analisis tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kemiri …
TRANSCRIPT
iii
ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT
TERHADAP KEMIRI PADA HUTAN LINDUNG DI
KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG
SKRIPSI
RAHMAT ARIANDI
105950061815
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iv
ANALISIS TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT
TERHADAP KEMIRI PADA HUTAN LINDUNG DI
KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG
RAHMAT ARIANDI
105950061815
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
v
vi
vii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Rahmat Ariandi
NIM : 105950061815
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Dengan ini saya, Rahmat Ariandi menyatakan dengan sungguh-sungguh:
1. Saya menyadari bahwa memalsukan karya ilmiah dalam bentuk yang dilarang
oleh undang-undang, termasuk pembuatan karya ilmiah oleh orang lain dengan
suatu imbalan, atau mengambil karya orang lain, adalah tindakan kejahatan
yang harus dihukum menurut undang-undang yang berlaku.
2. Bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan tulisan saya sendiri, bukan karya
orang lain atau karya plagiat, atau karya jiplakan dari karya orang lain.
3. Bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat atau pendapat yang pernah atau diterbitkan orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah saya ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Bila kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, saya bersediah
tanpa mengajukan banding menerima sanksi:
1. Skripsi ini beserta nilai-nilai hasil ujian skripsi saya di batalkan
2. Pencabutan kembali gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh, serta
pembatalan dan penarikan ijazah sarjana dan transkrip nilai yang telah saya
terimah.
Makassar, 04 Februari 2020
Yang Menyatakan
Rahmat Ariandi
viii
ABSTRAK
Rahmat Ariandi (105959061815) Analisis Tingkat Ketergantungan Masyarakat
Terhadap Kemiri pada Hutan Lindung Didesa Mattabulu Kab.Soppeng di bawah
bimbingan Hikmah dan Hasanuddin Molo.
Penelitian Ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketergantungan
masyarakat terhadap kemiri pada hutan lindung. Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Mattabulu kecamatan Lalabata kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Penelitian berlangsung selama 4 bulan dari bulan september 2019 hingga bulan
Januari 2020.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sumpling. Hasil penelitan menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan responden
untuk kemiri sebanyak Rp 5.263.059-/tahun, sedangkan rata-rata pendapatan
untuk mata pencaharian di sektor lain sebanyak Rp 16.768.941-/tahun. Kontribusi
Pendapatan Kemiri terhadap total pendapatan responden sebesar 31,38 % yang
berada pada kategori rendah.
Kata Kunci : Kemiri, Ketergantungan, Kontribusi
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan Karunia_Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan tak lupa pula kita kirimkan
Sholawat dan salam atas junjungan kita Rasulullah SAW karena berkat beliau kita dapat
mengenal bagaimana menjadi manusia yang seutuhnya. Berkat Rahmat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
study untuk program strata satu (S1) Program Studi Kehutanan di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Melalui tulisan ini pula, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua tercinta, ayahanda Muh.Yusuf dan ibunda Mardiana serta segenap
keluarga besar yang telah mengasuh dan membimbing penulis selama dalam pendidikan
sampai menyelesaikan Skripsi ini, kepada beliau penulis senantiasa memanjatkan doa
semoga Allah Swt mengasihi dan mengampuni dosanya. Aamiin
Penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Ibunda Dr. Hikmah S,Hut; M.Si Selaku pembimbing I dan Ayahanda
Dr.Ir.Hasanudin Molo S.Hut.,Mp.,IPM Selaku pembimbing II yang telah
memberi motivasi, arahan, pengetahuan baru dalam penyusunan Skripsi ini,
serta membimbing penulis sampai taraf penyelesaian.
2. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Pertanian dan Jurusan
Kehutanan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung
maupun tak langsung.
iii
iv
3. Kepada sahabat dan teman-teman yang sudah memberikan bantuan materil
maupun moril sehingga sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini.
4. Rekan- rekan seperjuanganku Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan
Angkatan 2015
5. Kepada Seluruh Masyarakat Desa Mattabulu Yang Penulis Hormati.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan maka demi mencapai kesempurnaan dari Skripsi ini penulis
mengaharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun agar bisa menjadi referensi
dalam perbaikan.
Akhirnya penulis berharap dengan selesainya penulisan ini, semoga dapat
diterima dan bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, serta pihak-pihak yang
membutuhkan. Amin
Billahi Fisabililhaq, Fastabiqhul khaerat
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Makassar, 04 Februari 2020
Penulis
Rahmat Ariandi
105950061815
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………. ...... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1 Hutan Lindung ......................................................................................... 4
2.2 Hutan Desa ............................................................................................. 5
2.3 Hutan Dan Masyrakat .............................................................................. 6
2.4 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Kemiri .......................... 8
2.5 Kemiri ...................................................................................................... 9
2.6 Konsep Livelihood .................................................................................. 12
2.7 Skema Kerangka Berfikir ........................................................................ 14
III. METODE PENELITIAN .................................................................................... 15
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 15
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 15
v
vi
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 15
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 16
3.5 Jenis Data ................................................................................................ 16
3.6 Analisis Data ........................................................................................... . 17
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................... . 22
4.1 Keadaan Geografi Dan Demografi Desa Mattabulu ........................................ 22
4.2 Administrasi Desa ............................................................................................ 26
4.3 Kondisi Sumber Daya Desa ............................................................................. 27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. . 34
5.1 Karakteristik Responden ................................................................................. . 34
5.2 Analisis Tingkat Ketergantungan Masyarakat ................................................. . 40
5.3 Analisis Tujuan Keuangan ............................................................................... . 42
5.4 Analisis Nilai Pendapatan ................................................................................ . 46
5.5 Analisis Kontribusi Terhadap Pendapatan Masyarakat .................................... . 46
VI. PENUTUP ............................................................................................................ . 48
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... . 48
6.2 Saran ............................................................................................................... . 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. . 49
vi
vii
DAFTAR TABEL
No. Teks Hal
1. Matrik Analisis Livelihood ............................................................. 18
2. Matrix Analisis Ketergantungan Masyarakat .................................. 20
3. Variabel Ketergantungan................................................................. 20
4. Jumlah Penduduk Desa Mattabulu .................................................. 24
5. Kelompok Umur .............................................................................. 25
6. Mata Pencaharian ............................................................................ 25
7. Kategori Umur Responden .............................................................. 35
8. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 36
9. Tanggungan Keluarga ..................................................................... 37
10. Luas Lahan ...................................................................................... 39
11. Penerimaan Petani Kemiri ............................................................... 40
12. Analisis Pengeluaran ....................................................................... 41
13. Analisis Kebutuhan ......................................................................... 43
14. Rata-Rata Pendapatan Masyarakat .................................................. 46
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Hal
1. Peta Desa Mattabulu ....................................................................... 52
2. Tingkat Pendidikan,Kategori Umur, Dan tanggungan Keluarga .... 53
3. Mata Pencaharian Dan Luas Lahan ................................................. 54
4. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kemiri ..................... 55
5. Analisis Penerimaan Kemiri............................................................ 56
6. Analisis Pendapatan Sektor Lain dan Kemiri ................................. 57
7. Analisis Pengeluaran ....................................................................... 58
8. Analisis Pengeluaran Bahan Bakar ................................................. 62
9. Total Pengeluaran Saat Ini Dan Yang Sebenarnya ......................... 63
10. Analisis Nilai Pendapatan ............................................................... 64
11. Konsumsi Beras Responden ............................................................ 65
12. Analisis Livelihood ......................................................................... 67
13. Pengambilan Sampel Penelitian ...................................................... 68
viii
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang Undang No 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan, Hutan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan juga membagi hutan menjadi hutan negara dan hutan
hak. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak
atas tanah sedangkan hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang
dibebani hak atas tanah. Hutan hak selanjutnya dikenal dengan hutan rakyat yaitu
hutan yang tumbuh di atas tanah milik yang dibuktikan dengan alas titel atau
sertifikat
Hutan Desa (HD) secara seragam didefinisikan oleh Kementerian
Kehutanan sekarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK
sebagai hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan desa serta belum dibebani izin atau hak. Peraturan Menteri
Kehutanan No. P. 49/2008 yang sekarang telah diganti dengan P. 89/2014, tentang
hutan desa mendefinisikan ‘desa’ sebagai ‘kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia’.
2
Keberadaan masyarakat di dalam maupun sekitar hutan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pengelolaan ekosistem hutan. Salah satu bentuk
pengelolaan ekosistem hutan dan pemanfaatan hasil hutan dapat ditemukan di
hutan desa. Permasalahan yang kerap dialami oleh pengelola kawasan hutan
sebagian besar terkait dengan masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan hasil
hutan. Sumber daya alam yang dimanfaaatkan oleh masyarakat sekitar hutan desa
di Desa Mattabulu Kab. Soppeng salah-satu diantaranya yaitu Kemiri.
. Kemiri menjadi salah-satu objek ketergantungan masyarakat dalam
meningkatakan dan mempertahankan kelangsungan hidup. Kawasan Hutan di
Desa Mattabulu pada umumnya banyak masyarakat sekitar kawasan yang
memanfaatkan sumber daya alam sebagai kebutuhan pokok dalam melangsungkan
kehidupan sehari-hari baik dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dengan mengangkat judul.
“Analisis Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Kemiri Pada
Hutan Lindung Di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten
Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan (SULSEL)”.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap Kemiri di kawasan Hutan di Desa
Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan .
3
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap Kemiri di kawasan Hutan di Desa
Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan bahan informasi terhadap ketergantungan masyarakat
Terhadap Kemiri dalam Kawasan hutan di Desa Mattabulu, Kecamatan
Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (SULSEL).
2. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat, instansi, terkait ketergantungan
masyarakat terhadap kawasan hutan di Desa Mattabulu, Kecamatan
Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (SULSEL).
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan-kawasan resapan air yang memiliki curah
hujan tinggi dengan struktur tanah yang mudah meresapkan air dan kondisi
geomorfologinya mampu meresap air hujan sebesar-besarnya. Hutan yang
berfungsi sebagi pelindung merupakan kawasan yang keberadaannya
diperuntukkan sebagai pelindung kawasan air, pencegah banjir, pencegah erosi
dan pemeliharaan kesuburan tanah yang berbeda untuk pengertian konservasi.
Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan, sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati serta pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Arief, 2001).
Berdasarkan Master Plan Kehutanan (1975 dalam Manan, 1976) hutan
lindung dibagi menjadi dua, yakni sebagai berikut: 9
1. Hutan lindung mutlak, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya sama sekali
tidak dapat atau tidak diperbolehkan melakukan pemungutan berupa kayu,
tetapi hasil hutan nirkayu boleh dipungut.
2. Hutan lindung terbatas, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya dapat atau
diperbolehkan diadakan pemungutan hasil berupa kayu secara terbatas tanpa
mengurangi fungsi lindungnya.
Pengelolaan hutan lindung diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008. Pengelolaan hutan
lindung dimaksudkan meliputi kegiatan: tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan lindung, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan lindung,
5
rehabilitasi dan reklamasi hutan lindung dan perlindungan hutan dan konservasi
alam di hutan lindung. Pentingnya dilakukan pengelolaan kawasan lindung karena
upaya pengelolaan ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa
serta nilai sejarah dan budaya bangsa
b. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan
keunikan alam.
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatan Hutan menyebutkan bahwa tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan merupakan kewenangan pemerintah
dan pemerintah daerah. Tata hutan sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan
pada setiap Kesatuan Pengelolaan Hutan di semua kawasan hutan serta pada areal
tertentu dalam kawasan hutan. Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan diatur
dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang
Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (Wulandari, 2011).
2.2 Hutan Desa
Hutan desa merupakan salah satu dari 4 skema pengelolaan hutan berbasis
masyarakat yang ditawarkan oleh pemerintah. Model pengelolaan hutan desa
dapat dilakukan pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi dengan jangka
waktu pengelolaan selama 35 tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi
yang dilakukan paling lama setiap 5 tahun. Kebijakan mengenai hutan desa diatur
dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia P.89/Menhut-II/2014.
6
Pemegang izin pengelola hutan desa adalah suatu lembaga pengelola yang
dibentuk melalui Peraturan Desa (Perdes). Ijin pengelolaan dapat berupa Ijin
Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
(IUPJL), Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK), Ijin
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHK).
Izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan Ijin Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (IPHHK) diperbolehkan pada hutan desa yang terletak di
kawasan hutan produksi. Di dalam P.89/Menhut-II/2014, diatur pula mengenai
perlunya kegiatan pemantauan (pengawasan) dan evaluasi (penilaian).
