analisis sumber penerimaan bontang

21
Analisis Terhadap Sumber-Sumber Penerimaan Daerah “Kota Bontang” Provinsi Kalimantan Timur Disusun untuk memenuhi penugasan mata kuliah Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah 2010

Upload: muhammad-amri

Post on 23-Jan-2015

2.015 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: analisis sumber penerimaan bontang

Analisis Terhadap Sumber-Sumber Penerimaan Daerah

“Kota Bontang”

Provinsi Kalimantan Timur

Disusun untuk memenuhi penugasan mata kuliah Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah

2010

Disusun oleh Muhammad Amri

2C Kebendaharaan Negara

Word count : 2,640

Page 2: analisis sumber penerimaan bontang

PENDAHULUAN

Dengan disahkannya paket Undang-Undang tentang Otonomi Daerah, mulai dari

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang 33

tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai

penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25

tahun 1999, maka sebagai konsekuensinya Pemerintah Pusat memberikan wewenang penuh

kepada Pemerintah Daerah selaku wakil pemerintah pusat di daerah untuk mengatur dan

menyelenggarakan semua urusan pemerintahan di luar daripada urusan yang memang telah

ditentukan sebagai urusan dari pemerintah pusat. Selain itu, UUD 1945 juga telah cukup jelas

mengamanatkan dalam batang tubuhnya pada pasal 18 di mana di dalamnya diatur tentang

pembagian wilayah Indonesia menjadi beberapa pemerintahan daerah baik yang besar maupun

kecil.

Berdasarkan hal itu, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang seluas-luasnya

dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan memanfaatkan berbagai

macam potensi daerah yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

Salah satunya adalah dengan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerah. Melihat kondisi

riil saat ini, masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki sumber daya yang sangat

besar akan tetapi tidak dapat dikelola dengan baik oleh pemerintahnya. Sehingga,

pembangunan di daerah tersebut masih berjalan lamban jika dibandingkan dengan daerah lain

yang memiliki potensi yang tidak sebesar daerah itu akan tetapi mampu membangun

daerahnya dengan baik. Dengan kata lain, Pendapatan Asli Daerah yang mestinya didapat dari

pemanfaatan potensi tersebut belum mencerminkan kondisi riilnya dalam implementasinya di

pemerintahan daerah itu sendiri.

Oleh karena itu, sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah ini, saya akan mencoba sedikit melakukan kajian tentang sumber-sumber

penerimaan daerah di kota asal saya, kota Bontang yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur,

dan penerapan (implementasi) dari penerimaan yang telah diperoleh daerah tersebut dalam

mencapai tujuan pembangunan daerah, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 3: analisis sumber penerimaan bontang

PEMBAHASAN

I. Kajian Teori dan Implementasi Tentang Sumber-Sumber Penerimaan Daerah

Penerimaan daerah1 merupakan semua uang yang masuk ke kas daerah.

Adapun penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari dua sumber,

yaitu Pendapatan Daerah dan Pembiayaan.

i. Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun yang bersangkutan.

Pendapatan Daerah ini terbagi lagi berdasarkan sumbernya yang terdiri dari :

Pendapatan Asli Daerah ( PAD )

Dana Perimbangan

Lain-lain Pendapatan

ii. Pembiayaan

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan / atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Adapun sumber-sumber pembiayaan bagi pemerintahan daerah terdiri dari :

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah ( SILPA )

Penerimaan Pinjaman Daerah

Dana Cadangan Daerah

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Pendapatan Asli Daerah ( PAD )

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Adapun jenis-jenis sumber penerimaan yang tergolong sebagai Pendapatan Asli

Daerah antara lain :

a. Pajak Daerah, yaitu kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

Page 4: analisis sumber penerimaan bontang

digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

Adapun jenis-jenis Pajak Daerah (UU No. 28/2009), antara lain :

i. Pajak provinsi, yang terdiri dari 5 jenis, yaitu :

