleh

irisan ketela yang sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Akan tetapi

hasil irisan ketela yang menggunakan mesin dan pasah berbeda. Lebih

halus yang menggunakan pasah manual. Dan jika setelah digoreng pun

hasilnya yang diiris dengan mesin agak keriting.

4. Pencucian II

Irisan ketela ungu tersebut kemudian dicuci kembali agar benar-

benar bersih dan tidak berbau besi akibat proses pengirisan tersebut.

5. Perendaman bumbu

Setelah dicuci bersih, ketela dimasukkan kedalam ember kecil yang

didalamnya sudah diberi campuran air dengan gula, pemanis buatan,

garam dan vanili. Perendaman tidak dilakukan terlalu lama, hanya

sekitar

15 menit saja. Dan kemudian ditiriskan terlebih dahulu sebelum digoreng.

6. Penggorengan

Ketela yang sudah direndam bumbu tersebut siap dimasukan dalam wajan

yang berisi minyak goreng panas untuk digoreng diatas

tungku.commit to

Page 51: Analisis usaha agroindustri keripik

perpustakaan.uns.ac.iduser

Page 52: Analisis usaha agroindustri keripik

perpustakaan.uns.ac.id

Penggorengan dilakukan sekitar 15-20 menit, hingga ketela ungu tersebut

benar-benar garing dan renyah.

7. Penirisan

Setelah digoreng sampai kering, keripik ditiriskan dan di angin-anginkan

terlebih dahulu sebelum ditimbang dan dikemas.

8. Penimbangan

Setelah keripik dingin dan tidak berminyak, keripik dimasukkan

dalam plastik untuk ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan.

9. Pengemasan

Keripik yang sudah ditimbang tersebut kemudian diberi label yang

dimasukkan dalam kemasan plastik tersebut dan diikat rapat agar tidak

mudah mlempem.

F. Pemasaran

Setelah keripik ketela ungu dikemas dalam plastik, keripik ketela

ungu siap untuk dipasarkan. Proses pemasaran dilakukan menggunakan

mobil pick up milik sendiri, karena setiap produsen sudah memiliki alat

transportasi tersebut. Dalam setiap pemasarannya, produsen mengeluarkan

biaya transportasi yang berbeda-beda sesuai dengan jarak lokasi pemasaran.

Biaya tersebut digunakan untuk membayar supir dan membeli bahan bakar

mobil.

Keripik ketela ungu ini tidak dipasarkan langsung pada

konsumen, akan tetapi pada para pedagang besar. Sehingga pengemasannya

dibuat dalam ukuran besar (2,5 dan 5 kg) dengan harga grosir, yaitu Rp

12.000,00/kg untuk kemasan 2,5 kg dan Rp 11.741,23/kg untuk kemasan 5

kg.

Di Pulau Jawa, keripik ketela ungu dipasarkan antara lain di

Jawa Tengah (Karanganyar, Solo, Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Jogjakarta,

Kebumen, dan Purworejo), Jawa Timur (Magetan, Malang dan Surabaya),

Jawa Barat (Purwakarta dan Bandung), dan Jakarta. Untuk pemasaran di

luar

Pulau Jawa yaitu di Kalimantan (Balikpapan).

commit to user

Page 53: Analisis usaha agroindustri keripik

J u m

perpustakaan.uns.ac.id

G. Analisis Usaha

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan

Profitabilitas a. Biaya

Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan dalam

proses produksi. Biaya dalam penelitian ini adalah keseluruhan

biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan keripik ketela ungu

sampai pemasaran keripik ketela ungu, yang terdiri dari biaya tetap

dan biaya variabel.

1) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam

industri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar yang besarnya tidah dipengaruhi oleh

jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan. Biaya tetap dalam

industri keripik ketela ungu ini meliputi biaya penyusutan

peralatan, biaya bunga modal investasi, cicilan pinjaman

modal, dan biaya ijin Departemen Kesehatan.