Pemantauan harus dilakukan terhadap semua kegiatan yang dirumuskan dalam
rencana kerja tahunan, rencana kerja jangka menengah dan rencana kerja jangka
panjang untuk mengetahui kemajuan kegiatan yang direncanakan. Evaluasi
dilakukan untuk menganalisis sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam
pengelolaan hutan telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah direncanakan
bersama. Jika ada perbedaan antara kegiatan yang telah dilakukan dan yang
direncanakan, maka melalui kegiatan evaluasi ini dapat diketahui penyebab
ketidaksesuaiannya.
2.3 Hutan Dan Masyarakat
Tingginya kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati yang dimiliki
hutan alam Indonesia merupakan sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Hal ini
terbukti dengan peringkat lima besar dunia jenis pohon penghasil kayu bernilai
ekonomi penting, yaitu yang termasuk famili terdapat di Indonesia (Santosa,
2008).
7
Keberadaan daya dukung hutan terhadap segala aspek kehidupan sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan
untuk dimanfaatkan dan dikelola. Hutan menjadi media hubungan timbal balik
antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri
dari proses ekologi dan merupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung
kehidupan (Reksohadiprojo, 2000). Masyarakat lokal yang memiliki pendidikan
rendah sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar yang konsumtif (Ngakan,
2006).
Keadaan ini menyebabkan masyarakat tidak lagi memanfaatkan
sumberdaya hutan secara arif dan bijaksana, namun cenderung melakukan
perambahan dan eksploitasi yang tidak terkendali. Kondisi ini terjadi di hampir
semua kawasan di Indonesia. Pola hubungan saling ketergantungan antara
manusia dan hutan dalam suatu interaksi sistem kehidupan adalah keniscayaan.
Hutan di negeri ini mendapat beban demikian lama dan berat sebagai
penggerak perekonomian bangsa, dan kini telah sampai pada titik nadir
berakumulasinya masalah sosial, ekonomi, budaya dan ekologi.
Jika tekanan terhadap hutan terus terjadi, maka hutan akan semakin berkurang dan
bencana dampak ekologi akan berantai ke sektor-sektor lain, dan pada gilirannya
akan berdampak pada kehidupan masyarakat secara luas (Isnaeny, 2004).
Beberapa terobosan untuk menata pengelolaan hutan Indonesia harus segera
dilakukan. Pengelolaan hutan yang berbasis pada masyarakat (social forestry)
mungkin menjadi salah satu alternatif yang perlu mendapatkan pembahasan dan
perhatian yang serius dari semua pihak. Pengelolaan hutan dalam social forestry
8
meliputi seluruh kegiatan pengelolaan secara komprehensif yaitu menanam,
memelihara, dan memanfaatkan.
Untuk terlaksananya pengelolaan yang komprehensif perlu penguatan
kelembagaan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah. Di
samping kelembagaan kemitraan, penguatan sistem pengelolaan dan sistem usaha
berbasis masyarakat sangat menentukan keberhasilan social forestry.
Kini masalahnya adalah bagaimana pengelolaan hutan berbasis masyarakat terkait
dengan konsep ekologi yang berkelanjutan.
2.4. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Hutan
Masyarakat hutan adalah penduduk yang tinggal di dalam dan di sekitar
hutan yang mata pencaharian dan lingkungan hidupnya sebagian besar bergantung
pada eksistensi hutan dan kegiatan perhutanan (Arief, 2001). Mereka umumnya
bebas memungut dan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu baik di dalam hutan
produksi maupun hutan lindung (Departemen Kehutanan, 1990 dalam situs
HHBK).
Peran hasil hutan bukan kayu tidak hanya dari segi ekologis, tetapi juga
pada aspek ekonomis dan sosial budaya. Dari aspek ekonomis, hasil hutan bukan
kayu dapat menjadi salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat maupun
pemerintah. Sedangkan dari aspek sosial budaya, masyarakat ikut dilibatkan
dalam pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu (Salaka, et al. 2012)
Menurut Sukardi, et al. (2008), disatu sisi ketergantungan terhadap
keberadaan hutan akan menjadi insentif bagi masyarakat untuk memeliharanya;
didasarkan pada berbagai kearifan lokal yang diyakini secara turun temurun.
9
Namun di sisi lain, akibat desakan kebutuhan yang semakin meningkat serta
adanya faktor-faktor lain justru akan menjadi pemicu perambahan hutan.
Peraturan perundangan yang berlaku memang memberikan akses kepada
masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan hutan (termasuk memanfaatkan
hasil hutan), namun harus mematuhi berbagai ketentuan dan rambu-rambu yang
berlaku.
Mangandar (2000) mengemukakan bahwa interaksi masyarakat dengan
kawasan yang dilindungi dapat diarahkan pada suatu tingkat integrasi dimana
keperluan masyarakat akan sumberdaya alam dapat dipenuhi tanpa mengganggu
atau merusak potensi kawasan. Pola hubungan saling ketergantungan antara
manusia dan hutan dalam suatu interaksi sistem kehidupan adalah keniscayaan.
Hutan di negeri ini mendapat beban demikian lama dan berat sebagai penggerak
perekonomian bangsa, dan kini telah sampai pada titik nadir berakumulasinya
masalah sosial, ekonomi, budaya dan ekologi.
2.5. Kemiri
Permenhut No. P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) menyebutkan bahwa kemiri termasuk pada kelompok minyak lemak,
pati dan buah-buahan dengan produk minyak kemiri dan kelompok tumbuhan
obat dengan produk ekstrak pepagan. Permenhut No. P.03/Menhut-V/2004
tentang pedoman pembuatan tanaman hutan rakyat Gerakan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan menyebutkan bahwa kemiri adalah tanaman MPTS yaitu jenis tanaman
serba guna yang dapat diambil buah, bunga, kulit dan daunnya. Tanaman kemiri
merupakan tanaman yang dapat memberikan manfaat sosial kepada masyarakat,
10
manfaat ekonomi untuk meningkatkan devisa negara dan manfaat lingkungan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kemiri termasuk jenis tanaman untuk
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, mencegah erosi, peningkatan kualitas
lingkungan dan pengatur tata air.
Pohon kemiri (Aleurites moluccana) merupakan family Euphorbiaceae
dapat tumbuh pada ketinggian 0-800 (bisa juga sampai 1200) m diatas permukaan
laut. Tanaman kemiri tidak memerlukan persyaratan khusus karena kemiri dapat
tumbuh pada lapangan yang berkonfigurasi datar sampai pada tempat-tempat
bergelombang dan curam, pada tanah yang subur sampai kurang subur dan pada
daerah yang beriklim kering sampai daerah beriklim basah (Djajapertjunda 2003;
Sunanto 1994; Paimin 1994). Kemiri dapat tumbuh pada daerah dengan jumlah
curah hujan 1.500-2.400 mm/tahun dan suhu 200-270C (Deptan 2006a). Dalam
Warta litbang Deptan tahun 2006 disebutkan bahwa tanaman kemiri dapat tumbuh
pada suhu 210-280C, kelembaban udara rata-rata 75%, curah hujan 1.100-2.400
mm/tahun dan dengan jumlah hari hujan antara 80-100 hari.
Manfaat tanaman kemiri sangat banyak. Menurut Sunanto (1994) manfaat
tanaman kemiri adalah untuk bumbu masak, bahan baku industri, dan pohon
kemiri digunakan untuk membuat perabot rumah tangga, kayu bakar, bahan baku
korek api dan pembuatan bahan pulp (bahan pembuat kertas). Tanaman kemiri
digunakan sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI) di daerah Nusa Tenggara Barat,
cocok untuk tanaman reboisasi, penghijauan dan tempat berlindung ternak pada
areal penggembalaan. Permintaan buah kemiri akan semakin meningkat seiring
dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya permintaan
11
bahan baku industri. Menurut Paimin (1994) peningkatan permintaan kemiri
diperkirakan akan mencapai 10-20% setiap tahunnya. Peningkatan ini diharapkan
dapat mendorong peningkatan ekonomi melalui perkembangan industri dan dapat
meningkatkan lapangan kerja.
Tanaman kemiri menyebar di beberapa daerah di Indonesia dengan
sebaran terbanyak terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan,
Aceh dan Sumatera Utara (Koji 2002). Sunanto (1994) menyebutkan bahwa
awalnya tanaman kemiri merupakan tanaman yang tumbuh secara alami, namun
kemudian ditanam masyarakat di daerah-daerah yang penduduknya telah tinggal
secara menetap karena buahnya dapat dimanfaatkan penduduk.
Tanaman kemiri dapat menghasilkan buah 2-3 kali dalam setahun (musim
berbuah setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada iklim. Musim berbunga
terjadi pada awal musim hujan dan buah terbentuk setelah 3-4 bulan atau pada
akhir musim penghujan). Jumlah panen buah tergantung pada umur tanaman dan
pertumbuhan pohon. Pohon kemiri yang tumbuh pada daerah subur, panen
pertamanya dapat mencapai 10 kg biji kupasan/pohon. Pada umur 6 tahun
menghasilkan 25 kg biji kupasan. Pada usia 11-20 tahun produksinya akan stabil
sekitar 35-50 kg/pohon/tahun. Produksi pohon kemiri dewasa yang tumbuh
dengan baik dapat mencapai 200 kg biji kupasan per pohon. Setelah berumur di
atas 50 tahun produksinya mulai menurun. Produksi kemiri per hektar dapat
mencapai 2 ton biji atau 0,5 ton biji kupasan (Deptan 2006).
Koji menyebutkan bahwa budidaya kemiri sangat mudah. Setelah
menanam kemiri di kebun, petani hanya melakukan pembersihan gulma sekali
12
setahun dan menunggu sampai waktu panen tiba. Secara konvensional, pohon
kemiri ditanam dengan jarak yang cukup besar atau lebih, karena dapat
memberikan kesempatan kepada petani untuk membudidayakan berbagai tanaman
dalam ruang terbuka. Panen buah dapat dilakukan mulai tahun ketiga dan
produksi buah biasanya mulai menurun pada usia 35 tahun ke atas.
2.6. Konsep Livelihood
Livelihood didefenisikan sebagai aset-aset, aktivitas dan akses yang
mencerminkan tambahan pendapatan oleh individu atau rumah tangga (Ellis,
2000). Chamber dan Conway (1991) menunjukkan defenisi livelihood sebagai
akses yang dimiliki oleh individu atau keluarga. Akses menunjukkan aturan atau
norma sosial yang menentukan perbedaan kemampuan manusia untuk memiliki,
mengendalikan dalam artian menggunakan sumberdaya seperti lahan dan
kepemilikan umum untuk kepentingan sendiri. Lebih jelas, strategi livelihood
didefenisikan sebagai: Livelihoods compromises the capabilities, assets (stores,
resources, claim, and acces) and activitas required for a means of living
(Chambers and Conway,1991).
Unsur-unsur dalam strategi livelihood menurut Chambers dan Conway
(1991) adalah kapabilitas, aset, dan aktivitas. Aset dapat berupa klaim atau akses.
Kapabilitas menunjukkan kemampuan individu untuk mewujudkan potensi
dirinya sebagai manusia dalam artian menjadi dan menjalankan. Kapabilitas
menunjukkan set alternatif menjadi dan melakukan yang bisa dilakukan dengan
karakteristik ekonomi, sosial, dan personal manusia.
13
Aktivitas merunjuk pada kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Strategi
livelihood tergantung dari seberapa besar aset yang dimiliki, kapabilitas individu
dan aktivitas yang nyata dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Livelihood secara sederhana didefinisikan sebagai cara dimana orang memenuhi
kebutuhan mereka atau peningkatan hidup (Dharmawan 2001). Dalam pandangan
yang sangat sederhana livelihood terlihat sebagai aliran pendapatan berupa uang
atau sumberdaya yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Dalam upaya memperjuangkan kehidupan ekonomi rumah tangganya
petani di pedesaan biasanya akan melakukan diversifikasi sumber penghidupan
yaitu proses yang dilakukan oleh keluarga pedesaan untuk melakukan berbagai
aktivitas dan kemampuan dorongan sosial mereka dalam upaya berjuang untuk
bertahan hidup dan untuk meningkatkan standar hidup. Secara luas bahwa adanya
diversifikasi mata pencaharian tidak sekedar untuk bertahan hidup, yang
dikonotasikan sebagai resistensi, artinya seolah-olah tidak berkembang. Oleh
karena itu, bahwa strategi livelihood selain bertahan hidup tetapi juga berusaha
memperbaiki standar hidup (Ellis, 1998).
14
2.7 Skema Kerangka Berpikir.
Di Kabupaten Soppeng terdapat kawasan hutan di Desa Mattabulu.
Masyarakat yang tinggal di Dalam kawasan hutan memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi terhadap Kawasan hutan, karena masyarakat kawasan
dominan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu salah satunya berupa Kemiri.
Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir
Pendapatan
Kemiri
Ketergantungan Masyarakat
Terhadap Kemiri
Kawasan Hutan di Desa Mattabulu
Sektor lain
Kontribusi
Sumber mata pencaharian masyarakat kawasan hutan
15
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini di laksanakan selama dua bulan, mulai dari bulan September
sampai bulan Oktober 2019 di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten
Soppeng.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis yang di
gunakan untuk mencatat informasi maupun data. Sedangkan kamera di
gunakan untuk mendokumentasi kegiatan di lapangan.
2. Bahan
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner
sebagai isian data bagi responden.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek yang berfungsi sebagai informan
atau objek yang dapat memberikan informasi sehubungan dengan pokok
permasalahan. Penentuan sampel penelitian kali ini menggunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling yang seperti kita ketahui ialah teknik
pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Purposive sampling juga merupakan
teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan
sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan
penelitian sehingga di harapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Pada
kawasan Hutan Desa di Desa Mattabulu, terdapat beberapa kelompok tani desa,
16
sehingga pengelolaan hutan desa itu berbasis kelompok tani. Maka, populasi yang
digunakan sebagai objek pengambilan sampel penelitian sesuai metode purposive
sampling ialah semua kelompok tani yang terlibat dalam pengelolaan atau
pengusahaan hutan desa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Wawancara kepada masyarakat melalui panduan kusioner untuk
mengetahui informasi lebih dalam dari masyarakat.
b. Observasi, yaitu pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan langsung terhadap fenomena–fenomena yang
tampak pada objek penelitian di lapangan.
c. Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pencatatan dan pengambilan
gambar di lapangan dengan melalui pemotretan dan fotocopy data
sekunder dari instansi terkait.
3.5 Jenis Data
a) Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari
lapangan melalui observasi dan wawancara berstruktur dengan
menggunakan kuisioner kepada responden sebagai unit analisis. Data
primer yang dikumpulkan yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan
kegiatan di dalam dan sekitar hutan Desa Mattabulu, baik berupa tingkat
pendidikan, tingkatan umur, mata pencaharian dan luas areal kawasan.
17
b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, laporan
penelitian, literatur, karya ilmiah, dokumentasi maupun informasi lainnya
yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan
berupa gambaran umum wilayah penelitian meliputi : keadaan fisik
wilayah (letak dan luas, Tofografi, Tanah dan Geologi, Iklim), Keadaan
Biotis (Flora Fauna), Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya (Jumlah
kepala keluarga yang bermukim, mata pencaharaian, Pendidikan, agama
dan adat istiadat, aksesibilitas), Potensi Sumberdaya Alam (Potensi
hutan, perkebunan). data kelembagaan kelompok tani serta informasi
atau data lainnya yang mendukung penelitian dan bahan pustaka yang
menjadi landasan teori.
3.6 Analisis Data
Variabel tingkat ketergantungan masyarakat terhadap areal kawasan hutan
di desa Mattabulu adalah untuk merumuskan tujuan masyarakat melakukan
aktivitas di dalam areal kawasan hutan. Variabel ini dianalisis dengan
menggunakan metode Livelihood analisis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
tujuan aktisfitas masyarkat di dalam areal kawasan hutan di desa Mattabulu.
18
Tabel 1. Matrik Analisis Livelihood
Jenis
Kebutuhan
Konsumsi saat ini
dalam satu tahun
Jumlah Yang
sebetulnya
dibutuhkan dalam
satu tahun
Selisih
Jumlah Nilai (Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Jumlah
Nilai
(Rp)
Pangan, Bahan bakar Pelengkap
Sumber : Lecup dalam Hasanuddin, (2016).
Untuk Pengeluaran kebutuhan:
Pengeluaran Konsumsi saat ini:
Total pengeluaran = Jumlah kebutuhan pangan + Jumlah kebutuhan
pelengkap + jumlah kebutuhan bahan bakar.
Selisih pengeluaran = Pengeluaran konsumsi saat ini – pengeluaran konsumsi
yang sebenarnnya.
Pengeluaran konsumsi yang sebenranya di butuhkan:
Total penegluaran = Jumlah kebutuhan pangan + Jumlah kebutuhan
pelengkap + jumlah kebutuhan bahan bakar.
Selisih pengeluaran = Pengeluaran konsumsi saat ini – pengeluaran konsumsi
yang sebenarnnya
Selain untuk mengetahui tujuan keuangan hasil analisis Livelihood juga
dijadikan dasar untuk menentukan berapa luas areal yang dibutuhkan oleh setiap
rumah tangga petani untuk memenuhi kebutuhannya berdasarkan produktifitas
usaha tani yang ada pada saat ini. Sumber: Molo, (2011)
19
Adapun Untuk Mengetahui analisis pendapatan dan kontribusi dari variabel
diatas sebagai Berikut :
1. Penerimaan
TR = P x Q
Keterangan :
TR : Total Revenue {penerimaan total (Rp)}
P : Price (harga)
Q : Quantity {jumlah barang (kg)}
2. Pendapatan
Pendapatan menurut ilmu ekonomi diartikan sebagai nilai maksimum yang
dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam satu periode seperti keadaan semula.
Definisi tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap
konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain pendapatan merupakan jumlah
harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama
satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan
didefinisikan sebagai jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan
penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
I = TR – TC
Keterangan:
I : Income (pendapatan)
TR : Total Penerimaan
TC : Total Biaya
20
Untuk pendapatan Total Dari Unit Usaha ialah I tot = i 1 + i 2 + i 3 +....
Keterangan :
I tot : Total Pendapatan (income)
I1, 2, 3 : Pendapatan Per unit/usaha
Tabel 2. Matriks Analisis Ketergantungan Masyarakat
No. Sektor Mata
Pencaharian
Pendapatan
Total
Kontribusi
(%)
Ketergantungan
1
2
Kemiri
Sektor Lain
Sumber : Modifikasi, Kadir (2010)
Adapun Rumus Kontribusi Terhadap Kemiri sebagai berikut:
Kontribusi
Untuk Memudahkan mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat
ataupun kelompok usahatani terhadap mata pencahariannya dalam suatu
masyarakat hutan perlu variabel sebagai berikut :
Tabel 3. Variabel Ketergantungan
No Variabel Ketergantungan
(%)
Kategori
1
2
3
4
0 %
0,01-33,33%
33,34-66,66%
66,67-100,00%
Tidak Tergantung
Rendah
Sedang
Tinggi
Sumber : Modifikasi, Kadir (2010)
21
Berdasarkan Tabel 3, Persentase kontribusi terhadap variabel
ketergantungan sebagai berikut ; 0 % masuk dalam kategori tidak tergantung,
0,01-33,33% % kategori rendah, 33,34-66,66 % kategori sedang, dan 66,67-
100,00% kategori tinggi.
22
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografi Dan Demografi Desa Mattabulu
a. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Mattabulu adalah 5000 Ha (50 km2) yang terdiri dari
lahan pemukiman, lahan pertanian perkebunan, sebagian untuk objek wisata alam.
Sebagaimana wilayah tropis, Jarak pusat desa dengan ibu kota kabupaten yang
dapat ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 12 km. Kondisi prasarana
jalan poros desa berupa jalan aspal dengan kondisi rusak parah mengakibatkan
waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor mencapai kurang lebih 30
menit. Sedangkan jarak pusat desa dengan ibu kota kecamatan yang dapat
ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 10 km. Kondisi ruas jalan poros
desa yang dilalui juga berupa jalan aspal dengan kondisi rusak parah
mengakibatkan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor mencapai
kurang lebih 20 menit. Desa Mattabulu merupakan wilayah paling potensial untuk
usaha Kehutanan, Perkebunan dan Pariwisata. Hal tersebut didukung oleh kondisi
geografis Desa. Berdasarkan kondisi desa ini maka akan dijabarkan permasalahan,
potensi, hingga daftar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
yang diprogramkan untuk 6 (enam) tahun.
Desa Mattabulu merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan
Lalabata Kabupaten Soppeng, Terletak kurang lebih antara 4° 21' 48," LS dan
119° 49' 10," BT - 4° 22' 00" 119°49'15 BT.
Secara administratif, wilayah Desa Mattabulu memiliki batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Pesse
23
- Sebelah Selatan : Desa Umpungeng
- Sebelah Timur : Kelurahan Bila
- Sebelah Barat : Kabupaten Barru
b. Keadaan Iklim
Sebagaimana wilayah tropis, Desa Mattabulu mengalami musim kemarau
dan musim penghujan dalam tiap tahunnya. Rata-rata perbandingan musim
penghujan lebih besar daripada musim kemarau, hal itu disebabkan karena
wilayah yang masih hijau dengan vegetasi serta masuk dalam wilayah Hutan
Lindung. Pada saat musim hujan kondisi sebagian wilayah desa mattabulu rawan
terjadi longsor dan pada saat musim kemarau persediaan air sangat berkurang,
rawan terjadi kebakaran hutan.
c. Topografi
Secara umum keadaan tofografi Desa Mattabulu adalah daerah dataran
tinggi dan perbukitan.
d. Pola Penggunaan Lahan
Secara umum penggunaan lahan di desa mattabulu sangat bergantung
kepada kehidupan sosial dan ekonomi serta potensi yang dimiliki oleh desa
tersebut.Berdasarkan mata pencahariannya, desa dan penggunaan lahan dapat di
klasifikasikan seperti berikut :
24
a) Sawah
1. Sawah Teknis : -
2. Sawah ½ Teknis : 12 Ha.
3. Sawah Tada Hujan : 1 Ha.
b) Tanah bukan sawah
1. Tegal/Ladang : 326 Ha.
2. Pemukiman : 65 Ha.
3. Perkebunan : 358 Ha.
4. Hutan : 4.207 Ha.
5. Lainnya : 31 Ha.
6. Kependudukan
Jumlah Penduduk Desa Mattabulu pada tahun 2018 sebesar 1690 jiwa,
terdiri dari 858 jiwa laki-laki dan 832 jiwa perempuan. Tingkat pertumbuhan
penduduk rata-rata sebesar 0,23% dalam tiga tahun terakhir. Tingkat kepadatan
penduduk, di Desa Mattabulu rata-rata sebesar 33 jiwa per Km2. Adapun
penyebaran penduduk perdusun dari tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk Desa Mattabulu Per Dusun
Tahun 2018
Nama Tahun 2018
Dusun KK L P J UMLAH
Cirowali 215 413 417 830
Teppoe 231 445 415 860
JUMLAH 446 858 832 1690
25
Tabel 5. Perkembangan Jumlah Penduduk Desa Menurut Kelompok Umur
Tahun 2018
Kelompok Umur
Tahun 2018
L P JUMLAH
0-10 135 139 274
10-20 188 160 348
21-30 119 108 227
31-40 162 123 285
41-50 99 105 204
51-60 56 78 134
61 keatas 97 119 216
JUMLAH 858 832 1690
Tabel 6. Struktur Mata Pencaharian Penduduk
4.2 Administrasi Desa
Yang melatar belakangi terbentuknya Desa Mattabulu adalah Desa Bila dilebur
menjadi kelurahan Bila dan Lingkungan Cirowali dijadikan Desa Persiapan, jadi pada
Sumber Mata Pencaharian
PNS
Tenaga Medis
Petani
Buruh Tani
Pedagang
Peternak
Tukang Kayu
Tukang batu
Tukang jahit
Sopir
Tahun 2018
5
5
355
65
42
57
22
45
6
21
26
tahun 1988 terjadi pemekaran Desa Yaitu Kelurahan Bila dimekarkan menjadi Desa
Persiapan yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Camba Hatti yang terdiri dari 2 Dusun
Yakni Dusun Cirowali dan Dusun Teppoe, Pada tahun 1989 Desa Persiapan sudah
Defenitif dan tetap dipimpin oleh Bapak Camba Hatti sampai dengan tahun 1992. Pada
tahun 1992-1997 dipimpin oleh Bapak ABBAS HIMA dengan melalui penunjukan
langsung Oleh Bapak Buapti Soppeng saat itu, Pemilihan Desa ke II sesuai dengan
peraturan yang berlaku maka pemilihan Kepala Desa diadakan dengan cara penunjukan
Langsung Oleh Masyarakat namun Bapak Abbas Hima Merupakan Putra Tunngal Dan
Calon tunggal Desa Mattabulu yang memenuhi syarat, jadi Bapak Abbas Hima terpilih
kembali atau Dua Periode yaitu 1997-2001.
Kemudian pada Tahun 2001-2006 dipimpin oleh Bapak ANDI SYAMSU
RIJAL Pemilihan Desa Ketiga yaitu Bapak ANDI Syamsu Rijal namun belum selesai
masa jabatnnya karena sesuatu hal maka diganti Pelaksana Tugas Sementara oleh sekdes
(Surnaeni) Mulai bulan April 2006 sampai dengan Desember 2006. Dengan berakhirnya
masa jabatan Sekdes diadakan lagi pemilihan Kepala Desa Ke empat Pada Tahun 2007-
2012 yang dipimpin oleh Bapak YUNUS. Pada Tahun 2013-2018 Pemilihan Kepala Desa
ke Lima Desa Mattabulu dipimpin Oleh Bapak JUMALDI Bakri,S.Sos dan terpilih
kembali untuk kedua kalinya yaitu periode 2018-2024.
