analisis strategi pengembangan usaha pada e cofarm kampus ipb darmaga bogor

93
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR SKRIPSI MUHAMMAD REZA YUSA H34066090 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: ciikcha-zeusiikcha-ke-ai

Post on 05-Aug-2015

528 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA

E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR

SKRIPSI

MUHAMMAD REZA YUSA

H34066090

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

RINGKASAN

MUHAMMAD REZA YUSA. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-

coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan

HARMINI).

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan

ekonomi di Indonesia. Pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total

PDB setelah industri pengolahan dengan memberikan kontribusi sebesar 14,68%

dari total PDB nasional pada tahun 2008. Selain itu sektor pertanian mampu

menyerap 8,46 juta tenaga kerja yang ada di Indonesia. Peternakan merupakan

salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan

seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Subsektor peternakan

mampu tumbuh dengan cepat karena didukung oleh perkembangan industri

pengolahan komoditi yang dihasilkan. Salah satu komoditi yang dihasilkan

subsektor peternakan adalah susu yang memiliki kandungan protein dan asam

amino esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Susu yang merupakan bahan

pangan hasil ternak yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan suatu proses

penanganan dan pengolahan yang baik. Produk susu olahan diantaranya adalah

susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya

yang menggunakan susu sebagai bahan bakunya seperti keju dan mentega.

Yoghurt yang merupakan salah satu hasil olahan dari susu, sangat diminati oleh

masyarakat karena memiliki citarasa yang khas, tekstur yang lebut dan memiliki

manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satu keunggulan yoghurt dibandingkan

dengan susu segar dalah kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang dapat

membantu melancarakan pencernaan manusia.

E-coFarm yang dibentuk dari hasil kerjasama Departemen Pertanian

Indonesia dan Fakultas Peternakan IPB merupakan salah satu usaha kecil yang

memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi dan puding

susu. Dalam menjalankan usahanya, E-coFarm yang memiliki skala usaha rumah

tangga ini memiliki beberapa kendala seperti kendala produksi dan pemasaran.

E-coFarm harus memiliki strategi yang tepat sehingga dapat berkembang dan

mampu bertahan di dunia usahanya.

Penelitian yang dilakuakan di E-coFarm Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor ini dilakukan dengan tujuan untuk

menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi

pengembangan usaha yoghurt E-coFarm dan merumuskan alternatif strategi serta

menetapkan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm. Penarikan

sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana

pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Responden yang digunakan dalam

penelitian ini berjumlah dua orang, yaitu pihak internal E-coFarm dan pihak

eksternal dari pesaing terdekat. Keterlibatan pihak eksternal diharapkan dapat

menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Penentuan alternatif strategi

dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan penentuan prioritas strategi

yang bisa diterapkan dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan

manajer lapang E-coFarm.

Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan terdapat sembilan alternatif

strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm yaitu 1) mempertahankan dan

Page 3: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt, 2) memperluas wilayah distribusi

produk, 3) mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pekerja,

pelanggan dan dinas terkait, 4) memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan

kapasitas usaha, 5) memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan

labelisasi halal dari dinas terkait, 6) mempertahankan harga yang terjangkau dan

pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan, 7) melakukan

diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dan terus melakukan upaya inovasi

untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru, 8) meningkatkan kualitas SDM

dan 9) pengelolaan keuangan perusahaan. Kemudian dari hasil wawancara yang

dilakukan untuk menentukan urutan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-

coFarm, strategi memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha

menjadi strategi pertama dalam urutan prioritas strategi yang bisa dilakukan untuk

mengembangkan usaha E-coFarm.

Page 4: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA

E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR

MUHAMMAD REZA YUSA

H34066090

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 5: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm,

Kampus IPB Darmaga Bogor

Nama : Muhammad Reza Yusa

NIM : H34066090

Disetujui,

Pembimbing

Ir. Harmini. MSi

NIP. 196009211987032002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 195809081984031002

Tanggal lulus:

Page 6: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Strategi

Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor” adalah

karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

mananpun. Sumber informasi yang berasal atau dikkutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Muhammad Reza Yusa

H34066090

Page 7: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Februari 1985,

sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak

Yusuf Bashir Ahmad dan Ibu Siti Syamsiah, S.sos.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PTP X

Regional III Bandar Lampung (1989-1991), SDN Kartika Chandra Kirana-II

Bandar Lampung (1991-1997), SMP Negeri 25 Bandar Lampung (1997-2000),

dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2000-2003). Pada tahun 2003 penulis

diterima sebagai mahasiswa D3 Peternakan (TUTU) Institut Pertanian Bogor.