Keseluruhan biaya tetap dalam penelitian ini timbul karena

penggunaan faktor produksi yang tetap, sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk membiayai faktor produksi juga tetap tidak

berubah walaupun jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan

berubah-ubah. Rata-rata biaya tetap pada agroindustri keripik

ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

dapat dilihat pada Tabel 29 berikut :

Tabel 29. Rata-rata Biaya Tetap Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Jenis Biaya Tetap Rata-rata per Persentase B u l a n ( R p ) ( %)

1. Penyusutan peralatan 291.124,39 20,692. Bunga modal investasi 880.496,95 62,593. Cicilan pinjaman 231.015,56 16,42

4 . I j i n D e p a r t e m e n K e s e h a t a n 4 . 1 6 6 , 6 7 0 , 3 0 lah 1.406.803,56 100,00co mmit to user

Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 3)

Page 54: Analisis usaha agroindustri keripik

Tabel 29 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata biaya tetap

per bulan yang dikeluarkan oleh produsen agroindustri

keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar adalah sebesar Rp 1.406.803,56, dengan sumber

biaya tetap yang berasal dari biaya penyusutan peralatan

yaitu sebesar Rp 291.124,39 atau 20,69% dari jumlah total

biaya tetap seluruhnya. Produsen menggunakan peralatan dalam

pelaksanaan proses produksi keripik ketela ungu, yang mana

peralatan tersebut masih sederhana dan bahkan ada sebagian

peralatan yang dibuat sendiri oleh produsen. Masih sederhananya

peralatan yang digunakan tersebut di satu sisi memang

memperkecil biaya penyusutan peralatan, namun di sisi lain

hal ini menyebabkan proses produksi berjalan lambat dan

membutuhkan curahan waktu kerja yang lebih banyak.

Menurut Hernanto (1993), besarnya biaya penyusutan

peralatan dapat dihitung menggunakan metode garis lurus, dengan

pemikiran bahwa peralatan yang digunakan dalam status

usaha akan menyusut dalam besaran yang sama. Metode garis

lurus dapat dirumuskan sebagai berikut :

Penyusutan : n ilai awal - n ilai akh ir umur ekonomis (bulan)

Biaya bunga modal investasi menempati proporsi pertama,

yaitu sebesar Rp 880.496,95 per bulan atau 62,59% dari jumlah

total biaya tetap seluruhnya. Biaya ini merupakan nilai bunga atas

modal yang dimiliki oleh produsen, walaupun modal tersebut

adalah modal sendiri, yang dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut :

B = Biaya Modal Sendiri x r (Suratiyah,

2006) Dimana :

r = ( i – f ) / ( 1 – f ) (Gray, et al, 1993)

commit to user

Page 55: Analisis usaha agroindustri keripik

Keterangan :

B = Bunga modal investasi (Rp)

r = Suku bunga riil bulan Oktober 2010 (1,83%)

i = Suku bunga kredit investasi Bank BRI bulan Oktober 2010 (2%)

f = Inflasi bulan Oktober 2010 (0,06%)

Suku bunga yang digunakan dalam perhitungan sebesar

1,83%, berdasarkan suku bunga kredit Bank BRI Britama sebesar

2% dan inflasi pada bulan Oktober 2010 sebesar 0,06%, karena

penelitian dilakukan pada bulan tersebut. Suku bunga tersebut

digunakan untuk menghitung bunga modal investasi bagi produsen

yang tidak mempunyai pinjaman di bank atau lembaga keuangan

lainnya. Sedangkan bagi produsen yang mempunyai pinjaman di

bank dihitung berdasarkan suku bunga bank atau lembaga

keuangan tempat minjaman, yaitu 0,5 untuk LIPI, 1,8 untuk

Danamon, 1,1 untuk BNI dan 1,05 untuk PNPM Mandiri Pedesaan.

Cicilan pinjaman tiap bulan yaitu sebesar Rp 231.015,56.

Cicilan pinjaman adalah sejumlah uang yang dibayarkan produsen

sebagai konsekuensi dari meminjam sejumlah modal kepada setiap

bank atau lembaga keuangan dalam batas waktu tertentu beserta

bunganya. Sedangkan untuk biaya ijin dari Departemen Kesehatan

produsen rata-rata mengeluarkan sebesar Rp 4.166,67 atau 0,30%

dari rata-rata biaya tetap. Pembayaran ini biasanya dilakukan oleh

produsen 5 tahun sekali, yaitu sebesar Rp 250.000,00, karena ijin

dari Departemen Kesehatan ini diperbaharui setiap 5 tahun sekali.

2) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam

agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar yang besarnya berubah-ubah secara

proporsional sesuai dengan jumlah keripik ketela ungu yang

dihasilkan. Biaya variabel dalam industri keripik ketela ungu

meliputi

biaya bahan baku, cboimaymaitbatohaunseprenolong, biaya

Page 56: Analisis usaha agroindustri keripik

bahan bakar, biaya

Page 57: Analisis usaha agroindustri keripik

pengemasan, biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Rata-

rata biaya variabel pada agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat

pada Tabel 30.