Pajak Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Air Permukaan

Pajak Rokok

ii. Pajak Kabupaten/ Kota, yang terdiri dari 11 jenis, yaitu :

Pajak Hotel

Pajak Restoran

Pajak Hiburan

Pajak Reklame

Pajak Penerangan Jalan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Parkir

Pajak Air Tanah

Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Adapun sistem pemungutan pajak dan retribusi daerah tersebut di atas

berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 diubah menjadi closed list dari

sebelumnya open list. Sehingga, Pemerintah Daerah tidak boleh memungut

pajak dan retribusi selain daripada yang telah ditetapkan oleh peraturan

perundang-undangan. Selain itu, sistem closed list yang saat ini berlaku juga

mengatur tentang kekhususan untuk retribusi masih dimungkinkan adanya

tambahan jenis retribusi yang sebelumnya ditetapkan lewat Peraturan

Pemerintah.

b. Retribusi Daerah, yang merupakan pungutan Daerah sebagai pembayaran

atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

Badan.

Page 5: analisis sumber penerimaan bontang

Adapun jenis-jenis sumber penerimaan daerah yang tergolong ke dalam

retribusi daerah (UU 28/2009) antara lain :

i. Jasa Umum (14 jenis retribusi)

yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah

untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

ii. Jasa Usaha (11 jenis retribusi)

Pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan

menganut prinsip komersial yang meliputi:

pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan

Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau

pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum

disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

iii. Perizinan Tertentu (5 jenis retribusi)

Pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang

pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan

pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber

daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, seperti penanaman

modal pemerintah daerah pada Badan Usaha Milik Daerah ( BUMD ).

d. Lain-lain PAD yang sah

Misalnya, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa

giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata

uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan dana bersumber dari APBN untuk membiayai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi untuk mengatasi

masalah vertikal fiskal gap dan horisontal fiskal gap di mana vertical fiscal gap itu

terjadi apabila kapasitas penerimaan pemerintah pusat lebih besar daripada

pemerintah daerah sehingga penerimaan daerah tidak mencukupi kebutuhannya,

Page 6: analisis sumber penerimaan bontang

sedangkan horizontal fiscal gap terjadi apabila adanya gap dalam memenuhi

kebutuhan antardaerah akibat perbedaan dalam kapasitas penerimaan masing-

masing daerah tersebut.

Adapun dana perimbangan itu terdiri atas :

a. Dana Bagi Hasil, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan

kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Adapun sumber-sumber penerimaan yang berasal dari Dana Bagi Hasil itu,

antara lain :

i. DBH pajak

Terdiri atas :

DBH Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

DBH Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)*

DBH Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib

Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21

Cukai Hasil Tembakau

PBB

Pusat (10%)

Dibagi rata ke Kab/Kota (6,5%)DBH Pajak

PPh Ps.25 dan Ps.29 WPOPDN,

PPh Ps.21

Cukai Hasil

Tembakau

Daerah (90%)

Insentif Kab/Kota (3,5%)

Provinsi (16,2%)

Biaya Pungut (9%)

Pusat (80%)

Daerah (20%)Provinsi (8%)

Kab/Kota (12%)

Pusat (98%)

Daerah (2%)

Provinsi (30%)

Kab/Kota Penghasil (40%)

Kab.Kota Pemerataan (30%)

BPHTB *)

Pusat (20%)

Daerah (80%)

Dibagi rata ke Kab/Kota 20%

Provinsi (16%)

Kab/Kota (64%)

Kab/Kota (64,8%)

Page 7: analisis sumber penerimaan bontang

*) tahun ini diserahkan kepada daerah.

ii. DBH Sumber Daya Alam

Berasal dari :

Kehutanan

Pertambangan Umum

Perikanan

Pertambangan Minyak Bumi

Pertambangan Gas Bumi

Pertambangan Panas Bumi

B ag i H as il S u m b erD aya A lam

K eh u tan an

P ertam b an g anU m u m

Iu ran H ak P en g u asaanH u tan (IH P H )

P rov is i S u m b er D ayaH u tan (P S D H )

