analisis struktur pasar pada profitabilitas...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRUKTUR PASAR PADA PROFITABILITAS INDUSTRI
ASURANSI JIWA SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Bella Firmansyah
NIM. 11140860000056
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Bella Firmansyah
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Jl. BRI Ujung RT.005/RW.06 No. 121, kelurahan
Cipete Selatan, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta
Selatan, DKI Jakarta
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 05 Mei 1996
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Telepon : 081319122880
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
2002 – 2008 : SD Negeri 04 Cipete Selatan
2008 – 2011 : SMP Negeri 86 Jakarta
2011 – 2014 : SMK Negeri 20 Jakarta
2014 – 2018 : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2011 – 2013 : Pengurus Rohani Islam (Rohis) SMKN 20 Jakarta
2014 – 2017 : Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi
Syariah
2016 – 2017 : Pengurus Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN
Jakarta Divisi Humas dan Media
2017 – 2018 : Pengurus Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN
Jakarta Divisi Badan Pengurus Harian (BPH)
vii
ABSTRAK
Bella Firmansyah, 1114086000056, Pengaruh Struktur Pasar terhadap
Profitabilitas Industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia. Program Studi
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438H/ 2018 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur pasar pada
profitabilitas industri asuransi jiwa syariah di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan struktur pasar yang diproksikan dengan pangsa pasar (MS) dan
Herfindahl-Hirschman Index (HHI) terbukti mempengaruhi kinerja industri
asuransi jiwa syariah di Indonesia. Artinya, kinerja industri asuransi jiwa syariah
di Indonesia didukung oleh hipotesis tradisional (traditional hypothesis) tentang
perilaku kolusi akibat adanya kekuatan pasar, dan tidak juga didukung oleh
hipotesis efisiensi struktur (efficient structure hypothesis). Namun, dari penelitian
ini dapat diketahui ditemukan perilaku kolusi pada industri asuransi jiwa syariah
di Indonesia. Sedangkan, untuk variabel kontrol BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap kinerja industri asuransi jiwa syariah di Indonesia.
Kata Kunci : Market Share, Herfindahl-Hirschman Index, MSHHI (variabel
interaksi hasil perkalian antara market share dan Herfindahl-Hirschman Index),
BOPO, ROA, Structure-Conduct-Performance,Profitabilitas, Industri Asuransi
Syaria dan Data Panel.
Pembimbing: Dr. M. Nur Rianto Al-Arif, S.E., M.Si.
Daftar Pustaka: 1997-2017
viii
ABSTRACT
Bella Firmansyah, 1114086000056, The Influence of Market Structure on
Profitability of Sharia life assurance Industry in Indonesia. Sharia Economic
Studies Program, Faculty Economic and Business. State Islamic University of
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438H/2018M.
This study aims to analyze the influence of market structure on the
Profitability of Sharia life assurance Industry in Indonesia. The result show that
market structure proxies by market structure (MS) and Herfindahl-Hirschman
Index (HHI) is proven to affect the performance of Sharia life assurance industry
in Indonesia. Which mean, performance of Sharia life assurance industry in
Indonesia is supported by the traditional hypothesis of collusive behavior due the
market power, and not supported by the efficient structures hypothesis. However,
from this research can be seen not found collusive behavior in Sharia life
assurance industry in Indonesia. Menawhile, for control variables BOPO have a
significant negaitive effect on the performance of Sharia life assurance industry in
Indonesia.
Keywords: Market Structure, Herfindahl-Hirschman Index, MSHHI (interaction
variable of market share and Herfindahl-Hirschman Index), BOPO, ROA,
Structure-Conduct-Performance,profitability, Islamic Insurance industry and
Data Panel.
Advisor: Dr. M. Nur Rianto Al-Arif, S.E., M.Si.
Reference: 1998-2017
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan segala kerendahan hati, puji, dan
syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
mengkaruniakan taufiq, rahmat, dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam tidak lupa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallah ‘Alayhi wa Sallam yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh cahaya ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan, dukungan, dan do’a kepada :
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua, Bapak Achmad Syah dan Mama Rubi yang selalu
memberikan do’a, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhingga, serta
keluarga besar lainnya yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan
doa selama ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
4. Bapak Yoghi Citra Pratama,M.Si dan Ibu RR. Tini Anggaraeni, ST, M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Pogram Studi Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Muhammad Nur Rianto Al-Arif, M.Si selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang selalu meluangkan waktu untuk bimbingan dan
memberi saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah banyak membantu dan memberikan
ilmu-ilmunya kepada penulis dan seluruh jajaran karyawan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang selalu membantu mengurus akademik,
administrasi, keuangan, dan lain-lain.
7. Sahabat terbaik dari SMK 20 yang selalu menemani, memberikan support,
saran, do’a dan pokoknya yang terbaik walaupun berbeda kampus dan juga
memiliki kesibukan masing-masing tetap selalu ada satu sama lain: Bismi
Fatamshi, Achmad Bayhaqi dan Almas Kamilia Widad. Terima kasih dan
semoga kita dapat terus menjaga hubungan baik dan kebersamaan yang
sudah kita jalani bersama .
8. Sahabat terbaik dari SNSD/ NSSD yang selalu memberikan support, saran,
dan do’a : Syania, Umar, Titi, Asri, Anwar, Eka, Hazal, Husnul, Almas,
Ayu, dan Mafliha. Terima kasih dan semoga kita dapat terus menjaga
hubungan baik.
9. Sahabat terbaik dari SOMPLAK & MANJIEW yang selalu memberikan
support, saran, doa, dan mengisi warna disetiap harinya selama kuliah,
tempat sharing dari suka maupun duka yang tidak akan pernah
xi
meninggalkan satu sama lain yang selalu menjaga dan mengingatkan hal
baik dan teman hangout: Fitria Rakhmah Al-Khonsa, Riska Nur
Anggraini, Annisa Adzkiya, Aulia Nurul Fitri, Intan Hapsari, Suci Aidia,
dan Chika Zahraini Ahmad. Terima kasih dan semoga kita dapat terus
menjaga hubungan baik dan tetap menjadi teman baik.
10. Sahabat terbaik dari KKN SENJA 153 yang selalu memberikan support,
saran, do’a, pengalaman, dan membantu memenuhi atau menyelesaikan
tugas yang rumit : Isni, Alfat, Aldi, Fitri (ayung), Dewi (Idew), Maufi,
Aulia, Ijal, Risa, Adnan, Bazzuri, Bang Rofiq, Yuli, Fikrah, Evi dan warga
kampung Bojong. Terima kasih, semoga kita dapat terus menjaga
hubungan baik dan menjadi orang-orang yang sukses.
11. Anak KONS dan WACANA yang selalu memberikan support, saran, do’a
dan sudah mau direpotkan dengan menampung kami khususnya
SOMPLAK dikala sedang bingung dan membantu ketika UAS,UTS, dan
Tugas: Abyan, ilham, azmi, kak deby, Iqbal, eng, munzir, nico, harka,dan
aam. Terima kasih dan semoga kita dapat terus menjaga hubungan baik
dan dipermudah dalam segala urusan.
12. Teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik Lingkar Studi Ekonomi
Syariah (LiSEnSi) UIN Jakarta khususnya angkatan 2014 dan
kepengurusan 2017-2018, yang selalu memberikan support, doa, saran,
memberikan yang terbaik walaupun sibuk kuliah, memberikan pengalaman
yang sangat banyak dan tidak ada di organisasi lain yang selalu
xii
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................... 9
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuransi Syariah ....................................................................................................... 14
1. Pengertian Asuransi Syariah ................................................................................. 14
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah ...................................................................... 16
3. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah .......................................................................... 19
B. Structure-Conduct-Performance ............................................................................... 20
1. Teori Paradigma Structure-Conduct-Performance ............................................... 20
2. Struktur Pasar ........................................................................................................ 24
3. Konsentrasi ........................................................................................................... 30
4. Market Share (Pangsa Pasar) ............................................................................... 36
5. Kinerja................................................................................................................... 38
C. Structure-Conduct-Performance pada Industri Asuransi ....................................... 42
1. Struktur Pasar Perusahaan Asuransi di Negara Ghana ......................................... 42
2. Struktur Pasar dan Kinerja Asuransi Mobil Pribadi .............................................. 43
xiv
3. Struktur Pasar, Efisiensi, dan Kinerja Industri Asuransi Properti-Kewajiban di
Eropa ............................................................................................................................. 45
4. Struktur Pasar dan Profitabilitas Pasar Asuransi Kesehatan AS: Analisis Tingkat
Negara ........................................................................................................................... 46
D. Analisis Rasio Keuangan yang Mempengaruhi Kinerja ........................................... 49
E. Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja ................................................................. 49
F. Hubungan Rasio Keuangan dengan kinerja .............................................................. 51
G. Penelitian Terdahulu ................................................................................................. 52
H. Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 65
I. Hipotesis ................................................................................................................... 68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup penelitian .......................................................................................... 69
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................ 70
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................................... 72
D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................................ 73
1. Variabel Dependen ................................................................................................ 73
2. Variabel Independen ............................................................................................. 73
E. Metode Analisis data ................................................................................................. 77
F. Model Analisis .......................................................................................................... 80
G. Penentuan Model Estimasi ........................................................................................ 86
H. Tahap analisis data .................................................................................................... 88
1. Uji Chow (CEM vs FEM) ..................................................................................... 88
2. Uji Hausman (FEM vs REM) ............................................................................... 89
I. Uji hipotesis .............................................................................................................. 91
1. Uji-F ...................................................................................................................... 91
2. Uji-t ....................................................................................................................... 92
3. Koefisien Determinasi........................................................................................... 93
J. Kerangka Penelitian .................................................................................................. 95
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................................... 96
B. Analisis Deksriptif Statistik ...................................................................................... 99
C. Pemilihan Model Regresi Data Panel ..................................................................... 106
D. Hasil Uji Signifikan ................................................................................................ 111
xv
E. Hasil Estimasi Model .............................................................................................. 117
F. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................................. 123
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................................................ 129
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 129
B. Saran ....................................................................................................................... 132
LAMPIRAN ........................................................................................................ 140
xvi
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Jumlah Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 2
1.2 Total Aset Asuransi Syariah, Aset Asuransi Nasional dan Pangsa Pasar
(Market Share) Asuransi Syariah Di Indonesia Tahun 2011-2017 3
1.3 Total Kontribusi Bruto Asuransi Syariah, Kontribusi Bruto Asuransi
Nasional dan Pangsa Pasar (Market Share) Asuransi Syariah 2011-2016 4
1.4 Total Investasi Asuransi Syariah, Investasi Asuransi Nasional dan Pangsa
Pasar (Market Share) Asuransi Syariah 2011-2016 5
1.5 Rasio Keuangan Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2015-2016 7
2.1 Pengklasifikasi CR4 33
2.2 Pengklasifikasi Hirschman-Herfindhal Index (HHI) 35
2.3 Penelitian Terdahulu 53
3.1 Daftar Asuransi Jiwa Syariah yang Menjadi Sampel Penelitian 71
3.2 Operasional Variabel Dependen dan Independen Penelitian 74
4.1 Pangsa Pasar Asuransi dengan Prinsip Syariah 98
4.2 Data Pangsa Pasar Aset 10 Asuransi Jiwa Syariah Tahun 2012-2016 100
4.3 Data Herfindhal-Hirschman Index (HHI) Asuransi Jiwa Syariah di
Indonesia Tahun 2012-2016 101
4.4 Rasio ROA 10 Asuransi Jiwa Syariah Tahun 2012-2016 104
4.5 Rasio BOPO 10 Asuransi Jiwa Syariah Tahun 2012-2016 105
4.6 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model & Fixed Effect Model 107
4.7 Hasil Uji Chow 108
4.8 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model 109
4.9 Hasil Uji Hausman 110
4.10 Nilai Koefisian Variabel 118
4.11 Model Regresi Tiap Asuransi Jiwa Syariah Di Indonesia 119
4.12 Ikhtisar Hasil Regresi Hubungan Variabel Independen Terhadap Variabel
Dependen 124
xvii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 67
3.1 Kerangka Peneitian 95
4.1 Derajat Penguasaan Pasar 102
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Data Observasi 140
2. Output Fixed Effect Model 142
3. Output Random Effect Model 143
4. Output Common Effect Model 144
5. Uji Hausman 145
6. Uji Chow 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemunculan usaha perasurasian syariah tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan usaha perasurasian konvensional yang telah ada sejak lama.
Sebelum terwujudnya usaha perasurasian syariah, terdapat berbagai
macam perusahaan asuransi konvensional yang telah lama berkembang.
Jika ditinjau dari segi hukum perikatan Islam asuransi konvensional
hukumnya haram. Hal ini dikarenakan dalam operasional asuransi
konvensional mengandung unsur gharar (ketidakpastian), maysir
(spekulasi/gambling) dan riba (bunga).
Di zaman modern ini, keperluan terhadap asuransi semakin
meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan
internasional. Setiap individu yang membuka usaha perdagangan selalu
memerlukan perlindungan keselamatan dan jaminan kesejahteraan bagi
usahanya. Dengan hal itu, perlindungan asuransi pada hari ini dianggap
penting bagi keselamatan dan kesejahteraan baik untuk perusahaan
maupun individu.
Asuransi Syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat.
Persaingan bisnis Asuransi Syariah di Indonesia kian ramai dengan
bermunculannya pemain-pemain baru baik dari asuransi jiwa maupun
asuransi kerugian/umum dengan prinsip syariah. Sementara reasuransi
syariah juga mengalami perubahan komposisi, yaitu dari keseluruhan
perusahaan yang hanya berbentuk unit usaha syariah, menjadi ada satu
2
perusahaan yang berbentuk syariah (full syariah) dengan melakukan spin
off.
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Asuransi Syariah Di
Indonesia Tahun 2011-2017
Keterangan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Asuransi Jiwa Syariah 3 3 3 3 5 5 7
Asuransi Jiwa - US 17 17 17 18 19 20 23
Asuransi Umum Syariah 2 2 2 2 3 4 5
Asuransi Umum – US 18 20 24 23 25 24 25
Reasuransi Syariah 0 0 0 0 0 1 1
Reasuransi - Unit Syariah 3 3 3 3 3 2 2
Jumlah 43 45 49 49 55 56 63
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
*US = Unit Syariah
Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah Asuransi Syariah di
Indonesia relatif terus meningkat dari tahun ke tahun. Baik dari Asuransi
Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi dan Unit Syariah itu sendiri. Pada awal
tahun 2010 jumlah Asuransi Syariah di Indonesia yaitu sejumlah 43 dan
pada tahun 2017 ini bertambah menjadi sejumlah 63, dimana dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2017 jumlah Asuransi Syariah yang bertambah
yaitu 20 perusahaan Asuransi Syariah. Peraturan Pemerintah mengenai
modal minimum Asuransi, serta rencana beberapa perusahaan Asuransi
Syariah untuk melakukan spin-off sesuai peraturan undang-undang tentang
3
Perasuransian, maka dapat diprediksi bahwa hingga tahun-tahun ke depan
jumlah asuransi syariah akan terus bertambah.
Akan tetapi, perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dari segi jumlah perusahaan
Asuransi Syariah, namun masih terdapat masalah yang menjadikan tidak
mencapai potensi yang maksimal atau peforma terbaik indusri Asuransi
Syariah di Indonesia, diantaranya yaitu aset yang dimiliki Industri
Asuransi Syariah di Indonesia yang relatif kecil dibandingkan dengan aset
industri Asuransi Konvensional di Indonesia. Begitu juga pertumbuhannya
yang mengalami fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang
disajikan pada Tabel 1.2 yang menunjukkan yaitu:
Tabel 1.2 Total Aset Asuransi Syariah, Aset Asuransi Nasional, dan Pangsa
Pasar (Market Share) Asuransi Syariah di Indonesia 2011-2017
Tahun
Aset Asuransi
Syariah (dalam
Milyar)
Aset Asuransi Nasional
(Dalam Milyar)
MS Aset Asuransi
Syariah
(%)
2011 9,202 286,678 3.46
2012 13,239 346,940 3.81
2013 16,660 401,180 4.15
2014 22,364 440,831 5.07
2015 26,519 462,241 5.73
2016 33,244 501,115 6.6
Keterangan: MS = Market Share / Pangsa Pasar
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diolah
Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya
jumlah Asuransi Syariah di Indonesia, jumlah aset industri ini pun ikut
4
bertambah. Dari segi pangsa pasar (MS) mengalami peningkatan. Tercatat
jumlah aset Asuransi Syariah Indonesia pada tahun 2011 sebesar 3.46%
dan aset pada tahun 2016 sebesar 6.6% dalam pangsa pasar aset Asuransi
syariah .
Aset Asuransi Syariah pada tahun 2011-2016 mengalami
peningkatan dan penurunan (fluktuatif) dari segi pertumbuhan. Dilihat dari
selisih dari tahun ke tahun yang mengalami fluktuatif. Hal tersebut dapat
diprediksikan bahwa pada akhir tahun nanti aset Asuransi Syariah akan
turun sedikit atau naik sedikit. Untuk itu mari kita lihat dari sisi kontribusi
bruto merupakan menjadi salah satu variabel untuk melihat pangsa pasar
dari Asuransi Syariah pada Tabel 1.3 menunjukkan yaitu:
Tabel 1.3 Total Kontribusi Bruto Asuransi Syariah, Kontribusi Bruto
Asuransi Nasional, dan Pangsa Pasar (Market Share) Asuransi Syariah
2011-2016.
Tahun Kontribusi Bruto
Asuransi Syariah
(dalam milyar)
Kontribusi Bruto
Asuransi Nasional
(dalam milyar)
MS Kontribusi
Bruto Asuransi
Syariah
(%)
2011 4,972 132,820 3.74
2012 7,110 152,850 4.65
2013 8,880 116,410 7.62
2014 9,281 167,550 5.53
2015 10,489 160,035 6.55
2016 12,028 108,694 11.06
Keterangan: MS = Market Share / Pangsa Pasar
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diolah
5
Tabel 1.3 menunjukkan secara nominal, kontribusi bruto Asuransi
Syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dan tingkat
pertumbuhan rata-rata kontribusi bruto syariah ini fluktuatif. Terjadi
penurunan pada tahun 2014, kemudian meningkat di tahun 2015. Dan pada
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Pangsa Pasar (MS) yang mengalami
fluktuatif pada tahun 2014 yang menyatakan masih belum stabilnya
kontribusi bruto Asuransi Syariah baik dari segi pertumbuhan dan pangsa
pasar. Dan selanjutnya dilihat dari sisi Investasi. Investasi sangatlah
penting untuk perusahaan khususnya di sektor lembaga keuangan. Maka
dari itu apabila terjadi suatu permasalahan dari segi investasi cukup
mempengaruhi khususnya pada kinerja dari Asuransi Syariah .
Tabel 1.4 Total Investasi Asuransi Syariah, Investasi Asuransi
Nasional, dan Pangsa Pasar (MS) Asuransi Syariah 2011-2016
Tahun
Investasi
Asuransi Syariah
(dalam milyar)
Investasi
Asuransi Nasional
(dalam Milyar)
MS Investasi
Asuransi Syariah
(%)
2011 7,756 245,211 3.16
2012 11,328 279,795 4.04
2013 14,295 285,437 5.0
2014 19,457 382,100 5.09
2015 23,070 395,825 5.82
2016 28,807 389,200 7.4
Keterangan: MS = Market Share / Pangsa Pasar
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diolah
Investasi merupakan salah satu komponen penunjang
pertumbuhan Asuransi Syariah. Pada Tabel 1.4 menunjukkan bahwa
6
Investasi Asuransi Syariah mengalami peningkatan dari tahun 2011 yaitu
7.7 trilliun sampai tahun 2016 yaitu 28.8 trilliun. Akan tetapi,
pertumbuhan investasi asuransi syariah mengalami fluktuatif dari tahun
2011 hingga 2016. Jumlah investasi asuransi syariah di Indonesia pada
akhir tahun 2015 adalah sebesar Rp 23.07 trilliun dan 2016 menjadi Rp
28.8 trilliun, dapat disimpulkan bahwa investasi Asuransi Syariah
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dilihat dari selisih peningkatan
investasi dari tahun ke tahun.
Dilihat dari sisi aset dan investasi memiliki persamaan yaitu
mengalami peningkatan dari tahun 2011-2016, sedangkan kontribusi bruto
pada tahun 2014 mengalami penurunan tahun berikutnya mengalami
peningkatan kembali. Akan tetapi dari segi pertumbuhan dari tahun 2011-
2016 mengalami peningkatan dan penurunan (fluktuatif). Maka kinerja
merupakan salah satu hal suatu perusahaan sangatlah penting guna dalam
penunjang perkembangan Asuransi Syariah.
Peran Asuransi Syariah sebagai perusahaan yang bergerak dalam
bidang bisnis industri jasa harus lebih mengutamakan ta’awun. Industri ini
menjadi sangat penting ketika kinerja yang dihasilkan bernilai positif.
Profitabilitas sebagai proksi dari kinerja Asuransi Syariah akan berguna
untuk dapat dianalisis, termasuk didalamya yang menyebabkan
profitabilitas setiap Asuransi Syariah menjadi berbeda yang diduga
dipengaruhi struktur pasar, kemampuan efisiensi Asuransi Syariah dalam
7
menjalankan bisnisnya dan kemampuan Asuransi Syariah dalam
menawarkan produk yang bermacam-macam.
Selain itu profitabilitas sangat erat kaitannya dengan yang
namanya rasio keuangan yaitu Return of Assets yang dapat menunjukkan
kinerja dalam suatu perusahaan dan yang dapat mempengaruhi ROA itu
sendiri yaitu Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional. Pada
Tabel 1.5 menunjukkan yaitu:
Tabel 1.5 Rasio Keuangan Asuransi Syariah Indonesia Tahun 2015-2016
Sumber: Laporan keuangan masing-masing perusahaan, diolah
Pada Tabel 1.5 menunjukkan mengenai rasio keuangan yang
dapat menjadi tolak ukur dalam kinerja suatu perusahaan yaitu ROA dan
BOPO. Dimana pada tahun 2015-2016 masing-masing indikator memiliki
jumlah angka dalam persen yang jumlahnya cukup jauh diantara 6
perusahaan yang sudah full syariah yaitu terdiri dari 3 asuransi umum
Nama Perusahaan ROA BOPO
2015 2016 2015 2016
Asuransi Umum Syariah (Full Syariah)
PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) 4.26% 4.05% 0.23% 0.22%
PT. Asuransi Chubb Syariah Indonesia 36.1% 32.75% 1.13% 1.09%
PT. Asuransi Sonwelis Takaful 134.63% 93.89% 0.98% 1.01%
Asuransi Jiwa Syariah (Full Syariah)
PT. Asuransi Takaful Keluarga 11.61% 0.17% 89.74% 82.38%
PT. Asuransi Jiwa Syariah Al-Amin 0.06% 0.05% 0.90% 0.90%
PT. Asuransi Jiwa Syariah Amanah Jiwa Giri Artha -13.65% 0.08% 183.08% 148.21%
8
syariah dan 3 asuransi jiwa syariah. Pada Tabel 1.5 menunjukkan bahwa
terdapat angka-angka yang mengalami penurunan dan peningkatan pada
tahun 2015-2016 tersebut. Sehingga adanya ketimpangan yang cukup
besar antara perusahaan yang menyebabkan kurang adanya daya saing
dengan perusahaan yang mengalami penurunan dan nominal angka yang
cukup kecil dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki nominal yang
cukup besar. Dilihat dari pemaparan sebelumnya bahwa jumlah aset,
investasi dan kontribusi bruto asuransi syariah yang terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Perbedaan tingkat profit yang didapatkan oleh perusahaan yang
satu dengan perusahaan lain bisa disebabkan oleh beberapa hal, salah
satunya adalah keadaan struktur pasar. Menurut teori Structure-Conduct-
Performance (SCP) struktur pasar dapat mempengaruhi perusahaan yang
ada dan kemudian akan mempengaruhi kinerja dari perusahaan. Sebagai
suatu industri, perilaku perusahaan asuransi tidak akan terlepas dari
struktur pasar dimana perusahaan tersebut beroperasi. Terdapat beberapa
hipotesis di dalam teori (SCP) yang menjelaskan bagaimana struktur pasar
dapat mempengaruhi profit perusahaan. Beberapa hipotesis tersebut
diantaranya adalah hipotesis SCP tradisional.
Hipotesis SCP tradisional menyatakan bahwa profit tinggi sebuah
perusahaan diakibatkan karena perusahaan memiliki kekuatan pasar yang
tinggi untuk memberikan “monopoly prices” terhadap konsumen.
9
Tingginya kekuatan pasar tersebut diakibatkan oleh konsentrasi pasar yang
tinggi sehingga terjadi tindakan kolusi antar perusahaan besar.
Dari beberapa jenis asuransi syariah yaitu asuransi jiwa syariah,
asuransi umum syariah, dan reasuransi syariah maupun yang unit.