4.3. Kondisi Sumber Daya Desa
A. Kondisi Sumber Daya Alam
No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan
Lahan
Lahan Persawahan 13 Ha
Lahan Perkebunan ± 358 Ha
Lahan Pemukiman/Pekarangan ± 65 Ha
Lahan Tegal/Ladang ± 326 Ha
Lahan Hutan ± 4.207 Ha
* sebagian besar merupakan Kawasan Hutan
lindung
* di manfaatkan untuk Tanaman Pohon Pinus
* dimanfaatkan sebagai Destinasi Pariwisata
Alam ± 14 Ha
Sungai
Sungai untuk keperluan sumber mata air
/Perpipaan bagi Masyarakat
Sungai dimanfaatkan untuk tempat hidup ikan
Sungai dimanfaatkan sebagai pengairan bagi
persawahan
Air Terjun 2 Bh
27
Air terjun di Desa Mattabulu direncanakan
akan dijadikan Destinasi Wisata yang terdapat
di dua titik lokasi yaitu :
* Air terjun Lamelle
* Air terjun Lembah Sunyi
Batu Kali
* Material ini terdapat disepanjang Aliran
Sungai yang ada Didesa Mattabulu yang
biasanya di manfaatkan Warga Masyarakat
dalam Pelaksanaan Pembangunan
B. Kondisi Sumber Daya Manusia
No Uraian Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Satuan
1 Penduduk dan keluarga
a. Jumlah Keluarga 450 keluarga
b. Jumlah penduduk Laki-laki 859 Orang
c. Jumlah penduduk perempuan 832 Orang
2 Sumber penghasilan utama penduduk
a. Petani 325 Orang
b. Pedagang 20 Orang
c. PNS 6 Orang
d. Tukang Kayu 22 Orang
e. Tukang Batu 42 Orang
f. Tukang Jahit 6 Orang
g. Guru 12 Orang
h. Bidan 3 Orang
i.Pensiunan/Veteran 3 Orang
j. Supir 19 Orang
k. Buruh 70 Orang
28
3
Penduduk berdasarkan latar belakang
pendidikan
a. Lulusan S-2 1 Orang
b. Lulusan S-1 35 Orang
c. Lulusan D3/S.Muda 20 Orang
d. Lulusan SLTA/MA 179 Orang
e. Lulusan SLTP/MTs 265 Orang
f. Lulusan SD/MI 730 Orang
g. Belum tamat SD 178 Orang
h. Belum sekolah 130 Orang
i. Putus SD 89 Orang
j. Buta Huruf 64 Orang
C. Kondisi Sumber Daya Pembangunan
No Uraian Sumber Daya Pembangunan Jumlah Satuan
1 Aset prasarana umum
a. Jalan
- Jalan kabupaten ± 5 Km
Kondisi jalan kabupaten sudah rusak
parah dan semakin sempit akibat longsor
- Jalan (Rabat Beton) ± 4,055 Km
Jalan ini dibangun melalui Dana Desa
dan kondisinya masih baik
b. Jembatan 1 Unit
Jembatan di Desa Mattabulu
menghubungkan Dusun Cirowali dan
Dusun Teppoe yang dibangun melalui
Dana PNPM pada Tahun 2007 dan
kondisinya masih baik
c. Perpipaan dan Bak Air ± 12 Km
Perpipaan di Desa Mattabulu merupakan
kegiatan yang didanai bermula dari
adanya program PKPS-BBM, kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan yang
didanai dari Anggaran Desa. Perpipaan
ini terletak di 2 Dusun dan Tiga Titik
29
(Aletellue, Cirowali dan Teppoe )
d. Sumber Mata Air Lainnya
- Sumur Bor
1 Bh
Sumur Bor ini terletak di Aletellue
Dusun Cirowali dan kondisinya masih
bagus
Sumur Bor ini merupakan Aset Desa
yang dibangun melalui anggaran Desa
- Sumur Umum /sumur Timba 7 Bh
Sumur ini terletak di Dusun Cirowali
sebanyak 2 bh dan di Dusun Teppoe
sebanyak 5 bh dengan kondisi yang
rusak dan perlu direhab
e. Drainase ± 1,5 Km
Drainase terbagi dalam berapa titik di
Dusun Cirowali (Aletellue dan Cirowali
) , yang di bangun melalui dana ADD,
PIK dan Dana Daerah
f. Talud ± 81,8 M
Talud ini dibangun secara bertingkat
sebagai pengaman tanah diarea
perkantoran yang akan longsor
2 Aset Prasarana pendidikan
a. Gedung Paud 1 Unit
Terletak di Aletellue Dusun Cirowali
dan merupakan aset Desa dengan jumlah
peserta didik 12 orang dan tenaga
pengajarnya masih berstatus Non PNS
Gedung PAUD ini dibangun dari
Anggaran Desa .kondisi gedungnya
masih baik,namum sarana /mobilernya
masih kurang dan bahkan belum ada
fasilitas listriknya
b. Gedung SD 3 Unit
Gedung SD di Desa Mattabulu
merupakan milik Pemerintah Daerah
Pendidik yang PNS sebagaian besar
berasal dari luar Desa Mattabulu
30
- Dusun Cirowali
* SDN 237
sekolah ini memiliki siswa sebanyak 53
orang dengan jumlah tenaga pengajar
termasuk kepsek sebanyak 9 Orang yang
berstatus PNS dan 2 Orang Non PNS
Kondisi bangunan SD rusak ringan dan
perlu direhab
* SDN 225 Cirowali
sekolah ini memiliki siswa sebanyak 26
orang dengan jumlah tenaga pengajar
termasuk kepsek sebanyak 8 Orang yang
berstatus PNS dan 3 Orang Non PNS
Kondisi bangunan SD ini cukup baik.
- Dusun Teppoe
* SDN 21 Mattabulu
Terletak di Teppoe Dusun
Teppoe,memiliki siswa sebanyak 99
Orang dan tenaga pendidik berstatus
PNS sebanyak 9 Orang dan Non PNS
sebanyak 2 Orang.
Konsisi gedung masih baik, tetapi sarana
ruang belajar dan WC sekolah ini masih
kurang sehingga siswa belajar di ruang
perpustakaan yang disekat . Dan siswa
sering antri untuk masuk WC
3 Aset prasarana kesehatan
a. Posyandu 3 Unit
- Dusun Cirowali
*
Posyandu Melati terletak di Aletellue
Dusun Cirowali dengan jumlah kader
sebanyak 5 Orang. Gedungnya bukan
Gedung permanen dan lokasinya sempit
*
Posyandu Anggrek terletak di Cirowali
Dusun Cirowali dengan jumlah Kader
sebanyak 5 Orang
- Dusun Teppoe
*
Posyandu Mawar terletak di Dusun
Teppoe, jumlah kadernya 5 Orang
b. Poskesdes 2 Unit
* Puskesdes terletak di Teppoe dengan
satu petugas Bidan yang berstatus PNS
dan bukan warga desa setempat .kondisi
31
Gedung masih baik,tetapi masih kurang
sarananya ( lemari dan Kursi tunggu
)dan ruang pemeriksaannya
* Puskesdes terletak di Cirowali Dusun
Cirowali dengan satu petugas Bidan
yang berstatus PNS dan bukan warga
Desa setempat. Kondisi Gedung rusak
ringan (atapnya Bocor ) dan masih
kurang sarananya ( lemari dan kursi
tunggu ) dan ruang pemeriksaannya
c. Pustu 1 Unit
Puskesmas Pembantu (Pustu ) terletak di
Cirowali Dusun Cirowali. Petugas
kesehatannya 1 Orang yang berstatus
PNS dan bukan warga Desa setempat.
Kondisi gedung sedang rusak ringan
(atapnya Bocor ) dan ruang tempat
pemeriksaannya masih kurang
Gedung Pustu merupakan aset
Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng
4 Kelompok Usaha Ekonomi Produktif
-
a. Jumlah kelompok usaha yang
produktif 2 Kelompok
Kelompok ternak Cirowali
Kelompok Tani Aletellue
-
b. Jumlah kelompok usaha yang Tidak
Produktif 3 Kelompok
Kelompok Wanita Tani
Kelompok Jahit Menjahit Aletellue
Dusun Cirowali
Kelompok Kerajinan tangan Cirowali
5 Aset berupa modal
a. Aset Modal Ke Bumdes
Penyertaan Modal Desa ke BUMDes
sejak tahun 2015 hingga sekarang 378.489.960 Rupiah
D. Kondisi Sumber Daya Sosial Budaya
32
No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya Jumlah Satuan
GOTONG ROYONG
Melakukan Pembersihan jalanan 50-100 Orang
Pembersihan jalanan dilakukan secara
rutin setiap minggu di dua dusun yaitu
teppoe pada hari senin dan dusun
cirowali pada hari Jumat, bila tidak ada
sesuatu hal yang menjadi halangan.
Pemanfaatannya adalah untuk
keamanan dan memperlancar
transportasi.
Pemindahan atau Pendirian rumah 100-150 Orang
Pada saat ada warga yang ingin
memindahkan atau mendirikan rumah ,
maka diumumkanlah dimesjid agar
semua warga mendengar berita sehingga
mereka secara sukarela datang untuk
bergotong royong
Pesta Perkawinan ± 200 Orang
Dilakukan pada saat ada warga yang
ingin mengadakan acara pernikahan
.maka biasanya tetangga atau kerabat
bekerja sama untuk mempersiapkan
makanan ,membuat panggung dan
pelaminan. Sekaligus menjadi ajang
silaturrahim agar dapat menumbuhkan
sikap keluargaan
Acara Aqiqah ataupun selamatan
rumah baru ± 200 Orang
Acara tersebut hampir sama tujuan dan
maksud acara perta perkawinan.Hal ini
dilakukan sebagai wujud syukur atas
limpahan rezeki yang didapat sekaligus
berbagi dengan para tetangga dan
kerabat
Acara Pattaungeng /Mattudang
Tudangeng 400- 500 Orang
33
Acara ini dilakukan satu kali dalam
setahun.biasanya sekitar Bulan
September atau Oktober. Acara ini
merupakan acara terbesar karna bukan
hanya warga masyarakat setempat yang
hadir, namum warga dari Dusun maupun
Desa lain turut berpartisipasi. Acara ini
bertujuan untuk memupuk kebersamaan
dan pelestarian tradisi dan budaya yang
ada dalam masyarakat
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
5.1.1 Umur
Umur merupakan salah satu identitas yang mempengaruhi kerja dan
pola pikir responden. Responden berumur muda pada umumnya mempunyai
kemampuan fisik yang lebih baik dalam bekerja mencari nafkah dan lebih
cepat menerima hal-hal yang dianjurkan. Namun, biasanya masih kurang
memiliki pengalaman untuk mengimbangi keragaman yang terjadi, cenderung
lebih dinamis sehingga cepat menerima hal-hal yang berbeda bagi
perkembangan hidupnya pada masa-masa yang akan datang.
Umur responden yang dimaksud pada penelitian ini adalah umur mulai
dari usia produktif muda, umur produktif tua dan usia non produktif.
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang termuda adalah usia 20 tahun
dan yang tertua adalah usia 70 tahun . Penggolongan umur dapat dibagi atas 3
kelompok yakni berdasarkan pada penggolongan usia produktif muda, usia
produktif tua dan usia non produktif. Penggolongan umur 20-40 tahun
dikategorikan usia produktif muda, umur 41-60 tahun dikategorikan usia
produktif tua, dan diatas umur 60 tahun dikategorikan sebagai usia non
produktif.
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan
(Cahyono, 1998). Umur produktif berkisar antara 15-64 tahun yang
merupakan umur ideal bagi para pekerja. Di masa produktif, secara umum
semakin bertambahnya umur maka pendapatan akan semakin meningkat,
35
yang tergantung juga pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Kekuatan fisik
seseorang untuk melakukan aktivitas sangat erat kaitannya dengan umur
karena bila umur seseorang telah melewati masa produktif, maka semakin
menurun kekuatan fisiknya sehingga produktivitasnya pun menurun dan
pendapatan juga ikut turun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Berdasarkan Kategori Umur Dalam Mengelolah Hutan di Desa
Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.