Penulis kemudian melanjutkan perkuliahan ke Program Sarjana Agribisnis

Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

Page 8: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi

Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor”, disusun

berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai salah satu syarat

untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan

internal dan eksternal E-coFarm, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat

diterapkan oleh pihak E-coFarm sesuai dengan lingkungan usahanya. Penulisan

skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan

pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha produk olahan susu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan

pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011

Muhammad Reza Yusa

Page 9: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta

berbagai kemudahan dalam segala hal. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak, Ibu, dan adik tersayang serta seluruh keluarga atas segala dukungan,

pengorbanan, kasih sayang dan do’a yang tak pernah putus selama penulis menempuh pendidikan.

2. Ir. Harmini MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, bantuan

dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama yang berkenan memberikan

saran dan masukannya.

4. Rahmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen komite pendidikan yang memberikan saran dan

masukannya.

5. Pihak E-coFarm atas kesediaannya untuk menjadi tempat penelitian dan kerja sama

serta bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

6. Ratu Fika Hertaviani SPt atas dukungan, kesabaran, motivasi dan do’a yang di berikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

7. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan I, khususnya teman-teman yang terus

berjuang sampai akhir atas segala bantuan dan semangat yang diberikan.

8. Teman-teman dari Warkop Baraya dan warga Bateng yang telah bersedia menerima

penulis dan memberikan dukungan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas do’a, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Bogor, Juli 2011

Muhammad Reza Yusa

Page 10: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 5

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 7

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah .................................................... 8

2.2. Susu ...................................................................................... 8

2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan .................... 9

2.4. Produksi Susu ....................................................................... 10

2.5 Susu Pasteurisasi..................................................................... 10

2.6. Yoghurt ................................................................................ 11

2.6.1. Tipe Yoghurt ............................................................. 12

2.6.2. Manfaat Yoghurt ....................................................... 12

2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt ....................................... 14

2.7. Penelitian Terdahulu ............................................................ 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 20

3.1.1. Manajemen Strategis ................................................. 20

3.1.2. Perencanaan Strategis Bisnis .................................... 21

3.1.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ............................ 21

3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ................. 22

3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan .............. 24

3.2. Kerangka Operasional ......................................................... 27

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 30

4.2. Metode Penentuan Sampel ................................................... 30

4.3. Data dan Instrumentasi ......................................................... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data .................................................. 31

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................... 31

4.5.1. Analisis SWOT ......................................................... 31

4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi .................................... 34

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm ............................. 35

5.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ...................................... 35

5.3. Lokasi Perusahaan ................................................................ 36

Page 11: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

iv

5.4. Struktur Organisasi .............................................................. 37

5.5. Produk Perusahaan .............................................................. 38

VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA 6.1. Analisis Lingkungan Internal ............................................... 39

6.1.1. Manajemen ................................................................ 39

6.1.2. Pemasaran ................................................................. 41

6.1.3. Keuangan................................................................... 43

6.1.4. Produksi .................................................................... 44

6.1.5. Sumberdaya Manusia ................................................ 45

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ............................................ 45

6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh ......................................... 45

6.2.1.1. Faktor Ekonomi ............................................ 46

6.2.1.2. Faktor Sosial ................................................ 49

6.2.1.3. Faktor Politik ................................................ 50

6.2.1.4. Faktor Teknologi .......................................... 51

6.2.2. Analisis Lingkungan Industri .................................... 51

6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru .......... 51

6.2.2.2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ............ 51

6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli ............. 52

6.2.2.4. Ancaman Produk Pengganti ......................... 52

6.2.2.5. Persaingan diantara Para Pesaing yang Ada 53

VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal ................................................... 55

7.1.1. Kekuatan Perusahaan ................................................ 55

7.1.2. Kelemahan Perusahaan ............................................. 57

7.2. Identifikasi Faktor Eksterrnal ............................................... 60

7.2.1. Peluang Perusahaan ................................................... 60

7.2.2. Ancaman Perusahaan ................................................ 62

7.3. Analisis SWOT .................................................................... 65

7.4. Pemilihan Strategi ................................................................ 69

VIII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 8.1. Kesimpulan .......................................................................... 70

8.2. Saran ..................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA 72

LAMPIRAN 75

Page 12: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap PDB Atas

Dasar Harga yang Berlaku (2005-2008) ................................................. 1

2. Komposisi Susu Sapi Segar .................................................................... 2

3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat (2003-2007) ...... 3

4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia

Tahun 2004-2007 .................................................................................... 3

5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor (2006-2009) ..... 4

6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Per Bulan Penduduk Jawa

Barat untuk Produk Telur dan Susu (2007 dan 2008) ............................. 5

7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan ............ 9

8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Per 100 gram .................................. 13

9. Harga Jual Produk E-coFarm .................................................................. 42

10. PDRB Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Bogor (2003-2007) .............................................................. 46

11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula (Januari 2008-Februari 2009) ..... 47

12. Perkembangan Harga Gas Elpiji Per Kemasan (Rp/Kg) ........................ 48

13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita

Per Bulan Tahun 2008 ............................................................................ 49

14. Identifikasi Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan ............................. 60

15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman .................................. 64

Page 13: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ............................................. 20

2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri .................................................. 27

3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ......................................... 29

4. Matriks SWOT ........................................................................................ 33

5. Struktur Organisasi E-coFarm................................................................. 37

Page 14: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis SWOT ................................................................................ 75

2. Alternatif Strategi Analisis SWOT .................................................. 76

3. Kemasan Produk E-coFarm ............................................................. 77

4. Tempat Penyimpanan Produk ........................................................... 78

5. Kegiatan Produksi E-coFarm ............................................................ 79

Page 15: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar dalam

pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah

untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh.