Asuransi Jiwa Syariah memiliki jumlah aset yang cukup besar dan tingkat
konsentrasi sehingga sedikit banyaknya memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap perkembangan maupun pertumbuhan pada asuransi syariah
itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin membuat
penelitian lebih jauh mengenai pengaruh pangsa pasar dan konsentrasi
pasar industri Asuransi Syariah di Indonesia yang merupakan proksi
struktur pasar terhadap profitabilitas industri Asuransi Syariah di Indonesia
yang merupakan kinerja, yang dituangkan dalam sebuah skripsi dengan
judul “Analisis Struktur Pasar Pada Profitabilitas Industri Asuransi
Jiwa Syariah”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. Secara angka nominal baik aset, kontribusi bruto, dan investasi
Asuransi Syariah masih sangat kecil dibandingkan dengan aset,
kontribusi bruto, dan investasi Asuransi Konvensional, selain itu
kecilnya pangsa pasar Asuransi Syariah dalam industri Asuransi di
10
Indonesia mengindikasi bahwa Asuransi Syariah belum mempunyai
daya saing yang baik jika dihadapkan dengan Asuransi Konvensional.
2. Pada Tabel 1.5 menunjukkan bahwa beberapa perusahaan asuransi
syariah di Indonesia yang sudah full syariah baik asuransi jiwa maupun
umum mengalami ketimpangan yang berbeda baik dari ROA dan
BOPO dalam jangka 2 tahun antar perusahaan Asuransi Syariah yaitu
pada tahun 2015-2016 yang mengindikasi bahwa apakah hipotesis yang
sesuai yang dapat diterapkan pada perusahaan Asuransi Syariah di
Indonesia jika dilihat dari jumlah aset, investasi, dan kontribusi bruto
yang meningkat.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman yang akan terjadi
terhadap masalah-masalah yang akan dibahas pada penelitian ini,
maka untuk memfokuskan masalah-masalah yang akan diteliti dan
untuk memperoleh hasil yang optimal, diperlukan perumusan dan
pembatasan masalah. Penulis hanya akan meneliti masalah struktur
pasar serta pengaruhnya terhadap profitabilitas yang merupakan
proksi kinerja dengan beberapa variabel yang mempengaruhi
profitabilitas untuk industri Asuransi Syariah di Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah yang sudah disebutkan dan
dijelaskan, berikut perumusan masalah yang akan dikaji adalah:
11
Apakah struktur pasar berpengaruh terhadap profitabilitas industri
Asuransi Syariah di Indonesia yang diproksikan sebagai berikut:
a. Apakah market share berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) secara parsial?
b. Apakah Hirschman-Herfindhal Index (HHI) berpengaruh
terhadap profitabilitas (ROA) secara parsial?
c. Apakah market share x Hirschman-Herfindhal Index
(MSHHI) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) secara
parsial?
d. Apakah BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
secara parsial?
e. Apakah MS, HHI, MSHHI dan BOPO berpengaruh
terhadap profitabilitas (ROA) secara simultan?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dirumuskan, maka
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari struktur pasar
terhadap profit perusahaan Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia. Hasil
penelitian akan berguna sebagai saran bagi kebijakan mengenai
struktur pasar dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan
asuransi jiwa syariah di Indonesia agar perusahaan asuransi jiwa
syariah dapat melakukan fungsinya sebagai lembaga pengelola risk
12
sharing dan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi negeri
dengan baik.
2. Manfaat
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan sebagai berikut:
a. Penelitian ini dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan
khususnya dibidang industri Asuransi Syariah bagi peneliti
pribadi maupun pembaca.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran kondisi
keadaan pangsa pasar industri Asuransi Syariah di Indonesia.
c. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran
bagaimana kondisi struktur pasar industri Asuransi Syariah,
serta variabel pendukung setiap Asuransi Syariah yang dapat
mempengaruhi kinerja dalam industri Asuransi Syariah di
Indonesia.
d. Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi peneliti
yang ingin mengadakan penelitian selanjutnya yang sejenis.
e. Penelitian yang sudah ada hanya mengenai Asuransi Jiwa yang
bukan Syariah dan belum ada penelitian mengenai struktur
pasar terhadap profitabilitas Asuransi Syariah.
13
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang: latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang: Asuransi Syariah, teori structure-conduct-
performance, structure-conduct-performance pada industri asuransi,
Analisis rasio keuangan yang mempengaruhi kinerja, Hubungan struktur
pasar dengan kinerja, Hubungan rasio keuangan dengan kinerja, penelitian
terdahulu dan kerangka pemikiran.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang: ruang lingkup penelitian, populasi dan
sampel penelitian, metode pengumpulan data, operasional variabel
penelitian, metode analisis data, penentuan model estimasi, tahap analisis
data, uji hipotesis dan kerangka penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang: gambaran umum objek penelitian, analisis
deskriptif, pemilihan model regresi data panel, hasil uji signifikan, hasil
estimasi model, analisis hasil regresi, hasil pengujian hipotesis, dan
interpretasi hasil.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam Ensiklopedia Hukum Islam disebutkan bahwa: “Asuransi adalah
transaksi perjanjian antara dua belah pihak, pihak pertama berkewajiban
membayar iuran dan pihak lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya
kepada pembayar iuran, jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai
dengan perjanjian yang dibuat (Ali,2004:105).
Pengertian asuransi syariah dalam pengertian mu’amalah adalah saling
memikul resiko di antara sesama manusia sehingga antara satu dengan yang lain
menjadi penanggung atas resiko yang lainnya, saling pikul resiko ini dilakukan
atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana yang ditujukan untuk menanggung resiko tersebut (Syakir
Sula,2004:1).
Para ulama juga mengatakan bahwa sistem asuransi adalah sebuah sistem
ta’awun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian, peristiwa-
peristiwa atau musibah. Tugas ini dibagikan kepada sekelompok tertanggung
dengan cara memberikan santunan kepada orang yang tertimpa musibah.
Santunan tersebut diambil dari kumpulan dana kebajikan.
Asuransi syariah bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan asas
saling tolong menolong dan menjamin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban.
Dengan demikian asuransi dilihat dari segi teori dan sistem tanpa melihat sarana
15
atau cara-cara kerja dalam merealisasikan sistem dan mempraktekkan teorinya
sangat relevan dengan tujuan umum syariah dan diserukan oleh dalil-dalil.
Dikatakan demikian karena asuransi dalam arti tersebut adalah sebuah gabungan
menghilangkan atau meringankan kerugian yang tertimpa sebagian mereka.
Dewan Syariah Nasional MUI dalam fatwa DSN No.21/DSNMUI/III/2002
tentang pedoman umum asuransi syariah mendefinisikan usaha saling tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Oleh sebab itu premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas biaya, tabungan dan tabarru’. Akad yang
sesuai dengan syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur gharar, maisir,
dan riba. Dalam asuransi syariah dikenal dua jenis akad yakni: yang pertama
adalah akad tijarah (semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial),
dan yang kedua adalah akad tabarru’ (semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebajikan dan tolong menolong, bukan semata-mata untuk tujuan
komersial). Dalam akad tijarah perusahaan bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dan peserta bertindak sebagai shahibul mal atau pemegang polis.
Sedangkan dalam akad tabarru’ peserta memberikan hibah yang akan digunakan
untuk menolong peserta lain yang terkena musibah, dan perusahaan bertindak
sebagai pengelola dana hibah. Jenis akad tijarah dapat dirubah menjadi jenis akad
tabarru’ apabila pihak yang tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya
16
sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
Sedangkan jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi akad tijarah
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Ajaran Islam sangat mengharuskan umatnya untuk saling tolong-menolong,
saling bertanggung jawab dan saling menanggung satu dengan yang lainnya atas
musibah yang diderita saudaranya, agar tercipta kehidupan yang harmoni. Saling
menanggung antar umat manusia merupakan dasar pijakan kegiatan manusia
sebagai makhluk sosial. Asuransi syariah menekankan pada kepentingan bersama
atas dasar persaudaraan dan bukan sebaliknya. Karena asuransi syariah ditegakan
atas prinsip-prinsip saling bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling
membantu dan saling melindungi penderitaan. Hal ini menjadi dasar hukum
asuransi syariah, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Maidah ayat 2
bahwa:
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
“(Q.s AL-Maidah : 2).
Sedangkan Undang-undang dan peraturan pemerintah yang mengatur
asuransi dan perusahaan asuransi di Indonesia merupakan produk hukum
pemerintah yang harus ditaati oleh umat Islam selama tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an dan Hadist Nabi, diantaranya :
A. Peraturan perasuransian telah diatur dalam pasal 1774 Kitab Undang
undang Hukum Perdata. Asuransi digambarkan secara umum dalam
17
suatu persetujuan untung-untungan yaitu suatu perbuatan yang hasilnya,
mengenai untung ruginya baik untuk semua pihak maupun beberapa
pihak tergantung pada suatu kejadian yang belum tentu.
B. Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian,
dijelaskan bahwa Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
C. Peraturan Pemerintah RI No. 73 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan
usaha perasuransian adalah sebagai berikut (pasal 1 ayat 1 dan 2):
1) Perusahaan asuransi adalah perusahaan asuransi kerugian dan
perusahaan asuransi jiwa.
2) Perusahaan penunjang asuransi adalah perusahaan pialang asuransi,
perusahaaan pialang reasuransi, perusahaan agen asuransi,
perusahaan penilaian kerugian asuransi, dan perusahaan konsultan
aktuaria.
D. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 224/KMK.017/1993. Tentang
kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi,
yaitu pasal 3 ayat 1 : Kekayaan yang diperkenankan sebagaimana
18
dimaksudkan dalam pasal 11 ayat 2 PP No. 73 Tahun 1992 adalah
kekayaan yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi.
E. Surat Keputusan MUI No. Kep-754/MUI/11/99 Tanggal 10 Februari
1999 tentang pembentukan Dewan Syariah Nasional MUI.
F. Surat Depkeu RI Ditjen Lembaga Keuangan No. S.6005/LK/2000
Tanggal 1 Desember 2000 perihal laporan program asuransi jiwa baru.
Peraturan perundangan yang dipakai sebagai dasar acuan pembinaan
dan pengawasan atau usaha perasuransian di Indonesia saat ini terdiri
atas :
1) Peraturan pemerintah RI No. 63 Tahun 1999 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan
usaha perasuransian Presiden RI.
2) Keputusan Menteri Keuangan, masing-masing :
No.142/KMK.06/2003 Tanggal 30 September 2003 tentang
penilaian kemampuan dan kepatuhan bagi direksi dan komisaris
perusahaan asuransi.
No.422/KMK.06/2003 Tanggal 30 September 2003 tentang
penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi.
No.423/KMK.06/2003 Tanggal 30 September 2003 tentang
pemeriksaan perusahaan asuransi.
No.424/KMK.06/2003 Tanggal 30 September tentang kesehatan
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.
19
No.425/KMK.06/2003 Tanggal 30 September tentang perizinan
dan penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha
asuransi.
No.426/KMK.06/2003 Tanggal 30 September tentang perizinan
usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi.
3. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
Allah memerintahkan umatnya untuk berusaha dan berdoa serta
menyembah kepada-Nya, karena segala yang ada dimuka bumi beserta isinya
hanyalah milik Allah-lah yang maha kaya maha segalanya. Beberapa prinsip
Asuransi Syariah yang harus dijadikan pedoman dalam mewujudkan
kesejahteraan sesama peserta asuransi adalah sebagai berikut (Ali, 2008: 24-
28):
a. Saling bertanggung jawab, tanggung jawab setiap muslim merupakan
kewajiban. Tanggung jawab yang dimaksud, dapat muncul dari adanya
sikap saling menyayangi, saling mencintai, saling membantu, dan
saling meningkatkan kebersamaan sesama muslim.
b. Saling bekerja sama dan saling membantu, kerja sama dimaksud
adalah saling menguntungkan atau saling menanggung risiko. Islam
mengajarkan betapa pentingnya kerja sama di antara warga masyarakat
dalam banyak hal. Misalnya, diungkapkan bahwasanya bilamana
seseorang berutang untuk hal yang baik, kemudian tidak mampu untuk
20
melunasinya maka menjadi kewajiban umat islam untuk membantu
membayarnya secara bersama-sama.
c. Saling melindungi, yaitu orang yang kuat melindungi yang lemah,
orang kaya melindungi orang miskin, pemerintah menjadi pelindung
terhadap kesejahteraan dan keamanan rakyatnya.
d. Mewujudkan keselamatan, keselamatan yang dimaksud bersifat
komprehensif sehingga setiap warga masyarakat islam harus memiliki
pemikiran untuk saling menolong dan bekerja sama atau memiliki
prinsip yang dapat menumbuhkan perasaan dan pemikiran saling
menolong.
Adapun mengenai wujud dari kepentingan yang dapat di asuransikan
tersebut dapat berupa harta benda maupun jiwa atas seseorang. Misalnya
saja seseorang memiliki tempat usaha dan suatu ketika orang tersebut
mengalami kerugian karena tempat usaha yang ia miliki mengalami
kebakaran, maka dalam hal ini orang tersebut memiliki kepentingan yang
dapat di asuransikan.
B. Structure-Conduct-Performance
1. Teori Paradigma Structure-Conduct-Performance
Paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP) merupakan sebuah
pemikiran yang digunakan untuk menghubungkan elemen-elemen seperti struktur,
perilaku dan kinerja dalam industri. Struktur (structure) berhubungan dengan
struktur pasar yang biasa didefinisikan sebagai konsentrasi pasar. Rasio
konsentrasi pasar ini digunakan untuk mengukur distribusi pangsa pasar dalam
industri tertentu. Perilaku (conduct) merupakan tindakan yang dilakukan
21
perusahaan untuk dapat bertahan dalam industri. Perilaku ini bersifat persaingan
atau kerjasama (collusive), biasanya berhubungan dengan penetapan harga iklan
dan produksi. Sedangkan kinerja (performance) merupakan ukuran tingkat
efisiensi sosial yang biasanya didefinisikan sebagai rasio market power. Semakin
besar kekuatan pasar maka semakin rendah efisiensi sosialnya. Ukuran kinerja
lainnya dalam paradigma ini adalah keuntungan perusahaan.
Dalam penelitian ini keuntungan merupakan variabel yang digunakan
sebagai proksi kinerja perbankan. Pada perusahaan Asuransi Syariah juga terdapat
keuntungan sehingga teori SCP ini dapat diterapkan pada perusahaan Asuransi
Syariah (Martin, 1988:90).
Paradigma SCP ini didasarkan pada beberapa hipotesis yaitu:
a. Struktur mempengaruhi perilaku
Semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar maka akan semakin rendah
tingkat persaingan.
b. Perilaku mempengaruhi kinerja
Semakin tinggi tingkat kompetisi maka akan semakin rendah market
power atau semakin rendah tingkat keuntungan.
c. Struktur mempengaruhi kinerja
Semakin rendah tingkat konsentrasi pasar maka semakin rendah tingkat
kolusi yang akan terjadi, atau semakin tinggi tingkat persaingan maka akan
membuat semakin rendah market power-nya.
Hasil ketiga hipotesis di atas, menunjukkan struktur pasar mempengaruhi
kinerja perusahaan dalam suatu industri. Pada awalnya, paradigma SCP
22
merupakan salah satu pendekatan dalam mengkaji pembentukan organisasi
industri. Namun dalam perkembangannya kerangka SCP telah menjadi kerangka
umum pendekatan kajian organisasi industri (Carlton dan Perloff, 2000:115).
Model-model mikro ekonomi yang digunakan untuk menjelaskan berbagai
interaksi yang kompleks antar komponen dalam kerangka SCP. Model
mikroekonomi yang berlaku dapat berbeda antara satu industri dengan industri
lainnya sehingga model mana yang berlaku lebih merupakan masalah empiris.
Pendekatan SCP pertama kali diperkenalkan oleh Edward S. Mason dan
dikembangkan oleh muridnya Joe S. Bain dari Harvard University pada tahun
1940an dan 1950an. Pendekatan yang dikenal dengan pendekatan struktural ini
mempunyai postulat bahwa kinerja (performance) secara linier ditentukan oleh
perilaku (conduct) perusahaan yang berada dalam suatu industri dan perilaku
ditentukan oleh struktur pasar (structure) dimana perusahaan itu berada
(Lipczynski, Wilson, Goddard, 2005:62).
Paradigma SCP yang dikembangkan oleh Bain tahun 1951 merupakan
sebuah teori organisasi dan hanya digunakan dalam industri manufaktur di
Amerika. Setelah itu teori SCP mulai digunakan dalam industri perbankan dengan
tujuan untuk melihat hubungan antara struktur pasar dengan kinerja bank.
Menurut Gilbert (1984) beberapa kajian yang meneliti tentang
penggabungan beberapa bank (merger) pada tahun 60-an di Amerika telah
mengakibatkan peningkatan konsentrasi pasar (market concentration) karena bank
mampu menguasai pasar, sehingga dapat meningkatkan keuntungannya.
Selanjutnya kajian dengan menggunakan paradigma SCP yang dilakukan oleh
23
Caves pada tahun 1967 (Sarita,2006:56) mendapati hasil temuan bahwa semakin
tinggi tingkat konsentrasi pasar dalam industri perbankan, akan menghalangi
masuknya pesaing baru dalam pasar industri. Di samping itu, peningkatan
konsentrasi pasar yang terjadi akan mempengaruhi perilaku bank yaitu dengan
melakukan kesepakatan di antara bank dalam industri (tindakan kolusif) seperti
adanya kebijakan penetapan harga, sehingga bank yang terlibat dalam
kesepakatan ini akan dapat meningkatkan kinerjanya.
Menurut Hannan (1991) dan Lucey (1995) dalam penelitiannya juga
menegaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara struktur pasar dengan
kinerja, hal ini terjadi karena perusahaan oligopoli dalam industri melakukan
kesepakatan kebijakan penetapan harga. Akibatnya, perusahaan-perusahaan
tersebut mampu menguasai pangsa pasar yang lebih besar, dan secara tidak
langsung akan memperoleh ekonomi yang lebih besar juga.
Teori Structure Conduct Performance (SCP) meyakini bahwa struktur
pasar akan mempengaruhi kinerja suatu industri. Aliran ini didasarkan pada
asumsi bahwa struktur pasar akan mempengaruhi perilaku dari perusahaan yang
pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri secara agregat
seperti yang diungkapkan oleh Gilbert (1984). Dari sudut pandang persaingan
usaha, struktur pasar yang terkonsentrasi cenderung berpotensi untuk
menimbulkan profit. Perusahaan bisa memaksimalkan profit (P>MC) karena
adanya market power, sesuatu yang lazim terjadi untuk perusahaan dengan pangsa
pasar yang sangat dominan (dominant position).
24
Menurut Burgess ( Kv dan Deb, 2008: 119), untuk menganalisis industri
perbankan dibutuhkan variabel-variabel yang relevan dengan industri perbankan
yang diamati yang memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri
pada umumnya. Sehingga Burgess mengembangkan apa yang dikemukakan oleh
Michael R. Baye (2006), yaitu bahwa hubungan antara structure-conduct-
performance sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar masing-masing perusahaan.
Berikut variabel-variabel nya:
a. Kondisi dasar, meliputi sejarah, hukum/perundang-undangan, teknologi,
serta elastisitas permintaan dan penawaran.
b. Strukntur, meliputi variabel konsentrasi, skala ekonomi, hambatan masuk,
dan diferensiasi produk.
c. Perilaku meliputi branch network, spread, Non Performing Assets (NPA),
metro Branches, staff, deversification, advertising, financing, merger, dan
pengeluaran efficiency.
d. Kinerja meliputi Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),
stabilitas, profitabillitas per cabang, produktivitas per cabang, allocative
efficiency, technical efficiency, dan X-efficiency.
2. Struktur Pasar
Menurut Gwin, mendefinisikan struktur sebagai struktur pasar dalam
industri yang mengindikasikan derajat persaingan dalam industri. Lipcyznski,
dkk, menyatakan bahwa struktur pasar dalam industri cenderung berubah
secara perlahan-lahan, bahkan dapat dianggap tetap atau relatif permanen
dalam jangka pendek (Arsyad dan Kusuma, 2014:98). Struktur pasar
25
menunjukkan karakteristik pasar, seperti elemen jumlah pembeli dan penjual,
keadaan produk, keadaan pengetahuan penjual dan pembeli serta keadaan
rintangan pasar. Perbedaan pada elemen-elemen itu akan membedakan cara
masing-masing pelaku pasar dalam industri berperilaku yang pada gilirannya
akan menentukan perbedaan kinerja pasar yang terjadi (Teguh, 2010:15-16).
Secara umum keadaan struktur pasar suatu industri dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian besar, yaitu struktur pasar persaingan
sempurna dan struktur pasar persaingan tidak sempurna. Struktur pasar
persaingan sempurna sering juga disebut persaingan murni. Selanjutnya,
struktur pasar persaingan tidak sempurna dapat terdiri dari struktur pasar
persaingan monopolistik, oligopoli, dan monopoli (Teguh, 2010:29).
Berikut adalah uraian keadaan struktur pasar industri yang dicirikan oleh
suasana persaingan sempurna dan suasana persaingan tidak sempurna.
a. Pasar Persaingan Sempurna
Dalam pasar yang dikarakterisasikan oleh persaingan sempurna, ada banyak
perusahaan, masing-masing relatif kecil terhadap keseluruhan pasar.
Perusahan memiliki akses terhadap teknologi yang sama dan menghasilkan
produk yang serupa sehingga tidak ada perusahaan yang memiliki
keunggulan nyata dari perusahaan lain dalam industri. Perusahaan dalam
pasar persaingan sempurna tidak memiliki kekuatan pasar, yakni tidak ada
perusahaan tunggal yang memiliki dampak yang tampak pada harga pasar,
kuantitas, ataupun kualitas produk yang diproduksi di pasar. Dalam
26
persaingan sempurna, rasio konsentrasi cenderung mendekati nol. (Bayed an
Prince, 2016:250).
Setiap perusahaan sejenis dapat secara bebas untuk keluar atau
memasuki pasar. Mobilitas perusahaan untuk keluar atau memasuki pasar
tidak memerlukan ongkos sehingga sumber-sumber ekonomi dapat
berpindah-pindah tanpa ada rintangan. Disamping itu, pada struktur pasar
persaingan sempurna, produsen hanya memperoleh keuntungan normal,
yaitu harga jual (P) adalah sama dengan biaya produksi rata-rata (Teguh,
2010:42)
b. Pasar Persaingan Monopolistik
Dalam pasar yang dikarakterisasikan oleh persaingan
monopolistik, ada banyak perusahaan dan konsumen, seperti persaingan
sempurna. Oleh karena itu, ukuran konsentrasi mendekati nol. Namun,
tidak seperti dalam persaingan sempurna, setiap perusahaan memproduksi
produk yang sedikit berbeda dari produk yang dihasilkan perusahaan lain.
Mereka yang mengelola restoran dalam suatu kota yang terdiri atas
sejumlah toko makanan beroperasi dalam industri persaingan monopolistik
(Baye an Prince, 2016:250).
Suatu perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik memiliki
kendali tertentu atas harga yang dibebankan terhadap produk itu. Dengan
menaikkan 22 harga, beberapa konsumen akan tetap setia terhadap
perusahaan karena preferensi pada karakteristik tertentu produknya. Akan
tetapi, beberapa konsumen akan beralih ke merk lain. Atas alasan ini,
27
perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik menghabiskan cukup
banyak dana untuk iklan dalam usaha meyakinkan konsumen bahwa
mereknya lebih baik daripada merek lain. Ini mengurangi jumlah
konsumen yang beralih ke merek lain karena naiknya harga (Baye dan
Prince, 2016:250).
Ada perbedaan yang nyata pada perilaku dan kinerja pasar antara
industri yang berstruktur pasar persaingan monopolistik dengan industri
yang berstruktur pasar persaingan sempurna, yaitu diperkenalkannya
diferensiasi produk yang dijual oleh setiap perusahaan industri persaingan
monopolistik di dalam pasar ternyata telah memberikan kekuatan ekstra
monopoli kepada produsen yang bersangkutan. Selanjutnya, keuntungan
total perusahaan bertambah sejalan dengan meningkatnya kemampuan
produsen untuk memperluas bagian pasarnya melalui keunggulan produk
yang dimilikinya (Teguh, 2010:41).
c. Pasar Oligopoli
Dalam pasar persaingan oligopoli, sedikit perusahaan besar cenderung
mendominasi pasar (Baye dan Prince, 2016:250). Perusahaan dalam
industri yang terkonsentrasi tinggi, seperti industri penerbangan, mobil,
dan kedirgantaraan beroperasi dalam pasar oligopoli (Teguh, 2010:48).
Industri oligopoli, secara umum memiliki ciri sebagai berikut (Naylah,
2010:48):
1) Di dalam pasar terdapat sejumlah kecil perusahaan yang menguasai
pasar.