Tabel 30. Rata-rata Biaya Variabel pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Jenis Biaya Jumlah Rata-rata Persentase

V a r i a b e l F i s i k per Bulan (Rp) ( %) 1. Bahan baku 7.232 kg 12.911.157,89 48,382. Bahan penolong 9.915.685,26 37,16

- Gula pasir 38,58 kg 384.657,89- Pemanis buatan 90 pcs 90.946,67- Garam 18 pcs 731,58- Minyak goreng 1.032,32 kg 9.354.415,79- Vanili 151 pcs 75.333,33

3. Bahan bakar 1.365.236,84 5,12- Kayu 185 ikat 829.342,11- Serbuk gergaji 119 sak 535.894,74

4. Pengemasan 656.281,38 2,46- Kemasan 2,5 kg 13,40 kg 269.468,75- Kemasan 5 kg 17,88 kg 362.200,00

5. Tenaga kerja 885.137,11 3,32- Luar 11 orang 705.612,18- Dalam 3 orang 179.524,93

6. Transportasi 947.516,34 3,55 7 . L i s t r ik 4 . 8 6 3 , 5 1 0 , 0 2

Jumlah 26.685.878,34 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 4)

Tabel 30 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang

dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu dalam satu bulan

adalah sebesar Rp 26.685.878,34. Besarnya biaya variabel ini

dipengaruhi oleh volume produksi keripik ketela ungu yang

dihasilkan, semakin besar volume produksi maka semakin besar

pula biaya variabel yang dikeluarkan, demikian pula sebaliknya.

Biaya variabel dengan proporsi terbesar dalam industri keripik

ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar berasal dari biaya bahan baku. Rcaotma-

mraittatboiauysearuntuk bahan baku yang dikeluarkan

Page 58: Analisis usaha agroindustri keripik

oleh produsen keripik ketela ungu dalam satu bulan adalah

sebesar Rp 12.911.157,89 atau 48,38% dari jumlah total biaya

variabel. Dalam satu bulan, rata-rata produsen membutuhkan

bahan baku sebesar 7.232 kg. Pengadaan bahan baku ini

berasal dari petani maupun pengepul, dengan harga rata-rata

sebesar Rp 1.771,05/kg.

Biaya bahan penolong menempati urutan kedua, yaitu

37,16% atau sebesar Rp 9.915.685,26 per bulan. Bahan penolong

yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu ini adalah gula

pasir, pemanis buatan, garam, vanili dan minyak goreng.

Biaya bahan bakar menempati urutan yang ke tiga setelah

bahan penolong, yaitu sebesar Rp 1.365.236,84 atau 5,12%. Bahan

bakar yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah kayu

bakar dan serbuk gergaji. Pada awalnya produsen menggunakan

minyak tanah, akan tetapi seiring dengan naiknya harga minyak

tanah yang terus melambung mengakibatkan produsen keripik

ketela tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan minyak

tanah. Sehingga produsen mencari alternatif lain yang fungsinya

sama, akan tetapi harganya lebih ekonomis yaitu serbuk gergaji.

Tenaga kerja yang digunakan dalam industri keripik ketela

ungu ini adalah tenaga kerja keluarga dan luar keluarga.

Biaya tenaga kerja ini diperhitungkan sesuai dengan tingkat upah

yang berlaku di daerah penelitian. Rata-rata biaya tenaga kerja

yang dikeluarkan produsen setiap bulannya adalah Rp

885.137,11 atau

3,32% dari jumlah total biaya variabel. Biaya tenaga kerja

keluarga adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan.

Walaupun demikian, sebagai kompensasi penggunaan tenaga kerja

dalam proses produksi keripik ketela ungu tersebut dinilai

menurut penggunaannya setiap bulan dalam industri keripik

ketela ungu sesuai dengan upah tenaga kerja luar di industri

tersebut yaitu

sebesar Rp 1.713,4c5o/jmammi.t

Page 59: Analisis usaha agroindustri keripik

to user

Page 60: Analisis usaha agroindustri keripik

Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh produsen keripik

ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

dalam satu bulan adalah sebesar Rp 947.516,34 atau 3,55% dari

jumlah total biaya variabel. Biaya transportasi ini menempati

proporsi kelima dari total biaya variabel yang dikeluarkan

oleh produsen keripik ketela ungu. Biaya transportasi yang

dikeluarkan produsen ini berupa biaya untuk pemasaran dengan

menggunakan mobil pick up. Biaya transportasi ini berupa biaya

bahan bakar mobil dan supir. Tidak ada biaya sewa mobil

karena masing- masing produsen sudah mempunyai mobil sendiri.

