analisis tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kemiri …

84
ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI PADA HUTAN LINDUNG DI KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG SKRIPSI RAHMAT ARIANDI 105950061815 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

iii

ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT

TERHADAP KEMIRI PADA HUTAN LINDUNG DI

KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG

SKRIPSI

RAHMAT ARIANDI

105950061815

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

Page 2: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

iv

ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT

TERHADAP KEMIRI PADA HUTAN LINDUNG DI

KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG

RAHMAT ARIANDI

105950061815

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

Page 3: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

v

Page 4: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

vi

Page 5: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

vii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Rahmat Ariandi

NIM : 105950061815

Program Studi : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

Dengan ini saya, Rahmat Ariandi menyatakan dengan sungguh-sungguh:

1. Saya menyadari bahwa memalsukan karya ilmiah dalam bentuk yang dilarang

oleh undang-undang, termasuk pembuatan karya ilmiah oleh orang lain dengan

suatu imbalan, atau mengambil karya orang lain, adalah tindakan kejahatan

yang harus dihukum menurut undang-undang yang berlaku.

2. Bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan tulisan saya sendiri, bukan karya

orang lain atau karya plagiat, atau karya jiplakan dari karya orang lain.

3. Bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat atau pendapat yang pernah atau diterbitkan orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah saya ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Bila kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, saya bersediah

tanpa mengajukan banding menerima sanksi:

1. Skripsi ini beserta nilai-nilai hasil ujian skripsi saya di batalkan

2. Pencabutan kembali gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh, serta

pembatalan dan penarikan ijazah sarjana dan transkrip nilai yang telah saya

terimah.

Makassar, 04 Februari 2020

Yang Menyatakan

Rahmat Ariandi

Page 6: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

viii

ABSTRAK

Rahmat Ariandi (105959061815) Analisis Tingkat Ketergantungan Masyarakat

Terhadap Kemiri pada Hutan Lindung Didesa Mattabulu Kab.Soppeng di bawah

bimbingan Hikmah dan Hasanuddin Molo.

Penelitian Ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketergantungan

masyarakat terhadap kemiri pada hutan lindung. Penelitian ini dilaksanakan di

Desa Mattabulu kecamatan Lalabata kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.

Penelitian berlangsung selama 4 bulan dari bulan september 2019 hingga bulan

Januari 2020.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sumpling. Hasil penelitan menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan responden

untuk kemiri sebanyak Rp 5.263.059-/tahun, sedangkan rata-rata pendapatan

untuk mata pencaharian di sektor lain sebanyak Rp 16.768.941-/tahun. Kontribusi

Pendapatan Kemiri terhadap total pendapatan responden sebesar 31,38 % yang

berada pada kategori rendah.

Kata Kunci : Kemiri, Ketergantungan, Kontribusi

Page 7: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan Karunia_Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan tak lupa pula kita kirimkan

Sholawat dan salam atas junjungan kita Rasulullah SAW karena berkat beliau kita dapat

mengenal bagaimana menjadi manusia yang seutuhnya. Berkat Rahmat-Nyalah penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

study untuk program strata satu (S1) Program Studi Kehutanan di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Melalui tulisan ini pula, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

kedua orang tua tercinta, ayahanda Muh.Yusuf dan ibunda Mardiana serta segenap

keluarga besar yang telah mengasuh dan membimbing penulis selama dalam pendidikan

sampai menyelesaikan Skripsi ini, kepada beliau penulis senantiasa memanjatkan doa

semoga Allah Swt mengasihi dan mengampuni dosanya. Aamiin

Penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Ibunda Dr. Hikmah S,Hut; M.Si Selaku pembimbing I dan Ayahanda

Dr.Ir.Hasanudin Molo S.Hut.,Mp.,IPM Selaku pembimbing II yang telah

memberi motivasi, arahan, pengetahuan baru dalam penyusunan Skripsi ini,

serta membimbing penulis sampai taraf penyelesaian.

2. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Pertanian dan Jurusan

Kehutanan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung

maupun tak langsung.

iii

Page 8: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

iv

3. Kepada sahabat dan teman-teman yang sudah memberikan bantuan materil

maupun moril sehingga sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini.

4. Rekan- rekan seperjuanganku Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan

Angkatan 2015

5. Kepada Seluruh Masyarakat Desa Mattabulu Yang Penulis Hormati.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan maka demi mencapai kesempurnaan dari Skripsi ini penulis

mengaharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun agar bisa menjadi referensi

dalam perbaikan.

Akhirnya penulis berharap dengan selesainya penulisan ini, semoga dapat

diterima dan bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, serta pihak-pihak yang

membutuhkan. Amin

Billahi Fisabililhaq, Fastabiqhul khaerat

Wassalamu Alaikum Wr. Wb

Makassar, 04 Februari 2020

Penulis

Rahmat Ariandi

105950061815

iv

Page 9: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………. ...... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4

2.1 Hutan Lindung ......................................................................................... 4

2.2 Hutan Desa ............................................................................................. 5

2.3 Hutan Dan Masyrakat .............................................................................. 6

2.4 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Kemiri .......................... 8

2.5 Kemiri ...................................................................................................... 9

2.6 Konsep Livelihood .................................................................................. 12

2.7 Skema Kerangka Berfikir ........................................................................ 14

III. METODE PENELITIAN .................................................................................... 15

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 15

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 15

v

Page 10: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

vi

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 15

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 16

3.5 Jenis Data ................................................................................................ 16

3.6 Analisis Data ........................................................................................... . 17

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................... . 22

4.1 Keadaan Geografi Dan Demografi Desa Mattabulu ........................................ 22

4.2 Administrasi Desa ............................................................................................ 26

4.3 Kondisi Sumber Daya Desa ............................................................................. 27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. . 34

5.1 Karakteristik Responden ................................................................................. . 34

5.2 Analisis Tingkat Ketergantungan Masyarakat ................................................. . 40

5.3 Analisis Tujuan Keuangan ............................................................................... . 42

5.4 Analisis Nilai Pendapatan ................................................................................ . 46

5.5 Analisis Kontribusi Terhadap Pendapatan Masyarakat .................................... . 46

VI. PENUTUP ............................................................................................................ . 48

6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... . 48

6.2 Saran ............................................................................................................... . 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. . 49

vi

Page 11: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

vii

DAFTAR TABEL

No. Teks Hal

1. Matrik Analisis Livelihood ............................................................. 18

2. Matrix Analisis Ketergantungan Masyarakat .................................. 20

3. Variabel Ketergantungan................................................................. 20

4. Jumlah Penduduk Desa Mattabulu .................................................. 24

5. Kelompok Umur .............................................................................. 25

6. Mata Pencaharian ............................................................................ 25

7. Kategori Umur Responden .............................................................. 35

8. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 36

9. Tanggungan Keluarga ..................................................................... 37

10. Luas Lahan ...................................................................................... 39

11. Penerimaan Petani Kemiri ............................................................... 40

12. Analisis Pengeluaran ....................................................................... 41

13. Analisis Kebutuhan ......................................................................... 43

14. Rata-Rata Pendapatan Masyarakat .................................................. 46

vii

Page 12: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Hal

1. Peta Desa Mattabulu ....................................................................... 52

2. Tingkat Pendidikan,Kategori Umur, Dan tanggungan Keluarga .... 53

3. Mata Pencaharian Dan Luas Lahan ................................................. 54

4. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kemiri ..................... 55

5. Analisis Penerimaan Kemiri............................................................ 56

6. Analisis Pendapatan Sektor Lain dan Kemiri ................................. 57

7. Analisis Pengeluaran ....................................................................... 58

8. Analisis Pengeluaran Bahan Bakar ................................................. 62

9. Total Pengeluaran Saat Ini Dan Yang Sebenarnya ......................... 63

10. Analisis Nilai Pendapatan ............................................................... 64

11. Konsumsi Beras Responden ............................................................ 65

12. Analisis Livelihood ......................................................................... 67

13. Pengambilan Sampel Penelitian ...................................................... 68

viii

Page 13: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang Undang No 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan, Hutan

adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam

hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang

satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Undang-Undang Nomor 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan juga membagi hutan menjadi hutan negara dan hutan

hak. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak

atas tanah sedangkan hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang

dibebani hak atas tanah. Hutan hak selanjutnya dikenal dengan hutan rakyat yaitu

hutan yang tumbuh di atas tanah milik yang dibuktikan dengan alas titel atau

sertifikat

Hutan Desa (HD) secara seragam didefinisikan oleh Kementerian

Kehutanan sekarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK

sebagai hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk

kesejahteraan desa serta belum dibebani izin atau hak. Peraturan Menteri

Kehutanan No. P. 49/2008 yang sekarang telah diganti dengan P. 89/2014, tentang

hutan desa mendefinisikan ‘desa’ sebagai ‘kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia’.

Page 14: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

2

Keberadaan masyarakat di dalam maupun sekitar hutan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari pengelolaan ekosistem hutan. Salah satu bentuk

pengelolaan ekosistem hutan dan pemanfaatan hasil hutan dapat ditemukan di

hutan desa. Permasalahan yang kerap dialami oleh pengelola kawasan hutan

sebagian besar terkait dengan masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan hasil

hutan. Sumber daya alam yang dimanfaaatkan oleh masyarakat sekitar hutan desa

di Desa Mattabulu Kab. Soppeng salah-satu diantaranya yaitu Kemiri.

. Kemiri menjadi salah-satu objek ketergantungan masyarakat dalam

meningkatakan dan mempertahankan kelangsungan hidup. Kawasan Hutan di

Desa Mattabulu pada umumnya banyak masyarakat sekitar kawasan yang

memanfaatkan sumber daya alam sebagai kebutuhan pokok dalam melangsungkan

kehidupan sehari-hari baik dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut dengan mengangkat judul.

“Analisis Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Kemiri Pada

Hutan Lindung Di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten

Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan (SULSEL)”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar tingkat

ketergantungan masyarakat terhadap Kemiri di kawasan Hutan di Desa

Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan .

Page 15: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

3

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat

ketergantungan masyarakat terhadap Kemiri di kawasan Hutan di Desa

Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan bahan informasi terhadap ketergantungan masyarakat

Terhadap Kemiri dalam Kawasan hutan di Desa Mattabulu, Kecamatan

Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (SULSEL).

2. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat, instansi, terkait ketergantungan

masyarakat terhadap kawasan hutan di Desa Mattabulu, Kecamatan

Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (SULSEL).

Page 16: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan-kawasan resapan air yang memiliki curah

hujan tinggi dengan struktur tanah yang mudah meresapkan air dan kondisi

geomorfologinya mampu meresap air hujan sebesar-besarnya. Hutan yang

berfungsi sebagi pelindung merupakan kawasan yang keberadaannya

diperuntukkan sebagai pelindung kawasan air, pencegah banjir, pencegah erosi

dan pemeliharaan kesuburan tanah yang berbeda untuk pengertian konservasi.

Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan, sistem

penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati serta pemanfaatan

secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Arief, 2001).

Berdasarkan Master Plan Kehutanan (1975 dalam Manan, 1976) hutan

lindung dibagi menjadi dua, yakni sebagai berikut: 9

1. Hutan lindung mutlak, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya sama sekali

tidak dapat atau tidak diperbolehkan melakukan pemungutan berupa kayu,

tetapi hasil hutan nirkayu boleh dipungut.

2. Hutan lindung terbatas, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya dapat atau

diperbolehkan diadakan pemungutan hasil berupa kayu secara terbatas tanpa

mengurangi fungsi lindungnya.

Pengelolaan hutan lindung diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008. Pengelolaan hutan

lindung dimaksudkan meliputi kegiatan: tata hutan dan penyusunan rencana

pengelolaan hutan lindung, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan lindung,

Page 17: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

5

rehabilitasi dan reklamasi hutan lindung dan perlindungan hutan dan konservasi

alam di hutan lindung. Pentingnya dilakukan pengelolaan kawasan lindung karena

upaya pengelolaan ini bertujuan untuk:

a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa

serta nilai sejarah dan budaya bangsa

b. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan

keunikan alam.

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta

Pemanfaatan Hutan menyebutkan bahwa tata hutan dan penyusunan rencana

pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan merupakan kewenangan pemerintah

dan pemerintah daerah. Tata hutan sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan

pada setiap Kesatuan Pengelolaan Hutan di semua kawasan hutan serta pada areal

tertentu dalam kawasan hutan. Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan diatur

dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang

Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (Wulandari, 2011).

2.2 Hutan Desa

Hutan desa merupakan salah satu dari 4 skema pengelolaan hutan berbasis

masyarakat yang ditawarkan oleh pemerintah. Model pengelolaan hutan desa

dapat dilakukan pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi dengan jangka

waktu pengelolaan selama 35 tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi

yang dilakukan paling lama setiap 5 tahun. Kebijakan mengenai hutan desa diatur

dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia P.89/Menhut-II/2014.

Page 18: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

6

Pemegang izin pengelola hutan desa adalah suatu lembaga pengelola yang

dibentuk melalui Peraturan Desa (Perdes). Ijin pengelolaan dapat berupa Ijin

Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan

(IUPJL), Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK), Ijin

Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHK).

Izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan Ijin Pemanfaatan

Hasil Hutan Kayu (IPHHK) diperbolehkan pada hutan desa yang terletak di

kawasan hutan produksi. Di dalam P.89/Menhut-II/2014, diatur pula mengenai

perlunya kegiatan pemantauan (pengawasan) dan evaluasi (penilaian).

Pemantauan harus dilakukan terhadap semua kegiatan yang dirumuskan dalam

rencana kerja tahunan, rencana kerja jangka menengah dan rencana kerja jangka

panjang untuk mengetahui kemajuan kegiatan yang direncanakan. Evaluasi

dilakukan untuk menganalisis sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam

pengelolaan hutan telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah direncanakan

bersama. Jika ada perbedaan antara kegiatan yang telah dilakukan dan yang

direncanakan, maka melalui kegiatan evaluasi ini dapat diketahui penyebab

ketidaksesuaiannya.

2.3 Hutan Dan Masyarakat

Tingginya kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati yang dimiliki

hutan alam Indonesia merupakan sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Hal ini

terbukti dengan peringkat lima besar dunia jenis pohon penghasil kayu bernilai

ekonomi penting, yaitu yang termasuk famili terdapat di Indonesia (Santosa,

2008).

Page 19: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

7

Keberadaan daya dukung hutan terhadap segala aspek kehidupan sangat

ditentukan oleh tinggi rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan

untuk dimanfaatkan dan dikelola. Hutan menjadi media hubungan timbal balik

antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri

dari proses ekologi dan merupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung

kehidupan (Reksohadiprojo, 2000). Masyarakat lokal yang memiliki pendidikan

rendah sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar yang konsumtif (Ngakan,

2006).

Keadaan ini menyebabkan masyarakat tidak lagi memanfaatkan

sumberdaya hutan secara arif dan bijaksana, namun cenderung melakukan

perambahan dan eksploitasi yang tidak terkendali. Kondisi ini terjadi di hampir

semua kawasan di Indonesia. Pola hubungan saling ketergantungan antara

manusia dan hutan dalam suatu interaksi sistem kehidupan adalah keniscayaan.

Hutan di negeri ini mendapat beban demikian lama dan berat sebagai

penggerak perekonomian bangsa, dan kini telah sampai pada titik nadir

berakumulasinya masalah sosial, ekonomi, budaya dan ekologi.

Jika tekanan terhadap hutan terus terjadi, maka hutan akan semakin berkurang dan

bencana dampak ekologi akan berantai ke sektor-sektor lain, dan pada gilirannya

akan berdampak pada kehidupan masyarakat secara luas (Isnaeny, 2004).

Beberapa terobosan untuk menata pengelolaan hutan Indonesia harus segera

dilakukan. Pengelolaan hutan yang berbasis pada masyarakat (social forestry)

mungkin menjadi salah satu alternatif yang perlu mendapatkan pembahasan dan

perhatian yang serius dari semua pihak. Pengelolaan hutan dalam social forestry

Page 20: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

8

meliputi seluruh kegiatan pengelolaan secara komprehensif yaitu menanam,

memelihara, dan memanfaatkan.

Untuk terlaksananya pengelolaan yang komprehensif perlu penguatan

kelembagaan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah. Di

samping kelembagaan kemitraan, penguatan sistem pengelolaan dan sistem usaha

berbasis masyarakat sangat menentukan keberhasilan social forestry.

Kini masalahnya adalah bagaimana pengelolaan hutan berbasis masyarakat terkait

dengan konsep ekologi yang berkelanjutan.

2.4. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Hutan

Masyarakat hutan adalah penduduk yang tinggal di dalam dan di sekitar

hutan yang mata pencaharian dan lingkungan hidupnya sebagian besar bergantung

pada eksistensi hutan dan kegiatan perhutanan (Arief, 2001). Mereka umumnya

bebas memungut dan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu baik di dalam hutan

produksi maupun hutan lindung (Departemen Kehutanan, 1990 dalam situs

HHBK).

Peran hasil hutan bukan kayu tidak hanya dari segi ekologis, tetapi juga

pada aspek ekonomis dan sosial budaya. Dari aspek ekonomis, hasil hutan bukan

kayu dapat menjadi salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat maupun

pemerintah. Sedangkan dari aspek sosial budaya, masyarakat ikut dilibatkan

dalam pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu (Salaka, et al. 2012)

Menurut Sukardi, et al. (2008), disatu sisi ketergantungan terhadap

keberadaan hutan akan menjadi insentif bagi masyarakat untuk memeliharanya;

didasarkan pada berbagai kearifan lokal yang diyakini secara turun temurun.

Page 21: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

9

Namun di sisi lain, akibat desakan kebutuhan yang semakin meningkat serta

adanya faktor-faktor lain justru akan menjadi pemicu perambahan hutan.

Peraturan perundangan yang berlaku memang memberikan akses kepada

masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan hutan (termasuk memanfaatkan

hasil hutan), namun harus mematuhi berbagai ketentuan dan rambu-rambu yang

berlaku.

Mangandar (2000) mengemukakan bahwa interaksi masyarakat dengan

kawasan yang dilindungi dapat diarahkan pada suatu tingkat integrasi dimana

keperluan masyarakat akan sumberdaya alam dapat dipenuhi tanpa mengganggu

atau merusak potensi kawasan. Pola hubungan saling ketergantungan antara

manusia dan hutan dalam suatu interaksi sistem kehidupan adalah keniscayaan.

Hutan di negeri ini mendapat beban demikian lama dan berat sebagai penggerak

perekonomian bangsa, dan kini telah sampai pada titik nadir berakumulasinya

masalah sosial, ekonomi, budaya dan ekologi.

2.5. Kemiri

Permenhut No. P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK) menyebutkan bahwa kemiri termasuk pada kelompok minyak lemak,

pati dan buah-buahan dengan produk minyak kemiri dan kelompok tumbuhan

obat dengan produk ekstrak pepagan. Permenhut No. P.03/Menhut-V/2004

tentang pedoman pembuatan tanaman hutan rakyat Gerakan Rehabilitasi Hutan

dan Lahan menyebutkan bahwa kemiri adalah tanaman MPTS yaitu jenis tanaman

serba guna yang dapat diambil buah, bunga, kulit dan daunnya. Tanaman kemiri

merupakan tanaman yang dapat memberikan manfaat sosial kepada masyarakat,

Page 22: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

10

manfaat ekonomi untuk meningkatkan devisa negara dan manfaat lingkungan

untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kemiri termasuk jenis tanaman untuk

kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, mencegah erosi, peningkatan kualitas

lingkungan dan pengatur tata air.

Pohon kemiri (Aleurites moluccana) merupakan family Euphorbiaceae

dapat tumbuh pada ketinggian 0-800 (bisa juga sampai 1200) m diatas permukaan

laut. Tanaman kemiri tidak memerlukan persyaratan khusus karena kemiri dapat

tumbuh pada lapangan yang berkonfigurasi datar sampai pada tempat-tempat

bergelombang dan curam, pada tanah yang subur sampai kurang subur dan pada

daerah yang beriklim kering sampai daerah beriklim basah (Djajapertjunda 2003;

Sunanto 1994; Paimin 1994). Kemiri dapat tumbuh pada daerah dengan jumlah

curah hujan 1.500-2.400 mm/tahun dan suhu 200-270C (Deptan 2006a). Dalam

Warta litbang Deptan tahun 2006 disebutkan bahwa tanaman kemiri dapat tumbuh

pada suhu 210-280C, kelembaban udara rata-rata 75%, curah hujan 1.100-2.400

mm/tahun dan dengan jumlah hari hujan antara 80-100 hari.

Manfaat tanaman kemiri sangat banyak. Menurut Sunanto (1994) manfaat

tanaman kemiri adalah untuk bumbu masak, bahan baku industri, dan pohon

kemiri digunakan untuk membuat perabot rumah tangga, kayu bakar, bahan baku

korek api dan pembuatan bahan pulp (bahan pembuat kertas). Tanaman kemiri

digunakan sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI) di daerah Nusa Tenggara Barat,

cocok untuk tanaman reboisasi, penghijauan dan tempat berlindung ternak pada

areal penggembalaan. Permintaan buah kemiri akan semakin meningkat seiring

dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya permintaan

Page 23: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

11

bahan baku industri. Menurut Paimin (1994) peningkatan permintaan kemiri

diperkirakan akan mencapai 10-20% setiap tahunnya. Peningkatan ini diharapkan

dapat mendorong peningkatan ekonomi melalui perkembangan industri dan dapat

meningkatkan lapangan kerja.

Tanaman kemiri menyebar di beberapa daerah di Indonesia dengan

sebaran terbanyak terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan,

Aceh dan Sumatera Utara (Koji 2002). Sunanto (1994) menyebutkan bahwa

awalnya tanaman kemiri merupakan tanaman yang tumbuh secara alami, namun

kemudian ditanam masyarakat di daerah-daerah yang penduduknya telah tinggal

secara menetap karena buahnya dapat dimanfaatkan penduduk.

Tanaman kemiri dapat menghasilkan buah 2-3 kali dalam setahun (musim

berbuah setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada iklim. Musim berbunga

terjadi pada awal musim hujan dan buah terbentuk setelah 3-4 bulan atau pada

akhir musim penghujan). Jumlah panen buah tergantung pada umur tanaman dan

pertumbuhan pohon. Pohon kemiri yang tumbuh pada daerah subur, panen

pertamanya dapat mencapai 10 kg biji kupasan/pohon. Pada umur 6 tahun

menghasilkan 25 kg biji kupasan. Pada usia 11-20 tahun produksinya akan stabil

sekitar 35-50 kg/pohon/tahun. Produksi pohon kemiri dewasa yang tumbuh

dengan baik dapat mencapai 200 kg biji kupasan per pohon. Setelah berumur di

atas 50 tahun produksinya mulai menurun. Produksi kemiri per hektar dapat

mencapai 2 ton biji atau 0,5 ton biji kupasan (Deptan 2006).

Koji menyebutkan bahwa budidaya kemiri sangat mudah. Setelah

menanam kemiri di kebun, petani hanya melakukan pembersihan gulma sekali

Page 24: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

12

setahun dan menunggu sampai waktu panen tiba. Secara konvensional, pohon

kemiri ditanam dengan jarak yang cukup besar atau lebih, karena dapat

memberikan kesempatan kepada petani untuk membudidayakan berbagai tanaman

dalam ruang terbuka. Panen buah dapat dilakukan mulai tahun ketiga dan

produksi buah biasanya mulai menurun pada usia 35 tahun ke atas.

2.6. Konsep Livelihood

Livelihood didefenisikan sebagai aset-aset, aktivitas dan akses yang

mencerminkan tambahan pendapatan oleh individu atau rumah tangga (Ellis,

2000). Chamber dan Conway (1991) menunjukkan defenisi livelihood sebagai

akses yang dimiliki oleh individu atau keluarga. Akses menunjukkan aturan atau

norma sosial yang menentukan perbedaan kemampuan manusia untuk memiliki,

mengendalikan dalam artian menggunakan sumberdaya seperti lahan dan

kepemilikan umum untuk kepentingan sendiri. Lebih jelas, strategi livelihood

didefenisikan sebagai: Livelihoods compromises the capabilities, assets (stores,

resources, claim, and acces) and activitas required for a means of living

(Chambers and Conway,1991).

Unsur-unsur dalam strategi livelihood menurut Chambers dan Conway

(1991) adalah kapabilitas, aset, dan aktivitas. Aset dapat berupa klaim atau akses.

Kapabilitas menunjukkan kemampuan individu untuk mewujudkan potensi

dirinya sebagai manusia dalam artian menjadi dan menjalankan. Kapabilitas

menunjukkan set alternatif menjadi dan melakukan yang bisa dilakukan dengan

karakteristik ekonomi, sosial, dan personal manusia.

Page 25: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

13

Aktivitas merunjuk pada kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Strategi

livelihood tergantung dari seberapa besar aset yang dimiliki, kapabilitas individu

dan aktivitas yang nyata dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Livelihood secara sederhana didefinisikan sebagai cara dimana orang memenuhi

kebutuhan mereka atau peningkatan hidup (Dharmawan 2001). Dalam pandangan

yang sangat sederhana livelihood terlihat sebagai aliran pendapatan berupa uang

atau sumberdaya yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

Dalam upaya memperjuangkan kehidupan ekonomi rumah tangganya

petani di pedesaan biasanya akan melakukan diversifikasi sumber penghidupan

yaitu proses yang dilakukan oleh keluarga pedesaan untuk melakukan berbagai

aktivitas dan kemampuan dorongan sosial mereka dalam upaya berjuang untuk

bertahan hidup dan untuk meningkatkan standar hidup. Secara luas bahwa adanya

diversifikasi mata pencaharian tidak sekedar untuk bertahan hidup, yang

dikonotasikan sebagai resistensi, artinya seolah-olah tidak berkembang. Oleh

karena itu, bahwa strategi livelihood selain bertahan hidup tetapi juga berusaha

memperbaiki standar hidup (Ellis, 1998).