28
2) Produk yang dihasilkan adalah homogen atau diferensiasi produk.
3) Produsen adalah sebagai penentu harga (price maker atau price
setter).
4) Adanya rintangan bagi perusahaan untuk keluar atau memasuki pasar.
5) Produsen memaksimumkan keuntungan.
Ketika satu perusahaan dalam pasar oligopoli mengubah harga atau
strategi pemasarannya, tidak hanya labanya tetapi laba perusahaan lain
dalam industri juga terpengaruh. Akibatnya, ketika satu perusahaan dalam
oligopoli mengubah perilaku, perusahaan-perusahaan lain dalam industri
memiliki insentif untuk bereaksi terhadap perubahan dan mengubah
perilakunya sendiri. Jadi, fitur pembeda dari pasar oligopoli adalah saling
ketergantungan mutual antara perusahaan-perusahaan dalam industri.
Joe S. Bain membuat batasan jumlah perusahaan yang menguasai
beberapa bagian pasar dan menggolongkannya menjadi beberapa tipe
oligopoli :
1) Tipe I
Tipe ini disebut sebagai oligopoli penuh atau konsentrasi sangat tinggi.
Dalam tipe ini terdapat 3 perusahaan yang menguasai sebesar 87% dari
total penawaran output atau 8 perusahaan yang menguasai 99% total
penawaran output.
2) Tipe II
Pada tipe ini merupakan tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi tinggi.
29
Dalam tipe ini terdapat 4 perusahaan yang menguasai sebesar 65 %–75 %
total penawaran output atau 8 perusahaan besar yang menguasai 85 %–90 %
total penawaran output atau terdapat 20 perusahaan yang menguasai 95 %.
3) Tipe III
Dalam tipe ini merupakan tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi yang
moderat tinggi. Dalam tipe ini terdapat 4 perusahaan besar yang
menguasai sekitar 50 %-65 % total penawaran output atau 20 perusahaan
yang menguasai 95 % penawaran output.
4) Tipe IV
Pada tipe oligopoli ini tingkat konsentrasi moderat rendah. Pada tipe ini
terdapat 4 perusahaan besar yang menguasai 38 % - 50 % penawaran
output, 8 perusahaan besar yang menguasai 65% atau 20% perusahaan
besar yang menguasai 70 % penawaran output.
d. Pasar Monopoli
Pemonopoli adalah perusahaan yang merupakan produsen tunggal dan
barang atau jasa pada pasar yang relevan. Misalnya, kebanyakan
perusahaan fasilitas umum merupakan penyedia tunggal listrik dan gas
alam di suatu kota. Beberapa kota memiliki pom bensin tunggal atau
bioskop yang melayani seluruh pasar lokal. Semuanya termasuk monopoli
(Baye dan Prince, 2016:250).
Ketika ada penyedia tunggal barang dan jasa di suatu pasar, ada
kecenderungan penjual untuk mengapitalisasi posisi monopoli dengan
membatasi produksi dan membebankan harga di atas biaya marginal.
30
Karena tidak ada perusahaan lain di pasar, konsumen tidak dapat beralih
ke produsen lain, apabila harga lebih tinggi. Akibatnya, konsumen hanya
dapat membeli sebagian dari produk itu pada harga yang lebih tinggi atau
tidak membelinya. Dalam pasar monopoli, ada konsentrasi ekstrem, adalah
satu (Baye dan Prince, 2016:250).
Ada banyak cara yang dapat ditempuh pemerintah dalam
pengaturan monopoli. Misalnya, dengan membuat undang-undang anti
monopoli (anti-trust law), yang membatasi dan mengatur kemampuan
perusahaan untuk memiliki daya monopoli yang besar. Kadang-kadang,
karena alasan ideologis, monopoli tidak terhindarkan. Untuk itu,
perusahaan-perusahaan yang diberi hak monopoli harus berada di bawah
kontrol pemerintah, dengan cara menempatkan saham pemerintah sebagai
bagian terbesar dari saham perusahaan. Di Indonesia hal tersebut
dilakukan lewat penyertaan saham pemerintah untuk beberapa industri
strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak (pasal 33 Undang-
undang Dasar 1945) Pertamina, PT. Telkom, PLN, Perusahaan Air Minum
dan Perusahaan Transportasi Kereta Api adalah 25 contoh dari beratus-
ratus badan usaha milik pemerintah (pusat dan daerah) yang memiliki daya
monopoli karena legalitas (legal monopolies) (Rahardja dan Manurung,
2006:199).
3. Konsentrasi
Konsentrasi industri merefleksikan seberapa penting peran dan sejumlah
perusahaan terbesar (umumnya sekitar 4 hingga 8 perusahaan) dalam suatu pasar
31
atau industri. Konsentrasi industri merupakan kriteria yang utama dan umum
digunakan untuk menganalisis struktur pasar di suatu industri merupakan kriteria
yang utama dan umum digunakan untuk menganalisis struktur pasar di suatu
industri. Menurut Church dan Ware, 2000 dan lipczynski,dkk.,2005, konsentrasi
industri mengacu pada jumlah dan distribusi ukuran perusahaan. Dalam hal ini,
semakin sedikit jumlah perusahaan yang ada didalam pasar dan semakin besar
ukuran perusahaan-perusahaan tersebut relatif terhadap ukuran seluruh perusahaan
dalam industri (biasanya ditunjukkan dengan share penjualan yang semakin
tinggi), maka tingkat konsentrasi industri cenderung menjadi semakin tinggi
(Arsyad dan Kusuma, 2014:98-99).
Apabila tingkat konsentrasi dalam suatu industri tinggi, maka tingkat
persaingan antar perusahaan dalam industri rendah, dengan demikian struktur
pasarnya mengarah ke bentuk monopoli. Sebaliknya, apabila tingkat
konsentrasinya rendah maka struktur pasarnya mengarah ke bentuk oligopoli
karena tingkat persaingan antar perusahaan dalam industrinya semakin tampak
(Naylah,2010:50-51).
Indikator yang umum digunakan untuk mengukur konsentrasi pasar, antara lain
(Arsyad dan Kusuma,2014:108):
a. Rasio Konsentrasi
Rasio konsentrasi adalah share pencapaian N perusahaan terbesar dalam
suatu industri terhadap total pencapaian industri. Pencapaian industri dalam
definisi tersebut merefleksikan ukuran dari perusahaan yang bisa diwakili dengan
indikator nilai penjualan, aset, atau tenaga kerja. Rasio kosentrasi untuk N
32
perusahaan terbesar dapat dihitung secara sederhana dengan menjumlahkan
pangsa pasar N perusahaan tersebut. Jika CRN adalah rasio konsentrasi untuk N
perusahaan tersebar, sementara Si adalah pangsa pasar perusahaan I (share
pencapaian perusahaan I per pencapaian total industri), dimana i = 1, 2,…, N
dengan S1≥S2 ≥ S3 ≥ … ≥ SN, maka CRN dapat dirumuskan sebagai berikut:
CRN = S1 + S2 + S3 + SN + … + SN
Nilai CRN dapat memberikan gambaran tentang peran N-perusahaan
terbesar yang ada dalam industri. Rasio konsentrasi berkisar antara nol hingga
satu dan bisa dinyatakan dalam persentase. Nilai konsentrasi yang semakin
mendekati 0 mengindikasi pangsa pasar dan peran sejumlah N perusahaan
terbesar yang semakin kecil dalam industri nya. Sebaliknya, angka rasio
konsentrasi yang semakin mendekati 1 mengindikasi pangsa pasar dan peran
sejumlah N perusahaan terbesar yang semakin besar dalam industrinya.
Menurut Gwin, 2000, rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar dalam suatu
industri (CR4) merupakan rasio konsentrasi yang paling sering dipakai dalam
pengukuran. Gwin, memaparkan klasifikasi umum pencapaian CR4 yang
mengaitkan CR4 dengan karakteristik struktur pasar. Industri dengan rasio
konsentrasi minimum (nol) digolongkan ke dalam industri dengan karakteristik
structural pasar persaingan sempurna. Sementara itu, industri dengan rasio
maksimum (satu) digolongkan dalam industri dengan karakteristik struktural
monopoli. Rasio konsentrasi (CRN) merupakan alat pengukur konsentrasi industri
yang paling sederhana karena hanya memerlukan data sejumlah N perusahaan
terbesar saja dalam pengukurannya (Arsyad dan Kusuma, 2014:109).
33
Tabel 2.1 Pengklasifikasi CR4
b. Herfindahl Hirschman Index (HHI)
Herfindahl Hirschman Index (HHI) adalah jenis ukuran konsentrasi lain
yang cukup penting. Indeks Herfindhal didefinisikan sebagai jumlah
pangkat dua pangsa pasar dari seluruh perusahaan yang ada dalam industri
dan diformulasikan yaitu:
HII = P12 + P2
2 + P3
2 + … + Pn
2
Nilai H akan berkisar dari nol hingga satu. Nilai H akan sama dengan 1/n
jika terdapat n perusahaan yang mempunyai ukuran yang sama. Jika H mendekati
nol, maka akan berarti terdapat sejumlah besar perusahaan dengan ukuran usaha
yang hampir sama dalam industri, dan konsentrasi pasar adalah rendah.
Sebaliknya, industri bersifat monopoli jika H sama dengan satu. Semakin tinggi H,
semakin tinggi distribusi ukuran dari perusahaan. The Federal Trade and
Nilai CR4 (%) Kategori Interprestasi terkait struktur pasar
CR4 = 0 Minimum Persaingan Sempurna
0 < CR4 < 40 Rendah Persaingan efektif atau persaingan
monopolistik
40 ≤ CR4 < 60 Menengah ke
bawah
Persaingan monopolistik atau oligopoli
longgar
60 ≤ CR4 < 90 Menengah ke
atas
Oligopoli ketat atau perusahaan dominan
dengan competitive fringe
CR4 ≥ 90 Tinggi
Perusahaan dominan dengan competitive
fringe atau monopoli efektif (near
monoply)
CR4 = 1 Maksimum Monopoli sempurna
34
Commission in the US menetapkan bahwa pasar termasuk kategori highly
concentrated jika nilai H lebih besar dari 0.18 (Arsyad dan Kusuma, 2014:112).
Hirschman-Herfindhal Index dirumuskan sebagai :
IHH = ∑ 𝑺 𝟐𝒊
𝑵𝒊=𝟏
Dimana :
Si = Persentase dari total penjualan dalam suatu industri atau
persentase pangsa pasar pada akhir peringkat angka penjualan
yang ditentukan.
N = Jumlah perusahaan yang diamati.
Industri dengan N-perusahaan, nilai maksimum HHI adalah 1. Kondisi ini
tercapai ketika hanya terdapat 1 perusahaan dalam pasar, dimana perusahaan
tersebut menjadi monopolis. Sementara itu, nilai minimum HHI yang mungkin
adalah 1/N. Kondisi ini terjadi ketika industri terdiri dari N perusahaan dengan
ukuran yang sama. Nilai HHI yang semakin mendekati 1 mengindikasi bahwa
hanya terdapat sedikit perusahaan yang menguasai pasar. Pada kondisi ini,
distribusi pangsa pasar dalam suatu industri sangat tidak merata. Sebaliknya, nilai
HHI yang semakin kecil mengindikasi bahwa distribusi pangsa pasar dalam suatu
industri cenderung semakin merata.
Hirschman-Herfindhal Index (HHI) digunakan untuk memperoleh deskripsi
yang akurat dan saling mendukung dari analisis rasio konsentrasi (CRN) mengenai
konsentrasi pasar dalam suatu industri (Foergey, et all ; 1997 : 111). Menurut
35
(shepherd, 1990 : 65-67) HHI berfokus pada besarnya proporsi pangsa HHI pasar
tertentu dalam suatu industri.
Sebagai indikator untuk menentukan tingkat persaingan dilakukan dengan
mengelompokkan berdasarkan peringkat penjualan tertinggi untuk dikategorikan
bentuk struktur dan perilakunya. Hasil yang ditunjukan oleh HHI memiliki pola
identik dengan pendekatan analisis rasio konsentrasi.
Mengacu pada Divisi Antitrust Department of justice Amerika Serikat dan
federal Trade Commission dalam Horizontal Merger Guideliness dan Gwin
(2000) (Arsyad dan Kusuma, 2014:111), pencapaian nilai HHI suatu industri
dapat diklasifikasikan menjadi seperti yang tertera pada Tabel 2.2 :
Tabel 2.2 Pengklasifikasi Hirschman-Herfindhal Index (HHI)
Nilai HHI
(0/0000)
Kategori Interpretasi terkait struktur
pasar
HHI < 1500 Tidak terkonsentrasi Persaingan efektif atau
persaingan monopoli
1500 < HHI <
2500
Terkonsentrasi secara
moderat
Persaingan monopolistik atau
oligopoli
HHI > 1500 Sangat Konsentrasi
Oligopoli, perusahaan dominan
dengan competitive fringe, atau
monopoli
36
Kelebihan HHI dibandingkan rasio konsentrasi mencakup dua hal berikut:
Hirschman-Herfindhal Index (HHI) merefleksikan distribusi pangsa pasar
untuk semua perusahaan dalam industri, baik untuk sejumlah n perusahaan
terbesar sekaligus perusahaan diluar n-perusahaan terbesar tersebut,
sehingga pengukuran konsentrasi industri lebih obyektif.
Hirschman-Herfindhal Index (HHI) memberikan bobot yang lebih besar
pangsa pasarnya (Gwin,2000:48). Meskipun demikian, penggunaan HHI
seringkali menimbulkan kesulitan dalam proses analisis karena
diperlukannya data dari seluruh perusahaan yang ada di dalam industri
(dibandingkan dengan rasio konsentrasi N-perusahaan yang hanya
memerlukan data N perusahaan terbesar dalam industri) (Arsyad dan
Kusuma, 2014:112)
4. Market Share (Pangsa Pasar)
Pangsa pasar setiap perusahaan berbeda beda berkisar antara 0
hingga 100% dari total keluaran seluruh pasar. Menurut literatur Neo-
Klasik, pangsa pasar yang diraih merupakan landasan posisi tawar suatu
perusahaan. Motivasi atau tujuan dari perusahaan adalah memperoleh
pangsa pasar yang besar dalam industri. Perusahaan dengan pangsa pasar
yang besar akan memperoleh keuntungan dari penjualan produk dan
kenaikan harga sahamnya (Naylah, 2010:56).
Menurut Schuster (1984) perusahaan dengan pangsa pasar yang
lebih besar lebih menguntungkan karena skala ekonomi yang besar
37
mempunyai kekuatan pasar yang lebih besar dan kualitas manajemen yang
lebih baik. Kemudian, Shepherd (1972) dalam teori penguasaan pasar
(market power) menyatakan bahwa hanya perusahaan yang mempunyai
pangsa pasar besar dan produk yang terdiferensiasi yang dapat
menerapkan penguasaan pasar yang akan memperoleh supernormal profit.
Peranan pangsa pasar seperti halnya elemen struktur pasar merupakan
sumber keuntungan bagi perusahaan. Hipotesis umum mengatakan bahwa
pangsa pasar tiap perusahaan berhubungan dengan keuntungan (Jaya,
2008:50)
Dan secara sederhana merumuskan:
π = a + bM..........................................................................................
Dimana:
Π = Rate of return perusahaan yang menanamkan modal
M = Pangsa pasar
a = Biaya modal bagi perusahaan.
Keuntungan yang diperoleh dari pangsa pasar mencerminkan
kekuatan pasar atau efisiensi yang lebih baik karena mencapai skala
ekonomi yang baik. Kedua faktor itu berdiri sendiri dan menciptakan skala
pasar yang lebih efisien. Secara tradisional, logika pasar telah menjadi
pusat dalam menilai kekuatan pasar. Sebaliknya pangsa pasar yang kecil
menunjukan perusahaan yang tidak mampu menghadapi persaingan
(Naylah, 2010:57).
38
5. Kinerja
Kinerja (Performance) merupakan hasil akhir dari keseluruhan bentuk
struktur pasar dan dampak dari perilaku industri berdasarkan pendekatan S-C-P.
Kinerja perusahaan dalam industri berarti kemampuan produsen atau perusahaan
dalam suatu industri dalam menciptakan tingkat keuntungan, efisiensi,
pertumbuhan ekonomi, kemampuan dalam menciptakan peluang kerja, dan
kemampuan dalam menciptakan pendapatan. Kemampuan dalam menciptakan
keuntungan didasarkan pada hasil akhir dari interaksi antara harga yang
ditetapkan dan biaya yang telah dikeluarkan (Shy, 1995). Masing-masing bentuk
struktur pasar memiliki bentuk penjelasan yang berbeda atas perilaku maupun
kinerja terutama dalam menghadapi kondisi dalam suatu lingkungan industri (Shy,
1995).
Pada pendekatan S-C-P (S-C-P paradigma), untuk bentuk struktur pasar
tertentu, perusahaan memiliki cara yang berbeda dalam menetapkan strategi
persaingannya. Perilaku ini berdampak pada tingkat keuntungan yang diperoleh
perusahaan dan peningkatan efisiensi serta pertumbuhan perusahaan. Dasar
analisis industri adalah efisiensi. Kemudian, perspektif sebuah industri adalah
Darwinisme yaitu, survival for the fittest: yang dapat menyesuaikan diri akan
mampu bertahan, sedangkan yang tidak dapat akan mati. Berikut ini merupakan
variabel yang dapat mempengaruhi Kinerja yaitu:
a) Kinerja terhadap Pangsa Pasar
Menurut Clarke (2003), konsep dominasi dapat diartikan sebagai kondisi
dimana suatu perusahaan dalam industri tertentu memiliki pangsa pasar yang
besar dibandingkan perusahaan lainnya yang ada dalam industri (Lincolin dan
39
Stephanus, 2014: 106). Menurut Church dan Ware (2000) juga mengemukakan
dua faktor yang menyebabkan dominasi pasar. Pertama, keunggulan efisiensi
dominant firms dibandingkan dengan pesaingnya sebagai akibat keunggulan biaya
yang sangat signifikan. Keuntungan yang diperoleh dari pangsa pasar berdasarkan
besar atau kecil, dan keuntungan ini mencerminkan kekuatan pasar (karena
perusahaan menggarap permintaan pasar) atau efisiensi yang lebih baik (karena
mencapai skala ekonomi) ( Jaya, 2008:61).
b) Kinerja terhadap Efisiensi
Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku
industri di mana hasil biasa diidentikkan dengan besarnya penguasaan pasar atau
besarnya keuntungan suatu 17 perusahaan di dalam suatu industri. Kinerja
tercermin dalam efisiensi alokatif, efisiensi teknis, efek inflasi, pemerataan,
kemajuan teknologi, kualitas produk, kesempatan kerja dan laba. Efisiensi dapat
dibagi menjadi 2, yaitu efisiensi produktif dan efisiensi alokatif. efisiensi
produktif terkait dengan jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah input
tertentu, termasuk terkait pemilihan kombinasi input untuk memproduksi output
dalam jumlah tertentu. Sementara itu, efisiensi alokatif terkait dengan kemampuan
pasar dalam memaksimalkan kesejahteraan seluruh stakeholder dalam pasar
dimana perusahaan beroperasi (Arsyad dan Kusuma, 2014:70).
c) Kinerja Terhadap Profitabilitas
Profitabilitas. Teori neoklasik yang digunakan dalam pendekatan SCP
mengasumsikan bahwa profit yang tinggi (di atas normal) hanya dapat terjadi
40
pada perusahaan yang memiliki dan memanfaatkan kekuatan pasarnya untuk
mengendalikan harga dan kuantitas produk yang diproduksi atau dijualnya. Di
sisi lain, aliran pemikiran ekonomi Chicago School (aliran penganut Efficiency
hypothesis) menyatakan bahwa profit di atas normal terjadi karena keunggulan
biaya atau keunggulan efisiensi perusahaan yang kemudian meningkatkan derajat
monopoli yang dicapainya. Sementara itu, berdasarkan pemikiran aliran
Schumpeterian atau Austrian, profit diatas normal dianggap sebagai bentuk dari
keberhasilan proses inovasi perusahaan pada masa sebelumnya. Sebagai tambahan,
tingkat profitabilitas dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk tetap
berada didalam pasar atau keluar dari pasar dan berimplikasi langsung terhadap
struktur pasar pada waktu berikutnya, khususnya distribusi jumlah dan skala
penjual (produsen) (Arsyad dan Kusuma, 2014:69).
1) Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu (Kasmir,
2011:196). Pengertian yang sama disampaikan oleh Husnan (2001) bahwa
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.
Sedangkan Menurut Michelle & Megawati (2005) Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar
pembagian dividen perusahaan.
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi
suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa
41
menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio
profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Pada prinsipnya,
analisis profitabilitas merepresentasikan kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Analisis profitabilitas merupakan analisis hasil akhir dari
interaksi kebijakan operasional dan pembiayaan perusahaan (pengelolaan
likuiditas, manajemen aset, dan pembiayaan) berikut pelaksanaannya.
Beberapa kecukupan utang perusahaan adalah profit margin on sales, return
on total assets (ROA), dan return on common equity (ROE) (Arsyad dan
Kusuma, 2014:203).
Dalam penelitian ini, digunakan rasio Return On Assets (ROA)
sebagai tolak ukur profitabilitas. Return On Assets (ROA), rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset
(Dendawijaya, 2005:118).
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, standar rasio ROA yang
cukup baik minimal adalah 1,5%. Perhitungan ROA menggunakan rumus
berikut (sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP
tanggal 25 Oktober 2011) dengan satuan persen (%) (Bank Indonesia,2007:2).
Ukuran yang sering digunakan untuk menghitung Return on Assets
(ROA) (Harahap, 2010:315) yaitu:
42
Return Of Asset (ROA) = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕
C. Structure-Conduct-Performance pada Industri Asuransi
1. Struktur Pasar Perusahaan Asuransi di Negara Ghana
Studi empiris telah menemukan hasil yang beragam mengenai
hubungan antara struktur pasar dan perilaku harga perusahaan, studi ini
dilakukan untuk memperluas pemahaman regulator tentang perilaku
perusahaan di negara berkembang pasar. Munculnya efek dari Undang-
undang Asuransi 724 (2006) bertepatan dengan berkurangnya pangsa
pasar dari lima perusahaan asuransi teratas baik jiwa maupun non-jiwa
(Al-Hassan,Addissoh, dan Asamoh, 2015:649).
Restrukturisasi dan konsolidasi perusahaan asuransi di Eropa,
Berry-Stölzle et al. (2011) mempelajari hipotesis Structure-Conduct-
Performance (SCP), Relative Market Power (RMP) dan Efficiency
Structure (ES) dalam industri asuransi properti dan liabilitas di 12 negara
Eropa dari 2003 hingga 2007. Di pasar keuangan yang kurang berkembang
dinegara berkembang seperti Ghana, pasar ketidaksempurnaan dan tingkat
konsentrasi yang tinggi membuat perilaku kolusif sangat mungkin terjadi.
Untuk tujuan ini, kami berusaha untuk memberikan bukti empiris pada
hipotesis SCP dan ES di pasar asuransi yang sedang berkembang di
Afrika. (Al-Hassan,Addissoh, dan Asamoh, 2015:654).
Dalam memeriksa faktor penentu profitabilitas asuransi jiwa di
Ghana, Akoteyet al. (2013) meneliti 10 panel asuransi jiwa selama
periode 10 tahun untuk mengidentifikasi premi bruto ditulis, ukuran
43
asuransi, reasuransi, klaim, biaya manajemen dan tingkat bunga sebagai
faktor penentu yang signifikan dari perusahaan asuransi jiwa profitabilitas
di Ghana. Namun penulis tidak mempertimbangkan pengaruh struktur
industri asuransi jiwa terhadap profitabilitas. Berbasis pada hasil campuran
untuk hipotesis SCP dalam studi empiris yang di tinjau, penelitian ini
dilakukan untuk membuktikan bahwa hipotesis SCP dari pasar asuransi
yang sedang berkembang mengalami perubahan struktural. Dalam studi
ini, kami menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) teknik Charnes
et al. (1978) dan Banker et al. (1984) untuk memperkirakan keduanya
secara teknis dan skor efisiensi teknis murni (PTE) untuk asuransi jiwa
dan non-jiwa saat menggunakan ukuran struktural, struktur pasar dalam
bentuk indeks Herfindahl dan empat rasio konsentrasi perusahaan (CR4)
(Al-Hassan,Addissoh, dan Asamoh, 2015:654).
2. Struktur Pasar dan Kinerja Asuransi Mobil Pribadi
Tidak seperti Carroll (1993) menghasilkan pasar kompensasi
pekerja, penelitian ini memberikan bukti yang mendukung paradigma
struktur-perilaku-kinerja di konteks asuransi mobil penumpang pribadi.