Urutan dari biaya variabel selanjutnya adalah biaya

pengemasan, yang menempati proporsi keenam dari total biaya

variabel yang dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu

di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Rata-

rata biaya pengemasan yang dikeluarkan selama satu bulan hanya

sebesar Rp 518.417,89 atau 1,96% dari jumlah total biaya

variabel. Pengemasan keripik ketela ungu menggunakan plastik

2,5 kg dan

5 kg. Satuan plastik adalah kilogram, dimana untuk 1 kg

plastik ukuran 2,5 kg berisi 40 lembar dan 20 lembar untuk ukuran

5 kg.

Biaya variabel terkecil yang dikeluarkan oleh produsen

keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar adalah biaya listrik. Rata-rata biaya listrik yang

dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu selama satu bulan

adalah sebesar Rp 4.863,51 atau 0,02% dari jumlah total

biaya variabel. Biaya listrik tersebut dihitung dengan rumus :

R = Jam nyala x Daya tersambung x Biaya Pemakaian

Rumus diatas adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung besarnya biaya tagihan listrik sesuai dengan

perhitungan PLN. Dimana R merupakan rekening yang

dibebankan, jam nycoamlamaditatlaohulsaemr anya alat listrik

digunakan dalam

Page 61: Analisis usaha agroindustri keripik

ta biaya

satuan jam, daya tersambung adalah besarnya daya alat listrik

yang digunakan dalam satuan kilo volt ampere (kVA) dan biaya

pemakaian adalah biaya tarif dasar listrik (TDL) untuk tiap kWA.

Tarif Dasar Listrik yang digunakan adalah tarif dasar listrik untuk

keperluan rumah tangga dengan daya 900 VA, yaitu

sebesar Rp 495,00. Biaya listrik yang dikeluarkan per bulan hanya

sedikit, hal ini karena industri keripik ketela ungu tidak

menggunakan peralatan listrik yang banyak, yaitu hanya pompa

air dan mesin pemotong ketela bagi produsen yang menggunakan.

3) Biaya Total

Biaya total dalam industri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar merupakan

hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang

dikeluarkan selama proses produksi keripik ketela ungu. Besarnya

rata-rata biaya total untuk proses produksi keripik ketela

ungu selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 31 berikut :

Tabel 31. Rata-rata Biaya Total pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Jenis Biaya Rata-rata per Persentase B u l a n ( R p ) ( %)

1. Biaya tetap 1.406.803,56 5,012. Biaya variabel 26.685.878,34 94,99

Jumlah 28.092.681,90 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 5)

Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui bahwa rata-rata

biaya total per bulan yang dikeluarkan oleh produsen keripik

ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

adalah sebesar Rp 28.092.681,90. Biaya terbesar yang dikeluarkan

dalam industri keripik ketela ungu berasal dari biaya

variabel yaitu

sebesar Rp 26.685.878,34 atau 94,99% dari biaya total seluruhnya.

Sedangkan rata-ra commit to user

yang dikeluarkan oleh produsen

Page 62: Analisis usaha agroindustri keripik

keripik ketela ungu adalah sebesar Rp 1.406.803,56 atau 5,01%

dari biaya total

seluruhnya. b. Penerimaan

Penerimaan agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar merupakan perkalian antara

total keripik ketela ungu yang diproduksi dengan harga keripik ketela

ungu per kilogram. Tabel 32 berikut menunjukkan penerimaan

agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar :

Tabel 32. Rata-rata Penerimaan Agroindustri Keripik Ketela Ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Rata-rataNo. Kemasan Jumlah Harga/kg Penerimaan Persentase

(kg) (Rp) per Bulan(Rp)

(%)

1. 2,5 kg 1.340 12.000,00 16.010.437,50 44,062. 5 kg 1.752 11.721,43 20.330.142,86 55,94

Jumlah 36.340.580,36 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 6)

Tabel 32 menunjukkan bahwa rata-rata total penerimaan pada

agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar Rp 36.340.580,36 per

bulan. Penerimaan tersebut berasal dari dua kemasan yang berbeda.

Kemasan yang paling banyak adalah kemasan 5 kg, dengan rata-rata

penerimaan per bulan sebesar Rp 20.330.142,86 atau 55,94%.

Sedangkan kemasan

2,5 kg sebesar Rp 16.010.437,50 atau 44,06%. Lebih banyaknya

penerimaan dari kemasan 5 kg karena produsen lebih

banyak menerima permintaan dari konsumen untuk kemasan tersebut.