No Klasifikasi Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1
2
3
20 – 40
41– 60
61 - 70
5
11
1
29,4
64,7
5,9
Jumlah 17 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah responden di Desa Mattabulu di
dominasi oleh usia produktif tua sebanyak 11 orang, dan usia produktif muda
hanya 5 orang, dan adapun 1 orang masuk dalam kategori non-produktif. Jika di
kaitkan dengan kemampuan fisik dalam bekerja dan mencari nafkah terutama
dalam pengelolaan lahan akan sangat terbatas sehingga kegiatan pengelolaan
hutan tidak berjalan secara optimal hal ini di tandai dengan banyaknya lahan yang
tidak tergarap dengan baik. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan keterampilan
khusus di dalam pengelolaan lahan dan tidak bergantung pada kondisi fisik
semata.
36
5.1.2. Tingkat Pendidikan
Tabel 8. Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan di Desa Mattabulu
Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
S1
3
9
2
2
1
17,6
53
11,7
11,7
5,8
Jumlah 17 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019
Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di lokasi penelitian masih
sangat rendah, hal ini di buktikan dengan jumlah responden yang tidak sekolah
atau sekolah sampai SD mencapai 12 orang (17,6-53%) jumlah ini tidak terlalu
jauh jika dibandingkan yang sekolah sampai SMP dan SMA hanya berjumlah 2
orang (11,7%). Sementara yang mencapai gelar Sarjana hanya 1 orang (5,8%)
responden ini merupakan penduduk asli.
Rendahnya tingkat pendidikan tersebut disebabkan karena prinsip yang
dianut oleh masyarakat bahwa punya pendidikan tinggi belum memberikan
jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Prinsip tersebut
mengakibatkan banyak petani Kemiri menganggap bahwa pendidikan di Sekolah
SMP atau SMA sudah cukup untuk mencari nafkah hidup. Selain itu masyarakat
beranggapan bahwa tanpa pendidikan masyarakat dapat mengelola lahannya
dengan baik, selain itu pada umumnya responden tidak mempunyai biaya untuk
sekolah, dan melanjutkanya pada jenjang yan lebih tinggi.
Disamping kurangnya sarana pendidikan di Desa Mattabulu, sehingga
untuk dapat bersekolah ke jenjang sampai perguruan tinggi masyarakat harus
37
pergi ke ibukota kabupaten karena merupakan tempat terdekat untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan tingkat
pengetahuan mengenai cara pemanfaatan hutan. Birgantoro dan Nurrochmat
(2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat juga dapat berpengaruh
terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan.
5.1.3. Tanggungan Keluarga.
Jumlah tanggungan dalam keluarga adalah banyaknya anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah dengan responden atau di luar rumah, namun
masih menjadi tanggung jawab responden. Besarnya jumlah tanggungan keluarga
responden mempengaruhi besarnya biaya hidup. Besarnya biaya hidup yang
ditanggung responden akan mendorong untuk lebih aktif berusaha guna
memenuhi kebutuhan keluarganya. Untuk lebih jelasnya.
Klasifikasi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Berdasarkan Kategori Tanggungan Keluarga di Desa Mattabulu
Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.
No Tanggungan Keluarga
(Orang)
Jumlah
(Orang) Persentase (%)
1
2
3
0-3
4-5
6-7
12
3
2
70,5
17,6
11,7
Jumlah 17 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden di
Desa Mattabulu masih tergolong tinggi, hal ini diketahui dengan jumlah
tanggungan keluarga 0-3 orang sebanyak 12 responden (70,5 %), sementara
tanggungan keluarga 4-5 orang sebanyak 3 responden, serta tanggungan keluarga
38
6-7 orang sebanyak 2 responden. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan
mempengaruhi besarnya kebutuhan biaya hidup responden. Besarnya biaya hidup
yang harus ditanggung akan mendorong responden untuk lebih aktif berusaha
guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
5.1.4. Luas Lahan
Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermata pencaharian sebagai
petani dengan lahan yang sempit dan lahan luas bahkan tidak memiliki lahan.
Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat Di Desa
Mattabulu menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :
1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah lumayan besar
untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.
2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau
kualitasnya Are, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari
pekerjaan sampingan, selain iklim dan faktor pasar.
3. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahnya baik di
Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali
tidak memiliki tanah.
Lahan yang dimiliki oleh responden baik dalam kawasan maupun di luar
kawasan, dalam bentuk sawah, kebun/ladang, maupun pemukiman ditotalkan serta
dikelompokkan dalam kategori luas lahan sempit dan luas. Lahan tersebut
digunakan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Kategori lahan sempit adalah dibawah 1 ha, sedangkan yang dikategorikan lahan
luas, pengelolaanya diatas atau sama dengan 1 ha.
39
Tabel 10. Berdasarkan Kategori Luas Lahan di Desa Mattabulu Kecamatan
Lalabata Kabupaten Soppeng.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1
2
< 1
≥ 1
2
15
11,7
88,2
Jumlah 17 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019
Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki
lahan yang Luas. Jumlah responden yang memiliki lahan yang luas yakni di atas 1
ha sebanyak 15 orang (88,22%), sedangkan di bawah 1 ha hanya 2 orang (11,7%).
Luasnya lahan yang dikuasai responden disebabkan oleh sebagian besar wilayah
responden merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan
sehingga masyarakat banyak melakukan aktifitas pembukaan lahan yang
kemudian dijadikan sebagai lahan kebun, sawah, bahkan sebagai lahan
pemukiman.
Penguasaan lahan yang cukup luas oleh masyarakat, namun kurang
produktif menyebabkan masyarakat memanfaatkan kawasan hutan untuk
melakukan aktifitas - aktifitas pencarian berbagai hasil hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka mulai mencari madu, Kemiri, dan obat herbal sebagai
penghasil sampingan agar tetap seimbang dalam menjalankan kehidupan.
40
5.2. Analisis Tingkat Ketergantungan Masyarakat.
5.2.1. Analisis Penerimaan Rumah Tangga Dari Memungut Kemiri
Masayarakat memungut Kemiri dalam setahun mulai bulan November
sampai Desember. Waktu memungut Kemiri dua sampai tiga kali dalam seminggu
dengan hari yang tidak menentu, dengan rata-rata pendapatan 2.000 sampai 5.000
biji dalam setiap kali memanen.
Tabel 11. Jumlah Penerimaan Masyarakat Petani Kemiri Dari Hasil
Memungut Kemiri Di Desa Mattabulu Kecematan Lalabata
Kabupaten Soppeng.
No Penerimaan Responden
( Rp/Tahun)
Jumlah
(0rang) Persentase (%)
1
2
3
2.000.000 – 10.000.000
11.000.000 – 30.000.000
> 30.000.000
7
9
1
41,17
52,94
5,88
Jumlah 17 100
Sumber : Data primer yang sudah di olah 2019
Berdasrkan tabel 11 diatas diperoleh bahwa jumlah penerimaan per tahun
petani Kemiri di Desa Mattabulu kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng sebesar
Rp 2.000.000 – Rp 10.000.000 sebanyak 7 kepala keluarga (kk) dengan persentase
41,17 %, sedangkan Rp. 11.000.000 – 30.000.000 sebanyak 9 kepala keluarga
dengan persentase 52,94 % dan > Rp 30.000.000 keatas sebanyak 1 kepala
keluarga dengan persentase 5,88 %.
5.2.2. Analisis Pengeluaran Rumah Tangga.
Analisis pengeluaran rumah tangga di lakukan untuk mengetahui berapa
banyak pengeluaran dari jenis-jenis kebutuhan rumah tangga responden.
Kebutuhan ini terdiri atas: pangan (beras dan lauk pauk), bahan bakar (kayu bakar
41
dan kompor gas) sebagai bahan bakar yang digunakan untuk keperluan memasak,
Pelengkap (teh/susu, kopi dan gula). Untuk lebih jelasnya analisis
pengeluaran/biaya hidup rumah tangga responden dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Analisis Pengeluaran Biaya Hidup Rumah Tangga Responden di
Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.
No Pengeluaran Responden
(Rp/Tahun)
Jumlah
(0rang) Persentase (%)
1
2
3.
6.000.000 – 10.000.000
11.000.000 – 20.000.000
> 20.000.000
7
9
1
41,17
52,94
5,88
Jumlah 17 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa jumlah pengeluaran
rumah tangga per tahun masyarakat di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata
Kabupaten Soppeng sebesar Rp. 6.000.000 – Rp. 10.000.000 sebanyak 7 kepala
keluarga (kk) dengan persentase 41,17 %, sedangkan yang pengeluarannya Rp.
11.000.000 – 20.000.000 sebanyak 9 kepala keluarga (kk) dengan persentase
52,94 %. Adapun pengeluaran responden > Rp 20.000.000 hanya 1 Kk dengan
persentase 5,88 %.
Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui total pengeluaran responden
selama satu Tahun sebesar Rp. 198.528.000,-/kk/Tahun. Pengeluaran ini meliputi
kebutuhan biaya hidup masyarakat dan pengeluaran alat dan bahan selama proses
mencari Kemiri.
42
5.3. Analisis Tujuan Keuangan
Analisis tujuan keuangan dilakukan untuk menentukan kebutuhan
penghasilan responden yang diharapkan akan dipenuhi. Apabila penghasilan
mengalami surplus pada Tabel selisih analisis livelihood berarti tujuan
keuangannya untuk menambah kekayaan. Sedangkan bila kebutuhan penghasilan
mengalami defisiensi pada Tabel selisih analisis livelihood maka tujuan
keuangannya untuk menutupi kebutuhan pangannya. Analisis kebutuhan dan
harapan nafkah petani madu untuk setiap responden dapat di lihat pada Tabel 13.
43
Tabel 13. Analisis Kebutuhan dan Harapan Nafkah Petani Kemiri di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.
No Nama
Jumlah Pengeluaran Konsumsi saai ini Jumlah Pengeluaran konsumsi yang
Sebenarnya di Butuhkan Selisih Jumlah Pengeluaran
Pangan
(Rp/Tahun)
Bahan
Bakar
(Rp/Tahun)
Pelengkap
(Rp/Tahun)
Pangan
(Rp/Tahun)
Bahan
Bakar
(Rp/Tahun)
Pelengkap
(Rp/Tahun)
Pangan
(Rp/Tahun)
Bahan
Bakar
(Rp/Tahun)
Pelengkap
(Rp/Tahun)
1. A-1 4.608.000 648.000 1.920.000 8.352.000 864.000 4.992.000 -3.744.000 -216.000 -3.072.000
2. A-2 4.608.000 648.000 8.640.000 7.392.000 864.000 12.384.000 -2.784.000 -216.000 -3.744.000
3. A-3 5.088.000 648.000 7.632.000 7.392.000 864.000 10.800.000 -2.304.000 -216.000 -3.168.000
4. A-4 7.200.000 864.000 13.344.000 9.216.000 864.000 15.360.000 -2.016.000 0 -2.016.000
5. A-5 4.608.000 432.000 7.488.000 7.872.000 648.000 10.080.000 -3.264.000 -216.000 -2.592.000
6. A-6 5.952.000 648.000 2.592.000 8.352.000 864.000 5.712.000 -2.400.000 -216.000 -3.120.000
7. A-7 5.088.000 648.000 1.632.000 7.392.000 864.000 2.544.000 -2.304.000 -216.000 -912.000
8. A-8 6.240.000 864.000 9.360.000 12.000.000 864.000 13.824.000 -5.760.000 0 -4.464.000
9. A-9 6.240.000 864.000 5.280.000 9.216.000 864.000 8.688.000 -2.976.000 0 -3.408.000
10. A-10 5.952.000 648.000 8.208.000 7.872.000 864.000 10.800.000 -1.920.000 -216.000 -2.592.000
11. A-11 4.128.000 432.000 6.912.000 7.392.000 648.000 8.928.000 -3.264.000 -216.000 -2.016.000
12. A-12 5.568.000 432.000 2.256.000 8.352.000 648.000 3.792.000 -2.784.000 -216.000 -1.536.000
13. A-13 5.568.000 648.000 7.632.000 8.352.000 648.000 10.368.000 -2.784.000 0 -2.736.000
14. A-14 4.608.000 432.000 7.632.000 8.352.000 648.000 9.648.000 -3.744.000 -216.000 -2.016.000
15. A-15 3.648.000 648.000 2.592.000 8.352.000 864.000 5.040.000 -4.704.000 -216.000 -2.448.000
44
16. A-16 6.240.000 432.000 2.832.000 9.696.000 648.000 3.744.000 -3.456.000 -216.000 -912.000
17. A-17 4.608.000 432.000 2.256.000 7.872.000 648.000 3.792.000 -3.264.000 -216.000 -1.536.000
Jumlah 89.952.000 10.368.000 98.208.000 143.424.000 13.176.000 140.496.000 -53.472.000 -2.808.000 -42.288.000
Rata-rata 5.291.294 609.882 5.776.941 8.436.705 775.058 8.264.471 -3.145.411 -165.176 -2.487.529
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019.