Estimasi profitabilitas Persamaan dengan keadaan menunjukkan bahwa
konsentrasi memiliki pengaruh positif yang signifikan pada profitabilitas,
bahkan setelah mengendalikan perbedaan peraturan dan biaya oleh negara
dan seiring waktu. Hasil ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang
menggunakan data tingkat negara bagian dari dekade sebelumnya (Ippolito
1979; Cummins dan Harrington 1987) tetapi mengkonfirmasi temuan
44
Chidambaran et al. (1997) tentang konsentrasi hubungan kinerja.
Penggunaan data tingkat negara bagian, yang khususnya penting dalam
studi pasar di mana persaingan pada dasarnya bersifat lokal
memungkinkan dimasukkannya beberapa variabel kontrol penting yang
tidak ada di bagian terakhir belajar (L.Bajtelsmith dan Bouzouita,
1998:505).
Meskipun hubungan konsentrasi telah ditemukan ada di lain
industri (Schmalensee 1986), industri asuransi sejauh ini berpendapat
berhasil melawan klaim harga kolusi berdasarkan jumlah yang relatif besar
perusahaan di Amerika Serikat. Namun, sejumlah besar perusahaan
asuransi menyamarkan fakta bahwa ada sejumlah kecil kelompok
perusahaan yang berafiliasi di industri ini. Ketika pasar diperiksa oleh
negara, jumlah perusahaan yang melakukannya bisnis dilini tertentu
asuransi relatif kecil, sebagaimana dibuktikan oleh rasio konsentrasi oleh
negara dan berdasarkan garis. Meskipun temuan empiris dari penelitian ini
dapat menimbulkan pertanyaan daya saing bisnis asuransi mobil pribadi
penumpang, sebuah penjelasan alternatif adalah bahwa profitabilitas yang
lebih tinggi di negara-negara yang lebih terkonsentrasi adalah hasil dari
efisiensi yang lebih besar dari perusahaan besar seperti yang disarankan
oleh Demsetz ( 1973) (L.Bajtelsmith dan Bouzouita,1998:512).
Studi lebih lanjut tentang masalah efisiensi diperlukan sebelum
kesimpulan apa pun bisa dibuat mengenai penyebab yang mendasari
hubungan konsentrasi-laba. Bagaimanapun, bahwa ukuran profitabilitas
45
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-biaya. Jika perusahaan
asuransi di negara lebih terkonsentrasi memiliki rasio biaya yang lebih
rendah karena untuk ukuran mereka, ukuran profit pra-pengeluaran yang
digunakan dalam penelitian ini seharusnya benar-benar sama dengan, atau
lebih rendah dari, laba dalam keadaan kurang terkonsentrasi di ketiadaan
lainnya faktor-faktor. Meskipun penelitian ini tidak memberikan bukti
konklusif anti-kompetitif perilaku di pihak perusahaan asuransi mobil,
juga tidak mengesampingkan kemungkinan itu. Apakah hubungan
konsentrasi-laba yang ditemukan dalam penelitian ini adalah karena kartel-
seperti perilaku penetapan harga, diferensiasi produk (dalam hal
penyelesaian klaim prosedur), biaya lebih rendah, atau perilaku pencarian
konsumen, lebih memperhatikan ukuran dan tingkat konsentrasi dalam
industri ini jelas diperlukan (L.Bajtelsmith dan Bouzouita, 1998:512).
3. Struktur Pasar, Efisiensi, dan Kinerja Industri Asuransi Properti-
Kewajiban di Eropa
Merger dan akusisi telah menyertai terciptanya pasar ekonomi
terpadu untuk asuransi di Uni Eropa. Namun hasil konsolidasi di pasar
asuransi menimbulkan pertanyaan apakah ada dampak merusak pada
konsumen dari pasar yang terkonsentrasi. Structure–Conduct–
Performance (SCP) hipotesis menunjukkan bahwa kolusi di antara peserta
industri dapat terjadi ketika konsentrasi di industri meningkat. Demikian
pula, hipotesis pasar relatif menunjukkan bahwa perusahaan asuransi yang
memperoleh pangsa pasar yang substansial dapat mengakumulasi kekuatan
pasar dan menggunakan kekuatan ini untuk mempengaruhi konsumen
46
secara negatif. Sebuah teori yang bersaing, hipotesis struktur yang efisien,
berpendapat bahwa konsentrasi tinggi atau pangsa pasar mungkin tidak
berbahaya ke pasar jika perusahaan asuransi yang lebih efisien
mendominasi pasar (Berry-Stolzle,A.Weiss, dan Wende, 2011:16).
Penelitian ini menggunakan data panel untuk perusahaan asuransi
di 12 negara maju di Eropa selama periode tersebut 2003 hingga 2007
untuk menentukan apakah hubungan kekuatan pasar, hipotesis SCP atau
efisien struktur hipotesis konsisten dengan dinamika asuransi properti-
kewajiban Eropa pasar. Hasilnya sangat sesuai bahwa hipotesis struktur
yang efisien. Secara khusus, lebih banyak lagi perusahaan asuransi yang
efisien biaya dan pendapatan membebankan harga lebih rendah daripada
perusahaan lain yang kurang efisien. Tidak ada yang sesuai dengan
hipotesis SCP yang dapat ditemukan dan hanya dukungan yang sangat
terbatas untuk hipotesis kekuatan pasar yang ada dalam hasil. Karena itu,
regulator asuransi di Eropa 17 negara-negara yang diteliti seharusnya tidak
terlalu peduli dengan peningkatan konsolidasi yang terjadi di industri
asuransi (Berry-Stolzle,A.Weiss, dan Wende, 2011:16).
4. Struktur Pasar dan Profitabilitas Pasar Asuransi Kesehatan AS:
Analisis Tingkat Negara
Dalam studi ini, untuk melihat struktur pasar dan kinerja
underwriting dari perusahaan asuransi kesehatan AS di tingkat negara
bagian l antara tahun 2002-2010. Penelitian ini menemukan bahwa jumlah
rata-rata perusahaan asuransi beroperasi di negara bagian umumnya
meningkat dan dalam tahun-tahun belakangan ini, konsentrasi telah
47
menurun. Dan juga menemukan bahwa biaya kesehatan asuransi, seperti
yang ditunjukkan oleh dipremi per pendaftar, telah meningkat. Namun,
dilihat lebih dekat kerugian per pendaftar mengungkapkan hal itu
peningkatan premi asuransi kesehatan disertai dengan yang sesuai
peningkatan kerugian per pendaftar, yang mana ditemukan sangat
berkorelasi dengan peningkatan premi per pendaftaran. Ini menunjukkan
bahwa peningkatan substansial dalam biaya klaim asuransi kesehatan yang
signifikan untuk meningkatkan kesehatan biaya asuransi (Cole,He, dan
Karl, 2015:21).
Dalam analisis multivariate pada penelitian ini menemukan bukti
bahwa konsentrasi pasar dan keuntungan underwriting asuransi adalah
berhubungan positif. Lebih khusus, perusahaan asuransi menyatakan
dengan pasar yang lebih besar persentase lebih menguntungkan dari
asuransi di negara-negara dengan tingkat konsentrasi pasar yang lebih
rendah. Sebagaimana dicatat dalam Bajtelsmit dan Bouzouita (1998),
hubungan positif antara konsenstrasi dan profitabilitas mungkin karena
sejumlah faktor termasuk ilusi uang, perbedaan dalam produk atau
efisiensi dan karena tidak jelas hubungan ini adalah bukti yang
mendukung SCP atau struktur efisiensi berkaitan dengan hipotesis.
Sebagai upaya untuk menyediakan wawasan tambahan tentang penyebab
potensial dari variasi dalam profitabilitas di seluruh pasar asuransi
kesehatan, kami menyertakan variabel kontrol untuk efisiensi dalam model
dan menemukan beberapa bukti yang efisien operasi perusahaan dapat
48
menjelaskan beberapa bagian dari hubungan konsentrasi-laba. Namun,
karena keterbatasan data dan tidak adanya bukti dalam asuransi kesehatan
sebelumnya, kami tidak dapat melakukannya definisi menentukan apakah
komparatif keuntungan dalam hasil efisiensi dalam hubungan positif
antara konsentrasi dan keuntungan di pasar asuransi kesehatan. Sedangkan
bukti tentang laba positif-konsentrasi di pasar asuransi kesehatan adalah
kontribusi baru untuk literatur, penelitian mendatang jelas dibenarkan,
terutama yang berkaitan dengan hipotesis SCP, hipotesis efisiensi atau
lainnya faktor yang mungkin lebih lanjut menjelaskan hubungan antara
konsentrasi pasar dan menjamin profitabilitas dalam industri asuransi
kesehatan. Hasil penelitian ini relevan dengan diskusi kesehatan saat ini
dan yang sedang berlangsung reformasi perawatan di AS (Cole,He, dan
Karl, 2015:21).
Penemuan penelitian ini meningkatkan biaya asuransi kesehatan
terkait dengan pengurangan klaim asuransi kesehatan menunjukkan bahwa
sifat dan tingkat pemanfaatan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
biaya klaim harus ada pertimbangan utama bagi pembuat kebijakan untuk
maju. Misalnya, mengeksplorasi apa faktor-faktor mendorong peningkatan
substansial semacam itu dalam asuransi kesehatan klaim dan penting
menemukan insentif atau mekanisme untuk mengendalikan peningkatan
klaim tersebut dapat membantu membuat asuransi kesehatan lebih
terjangkau. Sebagai tambahan, mengevaluasi ulang peraturan seputar polis
asuransi kesehatan ketentuan untuk meningkatkan manfaat yang lebih
49
efisien dapat membantu mengurangi biaya asuransi kesehatan (Cole,He,
dan Karl, 2015:21).
D. Analisis Rasio Keuangan yang Mempengaruhi Kinerja
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional
dan pendapatan operasional. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya.
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisiensi biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Hariyani, 2010:54).
Apabila biaya yang dikeluarkan semakin efisiensi, maka profitabilitas
yang dihasilkan oleh bank semakin tinggi. Perhitungan BOPO
menggunakan rumus berikut (Dendawijaya, 2005:119):
BOPO = 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 (𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏) 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
E. Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja
Banyak penelitian mengenai hubungan antara struktur pasar sebuah
industri dan kinerja. Pengujian hipotesis hubungan diantara pangsa pasar,
konsentrasi pasar, dan kinerja pertama kali dilakukan oleh Bain pada tahun
1950-an dan menemukan hubungan positif antara konsentrasi dan tingkat
keuntungan. Hasil ini kemudian memulai kontroversi terkait hubungan
50
struktur pasar dengan kinerja dan menghasilkan dua hipotesis yang paling
sering digunakan sebagai landasan pengujian untuk menjelaskan variasi
tingkat keuntungan (Dina, 2013:20-22).
1. Hipotesis Efisiensi Struktur – Demsetz,1973
Pemikiran ini memunculkan bahwa pangsa pasar dan konsentrasi
bukan merupakan proksi dari kekuasaan pasar, melainkan merupakan
proksi dari efisiensi perusahaan, sehingga konsentrasi tinggi tidak
industri dengan kolusi. Gagasan ini didasarkan pada ide bahwa
perusahaan yang lebih efisiensi akan bisa mendapatkan pangsa pasar
yang besar, sehingga 50industry tersebut juga akan cenderung lebih
terkonsentrasi.
2. Hipotesis – kekuatan Pasar – Bain, 1951
Hipotesis tradisional ini menganggap bahwa konsentrasi
merupakan dari kekuasaan pasar (market power) dimana konsentrasi
pasar yang semakin besar menyebabkan biaya untuk melakukan kolusi
menjadi rendah sehingga perusahaan dalam industri tersebut akan
mendapatkan laba supernormal. Oleh karena itu, konsentrasi pasar
akan berpengaruh secara positif dengan profitabilitas sebagai proksi
dari kinerja.
Berdasarkan pemikiran ini maka hubungan konsentrasi dengan
profitabilitas merupakan hubungan yang tidak langsung, mengingat
konsentrasi hanya merupakan agregat pangsa pasar yang dihasilkan
51
dari perilaku efisiensi, dan perusahaan yang lebih efisien akan dapat
memperoleh profitabilitas lebih besar.
Penelitian yang dilakukan (Ahmed, 2012:15), mendukung hipotesis
SCP tradisional, yang menunjukkan bahwa profitabilitas di pasar
perbankan Bangladesh ditentukan oleh konsentrasi, bukan oleh pangsa
pasar bank. Hal ini menyiratkan bahwa konsentrasi pasar menurunkan
biaya kolusi antar bank dan menghasilkan keuntungan yang lebih
tinggi.
Penelitian terkait industri perbankan syariah di Indonesia pernah
dilakukan oleh (Amalia dan Nasution, 2007:49) pada industri
perbankan syariah di Indonesia pada periode Januari 2002 hingga
November 2005, mendukung pola SCP efficient structure hypothesis,
hipotesis ini menganggap bahwa pangsa pasar atau konsentrasi bukan
merupakan proksi dari kekuasaan pasar tetapi merupakan proksi dari
efisiensi perusahaan, sehingga konsentrasi tinggi tidak identik dengan
kolusi.
F. Hubungan Rasio Keuangan dengan kinerja
Bahtiar Usman (2003) dan Wisnu Mawardi (2004) dalam
penelitiannya menyatakan dalam perbankan dan industri pada umumnya
terjadi hubungan negatif antara biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) dengan profitabilitas. BOPO menunjukkan seberapa
besar bank dapat menekan biaya operasionalnya di satu pihak dan seberapa
besar kemampuan untuk meningkatkan pendapatan operasional di pihak lain.
52
BOPO memiliki pengaruh terhadap kinerja perbankan karena menunjukkan
seberapa besar bank dapat melakukan efisiensi terhadap biaya operasional
yang dikeluarkan. Semakin kecil rasio BOPO, berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan yang lebih besar bagi bank untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih dan menunjukkan bahwa bank tidak berada dalam kondisi
bermasalah (Sukarno dan Syaicu, 2006:50).
Pengaruh BOPO terhadap ROA diukur secara kuantitatif dengan
menggunakan rasio efisiensi. Melalui rasio ini diukur apakah manajemen
bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan
efisien. Adapun efisien usaha bank diukur dengan mengunakan rasio
operasional dibandingkan dengan pendapatan operasi (BOPO). BOPO
merupakan perbandingan antara total biaya dengan total pendapatan
operasional (Sudiyatno, 2010:217).
Menurut penelitian (Yuhanah, 2016:94), dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA industri perbankan syariah di Indonesia.
G. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
NO
Nama dan
Judul
Penelitian
Isi Penelitian Perbedaan
1. Peneliti: Model Penelitian: Peneliti menganalisis
53
Nazuha Zen
(Skripsi ,
Fakultas
Ekonomika
dan Bisnis,
Universitas
Diponegoro
, Semarang,
2015)
Judul:
Analisis
Structure,C
ondut,
Performanc
e industri
Perbankan
Syariah di
Indonesia
tahun 2011-
2014
(Hipotesis
Tradisional,
Diferensisas
Menggunakan data panel
dengan 10 cross section
dan data time series dari
tahun 2011 kuartal kedua
sampai 2014 kuartal
ketiga. Metode yang
digunakan penelitian ini
adalah Fixed Effect Model
(FEM) dengan
menggunakan Least
Square Dummy Variabel
(LSDV)
ROA = α0 + α1MSIT +
α2HHIit + α3CARit +
α4NPFit + α5BOPOit + µit
Hasil:
Penelitian ini tidak
mendukung hipotesis
diferensiasi. Studi empiris
memberikan temuan
bahwa konsentrasi pasar
mempengaruhi
profitabilitas kemudian
konsentrasi pasar dan
pangsa pasar yang secara
bersama-sama diestimasi
juga mempengaruhi
profitabilitas, hal ini
berarti bahwa industri
industri perbankan syariah
tahun 2011-2014 dengan
paradigma structure–
conduct–performance.
Terdapat tiga hipotesis
yang mendasari paradigma
tersebut yaitu hipotesis
tradisional, hipotesis
diferensiasi, dan hipotesis
efisiensi dan ketiganya
akan dibandingkan untuk
melihat hipotesis mana
yang dapat diterima untuk
menggambarkan kondisi
industri
54
i, dan
Efisiensi).
perbankan syariah
diIndonesia mendukung
hipotesis tradisional dan
efisiensi
2.
Peneliti :
Abdullah
Muhammad
Wahid,
(Skripsi ,
Fakultas
Ekonomika
dan Bisnis,
Universitas
Diponegor,
Semarang,
2016)
Judul :
Analisis
Structure -
Conduct-
Performanc
e Industri
Perbankan
Model Penelitian:
Data panel dengan rentang
waktu dari kuartal 1 tahun
2011 hingga kuartal 4
tahun 2015. Model yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah model
persamaan simultan yang
teridentifikasi
overidentified, sehingga
metode analisis yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah Two
Stage Least Square
(TSLS)
Hasil :
Persamaan struktur, bank
size dan return on assets
berpengaruh positif
terhadap pangsa pasar,
sedangkan selling intensity
berpengaruh negatif. Pada
Peneliti menganalisis
struktur, perilaku dan
kinerja industri perbankan
syariah di Indonesia
dengan pendekatan
analisis SCP.
55
Syariah Di
Indone
Sia Tahun
2011-2015
(Pendekatan
Two Stage
Least
Square)
persamaan perilaku,
pangsa pasar berpengauh
negatif terhadap selling
intensity, sedangkan
return on assets
berpengaruh positif . Pada
Persamaan kinerja,
variabel selling intensity
berpengaruh positif
terhadap return on assets
sedangkan cost intensity
berpengaruh negatif.
3
Peneliti :
Siti
Yuhanah
(Jurnal
Bisnis dan
Manajemen,
UIN Syarif
Hidayatulla
h Jakarta,
2016)
Judul :
Pengaruh
Struktur
pasar
terhadap
Model Penelitian:
П = a0 + a1MS + a2BOPO
+ a3CAR + a4NPF +
a5GROWTHPDB
Hasil:
Market Share, BOPO,
CAR, NPF, dan
pertumbuhan ekonomi
berpengaruh secara
Peneliti ingin mengetahui
apakah terdapat pengaruh
struktur pasar terhadap
profitabilitas industri
perbankan syariah pada
periode September 2010 –
September 2015 dan
variabel struktur pasar
yang digunakan hanya
menggunakkan variabel
Market Share. Serta
variabel control apa saja
yang dapat mempengaruhi
56
Profitabilita
s Industri
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode
September
2010–
September
2015
simultan terhadap ROA.
Uji parsial menyatakan
bahwa market share,
CAR, dan pertumbuhan
ekonomi tidak
berpengaruh terhadap
ROA. Sementara BOPO
dan NPF berpengaruh
negatif terhadap ROA.
Peneliti juga mendukung
hipotesis efisiensi dalam
industri perbankan syariah,
karena hasil uji t
menyatakan pangsa pasar
tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
profitabilitas
4.
Peneliti:
Ai Fitri
Nurlatifah
Sepky
Mardian
(Jurnal Ilmu
Akuntansi,S
ekolah
Ekonomi
Tinggi
Islam SEBI,
2016)
Model Penelitian:
Model yang tepat
digunakan dalam
penelitian ini adalah
Fixed Effect Model
(FEM).
SOC=-1.805+810.39Size–
355.32Leverage+0.104Liq
uidity+127.76Tangibility–
824.49VolumeOfCapital+
0.06LossRatio
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor
size, leverage, liquidity,
tangibility, volume of
capital
dan loss ratio terhadap
kinerja keuangan
perusahaan-perusahaan
asuransi syariah di
Indonesia yang diukur
dengan Surplus On
57
Judul :
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Asuransi
Syariah Di
Indonesia:
Surplus On
Contributio
n
Hasil:
Kinerja keuangan yang
diukur oleh SOC
menunjukan bahwa
variabel size, leverage,
liquidity, tangibility,
volume of capital dan loss
ratio secara simultan
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan (SOC).
Secara parsial variabel
size, leverage, dan volume
of capital terbukti secara
statistik berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan (SOC)
perusahaan-perusahaan
asuransi syariah di
Indonesia. Hasil ini
menunjukan bahwa size
memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja keuangan
(SOC). Sedangkan
leverage dan volume of
capital berpengaruh
negatif terhadap kinerja
keuangan perusahaan-
perusahaan asuransi
syariah di Indonesia.
Variabel lainnya, yaitu
Contribution (SOC) dari
tahun 2012 sampai tahun
2014
58
liquidity, tangibility dan
loss ratio secara statistik
tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan (SOC)
perusahaan-perusahaan
asuransi syariah di
Indonesia
5.
Peneliti:
Angga
Primasandi
Kurniawan
T
(Skripsi,
Fakultas
Ekonomika
Dan
Bisnis ,Univ
ersitas
Diponegoro
Semarang ,2
015)
Model Penelitian:
Data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data
sekunder yang diambil
dari laporan keuangan
tahunan perusahaan di BEI
serta dari Biro Riset
Infobank yang kemudian
dianalisis menggunakan
regresi linear berganda
meliputi pengujian asumsi
klasik dan pengujian
hipotesis dengan
menggunakan uji statistik
F, uji statistic t dan uji
koefisien determinasi (R2 )
dengan tingkat signifikansi
sebesar 5%.
Hasil:
Jumlah klaim dibayar dan
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui
pengaruh kemampuan
membayar Klaim,
Profitabilitas, Risiko
Underwriting, dan
Reasuransi Terhadap
Solvabilitas Perusahaan
Asuransi. Profitabilitas
pada penelitian ini di-
proxy-kan dengan ROA
dan Solvabilitas dengan
RBC. Perusahaan asuransi
yang menjadi objek
penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan
59
Judul:
Analisis
Pengaruh
Kemampua
n
Membayar
Klaim,
Profitabilita
s, Risiko
Underwritin
g, Dan
Reasuransi
Terhadap
Solvabilitas
Perusahaan
Asuransi
(Studi Pada
Perusahaan
risiko underwriting
memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap
solvabilitas perusahaan
asuransi, ROA memiliki
pengaruh yang positif
namun tidak signifikan
terhadap solvabilitas
perusahaan asuransi
sedangkan reasuransi
memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan
terhadap solvabilitas
perusahaan asuransi.
asuransi yang telah go
public dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
60
Asuransi
Yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode
2008-2013)
6.
Peneliti :
Sindi
Nurfadila
Raden
Rustam
Hidayat Sri
Sulasmiyati,
Universitas
Brawijaya,
(jurnal
Administras
i bisnis
2015)
Judul :
ANALISIS
RASIO
KEUANGA
N DAN
RISK
BASED
Model Penelitian:
penelitian ini termasuk
dalam penelitian deskriptif
dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif
Hasil:
Hasil penelitian secara
keseluruhan menunjukkan
bahwa kinerja keuangan
perusahaan asuransi PT.
Asei Reasuransi Indonesia
(Persero) tahun 2011-2013
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kinerja
keuangan perusahaan
asuransi pada PT. Asei
Reasuransi Indonesia
(Persero) periode 2011-
2013 dengan
menggunakan metode
analisis rasio keuangan
dan Risk Based Capital.
61
CAPITAL
UNTUK
MENILAI
KINERJA
KEUANGA
N
PERUSAH
AAN
ASURANSI
(Studi pada
PT. Asei
Reasuransi
Indonesia
(Persero)
Periode
2011-2013)
sudah sangat baik. Hasil
analisis rasio keuangan
dan Risk Based Capital
menunjukkan bahwa
semua rasio memenuhi
batas normal, kecuali rasio
pengembalian investasi.
Rasio pengembalian
investasi perusahaan masih
di bawah batas minimal.
Walaupun kinerja
keuangan perusahaan
sudah sangat baik karena
hasilnya cenderung
memenuhi standar,
beberapa rasio keuangan
perusahaan memiliki
kelemahan dimana
presentasenya mendekati
batas normal.
7.
Peneliti:
Cassandra
R. Cole,
Ph.D.
Enya He,
Ph.D., FCII
J. Bradley
Karl, Ph.D.
(Jurnal Of
Insurance
Model penelitian:
Model yang digunakan
dalam penelitian
Performanceit = ∝ + β1
Concentrationit + 𝛽𝑛1λit + 𝜀it
Penelitian ini bertujuan
untuk menemukan bahwa
telah terjadi peningkatan
jumlah perusahaan
asuransi yang beroperasi
paling banyak menyatakan
selama periode sampel
demikian, sejauh mana
62
Regulation
2015 )
Judul:
Market
Structure
and the
Profitability
of the U.S.
Health
Insurance
Marketplac
e:
A State-
Level
Analysis
Hasil :
Dalam analisis multivariat
kami, kami menemukan
bukti bahwa konsentrasi
pasar dan keuntungan
underwriting asuransi
adalahh berhubungan
positif . Lebih khusus,
perusahaan asuransi
menyatakan dengan pasar
yang lebih besar
persentase lebih
menguntungkan dari
asuransi di negara-negara
dengan tingkat konsentrasi
pasar yang lebih rendah.