Harga yang ditawarkan produsen keripik ketela ungu kepada

konsumen lebih murah dari yang kemasan 2,5 kg jika dihitung per

kilogramnya, sehingga permintaan untuk kemasan 5 kg lebih banyak.commit to

user

Page 63: Analisis usaha agroindustri keripik

c. Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh dari agroindustri keripik

ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk

mengetahui keuntungan industri keripik ketela ungu dapat dilihat dari

Tabel 33 di bawah ini :

Tabel 33. Rata-rata Keuntungan pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Uraian Rata-rata per Bulan (Rp)1. Penerimaan 36.340.580,36

2 . B i a y a t o t a l 28.092.681,90 Keuntungan 8.247.898,46

Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 7)

Tabel 33 menunjukkan bahwa dengan penerimaan

Rp 36.340.580,36 dan biaya total yang dikeluarkan

sebesar Rp 28.092.681,90, maka keuntungan yang diterima

produsen rata-rata per bulan sebesar Rp 8.247.898,46. Biaya yang

benar-benar dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu secara

nyata adalah biaya bahan baku, bahan penolong, bahan bakar,

pengemasan, tenaga kerja luar, biaya transportasi, listrik,

Departemen Kesehatan dan cicilan pinjaman. Jika menggunakan

pendekatan opportunity utilitas sumber daya manusia, biaya tenaga

kerja keluarga ditambahkan dalam rata-rata keuntungan, sehingga

diperoleh keuntungan sebesar Rp 8.427.423,39. Sedangkan biaya

penyusutan peralatan, biaya bunga modal investasi, tenaga kerja

keluarga dalam industri keripik ketela ungu ini tidak dikeluarkan

secara nyata oleh produsen. Sehingga jika dihitung menggunakan

pendekatan pendapatan, maka pendapatan yang diperoleh produsen

keripik ketela

ungu secara nyata adalah sebesar Rp 9.599.044,73 per bulan.

commit to user

Page 64: Analisis usaha agroindustri keripik

d. Profitabilitas

Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat

diketahui profitabilitas atau tingkat keuntungan dari agroindustri

keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan

usaha dengan penerimaan yang dinyatakan dalam persen. Untuk

mengetahui besarnya profitabilitas dari agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat

dilihat pada Tabel 34 berikut ini :

Tabel 34. Profitabilitas pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu diKecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Uraian Rata-rata per Bulan (Rp)1. Keuntungan 8.247.898,462. Penerimaan 36.340.580,36

Profitabilitas (%) 23,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 8)

Tabel 34 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat

keuntungan dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar rata-rata sebesar 23,00%. Hal

ini berarti agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini menguntungkan. Setiap

modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh

keuntungan sebesar Rp 23,00. Industri keripik ketela ungu ini

termasuk dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai

profitabilitas lebih dari nol.

2. Risiko UsahaRisiko adalah kemungkinan terjadinya kondisi merugi sebagai

suatu hasil atau akibat yang dapat diketahui kemungkinannya. Saat

ini dunia usaha menghadapi masa-masa yang penuh dengan risiko dan

ketidakpastian, begitu pula dengan agroindustri keripik ketela ungu

di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Untuk itu, sangat

penting bagi produsen kerc

ipo

im

km

kiettteo

lau

use

nrgu untuk

mengetahui sejauh mana

Page 65: Analisis usaha agroindustri keripik

modal yang ditanam akan memberikan keuntungan dan bagaimana risiko

yang harus ditanggung produsen keripik ketela ungu dalam

menjalankan usahanya.

Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan

koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi

merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan

jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah

modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai

koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung

semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah

keutungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang

mungkin diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993).

Untuk mengetahui besarnya risiko usaha dan batas bawah

keuntungan dapat dilihat pada Tabel 35 berikut ini :

Tabel 35. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Uraian Rata-rata1. Keuntungan (Rp) 8.247.898,462. Simpangan baku (Rp) 7.647.470,033. Koefisien variasi 0,934. Batas bawah keuntungan (Rp) -7.047.041,60

Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 8)

Berdasarkan Tabel 35 dapat diketahui keuntungan rata-rata

yang diterima oleh produsen agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dalam satu bulan

adalah sebesar Rp 8.247.898,46. Dari perhitungan keuntungan tersebut,

maka dapat diketahui besarnya simpangan baku industri keripik ketela

ungu, yaitu sebesar Rp 7.647.470,03. Simpangan baku merupakan

besarnya fluktuasi keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat

dikatakan bahwa fluktuasi

keuntungan industri keripik ketela ungu berkisar Rp 7.647.470,03.

commit to user

Page 66: Analisis usaha agroindustri keripik

Besarnya koefisien variasi sebesar 0,93 dan batas bawah

keuntungan sebesar Rp. -7.047.041,60. Dari nilai koefisien variasi dan

nilai batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar 0,93 atau

lebih besar dari 0,5 dan batas bawah keuntungan bernilai negatif (L < 0),

maka dapat dinyatakan bahwa usaha agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar memiliki peluang

untuk mengalami kerugian. Hal ini berarti usaha agroindustri keripik

ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

menanggung beberapa risiko.