D an a R eb oisas i

P u sat (2 0 % )

P u sat (2 0 % )

D aerah (8 0 % )

D aerah (8 0 % )

P u sat (6 0 % )

D aerah (4 0 % )

P rov in s i (1 6 % )

K ab u p aten /K ota (6 4 % )

P rov in s i (1 6 % )

K ab u p aten /K ota P en g h as il (3 2 % )

K ab u p aten /K ota d alam satu p rov in s i (3 2 % )

Iu ran T etap (L an d R en t)

Iu ran E ksp loras i d anE ksp lo itas i (R oyalty )

P u sat (2 0 % )

D aerah (8 0 % )

P u sat (2 0 % )

D aerah (8 0 % )

P rov in s i (1 6 % )

K ab u p aten /K ota (6 4 % )

P erikan an

P u n g u tan P en g u sah aanP erikan an

P rov in s i (1 6 % )

K ab u p aten /K ota P en g h as il (3 2 % )

K ab u p aten /K ota d alam satu p rov in s i (3 2 % )

P u n g u tan H as ilP erikan an

P u sat (2 0 % )

K ab u p aten /K ota (8 0 % )

P ertam b an g anM in yak B u m i

P ertam b an g anG as B u m i

P ertam b an g anP an as B u m i

P u sat (8 4 ,5 % )

D aerah (1 5 ,5 % )

P rov in s i (3 ,1 % )

K ab u p aten /K ota P en g h as il (6 ,2 % )

K ab u p aten /K ota d alam satu p rov in s i (6 ,2 % )

0 ,1 % u n tu k An g g aran P en d id ikan D asar

P u sat (6 9 ,5 % )

D aerah (3 0 ,5 % )

P rov in s i (6 ,1 % )

K ab u p aten /K ota P en g h as il (1 2 ,2 % )

K ab u p aten /K ota d alam satu p rov in s i (1 2 ,2 % )S etoran B ag ianP em erin tah

Iu ran T etap d anP rod u ks i

0 ,1 % u n tu k An g g aran P en d id ikan D asar

0 ,2 % u n tu k An g g aran P en d id ikan D asar

0 ,2 % u n tu k An g g aran P en d id ikan D asar

0 ,2 % u n tu k An g g aran P en d id ikan D asar

0 ,2 % u n tu k An g g aran P en d id ikan D asar

P u sat (2 0 % )

D aerah (8 0 % ) 1 6 % P rovin s i; 3 2 % K ab /K o ta P en g h as il; 3 2 % K ab /K o ta d a lam sa tu p rovin s i

Page 8: analisis sumber penerimaan bontang

Kebijakan Dana Bagi Hasil 2011 :

Meningkatkan akurasi data melalui koordinasi dengan institusi

pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Menyempurnakan proses penghitungan dan penetapan alokasi

DBH secara lebih transparan dan akuntabel.

Menyempurnakan sistem penyaluran DBH lebih tepat waktu dan

tepat jumlah.

Penyelesaian Kurang Bayar DBH SDA dan DBH Pajak.

b. Dana Alokasi Umum ( DAU ), adalah dana yang bersumber dari Pendapatan

APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan

antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

Desentralisasi.

Selain itu, DAU juga merupakan instrumen transfer yang bertujuan untuk

meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah, sekaligus memeratakan

kemampuan antar daerah (equalization grant). (UU 33/2004 pasal 1 ayat 21)

DAU juga merupakan salah satu komponen dari dana perimbangan yang

pengalokasiannya didasarkan atas formula dg konsep Alokasi Dasar dan

Celah Fiskal (Fiscal Gap), yaitu selisih antara Kebutuhan Fiskal dengan

Kapasitas Fiskal. (UU 33/2004 pasal 27 ayat 2)

Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari

Pendapatan Dalam Negeri Netto yang ditetapkan dalam APBN.

Page 9: analisis sumber penerimaan bontang

Pembagian porsi DAU antara Provinsi dan Kabupaten/ Kota ialah 10%

berbanding 90% dari jumlah pagu DAU Nasional.