Sebagaimana dicatat
dalam Bajtelsmit dan
Bouzouitav 1998),
hubungan positif antara
konsnetrasi dan
profitabilitas mungkin
karena sejumlah faktor
termasuk harga ilusi,
perbedaan dalam produk
atau efisiensi dan karena,
konsentrasi pasar menurun
dalam beberapa tahun
terakhir. Kami juga
menemukan bukti
hubungan positif antara
konsentrasi pasar dan laba
perusahaan asuransi tetapi
tidak dapat menentukan
secara pasti hasil ini
disebabkan oleh perilaku
anti persaingan atau
efisiensi kesehatan yang
lebih besar perusahaan
asuransi. Sejauh bahwa
ketentuan Perlindungan
Pasien federal dan
Undang-Undang
Perawatan Terjangkau
(PPACA) akan berdampak
pada jumlah perusahaan
asuransi di pasar dan / atau
efisiensi operasional
perusahaan asuransi
63
tidak jelas hubungan ini
adalah bukti yang
mendukung SCP atau
struktur efisiensi berkaitan
dengan hipotesis.
kesehatan, PPACA akan
kemungkinan
mempengaruhi
profitabilitas industri
asuransi kesehatan.
8.
Peneliti:
Abdul Latif
Alhassan
,George
Kojo
Addisson
,Michael
Effah
Asamoah
Model Penelitian:
Metodologi pendekatan-
Menggunakan data panel
pada 14 kehidupan dan 22
asuransi non-jiwa dari
2007 hingga 2011, peneliti
menggunakan Herfindahl
Hirschman Index dan rasio
konsentrasi sebagai proksi
untuk hipotesis S-C-P
sementara skor efisiensi
diperkirakan
menggunakan analisis
amplop data teknik untuk
proksi untuk hipotesis
struktur efisien (ES).
Variabel dependen,
profitabilitas adalah diukur
sebagai laba atas aset
sambil mengendalikan
ukuran, risiko
underwriting, leverage,
pertumbuhan PDB tingkat
dan inflasi.
Penelitian ini bertujuan
untuk menguji dampak
dari pasar yang
dikendalikan oleh
peraturan struktur pada
perilaku harga perusahaan
dengan menguji hipotesis
struktur-perilaku-kinerja
(S-C-P) untuk pasar
asuransi jiwa dan non-jiwa
di Ghana.
64
Judul:
Market
structure,
efficiency
and
profitability
of insurance
companies
in Ghana
Hasil:
Temuan penelitian ini
akan meningkatkan
pemahaman perilaku
perusahaan di pasar dibuat
untuk membentuk
peraturan dan kebijakan
persaingan dari regulator
untuk mempromosikan
konsumen kesejahteraan
sambil memastikan
industri yang stabil untuk
meningkatkan perannya
dalam pembangunan
ekonomi.
9.
Peneliti:
Vickie L.
Bajtelsmit
Raja
Bouzouit
(Journal of
Risk and
Insurance,
1998)
Model penelitian:
statistik untuk variabel
yang digunakan dalam
analisis Konsentrasi dalam
asuransi mobil penumpang
swasta memiliki nilai rata-
rata 0,1779 selama periode
waktu ini, tetapi berkisar
dari 0,0484 untuk tahun-
tahun terkonsentrasi paling
sedikit observasi, hingga
8594 di paling
Peneliti ini bertujuan
untuk menyelidiki
hubungan antara
profitabilitas dan
konsentrasi dalam asuransi
mobil pribadi-penumpang
Amerika Serikat industri.
Karena regulasi antitrust
didasarkan pada asumsi
65
Judul:
Market
Structure
and
Performanc
e in Private
Passenger
Automobile
Insurance
terkonsentrasi
Hasil:
Adanya hubungan positif
yang kuat antara
profitabilitas dan
konsentrasi oleh negara,
untuk kedua kerusakan
fisik dan garis kewajiban
secara pribadi asuransi
mobil penumpang.
Beberapa variabel penjelas
memiliki efek yang
diharapkan pada
profitabilitas.
bahwa konsentrasi
mempromosikan perilaku
kolusi.
H. Kerangka Pemikiran
Paradigma SCP dicetuskan oleh Mason (1939) yang mengemukakan bahwa
struktur (structure) suatu industri akan menentukan bagaimana para pelaku
industri berperilaku (conduct) yang pada akhirnya menentukan kinerja
(performance) industri tersebut (Rekarti dan Nurhayati, 2016:36).
Menurut teori Structure-Conduct-Performance, ukuran konsentrasi adalah
salah satu indikator dari struktur pasar. Jika ukuran konsentrasi dalam sebuah
industri tinggi, maka persaingan beberapa perusahaan dalam indsutri tersebut
66
rendah, keadaan ini mengindikasikan bahwa terdapat kekuatan yang akan
mempengaruhi dalam menentukan harga di dalam pasar. Selain itu ukuran
konsentrasi, terdapat indikator lain dari struktur pasar yaitu pangsa pasar.
Hubungan pangsa pasar, konsentrasi pasar, dan kinerja yang dilihat melalui
proksi profitabilitas, yang merupakan inti dari analisa SCP dalam penelitian ini.
Analisa tersebut akan dilengkapi dengan analisa variabel yang diwakilkan oleh
pangsa pasar dan konsentrasi pasar yang merupakan proksi dari struktur pasar.
Kinerja perusahaan Asuransi Jiwa dapat dipengaruhi oleh struktur pasar. Jika
membicarakan tentang hubungan antara struktur pasar dan kinerja perusahaan
tertentu tidak akan lepas dari teori Struktur-Conduct-Performance (SCP) (Pope &
Ma, 2008) (Wahyuni, 2017:5). Salah satunya elemen dari struktur pasar yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah konsentrasi pasar.
Hubungan antara konsentrasi pasar dengan kinerja perusahaan dijelaskan
oleh hipotesis SCP tradisional semakin tinggi konsentrasi pasar sebuah industri
maka “ leading firms” akan melakukan kolusi dan menggunakan kekuatan pasar
untuk dapat menaikkan harga produk sehingga perusahaan bisa mendapatkan
keuntungan lebih tinggi.
Pada dasarnya, analisis profitabilitas digunakan untuk menunjukan kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Analisis profitabilitas merupakan analisis hasil
akhir dari interaksi kebijakan operasional dan pembiayaan perusahaan.
Dendawijaya menyatakan, ukuran profitabilitas salah satunya dapat dilihat melalui
tingkat Return On Assets (ROA), bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu
bank, Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih
67
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang
dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Begitu juga
Asuransi Syariah di Indonesia yang dapat menjadikan ukuran profitabilitas
melalui tingkat Return On Assets (ROA) (Dendawijaya, 2005:118-119).
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Variabel Struktur
Pasar
Pangsa Pasar
Aset/ Market
Share (MS)
HHI
MarketShare*HH
I (MSHHI)
Variabel control
yang mempengaruhi
profitabilitas
BOPO
Variabel Kinerja
Profitabilitas
(ROA)
68
I. Hipotesis
H0: Tidak Terdapat pengaruh signifikan antara variabel Hirschman-
Herfindhal Index (HHI), Market Share (MS), MSHHI, dan BOPO
terhadap Kinerja Profitabilitas Return On Assets (ROA) Asuransi
Jiwa Syariah
H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel Hirschman-Herfindhal
Index (HHI), Market Share (MS), MSHHI, dan BOPO terhadap
Kinerja Profitabilitas Return On Assets (ROA) Asuransi Jiwa Syariah
69
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Asuransi Syariah dalam
sektor lembaga keuangan non bank. Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian analitis, hal ini dikarenakan penelitian bertujuan untuk
mengetahui hubungan sebab antara dua variabel secara observasional,
dimana bentuk hubungan dalam penelitian merupakan pengaruh struktur
pasar terhadap kinerja industri asuransi syariah di Indonesia pada tahun
2012-2016. Dengan pendekatan penelitian kuantitatif, disebut penelitian
kuantitatif karena cenderung bersifat dedukatif dengan mengukur
fenomena dengan ketepatan variabel dan melakukan pengujian hipotesis
(Wijaya, 2013:33), maka variabel yang diteliti adalah struktur pasar
terhadap kinerja industri asuransi jiwa syariah dan variabel-variabel yang
mempengaruhinya adalah variabel Pangsa pasar (MS), Indeks Herfindahl-
Hirschman (IHH), MS*IHH, dan variabel kontrol profitabilitas yaitu
(BOPO) terhadap kinerja yaitu Profitabilitas (ROA) .
Data dalam penelitian ini berupa data panel atau disebut data
longitudinal yaitu sekelompok data individual yang mencakup 10 Asuransi
Jiwa Syariah Objek penelitian adalah laporan keuangan per tahun Asuransi
Jiwa Syariah pada tahun Desember 2012 sampai Desember 2016. Alasan
penggunaan data tersebut dikarenakan keterbatasan data yang di peroleh,
selain itu Asuransi Jiwa Syariah ini sudah beroperasi sejak tahun 2012
70
sehingga memiliki konstribusi yang cukup sebagai gambaran untuk
mewakili industri Asuransi syariah khususnya asuransi jiwa syariah di
Indonesia dengan baik dan pada periode 2012-2016, 10 Asuransi Jiwa
Syariah tersebut tetap beroperasi. Walaupun terdapat beberapa perusahaan
yang mengalami perubahan nama perusahaan.
Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang masing-masing
perusahaan Asuransi Jiwa Syariah mempublikasikannya melalui situs
(website), laporan statistik tahunan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu
IKNB syariah & statistik perasuransian Indonesia, serta data lain yang
dianggap relevan dengan masalah yang akan diteliti pada tahun 2012
sampai dengan tahun 2016.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda
yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber
data dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarrumidi,
2004:84). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Asuransi Syariah
yaitu Asuransi Jiwa Full Syariah, Asuransi Jiwa Unit Syariah, Asuransi
Umum Full Syariah, Asuransi Umum Unit Syariah, Reasuransi Syariah,
Reasuransi Unit Syariah.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama
dari objek yang merupakan sumber data (Sukandarrumidi, 2004:50).
71
Untuk kinerja pemilihan sampel yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling
yang cocok digunakan dalam penelitian ini, yaitu Asuransi Syariah
yang dikhususkan yaitu Asuransi Jiwa Syariah sejak 2012 hingga 2016
dan dimana merupakan 10 Asuransi Jiwa Syariah terbesar di
Indonesia. Asuransi Jiwa Syariah yang dijadikan objek penelitian pada
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa :
Tabel 3.1 Daftar Asuransi Jiwa Syariah yang menjadi Sampel
Penelitian
S
u
m
b
e
r
:
Otoritas Jasa Keuangan, IKNB Syariah
No Nama Perusahaan Asuransi Jiwa Full Syariah
1 PT. Asuransi Takaful Keluarga
2 PT. Asuransi Jiwa Syariah Amanah Jiwa Giri Artha
3 PT. Asuransi Jiwa Central Asia Raya
4 PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
5 PT Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912
6 PT Prudential Life Assurance
7 PT Asuransi Jiwa Mega Life
8 PT Panin Daichi Life (d/h PT Panin Life)
9 PT Allianz Life Indonesia
10 PT BRI Life
72
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai darimana data diperoleh.
Apakah data yang diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data
diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
data sekunder dimana sumber data penelitian yang diperoleh melalui
media perantara atau secara tidak langsung melalui media perantara yang
dicatat oleh pihak lain. Data sekunder mampu memberikan informasi
dalam pengembalian keputusan meskipun dapat di olah lebih lanjut
(Wijaya, 2013:19) dan pertumbuhan maupun perkembangan Asuransi
Syariah dari data Asuransi Syariah yang diperoleh dari Asosiasi Asuransi
Syariah Indonesia (AASI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peneliti
juga melakukan penelitian pustaka (library research) untuk memperoleh
data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui jurnal,
skripsi, buku, internet, tesis, artikel, dan pustaka lainnya yang berkaitan
dengan penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik dokumentasi, dengan cara mengumpulkan data-data yang
bersumber dari laporan dari masing-masing perusahaan asuransi jiwa
syariah yang diteliti, terdiri dari neraca dan laporan rasio keuangan, dan
laporan statistik asuransi syariah. Selanjutnya, terdapat beberapa variabel
73
penelitian yang tidak tersedia dalam laporan keuangan, sehingga penulis
mengumpulkan data dan menghitung angka yang tertera pada laporan
keuangan asuransi jiwa syariah sesuai dengan rumus yang ada.
D. Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan digunakan untuk
diteliti, yaitu variabel dependen dan variabel independen.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang
dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar,
2002:62). Variabel dependen akan mengamati dan mengukur
seberapa besar pengaruh yang disebabkan oleh variabel independen
(bebas). Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisa struktur pasar
dan kinerja dengan alat ukur profitabilitas pada industri asuransi
syariah, data yang digunakan sebagai variabel dependen pada
penelitian ini adalah ROA (Return On Assets).
2. Variabel Independen
Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Umar,
2002:62). Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisa struktur pasar
dan kinerja dengan alat ukur profitabilitas pada industri asuransi
syariah, data yang digunakan sebagai variabel indenpenden pada
74
penelitian ini adalah pangsa pasar aset atau market share (MS),
Indeks Herfindahl-Hirschman (IHH) dan MSIHH (variabel
interaksi hasil perkalian antara market share dan Indeks
Herfindahl-Hirschman ).
Agar faktor luar yang diteliti semakin kecil pengaruhnya
terhadap variabel dependen, maka diperlukan variabel kontrol yang
mengkondisikan ruang lingkup model ekonomi. Variabel kontrol
yang digunakan dalam penelitian ini, diduga dalam penelitian-
penelitian sebelumnya, secara signifikan mempengaruhi
profitabilitas yaitu variabel biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (BOPO).
Tabel 3.2 Operasional Variabel Dependen dan
Independen Penelitian
Variabel Definisi
Variabel Indikator Skala
Return
On Assets
(ROA)
ROA merupakan
salah satu rasio
profitabilitas
yang digunakan
untuk mengukur
efektivitas
perusahaan
didalam
menghasilkan
keuntungan
ROA=
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
X 100% Rasio
75
dengan
memanfaatkan
aktiva atau asset
yang dimilikinya
Market
Share
(MS)
Market Share
atau pangsa
pasar dihitung
dengan
memperhitungka
n total asset
yang dimiliki
oleh sebuah
asuransi jiwa
syariah terhadap
total asset
industri asuransi
jiwa syariah
secara
keseluruhan
dengan satuan
persen (%)
MS=
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝐴𝑠𝑢𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖
𝑗𝑖𝑤𝑎 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑖𝑎ℎ𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖
𝑎𝑠𝑢𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑗𝑖𝑤𝑎 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑖𝑎ℎ
X100% Rasio
Indeks
Herfinda
hl-
Hirschm
an (IHH)
Indeks
Herfindahl-
Hirschman
(IHH)
merupakan
penyempurnaan
dari rasio
konsentrasi dari
10 perusahaan
IHH = ∑ἰ=1𝑁 𝑆ἰ
2 x 100% Rasio
76
asuransi jiwa
full syariah
untuk mengukur
tingkat
konsentrasi pada
76 industri
asuransi syariah,
variabel yang
dijadikan ukuran
konsentrasi
adalah
penjumlahan
hasil kuadrat
market share
dari setiap
perusahaan yang
ada dalam 76
industri.
MSHHI
(hasil
dari
perkalia
n antara
market
share
dan
Indeks
Herfinda
hl-
Hirschm
MSHHI yaitu
variabel
interaksi antara
market share dan
Indeks
Herfindahl-
Hirschman yang
digunakan untuk
membuktikan
atau
menunjukkan
secara lebih
MSHHI = market share x
Herfindahl-Hirschman
Index (HHI)
Rasio
77
an lanjut apakah
profit
merupakan hasil
dari kolusi.
Biaya
Operasio
nal
terhadap
pendapat
an
(BOPO)
BOPO atau
biasa disebut
rasio efisiensi
digunakan untuk
mengukur
kemampuan
manajemen
perusahaan
dalam
mengendalikan
biaya
operasional
terhadap
pendapatan
operasional
BOPO=
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛)
𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
x100% Rasio
E. Metode Analisis data
Data yang digunakan dalam penelitian merupakan gabungan dari data
time series dan data cross section. Data time series merupakan data dimana
setiap observasi diidentifikasi dengan menggunakan waktu atau tanggal.
Sedangkan data silang (cross section) merupakan data dimana setiap
observasi di identifikasi dengan menggunakan ID unik, misalnya provinsi
atau negara, atau perusahaan. Data panel merupakan data gabungan dari
data runtun waktu (time series data) dan data silang (cross section).
78
Dengan bahasa popular data panel atau disebut juga “pooled data”
mempunyai dimensi waktu dan ruang (Sarwono, 2016:1). Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian adalah dengan analisis regresi data panel,
data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan Eviews 9.
Keuntungan Menggunakan data panel
a. Data panel mampu mengontrol atau menangkap heterogenitas
individu. Data panel menganggap tiap-tiap observasi seperti
individu, perusahaan, negara adalah heterogen. Sedangkan,
data time series dan cross section tidak mampu mengakomodasi
heterogenitas dari individu sehingga memungkinkan terjadinya
bias dari hasil estimasinya. Perbedaan antar individu akan dapat
dilihat setelah mengetahui model– model yang digunakan untuk
data panel.
b. Data panel mampu memberikan informasi yang lebih lengkap,
tingkat variabilitas yang lebih tinggi, koliniaritas antar variabel
berkurang, derajat bebas yang lebih banyak, dan lebih efisien.
Penggabungan data time series dan cross section akan
memberikan lebih banyak jumlah observarsi. Peningkatan
jumlah observasi akan meningkatkan variabilitas dan informasi
data sehingga mampu mengurangi koloniaritas antar variabel.
Peningkatan tersebut juga akan meningkatkan derajat bebas
yang pada akhirnya akan mampu menghasilkan estimasi yang
lebih efisien.
79
c. Data panel lebih mampu melihat dinamika data. Selain bisa
menangkap perbedaan antar individu, data panel juga mampu
membandingkan kondisi individu tersebut pada suatu periode
dengan periode lainnya.
d. Data panel lebih bisa mengidentifikasi dan mengukur efek yang
tidak mampu dideteksi oleh cross section murni atau time
series murni. Misalnya, untuk menentukan apakah keanggotaan
dalam serikat pekerja dapat meningkatkan atau menurunkan
upah. Hal ini tentu akan lebih baik dijawab dengan
mengobservasi pekerja sebelum dan sesudah berpindah dari
serikat pekerja ke tanpa serikat pekerja atau
sebaliknya. Selanjutnya, karakterisitik dari individu dianggap
tetap sehingga dapat diketahui apakah keanggotaan dalam
serikat akan mempengaruhi upah dan seberapa besar
pengaruhnya.
e. Data panel mampu membangun dan menguji model yang lebih
rumit dibandingkan dengan data cross section murni atau time
series murni. Selain itu, beberapa batasan analisis time
series murni pada distributed lag model dapat dipaksakan pada
data panel.
f. Data panel mikro yang digabungkan seperti individu,
perusahaan dan rumah tangga akan lebih akurat diestimasi
dibandingkan dengan variabel yang mirip yang diukur pada
80
level makro. Data panel mampu mengurangi atau
menghilangkan bias yang disebabkan aggregasi individu atau
observasi yang terlalu banyak (Blundell, 1988;Klevmarken,
1989).
g. Data panel makro di lain pihak memiliki data deret waktu yang
lebih panjang tetapi uji unit rootnya memiliki distribusi
asimtotik standar (standard asymptotic distributions)
F. Model Analisis
Penelitian ini menggunakan model regresi data panel, model ini
menggabungkan antara data deret waktu (time series data) dengan data
seksi silang (cross section data). Uji regresi data panel ini digunakan
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yang terdiri dari
pangsa pasar aset atau market share (MS), Herfindahl-Hirschman Index
(HHI), MSHHI (variabel interaksi hasil perkalian antara market share dan
Herfindahl-Hirschman Index), biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (BOPO) terhadap variabel dependen yaitu return on assets
(ROA) perusahaan-perusahaan dalam industri Asuransi Syariah. Yang
mana, dalam menguji regresi data panel ini, peneliti menggunakan
software Eviews 9 dan software Microsoft Excel 2010 yang digunakan
untuk mempermudah pengolahan data seperti untuk pembuatan grafik,
tabel dan lain-lainnya
81
Secara umum, model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
ROAit =α0ἰt + α1MSἰt + α2HHIt + α3MSἰtHHIt + ∑ 𝛼ἰ𝑡𝑍ἰ𝑡 + 𝜀ἰt…………(1)
Dimana:
ROA = Profitabilitas (Return On Asset/ROA)
MS = Market Share Asset/ Pangsa Pasar Aset
HHI = Herfindahl-Hirschman Index
MSHHI = Variabel interaksi hasil perkalian antara MS dan HHI
Z = Vektor dari variabel kontrol tambahan yang dalam
penelitian sebelumnya diduga mempengaruhi profit.
Dalam persamaan (1), peneliti akan menguji pengaruh struktur
pasar terhadap kinerja industri Asuransi Syariah di Indonesia. Dalam jurnal
(Amalia dan Nasution, 2007:33-34), menyatakan bahwa model Weiss
adalah model yang benar untuk menganalisis persaingan dalam sebuah
industri, dimana model menggabungkan variabel pangsa pasar dan
konsentrasi dalam satu model. Dengan demikian, maka dapat dikatakan
pangsa pasar dan konsentrasi pasar adalah variabel yang menjadi proksi dari
variabel struktur pasar.
Dengan berlandaskan paradigma Structure-Conduct-Performance
(SCP), terdapat dugaan kinerja pada industri asuransi syariah di Indonesia
disebabkan oleh perilaku kolusif yang terjadi akibat konsentrasi pasar yang
masih tinggi. Kemungkinan MS tidak signifikan, HHI signifikan, atau
apabila à1 = 0, à2 > 0 menandakan bahwa profit yang dihasilkan dalam
industri tersebut merupakan hasil dari kolusi yang dilakukan perusahaan
82
dalam industri, sehingga profit hanya akan berhubungan positif dengan
konsentrasi pasar. Industri yang demikian, mendukung hipotesis tradisional.
Penggunaan variabel MSHHI digunakan untuk mendukung dan
membuktikan secara lebih lanjut apakah benar profit merupakan hasil dan
kolusi. Apabila profit merupakan hasil dari kolusi, maka a3 > 0, yang berarti
bahwa pembagian profit akan meningkat sesuai dengan proporsi pangsa
pasar terhadap konsentrasi industri. Dan apabila kolusi tidak terjadi dalam
sebuah industri, maka a3 < 0.
Jika hal tersebut tidak terbukti, kemungkinan MS signifikan, HHI
tidak signifikan, atau apabila a1 > 0, a2 = 0 mengindikasi perusahaan yang
mendapatkan pangsa pasar atau market share (MS) yang besar, cenderung
akan terkonsentrasi dengan sendirinya dan hal tersebut merupakan hasil dari
keberhasilan perusahaan tersebut beroperasi secara efisien. Jadi, perusahaan
dapat meningkatkan profitabilitas hanya dengan cara meningkatkan
efisiensi.
Apabila kemungkinan MS signifikan dan HHI signifikan, atau apabila
a1 > 0, a2 > 0 menandakan semua perusahaan dalam industri yang
terkonsentrasi menikmati profit akibat perilaku kolusi yang tersebar secara
tidak merata. Atau dengan arti lain perusahaan yang relatif lebih besar yang
dapat menikmati profit kolusi yang lebih tinggi.
Penelitian ini juga tidak terlepas dari kemungkinan munculnya a1 = 0
dan a2 = 0. Hasil ini dapat menjelaskan bahwa dengan tidak adanya
pengaruh pada variabel MS dan HHI, maka struktur pasar yang diproksikan
83
dengan pangsa pasar dan konsentrasi pasar tidak mempengaruhi kinerja
industri. Atau dapat disimpulkan, kerangka SCP belum mampu menjelaskan
tingkat profitabilitas yang terjadi pada industri Asuransi Syariah di
Indonesia.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai definisi variabel operasional
yang ada dalam persamaan (1).
a. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan dari suatu
perusahaan. Perhitungan ROA menggunakan rumus berikut (sesuai
dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal
25 Oktober 2011) dengan satuan persen (%).
ROA= 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 X 100%...............................................(2)
b. Market Share (MS)
Variabel market share merupakan variabel yang mewakili struktur
pasar melalui pendekatan pangsa pasar. Makna MSit adalah pangsa
pasar Asuransi Syariah individu ke-ἰ pada periode t. Pangsa pasar
dihitung dengan memperhitungkan total aset yang dimiliki oleh
sebuah Asuransi Jiwa Syariah terhadap total aset industri Asuransi
Syariah secara keseluruhan dengan satuan persen (%). Perhitungan
MS menggunakan rumus berikut.