45
Tabel 13. menunjukkan bahwa jumlah rata-rata pengeluaran kebutuhan
rumah tangga responden untuk kebutuhan pangan sebesar Rp. 5.291.294,- kk
/tahun, sementara jumlah rata-rata pengeluaran yang sebenarnya dibutuhkan untuk
kebutuhan pangan sebesar Rp. 8.436.705,-/kk/tahun. Hal ini berarti bahwa untuk
untuk memenuhi kebutuhan pangan yang sebenarnya maka setiap responden harus
mencari pendapatan tambahan sebesar Rp. -3.145.411,-/kk /tahun.
Rata-rata pengeluaran kebutuhan bahan bakar responden Rp. 609.882 ,-
/kk/Tahun. Sedangkan jumlah rata-rata pengeluaran bahan bakar yang sebenarnya
Rp. 775.058,-/kk/Tahun. Hal ini berarti untuk memenuhi kebutuhan yang
sebenarnya maka setiap kepala keluarga harus mencari pendapatan tambahan
sebesar Rp. -165.176,-/ kk/tahun. Sedangkan untuk kebutuhan pelengkap, rata-
rata pengeluaran responden sebesar Rp. 5.776.941,-/ kk/tahun. Sementara jumlah
rata-rata pengeluaran yang sebenarya Rp. 8.264.471,-/kk/tahun. Hal ini berarti
untuk memenuhi kebutuhan pelengkap yang sebenarnya maka setiap responden
harus mencari pendapatan tambahan sebesar Rp. -2.487.529,-/kk/tahun.
Adapun jumlah rata-rata total pengeluaran keseluruhan kebutuhan saat ini
sebesar Rp. 11.678.118 ,-/kk/tahun, sementara jumlah rata-rata total pengeluaran
yang sebenarnya Rp. 17.476.235 ,-/kk/tahun. Hal ini berarti untuk memenuhi
kebutuhan yang sebenarnya, maka setiap responden harus mencari pendapatan
tambahan sebesar Rp. -5.798.118,-/ kk/tahun. Hal ini juga sejalan dengan dengan
hasil penelitian (Hasanuddin, M 2011) bahwa untuk memenuhi kebutuhan
pangan, bahan bakar dan kebutuhan pelengkap, setiap responden harus mencari
46
pendapatan tambahan. Pendapatan pokok petani selama ini diperoleh dari dalam
hutan berupa pengambilan Kemiri.
5.4 Analisis Nilai Pendapatan Masyarakat
Pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal periode ditambah
keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang
dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan didefinisikan sebagai jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan
perubahan modal dan hutang. Adapun Nilai Pendapatan Masyarakat Terhadap
Kemiri dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14. Rata-Rata Pendapatan Masyarakat Desa Mattabulu
No Sektor Mata
Pencaharian
Rata-rata
Penerimaan
( Rp/Tahun)
Rata-Rata
Pengeluaran
( Rp/Tahun)
Rata-Rata
Pendapatan
( Rp/Tahun)
1 Kemiri 16.941.176 11.678.118 5.263.059
2 Sektor Lain 28.447.059 11.678.118 16.768.941
Sumber : Data primer yang sudah di olah 2019
5.5. Analisis Kontribusi Terhadap Pendapatan Masyarakat
Untuk mengetahui Kontribusi dari setiap pendapatan responden di Desa
Mattabulu, maka perlu memperhatikan tabel pendapatan. Adapun Rumus
Kontribusi Terhadap Kemiri sebagai berikut:
Kontribusi
=
100 %
= 31,38 %
47
Dari Tabel 14, diketahui bahwa rata-rata pendapatan total masyarakat
untuk kemiri sebanyak Rp 5.263.059-/tahun, sedangkan rata-rata pendapatan total
untuk mata pencaharian di sektor lain sebanyak Rp 16.768.941-/tahun. Sehingga,
dari rumus kontribusi didapatkan sebanyak 31,38 %.
Setelah mengetahui kontribusi dari kemiri, maka ketika di relasikan
dengan variabel ketergantungan di dapatkan 31,38 % yang artinya ketergantungan
masyarakat Desa mattabulu terhadap kemiri masuk dalam kategori rendah yakni
dalam rentang 0,01-33,33 %. Hal ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor,
mulai dari tingkat pendidikan masyarakat sampai kategori umur petani hutan yang
sudah tidak produktif lagi.
Ketergantungan masyarakat tani hutan sangat erat kaitannya dengan
kualitas dan kuantitas pendapatan masyarakat tani hutan dalam memungut kemiri
( Kadir, 2012). Rendahnya pendapatan masyarakat tani hutan dalam mengelola
dan memanfaatkan kemiri sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari
usia maupun pendidikan petani hutan. Seperti dalam uraian penjelasan
sebelumnya, rata-rata usia petani masuk dalam kategori usia produktif tua,
begitupun dengan kualitas pendidikan petani yang masih jauh dari harapan . Rata-
rata pendidikan petani Desa Mattabulu dalam mencari kemiri hanya sampai
tingkat sekolah dasar (SD). Sehingga dari kategori usia yang sudah tidak produktif
lagi dan tingkat pendidikan rendah menyebabkan kurangnya kemampuan
masyarakat dalam mengembangkan pengelolaan kemiri (Hasanuddin, 2016).
48
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan.
Adapun rata-rata pendapatan total masyarakat untuk kemiri sebanyak Rp Rp
5.263.059-/tahun, sedangkan rata-rata pendapatan total untuk mata pencaharian di sektor
lain sebanyak Rp 16.768.941-/tahun. Sehingga, dari rumus kontribusi didapatkan
sebanyak 31,38 %.
Maka untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Desa Mattabulu
terhadap Kemiri ialah dengan memperhatikan variabel ketergantungan dari nilai
kontribusi yang di dapatkan. Setelah mengetahui kontribusi dari kemiri, maka ketika di
relasikan dengan variabel ketergantungan di dapatkan 31,38 % yang artinya
ketergantungan masyarakat Desa mattabulu terhadap kemiri masuk dalam kategori rendah
yakni dalam rentang 0,01-33,33 %.
6.2. Saran.
1. Perlu adanya pembinaan khusus kepada petani Kemiri agar mereka dapat
menjadi petani Kemiri yang professional.
2. Masyarakat harus lebih banyak berimprovisasi dalam memanfaatkan
tanaman kemiri sehingga kedepannya masyarakat bisa memperbanyak
kuantitas dan kualitas dan mampu melestarikan tanaman kemiri tersebut.
49
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.
Chamber, R dan G. Conway.1991. Sustainable Rural Livelihood: Practical
Concepts for 21 st Century, IDS Discussion Paper 296: IDS Institute for
Development Studies. Brighton.
Darmawan (2001). Sustainable livelihoods Guidance Sheets. Department for
International Development,http://www.livelihoods.org/.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. (1999). Undang-undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dephutbun RI. Jakarta.
Dharmawan, 2001.Farm Household Livelihood Strategies and Socio-Economic
Change in Rural Indonesia. Socioeconomic Studies on Rural
Development Vo. 124. Wissenschaftsverlag Vauk Kiel KG.
Ellis, F. (2000), Rural livelihoods and diversity in Developing Countries. Oxford:
Oxford University Press.
Ellis, F. 1998. Household Strategies and Rural Livelihood Diversification. The
Jurnal of Development Studies; Vol 35:1, pp. 1-38.
Hasanuddin Mollo, 2011, Tingkat Ketergantungan Masyarakat Desa Labuaja
Terhadap Zona Tradisional Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Jurnal Hutan dan Masyarakat 2 agustus 2011.
Mangandar. 2000. Keterkaitan Masyarakat di Sekitar Hutan dengan Kebakaran
Hutan. Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Ngakan, P. Oka, H. Komaruddin, A. Achmad, Wahyudi dan A. Tako. 2006.
Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap
Sumber Daya Hayati. Hutan : Stusi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten
Luwu Utara, Sulawesi Selatan.Center For International Forestry
Research.Jakarta.
Peraturan Menteri Kehutanan No P. 39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Setempat melalui Kemitraan Kehutanan.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 89/Menhut-II/2014 tentang Hutan Desa..
Santosa, A (Ed). 2008. Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan dan
Kebijakan.Perpustakaan Nasional. Jakarta.
50
Santosa A, Silalahi M. 2011. Laporan kajian kebijakan Kehutanan Masyarakat
dan kesiapannya dalam REDD+. Bogor, Indonesia:
Salaka, F. J., B. Nugroho dan D. R. Nurrochmat. 2012. Strategi Kebijakan
Pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat,
Provinsi Maluku. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 9 (1): 50 -65.
Sihombing, Juliana. 2011 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat
Desa Sekitar Hutan di IUPHHK PT. Ratah Timber Samarinda
Kalimantan Timur. ( Skripsi). Institusi Bogor.
Sukardi, L., D. Darusman, L. Sundawti, Hardjanto, 2008. Karakteristik dan
Faktor Penentu Interaksi Masyarakat Lokal dengan Taman Nasional
Gunung Rinjani Pulau Lombok. Jurnal Agroteksos 18 (1-3): 54-62.
Sukanto Reksohadiprodjo,(2000), Manejemen Produksi, edisi ke-4,cetakan ke-
11(sebelas), Penerbit BPFE, Yogyakarta
L
51
A
M
P
I
R
A
N
1. Peta Desa Mattabulu Kecematan Lalabata Kabupaten Soppeng
LAUT FLORES
52
Desa Oi Katupa
Desa Doro Peti
53
2. Tingkat Pendidikan, Kategori Umur, Dan Tanggungan Keluarga
3. Berdasarkan Mata Pencahrian dan Luas Lahan.
No Nama Tingkat
Pendidikan
Umur
( Tahun )
Tanggungan Keluarga
( Orang )
1 Sulfikar SMA 27 3
2 Jumeno SMA 40 3
3 Baco Dawaru SD 48 4
4 Bahari Tidak sekolah 51 3
5 Amin SD 49 2
6 Muh Tang SMP 32 4
7 Labennu Tidak sekolah 60 3
8 Emmang SD 49 6
9 Arsyad SMP 40 7
10 Haeruddin S.pd S 1 51 5
11 Sulaeman SD 44 2
12 Laera SD 63 2
13 Dimang SD 47 3
14 Lapamma Tidak sekolah 55 2
15 Ali Wati SD 56 3
16 Sumiati SD 50 3
17 Sumarni SD 38 2
54
No
Nama
Mata Pencaharian
Kategori Lahan
Utama Sampingan
Luas
(ha)
Sempit
(are)
1 Sulfikar Petani, RT Kemiri 1
2 Jumeno Petani /wiraswasta Kemiri 2
3 Baco Dawaru Petani ( penjual tuak ) Kemiri 1
4 Bahari Petani ( Gula Merah ) Kemiri 1
5 Amin Sopir Truk Kemiri 1
6 Muh Tang Petani Kemiri 1
7 Labennu Petani Kemiri 7
8 Emmang Petani ( Gula Merah ) Kemiri 2
9 Arsyad Tukang kayu Kemiri 1
10 Haeruddin S.pd Guru Kemiri 1
11 Sulaeman petani (pinus) Kemiri 1
12 Laera Petani, RT Kemiri 3
13 Dimang petani (pinus) Kemiri 2
14 Lapamma petani Kemiri 2
15 Ali Wati petani (Cengkeh) Kemiri 5
16 Sumiati petani Kemiri 1
17 Sumarni petani Kemiri 1
4. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Devisi Kemiri.