Risiko usaha yang dihadapi oleh usaha agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dalam

menjalankan usahanya yaitu kenaikan harga bahan penolong berupa

minyak goreng dan gula (risiko harga), ketersediaan dan kualitas bahan

baku serta tenaga kerja (risiko produksi), dan persaingan harga output

(risiko pasar).

a. Risiko Harga

Kenaikan harga bahan minyak goreng dan gula yang tidak

diikuti kenaikan harga jual keripik ketela ungu (harga output)

menyebabkan penerimaan usaha agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar berkurang.

Kenaikan harga bahan penolong berupa minyak goreng yaitu dari

harga Rp 8.500,00/kg naik menjadi Rp 8.900,00/kg – Rp 9.200,00/kg

dan gula yang naik dari harga Rp 8.500,00/kg menjadi Rp 9.000,00/kg

– Rp 10.500,00/kg. Terjadinya kenaikan harga ini dapat

mempengaruhi tingkat keuntungan yang diterima produsen.

b. Risiko Produksi

Risiko kedua yang harus dihadapi oleh usaha agroindustri

keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar adalah risiko produksi, di mana risiko ini terjadi dalam

proses produksi. Banyaknya produsen keripik ketela ungu yang

terdapat di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar,

menyebabkan banyaknya

permintaan akan bachoamn mibtatkouusekretela ungu tersebut. Meskipun

Page 67: Analisis usaha agroindustri keripik

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sentra produksi ketela

ungu di Jawa Tengah, akan tetapi ketersediaan ketela ungu

untuk agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar belum tercukupi.

Dalam memilih bahan baku, produsen juga harus

memperhatikan kualitas, jika kualitas bahan baku yang digunakan

dalam produksi keripik ketela ungu kurang baik maka kualitas

keripik yang dihasilkan juga kurang memuaskan, yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada menurunnya permintaan konsumen

akan keripik ketela ungu.

Tenaga kerja yang menjadi risiko dalam usaha ini adalah

tenaga kerja luar. Hubungan kekeluargaan yang terjalin antara tenaga

kerja dan pemilik industri keripik ketela ungu tersebut mengakibatkan

kurang adanya profesionalitas para tenaga kerja. Sebagian besar

tenaga kerja luar yang bekerja pada industri keripik ketela ungu

tersebut berasal dari desa setempat maupun desa tetangga. Pada saat

musim hajatan, beberapa tenaga kerja meminta libur dengan alasan

membantu tetangga yang sedang hajatan tersebut, bahkan beberapa

produsen sampai menghentikan proses produksinya karena semua

tenaga kerja meminta libur dengan alasan yang sama. Akibatnya

proses produksi keripik ketela ungu menjadi terhambat.

c. Risiko Pasar

Risiko pasar terjadi karena adanya persaingan harga keripik

ketela ungu dari produsen keripik ketela ungu lain. Para

konsumen lebih memilih keripik ketela ungu dengan harga yang

lebih murah dengan kualitas yang sama.

Adanya risiko-risiko diatas akan dapat mempengaruhi tingkat

keuntungan yang diterima produsen keripik ketela ungu, maka untuk

mengantisipasi hal tersebut, produsen melakukan beberapa tindakan atau

langkah antisipasi untuk mengatasi atau setidaknya

meminimalisir

kemungkinan terjadinya risiko-risiko yang telah disebutkan diatas.commit to

user

Page 68: Analisis usaha agroindustri keripik

Langkah-langkah antisipasi yang dilakukan produsen berkaitan

dengan adanya risiko-risiko di atas antara lain :

a. Risiko Harga

Langkah antisipasi yang dilakukan produsen keripik ketela

ungu untuk mengantisipasi kenaikan harga gula pasir ini adalah

dengan menambahkan pemanis buatan. Akan tetapi untuk

mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng, sampai saat ini

produsen hanya bisa pasrah, karena fungsi minyak goreng tidak dapat

digantikan dengan produk lain. Dan penggunaan minyak goreng

tersebut juga tidak dapat dikurangi, ukuran minyak goreng yang

digunakan untuk setiap kali produksi sudah disesuaikan dengan

banyaknya bahan baku ketela ungu. Selain itu minyak goreng tersebut

juga tidak digunakan berulang-ulang, karena jika itu dilakukan maka

akan mengakibatkan keripik ketela ungu yang dihasilkan terasa

“lekak”.