Page 26: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

14

2.7 Skema Kerangka Berpikir.

Di Kabupaten Soppeng terdapat kawasan hutan di Desa Mattabulu.

Masyarakat yang tinggal di Dalam kawasan hutan memiliki tingkat

ketergantungan yang tinggi terhadap Kawasan hutan, karena masyarakat kawasan

dominan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu salah satunya berupa Kemiri.

Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir

Pendapatan

Kemiri

Ketergantungan Masyarakat

Terhadap Kemiri

Kawasan Hutan di Desa Mattabulu

Sektor lain

Kontribusi

Sumber mata pencaharian masyarakat kawasan hutan

Page 27: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

15

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan selama dua bulan, mulai dari bulan September

sampai bulan Oktober 2019 di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten

Soppeng.

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis yang di

gunakan untuk mencatat informasi maupun data. Sedangkan kamera di

gunakan untuk mendokumentasi kegiatan di lapangan.

2. Bahan

Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner

sebagai isian data bagi responden.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek yang berfungsi sebagai informan

atau objek yang dapat memberikan informasi sehubungan dengan pokok

permasalahan. Penentuan sampel penelitian kali ini menggunakan metode

purposive sampling. Purposive sampling yang seperti kita ketahui ialah teknik

pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Purposive sampling juga merupakan

teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan

sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan

penelitian sehingga di harapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Pada

kawasan Hutan Desa di Desa Mattabulu, terdapat beberapa kelompok tani desa,

Page 28: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

16

sehingga pengelolaan hutan desa itu berbasis kelompok tani. Maka, populasi yang

digunakan sebagai objek pengambilan sampel penelitian sesuai metode purposive

sampling ialah semua kelompok tani yang terlibat dalam pengelolaan atau

pengusahaan hutan desa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Wawancara kepada masyarakat melalui panduan kusioner untuk

mengetahui informasi lebih dalam dari masyarakat.

b. Observasi, yaitu pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan langsung terhadap fenomena–fenomena yang

tampak pada objek penelitian di lapangan.

c. Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pencatatan dan pengambilan

gambar di lapangan dengan melalui pemotretan dan fotocopy data

sekunder dari instansi terkait.

3.5 Jenis Data

a) Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari

lapangan melalui observasi dan wawancara berstruktur dengan

menggunakan kuisioner kepada responden sebagai unit analisis. Data

primer yang dikumpulkan yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan

kegiatan di dalam dan sekitar hutan Desa Mattabulu, baik berupa tingkat

pendidikan, tingkatan umur, mata pencaharian dan luas areal kawasan.

Page 29: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

17

b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, laporan

penelitian, literatur, karya ilmiah, dokumentasi maupun informasi lainnya

yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan

berupa gambaran umum wilayah penelitian meliputi : keadaan fisik

wilayah (letak dan luas, Tofografi, Tanah dan Geologi, Iklim), Keadaan

Biotis (Flora Fauna), Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya (Jumlah

kepala keluarga yang bermukim, mata pencaharaian, Pendidikan, agama

dan adat istiadat, aksesibilitas), Potensi Sumberdaya Alam (Potensi

hutan, perkebunan). data kelembagaan kelompok tani serta informasi

atau data lainnya yang mendukung penelitian dan bahan pustaka yang

menjadi landasan teori.

3.6 Analisis Data

Variabel tingkat ketergantungan masyarakat terhadap areal kawasan hutan

di desa Mattabulu adalah untuk merumuskan tujuan masyarakat melakukan

aktivitas di dalam areal kawasan hutan. Variabel ini dianalisis dengan

menggunakan metode Livelihood analisis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

tujuan aktisfitas masyarkat di dalam areal kawasan hutan di desa Mattabulu.

Page 30: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

18

Tabel 1. Matrik Analisis Livelihood

Jenis

Kebutuhan

Konsumsi saat ini

dalam satu tahun

Jumlah Yang

sebetulnya

dibutuhkan dalam

satu tahun

Selisih

Jumlah Nilai (Rp) Jumlah

Nilai (Rp)

Jumlah

Nilai

(Rp)

Pangan, Bahan bakar Pelengkap

Sumber : Lecup dalam Hasanuddin, (2016).

Untuk Pengeluaran kebutuhan:

Pengeluaran Konsumsi saat ini:

Total pengeluaran = Jumlah kebutuhan pangan + Jumlah kebutuhan

pelengkap + jumlah kebutuhan bahan bakar.

Selisih pengeluaran = Pengeluaran konsumsi saat ini – pengeluaran konsumsi

yang sebenarnnya.

Pengeluaran konsumsi yang sebenranya di butuhkan:

Total penegluaran = Jumlah kebutuhan pangan + Jumlah kebutuhan

pelengkap + jumlah kebutuhan bahan bakar.

Selisih pengeluaran = Pengeluaran konsumsi saat ini – pengeluaran konsumsi

yang sebenarnnya

Selain untuk mengetahui tujuan keuangan hasil analisis Livelihood juga

dijadikan dasar untuk menentukan berapa luas areal yang dibutuhkan oleh setiap

rumah tangga petani untuk memenuhi kebutuhannya berdasarkan produktifitas

usaha tani yang ada pada saat ini. Sumber: Molo, (2011)

Page 31: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

19

Adapun Untuk Mengetahui analisis pendapatan dan kontribusi dari variabel

diatas sebagai Berikut :

1. Penerimaan

TR = P x Q

Keterangan :

TR : Total Revenue {penerimaan total (Rp)}

P : Price (harga)

Q : Quantity {jumlah barang (kg)}

2. Pendapatan

Pendapatan menurut ilmu ekonomi diartikan sebagai nilai maksimum yang

dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam satu periode seperti keadaan semula.

Definisi tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap

konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain pendapatan merupakan jumlah

harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama

satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan

didefinisikan sebagai jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan

penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.

I = TR – TC

Keterangan:

I : Income (pendapatan)

TR : Total Penerimaan

TC : Total Biaya

Page 32: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

20

Untuk pendapatan Total Dari Unit Usaha ialah I tot = i 1 + i 2 + i 3 +....

Keterangan :

I tot : Total Pendapatan (income)

I1, 2, 3 : Pendapatan Per unit/usaha

Tabel 2. Matriks Analisis Ketergantungan Masyarakat

No. Sektor Mata

Pencaharian

Pendapatan

Total

Kontribusi

(%)

Ketergantungan

1

2

Kemiri

Sektor Lain

Sumber : Modifikasi, Kadir (2010)

Adapun Rumus Kontribusi Terhadap Kemiri sebagai berikut:

Kontribusi

Untuk Memudahkan mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat

ataupun kelompok usahatani terhadap mata pencahariannya dalam suatu

masyarakat hutan perlu variabel sebagai berikut :

Tabel 3. Variabel Ketergantungan

No Variabel Ketergantungan

(%)

Kategori

1

2

3

4

0 %

0,01-33,33%

33,34-66,66%

66,67-100,00%

Tidak Tergantung

Rendah

Sedang

Tinggi

Sumber : Modifikasi, Kadir (2010)

Page 33: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

21

Berdasarkan Tabel 3, Persentase kontribusi terhadap variabel

ketergantungan sebagai berikut ; 0 % masuk dalam kategori tidak tergantung,

0,01-33,33% % kategori rendah, 33,34-66,66 % kategori sedang, dan 66,67-

100,00% kategori tinggi.

Page 34: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

22

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografi Dan Demografi Desa Mattabulu

a. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Mattabulu adalah 5000 Ha (50 km2) yang terdiri dari

lahan pemukiman, lahan pertanian perkebunan, sebagian untuk objek wisata alam.

Sebagaimana wilayah tropis, Jarak pusat desa dengan ibu kota kabupaten yang

dapat ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 12 km. Kondisi prasarana

jalan poros desa berupa jalan aspal dengan kondisi rusak parah mengakibatkan

waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor mencapai kurang lebih 30

menit. Sedangkan jarak pusat desa dengan ibu kota kecamatan yang dapat

ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 10 km. Kondisi ruas jalan poros

desa yang dilalui juga berupa jalan aspal dengan kondisi rusak parah

mengakibatkan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor mencapai

kurang lebih 20 menit. Desa Mattabulu merupakan wilayah paling potensial untuk

usaha Kehutanan, Perkebunan dan Pariwisata. Hal tersebut didukung oleh kondisi

geografis Desa. Berdasarkan kondisi desa ini maka akan dijabarkan permasalahan,

potensi, hingga daftar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)

yang diprogramkan untuk 6 (enam) tahun.

Desa Mattabulu merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan

Lalabata Kabupaten Soppeng, Terletak kurang lebih antara 4° 21' 48," LS dan

119° 49' 10," BT - 4° 22' 00" 119°49'15 BT.

Secara administratif, wilayah Desa Mattabulu memiliki batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Pesse

Page 35: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

23

- Sebelah Selatan : Desa Umpungeng

- Sebelah Timur : Kelurahan Bila

- Sebelah Barat : Kabupaten Barru

b. Keadaan Iklim

Sebagaimana wilayah tropis, Desa Mattabulu mengalami musim kemarau

dan musim penghujan dalam tiap tahunnya. Rata-rata perbandingan musim

penghujan lebih besar daripada musim kemarau, hal itu disebabkan karena

wilayah yang masih hijau dengan vegetasi serta masuk dalam wilayah Hutan

Lindung. Pada saat musim hujan kondisi sebagian wilayah desa mattabulu rawan

terjadi longsor dan pada saat musim kemarau persediaan air sangat berkurang,

rawan terjadi kebakaran hutan.

c. Topografi

Secara umum keadaan tofografi Desa Mattabulu adalah daerah dataran

tinggi dan perbukitan.

d. Pola Penggunaan Lahan

Secara umum penggunaan lahan di desa mattabulu sangat bergantung

kepada kehidupan sosial dan ekonomi serta potensi yang dimiliki oleh desa

tersebut.Berdasarkan mata pencahariannya, desa dan penggunaan lahan dapat di

klasifikasikan seperti berikut :

Page 36: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

24

a) Sawah

1. Sawah Teknis : -

2. Sawah ½ Teknis : 12 Ha.

3. Sawah Tada Hujan : 1 Ha.

b) Tanah bukan sawah

1. Tegal/Ladang : 326 Ha.

2. Pemukiman : 65 Ha.

3. Perkebunan : 358 Ha.

4. Hutan : 4.207 Ha.

5. Lainnya : 31 Ha.

6. Kependudukan

Jumlah Penduduk Desa Mattabulu pada tahun 2018 sebesar 1690 jiwa,

terdiri dari 858 jiwa laki-laki dan 832 jiwa perempuan. Tingkat pertumbuhan

penduduk rata-rata sebesar 0,23% dalam tiga tahun terakhir. Tingkat kepadatan

penduduk, di Desa Mattabulu rata-rata sebesar 33 jiwa per Km2. Adapun

penyebaran penduduk perdusun dari tahun 2018 sebagai berikut :

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk Desa Mattabulu Per Dusun

Tahun 2018

Nama Tahun 2018

Dusun KK L P J UMLAH

Cirowali 215 413 417 830

Teppoe 231 445 415 860

JUMLAH 446 858 832 1690

Page 37: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

25

Tabel 5. Perkembangan Jumlah Penduduk Desa Menurut Kelompok Umur

Tahun 2018

Kelompok Umur

Tahun 2018

L P JUMLAH

0-10 135 139 274

10-20 188 160 348

21-30 119 108 227

31-40 162 123 285

41-50 99 105 204

51-60 56 78 134

61 keatas 97 119 216

JUMLAH 858 832 1690

Tabel 6. Struktur Mata Pencaharian Penduduk

4.2 Administrasi Desa

Yang melatar belakangi terbentuknya Desa Mattabulu adalah Desa Bila dilebur

menjadi kelurahan Bila dan Lingkungan Cirowali dijadikan Desa Persiapan, jadi pada

Sumber Mata Pencaharian

PNS

Tenaga Medis

Petani

Buruh Tani

Pedagang

Peternak

Tukang Kayu

Tukang batu

Tukang jahit

Sopir

Tahun 2018

5

5

355

65

42

57

22

45

6

21

Page 38: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

26

tahun 1988 terjadi pemekaran Desa Yaitu Kelurahan Bila dimekarkan menjadi Desa

Persiapan yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Camba Hatti yang terdiri dari 2 Dusun

Yakni Dusun Cirowali dan Dusun Teppoe, Pada tahun 1989 Desa Persiapan sudah

Defenitif dan tetap dipimpin oleh Bapak Camba Hatti sampai dengan tahun 1992. Pada

tahun 1992-1997 dipimpin oleh Bapak ABBAS HIMA dengan melalui penunjukan

langsung Oleh Bapak Buapti Soppeng saat itu, Pemilihan Desa ke II sesuai dengan

peraturan yang berlaku maka pemilihan Kepala Desa diadakan dengan cara penunjukan

Langsung Oleh Masyarakat namun Bapak Abbas Hima Merupakan Putra Tunngal Dan

Calon tunggal Desa Mattabulu yang memenuhi syarat, jadi Bapak Abbas Hima terpilih

kembali atau Dua Periode yaitu 1997-2001.