55
56
5. Analisis Penerimaan Kemiri/Responden di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.
No
Nama
Responden
Lama Mencari
Kemiri
Jumlah Kemiri Yang
Diperoleh
Harga Kemiri
(Rp/biji)
Penerimaan
(Rp/minggu)
Penerimaan
(Rp/Bulan)
Penerimaan
(Rp/Tahun)
1 Sulfikar 2 Kali Seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 200.000 800.000 9.600.000
2 Jumeno 2 Kali Seminggu 5000 biji/minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000
3 Baco Dawaru 3 Kali Seminggu 5000 biji/minggu 50/biji 750.000 3.000.000 36.000.000
4 Bahari 2 Kali seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000
5 Amin 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000
6 Muh Tang 2 Kali Seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 200.000 800.000 9.600.000
7 Labennu 1 kali seminggu 3000 biji/minggu 50/biji 150.000 600.000 7.200.000
8 Emmang 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000
9 Arsyad 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000
10 Haeruddin S.pd 1 kali seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 100.000 400.000 4.800.000
11 Sulaeman 1 Kali seminggu 3000 biji/minggu 50/biji 150.000 600.000 7.200.000
12 Laera 3 kali Seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 300.000 1.200.000 14.400.000
13 Dimang 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000
14 Lapamma 2 Kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000
15 Ali Wati 1 kali seminggu 2000 biji /minggu 50/biji 100.000 400.000 4.800.000
16 Sumiati 1 Kali seminggu 1000 biji/minggu 50/biji 50.000 200.000 2.400.000
17 Sumarni 2 kali Seminggu 5000 biji /minggu 50/biji 500.000 2.000.000 24.000.000
JUMLAH
3.700.000 24.000.000 288.000.000
Rata-Rata 352.941 1.411.765 16.941.176
57
6. Analisis Penerimaan Terhadap Sektor Lain dan Kemiri / Responden di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng
NO Nama
Responden
Mata Pencaharian
Pekerejaan Utama Penerimaan/Bulan Penerimaan/Tahun Pekerjaan
Sampingan Penerimaan/Bulan Penerimaan/Tahun
1 Sulfikar Petani, RT Rp3.150.000 Rp37.800.000 kemiri Rp800.000 Rp9.600.000
2 Jumeno Petani /wiraswasta Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000
3 Baco Dawaru Petani ( penjual tuak ) Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp3.000.000 Rp36.000.000
4 Bahari Petani ( Gula Merah ) Rp600.000 Rp7.200.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000
5 Amin Sopir Truk Rp2.000.000 Rp24.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000
6 Muh Tang Petani Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp800.000 Rp9.600.000
7 Labennu Petani Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp600.000 Rp7.200.000
8 Emmang Petani ( Gula Merah ) Rp400.000 Rp4.800.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000
9 Arsyad Tukang kayu Rp5.000.000 Rp60.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000
10 Haeruddin S.pd Guru Rp4.500.000 Rp54.000.000 kemiri Rp400.000 Rp4.800.000
11 Sulaeman petani (pinus) Rp4.000.000 Rp48.000.000 kemiri Rp600.000 Rp7.200.000
12 Laera Petani, RT Rp1.150.000 Rp13.800.000 kemiri Rp1.200.000 Rp14.400.000
13 Dimang petani (pinus) Rp3.000.000 Rp36.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000
14 Lapamma petani Rp5.000.000 Rp60.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000
15 Ali Wati petani (Cengkeh) Rp2.500.000 Rp30.000.000 kemiri Rp400.000 Rp4.800.000
16 Sumiati petani Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp200.000 Rp2.400.000
17 Sumarni petani Rp1.500.000 Rp18.000.000 kemiri Rp2.000.000 Rp24.000.000
JUMLAH
Rp40.300.000 Rp483.600.000
Rp24.000.000 Rp288.000.000
Rata-Rata
Rp2.370.588 Rp28.447.059
Rp1.411.765 Rp16.941.176
58
7. Analisis Pengeluaran/ Biaya Hidup Rumah Tangga Responden di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng
No
Nama
Responden
Jumlah Konsumsi Saat Ini (Pangan) Total
Pengeluaran ( Rp/Minggu) Pengeluaran ( Rp/Bulan) Pengeluaran ( Rp/Tahun) Pengeluaran
Beras Ikan Sayur Beras Ikan Sayur Beras Ikan Sayur (Rp/Tahun)
1 Sulfikar 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000
2 Jumeno 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000
3 Baco Dawaru 56.000 20.000 30.000 224.000 80.000 120.000 2.688.000 960.000 1.440.000 5088000
4 Bahari 80.000 40.000 30.000 320.000 160.000 120.000 3.840.000 1.920.000 1..440.000 7200000
5 Amin 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000
6 Muh Tang 64.000 30.000 30.000 256.000 120.000 120.000 3.072.000 1.440.000 1.440.000 5952000
7 Labennu 56.000 20.000 30.000 224.000 80.000 120.000 2.688.000 960.000 1.440.000 5088000
8 Emmang 80.000 20.000 30.000 320.000 80.000 120.000 3.840.000 960.000 1.440.000 6240000
9 Arsyad 80.000 20.000 30.000 320.000 80.000 120.000 3.840.000 960.000 1.440.000 6240000
10 Haeruddin S.pd 64.000 30.000 30.000 256.000 120.000 120.000 3.072.000 1.440.000 1.440.000 5952000
11 Sulaeman 56.000 10.000 20.000 224.000 40.000 80.000 2.688.000 480.000 960.000 4128000
12 Laera 56.000 30.000 30.000 224.000 120.000 120.000 2.688.000 1.440.000 1.440.000 5568000
13 Dimang 56.000 30.000 30.000 224.000 120.000 120.000 2.688.000 1.440.000 1.440.000 5568000
14 Lapamma 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000
15 Ali Wati 56.000 10.000 10.000 224.000 40.000 40.000 2.688.000 480.000 480.000 3648000
16 Sumiati 80.000 30.000 20.000 320.000 120.000 80.000 3.840.000 1.440.000 960.000 6240000
17 Sumarni 56.000 20.000 20.000 224.000 80.000 80.000 2.688.000 960.000 960.000 4608000
Jumlah 1.064.000 390.000 420.000 4.256.000 1.560.000 1.680.000 51.072.000 18.720.000 20.160.000 89952000
Rata-Rata 62.588 22.941 24.706 250.352,94 91.764,71 98.823,5 3.004.235,3 1.101.176 1.185.882 5291294,118
59
Nama Jumlah Konsumsi Saat Ini (Pelengkap)
No Responden Pengeluaran ( Rp/Minggu) Pengeluaran ( Rp/Bulan) Pengeluaran ( Rp/Tahun)
Teh Susu Kopi Gula Rokok Teh Susu Kopi Gula Rokok Teh Susu Kopi Gula Rokok
1 Sulfikar 15.000 13.000 12.000 60.000 52.000 48.000 720.000 624.000 576.000
2 Jumeno 7.000 25.000 12.000 136.000 28.000 100.000 48.000 544.000 336.000 1.200.000 576.000 6.528.000
3 Baco Dawaru 15.000 13.000 12.000 119.000 60.000 52.000 48.000 476.000 720.000 624.000 576.000 5.712.000
4 Bahari 15.000 13.000 12.000 238.000 60.000 52.000 48.000 952.000 720.000 624.000 576.000 11.424.000
5 Amin 25.000 12.000 119.000 100.000 48.000 476.000 1.200.000 576.000 5.712.000
6 Muh Tang 14.000 15.000 13.000 12.000 56.000 60.000 52.000 48.000 672.000 720.000 624.000 576.000
7 Labennu 7.000 15.000 12.000 28.000 60.000 48.000 336.000 720.000 576.000
8 Emmang 7.000 15.000 25.000 12.000 136.000 28.000 60.000 100.000 48.000 544.000 336.000 720.000 1.200.000 576.000 6.528.000
9 Arsyad 7.000 15.000 25.000 12.000 51.000 28.000 60.000 100.000 48.000 204.000 336.000 720.000 1.200.000 576.000 2.448.000
10 Haeruddin S.pd 15.000 25.000 12.000 119.000 60.000 100.000 48.000 476.000 720.000 1.200.000 576.000 5.712.000
11 Sulaeman 13.000 12.000 119.000 52.000 48.000 476.000 624.000 576.000 5.712.000
12 Laera 7.000 15.000 13.000 12.000 28.000 60.000 52.000 48.000 336.000 720.000 624.000 576.000
13 Dimang 15.000 13.000 12.000 119.000 60.000 52.000 48.000 476.000 720.000 624.000 576.000 5.712.000
14 Lapamma 15.000 13.000 12.000 119.000 60.000 52.000 48.000 476.000 720.000 624.000 576.000 5.712.000
15 Ali Wati 14.000 15.000 13.000 12.000 56.000 60.000 52.000 48.000 672.000 720.000 624.000 576.000
16 Sumiati 7.000 15.000 25.000 12.000 28.000 60.000 100.000 48.000 336.000 720.000 1.200.000 576.000
17 Sumarni 7.000 15.000 13.000 12.000 28.000 60.000 52.000 48.000 336.000 720.000 624.000 576.000
Jumlah 77.000 210.000 280.000 204.000 1.275.000 308.000 840.000 1.120.000 816.000 5.100.000 3.696.000 10.080.000 13.440.000 9.792.000 61.200.000
Rata-Rata 8.556 15.000 17.500 12.000 127.500 61.600 60.000 70.000 48.000 510.000 410.667 720.000 840.000 576.000 6.120.000
60
No
Nama
Responden
Jumlah Konsumsi Yang Sebenarnya (Pangan) Total
Pengeluaran ( Rp/Minggu) Pengeluaran ( Rp/Bulan) Pengeluaran ( Rp/Tahun) Pengeluaran
Beras Ikan Sayur Beras Ikan Sayur Beras Ikan Sayur (Rp/Tahun)
1 Sulfikar 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000
2 Jumeno 84.000 30.000 40.000 336.000 120.000 160.000 4.032.000 1.440.000 1.920.000 7392000
3 Baco Dawaru 84.000 30.000 40.000 336.000 120.000 160.000 4.032.000 1.440.000 1.920.000 7392000
4 Bahari 112.000 30.000 50.000 448.000 120.000 200.000 5.376.000 1.440.000 2.400.000 9216000
5 Amin 84.000 30.000 50.000 336.000 120.000 200.000 4.032.000 1.440.000 2.400.000 7872000
6 Muh Tang 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000
7 Labennu 84.000 30.000 40.000 336.000 120.000 160.000 4.032.000 1.440.000 1.920.000 7392000
8 Emmang 160.000 40.000 50.000 640.000 160.000 200.000 7.680.000 1.920.000 2.400.000 12000000
9 Arsyad 112.000 30.000 50.000 448.000 120.000 200.000 5.376.000 1.440.000 2.400.000 9216000
10 Haeruddin S.pd 84.000 30.000 50.000 336.000 120.000 200.000 4.032.000 1.440.000 2.400.000 7872000
11 Sulaeman 84.000 30.000 40.000 336.000 120.000 160.000 4.032.000 1.440.000 1.920.000 7392000
12 Laera 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000
13 Dimang 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000
14 Lapamma 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000
15 Ali Wati 84.000 40.000 50.000 336.000 160.000 200.000 4.032.000 1.920.000 2.400.000 8352000
16 Sumiati 112.000 40.000 50.000 448.000 160.000 200.000 5.376.000 1.920.000 2.400.000 9696000
17 Sumarni 84.000 30.000 50.000 336.000 120.000 200.000 4.032.000 1.440.000 2.400.000 7872000
Jumlah 1.588.000 590.000 810.000 6.352.000 2360000 3.240.000 76.224.000 28.320.000 38.880.000 143424000
Rata-Rata 93.412 34.706 47.647 373.647 138824 190588,2 4.483.764,7 1.665.882,4 2.287.058,82 8436705,88
61
Nama Jumlah Konsumsi Yang Sebenarnya (Pelengkap)
No Responden Pengeluaran ( Rp/Minggu) Pengeluaran ( Rp/Bulan) Pengeluaran ( Rp/Tahun)
Teh Susu Kopi Gula Rokok Teh Susu Kopi Gula Rokok Teh Susu Kopi Gula Rokok
1 Sulfikar 30.000 50.000 24.000 120.000 200.000 96.000 1.440.000 2.400.000 1.152.000
2 Jumeno 14.000 50.000 24.000 170.000 56.000 200.000 96.000 680.000 672.000 2.400.000 1.152.000 8.160.000
3 Baco Dawaru 15.000 50.000 24.000 136.000 60.000 200.000 96.000 544.000 720.000 2.400.000 1.152.000 6.528.000
4 Bahari 15.000 26.000 24.000 255.000 60.000 104.000 96.000 1.020.000 720.000 1.248.000 1.152.000 12.240.000
5 Amin 50.000 24.000 136.000 200.000 96.000 544.000 2.400.000 1.152.000 6.528.000
6 Muh Tang 28.000 30.000 25.000 36.000 112.000 120.000 100.000 144.000 1.344.000 1.440.000 1.200.000 1.728.000