84
MS= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑎𝑠𝑢𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑖𝑤𝑎 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑖𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖 𝑎𝑠𝑢𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑖𝑤𝑎 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑖𝑎ℎ X100%................(3)
c. Herfindahl-Hirschman Index (HHI)
Variabel Herfindahl-Hirschman Index merupakan variabel yang juga
dapat melihat struktur pasar dengan cara mengukur tingkat konsentrasi
dari industri tersebut. Dalam penelitian ini, akan digunakan variabel HHI
yaitu tingkat konsentrasi 10 asuransi jiwa syariah untuk mengukur tingkat
konsentrasi pada industri Asuransi Syariah. Makna HHIt adalah mengukur
tingkat konsentrasi 10 Asuransi Jiwa Syariah pada periode t. Variabel
yang dijadikan ukuran konsentrasi adalah Penjumlahan hasil kuadrat
pangsa pasar aset dari ketiga Asuransi Jiwa Syariah.
Perhitungan HHI menggunakan rumus berikut.
IHH = ∑ἰ=1𝑁 𝑆ἰ
2 x 100%…………………………………………(4)
d. MSHHI (variabel interaksi hasil perkalian antara market share dan)
MSHHI yaitu variabel interaksi antara market share dan Herfindahl-
Hirschman Index ratio yang digunakan unutk membuktikan secara lebih
lanjut apakah profit yang dihasilkan asuransi jiwa syariah merupakan hasil
kolusi. Diduga pembagian profit akan meningkat sesuai dengan proporsi
pangsa pasar terhadap konsentrasi industri. Makna MSiHHIt adalah pangsa
pasar asuransi syariah individu ke-i pada periode t dikalikan dengan
85
tingkat konsentrasi 10 asuransi jiwa syariah pada periode t. Perhitungan
MSHHI menggunakan rumus berikut.
MSHHI = market share x Herfindahl-Hirschman Index ……….(5)
Vektor Z pada persamaan (1) merupakan variabel tambahan yang
dalam penelitian sebelumnya ditemukan secara signifikan mempengaruhi
profit. Variabel dalam vector Z yang disesuaikan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Z = α4BOPOit ………..…………………………………………(6)
Dimana :
BOPO = Biaya Operasional terhadap Pendapat Operasional
Definisi variabel operasional yang ada dalam persamaan (6) adalah
Biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan perusahaan dalam melakukan
kegiatan operasinya oleh bank syariah individu ke-i pada periode t
(Dendawijaya, 2005:119-120). Semakin kecil rasio ini berarti
semakin efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan yang
bersangkutan. Sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi
bermasalah semakin kecil (Hariyani, 2010:54).
86
Perhitungan BOPO menggunakan rumus berikut:
BOPO = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛)𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 x 100………………(7)
Sehingga secara umum, model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
ROAit = αoἰt + α1MSit + α2HHIt + α3MSitHHIt + α4BOPOit +
εit ………………………………………….....................(8)
G. Penentuan Model Estimasi
Dalam estimasi model regresi dengan menggunakan data panel, dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
a. Common Effect Model (CEM) atau Pooled Least Square (PLS)
Common Effect Model (CEM) adalah metode estimasi model
regresi data panel yang paling sederhana yaitu dengan
mengkombinasikan data time series dan data cross section.
Teknik yang paling sederhana mengasumsikan bahwa data
gabungan yang ada, menunjukkan kondisi yang sesungguhnya.
Hasil analisis regresi dianggap berlaku pada semua objek pada
semua waktu (Winarno, 2011:9). Estimasi untuk model ini dapat
dilakukan dengan metode OLS (ordinary least square) (Rosadi,
2012:4).
87
b. Fixed Effect Model (FEM)
Fixed Effect Model (FEM), karena setiap entitas pada intersep
tidak bervariasi (sama) di sepanjang waktu, meskipun intersep
tersebut mungkin berbeda di setiap subjek yang diteliti, misalnya
data berasal dari beberapa perusahaan yang berbeda. Dengan
Bahasa sederhana, FEM lebih kepada pendekatan intersep
(Sarwono, 2016:4). Fixed Effect atau efek tetap disini maksudnya
adalah bahwa satu objek, memiliki konstanta yang tetap besarnya
untuk berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien
regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time invariant).
Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya, digunakan
variabel semu (dummy). Oleh karena itu, model ini sering juga
disebut dengan Least Squares Dummy Variabel dan disingkat
LSDV (Winarno, 2011:9).
c. Random Effect Model (REM)
Random Effect Model (REM), karena komponen error-nya lebih
dari satu. Dengan Bahasa sederhana, REM lebih kepada
pendekatan error term (Sarwono, 2016:4). Pada model REM,
perbedaan intersep di akomodasi oleh error term masing-masing
perusahaan. Metode Random Effect Model (REM). Sering disebut
dengan teknik Error Component Model (ECM) atau Generalized
Least Square (GLS).
88
Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan fixed
effect model atau metode efek tetap yang menggunakan variabel
semu, sehingga model mengalami ketidakpastian. Tanpa
menggunakan variabel semu, metode random effect atau efek
random menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan
antar waktu dan antar objek. Namun untuk menganalisis dengan
metode efek random ini ada satu syarat, yaitu objek data silang
harus lebih besar daripada banyaknya koefisiensi (Winarno,
2011:9).
H. Tahap analisis data
Dalam menentukan model yang paling tepat untuk regresi data panel,
dapat dilakukan dengan beberapa uji berikut ini:
1. Uji Chow (CEM vs FEM)
Uji Chow adalah uji statistik yang dilakukan untuk memilih
apakah model common effect model ataukah fixed effect model
yang lebih tepat untuk digunakan dalam estimasi data panel.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan hipotesis:
H0 = Common Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Yang menjadi dasar penolakan hipotesis dilakukan dengan
membandingkan perhitungan antara F statistik dan F tabel. Jika F
hitung > F tabel, maka H0 ditolak, yang berarti model yang tepat
digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya jika F
89
hitung < F tabel, maka H1 ditolak, yang berarti model yang tepat
digunakan adalah Common Effect Model.
Pada tabel uji chow, dapat juga dilihat pada nilai
probabilitas untuk cross section F. Jika nilai probabilitas < 0,05
maka model yang terpilih adalah Fixed Effect Model, tetapi jika
nilai probabilitas > 0,05 maka model yang terpilih adalah
Common Effect Model.
2. Uji Hausman (FEM vs REM)
Uji Hausman yaitu uji statistik yang dilakukan untuk
memilih apakah model fixed effect model ataukah random effect
model yang lebih sesuai untuk digunakan dalam estimasi data
panel.
Menurut Gudjarati (Sarwono, 2016:4), terdapat beberapa
pertimbangan kapan sebaiknya kita menggunakan FEM atau REM,
pertimbangannya adalah sebagai berikut:
1) Pergunakan FEM jika T (jumlah data runtun waktu atau time
series data) besar dan N (jumlah unit silang).
2) Pergunakan REM jika N besar dan T kecil (misalnya data
panel pendek).
3) Pergunakan FEM jika komponen error individu ε1 berkolerasi
dengan satu atau lebih variabel bebas.
90
4) Penggunaan REM akan menjadi lebih efisien daripada FEM
saat asumsi yang mendasari REM atau ECM terpenuhi, meski
jumlah N besar dan t kecil.
Namun, keputusan penggunaan FEM dan REM dapat
ditentukan pula dengan spesifikasi yang dikembangkan dengan
Hausman. Uji Hausman ini didasarkan pada ide bahwa LSDV di
dalam metode Fixed Effect dan GLS adalah efisien, sedangkan
metode OLS tidak efisien, dilain pihak alternatifnya metode OLS
efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nulnya adalah
hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji hausman bisa
dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan hipotesis:
H0 = Random Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Statistik uji hausman ini mengikuti distribusi statistik chi-squares
dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah
variabel independen. Jika nilai hausman > nilai kritis chi-square
berarti H0 ditolak, artinya model yang digunakan adalah Fixed Effect
Model dan sebaliknya jika nilai hausman < nilai kritis chi-square
berarti H1 ditolak, artinya model yang digunakan adalah Random
Effect Model.
Selain dilihat dari nilai chi-square, juga dapat dilihat dari nilai
probabilitasnya, jika nilai probabilitasnya > 0,05 maka model yang
91
terpilih adalah Random effect Model. Sedangkan jika nilai
probabilitasnya < 0,05 maka model yang terpilih adalah Fixed Effect
Model.
I. Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan secara statistik dengan tujuan untuk melihat
pengaruh nyata atau tidaknya suatu variabel yang akan diteliti. Uji
hipotesis yang akan dilakukan adalah:
1. Uji-F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat
berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan cara membandingkan antara nilai F-hitung (Fo) dengan F-tabel
(F nilai kritis) dengan menggunakan ketentuan, yaitu:
1) Jika nilai F hitung > F tabel dengan tingkat signifikan (α)
tertentu, misalnya sebesar 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
2) Jika nilai F hitung < F tabel dengan tingkat signifikan (α)
tertentu, misalnya sebesar 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak.
Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitasnya. Nilai
ini digunakan sebagai alternatif pengujian hipotesis simultan dengan
ketentuan sebagai berikut:
92
1) Jika nilai probabilitas hasil perhitungan < nilai alpha (α),
misalnya 0,05; maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Jika nilai probabilitas hasil perhitungan > nilai alpha (α),
misalnya 0,05; maka H0 diterima dan H1 ditolak (Saworno,
2016:32-33).
2. Uji-t
Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap
variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara t-hitung (to) dengan t-tabel (t nilai kritis)
dengan menggunakan ketentuan, yaitu:
1) Jika nilai t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan (α) tertentu,
misalnya sebesar 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Jika nilai t hitung < t tabel dengan tingkat signifikan (α) tertentu,
misalnya sebesar 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitasnya. Nilai
ini digunakan sebagai alternatif pengujian hipotesis parsial dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas hasil perhitungan < nilai alpha (α),
misalnya 0,05; maka H0 ditolak dan H1 diterima.
93
2) Jika nilai probabilitas hasil perhitungan > nilai alpha (α),
misalnya 0,05; maka H0 diterima dan H1 ditolak (Saworno,
2016:33-34).
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) merupakan pengukuran proporsi
varian-variabel tergantung tentang rata-ratanya yang dapat dijelaskan
oleh variabel bebas atau prediktornya. Jika nilai koefisien determinan
semakin besar (mendekati 1), maka prediksinya yang dibuat semakin
akurat. Rentang nilai R square (R2) adalah antara 1-0. Nilai ini selalu
positif. Nilai R square (R2) mendekati 1 mempunyai makna
kecocokan model regresi semakin benar, sebaliknya jika nilainya
mendekati 0, maka regresi semakin tidak layak.
Terdapat juga yang disebut dengan adjusted R square (2), yang
merupakan nilai R2 yang disesuaikan dengan mempertimbangkan
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam persamaan regresi dan
ukuran sampel. Asumsinya, jika variabel bebas ditambahkan nilai ini
cenderung naik. Nilai ini sering digunakan sebagai nilai kecocokan
model (goodness of fit) dimana jika nilainya semakin tinggi
(mendekati 1), model semakin benar atau akurat. Nilai ini umumnya
lebih kecil dari nilai R square (R2) meski kadang dapat juga sama (
2 ≤
R2).
Jika dibandingkan antara nilai R square (R2) dan nilai Adjusted
R square (2), untuk pengukuran kecocokan model, maka nilai Adjusted
94
R square (2) akan lebih baik, karena nilai Adjusted R square (
2) dapat
naik atau turun dengan adanya penambahan variabel baru, tergantung
dari korelasi antara variabel bebas tambahan tersebut dengan variabel
terikatnya (Saworno, 2016:29-30)
95
J. Kerangka Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Asuransi Jiwa Syariah
Variabel Kinerja
Profitabilitas (ROA)
Variabel Struktur Pasar
Pangsa Pasar Aset/ Market
Share (MS)
Herfindahl-Hirschman Index
(HHI)
MSHHI
Variabel Kontrol yang
mempengaruhi
profitabilitas
BOPO
Common Effect Model
Metode Estimasi Data Panel
Fixed Effect Model Random Effect Model
Uji Chow Uji Hausman
Pemilihan Model Regresi Panel
Uji Signifikan
Uji - t Uji - F Koefisien Determinan (R2)
Interpretasi
96
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Indonesia memiliki potensi yang besar dalam perindustrian
asuransi syariah di Asia, maupun dunia. Hal ini disebabkan karena
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki
pertumbuhan tertinggi dalam mengembangkan industri asuransi syariah.
Selain itu, tingginya populasi dan akselerasi ekspansi pasar yang tinggi
dari masyarakat kelas menengah menjadi nilai lebih bagi Indonesia untuk
menjadi motor perindustrian asuransi syariah di Asia.
Asuransi syariah di Indonesia pertama kali didirikan pada tahun
1994 yaitu dengan diresmikannya PT.Takaful Keluarga. Dibandingkan
dengan asuransi konvensional yang sudah beroperasi sejak tahun 1912
dengan berdirinya asuransi Bumiputera maka usia asuransi syariah masih
tergolong relatif muda.
Sedikitnya masyarakat Indonesia yang ikut berasuransi menjadi
peluang bagi asuransi syariah untuk meningkatkan pangsa pasar, sejalan
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa asuransi misalnya
untuk kebutuhan meningkatkan pendidikan anak, meningkatnya biaya
kesehatan dan lain-lainnya.
Di samping itu besarnya penduduk Indonesia yang beragama Islam
menjadikan asuransi syariah berpeluang besar untuk lebih berkembang
lagi. Hal ini karena bagi orang muslim menjalankan aktivitas yang sesuai
97
dengan tuntunan Islam tentunya akan menjadi pilihan utama, demikian
juga dalam hal pilihan berasuransi tentunya seorang muslim akan lebih
memilih yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu asuransi syariah dari pada
asuransi konvensional yang selama ini masih diragukan kehalalannya.
Indonesia dengan jumlah populasi lebih dari 300 juta orang
memiliki potensi yang baik bagi perindustrian asuransi syariah. Selain itu,
ekspansi masyarakat yang terus tumbuh hingga mencapai 1% per tahun
dan dengan rata-rata pendapatan masyarakat terus tumbuh hingga 5% per
tahun, seharusnya menjadi angin segar bagi para pelaku usaha industri
asuransi syariah di Indonesia. Namun, pangsa pasar asuransi syariah di
Indonesia tidak kurang dari 3% dibandingkan dengan asuransi di
Singapura. Bahkan, menjelang akhir Desember 2015, Indonesia hanya
memiliki pangsa pasar sebesar 2,51% dari keseluruhan polis asuransi.
Dilihat pada Tabel 4.1 mengenai pangsa pasar asuransi dengan prinsip
syariah.
98
Tabel 4.1 Pangsa Pasar Asuransi Dengan Prinsip Syariah.
Keterangan
Polis/Peserta Kontribusi
Bruto Klaim Bruto
Aset
2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016
Seluruh Asuransi
Jiwa 60,515,604 52,290,205 135.13 167.17 82.83 96.19 378.03
451.05
Asuransi Jiwa
Syariah 4,762,542 5,349,352 8.27 9.44 2.58 3.06 21.73
26.90
Persentase
Asuransi Jiwa
Syariah
7.87% 10.23% 6.10% 5.65% 3.10% 3.18% 5.70% 5.96%
Seluruh Asuransi
Umum &
Reasuransi
60.25 66.59 33.22 34.19 138.83 143.81
Asuransi Umum &
Reasuransi
Syariah
1.96 2.85 0.91 1.23 4.96 6.22
Persentase
Asuransi Umum &
Reasuransi
3.30% 4.29% 2.7% 3.61% 3.60% 4.32%
Seluruh Asuransi 195.38 233.76 116.05 130.38 516.87 594.86
Seluruh Asuransi
Syariah 10.23 12.29 3.49 4.29 26.69
33.12
Persentase Seluruh
Asuransi Syariah 5.20% 5.26% 3.60% 3.29% 5.20%
5.57%
99
Pada Tabel 4.1 menunjukan bahwa pangsa pasar dapat dilihat dari
Polis/Peserta, Kontribusi Bruto, Klaim Bruto, dan Aset. Pada tahun 2015
dan 2016 yang memiliki polis/peserta hanya asuransi jiwa dimana untuk
asuransi jiwa syariah mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2015 yaitu
sebesar 4,762,542 dan pada tahun 2016 yaitu sebesar 5,349,352,
sedangkan untuk seluruh asuransi jiwa mengalami penurunan dengan
selisih yaitu 586,810. Pada kontribusi bruto, klaim bruto, dan aset pada
tahun 2015 & 2016 mengalami peningkatan sehingga terbuka luas untuk
semakin besarnya pangsa pasar dan akan semakin berkembangnya
asuransi syariah di Indonesia sehingga nantinya dapat bersaing dengan
asuransi konvensional.
B. Analisis Deksriptif Statistik
Data yang digunakan dalam penelitian akan di analisis didalam bab
ini. Data yang digunakan adalah variabel-variabel return on assets (ROA),
pangsa pasar aset atau market share (MS), Indeks Herfindahl-Hirschman
(IHH), dan MSIHH (variabel interaksi hasil perkalian antara market share
dan Indeks Herfindahl-Hirschman), dan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO). Objek penelitian yang digunakan adalah
asuransi syariah sejak tahun 2012 hingga tahun 2016, dan memenuhi
kriteria yang diperlakukan dengan tujuan penerapan operasional variabel
dengan teknik purposive sampling yang tepat digunakan dalam penelitian
ini. Asuransi Syariah yang dijadikan objek penelitian sebanyak 10
Asuransi Syariah yang terdiri dari 2 Full Asuransi Syariah dan 8 Unit
100
Asuransi Syariah yang daftar perusahaannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Data yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan masing-masing
Asuransi Syariah yang dipublikasikan melalui situs (website) masing-
masing perusahaan yang bersangkutan dan laporan publikasi yang
dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
1. Analisis Deskriptif Pangsa Pasar Aset dan Indeks Herfindahl-
Hirschman Asuransi Syariah, Periode Tahun 2012-2016
Tabel 4.2 Data Pangsa Pasar Aset 10 Asuransi Jiwa Syariah
Tahun 2012 – 2016
Sumber: Data Diolah, 2018, (Otoritas Jasa Keuangan)
Struktur pasar suatu industri tidak hanya dilihat dari berapa jumlah
pemain atau perusahaan yang bersaing didalamnya, namun juga beberapa
penguasaan perusahaan tertentu terhadap total pangsa di industri tersebut
atau yang dikenal dengan pangsa pasar. Pada industri perbankan terdapat
Asuransi
Jiwa
Syariah
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
_TKFL 5.48 5.01 4.12 3.22 2.96
_AMG 3.07 2.26 1.68 1.1 0,.83
_CAR 1.88 1.78 1.64 1.01 0.82
_MNFL 2.17 2.97 3.52 3.72 4.67
_BRI 1.77 1.3 1.08 0.18 0.67
_BMP 6.11 4.72 3.64 2.77 1.40
_PRD 27.98 37.94 38.39 41.19 38.09
_MGL 1.54 1.55 1.31 0.9 0.76
_PNI 1.98 2.29 1.98 2.18 1.25
_ALI 2.92 2.79 3.33 4.23 4.56
101
tiga pangsa pasar yang dinilai relevan, yaitu pangsa aset, pangsa kredit, dan
pangsa dana pihak ketiga (Naylah, 2010:87).
Pangsa pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pangsa pasar
aset atau penguasaan pasar aset dikarenakan dalam Asuransi Syariah tidak
ada kredit dan dana pihak ketiga, maka 10 Asuransi Syariah yang terdiri dari
2 full syariah dan 8 unit syariah yang dikhususkan untuk perusahaan
Asuransi Jiwa Syariah yang masih bertahan dari tahun 2012 hingga pada
tahun 2016, terlihat pada Tabel 4.2 terdapat peningkatan dan penurunan
pada masing-masing perusahaan yang tidak terlalu sigifikan. Dalam hasil
analisis deskriptif market share tertinggi yaitu sebesar 41.19 sedangkan
market share terendah yaitu sebesar 0.62.
Tabel 4.3 Data Indeks Herfindahl-Hirschman (HHI) Asuransi Jiwa
Syariah di Indonesia Tahun 2012-2016
Sumber: Data Diolah,2018 (Otoritas Jasa Keuangan)
Dari Tabel 4.3 menghasilkan bahwa angka mean pada variabel Indeks
Herfindahl-Hirschman (HHI) adalah sebesar 1521.962, artinya bahwa rata-rata
tingkat Indeks Herfindahl-Hirschman (HHI) pada 10 Asuransi Jiwa Syariah
pada tahun 2012-2016 sebesar 1521.962 yang menunjukkan bahwa struktur
Tahun Perusahaan HHI
2012 A 1359.47
2013 B 1506.6
2014 C 1526.38
2015 D 1732.8
2016 E 1484.56
102
pasar dari asuransi jiwa syariah ini termasuk pada pasar persaingan
monopolistic atau oligopoli. Karena apabila HHI > 1500 termasuk dalam
kategori terkonsentrasi secara moderat dan termasuk dalam struktur pasar.
Gambar 4.1 Derajat Penguasaan Pasar
Sumber: (Teguh, 2010:84-85)
Pada industri pasar persaingan sempurna, masing-masing penjual tidak
mempunyai kekuatan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Derajat
konsentrasinya 0% bila semua output disebarkan secara merata. Hal
sebaliknya, pada monopoli derajat industrinya dapat mencapai 100%. Semakin
ke kanan menuju monopoli derajat semakin meningkat sebaliknya semakin ke
kiri semakin turun. Jenis struktur pasar oligopoli memiliki derajat penguasaan
pasar di wilayah tengah. Dalam kenyataannya ukurannya berada di rentang 0%
sampai 100%. Namun demikian, dalam kenyataannya hampir sering dijumpai
Persaingan
Sempurna Monopoli
Oligopoli Persaingan Monopoli
103
derajat penguasaan pasar yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan industri
adalah berada pada rentang penguasaan pasar ekstrim bawah dan ekstrim atas,
atau wilayah tengah. Jenis struktur pasar yang cocok pada tingkatan
konsentrasi industri persaingan monopoli dan industri oligopoli. Bila demikian
halnya, derajat penguasaan pasar suatu industri semakin lama semain menurun
(Teguh, 2010:84-85).
2. Analisis Deskriptif Rasio Return On Assets (ROA), periode
tahun 2012-2016
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen keuangan
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan aset (Dendawijaya, 2005:118).
Pada Tabel 4.4 menghasilkan bahwa angka mean pada variabel Return On
Assets (ROA) adalah sebesar 6.387600, artinya bahwa rata-rata tingkat ROA
10 Asuransi Jiwa Syariah periode 2012-2016 adalah sebesar 6.387600%.
Angka rasio ROA terkecil dialami oleh Asuransi Amanah Jiwa Giri Artha pada
tahun 2013, yaitu sebesar -13.65%. Terlihat rasio yang menunjukkan nilai
negatif, yang artinya aset yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan
ataupun kerugian pada perusahaan atau kemampuan modal yang di
investasikan secara keseluruhan aktiva belum mampu menghasilkan
keuntungan. Sedangkan, angka Rasio ROA terbesar juga pernah dimiliki oleh
Prudential Life Assurance pada tahun 2014 sebesar 72.48%
104
Tabel 4.4 Data Rasio ROA 10 Asuransi Jiwa Syariah
Tahun 2012-2016
Sumber : Data Diolah, 2018, (Otoritas Jasa Keuangan)
3. Analisis Deskriptif Rasio Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) Periode Tahun 2012-2016
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya
(Dendawijaya, 2005:119-120). Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Hariyani,
2010:54).
Asuransi Jiwa
Syariah
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
_TKFL 4.26 8.09 8.6 11.61 4.76
_AMG 0.03 -10.85 -4.65 -13.65 -10.74
_CAR 2.7 11.75 10.6 2.92 0.9
_MNFL 21.86 24.45 23.09 19.24 12.68
_BRI 3.81 1.2 2.29 2 -4..46
_BMP 2.35 0.16 0.45 8.08 5.44
_PRD 0.32 7.47 72.48 32.32 23.64
_MGL 15.99 16.59 7.5 -6.33 6.68
_PNI 19.3 9.11 12.15 8.07 14.24
_ALI 6.76 28.8 23.75 26.08 12.86
105
Tabel 4.5 Data Rasio BOPO 10 Asuransi Jiwa Syariah
Tahun 2012-2016
Sumber: Data Diolah,2018 (Otoritas Jasa Keuangan)
Pada Tabel 4.5, menghasilkan bahwa angka mean pada variabel Rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah sebesar 98.26000,
artinya bahwa rata-rata tingkat Rasio BOPO 10 asuransi jiwa syariah periode
2012-2016 adalah sebesar 98.26%. Angka rasio BOPO terkecil dialami oleh
Asuransi Jiwa Mega Life pada tahun 2016, yaitu sebesar 22.09%. Sedangkan,
angka Rasio BOPO terbesar dimiliki oleh Asuransi Jiwa Syariah Amanah Jiwa
Giri Artha pada tahun 2015 sebesar 183.08%, angka tersebut menunjukkan nilai
yang cukup besar untuk nilai rasio BOPO artinya Asuransi Amanah Jiwa Giri
Artha mengalami penurunan tingkat efisiensi.