Kemudian pada Tahun 2001-2006 dipimpin oleh Bapak ANDI SYAMSU

RIJAL Pemilihan Desa Ketiga yaitu Bapak ANDI Syamsu Rijal namun belum selesai

masa jabatnnya karena sesuatu hal maka diganti Pelaksana Tugas Sementara oleh sekdes

(Surnaeni) Mulai bulan April 2006 sampai dengan Desember 2006. Dengan berakhirnya

masa jabatan Sekdes diadakan lagi pemilihan Kepala Desa Ke empat Pada Tahun 2007-

2012 yang dipimpin oleh Bapak YUNUS. Pada Tahun 2013-2018 Pemilihan Kepala Desa

ke Lima Desa Mattabulu dipimpin Oleh Bapak JUMALDI Bakri,S.Sos dan terpilih

kembali untuk kedua kalinya yaitu periode 2018-2024.

4.3. Kondisi Sumber Daya Desa

A. Kondisi Sumber Daya Alam

No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan

Lahan

Lahan Persawahan 13 Ha

Lahan Perkebunan ± 358 Ha

Lahan Pemukiman/Pekarangan ± 65 Ha

Lahan Tegal/Ladang ± 326 Ha

Lahan Hutan ± 4.207 Ha

* sebagian besar merupakan Kawasan Hutan

lindung

* di manfaatkan untuk Tanaman Pohon Pinus

* dimanfaatkan sebagai Destinasi Pariwisata

Alam ± 14 Ha

Sungai

Sungai untuk keperluan sumber mata air

/Perpipaan bagi Masyarakat

Sungai dimanfaatkan untuk tempat hidup ikan

Sungai dimanfaatkan sebagai pengairan bagi

persawahan

Air Terjun 2 Bh

Page 39: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

27

Air terjun di Desa Mattabulu direncanakan

akan dijadikan Destinasi Wisata yang terdapat

di dua titik lokasi yaitu :

* Air terjun Lamelle

* Air terjun Lembah Sunyi

Batu Kali

* Material ini terdapat disepanjang Aliran

Sungai yang ada Didesa Mattabulu yang

biasanya di manfaatkan Warga Masyarakat

dalam Pelaksanaan Pembangunan

B. Kondisi Sumber Daya Manusia

No Uraian Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Satuan

1 Penduduk dan keluarga

a. Jumlah Keluarga 450 keluarga

b. Jumlah penduduk Laki-laki 859 Orang

c. Jumlah penduduk perempuan 832 Orang

2 Sumber penghasilan utama penduduk

a. Petani 325 Orang

b. Pedagang 20 Orang

c. PNS 6 Orang

d. Tukang Kayu 22 Orang

e. Tukang Batu 42 Orang

f. Tukang Jahit 6 Orang

g. Guru 12 Orang

h. Bidan 3 Orang

i.Pensiunan/Veteran 3 Orang

j. Supir 19 Orang

k. Buruh 70 Orang

Page 40: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

28

3

Penduduk berdasarkan latar belakang

pendidikan

a. Lulusan S-2 1 Orang

b. Lulusan S-1 35 Orang

c. Lulusan D3/S.Muda 20 Orang

d. Lulusan SLTA/MA 179 Orang

e. Lulusan SLTP/MTs 265 Orang

f. Lulusan SD/MI 730 Orang

g. Belum tamat SD 178 Orang

h. Belum sekolah 130 Orang

i. Putus SD 89 Orang

j. Buta Huruf 64 Orang

C. Kondisi Sumber Daya Pembangunan

No Uraian Sumber Daya Pembangunan Jumlah Satuan

1 Aset prasarana umum

a. Jalan

- Jalan kabupaten ± 5 Km

Kondisi jalan kabupaten sudah rusak

parah dan semakin sempit akibat longsor

- Jalan (Rabat Beton) ± 4,055 Km

Jalan ini dibangun melalui Dana Desa

dan kondisinya masih baik

b. Jembatan 1 Unit

Jembatan di Desa Mattabulu

menghubungkan Dusun Cirowali dan

Dusun Teppoe yang dibangun melalui

Dana PNPM pada Tahun 2007 dan

kondisinya masih baik

c. Perpipaan dan Bak Air ± 12 Km

Perpipaan di Desa Mattabulu merupakan

kegiatan yang didanai bermula dari

adanya program PKPS-BBM, kemudian

dilanjutkan dengan kegiatan yang

didanai dari Anggaran Desa. Perpipaan

ini terletak di 2 Dusun dan Tiga Titik

Page 41: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

29

(Aletellue, Cirowali dan Teppoe )

d. Sumber Mata Air Lainnya

- Sumur Bor

1 Bh

Sumur Bor ini terletak di Aletellue

Dusun Cirowali dan kondisinya masih

bagus

Sumur Bor ini merupakan Aset Desa

yang dibangun melalui anggaran Desa

- Sumur Umum /sumur Timba 7 Bh

Sumur ini terletak di Dusun Cirowali

sebanyak 2 bh dan di Dusun Teppoe

sebanyak 5 bh dengan kondisi yang

rusak dan perlu direhab

e. Drainase ± 1,5 Km

Drainase terbagi dalam berapa titik di

Dusun Cirowali (Aletellue dan Cirowali

) , yang di bangun melalui dana ADD,

PIK dan Dana Daerah

f. Talud ± 81,8 M

Talud ini dibangun secara bertingkat

sebagai pengaman tanah diarea

perkantoran yang akan longsor

2 Aset Prasarana pendidikan

a. Gedung Paud 1 Unit

Terletak di Aletellue Dusun Cirowali

dan merupakan aset Desa dengan jumlah

peserta didik 12 orang dan tenaga

pengajarnya masih berstatus Non PNS

Gedung PAUD ini dibangun dari

Anggaran Desa .kondisi gedungnya

masih baik,namum sarana /mobilernya

masih kurang dan bahkan belum ada

fasilitas listriknya

b. Gedung SD 3 Unit

Gedung SD di Desa Mattabulu

merupakan milik Pemerintah Daerah

Pendidik yang PNS sebagaian besar

berasal dari luar Desa Mattabulu

Page 42: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

30

- Dusun Cirowali

* SDN 237

sekolah ini memiliki siswa sebanyak 53

orang dengan jumlah tenaga pengajar

termasuk kepsek sebanyak 9 Orang yang

berstatus PNS dan 2 Orang Non PNS

Kondisi bangunan SD rusak ringan dan

perlu direhab

* SDN 225 Cirowali

sekolah ini memiliki siswa sebanyak 26

orang dengan jumlah tenaga pengajar

termasuk kepsek sebanyak 8 Orang yang

berstatus PNS dan 3 Orang Non PNS

Kondisi bangunan SD ini cukup baik.

- Dusun Teppoe

* SDN 21 Mattabulu

Terletak di Teppoe Dusun

Teppoe,memiliki siswa sebanyak 99

Orang dan tenaga pendidik berstatus

PNS sebanyak 9 Orang dan Non PNS

sebanyak 2 Orang.

Konsisi gedung masih baik, tetapi sarana

ruang belajar dan WC sekolah ini masih

kurang sehingga siswa belajar di ruang

perpustakaan yang disekat . Dan siswa

sering antri untuk masuk WC

3 Aset prasarana kesehatan

a. Posyandu 3 Unit

- Dusun Cirowali

*

Posyandu Melati terletak di Aletellue

Dusun Cirowali dengan jumlah kader

sebanyak 5 Orang. Gedungnya bukan

Gedung permanen dan lokasinya sempit

*

Posyandu Anggrek terletak di Cirowali

Dusun Cirowali dengan jumlah Kader

sebanyak 5 Orang

- Dusun Teppoe

*

Posyandu Mawar terletak di Dusun

Teppoe, jumlah kadernya 5 Orang

b. Poskesdes 2 Unit

* Puskesdes terletak di Teppoe dengan

satu petugas Bidan yang berstatus PNS

dan bukan warga desa setempat .kondisi

Page 43: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

31

Gedung masih baik,tetapi masih kurang

sarananya ( lemari dan Kursi tunggu

)dan ruang pemeriksaannya

* Puskesdes terletak di Cirowali Dusun

Cirowali dengan satu petugas Bidan

yang berstatus PNS dan bukan warga

Desa setempat. Kondisi Gedung rusak

ringan (atapnya Bocor ) dan masih

kurang sarananya ( lemari dan kursi

tunggu ) dan ruang pemeriksaannya

c. Pustu 1 Unit

Puskesmas Pembantu (Pustu ) terletak di

Cirowali Dusun Cirowali. Petugas

kesehatannya 1 Orang yang berstatus

PNS dan bukan warga Desa setempat.

Kondisi gedung sedang rusak ringan

(atapnya Bocor ) dan ruang tempat

pemeriksaannya masih kurang

Gedung Pustu merupakan aset

Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng

4 Kelompok Usaha Ekonomi Produktif

-

a. Jumlah kelompok usaha yang

produktif 2 Kelompok

Kelompok ternak Cirowali

Kelompok Tani Aletellue

-

b. Jumlah kelompok usaha yang Tidak

Produktif 3 Kelompok

Kelompok Wanita Tani

Kelompok Jahit Menjahit Aletellue

Dusun Cirowali

Kelompok Kerajinan tangan Cirowali

5 Aset berupa modal

a. Aset Modal Ke Bumdes

Penyertaan Modal Desa ke BUMDes

sejak tahun 2015 hingga sekarang 378.489.960 Rupiah

D. Kondisi Sumber Daya Sosial Budaya

Page 44: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

32

No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya Jumlah Satuan

GOTONG ROYONG

Melakukan Pembersihan jalanan 50-100 Orang

Pembersihan jalanan dilakukan secara

rutin setiap minggu di dua dusun yaitu

teppoe pada hari senin dan dusun

cirowali pada hari Jumat, bila tidak ada

sesuatu hal yang menjadi halangan.

Pemanfaatannya adalah untuk

keamanan dan memperlancar

transportasi.

Pemindahan atau Pendirian rumah 100-150 Orang

Pada saat ada warga yang ingin

memindahkan atau mendirikan rumah ,

maka diumumkanlah dimesjid agar

semua warga mendengar berita sehingga

mereka secara sukarela datang untuk

bergotong royong

Pesta Perkawinan ± 200 Orang

Dilakukan pada saat ada warga yang

ingin mengadakan acara pernikahan

.maka biasanya tetangga atau kerabat

bekerja sama untuk mempersiapkan

makanan ,membuat panggung dan

pelaminan. Sekaligus menjadi ajang

silaturrahim agar dapat menumbuhkan

sikap keluargaan

Acara Aqiqah ataupun selamatan

rumah baru ± 200 Orang

Acara tersebut hampir sama tujuan dan

maksud acara perta perkawinan.Hal ini

dilakukan sebagai wujud syukur atas

limpahan rezeki yang didapat sekaligus

berbagi dengan para tetangga dan

kerabat

Acara Pattaungeng /Mattudang

Tudangeng 400- 500 Orang

Page 45: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

33

Acara ini dilakukan satu kali dalam

setahun.biasanya sekitar Bulan

September atau Oktober. Acara ini

merupakan acara terbesar karna bukan

hanya warga masyarakat setempat yang

hadir, namum warga dari Dusun maupun

Desa lain turut berpartisipasi. Acara ini

bertujuan untuk memupuk kebersamaan

dan pelestarian tradisi dan budaya yang

ada dalam masyarakat

Page 46: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1 Umur

Umur merupakan salah satu identitas yang mempengaruhi kerja dan

pola pikir responden. Responden berumur muda pada umumnya mempunyai

kemampuan fisik yang lebih baik dalam bekerja mencari nafkah dan lebih

cepat menerima hal-hal yang dianjurkan. Namun, biasanya masih kurang

memiliki pengalaman untuk mengimbangi keragaman yang terjadi, cenderung

lebih dinamis sehingga cepat menerima hal-hal yang berbeda bagi

perkembangan hidupnya pada masa-masa yang akan datang.

Umur responden yang dimaksud pada penelitian ini adalah umur mulai

dari usia produktif muda, umur produktif tua dan usia non produktif.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang termuda adalah usia 20 tahun

dan yang tertua adalah usia 70 tahun . Penggolongan umur dapat dibagi atas 3

kelompok yakni berdasarkan pada penggolongan usia produktif muda, usia

produktif tua dan usia non produktif. Penggolongan umur 20-40 tahun

dikategorikan usia produktif muda, umur 41-60 tahun dikategorikan usia

produktif tua, dan diatas umur 60 tahun dikategorikan sebagai usia non

produktif.