Berdasarkan data BPS (2008), pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam

total Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan, dimana sektor

tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 180,6 trilyun atau 14,68% dari total

PDB nasional. Salah satu bagian dari sektor pertanian adalah sub sektor

peternakan yang juga memegang peranan penting dalam perekonomian nasional

yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Hal ini dapat terlihat dari

persentase sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap PDB yang terus

menunjukkan peningkatan hingga tahun 2008 yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap Produk

Domestik Bruto Atas Dasar Harga yang Berlaku Tahun 2005-2008.

No. Sektor/Subsektor Tahun

2005 2006* 2007** 2008***

1.

Tanaman Bahan

Makanan 6,54 6,42 6,78 7,94

2. Tanaman Perkebunan 2,03 1,90 2,13 1,94

3.

Peternakan dan

Hasilnya 1,59 1,53 1,57 1,57

4. Kehutanan 0,81 0,90 0,90 0,76

5. Perikanan 2,15 2,23 2,45 2,46

6. Pertanian 13,13 12,97 13,83 14,68

Produk Domestik Bruto 364.169,3 433.223,4 547.235,6 345.302,8

(Milyar Rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

Keterangan: * Angka sementara

** Angka sangat sementara

*** Angka sangat sangat sementara

Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang memberikan

kontribusi yang signifikan di dalam pembangunan pertanian Indonesia. Sektor ini

memiliki peluang pasar yang sangat baik, khususnya pasar domestik, yang akan

terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat.

Peningkatan pendapatan penduduk akan mendorong peningkatan permintaan

Page 16: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

2

produk-produk peternakan. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendapatan

seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan

konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat.

Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang

perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak

dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan

kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008). Subsektor

peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena salah satunya didukung oleh

perkembangan industri pengolahan komoditi peternakan. Salah satu komoditi

yang dihasilkan peternakan adalah susu. Susu memiliki kandungan protein dan

asam amino esensial yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Protein

dan asam amino dibutuhkan sebagai komponen penghasil energi, sumber

pembangun dan sumber pengatur tubuh, baik pada masa pertumbuhan maupun

masa perkembangan, termasuk berfungsi sebagai nutrisi dalam perkembangan

otak (brain developmental). Oleh karena itu asam amino serta protein harus

tercukupi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan tubuh dapat

berlangsung secara optimal. Protein dan lemak susu mempunyai kualitas yang

lebih baik dibandingkan dengan protein nabati karena mengandung asam amino

essensial seperti triptofan dan lysin yang tidak ditemukan dalam tumbuhan.

Kualitas susu dapat dilihat dari komposisi susu yang dihasilkan. Kualitas susu

juga sangat menentukan dalam penerimaan susu oleh konsumen dan menentukan

dalam penetapan harga susu oleh industri pengolahan susu. Inovasi-inovasi dan

terobosan baru dalam bidang peternakan diperlukan untuk mendapatkan kondisi

peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan susu dengan kualitas yang baik.

Komposisi susu menurut Buckle et al (1987) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah

ini:

Tabel 2. Komposisi Susu Sapi Segar

No Jenis Kandungan Bahan Komposisi (%)

1 Air 87,1

2 Lemak 3,9

3 Protein 3,4

4 Laktosa 4,8

5 Abu 0,72 Sumber: Buckle et al (1987)

Page 17: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

3

Data total produksi susu nasional tahun 2008 tercatat sebanyak 764.77 ton.

Produksi tersebut dihasilkan dari sapi laktasi sebanyak 227.396 ekor dengan

jumlah total populasi sapi sebesar 413.448 ekor (Departemen Perindustrian RI

2009). Produksi susu di Indonesia sebagian besar di Pulau Jawa. Tabel 3

menunjukkan data populasi sapi dan produksi susu di Jawa Barat yang cenderung

meningkat.

Tabel 3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat Tahun 2003-2007

Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton)

2003 95.513 207.854,79

2004 98.598 215.351,78

2005 92.755 201.852,85

2006 97.367 211.889,46

2007 103.489 225.212,15 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan 2008

1

Berdasarkan data pada Tabel 3, populasi sapi perah pada tahun 2007 mencapai

103.489 ekor dengan produksi susu sebanyak 225.212,15 ton. Populasi sapi dan

produksi susu di Jawa Barat tersebut meningkat sebesar 6,29 persen dibandingkan

tahun sebelumnya.