Asuransi Jiwa
Syariah
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
_TKFL 103.59 96.8 91.65 89.74 82.38
_AMG 99.4 199.39 123.38 183.08 148.12
_CAR 85.76 5538 61.85 89.39 97.11
_MNFL 42.27 40.78 34.78 39.65 62.51
_BRI 88.08 96.33 93.99 94.69 111.68
_BMP 95.36 107.41 100.92 82.16 93.21
_PRD 38.61 37.1 34.14 33 46.02
_MGL 69.61 77.92 82.82 138.85 22.09
_PNI 45.18 51.09 35.43 34.49 31.24
_ALI 108.33 98.24 100.92 77.25 91.16
106
C. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Kombinasi dari data bertipe cross section dan data time series (yakni
sejumlah variabel di observasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan
dalam suatu jangka waktu tertentu). Data demikian disebut sebagai data
panel atau pooling dan model yang digunakan untuk menganalisis data
jenis ini disebut sebagai model data panel. Secara umum terdapat 3 model
panel (Rosadi, 2012: 271-273) yang sering digunakan yaitu:
1) Common Effect Model (CEM)
2) Fixed Effect Model (FEM)
3) Random Effect Model (REM)
Pemilihan model yang sesuai dari ketiga model tersebut,
tergantung pada asumsi yang digunakan peneliti serta memenuhi
persyaratan pengolahan data statistik yang benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara statistik. Selanjutnya, untuk memilih model
yang tepat dari ketiga model yang ada, dilakukan pengumpulan data panel
yang diperlukan dalam penelitian dan diolah menggunakan common effect
model dan fixed effect model. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
107
Tabel 4.6 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model dan
Fixed Effect Model
Variabel Common Effect Model Fixed Effect Model
t-Statistic Prob. t-Statistic Prob.
C 3.162219 0.0028 0.165428 0.8695
MS -1.797955 0.0789 2.016633 0.0497
HHI 2.172697 0.0351 2.436954 0.0188
MSHHI 2.658434 0.0108 2.981768 0.0046
BOPO -6.805112 0.00000 0.00000 0.00000
Adjusted R-square 0,649013 0.721006
F-statistic 23.65157 10.74084
Prob. (F-statistic) 0,000000 0.00000
Sumber: Data diolah, 2018
Hasil regresi data panel dengan menggunakan model common effect dan
model fixed effect telah didapat, langkah selanjutnya adalah melakukan uji
untuk menentukan model estimasi penelitian yang lebih tepat antara model
common effect dan model fixed effect. Untuk menentukan model regresi
data panel diantara kedua model tersebut, digunakan uji Chow. Uji chow
adalah pengujian yang dilakukan untuk menentukan diantara model
common effect dan model fixed effect, mana yang lebih tepat untuk
digunakan dalam estimasi data panel. Hipotesis dalam uji Chow dalam
penelitian ini adalah:
H0 = Common Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
108
Dasar penolakan hipotesis adalah dengan membandingkan nilai F
hitung dan F tabel atau membandingkan nilai probabilitas dengan α = 5%.
Jika F hitung > F tabel atau nilai probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak,
yang berarti model yang tepat digunakan adalah model Fixed effect, dan
sebaliknya jika F hitung < F tabel atau nilai probabilitas > 0.05, maka H1
ditolak, yang berarti model yang tepat digunakan adalah model common
effect.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan uji chow
adalah melakukan regresi untuk mendapatkan model common effect dan
model fixed effect. Setelah mendapatkan hasil regresi model common effect
dan model fixed effect, dilakukan uji chow dengan melakukan uji
likelihood ratio menggunakan eviews pada hasil regresi model fixed effect.
Hasil uji likelihood ratio atau uji chow dapat dilihat pada Tabel 4.7
menunjukkan yaitu:
Tabel 4.7 Hasil Uji Chow
Sumber: Data Diolah, 2018
Dari hasil uji Chow terlihat bahwa nilai probabilitas Chi-square
lebih < α yaitu sebesar 0,0071 < 0,05. Maka dari hasil tersebut dapat
disimpulkan menolak H0 dan menerima H1 atau dengan kata lain menolak
model pooled least square dan menerima model fixed effect. Langkah
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 2.290224 (9,36) 0.0377
Cross-section Chi-square 22.635117 9 0.0071
109
selanjutnya adalah menentukan model terbaik antara fixed effect dan
random effect melalui uji hausman。
Tabel 4.8 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Variabel
Random Effect Model
t-Statistic Prob.
C 3.546827 0.0009
MS 0.577408 0.5673
HHI -1.154766 0.2558
MSHHI 0.327215 0.7454
BOPO -349429 0.72880
Adjusted R-
square 0,649013
F-statistic 23.65157
Prob. (F-statistic) 0,000000
Sumber: Data Diolah, 2018
Hasil regresi data panel dengan menggunakan model common
effect dan model fixed effect telah didapat, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji untuk menentukan model estimasi penelitian yang lebih
tepat antara model fixed effect dan model random effect. Untuk
menentukan model regresi data panel diantara kedua model tersebut,
digunakan uji Hausman. Uji Hausman adalah pengujian yang dilakukan
untuk menentukan diantara model fixed effect dan random effect, mana
yang lebih tepat untuk digunakan dalam estimasi data panel. Hipotesis
dalam uji Hausman dalam penelitian ini adalah:
110
H0 = Random Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Dasar penolakan hipotesis adalah dengan membandingkan mengikuti
distribusi statistic chi-squares dengan degree of freedom sebanyak k,
dimana k adalah jumlah variabel independen atau membandingkan nilai
probabilitas dengan α = 5%. Jika nilai hausman > nilai kritis chi-square
atau nilai probabilitas > 0.05, maka H1 ditolak, yang berarti model yang
tepat digunakan adalah model random effect.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan uji Hausman
adalah melakukan regresi untuk mendapatkan model random effect.
Setalah itu dilakukan uji Hausman dengan melakukan uji Hausman Test
pada hasil regresi model random effect menggunakan Eviews. Hasil uji
Hausman Test atau uji Hasuman dapat dilihat pada Tabel 4.9
menunjukkan bahwa :
Tabel 4.9 Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 14.856360 4 0.0050
Sumber: Data Diola, 2018
Berdasarkan hasil uji Hausman pada Tabel 4.9 menunjukkan,
didapatkan nilai Chi Square Statistic sebesar 14.856360, dengan nilai
kritis Chi Square sebesar 9.487729, pada tingkat keyakinan α = 5%, k=5,
dengan df1 (k-1) sebesar 4, yang berarti bahwa nilai Chi Square Statistic
111
< nilai kritis Chi Square (14.856360 > 9.487729), dan nilai probabilitas
Chi Square Statistic sebesar 0.0050, yang berarti bahwa nilai probabilitas
Chi Square lebih besar dari nilai 0.05 (0.0050 < 0.05). Maka H0 ditolak,
sehingga model panel yang lebih tepat digunakan adalah Fixed Effect
Model (FEM).
Setelah melakukan dua uji pemilihan model, yaitu uji chow dan uji
hausman. Dapat disimpulkan, bahwa Model Fixed Effect lebih baik untuk
digunakan dalam penelitian daripada model common effect dan random
effect.
D. Hasil Uji Signifikan
1. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen (bebas)
yang digunakan dalam penelitian berpengaruh secara simultan (bersama-
sama) terhadap variabel dependennya, maka digunakan uji-F, pengujian
dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel atau
membandingkan nilai probabilitas dengan α = 5%. Adapun hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara
pangsa pasar aset (MS), Herfindahl-Hirschman Index (HHI),
MSHHI, dan Biaya operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO) terhadap return on assets (ROA) industri Asuransi Jiwa
Syariah.
112
H1 = Terdapat pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara pangsa
pasar aset (MS), Herfindahl-Hirschman Index (HHI), MSHHI, dan
Biaya operasional terhadap pendapata operasional (BOPO)
terhadap return on assets (ROA) industri Asuransi Jiwa Syariah.
Dasar penolakan hipotesis adalah jika nilai F-hitung > F-tabel atau nilai
probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak, dan sebaliknya, jika nilai F-hitung < F-
tabel atau nilai probabilitas > 0.05, maka H1 ditolak. Nilai F-hitung diperoleh
dari hasil nilai F-statistic yang diperoleh dari model hasil regresi data panel
yang terpilih.
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil F-statistic yang diperoleh dari model,
diperoleh nilai F-hitung sebesar 10.74084 dengan probabilitas sebesar
0.000000, pada tingkat keyakinan α = 5%, k=5, n= 50, sehingga nilai F -tabel
diperoleh 2.578739 dengan df1 (k-1) dan df2 (n-k) sebesar 4 dan 45. Maka
terlihat bahwa F-hitung > F-tabel (10.74084 >2.578739) atau nilai
probabilitas F-hitung lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.000000 <
0.05), dengan hasil tersebut berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat
disimpulkan, bahwa variabel independen MSAset, HHI, MSHHI, dan BOPO
berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROA) industri asuransi
syariah di Indonesia periode tahun 2012 -2016.
2. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Pengujian dilakukan untuk menguji apakah variabel independen
pangsa pasar aset (MS), Herfindahl-Hirschman Index (HHI), MSHHI, dan
113
Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh
secara parsial terhadap variabel dependennya return on assets (ROA)
industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia periode tahun 2012-2016, yaitu
dengan membandingkan masing-masing nilai t-hitung dengan t-tabel atau
membandingkan nilai probabilitas variabel independennya dengan α = 5%.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 = Variabel X1 tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya.
H1 = Variabel X1 berpengaruh terhadap variabel dependennya.
Dasar penolakan hipotesis adalah jika nilai t-hitung > t-tabel atau nilai
probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak dan sebaliknya, jika nilai t-hitung < t-
tabel atau nilai probabilitas > 0.05, maka H1 ditolak. Nilai t-hitung diperoleh
dari hasil nilai t-statistic yang diperoleh dari model hasil regresi data panel
yang terpilih. Uji t yang dilakukan menggunakan uji satu sisi (one tail test),
dengan k=5, n=50 dan α= 5%, maka diperoleh t-tabel sebesar 2.014103.
Dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel sebesar 2.014103 dan
melihat probabilitas masing-masing variabel independen, maka dapat
dipaparkan hasil uji-t masing-masing variabel independen sesuai dengan hasil
regresi pada Tabel 4.6 sebagai berikut:
a. Uji t terhadap Variabel Market Share (MS)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, variabel
market share memiliki hasil uji t-hitung sebesar 2.016633, sementara
nilai t-tabel sebesar 2.014103, yang artinya diperoleh bahwa nilai t-
114
hitung lebih besar dari nilai t-tabel (2.016633 > 2.014103), atau nilai
probabilitas dari variabel market share sebesar 0.0497 yang artinya
lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan 0.05 (0.0497 <
0.05). Berdasarkan hasil tersebut maka H1 diterima dan H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel market share
berpengaruh terhadap profitabilitas industri asuransi jiwa syariah di
Indonesia.
b. Uji t terhadap Variabel Herfindahl-Hirschman Index (HHI)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, variabel
HHI memiliki hasil uji t-hitung sebesar 2.436954, sementara nilai t-
tabel sebesar 2.014103, yang artinya diperoleh bahwa nilai t-hitung
lebih besar dari nilai t-tabel (2.436954 > 2.014103), atau nilai
probabilitas dari variabel HHI sebesar 0.0188 yang artinya lebih
kecil dari nilai signifikansi yang digunakan 0.05 (0.0188 < 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut maka H1 diterima dan H0 ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel HHI berpengaruh terhadap
profitabilitas industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia.
c. Uji t terhadap Variabel MSHHI (hasil perkalian antara market
share dan Herfindahl-Hirschman Index)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, variabel
MSHHI memiliki hasil uji t-hitung sebesar 2.981768, sementara
nilai t-tabel sebesar 2.014103, yang artinya diperoleh bahwa nilai t-
115
hitung lebih besar dari nilai t-tabel (2.981768 > 2.014103), atau nilai
probabilitas dari variabel MSHHI sebesar 0.0046 yang artinya lebih
kecil dari nilai signifikansi yang digunakan 0.05 (0.0046 > 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut maka H1 diterima dan H0 ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel MSHHI berpengaruh terhadap
profitabilitas industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia.
d. Uji t terhadap Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan, variabel
BOPO memiliki hasil uji t-hitung sebesar 7.632790, sementara nilai
t-tabel sebesar 2.014103, yang artinya diperoleh bahwa nilai t-hitung
lebih besar dari nilai t-tabel (7.632790 > 2.014103), atau nilai
probabilitas dari variabel BOPO sebesar 0.0000. yang artinya lebih
kecil dari nilai signifikansi yang digunakan 0.05 (0.000 < 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut maka H1 diterima dan H0 ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO berpengaruh terhadap
profitabilitas industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia.
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) merupakan pengukuran proposi varian
variabel tergantung tentang rata-ratanya yang dapat dijelaskan oleh
variabel bebas atau prediktornya. Jika nilai koefisien determinasi semakin
besar (mendekati 1), maka prediksi yang dibuat semakin akurat.
116
Terdapat juga yang disebut dengan adjusted R square (2), yang
merupakan nilai R2
yang disesuaikan dengan mempertimbangkan jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam persamaan regresi dan ukuran
sampel. Asumsinya, jika variabel bebas ditambahkan, nilai ini cenderung
naik. Nilai ini sering digunakan sebagai nilai kecocokan model (goodness
of fit) dimana jika nilainya semakin tinggi (mendekati 1), model semakin
benar atau akurat.
Berdasarkan hasil regresi data panel menggunakan Fixed Effect
Model pada Tabel 4.7 didapatkan koefisien determinasi sebesar 0.795025
atau 79.50%. Hal ini menunjukkan bahwa 79.50% kinerja pada
profitabilitas industri Asuarnsi Jiwa Syariah yang diproksikan dengan
variabel dependen ROA (Return On Assets) dapat dijelaskan oleh variabel
independen pangsa pasar aset (MS Aset), Herfindahl-Hirschman Index
(HHI), MSHHI dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO). Sedangkan sisanya 20.5% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
Jika dibandingkan antara nilai R square (R2) dan nilai Adjusted
Rsquare (2), untuk pengukuran kecocokan model, maka nilai Adjusted R
Square (2) akan lebih baik, karena nilai Adjusted R Square (
2) dapat naik
atau turun dengan adannya penambahan variabel baru, tergantung dari
korelasi antara variabel bebas tambahan tersebut dengan variabel
terikatnya.
117
Berdasarkan hasil regresi data panel menggunakan Fixed Effect
Model didapatkan nilai Adjusted R-squared sebesar 0.721006 atau 72.10%.
Hal in menunjukkan bahwa 72.10% kinerja pada profitabilitas industri
asuransi jiwa syariah yang diproksikan dengan variabel dependen ROA
(Return On Assets) dapat dijelaskan oleh variabel independen (pangsa
pasar aset (MS Aset), Herfindahl-Hirschman Index (HHI), MSHHI dan
biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)). Sedangkan
sisanya 27.9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
E. Hasil Estimasi Model
Berdasarkan uji Hausman yang dilakukan, hasil dari estimasi yang
menggunakan Fixed Effect Model dapat disimpulkan bahwa hasil regresi
yang dilakukan cukup baik untuk menjelaskan pengaruh pangsa pasar aset
(MSAset), Herfindahl-Hirschman Index (HHI), MSHHI dan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) terhadap kinerja
pada profitabilitas industri asuransi jiwa syariah yang diproksikan dengan
Return On Assets (ROA).
Dari model estimasi yang terpilih, diperoleh persamaan model
regresi data panel dengan menggunakan software Eviews 9 adalah sebagai
berikut:
118
Tabel 4.10
Nilai Koefisien Variabel
Variable Coefficient
C 3.475844
MS 1.723137
HHI 0.013817
MSHHI 0.001681
BOPO -0.076941
Sumber : Data Diolah,2018
ROAit = 3.475844+ 1.723137MSit +0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt
- 0.076941BOPOit + µit
Interpretasi dari model tersebut adalah sebagai berikut :
1. Nilai konstanta (c) dalam model tersebut menunjukkan angka sebesar
3.475844. Itu artinya, jika variabel independen (MS, HHI, MSHHI, dan
BOPO) pada observasi ROA i dan tahun t adalah bernilai nol, maka
nilai ROA di indutri asuransi jiwa syariah sebesar 3.475844.
2. Nilai koefisien variabel MS (Market Share) sebesar 1.723137. Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel MS memiliki hubungan positif
terhadap ROA, artinya jika variabel MS pada periode t akan
meningkatkan kinerja (profitabilitas) pada asuransi jiwa syariah pada
periode t sebesar 1.723137.
3. Nilai koefisien variabel HHI (Herfindahl-Hirschman Index) sebesar
0.013817. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel HHI memiliki
hubungan positif terhadap ROA, artinya jika variabel HHI pada
periode t akan meningkatkan kinerja (profitabilitas) pada asuransi jiwa
syariah pada periode t sebesar 0.013817.
119
4. Nilai koefisien variabel MSHHI (Market Share X Herfindahl-
Hirschman Index) sebesar 0.001681. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel MSHHI memiliki hubungan positif terhadap ROA, artinya jika
variabel MSHHI pada periode t akan menaikkan kinerja (profitabilitas)
pada asuransi jiwa syariah pada periode t sebesar 0.001681.
5. Nilai koefisien variabel BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan
operasional) sebesar 0.076941. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel BOPO memiliki hubungan negatif terhadap ROA, artinya jika
variabel BOPO pada periode t akan menurunkan kinerja (profitabilitas)
pada asuransi jiwa syariah pada periode t sebesar 0.076941.
Tabel 4.11
Model Regresi Tiap Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia
Variable Coefficient
C 3.475844
MS 1.723137
HHI 0.013817
MSHHI 0.001681
BOPO -0.076941
Fixed Effects (Cross)
_TKFL--C 5.203387
_AMG--C -2.895334
_CAR--C 11.17174
_MNFL--C 19.54480
_BRI--C 7.412473
_BMP--C 12.66128
_PRD--C -63.71828
_MGL--C 14.09434
_PNI--C 16.11929
_ALI--C -19.59369
Sumber: Data Diolah, 2018
Berdasarkan hasil regresi data panel dengan menggunakan software
Eviews 9 pada Tabel 4.6, dibuatlah Tabel 4.11 yang menyajikan persamaan
120
model regresi setiap asuransi jiwa syariah. Lebih lanjut, dapat diartikan
bahwa:
1. Persamaan model regresi Asuransi Takaful Keluarga
Return On Assets (ROA) Asuransi Takaful Keluargait = 5.203387 +
1.723137MSit + 0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt - 0.076941BOPOit
+ µit
Konstanta sebesar 5.203387 menunjukkan jika variabel independen (MS,
HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi Takaful
Keluarga adalah sebesar 5.203387.
2. Return On Assets (ROA) Asuransi Amanahjiwa Giri Arthait = -2.895334
+1.723137MSit +0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt - 0.076941BOPOit
+ µit
Konstanta sebesar -2.895334 menunjukkan jika variabel independen
(MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi Amanah
jiwa Giri Artha adalah sebesar -2.895334.
3. Persamaan model regresi Asuransi Jiwa Central Asia Raya
Return On Assets (ROA) Asuransi Jiwa Central Asia Rayait = 11.17174
+ 1.723137MSit + 0.013817HHIit+ 0.001681MSitHHIt - 0.076941BOPOit
+ µit
Konstanta sebesar 11.17174 menunjukkan jika variabel independen
(MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
121
konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi Jiwa Central
Asia Raya adalah sebesar 11.17174.
4. Persamaan model regresi Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
Return On Assets (ROA) Asuransi Jiwa Manulife Indonesiait =
19.54480 + 1.723137MSit + 0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt -
0.076941BOPOit + µit
Konstanta sebesar 19.54480 menunjukkan jika variabel independen
(MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi Jiwa
Manulife Indonesia adalah sebesar 19.54480.
5. Persamaan model regresi Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera
Return On Assets (ROA) Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahterait =
7.412473 +1.723137MSit +0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt -
0.076941BOPOit + µit
Konstanta sebesar 7.412473 menunjukkan jika variabel independen
(MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi Jiwa
Bringin Jiwa Sejahtera adalah sebesar 7.412473.
6. Persamaan model regresi Asuransi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
1912
Return On Assets (ROA) Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912it =
12.66128 + 1.723137MSit + 0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt -
0.076941BOPOit + µit
122
Konstanta sebesar 12.66128 menunjukkan jika variabel independen
(MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera 1912 adalah sebesar 12.66128.
7. Persamaan model regresi Prudential Life Assurance
Return On Assets (ROA) Prudential Life Assuranceit = -63.71828
+1.723137MSit +0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt - 0.076941BOPOit
+ µit
Konstanta sebesar -63.71828 menunjukkan jika variabel
independen (MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode
ke t adalah konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Prudential
Life Assurance adalah sebesar -63.71828.
8. Persamaan model regresi Asuransi Jiwa Mega Life
Return On Assets (ROA) Asuransi Jiwa Mega Lifeit = 14.09434 +
1.723137MSit +0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt - 0.076941BOPOit
+ µit
Konstanta sebesar 14.09434 menunjukkan jika variabel independen
(MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi Jiwa Mega
Life adalah sebesar 14.09434.
123
9. Persamaan model regresi Asuransi Jiwa Panin Life
Return On Assets (ROA) Asuransi Jiwa Panin Lifeit = 16.11929 +
1.723137MSit + 0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt - 0.076941BOPOit
+ µit
Konstanta sebesar 16.11929 menunjukkan jika variabel independen
(MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi Jiwa Panin
Life adalah sebesar 16.11929.
10. Persamaan model regresi Asuransi Allianz Life Indonesia
Return On Assets (ROA) Asuransi Jiwa Allianz Life Indonesia it = -
19.59369 + 1.723137MSit + 0.013817HHIit + 0.001681MSitHHIt -
0.076941BOPOit + µit
Konstanta sebesar -19.59369 menunjukkan jika variabel
independen (MS, HHI, MSHHI, BOPO) pada observasi ke i dan periode
ke t adalah konstan, maka nilai Return On Assets (ROA) pada Asuransi
Jiwa Allianz Life Indonesia adalah sebesar -19.59369.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian dengan menggunakan regresi data panel dilakukan
dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh struktur pasar terhadap kinerja
industri Asuransi jiwa syariah di Indonesia. Variabel struktur pasar sebagai
variabel independen pada penelitian diproksikan dengan variabel market
share (MS) dan Herfindahl-Hirschman Index (HHI), dan untuk
pembuktian ada atau tidak adanya perilaku kolusi diproksikan dengan
124
variabel MSHHI (variabel interaksi hasil perkalian antara market share
dan (Herfindahl-Hirschman Index), kemudian untuk memperkecil
pengaruh faktor luar terhadap profitabilitas asuransi jiwa syariah pada
variabel independen ditambahkan variabel kontrol, yaitu variabel biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
Dari pengujian terakhir yang dilakukan yaitu uji Hausman yang
bertujuan untuk menentukan model yang tepat digunakan dalam
penelitian, diketahui bahwa model yang terbaik yang terpilih adalah model
fixed effect atau fixed effect model (FEM).
Tabel 4.12
Ikhtisar Hasil Regresi Hubungan Variabel Independen
terhadap Variabel Dependen
Variabel Independen Pengaruh Signifikan
Market Share (MS) Ada Positif
Herfindahl-Hirschman Index (HHI) Ada Positif
MSHHI (Hasil perkalian antara market
share dan Herfindahl-Hirschman Index
Ada Positif
Biaya Operasional terhadap Pendaptan
Operasional (BOPO) Ada Negatif
Sumber: Hasil Output Regresi diolah,2018
Berdasarkan hasil regresi hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen yang disajikan dalam Tabel 4.12 merupakan pembahasan
setiap variabelnya:
125
1. Market Share (MS)
Hasil regresi panel yang telah dilakukan menunjukkan bahwa market share
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Assets (ROA) pada
industri asuransi jiwa syariah di Indonesia. Dilihat dari hasil uji-t, variabel market
share memilliki nilai t-hitung > t-tabel. Hal ini berarti, struktur pasar yang
diproksikan dengan market share atau pangsa pasar memiliki pengaruh dalam
menjelaskan profitabilitas industri asuransi jiwa syariah di Indonesia
2. Herfindahl-Hirschman Index (HHI)
Berdasarkan hasil regresi panel, diperoleh bahwa variabel Herfindahl-
Hirschman Index (HHI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On
Assets (ROA) pada industri asuransi jiwa syariah di Indonesia. Dilihat dari hasil
uji-t, variabel Herfindahl-Hirschman Index memilliki nilai t-hitung > t-tabel. Hal
ini berarti, struktur pasar yang diproksikan dengan Herfindahl-Hirschman Index
(HHI) memiliki pengaruh dalam menjelaskan profitabilitas industri pasuransi jiwa
syariah di Indonesia.