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan

(Cahyono, 1998). Umur produktif berkisar antara 15-64 tahun yang

merupakan umur ideal bagi para pekerja. Di masa produktif, secara umum

semakin bertambahnya umur maka pendapatan akan semakin meningkat,

Page 47: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

35

yang tergantung juga pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Kekuatan fisik

seseorang untuk melakukan aktivitas sangat erat kaitannya dengan umur

karena bila umur seseorang telah melewati masa produktif, maka semakin

menurun kekuatan fisiknya sehingga produktivitasnya pun menurun dan

pendapatan juga ikut turun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Berdasarkan Kategori Umur Dalam Mengelolah Hutan di Desa

Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.

No Klasifikasi Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

20 – 40

41– 60

61 - 70

5

11

1

29,4

64,7

5,9

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah responden di Desa Mattabulu di

dominasi oleh usia produktif tua sebanyak 11 orang, dan usia produktif muda

hanya 5 orang, dan adapun 1 orang masuk dalam kategori non-produktif. Jika di

kaitkan dengan kemampuan fisik dalam bekerja dan mencari nafkah terutama

dalam pengelolaan lahan akan sangat terbatas sehingga kegiatan pengelolaan

hutan tidak berjalan secara optimal hal ini di tandai dengan banyaknya lahan yang

tidak tergarap dengan baik. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan keterampilan

khusus di dalam pengelolaan lahan dan tidak bergantung pada kondisi fisik

semata.

Page 48: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

36

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Tabel 8. Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan di Desa Mattabulu

Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1

2

3

4

5

Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

S1

3

9

2

2

1

17,6

53

11,7

11,7

5,8

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019

Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di lokasi penelitian masih

sangat rendah, hal ini di buktikan dengan jumlah responden yang tidak sekolah

atau sekolah sampai SD mencapai 12 orang (17,6-53%) jumlah ini tidak terlalu

jauh jika dibandingkan yang sekolah sampai SMP dan SMA hanya berjumlah 2

orang (11,7%). Sementara yang mencapai gelar Sarjana hanya 1 orang (5,8%)

responden ini merupakan penduduk asli.

Rendahnya tingkat pendidikan tersebut disebabkan karena prinsip yang

dianut oleh masyarakat bahwa punya pendidikan tinggi belum memberikan

jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Prinsip tersebut

mengakibatkan banyak petani Kemiri menganggap bahwa pendidikan di Sekolah

SMP atau SMA sudah cukup untuk mencari nafkah hidup. Selain itu masyarakat

beranggapan bahwa tanpa pendidikan masyarakat dapat mengelola lahannya

dengan baik, selain itu pada umumnya responden tidak mempunyai biaya untuk

sekolah, dan melanjutkanya pada jenjang yan lebih tinggi.

Disamping kurangnya sarana pendidikan di Desa Mattabulu, sehingga

untuk dapat bersekolah ke jenjang sampai perguruan tinggi masyarakat harus

Page 49: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

37

pergi ke ibukota kabupaten karena merupakan tempat terdekat untuk melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan tingkat

pengetahuan mengenai cara pemanfaatan hutan. Birgantoro dan Nurrochmat

(2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat juga dapat berpengaruh

terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan.

5.1.3. Tanggungan Keluarga.

Jumlah tanggungan dalam keluarga adalah banyaknya anggota keluarga

yang tinggal dalam satu rumah dengan responden atau di luar rumah, namun

masih menjadi tanggung jawab responden. Besarnya jumlah tanggungan keluarga

responden mempengaruhi besarnya biaya hidup. Besarnya biaya hidup yang

ditanggung responden akan mendorong untuk lebih aktif berusaha guna

memenuhi kebutuhan keluarganya. Untuk lebih jelasnya.

Klasifikasi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Berdasarkan Kategori Tanggungan Keluarga di Desa Mattabulu

Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.

No Tanggungan Keluarga

(Orang)

Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1

2

3

0-3

4-5

6-7

12

3

2

70,5

17,6

11,7

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden di

Desa Mattabulu masih tergolong tinggi, hal ini diketahui dengan jumlah

tanggungan keluarga 0-3 orang sebanyak 12 responden (70,5 %), sementara

tanggungan keluarga 4-5 orang sebanyak 3 responden, serta tanggungan keluarga

Page 50: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

38

6-7 orang sebanyak 2 responden. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan

mempengaruhi besarnya kebutuhan biaya hidup responden. Besarnya biaya hidup

yang harus ditanggung akan mendorong responden untuk lebih aktif berusaha

guna memenuhi kebutuhan keluarganya.

5.1.4. Luas Lahan

Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermata pencaharian sebagai

petani dengan lahan yang sempit dan lahan luas bahkan tidak memiliki lahan.

Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat Di Desa

Mattabulu menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah lumayan besar

untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau

kualitasnya Are, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari

pekerjaan sampingan, selain iklim dan faktor pasar.

3. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahnya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali

tidak memiliki tanah.

Lahan yang dimiliki oleh responden baik dalam kawasan maupun di luar

kawasan, dalam bentuk sawah, kebun/ladang, maupun pemukiman ditotalkan serta

dikelompokkan dalam kategori luas lahan sempit dan luas. Lahan tersebut

digunakan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Kategori lahan sempit adalah dibawah 1 ha, sedangkan yang dikategorikan lahan

luas, pengelolaanya diatas atau sama dengan 1 ha.

Page 51: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

39

Tabel 10. Berdasarkan Kategori Luas Lahan di Desa Mattabulu Kecamatan

Lalabata Kabupaten Soppeng.

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1

2

< 1

≥ 1

2

15

11,7

88,2

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019

Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki

lahan yang Luas. Jumlah responden yang memiliki lahan yang luas yakni di atas 1

ha sebanyak 15 orang (88,22%), sedangkan di bawah 1 ha hanya 2 orang (11,7%).

Luasnya lahan yang dikuasai responden disebabkan oleh sebagian besar wilayah

responden merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan

sehingga masyarakat banyak melakukan aktifitas pembukaan lahan yang

kemudian dijadikan sebagai lahan kebun, sawah, bahkan sebagai lahan

pemukiman.

Penguasaan lahan yang cukup luas oleh masyarakat, namun kurang

produktif menyebabkan masyarakat memanfaatkan kawasan hutan untuk

melakukan aktifitas - aktifitas pencarian berbagai hasil hutan untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka mulai mencari madu, Kemiri, dan obat herbal sebagai

penghasil sampingan agar tetap seimbang dalam menjalankan kehidupan.

Page 52: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

40

5.2. Analisis Tingkat Ketergantungan Masyarakat.

5.2.1. Analisis Penerimaan Rumah Tangga Dari Memungut Kemiri

Masayarakat memungut Kemiri dalam setahun mulai bulan November

sampai Desember. Waktu memungut Kemiri dua sampai tiga kali dalam seminggu

dengan hari yang tidak menentu, dengan rata-rata pendapatan 2.000 sampai 5.000

biji dalam setiap kali memanen.

Tabel 11. Jumlah Penerimaan Masyarakat Petani Kemiri Dari Hasil

Memungut Kemiri Di Desa Mattabulu Kecematan Lalabata

Kabupaten Soppeng.

No Penerimaan Responden

( Rp/Tahun)

Jumlah

(0rang) Persentase (%)

1

2

3

2.000.000 – 10.000.000

11.000.000 – 30.000.000

> 30.000.000

7

9

1

41,17

52,94

5,88

Jumlah 17 100

Sumber : Data primer yang sudah di olah 2019

Berdasrkan tabel 11 diatas diperoleh bahwa jumlah penerimaan per tahun

petani Kemiri di Desa Mattabulu kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng sebesar

Rp 2.000.000 – Rp 10.000.000 sebanyak 7 kepala keluarga (kk) dengan persentase

41,17 %, sedangkan Rp. 11.000.000 – 30.000.000 sebanyak 9 kepala keluarga

dengan persentase 52,94 % dan > Rp 30.000.000 keatas sebanyak 1 kepala

keluarga dengan persentase 5,88 %.

5.2.2. Analisis Pengeluaran Rumah Tangga.

Analisis pengeluaran rumah tangga di lakukan untuk mengetahui berapa

banyak pengeluaran dari jenis-jenis kebutuhan rumah tangga responden.

Kebutuhan ini terdiri atas: pangan (beras dan lauk pauk), bahan bakar (kayu bakar

Page 53: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

41

dan kompor gas) sebagai bahan bakar yang digunakan untuk keperluan memasak,

Pelengkap (teh/susu, kopi dan gula). Untuk lebih jelasnya analisis

pengeluaran/biaya hidup rumah tangga responden dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Analisis Pengeluaran Biaya Hidup Rumah Tangga Responden di

Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.

No Pengeluaran Responden

(Rp/Tahun)

Jumlah

(0rang) Persentase (%)

1

2

3.

6.000.000 – 10.000.000

11.000.000 – 20.000.000

> 20.000.000

7

9

1

41,17

52,94

5,88

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa jumlah pengeluaran

rumah tangga per tahun masyarakat di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata

Kabupaten Soppeng sebesar Rp. 6.000.000 – Rp. 10.000.000 sebanyak 7 kepala

keluarga (kk) dengan persentase 41,17 %, sedangkan yang pengeluarannya Rp.

11.000.000 – 20.000.000 sebanyak 9 kepala keluarga (kk) dengan persentase

52,94 %. Adapun pengeluaran responden > Rp 20.000.000 hanya 1 Kk dengan

persentase 5,88 %.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui total pengeluaran responden

selama satu Tahun sebesar Rp. 198.528.000,-/kk/Tahun. Pengeluaran ini meliputi

kebutuhan biaya hidup masyarakat dan pengeluaran alat dan bahan selama proses

mencari Kemiri.

Page 54: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

42

5.3. Analisis Tujuan Keuangan

Analisis tujuan keuangan dilakukan untuk menentukan kebutuhan

penghasilan responden yang diharapkan akan dipenuhi. Apabila penghasilan

mengalami surplus pada Tabel selisih analisis livelihood berarti tujuan

keuangannya untuk menambah kekayaan. Sedangkan bila kebutuhan penghasilan

mengalami defisiensi pada Tabel selisih analisis livelihood maka tujuan

keuangannya untuk menutupi kebutuhan pangannya. Analisis kebutuhan dan

harapan nafkah petani madu untuk setiap responden dapat di lihat pada Tabel 13.

Page 55: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

43

Tabel 13. Analisis Kebutuhan dan Harapan Nafkah Petani Kemiri di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.

No Nama

Jumlah Pengeluaran Konsumsi saai ini Jumlah Pengeluaran konsumsi yang

Sebenarnya di Butuhkan Selisih Jumlah Pengeluaran

Pangan

(Rp/Tahun)

Bahan

Bakar

(Rp/Tahun)

Pelengkap

(Rp/Tahun)

Pangan

(Rp/Tahun)

Bahan

Bakar

(Rp/Tahun)

Pelengkap

(Rp/Tahun)

Pangan

(Rp/Tahun)

Bahan

Bakar

(Rp/Tahun)

Pelengkap

(Rp/Tahun)

1. A-1 4.608.000 648.000 1.920.000 8.352.000 864.000 4.992.000 -3.744.000 -216.000 -3.072.000

2. A-2 4.608.000 648.000 8.640.000 7.392.000 864.000 12.384.000 -2.784.000 -216.000 -3.744.000

3. A-3 5.088.000 648.000 7.632.000 7.392.000 864.000 10.800.000 -2.304.000 -216.000 -3.168.000

4. A-4 7.200.000 864.000 13.344.000 9.216.000 864.000 15.360.000 -2.016.000 0 -2.016.000

5. A-5 4.608.000 432.000 7.488.000 7.872.000 648.000 10.080.000 -3.264.000 -216.000 -2.592.000

6. A-6 5.952.000 648.000 2.592.000 8.352.000 864.000 5.712.000 -2.400.000 -216.000 -3.120.000

7. A-7 5.088.000 648.000 1.632.000 7.392.000 864.000 2.544.000 -2.304.000 -216.000 -912.000

8. A-8 6.240.000 864.000 9.360.000 12.000.000 864.000 13.824.000 -5.760.000 0 -4.464.000

9. A-9 6.240.000 864.000 5.280.000 9.216.000 864.000 8.688.000 -2.976.000 0 -3.408.000

10. A-10 5.952.000 648.000 8.208.000 7.872.000 864.000 10.800.000 -1.920.000 -216.000 -2.592.000

11. A-11 4.128.000 432.000 6.912.000 7.392.000 648.000 8.928.000 -3.264.000 -216.000 -2.016.000

12. A-12 5.568.000 432.000 2.256.000 8.352.000 648.000 3.792.000 -2.784.000 -216.000 -1.536.000

13. A-13 5.568.000 648.000 7.632.000 8.352.000 648.000 10.368.000 -2.784.000 0 -2.736.000

14. A-14 4.608.000 432.000 7.632.000 8.352.000 648.000 9.648.000 -3.744.000 -216.000 -2.016.000

15. A-15 3.648.000 648.000 2.592.000 8.352.000 864.000 5.040.000 -4.704.000 -216.000 -2.448.000

Page 56: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

44

16. A-16 6.240.000 432.000 2.832.000 9.696.000 648.000 3.744.000 -3.456.000 -216.000 -912.000

17. A-17 4.608.000 432.000 2.256.000 7.872.000 648.000 3.792.000 -3.264.000 -216.000 -1.536.000

Jumlah 89.952.000 10.368.000 98.208.000 143.424.000 13.176.000 140.496.000 -53.472.000 -2.808.000 -42.288.000

Rata-rata 5.291.294 609.882 5.776.941 8.436.705 775.058 8.264.471 -3.145.411 -165.176 -2.487.529

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019.