Page 10: analisis sumber penerimaan bontang

i. DAU Daerah Pemekaran

Perhitungannya antara lain :

DAU daerah pemekaran dialokasikan sesuai dengan formula

Celah Fiskal, setelah undang-undang pembentukannya disahkan

dan data tersedia. (Ps 46 (1) dan (2) PP No. 55 / 2005)

Apabila kondisi tersebut diatas belum terpenuhi, perhitungan DAU

daerah pemekaran dilakukan dengan men-split dari daerah

induknya. (Ps 46 3) dan (4) PP No. 55 / 2005)

Perhitungan DAU daerah pemekaran dilakukan secara

proporsional dengan daerah induk berdasar variabel:

• Jumlah Penduduk;

• Luas Wilayah; dan

• Jumlah/Belanja Gaji PNSD

c. Dana Alokasi Khusus, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai

DAU = Alokasi Dasar (AD)+ Celah Fiskal (CF)

Alokasi Dasar = Belanja Gaji PNSD

Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal (KbF) – Kapasitas Fiskal (KpF)

Kebutuhan Fiskal = Rata-rata Belanja Daerah secara Nasional X (indeks-indeks)

Indeks Jumlah Penduduk (IJP)Indeks Luas Wilayah (ILW)Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)Indeks Pembangunan Manusia (IPM)Indeks Product Domestic Regional Bruto (PDRB)

Kapasitas Fiskal = Pendapatan Asli Daerah (PAD) + DBH Pajak + DBH SDA

Rata-rata Belanja Daerah secara Nasional = Jumlah Belanja dalam APBD seluruh Indonesia dibagi jumlah daerah

Indeks-Indeks

Page 11: analisis sumber penerimaan bontang

kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah yang sesuai dengan

prioritas nasional. (UU 33/2004)

Tujuan DAK, antara lain :

i. Membantu daerah tertentu

ii. Mendanai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar

masyarakat

iii. Mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian

sasaran prioritas nasional.

Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan

indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

Lain-lain Pendapatan yang sah

Adapun yang termasuk di dalamnya adalah :

a. Hibah, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing,

badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah,

badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa,

rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan

yang tidak perlu dibayar kembali.

b. Dana Darurat, yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada

Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau

krisis solvabilitas (adalah krisis keuangan berkepanjangan yang dialami

Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan tidak dapat diatasi melalui

APBD).

Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau

peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden.

c. Dana otonomi khusus, yaitu dana otonomi yang secara khusus diberikan

kepada daerah-daerah yang sudah diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Dana Otonomi Khusus diberikan kepada :

i. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

ii. Wilayah Papua (meliputi Prov. Papua dan Papua Barat)

Dana tambahan infrastruktur dalam rangka pelaksanaan Otonomi

Khusus bagi Prov. Papua dan Prov Papua Barat.

Page 12: analisis sumber penerimaan bontang

d. Dana penyesuaian, dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendidikan,

meliputi :

i. Tambahan Penghasilan Guru

Dana yang diberikan sebagai ntambahan penghasilan Guru sebesar

Rp250 ribu/guru/bulan agar penghasilan terendah mencapai Rp2 juta

ii. Tunjangan Profesi Guru

Tunjangan yang diberikan kepada Guru yang bersertifikasi Profesi

sebesar satu kali gaji pokok

iii. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Dana yang diberikan kepada sekolah (SD/SMP) untuk pendanaan

operasional sekolah yang besarannya dihitung berdasarkan jumlah

murid kali tarip tertentu

iv. Dana Insentif Daerah (DID)

Dana yang dialoikasikan ke daerah sebagai penghargaan atas

pencapaian kinerja daerah di bidang pengelolaan keuangan dan

kinerja ekonomi dan kesejahteraan.

Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah bersumber dari:

a. Pemerintah;

b. Pemerintah Daerah lain;

c. lembaga keuangan bank;

d. lembaga keuangan bukan bank; dan

e. masyarakat.