b. Risiko Produksi

Kualitas bahan baku ketela ungu yang kurang baik akan

mengakibatkan keripik ketela ungu yang dihasilkan juga kurang

baik. Untuk mengatasi risiko tersebut, produsen harus benar-benar

memperhatikan kondisi fisik ketela ungu. Produsen lebih

mengutamakan bahan baku yang berasal dari Kabupaten Karanganyar,

karena kualitasnya lebih baik dibandingkan ketela ungu yang berasal

dari luar Kabupaten Karanganyar.

Dalam upaya menghadapi terbatasnya ketersediaan bahan baku

ketela ungu dari Kabupaten Karanganyar, produsen mencari ketela

ungu hingga ke luar Kabupaten Karanganyar, seperti ke daerah

Magetan, Ngawi, hingga Bandung. Sedangkan untuk mengatasi

kendala tenaga kerja, produsen hanya memaksimalkan penggunaan

tenaga kerja yang tersisa dan tenaga kerja keluarga, sehingga proses

produksi keripik ketela

ungu tetap berjalan.commit to

user

Page 69: Analisis usaha agroindustri keripik

c. Risiko Pasar

Banyaknya produsen keripik ketela ungu yang terdapat di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, mengakibatkan

persaingan harga keripik ketela ungu di pasaran. Untuk mengatasi

risiko tersebut, produsen harus pintar-pintar mencari lokasi

pemasaran yang belum dijamah produsen lain. Dengan memasarkan

ke luar kota hingga ke luar pulau seperti Kalimantan, akan

memperkecil risiko persaingan harga yang dihadapi produsen.

3. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha pada usaha agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dihitung dengan

menggunakan R/C ratio, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya

yang dikeluarkan. Besar efisiensi usaha usaha agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat

dilihat pada Tabel 36 berikut ini :

Tabel 36. Efisiensi Usaha Agroindustri Keripik Ketela Ungu di KecamatanTawangmangu Kabupaten Karanganyar

No. Uraian Rata-rata per Bulan (Rp)1. Penerimaan 36.340.580,362. Biaya total 28.092.681,90

R/C ratio 1,29Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 8)

Tabel 36 menunjukkan bahwa agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini telah efisien, yang

ditunjukkan dengan rata-rata nilai efisiensi yang lebih dari satu, yaitu

1,29, ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam

suatu kegiatan usaha memberikan penerimaan sebesar 1,29 kali dari

biaya yang telah dikeluarkan. Sebagai contoh, dalam industri keripik

ketela ungu, produsen mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,00 maka

produsen akan

memperoleh penerimaan sebesar Rp 12.900,00. Dari sini terlihat

bahwa rata-rata penerimaan yangc

do

im

pem

roit

leto

h u

ps

re

ordusen

keripik ketela ungu ternyata

Page 70: Analisis usaha agroindustri keripik

telah mampu menutup biaya total yang dikeluarkan dalam industri

keripik ketela ungu.

H. Peran Pemerintah

Pemerintah memiliki peran terhadap kemajuan usaha agroindustri

keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar. Pada tahun 2000 lalu, pemerintah Kabupaten Karanganyar

melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal

Kabupaten Karanganyar memberikan bantuan peralatan berupa mesin

pemotong ketela, akan tetapi hanya beberapa produsen keripik ketela ungu

yang menerimanya. Pemberian mesin penggiling tersebut tidak secara cuma-

cuma, akan tetapi produsen harus membayar dengan cara diangsur selama 5

tahun tanpa bunga.