7 Labennu 14.000 15.000 24.000 56.000 60.000 96.000 672.000 720.000 1.152.000
8 Emmang 14.000 30.000 50.000 24.000 170.000 56.000 120.000 200.000 96.000 680.000 672.000 1.440.000 2.400.000 1.152.000 8.160.000
9 Arsyad 7.000 15.000 50.000 24.000 85.000 28.000 60.000 200.000 96.000 340.000 336.000 720.000 2.400.000 1.152.000 4.080.000
10 Haeruddin S.pd 15.000 50.000 24.000 136.000 60.000 200.000 96.000 544.000 720.000 2.400.000 1.152.000 6.528.000
11 Sulaeman 26.000 24.000 136.000 104.000 96.000 544.000 1.248.000 1.152.000 6.528.000
12 Laera 14.000 15.000 26.000 24.000 56.000 60.000 104.000 96.000 672.000 720.000 1.248.000 1.152.000
13 Dimang 30.000 26.000 24.000 136.000 120.000 104.000 96.000 544.000 1.440.000 1.248.000 1.152.000 6.528.000
14 Lapamma 15.000 26.000 24.000 136.000 60.000 104.000 96.000 544.000 720.000 1.248.000 1.152.000 6.528.000
15 Ali Wati 28.000 15.000 26.000 36.000 112.000 60.000 104.000 144.000 1.344.000 720.000 1.248.000 1.728.000
16 Sumiati 14.000 15.000 25.000 24.000 56.000 60.000 100.000 96.000 672.000 720.000 1.200.000 1.152.000
17 Sumarni 14.000 15.000 26.000 24.000 56.000 60.000 104.000 96.000 672.000 720.000 1.248.000 1.152.000
Jumlah 147.000 270.000 582.000 432.000 1.496.000 588.000 1.080.000 2.328.000 1.728.000 5.984.000 7.056.000 12.960.000 27.936.000 20.736.000 71.808.000
Rata-Rata 16.333 19.286 36.375 25.412 149.600 117.600 77.143 145.500 101.647 598.400 784.000 925.714 1.746.000 1.219.765 7.180.800
62
8. Analisis Pengeluaran Bahan Bakar/Responden
No
Nama
Responden
Jumlah Konsumsi Saat Ini
Bahan Bakar (Gas)
Jumlah Konsumsi Yang Sebenarnya
Bahan Bakar (Gas)
(Rp/Bulan) (Rp/Tahun) (Rp/Bulan) (Rp/Tahun)
1 Sulfikar 54.000 648.000 72.000 864.000
2 Jumeno 54.000 648.000 72.000 864.000
3 Baco Dawaru 54.000 648.000 72.000 864.000
4 Bahari 72.000 864.000 72.000 864.000
5 Amin 36.000 432.000 54.000 648.000
6 Muh Tang 54.000 648.000 72.000 864.000
7 Labennu 54.000 648.000 72.000 864.000
8 Emmang 72.000 864.000 72.000 864.000
9 Arsyad 72.000 864.000 72.000 864.000
10 Haeruddin S.pd 54.000 648.000 72.000 864.000
11 Sulaeman 36.000 432.000 54.000 648.000
12 Laera 36.000 432.000 54.000 648.000
13 Dimang 54.000 648.000 54.000 648.000
14 Lapamma 36.000 432.000 54.000 648.000
15 Ali Wati 54.000 648.000 72.000 864.000
16 Sumiati 36.000 432.000 54.000 648.000
17 Sumarni 36.000 432.000 54.000 648.000
Jumlah 864.000 10.368.000 1.098.000 13.176.000
Rata-Rata 50.824 609.882,3529 64.588 775.058,8235
63
9. Total Pengeluaran konsumsi saat ini dan yang sebenarnya
Total Pengeluaran saat ini Total Pengeluaran yang sebenarnya
Pangan Pelengkap Bahan Bakar Total Pengeluaran Pangan Pelengkap Bahan Bakar Total Pengeluaran
Total/Tahun Total/Tahun Total/tahun (Tahun) Total/Tahun Total/Tahun Total/tahun (Tahun)
4608000 1.920.000 648.000 7.176.000 8352000 4.992.000 864.000 14.208.000
4608000 8.640.000 648000 13.896.000 7392000 12.384.000 864000 20.640.000
5088000 7.632.000 648000 13.368.000 7392000 10.800.000 864000 19.056.000
7200000 13.344.000 864000 21.408.000 9216000 15.360.000 864000 25.440.000
4608000 7.488.000 432000 12.528.000 7872000 10.080.000 648000 18.600.000
5952000 2.592.000 648000 9.192.000 8352000 5.712.000 864000 14.928.000
5088000 1.632.000 648000 7.368.000 7392000 2.544.000 864000 10.800.000
6240000 9.360.000 864000 16.464.000 12000000 13.824.000 864000 26.688.000
6240000 5.280.000 864000 12.384.000 9216000 8.688.000 864000 18.768.000
5952000 8.208.000 648000 14.808.000 7872000 10.800.000 864000 19.536.000
4128000 6.912.000 432000 11.472.000 7392000 8.928.000 648000 16.968.000
5568000 2.256.000 432000 8.256.000 8352000 3.792.000 648000 12.792.000
5568000 7.632.000 648000 13.848.000 8352000 10.368.000 648000 19.368.000
4608000 7.632.000 432000 12.672.000 8352000 9.648.000 648000 18.648.000
3648000 2.592.000 648000 6.888.000 8352000 5.040.000 864000 14.256.000
6240000 2.832.000 432000 9.504.000 9696000 3.744.000 648000 14.088.000
4608000 2.256.000 432000 7.296.000 7872000 3.792.000 648000 12.312.000
89952000 98.208.000 10368000 198.528.000 143424000 140.496.000 13176000 297.096.000
5291294,118 5.776.941 609882,3529 11.678.118 8436705,88 8.264.471 775058,8235 17.476.235
10. Analisis Nilai Pendapatan Masyarakat
64
No
Nama
Responden
Penerimaan (Rp/Tahun) Pengeluaran
(Rp/Tahun)
Pendapatan (Rp/Tahun)
Kemiri sektor lain Kemiri sektor lain
1 Sulfikar 9.600.000 37.800.000 7.176.000 2.424.000 30.624.000
2 Jumeno 24.000.000 18.000.000 13.896.000 10.104.000 4.104.000
3 Baco Dawaru 36.000.000 18.000.000 13.368.000 22.632.000 4.632.000
4 Bahari 24.000.000 7.200.000 21.408.000 2.592.000 -14.208.000
5 Amin 24.000.000 24.000.000 12.528.000 11.472.000 11.472.000
6 Muh Tang 9.600.000 18.000.000 9.192.000 408.000 8.808.000
7 Labennu 7.200.000 18.000.000 7.368.000 -168.000 10.632.000
8 Emmang 24.000.000 4.800.000 16.464.000 7.536.000 -11.664.000
9 Arsyad 24.000.000 60.000.000 12.384.000 11.616.000 47.616.000
10 Haeruddin S.pd 4.800.000 54.000.000 14.808.000 -10.008.000 39.192.000
11 Sulaeman 7.200.000 48.000.000 11.472.000 -4.272.000 36.528.000
12 Laera 14.400.000 13.800.000 8.256.000 6.144.000 5.544.000
13 Dimang 24.000.000 36.000.000 13.848.000 10.152.000 22.152.000
14 Lapamma 24.000.000 60.000.000 12.672.000 11.328.000 47.328.000
15 Ali Wati 4.800.000 30.000.000 6.888.000 -2.088.000 23.112.000
16 Sumiati 2.400.000 18.000.000 9.504.000 -7.104.000 8.496.000
17 Sumarni 24.000.000 18.000.000 7.296.000 16.704.000 10.704.000
Jumlah 288.000.000 483.600.000 198.528.000 89.472.000 285.072.000
Rata-Rata 16.941.176 28.447.059 11.678.118 5.263.059 16.768.941
65
11. Konsumsi Beras / Responden setiap minggunya
No Responden
Konsumsi Saat Ini Per
Hari
Konsumsi Yang
Sebenranya per Hari
Konsumsi Saat Ini
Per Minggu
Konsumsi Yang Sebenarnya
Dibutuhkan Per Minggu
Beras Beras Beras Beras
1 Sulfikar 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
2 Jumeno 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
3 Baco Dawaru 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
4 Bahari 1 ½ liter = Rp. 12.000 2 liter = Rp. 16.000 10 liter = Rp. 80.000 14 liter = Rp. 112.000
5 Amin 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
6 Muh Tang 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
7 Labennu 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
8 Emmang 2 liter = Rp. 16.000 3 liter = Rp. 24.000 12 liter = Rp. 96.000 24 liter = Rp. 192..000
9 Arsyad 1 ½ liter = Rp. 12.000 2 liter = Rp. 16.000 10 liter = Rp. 80.000 14 liter = Rp. 112.000
10 Haeruddin S.Pd 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
11 Sulaeman 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
66
12 Laera 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
13 Dimang 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
14 Lapamma 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
15 Ali Wati 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
16 Sumiati 1 ½ liter = Rp. 12.000 2 liter = Rp. 16.000 10 liter = Rp. 80.000 14 liter = Rp. 112.000
17 Sumarni 1 liter = Rp. 8.000 1 ½ liter = Rp. 12.000 7 liter = Rp. 56.000 10 ½ liter = Rp. 84.000
Total Rp. 156.000 Rp. 228.000 Rp. 1.064.000 Rp. 1.620.000
Keterangan : 1 liter beras = Rp 8.000
67
12. Analisis Livelihood
Pengeluaran konsusmsi saat ini:
Total pengeluaran = Jumlah kebutuhan pangan + jumlah kebutuhan
bahan bakar + jumlah kebutuhan pelengkap =
Rp.89.952.000+Rp.10.368.000+Rp. 98.208.000
= Rp.198.528.000,-/responden /tahun.
Rata-rata pengeluaran = Rp. 11.678.118,-/responden/tahun.
Pengeluaran konsumsi yang sebenarnya dibutuhkan:
Total pengeluaran = Jumlah kebutuhan pangan + jumlah kebutuhan
bahan bakar + jumlah kebutuhan pelengkap =
Rp.143.424.000+Rp.13.176.000+Rp.140.496.000
= Rp. 297.096.000,-/responden/tahun.
Rata-rata pengeluaran = Rp. 17.476.235,-/responden/tahun.
Selisih pengeluaran:
Selisih total pengeluaran = Pengeluaran Konsumsi saat ini - pengeluaran
konsumsi yang sebenarnya dibutuhkan.
= Rp. 198.528.000 - Rp. 297.096.000
= Rp. -98.568.000-/responden/tahun
Rata-rata = Rp. -5.798.118 ,-/ kk/tahun.
68
13. Pengambilan Sampel
a. Wawancara
69
b.. Kemiri Yang Sudah Di keringkan
70
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Jumlah Tanggungan :
8. Alamat :
9. Apakah saudara penduduk asli desa ini ? (Ya) / (Tidak)
10. Jika (Tidak), dari mana asalnya?
Sudah berapa lama tinggal di desa ini? …………… tahun
11. Saudara termasuk suku apa ?
12. Apa pekerjaan utama Bapak?
13. Apa pekerjaan sampingan Bapak?
14. Berapa jumlah tanggungan keluarga Bapak?
15. Berapa kilo biasa Bapak/Ibu membeli beras dalam seminggu?
16. Berapa harga beras perkilo?
17. Berapa kali Bapak/Ibu membeli ikan dalam seminggu?
18. Berapa kali Bpak/Ibu membeli sayur dalam seminggu?
19. Berapa kali Bpak/Ibu membeli minyak goreng/ tanah dalam seminggu?
20. Berapa kali Bpak/Ibu membeli teh dalam seminggu?.
21. Berapa kali Bpak/Ibu membeli susu dalam seminggu?
22. Berapa bungkus biasa Bapak habis rokok dalam sehari?
23. Berapa kali dalam satu minggu Bapak mencari kemiri?
24. Selain kemiri, apa saja hasil hutan yang bapak manfaatkan dalam kawasan
hutan?
25. Berapa jumlah tanaman kemiri yang di tanam ?
26. Berapa luas lahan yang bapak usahakan untuk produksi kemiri ?
27. Berapa pendapatan bapak dari usaha kemiri ini setiap minggunya ?
28. Pengetahuan tentang memanfaatkan tanaman kemiri, pertama kali tahu
dari siapa ?
a. Turun temurun
b. Tetangga/dukun
c. Informasi media
29. Menurut saudara potensi tanaman kemiri di hutan masih banyak ?
a. Banyak
b. Sedang
71
c. Kurang
30. Menurut anda untuk memperoleh tanaman kemiri dari hutan :
a. Sulit
b. Agak sulit
c. Mudah
31. Jika dari hutan, berapa jarak yang biasa saudara tempuh untuk mencari
kemiri ?
32. bagian tanaman kemiri apa saja yang digunakan?
a. ………………..
b. ………………..
c. ………………..
d. ………………..
33. Apakah saudara mengelola dan memanfaatkan kemiri sendiri ?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
Cara pemanfatannya
34. Apa alasan anda menggunakan tanaman kemiri sebagai sumber mata
pencaharian?
a. Mudah didapat
b. Tidak ada pilhan lain
c. Alasan lainnya……………………….
35. Menurut saudara saran apa yang harus dilakukan untuk pengelolaan
tanaman kemiri yang efektif?
...................
36. Menurut anda sejauh mana masyarakat sangat tergantung dengan kemiri ?
a. tergantung
b. sedang
c. tidak
Jelaskan alasannya
40. Menurut anda, Apakah ada aturan pengambilan pengolahan tanaman
kemiri, jelaskan!
72
Keterangan:
Responden diambil dari kelompok usaha perhutanan sosial yang didalamnya
terdapat masyarakat yang memanfaatkan kemiri sebagai sumber mata
pencaharian.