Dana Cadangan

bersumber dari penyisihan atas penerimaan APBD kecuali dari DAK, Pinjaman

Daerah, dan penerimaan lain yang penggunaan-nya dibatasi untuk pengeluaran

tertentu. Penggunaan Dana Cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi

penerimaan pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

II. Sumber-sumber penerimaan yang ada di Kota Bontang

Page 13: analisis sumber penerimaan bontang

No.

Uraian 

   

Page 14: analisis sumber penerimaan bontang

1 2 3 4

1 PENDAPATAN      

aPendapatan Asli Daerah  

          42,744   

   1. Pajak Daerah  

         12,574 

   2. Retribusi Daerah  

            2,952 

  

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan  

            5,000 

   4. Lain-lain PAD yang Sah  

         22,218 

bDana Perimbangan  

        630,200   

   1. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak  

       630,200 

    2. DAU   -    3. DAK   -    4. Lain-lain   -

c Lain-lain Pendapatan yang Sah  

        119,500   

    1. Hibah   -    2. Dana Darurat   -    3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus   -

   4. Lain-lain  

       119,500 

         2 PEMBIAYAAN      

a sumber penerimaan daerah  

        183,062   

   1. SILPA  

       183,062 

    2. Pencairan dana cadangan   -

  

3. penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah   -

  

4. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan   -

    5. penerimaan kembali pemberian pinjaman   -

Data di atas merupakan data Ringkasan APBD tahun 2010 kota Bontang yang meliputi

pendapatan dan pembiayaan.

Meskipun wilayah Kota Bontang tidak begiitu luas, hanya 49.757 Ha namun

karena terletak di jalur khatulistiwa dengan wilayah laut yang begitu luas, menjadikan

Page 15: analisis sumber penerimaan bontang

kota ini kaya akan potensi alam. Mulai  dari minyak dan gas alam, hasil hutan, pertanian,

dan juga laut. Didukung lokasi yang strategis, Kota Bontang mempunyai aksesibilitas

darat dan laut yang baik. Aksesibilitas darat sangat baik karena terletak di jalur Trans

Kalimantan, serta terletak di Selat Makassar dengan pantai yang berbentuk teluk yang

merupakan Alur Laut kepulauan Indonesia II (ALKI II), sehingga sangat cocok untuk

pelabuhan. 

Atas dasar kemudahan akses ke alur pelayaran internasional, maka

kebijaksanaan Pemerintah Pusat pada tahun 1974 menetapkan Bontang sebagai

tempat industri pengolahan LNG (PT Badak NGL) dan pada tahun 1977 dibangun

industri pupuk (PT Pupuk Kalimantan Timur).

Dengan keberadaan komunitas penduduk yang heterogen di Kota Bontang,

maka berbagai kegiatan di bidang industri, perdagangan dan jasa yang dapat saling

mengisi kebutuhan sosial kemasyarakatan semakin mutlak dibutuhkan. Contoh industri

yang telah berjalan dengan baik di Kota Bontang selain 2 industri besar di atas

diantaranya adalah:

a.  Industri Melamin (PT DSM Kaltim Melamin)

b.  Industri Hexamin (PT Kaltim Hexamindo Wiratama)

c.  Industri Amonium Bikarbonat (PT Kaltim Ambikawiratama)

d.  Industri MDF Resin dan Plywood (PT Kaltim Lemindo Kimiatama)

e.  Industri pengolahan LPG dan Kondensat (PT Energi Kutai)

f.   Industri Kantong Plastik (PT Kaltim Saferina Fajar)

Luas Kota Bontang yang mayoritas lautan mempunyai wilayah pesisir yang

berpeluang sangat besar untuk dikembangkan dengan mengingat bahwa ekosistem

yang terdapat di wilayah pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang

lamun; pantai berpasir ini memiliki nilai estetika yang tinggi disamping nilai

ekonomisnya. Wilayah Pesisir Pantai Bontang yang terletak di sebelah Timur dari Kota

Bontang atau tepatnya di bibir Selat Makassar, mempunyai potensi yang cukup besar

untuk dikembangkan sebagai obyek wisata dan sumberdaya hayati laut. Luas wilayah

laut +   70.3% dengan keadaan yang relatif tenang, maka sangat memungkinkan

pengembangan sektor perikanan (budidaya perairan) menjadi andalan kedua Kota

Bontang setelah sektor industri.