I. Prospek Usaha

Industri pembuatan produk keripik ketela ungu dianggap sebagai usaha

yang cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, mengingat usaha ini

mudah untuk dijalankan, hanya membutuhkan keterampilan dalam proses

produksi dan secara teknis tidak membutuhkan keahlian yang tinggi. Industri

keripik ketela ungu di Kabupaten Karanganyar hanya dapat ditemui di

Kecamatan Tawangmangu. Menghadapi peluang pasar keripik ketela

ungu yang makin baik dan meluas maka harus didukung dengan sistem

pemasaran yang baik agar produk keripik ketela ungu dapat lebih

dikenal oleh masyarakat umum. Pemasaran melalui pedagang besar

diharapkan dapat lebih meningkatkan volume penjualan keripik ketela ungu

di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

Persaingan antar produsen keripik ketela ungu dalam memperoleh

pangsa pasar yang luas memaksa produsen untuk mengeluarkan strategi

khusus mengenai produknya, baik dari segi harga maupun kualitasnya. Dari

sisi harga, produsen harus berani bersaing dengan menetapkan harga yang

rendah sebagai akibat dari tingginya tingkat persaingan untuk memperoleh

pangsa pasar yang luas. Halcotmermseibt utot uaksearn berpengaruh

terhadap besarnya

Page 71: Analisis usaha agroindustri keripik

keuntungan yang diterima oleh masing-masing produsen keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Selain itu

produsen juga harus mempertahankan kualitas keripik ketela ungu yang

dihasilkan, salah satunya dengan cara memilih bahan baku ketela ungu yang

berkualitas baik, seperti berkulit mulus dan tidak terdapat bercak-bercak

hitam.

J. Pengujian Hipotesis

1. Hipotesis yang pertama terbukti yaitu usaha agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

menguntungkan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh usaha keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar Rp

8.247.898,46 per bulan dan profitabilitas 23,00%. Nilai profitabilitas yang

lebih dari nol berarti usaha agroindustri keripik ketela ungu di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menguntungkan.

2. Hipotesis yang kedua terbukti yaitu usaha agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menanggung

risiko. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa nilai koefisien variasi sebesar 0,93 atau (CV > 0,5) dan batas

bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar Rp -7.047.041,60 atau

bernilai negatif (L < 0), maka dapat dinyatakan bahwa usaha agroindustri

keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

memiliki peluang untuk mengalami kerugian. Hal ini berarti usaha

agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar menanggung risiko.

3. Hipotesis yang ketiga terbukti yaitu usaha agroindustri keripik ketela

ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar telah efisien.

Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

efisiensi usaha pada agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar yacitoumsmebitetsoaru1se,2r9. Angka ini menunjukkan bahwa

Page 72: Analisis usaha agroindustri keripik

usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar yang dijalankan telah efisien yang

ditunjukkan dengan besarnya nilai R/C rasio yang lebih dari satu.

Page 73: Analisis usaha agroindustri keripik

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis usaha agroindustri keripik

ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar yang

telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Biaya total rata-rata agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah sebesar Rp 28.092.681,90

per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 36.340.580,36

per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen keripik

ketela ungu adalah sebesar Rp 8.247.898,46 per bulan. Sedangkan

profitabilitas agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah sebesar 23,00%, yang

berarti industri keripik ketela ungu menguntungkan.

2. Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar memiliki nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,93 dan nilai

batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp -7.047.041,60. Nilai

koefisien variasi yang lebih dari 0,5 dan nilai batas bawah

keuntungan bernilai negatif (kurang dari 0) menunjukkan bahwa

usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar memiliki peluang untuk mengalami kerugian.

Hal ini berarti usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menanggung risiko.

3. Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar mempunyai nilai efisiensi lebih dari satu, yaitu sebesar 1,29

sehingga dapat dikatakan bahwa usaha industri keripik ketela ungu

ini telah efisien. Setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

usaha industri keripik ketela ungu memberikan penerimaan sebesar 1,29

kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

commit to user

91

Page 74: Analisis usaha agroindustri keripik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a92c.id

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan demi

kemajuan agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar antara lain sebagai berikut :

1. Untuk produsen Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

a. Dalam persaingan harga, sebaiknya produsen memakai harga yang

telah disepakati semua produsen keripik ketela ungu yang ada di

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, sehingga terhindar

dari persaingan pasar yang tidak sehat.

b. Untuk perluasan pasar, produsen dapat memasarkan keripik ketela

ungu ke pasar modern (swalayan).

c. Produsen hendaknya berhati-hati dalam penggunaan pemanis

buatan (sakarin) agar tetap sesuai dengan standar pemakaian, sehingga

keripik ketela ungu yang dihasilkan tetap aman dikonsumsi.

2. Untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar

Untuk meningkatkan keuntungan usaha industri keripik ketela

ungu, Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar sebaiknya memberikan

penyuluhan atau pembinaan kepada para produsen keripik ketela

ungu tentang diversifikasi produk keripik ketela ungu dalam kemasan

(lebih menarik), bentuk (kotak atau segi tiga) atau rasa yang lain, seperti

pedas atau asin sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk.

commit to user