3. Variabel MSHHI (hasil perkalian antara market share dan
Herfindahl-Hirschman Index (HHI))
Berdasarkan hasil regresi panel, diperoleh bahwa variabel MSHHI
berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) pada industri asuransi jiwa syariah
di Indonesia. Dilihat dari hasil uji-t, variabel konsentrasi pasar memilliki nilai t-
hitung > t-tabel. Variabel interaksi yaitu MSHHI, disertakan dalam model sebagai
indikasi pembuktian ada atau tidaknya kolusi dalam industri asuransi jiwa syariah.
126
Karena variabel MSHHI berpengaruh terhadap ROA, hal ini berarti perilaku
kolusi tidak terjadi dalam industri asuransi jiwa syariah.
4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2005:119-120)
Berdasarkan hasil regresi panel, diperoleh bahwa variabel BOPO berpengaruh
negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada industri asuransi jiwa
syariah di Indonesia. Rasio BOPO yang berpengaruh negatif signifikan dapat di
interpretasikan bahwa setiap kenaikan rasio BOPO dapat menurunkan nilai rasio
ROA. Semakin tinggi rasio BOPO berarti semakin inefisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin besar, yang kemungkinan akan mengurangi
profitabilitas bank. Hasil ini serupa dengan penelitianyang dilakukan oleh
(Wahyuni, 2016:117 ), dan (Al Parisi, 2017:48) yang menyatakan bahwa Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif
signifikan terhadap Return On Assets (ROA).
5. Analisis Pengaruh Variabel Struktur Pasar Market Share (MS)
dan Herfindahl-Hirschman Index (HHI) terhadap profitabilitas
(ROA) Industri asuransi jiwa syariah di Indonesia
Secara umum terdapat hubungan yang positif antara pangsa pasar dan
keuntungan (lutfiah, 2008:16). Keuntungan yang diperoleh dari pangsa pasar
mencerminkan kekuatan pasar (karena perusahaan menggarap permintaan pasar)
atau efisiensi yang lebih baik (karena mencapai skala ekonomi) (Naylah,
127
2010:56). Setelah dilakukan regresi, diperoleh hasil estimasi pada variabel pangsa
pasar/Market Share (MS) memiliki hubungan terhadap ROA. Hal ini
mengindikasikan struktur pasar yang diproksikan dengan market share memiliki
pengaruh dalam menjelaskan profitabilitas yang diproksikan dengan variabel
ROA pada industri asuransi jiwa syariah di Indonesia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dina, masalah lain yang terkait
tingginya rasio BOPO adalah skala ekonomi. Skala ekonomi adalah keunggulan
biaya yang berhubungan dengan ukuran yang besar. Semakin besar skala usaha,
maka diharapkan akan meningkatkan keunggulan biaya. Hal ini tidak mudah
dilakukan oleh industri asuransi jiwa syariah karena skala ekonomi asuransi jiwa
syariah secara umum lebih kecil dibandingkan asuransi konvensional, sehingga
pendapatan yang diterima asuransi jiwa syariah juga belum terlalu besar jika
dibandingkan dengan biaya tetap yang cukup tinggi (biaya teknologi dan
pengembangan sumber daya manusia). Skala ekonomi yang masih relatif kecil tak
hanya berdampak pada tingkat biaya tetap yang tinggi, tapi juga pada tingkat
persaingan pasar (Dina, 2013:48).
Konsentrasi industri merupakan kriteria yang utama dan umum digunakan
untuk menganalisis struktur pasar di suatu industri (Arsyad dan Kusuma,
2014:98). Apabila tingkat konsentrasi dalam suatu industri tinggi, maka tingkat
persaingan antar perusahaan dalam industri tersebut rendah (Naylah, 2010:50).
Indikator yang umum digunakan untuk mengukur konsentrasi pasar adalah
Herfindahl-Hirschman Index (HHI). Setelah dilakukan regresi, diperoleh hasil
estimasi pada variabel Herfindahl-Hirschman Index (HHI), memiliki hubungan
128
terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan struktur pasar yang diproksikan dengan
Herfindahl-Hirschman Index (HHI), memiliki pengaruh dalam menjelaskan
profitabilitas yang diproksikan dengan variabel ROA pada industri asuransi jiwa
syariah di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa kinerja baik pada industri
asuransi jiwa syariah disebabkan oleh hipotesis tradisional.
Dugaan terjadinya perilaku kolusi dalam industri perbankan syariah di
Indonesia juga tidak terbukti dalam penelitian kali ini, hal ini diperkuat oleh
variabel interaksi pangsa pasar dan Herfindahl-Hirschman Index (MSHHI) yang
bernilai negatif dan signifikan. Artinya, perilaku kolusi sebagai akibat dari
struktur pasar yang memberikan market power pada industri terbukti
kemungkinan adanya kolusi itu terjadi pada industri auransi jiwa syariah di
Indonesia
Dari hasil regresi yang dilakukan, dapat diketahui struktur pasar yang
diproksikan melalui market share (pangsa pasar) dan Herfindahl-Hirschman
Index (HHI) terbukti mempengaruhi kinerja industri asuransi jiwa syariah di
Indonesia.
129
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Setelah melihat hasil analisis data dan pembahasan terhadap
industri asuransi jiwa syariah Indonesia tahun 2012-2016, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Market Share (MS) berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA
dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 yang berarti jika variabel MS
meningkat, maka variabel ROA juga meningkat. Nilai probabilitas variabel
Market Share sebesar 0,0497 < 0,05 dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 1.723137. Hal tersebut mengartikan bahwa jika variabel Market
Share meningkat satu persen akan meningkatkan pula variabel ROA
sebesar 1.723137 persen.
2. Herfindahl-Hirschman Index (HHI) berpengaruh signifikan positif
terhadap variabel ROA dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 yang berarti
jika variabel Herfindahl-Hirschman Index (HHI) meningkat maka variabel
ROA juga meningkat. Nilai probabilitas variabel Herfindahl-Hirschman
Index (HHI) sebesar 0,0188 < 0,05 dengan nilai koefisien korelasi sebesar
0.013817. Hal tersebut mengartikan bahwa jika variabel Herfindahl-
Hirschman Index (HHI) meningkat satu persen akan meningkatkan pula
variabel ROA sebesar 0.013817 persen. MSHHI berpengaruh positif
terhadap variabel ROA dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 yang berarti
jika varaibel MSHHI meningkat maka variabel ROA akan meningkat.
130
Nilai probabilitas variabel MSHHI sebesar 0,0046 < 0,05 dengan nilai
koefisien korelasi sebesar 0.001681. Hal tersebut mengartikan bahwa jika
variabel MSHHI meningkat satu persen akan menurunkan variabel ROA
sebesar 0.001681 persen.
3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
positif terhadap variabel ROA dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 yang
berarti jika varaibel BOPO menurun maka variabel ROA akan meningkat.
Nilai probabilitas variabel BOPO sebesar 0.0000 < 0,05 dengan nilai
koefisien korelasi sebesar (-0.076941). Hal tersebut mengartikan bahwa
jika variabel BOPO meningkat satu persen akan menurunkan variabel
ROA sebesar (-0.076941) persen.
4. MS, HHI, MSHHI, dan BOPO secara simultan atau bersama-sama dapat
mempengaruhi variabel ROA dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 yang
berarti semua variabel independenya dapat menjelaskan variabel
dependenya. Nilai probabilitas secara simultan sebesar 0.0000 < 0.05
dengan nilai Adjusted R-Square sebesar 0.721006. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa 72.1006 persen variabel bebasnya dapat menjelaskan
variabel terikatnya atau variabel MS, HHI, MSHHI, dan BOPO mampu
menjelaskan variabel ROA.
5. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Herfindahl-Hirschman memiliki
rata-rata sebesar 1521.962 yang menunjukkan bahwa struktur pasar dari
asuransi jiwa syariah ini termasuk pada pasar persaingan monopolistic
131
atau oligopoli. Karena apabila HHI > 1500 termasuk dalam kategori
terkonsentrasi secara moderat dan termasuk dalam struktur pasar.
6. Berdasarkan analisis regresi pada model panel data yang telah dibahas
pada bab sebelumnya, bahwa dengan tingkat signifikansi 5% secara
statistik konsentrasi pasar sebagai proksi struktur pasar berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ROA sebagai proksi kinerja pada asuransi jiwa
syariah di Indonesia periode 2012-2016. Hal ini menunjukkan bahwa
industri asuransi jiwa syariah di Indonesia yang dalam penelitian ini
diwakili oleh 10 asuransi jiwa syariah yang terdiri 2 asuransi jiwa full
syariah dan 8 unit asuransi jiwa syariah yang sudah beroperasi sejak 2012-
2016 ini mendukung traditional hypothesis yang menganggap bahwa
kekuatan pasar dimana konsentrasi pasar yang semakin tinggi
menyebabkan biaya untuk melakukan kolusi menjadi rendah sehingga
perusahaan dalam industri tersebut akan mendapatkan laba normal. Jadi
tingkat profitabilitas yang meningkat yang dipengaruhi oleh meningkatnya
konsentrasi pasar merefleksikan bahwa industri asuransi jiwa syariah
Indonesia sesuai dengan hipotesis SCP tradisional.
7. Berdasarkan analisis regresi pada model panel data yang telah dibahas
pada bab sebelumnya, bahwa dengan tingkat signifikansi 5% secara
statistik pangsa pasar/market share sebagai proksi dari struktur pasar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA sebagai proksi kinerja
pada asuransi jiwa syariah di Indonesia periode 2012-2016 mendukung
hipotesis SCP tradisional.
132
8. Berdasarkan analisis regresi dengan menggunakan fixed effect model dari
metode panel data yang telah dibahas pada bab sebelumnya, menunjukkan
adanya perbedaan ROA antar asuransi jiwa syariah dalam industri asuransi
periode 2012- 2016. Dari ke-10 asuransi jiwa syariah yang menjadi objek
penelitian, asuransi prudential life assurance pada tahun 2014 memiliki
nilai ROA terbesar atau yang memiliki profitabilitas tertinggi. Sedangkan
nilai ROA terkecil dimiliki oleh asuransi amanah jiwa giri artha tahun
2013. Perbedaan ROA pada setiap asuransi jiwa syariah menunjukkan
daya saing dan kesehatan yang dimiliki setiap asuransi jiwa syariah
berbeda karena ROA merupakan satu indikator kinerja pada industri
asuransi syariah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka penulis
menyarankan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Setelah mengetahui bahwa konsentrasi berpengaruh positif signifikan
terhadap ROA, maka hendaknya asuransi syariah sebagai entitas bisnis
dapat berperilaku efisien sehingga peningkatan pangsa pasar dapat
meningkatkan profitabilitas. Temuan dalam penelitian ini sebagai bahan
informasi dan masukan bagi para pelaku dalam industri asuransi syariah
Indonesia agar bisa berperilaku efisien (dengan menekan biaya operasional
termasuk biaya dana dan premi resiko), sehingga menghasilkan kinerja
yang baik dengan tingkat profitabilitas (ROA) yang semakin baik dan
kestabilan yang terjaga di masa yang akan datang.
133
2. Peran pemerintah sebagai regulator sangat penting dalam mengawasi dan
membuat kebijakan yang mendukung terciptanya industri asuransi syariah
yang sehat, dan efisien sehingga peran industri perbankan sebagai sumber
pembiayaan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak dapat tercapai, namun hendaknya fungsi pengawasan yang
obyektif dan adil terus ditingkatkan agar tidak terjadi tindakan kolusif
yang merugikan masyarakat dan hanya menguntungkan pihak asuransi
syariah. Hal ini terkait peran penting asuransi syariah sebagai lembaga
sharing risk. Terlepas apakah fungsi pengawasan masih dilakukan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau nantinya oleh lembaga lain,
diharapkan pengawasan terhadap industri asuransi syariah berlaku adil dan
obyektif, tegas dalam memberlakukan aturan termasuk penerapan sanksi
bagi yang melanggar peraturan yang telah disepakati agar tidak terjadi
kesalahan dalam mengambil kebijakan.
3. Mengingat pentingnya persaingan yang sehat guna mendukung terciptanya
industri Asuransi Syariah yang sehat dan efisien, maka selain peraturan
kehati-hatian (prudential regulation) untuk mencegah peningkatan resiko
terjadinya krisis dan peraturan perlindungan (protective regulation) seperti
sangat diperlukan dibentuknya kebijakan peraturan persaingan
(competitive regulation) yang selama ini belum menjadi perhatian utama
dan belum ada aturan yang jelas.
4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel yang
mempengaruhi kinerja industri asuransi jiwa syariah dengan jumlah
134
sampel yang lebih banyak sehingga dapat lebih mewakili populasi industri
asuransi syariah Indonesia.
135
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Terjemahannya.1976. Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu
Ali, AM Hasan. 2004. Asuransi dalam perspektif hukum Islam.
Jakarta,kencana:105
A. Hasyim Ali. 1995. Pengantar Asuransi. Jakarta, Bumi Aksara :184
Dahlan,Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta, lehtiar baru Van
Hoeve :138
Ahmed, Mostak. 2012. Market Structure and Performance of Bangladesh
Banking Industry: A Panel Data Analysis. Bangladesh Development Studies,
Vol. XXXV, No. 3, September: 27.
Al Parisi, Salman. 2017. Determinan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di
Indonesia. Ekonomika, 2 (1) : 20.
Amalia, Fitri dan Mustafa Edwin Nasution. 2007. Perbandingan Profitabilitas
Perbankan Syariah dan Industri Perbankan Konvensional Menggunakan
Metode Struktur Kinerja dan Perilaku. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
Indonesia, 7 (2): 45
Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press dan Tazkia Cendekia.
Arif Djohan Tunggal. 2008. Peraturan Perundang-undangan Perusahaan
Asuransi di Indonesia Tahun 1992-1997, Jakarta: Harvarindo :3
136
Arifin, Zainul. 2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia
Publisher.
Arsyad, Lincolin ; Kusuma, Stephanus Eri. 2014. Ekonomika Industri pendekatan
struktur, perilaku, dan kinerja.Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Baye, Michael R. dan Jeffrey T. Prince. 2016. Ekonomi Manajerial dan Strategi
Bisnis. Managerial Economics and Business Strategy. Terj. Febriela Sirait.
Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Belangkaehe, Rebeka. Dkk. Analisis Struktur Pasar, Perilaku, dan Kinerja
Industri Perbankan Indonesia (Studi Pada Bank Yang Terdaftar di BEI
Periode 2008-2012. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 14, No. 3, Oktober
2014:107
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Dina, Ilma. 2013. Pengaruh Struktur Pasar terhadap Kinerja Industri pada
Perbankan Syariah Indonesia. Tesis Magister Sains Ekonomi, Universitas
Indonesia.
Fariska, Arif dan Syahbudin, Fahmi. 2015. Pengaruh Komperensi Agen asuransi
terhadap loyalitas nasabah pada perusahaan asuransi jiwa bersama bumi
putera kantor cabang palmerah: Jurnal ekonomi dan perbankan syariah 3 (1):
21-36.
137
Hariyani, Ismi. 2010. Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: PT
Gramedia.
Haryadi, Edi. 2017. Peran agen Asuransi Syariah meningkatkan pemahaman
dalam masyarakat tentang asuransi Syariah: Jurnal Ekonomi & Perbankan
Syariah, 5 (1) :19-37.
Hasan, Nurul Ichsan. 2014. Pengantar Asuransi Syariah. Jakarta: Referensi
(Gaung Persada group).
Karim Consulting Indonesia. Islamic Insurance Outlook 2017, akses 22 Maret
2018
Lutfiah, Marizka. 2008. Analisis Dampak Implementasi Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) terhadap Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Perbankan
Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Muhammad Syakir Sula, FIIS. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep
dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani.
Naylah, Maal. 2010. Pengaruh Struktur Pasar terhadap Kinerja Industri
Perbankan, Tesis Magister Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas
Diponegoro.
Neuberger, Doris. 1997. Structure, Conduct, and Performance in Banking
Markets, Working Paper University of Rostock, Institute of Theory, 12 (1): 25
Nur’aini Ihsan, Dwi. 201. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah.
Banten: UIN Jakarta Press: 108.
138
Putriani, Ela. 2014. Model perhitungan tarif premi Asuransi Syariah dalam
hubungan dengan segementasi pasar dalam dan laba perusahaan: Jurnal
etikonomi.13 (2): 36.
R,Subekti dan R,Tjitrosudibio. 1998. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) dan Undang-Undang Kepailitan, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, cet.
25:380.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2006. Teori Ekonomi Suatu
Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan
Eviews. Yogyakarta: ANDI.
Sarwono, Jonathan. 2016. Prosedur-prosedur Analisis Populer Aplikasi Riset
Skripsi dan Tesis dengan Eviews. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Sofyan, Syafri Harahap. 1997. Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1: 99.
Sudaryo, Yoyo dan Aditya Yudanegara. 2017. Investasi Bank dan Lembaga
Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sukandarrumidi. 2004. Metedologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Teguh, Muhammad. 2010. Ekonomi Industri. Jakarta: PT Rajawali Pers.
139
Umar, Husen. 2002. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk
Melaksanakan Riset Bidang Manajemen dan Akuntansi. Jakarta: Gramedia
Pusaka Utama.
Wahyuni, Sri. 2016. Pengaruh CAR, NPF, FDR, dan BOPO terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Teori dan
Praktik. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Edisi ke-3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN:109.
www.AASI.go.id
www.ojk.go.id
www.ojk.go.id
Yuhanah, Siti. 2016. Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah di Indonesia. Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
140
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
DATA OBSERVASI
Perusahaan Tahun Aset Laba Sebelum Pajak Pendapatan Beban
Aset
asuransi
jiwa syariah
_TKFL 2012 143,734 6,128 113,499 117,571 2,621,364
_TKFL 2013 163,373 13,224 130,416 126,238 3,258,923
_TKFL 2014 176,680 15,189 125,111 114,665 4,283,439
_TKFL 2015 181,369 21,059 120,387 108,041 5,634,940
_TKFL 2016 203,492 9,693 132,241 108,946 6,867,812
_AMG 2012 80,605 26 4,330 4,304 2,621,364
_AMG 2013 73,674 -7,990 7,052 14,061 3,258,923
_AMG 2014 71,810 -3,336 14,182 17,498 4,283,439
_AMG 2015 61,907 -8,449 10,169 18,617 5,634,940
_AMG 2016 56,811 -6103 12,683 18,786 6,867,812
_CAR 2012 49,175 1,327 7,807 6,695 2,621,364
_CAR 2013 58,158 6,831 14,903 8,254 3,258,923
_CAR 2014 70,244 7,444 18,889 11,683 4,283,439
_CAR 2015 56,935 1,663 12,915 11,545 5,634,940
_CAR 2016 56,622 511 11,698 11,360 6,867,812
_MNFL 2012 56,907 12,439 21,548 9,108 2,621,364
_MNFL 2013 96,829 23,677 42,275 17,238 3,258,923
_MNFL 2014 150,624 34,773 53,208 18,506 4,283,439
_MNFL 2015 209,760 40,356 75,053 29,007 5,634,940
_MNFL 2016 320,487 40,641 111,738 69,844 6,867,812
_BRI 2012 46,473 1,770 14,855 13,084 2,621,364
_BRI 2013 42,435 509 13,216 12,731 3,258,923
_BRI 2014 46,297 1,058 17,584 16,528 4,283,439
_BRI 2015 45,497 909 17,030 16,126 5,634,940
_BRI 2016 46,074 -2,056 18,865 21,069 6,867,812
_PRD 2012 733,570 735,940 1,195,789 461,711 2,621,364
_PRD 2013 1,236,515 463,325 1,467,849 544,511 3,258,923
_PRD 2014 1,644,546 1,191,938 1,806,649 616,840 4,283,439
_PRD 2015 2,321,159 750,182 1,962,998 647,824 5,634,940
_PRD 2016 2,611,954 617,496 1,890,989 870,187 6,867,812
_MGL 2012 40,387 6,458 20,709 14,415 2,621,364
141
_MGL 2013 50,408 8,363 36,990 28,822 3,258,923
_MGL 2014 56,250 4,219 23,704 19,631 4,283,439
_MGL 2015 50,709 -3,208 8,344 11,586 5,634,940
_MGL 2016 52,277 3,490 4,478 989 6,867,812
_PNI 2012 51,924 10,022 15,484 6,995 2,621,364
_PNI 2013 74,644 6,797 13,897 7,100 3,258,923
_PNI 2014 84,838 10,307 13,327 4,722 4,283,439
_PNI 2015 123,050 9,935 11,541 3,980 5,634,940
_PNI 2016 85,623 12,191 13,642 4,262 6,867,812
_BMP 2012 160,051 3,763 68,189 65,027 2,621,364
_BMP 2013 153,953 240 59,413 63,818 3,258,923
_BMP 2014 156,116 697 57,509 58,040 4,283,439
_BMP 2015 156,171 12,616 56,263 46,223 5,634,940
_BMP 2016 95,824 5,213 42,888 39,975 6,867,812
_ALI 2012 76,575 5,178 260,743 282,460 2,621,364
_ALI 2013 91,075 26,231 262,133 257,524 3,258,923
_ALI 2014 142,548 33,852 57,509 58,040 4,283,439
_ALI 2015 238,257 62,133 290,124 224,131 5,634,940
_ALI 2016 313,307 40,280 335,610 305,945 6,867,812
142
LAMPIRAN 2
OUTPUT FIXED EFFECT
Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 50
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.475844 21.01123 0.165428 0.8695
MS? -1.723137 0.854462 2.016633 0.0497
HHI? -0.013817 0.005670 2.436954 0.0188
MSHHI? 0.001681 0.000564 2.981768 0.0046
BOPO? -0.076941 0.010080 -7.632790 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_TKFL--C 5.203387
_AMG--C -2.895334
_CAR--C 11.17174
_MNFL--C 19.54480
_BRI--C 7.412473
_AFI--C 12.66128
_PRD--C -63.71828
_MGL--C 14.09434
_PNI--C 16.11929
_TML--C -19.59369 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.795025 Mean dependent var 6.387600
Adjusted R-squared 0.721006 S.D. dependent var 19.09592
S.E. of regression 10.08644 Akaike info criterion 7.691758
Sum squared resid 3662.508 Schwarz criterion 8.227124
Log likelihood -178.2939 Hannan-Quinn criter. 7.895628
F-statistic 10.74084 Durbin-Watson stat 2.753526
Prob(F-statistic) 0.000000
143
LAMPIRAN 3
OUTPUT RANDOM EFFECT
Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 29.80015 8.401919 3.546827 0.0009
MS? 2.269773 3.930970 0.577408 0.5673
HHI? -0.008599 0.007446 -1.154766 0.2558
MSHHI? 0.000425 0.001299 0.327215 0.7454
BOPO? -0.009168 0.026237 -0.349429 0.7288
Random Effects (Cross)
_TKFL--C 0.000000
_AMG--C 0.000000
_CAR--C 0.000000
_MNFL--C 0.000000
_BRI--C 0.000000
_BMP--C 0.000000
_PRD--C 0.000000
_MGL--C 0.000000
_PNI--C 0.000000
_ALI--C 0.000000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 10.08644 1.0000 Weighted Statistics R-squared 0.677665 Mean dependent var 6.387600
Adjusted R-squared 0.649013 S.D. dependent var 19.09592
S.E. of regression 11.31322 Sum squared resid 5759.500
F-statistic 23.65157 Durbin-Watson stat 2.007985
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.677665 Mean dependent var 6.387600
Sum squared resid 5759.500 Durbin-Watson stat 2.007985
144
LAMPIRAN 4
OUTPUT COMMON EFFECT
Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 29.80015 9.423811 3.162219 0.0028
MS? -1.723137 0.958387 -1.797955 0.0789
HHI? -0.013817 0.006359 -2.172697 0.0351
MSHHI? 0.001681 0.000632 2.658434 0.0108
BOPO? -0.076941 0.011306 -6.805112 0.0000 R-squared 0.677665 Mean dependent var 6.387600
Adjusted R-squared 0.649013 S.D. dependent var 19.09592
S.E. of regression 11.31322 Akaike info criterion 7.784460
Sum squared resid 5759.500 Schwarz criterion 7.975662
Log likelihood -189.6115 Hannan-Quinn criter. 7.857271
F-statistic 23.65157 Durbin-Watson stat 2.007985
Prob(F-statistic) 0.000000
145
LAMPIRAN 5
UJI HAUSMAN
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 14.856360 4 0.0050
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. MS? 2.269773 -1.723137 14.722419 0.2980
HHI? -0.008599 -0.013817 0.000023 0.2797
MSHHI? 0.000425 0.001681 0.000001 0.2832
BOPO? -0.009168 -0.076941 0.000587 0.0051
146
LAMPIRAN 6
UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.290224 (9,36) 0.0377
Cross-section Chi-square 22.635117 9 0.0071