Page 16: analisis sumber penerimaan bontang

III. Analisis atas Sumber-sumber penerimaan di kota Bontang

Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Kota Bontang berupaya

proaktif dalam mengelola dan memanfaatkan seluruh kekuatan ekonomi potensi di

wilayahnya baik yang berupa potensi SDA, SDM maupun sumber daya lainnya untuk

menjadi kekuatan ekonomi riil yang dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat. 

Faktor penentu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan

investasi di seluruh sektor baik yang bersumber dari dalam negeri (PMDN) dan Non

PMDN maupun dari luar negeri dalam rangka PMA. Selain itu, pemkot bontang juga

menggagas sutu program baru yaitu Gerakan Pengembangan Budidaya Ikan (Gerbang

Budi).

Gerbang Budi Kota Bontang merupakan kegiatan ekonomi kerakyatan dan

sebagai aksi nyata gerakan "pemberdayaan perekonomian rakyat" yang merupakan

salah satu bagian prioritas pembangunan Kota Bontang (Peningkatan Infra Struktur,

Peningkatan SDM, Pemberdayaan Perekonomian Rakyat, serta Pengelolaan dan

Pelestarian Lingkunan Hidup). Dengan kata lain bahwa gerakan ini diharapkan pula

dapat menjadi salah satu solusi untuk penanggulangan masalah kemiskian masyarakat

perikanan (nelayan dan pembudidaya) di wilayah pesisir, yang pada umumnya tidak

mempunyai modal untuk mengembangkan usaha budidayanya.

Peluang investasi yang lain di Kota Bontang yang masih terbuka luas adalah

dalam bidang:

Industri kimia yang mengolah turunan produk LNG, yaitu industri  amonium nitrat,    

asam nitrat, NPK, Acrylonitrit dan lain-lain.

Perdagangan umum dan pusat perdagangan

Jasa transportasi darat, laut dan udara

 Industri pariwisata, wisata bawah laut dan wisata hutan bakau

 Industri briket batubara

Industri perikanan yang meliputi usaha penangkapan ikan tuna, pengolahan hasil

perikanan dan cold storage

Usaha budidaya laut dengan orientasi ekspor

Pembangunan Sarana dan Prasarana Kota Baru "BONTANG LESTARI"

Seperti di banyak kota lainnya, besarnya peningkatan APBD kota Bontang bukan

bersumber sepenuhnya dari PAD kota ini. Meskipun PADnya juga cukup besar karena adanya

beberapa industri, akan tetapi, besarnya kenaikan APBDnya sebenarnya disebabkan olah

Page 17: analisis sumber penerimaan bontang

naiknya dana perimbangan yang diterima oleh pemkot bontang dari tahun ke tahun.

Keberhasilan tersebut tidak dapat lepas dari kehadiran 2 BUMN besar, yaitu PT Badak dan PT

PKT. Selam bertahun-tahun perekonomian kota Bontang sangat dipengaruhi oleh sektor

industri khususnya industri gas alam cair dari PT Badak, yang mencapai 90%. (data tahun

2001-2004)

Daftar pustaka :

Erni Murniasih. “Slide tentang PKPD”

www.bontangkota.go.id

www.djpk.depkeu.go.id

www.budget-info.com

Page 18: analisis sumber penerimaan bontang

www.infokorupsi.com

UU 33 tahun 2004

UU 28 tahun 2009

UU 32 tahun 2004

Laporan Pertanggungjawaban Walikota Bontang 2001 dan 2004

Kemenkeu.”Sinergi Pusat Dan Daerah Dalam Perspektif Desentralisasi Fiskal.”