Page 57: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

45

Tabel 13. menunjukkan bahwa jumlah rata-rata pengeluaran kebutuhan

rumah tangga responden untuk kebutuhan pangan sebesar Rp. 5.291.294,- kk

/tahun, sementara jumlah rata-rata pengeluaran yang sebenarnya dibutuhkan untuk

kebutuhan pangan sebesar Rp. 8.436.705,-/kk/tahun. Hal ini berarti bahwa untuk

untuk memenuhi kebutuhan pangan yang sebenarnya maka setiap responden harus

mencari pendapatan tambahan sebesar Rp. -3.145.411,-/kk /tahun.

Rata-rata pengeluaran kebutuhan bahan bakar responden Rp. 609.882 ,-

/kk/Tahun. Sedangkan jumlah rata-rata pengeluaran bahan bakar yang sebenarnya

Rp. 775.058,-/kk/Tahun. Hal ini berarti untuk memenuhi kebutuhan yang

sebenarnya maka setiap kepala keluarga harus mencari pendapatan tambahan

sebesar Rp. -165.176,-/ kk/tahun. Sedangkan untuk kebutuhan pelengkap, rata-

rata pengeluaran responden sebesar Rp. 5.776.941,-/ kk/tahun. Sementara jumlah

rata-rata pengeluaran yang sebenarya Rp. 8.264.471,-/kk/tahun. Hal ini berarti

untuk memenuhi kebutuhan pelengkap yang sebenarnya maka setiap responden

harus mencari pendapatan tambahan sebesar Rp. -2.487.529,-/kk/tahun.

Adapun jumlah rata-rata total pengeluaran keseluruhan kebutuhan saat ini

sebesar Rp. 11.678.118 ,-/kk/tahun, sementara jumlah rata-rata total pengeluaran

yang sebenarnya Rp. 17.476.235 ,-/kk/tahun. Hal ini berarti untuk memenuhi

kebutuhan yang sebenarnya, maka setiap responden harus mencari pendapatan

tambahan sebesar Rp. -5.798.118,-/ kk/tahun. Hal ini juga sejalan dengan dengan

hasil penelitian (Hasanuddin, M 2011) bahwa untuk memenuhi kebutuhan

pangan, bahan bakar dan kebutuhan pelengkap, setiap responden harus mencari

Page 58: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

46

pendapatan tambahan. Pendapatan pokok petani selama ini diperoleh dari dalam

hutan berupa pengambilan Kemiri.

5.4 Analisis Nilai Pendapatan Masyarakat

Pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal periode ditambah

keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang

dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan didefinisikan sebagai jumlah harta

kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan

perubahan modal dan hutang. Adapun Nilai Pendapatan Masyarakat Terhadap

Kemiri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Rata-Rata Pendapatan Masyarakat Desa Mattabulu

No Sektor Mata

Pencaharian

Rata-rata

Penerimaan

( Rp/Tahun)

Rata-Rata

Pengeluaran

( Rp/Tahun)

Rata-Rata

Pendapatan

( Rp/Tahun)

1 Kemiri 16.941.176 11.678.118 5.263.059

2 Sektor Lain 28.447.059 11.678.118 16.768.941

Sumber : Data primer yang sudah di olah 2019

5.5. Analisis Kontribusi Terhadap Pendapatan Masyarakat

Untuk mengetahui Kontribusi dari setiap pendapatan responden di Desa

Mattabulu, maka perlu memperhatikan tabel pendapatan. Adapun Rumus

Kontribusi Terhadap Kemiri sebagai berikut:

Kontribusi

=

100 %

= 31,38 %

Page 59: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

47

Dari Tabel 14, diketahui bahwa rata-rata pendapatan total masyarakat

untuk kemiri sebanyak Rp 5.263.059-/tahun, sedangkan rata-rata pendapatan total

untuk mata pencaharian di sektor lain sebanyak Rp 16.768.941-/tahun. Sehingga,

dari rumus kontribusi didapatkan sebanyak 31,38 %.

Setelah mengetahui kontribusi dari kemiri, maka ketika di relasikan

dengan variabel ketergantungan di dapatkan 31,38 % yang artinya ketergantungan

masyarakat Desa mattabulu terhadap kemiri masuk dalam kategori rendah yakni

dalam rentang 0,01-33,33 %. Hal ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor,

mulai dari tingkat pendidikan masyarakat sampai kategori umur petani hutan yang

sudah tidak produktif lagi.

Ketergantungan masyarakat tani hutan sangat erat kaitannya dengan

kualitas dan kuantitas pendapatan masyarakat tani hutan dalam memungut kemiri

( Kadir, 2012). Rendahnya pendapatan masyarakat tani hutan dalam mengelola

dan memanfaatkan kemiri sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari

usia maupun pendidikan petani hutan. Seperti dalam uraian penjelasan

sebelumnya, rata-rata usia petani masuk dalam kategori usia produktif tua,

begitupun dengan kualitas pendidikan petani yang masih jauh dari harapan . Rata-

rata pendidikan petani Desa Mattabulu dalam mencari kemiri hanya sampai

tingkat sekolah dasar (SD). Sehingga dari kategori usia yang sudah tidak produktif

lagi dan tingkat pendidikan rendah menyebabkan kurangnya kemampuan

masyarakat dalam mengembangkan pengelolaan kemiri (Hasanuddin, 2016).

Page 60: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

48

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan.

Adapun rata-rata pendapatan total masyarakat untuk kemiri sebanyak Rp Rp

5.263.059-/tahun, sedangkan rata-rata pendapatan total untuk mata pencaharian di sektor

lain sebanyak Rp 16.768.941-/tahun. Sehingga, dari rumus kontribusi didapatkan

sebanyak 31,38 %.

Maka untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Desa Mattabulu

terhadap Kemiri ialah dengan memperhatikan variabel ketergantungan dari nilai

kontribusi yang di dapatkan. Setelah mengetahui kontribusi dari kemiri, maka ketika di

relasikan dengan variabel ketergantungan di dapatkan 31,38 % yang artinya

ketergantungan masyarakat Desa mattabulu terhadap kemiri masuk dalam kategori rendah

yakni dalam rentang 0,01-33,33 %.

6.2. Saran.

1. Perlu adanya pembinaan khusus kepada petani Kemiri agar mereka dapat

menjadi petani Kemiri yang professional.

2. Masyarakat harus lebih banyak berimprovisasi dalam memanfaatkan

tanaman kemiri sehingga kedepannya masyarakat bisa memperbanyak

kuantitas dan kualitas dan mampu melestarikan tanaman kemiri tersebut.

Page 61: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

49

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Chamber, R dan G. Conway.1991. Sustainable Rural Livelihood: Practical

Concepts for 21 st Century, IDS Discussion Paper 296: IDS Institute for

Development Studies. Brighton.

Darmawan (2001). Sustainable livelihoods Guidance Sheets. Department for

International Development,http://www.livelihoods.org/.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. (1999). Undang-undang Nomor 41

Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dephutbun RI. Jakarta.

Dharmawan, 2001.Farm Household Livelihood Strategies and Socio-Economic

Change in Rural Indonesia. Socioeconomic Studies on Rural

Development Vo. 124. Wissenschaftsverlag Vauk Kiel KG.

Ellis, F. (2000), Rural livelihoods and diversity in Developing Countries. Oxford:

Oxford University Press.

Ellis, F. 1998. Household Strategies and Rural Livelihood Diversification. The

Jurnal of Development Studies; Vol 35:1, pp. 1-38.

Hasanuddin Mollo, 2011, Tingkat Ketergantungan Masyarakat Desa Labuaja

Terhadap Zona Tradisional Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Jurnal Hutan dan Masyarakat 2 agustus 2011.

Mangandar. 2000. Keterkaitan Masyarakat di Sekitar Hutan dengan Kebakaran

Hutan. Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Ngakan, P. Oka, H. Komaruddin, A. Achmad, Wahyudi dan A. Tako. 2006.

Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap

Sumber Daya Hayati. Hutan : Stusi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten

Luwu Utara, Sulawesi Selatan.Center For International Forestry

Research.Jakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan No P. 39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan

Masyarakat Setempat melalui Kemitraan Kehutanan.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 89/Menhut-II/2014 tentang Hutan Desa..

Santosa, A (Ed). 2008. Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan dan

Kebijakan.Perpustakaan Nasional. Jakarta.

Page 62: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

50

Santosa A, Silalahi M. 2011. Laporan kajian kebijakan Kehutanan Masyarakat

dan kesiapannya dalam REDD+. Bogor, Indonesia:

Salaka, F. J., B. Nugroho dan D. R. Nurrochmat. 2012. Strategi Kebijakan

Pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat,

Provinsi Maluku. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 9 (1): 50 -65.

Sihombing, Juliana. 2011 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat

Desa Sekitar Hutan di IUPHHK PT. Ratah Timber Samarinda

Kalimantan Timur. ( Skripsi). Institusi Bogor.

Sukardi, L., D. Darusman, L. Sundawti, Hardjanto, 2008. Karakteristik dan

Faktor Penentu Interaksi Masyarakat Lokal dengan Taman Nasional

Gunung Rinjani Pulau Lombok. Jurnal Agroteksos 18 (1-3): 54-62.

Sukanto Reksohadiprodjo,(2000), Manejemen Produksi, edisi ke-4,cetakan ke-

11(sebelas), Penerbit BPFE, Yogyakarta

L

Page 63: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

51

A

M

P

I

R

A

N

1. Peta Desa Mattabulu Kecematan Lalabata Kabupaten Soppeng

LAUT FLORES

Page 64: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

52

Desa Oi Katupa

Desa Doro Peti

Page 65: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

53

2. Tingkat Pendidikan, Kategori Umur, Dan Tanggungan Keluarga

3. Berdasarkan Mata Pencahrian dan Luas Lahan.

No Nama Tingkat

Pendidikan

Umur

( Tahun )

Tanggungan Keluarga

( Orang )

1 Sulfikar SMA 27 3

2 Jumeno SMA 40 3

3 Baco Dawaru SD 48 4

4 Bahari Tidak sekolah 51 3

5 Amin SD 49 2

6 Muh Tang SMP 32 4

7 Labennu Tidak sekolah 60 3

8 Emmang SD 49 6

9 Arsyad SMP 40 7

10 Haeruddin S.pd S 1 51 5

11 Sulaeman SD 44 2

12 Laera SD 63 2

13 Dimang SD 47 3

14 Lapamma Tidak sekolah 55 2

15 Ali Wati SD 56 3

16 Sumiati SD 50 3

17 Sumarni SD 38 2

Page 66: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

54

No

Nama

Mata Pencaharian

Kategori Lahan

Utama Sampingan

Luas

(ha)

Sempit

(are)

1 Sulfikar Petani, RT Kemiri 1

2 Jumeno Petani /wiraswasta Kemiri 2

3 Baco Dawaru Petani ( penjual tuak ) Kemiri 1

4 Bahari Petani ( Gula Merah ) Kemiri 1

5 Amin Sopir Truk Kemiri 1

6 Muh Tang Petani Kemiri 1

7 Labennu Petani Kemiri 7

8 Emmang Petani ( Gula Merah ) Kemiri 2

9 Arsyad Tukang kayu Kemiri 1

10 Haeruddin S.pd Guru Kemiri 1

11 Sulaeman petani (pinus) Kemiri 1

12 Laera Petani, RT Kemiri 3

13 Dimang petani (pinus) Kemiri 2

14 Lapamma petani Kemiri 2

15 Ali Wati petani (Cengkeh) Kemiri 5

16 Sumiati petani Kemiri 1

17 Sumarni petani Kemiri 1

4. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Devisi Kemiri.

Page 67: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

55

Page 68: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

56

5. Analisis Penerimaan Kemiri/Responden di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.

No

Nama

Responden

Lama Mencari

Kemiri

Jumlah Kemiri Yang

Diperoleh

Harga Kemiri

(Rp/biji)

Penerimaan

(Rp/minggu)

Penerimaan

(Rp/Bulan)

Penerimaan

(Rp/Tahun)

1 Sulfikar 2 Kali Seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 200.000 800.000 9.600.000

2 Jumeno 2 Kali Seminggu 5000 biji/minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000

3 Baco Dawaru 3 Kali Seminggu 5000 biji/minggu 50/biji 750.000 3.000.000 36.000.000

4 Bahari 2 Kali seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000

5 Amin 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000

6 Muh Tang 2 Kali Seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 200.000 800.000 9.600.000

7 Labennu 1 kali seminggu 3000 biji/minggu 50/biji 150.000 600.000 7.200.000

8 Emmang 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000

9 Arsyad 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000

10 Haeruddin S.pd 1 kali seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 100.000 400.000 4.800.000

11 Sulaeman 1 Kali seminggu 3000 biji/minggu 50/biji 150.000 600.000 7.200.000

12 Laera 3 kali Seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 300.000 1.200.000 14.400.000

13 Dimang 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000

14 Lapamma 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000

15 Ali Wati 1 kali seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 100.000 400.000 4.800.000

16 Sumiati 1 Kali seminggu 1000 biji/minggu 50/biji 50.000 200.000 2.400.000

17 Sumarni 2 kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000

JUMLAH

3.700.000 24.000.000 288.000.000

Rata-Rata 352.941 1.411.765 16.941.176

Page 69: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

57

6. Analisis Penerimaan Terhadap Sektor Lain dan Kemiri / Responden di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng

NO Nama

Responden

Mata Pencaharian

Pekerejaan Utama Penerimaan/Bulan Penerimaan/Tahun Pekerjaan

Sampingan Penerimaan/Bulan Penerimaan/Tahun

1 Sulfikar Petani, RT Rp3.150.000 Rp37.800.000 kemiri Rp800.000 Rp9.600.000

2 Jumeno Petani /wiraswasta Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000

3 Baco Dawaru Petani ( penjual tuak ) Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp3.000.000 Rp36.000.000

4 Bahari Petani ( Gula Merah ) Rp600.000 Rp7.200.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000

5 Amin Sopir Truk Rp2.000.000 Rp24.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000

6 Muh Tang Petani Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp800.000 Rp9.600.000

7 Labennu Petani Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp600.000 Rp7.200.000

8 Emmang Petani ( Gula Merah ) Rp400.000 Rp4.800.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000

9 Arsyad Tukang kayu Rp5.000.000 Rp60.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000

10 Haeruddin S.pd Guru Rp4.500.000 Rp54.000.000 kemiri Rp400.000 Rp4.800.000

11 Sulaeman petani (pinus) Rp4.000.000 Rp48.000.000 kemiri Rp600.000 Rp7.200.000

12 Laera Petani, RT Rp1.150.000 Rp13.800.000 kemiri Rp1.200.000 Rp14.400.000

13 Dimang petani (pinus) Rp3.000.000 Rp36.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000

14 Lapamma petani Rp5.000.000 Rp60.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000

15 Ali Wati petani (Cengkeh) Rp2.500.000 Rp30.000.000 kemiri Rp400.000 Rp4.800.000

16 Sumiati petani Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp200.000 Rp2.400.000

17 Sumarni petani Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000

JUMLAH

Rp40.300.000 Rp483.600.000

Rp24.000.000 Rp288.000.000

Rata-Rata

Rp2.370.588 Rp28.447.059

Rp1.411.765 Rp16.941.176

Page 70: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

58

7. Analisis Pengeluaran/ Biaya Hidup Rumah Tangga Responden di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng

No

Nama

Responden

Jumlah Konsumsi Saat Ini (Pangan) Total

Pengeluaran ( Rp/Minggu) Pengeluaran ( Rp/Bulan) Pengeluaran ( Rp/Tahun) Pengeluaran

Beras Ikan Sayur Beras Ikan Sayur Beras Ikan Sayur (Rp/Tahun)

1 Sulfikar 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000

2 Jumeno 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000

3 Baco Dawaru 56.000 20.000 30.000 224.000 80.000 120.000 2.688.000 960.000 1.440.000 5088000

4 Bahari 80.000 40.000 30.000 320.000 160.000 120.000 3.840.000 1.920.000 1..440.000 7200000

5 Amin 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000

6 Muh Tang 64.000 30.000 30.000 256.000 120.000 120.000 3.072.000 1.440.000 1.440.000 5952000

7 Labennu 56.000 20.000 30.000 224.000 80.000 120.000 2.688.000 960.000 1.440.000 5088000

8 Emmang 80.000 20.000 30.000 320.000 80.000 120.000 3.840.000 960.000 1.440.000 6240000

9 Arsyad 80.000 20.000 30.000 320.000 80.000 120.000 3.840.000 960.000 1.440.000 6240000

10 Haeruddin S.pd 64.000 30.000 30.000 256.000 120.000 120.000 3.072.000 1.440.000 1.440.000 5952000

11 Sulaeman 56.000 10.000 20.000 224.000 40.000 80.000 2.688.000 480.000 960.000 4128000

12 Laera 56.000 30.000 30.000 224.000 120.000 120.000 2.688.000 1.440.000 1.440.000 5568000

13 Dimang 56.000 30.000 30.000 224.000 120.000 120.000 2.688.000 1.440.000 1.440.000 5568000

14 Lapamma 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000

15 Ali Wati 56.000 10.000 10.000 224.000 40.000 40.000 2.688.000 480.000 480.000 3648000

16 Sumiati 80.000 30.000 20.000 320.000 120.000 80.000 3.840.000 1.440.000 960.000 6240000

17 Sumarni 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000

Jumlah 1.064.000 390.000 420.000 4.256.000 1.560.000 1.680.000 51.072.000 18.720.000 20.160.000 89952000

Rata-Rata 62.588 22.941 24.706 250.352,94 91.764,71 98.823,5 3.004.235,3 1.101.176 1.185.882 5291294,118

Page 71: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

59

Nama Jumlah Konsumsi Saat Ini (Pelengkap)

No Responden Pengeluaran ( Rp/Minggu) Pengeluaran ( Rp/Bulan) Pengeluaran ( Rp/Tahun)

Teh Susu Kopi Gula Rokok Teh Susu Kopi Gula Rokok Teh Susu Kopi Gula Rokok

1 Sulfikar 15.000 13.000 12.000 60.000 52.000 48.000 720.000 624.000 576.000

2 Jumeno 7.000 25.000 12.000 136.000 28.000 100.000 48.000 544.000 336.000 1.200.000 576.000 6.528.000

3 Baco Dawaru 15.000 13.000 12.000 119.000 60.000 52.000 48.000 476.000 720.000 624.000 576.000 5.712.000

4 Bahari 15.000 13.000 12.000 238.000 60.000 52.000 48.000 952.000 720.000 624.000 576.000 11.424.000

5 Amin 25.000 12.000 119.000 100.000 48.000 476.000 1.200.000 576.000 5.712.000

6 Muh Tang 14.000 15.000 13.000 12.000 56.000 60.000 52.000 48.000 672.000 720.000 624.000 576.000

7 Labennu 7.000 15.000 12.000 28.000 60.000 48.000 336.000 720.000 576.000

8 Emmang 7.000 15.000 25.000 12.000 136.000 28.000 60.000 100.000 48.000 544.000 336.000 720.000 1.200.000 576.000 6.528.000

9 Arsyad 7.000 15.000 25.000 12.000 51.000 28.000 60.000 100.000 48.000 204.000 336.000 720.000 1.200.000 576.000 2.448.000

10 Haeruddin S.pd 15.000 25.000 12.000 119.000 60.000 100.000 48.000 476.000 720.000 1.200.000 576.000 5.712.000

11 Sulaeman 13.000 12.000 119.000 52.000 48.000 476.000 624.000 576.000 5.712.000

12 Laera 7.000 15.000 13.000 12.000 28.000 60.000 52.000 48.000 336.000 720.000 624.000 576.000

13 Dimang 15.000 13.000 12.000 119.000 60.000 52.000 48.000 476.000 720.000 624.000 576.000 5.712.000

14 Lapamma 15.000 13.000 12.000 119.000 60.000 52.000 48.000 476.000 720.000 624.000 576.000 5.712.000

15 Ali Wati 14.000 15.000 13.000 12.000 56.000 60.000 52.000 48.000 672.000 720.000 624.000 576.000

16 Sumiati 7.000 15.000 25.000 12.000 28.000 60.000 100.000 48.000 336.000 720.000 1.200.000 576.000

17 Sumarni 7.000 15.000 13.000 12.000 28.000 60.000 52.000 48.000 336.000 720.000 624.000 576.000

Jumlah 77.000 210.000 280.000 204.000 1.275.000 308.000 840.000 1.120.000 816.000 5.100.000 3.696.000 10.080.000 13.440.000 9.792.000 61.200.000

Rata-Rata 8.556 15.000 17.500 12.000 127.500 61.600 60.000 70.000 48.000 510.000 410.667 720.000 840.000 576.000 6.120.000

Page 72: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

60

No

Nama

Responden

Jumlah Konsumsi Yang Sebenarnya (Pangan) Total

Pengeluaran ( Rp/Minggu) Pengeluaran ( Rp/Bulan) Pengeluaran ( Rp/Tahun) Pengeluaran

Beras Ikan Sayur Beras Ikan Sayur Beras Ikan Sayur (Rp/Tahun)

1 Sulfikar 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000

2 Jumeno 84.000 30.000 40.000 336.000 120.000 160.000 4.032.000 1.440.000 1.920.000 7392000

3 Baco Dawaru 84.000 30.000 40.000 336.000 120.000 160.000 4.032.000 1.440.000 1.920.000 7392000

4 Bahari 112.000 30.000 50.000 448.000 120.000 200.000 5.376.000 1.440.000 2.400.000 9216000

5 Amin 84.000 30.000 50.000 336.000 120.000 200.000 4.032.000 1.440.000 2.400.000 7872000

6 Muh Tang 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000

7 Labennu 84.000 30.000 40.000 336.000 120.000 160.000 4.032.000 1.440.000 1.920.000 7392000

8 Emmang 160.000 40.000 50.000 640.000 160.000 200.000 7.680.000 1.920.000 2.400.000 12000000

9 Arsyad 112.000 30.000 50.000 448.000 120.000 200.000 5.376.000 1.440.000 2.400.000 9216000

10 Haeruddin S.pd 84.000 30.000 50.000 336.000 120.000 200.000 4.032.000 1.440.000 2.400.000 7872000

11 Sulaeman 84.000 30.000 40.000 336.000 120.000 160.000 4.032.000 1.440.000 1.920.000 7392000

12 Laera 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000

13 Dimang 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000

14 Lapamma 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000

15 Ali Wati 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000

16 Sumiati 112.000 40.000 50.000 448.000 160.000 200.000 5.376.000 1.920.000 2.400.000 9696000

17 Sumarni 84.000 30.000 50.000 336.000 120.000 200.000 4.032.000 1.440.000 2.400.000 7872000

Jumlah 1.588.000 590.000 810.000 6.352.000 2360000 3.240.000 76.224.000 28.320.000 38.880.000 143424000

Rata-Rata 93.412 34.706 47.647 373.647 138824 190588,2 4.483.764,7 1.665.882,4 2.287.058,82 8436705,88

Page 73: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

61

Nama Jumlah Konsumsi Yang Sebenarnya (Pelengkap)

No Responden Pengeluaran ( Rp/Minggu) Pengeluaran ( Rp/Bulan) Pengeluaran ( Rp/Tahun)

Teh Susu Kopi Gula Rokok Teh Susu Kopi Gula Rokok Teh Susu Kopi Gula Rokok

1 Sulfikar 30.000 50.000 24.000 120.000 200.000 96.000 1.440.000 2.400.000 1.152.000

2 Jumeno 14.000 50.000 24.000 170.000 56.000 200.000 96.000 680.000 672.000 2.400.000 1.152.000 8.160.000

3 Baco Dawaru 15.000 50.000 24.000 136.000 60.000 200.000 96.000 544.000 720.000 2.400.000 1.152.000 6.528.000

4 Bahari 15.000 26.000 24.000 255.000 60.000 104.000 96.000 1.020.000 720.000 1.248.000 1.152.000 12.240.000

5 Amin 50.000 24.000 136.000 200.000 96.000 544.000 2.400.000 1.152.000 6.528.000

6 Muh Tang 28.000 30.000 25.000 36.000 112.000 120.000 100.000 144.000 1.344.000 1.440.000 1.200.000 1.728.000

7 Labennu 14.000 15.000 24.000 56.000 60.000 96.000 672.000 720.000 1.152.000

8 Emmang 14.000 30.000 50.000 24.000 170.000 56.000 120.000 200.000 96.000 680.000 672.000 1.440.000 2.400.000 1.152.000 8.160.000

9 Arsyad 7.000 15.000 50.000 24.000 85.000 28.000 60.000 200.000 96.000 340.000 336.000 720.000 2.400.000 1.152.000 4.080.000

10 Haeruddin S.pd 15.000 50.000 24.000 136.000 60.000 200.000 96.000 544.000 720.000 2.400.000 1.152.000 6.528.000

11 Sulaeman 26.000 24.000 136.000 104.000 96.000 544.000 1.248.000 1.152.000 6.528.000

12 Laera 14.000 15.000 26.000 24.000 56.000 60.000 104.000 96.000 672.000 720.000 1.248.000 1.152.000

13 Dimang 30.000 26.000 24.000 136.000 120.000 104.000 96.000 544.000 1.440.000 1.248.000 1.152.000 6.528.000

14 Lapamma 15.000 26.000 24.000 136.000 60.000 104.000 96.000 544.000 720.000 1.248.000 1.152.000 6.528.000

15 Ali Wati 28.000 15.000 26.000 36.000 112.000 60.000 104.000 144.000 1.344.000 720.000 1.248.000 1.728.000

16 Sumiati 14.000 15.000 25.000 24.000 56.000 60.000 100.000 96.000 672.000 720.000 1.200.000 1.152.000

17 Sumarni 14.000 15.000 26.000 24.000 56.000 60.000 104.000 96.000 672.000 720.000 1.248.000 1.152.000

Jumlah 147.000 270.000 582.000 432.000 1.496.000 588.000 1.080.000 2.328.000 1.728.000 5.984.000 7.056.000 12.960.000 27.936.000 20.736.000 71.808.000

Rata-Rata 16.333 19.286 36.375 25.412 149.600 117.600 77.143 145.500 101.647 598.400 784.000 925.714 1.746.000 1.219.765 7.180.800

Page 74: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

62

8. Analisis Pengeluaran Bahan Bakar/Responden

No

Nama

Responden

Jumlah Konsumsi Saat Ini

Bahan Bakar (Gas)

Jumlah Konsumsi Yang Sebenarnya

Bahan Bakar (Gas)

(Rp/Bulan) (Rp/Tahun) (Rp/Bulan) (Rp/Tahun)

1 Sulfikar 54.000 648.000 72.000 864.000

2 Jumeno 54.000 648.000 72.000 864.000

3 Baco Dawaru 54.000 648.000 72.000 864.000

4 Bahari 72.000 864.000 72.000 864.000

5 Amin 36.000 432.000 54.000 648.000

6 Muh Tang 54.000 648.000 72.000 864.000

7 Labennu 54.000 648.000 72.000 864.000

8 Emmang 72.000 864.000 72.000 864.000

9 Arsyad 72.000 864.000 72.000 864.000

10 Haeruddin S.pd 54.000 648.000 72.000 864.000

11 Sulaeman 36.000 432.000 54.000 648.000

12 Laera 36.000 432.000 54.000 648.000

13 Dimang 54.000 648.000 54.000 648.000

14 Lapamma 36.000 432.000 54.000 648.000

15 Ali Wati 54.000 648.000 72.000 864.000

16 Sumiati 36.000 432.000 54.000 648.000

17 Sumarni 36.000 432.000 54.000 648.000

Jumlah 864.000 10.368.000 1.098.000 13.176.000

Rata-Rata 50.824 609.882,3529 64.588 775.058,8235

Page 75: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

63

9. Total Pengeluaran konsumsi saat ini dan yang sebenarnya

Total Pengeluaran saat ini Total Pengeluaran yang sebenarnya

Pangan Pelengkap Bahan Bakar Total Pengeluaran Pangan Pelengkap Bahan Bakar Total Pengeluaran

Total/Tahun Total/Tahun Total/tahun (Tahun) Total/Tahun Total/Tahun Total/tahun (Tahun)

4608000 1.920.000 648.000 7.176.000 8352000 4.992.000 864.000 14.208.000

4608000 8.640.000 648000 13.896.000 7392000 12.384.000 864000 20.640.000

5088000 7.632.000 648000 13.368.000 7392000 10.800.000 864000 19.056.000

7200000 13.344.000 864000 21.408.000 9216000 15.360.000 864000 25.440.000

4608000 7.488.000 432000 12.528.000 7872000 10.080.000 648000 18.600.000

5952000 2.592.000 648000 9.192.000 8352000 5.712.000 864000 14.928.000

5088000 1.632.000 648000 7.368.000 7392000 2.544.000 864000 10.800.000

6240000 9.360.000 864000 16.464.000 12000000 13.824.000 864000 26.688.000

6240000 5.280.000 864000 12.384.000 9216000 8.688.000 864000 18.768.000

5952000 8.208.000 648000 14.808.000 7872000 10.800.000 864000 19.536.000

4128000 6.912.000 432000 11.472.000 7392000 8.928.000 648000 16.968.000

5568000 2.256.000 432000 8.256.000 8352000 3.792.000 648000 12.792.000

5568000 7.632.000 648000 13.848.000 8352000 10.368.000 648000 19.368.000

4608000 7.632.000 432000 12.672.000 8352000 9.648.000 648000 18.648.000

3648000 2.592.000 648000 6.888.000 8352000 5.040.000 864000 14.256.000

6240000 2.832.000 432000 9.504.000 9696000 3.744.000 648000 14.088.000

4608000 2.256.000 432000 7.296.000 7872000 3.792.000 648000 12.312.000

89952000 98.208.000 10368000 198.528.000 143424000 140.496.000 13176000 297.096.000

5291294,118 5.776.941 609882,3529 11.678.118 8436705,88 8.264.471 775058,8235 17.476.235

10. Analisis Nilai Pendapatan Masyarakat

Page 76: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

64

No

Nama

Responden

Penerimaan (Rp/Tahun) Pengeluaran

(Rp/Tahun)

Pendapatan (Rp/Tahun)

Kemiri sektor lain Kemiri sektor lain

1 Sulfikar 9.600.000 37.800.000 7.176.000 2.424.000 30.624.000

2 Jumeno 24.000.000 18.000.000 13.896.000 10.104.000 4.104.000

3 Baco Dawaru 36.000.000 18.000.000 13.368.000 22.632.000 4.632.000

4 Bahari 24.000.000 7.200.000 21.408.000 2.592.000 -14.208.000

5 Amin 24.000.000 24.000.000 12.528.000 11.472.000 11.472.000

6 Muh Tang 9.600.000 18.000.000 9.192.000 408.000 8.808.000

7 Labennu 7.200.000 18.000.000 7.368.000 -168.000 10.632.000

8 Emmang 24.000.000 4.800.000 16.464.000 7.536.000 -11.664.000

9 Arsyad 24.000.000 60.000.000 12.384.000 11.616.000 47.616.000

10 Haeruddin S.pd 4.800.000 54.000.000 14.808.000 -10.008.000 39.192.000

11 Sulaeman 7.200.000 48.000.000 11.472.000 -4.272.000 36.528.000

12 Laera 14.400.000 13.800.000 8.256.000 6.144.000 5.544.000

13 Dimang 24.000.000 36.000.000 13.848.000 10.152.000 22.152.000

14 Lapamma 24.000.000 60.000.000 12.672.000 11.328.000 47.328.000

15 Ali Wati 4.800.000 30.000.000 6.888.000 -2.088.000 23.112.000

16 Sumiati 2.400.000 18.000.000 9.504.000 -7.104.000 8.496.000

17 Sumarni 24.000.000 18.000.000 7.296.000 16.704.000 10.704.000

Jumlah 288.000.000 483.600.000 198.528.000 89.472.000 285.072.000

Rata-Rata 16.941.176 28.447.059 11.678.118 5.263.059 16.768.941

Page 77: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

65

11. Konsumsi Beras / Responden setiap minggunya

No Responden

Konsumsi Saat Ini Per

Hari

Konsumsi Yang

Sebenranya per Hari

Konsumsi Saat Ini

Per Minggu

Konsumsi Yang Sebenarnya

Dibutuhkan Per Minggu

Beras Beras Beras Beras

1 Sulfikar 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

2 Jumeno 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

3 Baco Dawaru 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

4 Bahari 1 ½ liter = Rp. 12.000 2 liter = Rp. 16.000 10 liter = Rp. 80.000 14 liter = Rp. 112.000

5 Amin 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

6 Muh Tang 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

7 Labennu 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

8 Emmang 2 liter = Rp. 16.000 3 liter = Rp. 24.000 12 liter = Rp. 96.000 24 liter = Rp. 192..000

9 Arsyad 1 ½ liter = Rp. 12.000 2 liter = Rp. 16.000 10 liter = Rp. 80.000 14 liter = Rp. 112.000

10 Haeruddin S.Pd 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

11 Sulaeman 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

Page 78: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

66

12 Laera 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

13 Dimang 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

14 Lapamma 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

15 Ali Wati 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

16 Sumiati 1 ½ liter = Rp. 12.000 2 liter = Rp. 16.000 10 liter = Rp. 80.000 14 liter = Rp. 112.000

17 Sumarni 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000

Total Rp. 156.000 Rp. 228.000 Rp. 1.064.000 Rp. 1.620.000

Keterangan : 1 liter beras = Rp 8.000

Page 79: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

67

12. Analisis Livelihood

Pengeluaran konsusmsi saat ini:

Total pengeluaran = Jumlah kebutuhan pangan + jumlah kebutuhan

bahan bakar + jumlah kebutuhan pelengkap =

Rp.89.952.000+Rp.10.368.000+Rp. 98.208.000

= Rp.198.528.000,-/responden /tahun.

Rata-rata pengeluaran = Rp. 11.678.118,-/responden/tahun.

Pengeluaran konsumsi yang sebenarnya dibutuhkan:

Total pengeluaran = Jumlah kebutuhan pangan + jumlah kebutuhan

bahan bakar + jumlah kebutuhan pelengkap =

Rp.143.424.000+Rp.13.176.000+Rp.140.496.000

= Rp. 297.096.000,-/responden/tahun.

Rata-rata pengeluaran = Rp. 17.476.235,-/responden/tahun.

Selisih pengeluaran:

Selisih total pengeluaran = Pengeluaran Konsumsi saat ini - pengeluaran

konsumsi yang sebenarnya dibutuhkan.

= Rp. 198.528.000 - Rp. 297.096.000

= Rp. -98.568.000-/responden/tahun

Rata-rata = Rp. -5.798.118 ,-/ kk/tahun.

Page 80: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

68

13. Pengambilan Sampel

a. Wawancara

Page 81: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

69

b.. Kemiri Yang Sudah Di keringkan

Page 82: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

70

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Alamat :

6. Pekerjaan :

7. Jumlah Tanggungan :

8. Alamat :

9. Apakah saudara penduduk asli desa ini ? (Ya) / (Tidak)

10. Jika (Tidak), dari mana asalnya?

Sudah berapa lama tinggal di desa ini? …………… tahun

11. Saudara termasuk suku apa ?

12. Apa pekerjaan utama Bapak?

13. Apa pekerjaan sampingan Bapak?

14. Berapa jumlah tanggungan keluarga Bapak?

15. Berapa kilo biasa Bapak/Ibu membeli beras dalam seminggu?

16. Berapa harga beras perkilo?

17. Berapa kali Bapak/Ibu membeli ikan dalam seminggu?

18. Berapa kali Bpak/Ibu membeli sayur dalam seminggu?

19. Berapa kali Bpak/Ibu membeli minyak goreng/ tanah dalam seminggu?

20. Berapa kali Bpak/Ibu membeli teh dalam seminggu?.

21. Berapa kali Bpak/Ibu membeli susu dalam seminggu?

22. Berapa bungkus biasa Bapak habis rokok dalam sehari?

23. Berapa kali dalam satu minggu Bapak mencari kemiri?

24. Selain kemiri, apa saja hasil hutan yang bapak manfaatkan dalam kawasan

hutan?

25. Berapa jumlah tanaman kemiri yang di tanam ?

26. Berapa luas lahan yang bapak usahakan untuk produksi kemiri ?

27. Berapa pendapatan bapak dari usaha kemiri ini setiap minggunya ?

28. Pengetahuan tentang memanfaatkan tanaman kemiri, pertama kali tahu

dari siapa ?

a. Turun temurun

b. Tetangga/dukun

c. Informasi media

29. Menurut saudara potensi tanaman kemiri di hutan masih banyak ?

a. Banyak

b. Sedang

Page 83: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

71

c. Kurang

30. Menurut anda untuk memperoleh tanaman kemiri dari hutan :

a. Sulit

b. Agak sulit

c. Mudah

31. Jika dari hutan, berapa jarak yang biasa saudara tempuh untuk mencari

kemiri ?

32. bagian tanaman kemiri apa saja yang digunakan?

a. ………………..

b. ………………..

c. ………………..

d. ………………..

33. Apakah saudara mengelola dan memanfaatkan kemiri sendiri ?

a. Sering

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

Cara pemanfatannya

34. Apa alasan anda menggunakan tanaman kemiri sebagai sumber mata

pencaharian?

a. Mudah didapat

b. Tidak ada pilhan lain

c. Alasan lainnya……………………….

35. Menurut saudara saran apa yang harus dilakukan untuk pengelolaan

tanaman kemiri yang efektif?

...................

36. Menurut anda sejauh mana masyarakat sangat tergantung dengan kemiri ?

a. tergantung

b. sedang

c. tidak

Jelaskan alasannya

40. Menurut anda, Apakah ada aturan pengambilan pengolahan tanaman

kemiri, jelaskan!

Page 84: ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEMIRI …

72

Keterangan:

Responden diambil dari kelompok usaha perhutanan sosial yang didalamnya

terdapat masyarakat yang memanfaatkan kemiri sebagai sumber mata

pencaharian.