Menurut data Departemen Pertanian tahun 2008, secara umum konsumsi

susu dari subsektor peternakan di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2004

sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan. Tabel 4 di bawah ini

menunjukkan data konsumsi susu dan laju pertumbuhan konsumsi susu di

Indonesia.

Tabel 4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia

Tahun 2004-2007

Tahun Konsumsi Susu (ribu ton) Laju Pertumbuhan (dalam

persen)

2004 957.575 --

2005 845.744 -11,68

2006 1.854.744 119,37

2007 1.984.875 7,00 Sumber: www.deptan.go.id, 2008 (diolah)

1 www.ditjennak.go.id [27 Desember 2009]

Page 18: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

4

Meskipun secara umum konsumsi susu nasional mengalami peningkatan,

namun konsumsi susu per kapita per tahun di Indonesia masih tergolong rendah.

Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), pada tahun 2007 angka

per kapita konsumsi susu di Indonesia hanya sebesar sembilan liter per kapita per

tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara lain di

Asia diantaranya Malaysia mencapai 25,4 liter per tahun, Vietnam 10,7 liter per

tahun2.

Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009

Tahun Produksi Susu (Liter) Laju Pertumbuhan (%)

2006 9.038.816 -

2007 9.294.648 2.83

2008 10.422.075 12.34

2009 10.767.500 3.31 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat produksi susu yang terus meningkat

sejak tahun 2006 sampai 2009. Meningkatnya produksi susu ini menandakan

adanya perkembangan pada industri susu yang berada di Kabupaten Bogor bukan

hanya pada tingkat peternakan sapi perah tetapi juga pada tingkat pengolahan

susu. Dengan kata lain permintaan untuk susu dan produk olahannya meningkat.

Meningkatnya permintaan akan suatu produk bisa dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah jumlah penduduk. Data BPS tahun 2010 menunjukan

jumlah penduduk di Kabupaten Bogor terus bertambah. Pada tahun 2009, jumlah

penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 4.477.344 jiwa, atau naik sekitar 3,15%

dari tahun 2008.

Pada Tabel 6, dapat dilihat adanya peningkatan pengeluaran rata-rata per

kapita sebulan untuk telur dan susu di propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data

tersebut, baik penduduk perkotaan maupun penduduk pedesaan mengalami

peningkatan pengeluaran untuk produk telur dan susu pada tahun 2008 yaitu

sebesar 13,29 persen dan 17,02 persen dibandingkan tahun 2007.

2 Konsumsi Susu Indonesia.http://www.fajar.co.id. [27 November 2009]

Page 19: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

5

Tabel 6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Perbulan Penduduk Jawa

Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007 dan 2008

Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008

Penduduk Perkotaan Rp 14.405 Rp. 16.320

Penduduk Pedesaan Rp 6.275 Rp. 7.322

Perkotaan+Pedesaan Rp 11.048 Rp. 12.613 Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)

Peningkatan populasi dan produksi susu yang diiringi oleh peningkatan

konsumsi susu menunjukkan bahwa produk susu memiliki peluang yang besar

untuk terus dikembangkan khususnya di Jawa Barat. Hal ini disebabkan susu

merupakan produk yang dibutuhkan oleh banyak orang yang meliputi berbagai

lapisan masyarakat. Selain itu, fungsi susu sebagai salah satu sumber bahan

pangan yang kaya protein dan bergizi tinggi.

Menurut Rahman et al (1992), susu mengandung berbagai komponen

bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri,

kapang maupun khamir. Akibat pertumbuhan berbagai jenis mikroba ini, maka

susu merupakan suatu bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak sehingga

diperlukan suatu proses penanganan yang baik. Salah satu cara penanganan susu

tersebut adalah dengan cara pengolahan. Produk susu olahan diantaranya susu

bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang

mengandung susu seperti keju dan mentega. Produk susu olahan tersebut banyak

diminati masyarakat. Pada tahun 2008, konsumsi olahan dalam negeri mencapai

1.022.864 ton, dengan konsumsi per kapita sebesar 8,02 kg per tahun (Dinas

Perindustrian RI 2009).

1.2. Perumusan Masalah

Perkembangan usaha pengolahan susu sapi dalam negeri masih memiliki

berbagai tantangan yang harus dihadapi sekaligus berbagai peluang yang harus

dimanfaatkan. Tantangan yang harus dihadapi antara lain pengolahan susu yang

masih tradisional dengan skala usaha yang kecil, keterbatasan modal usaha, dan

wilayah pemasaran yang sangat kecil. Sedangkan kebutuhan dan konsumsi susu

yang semakin tinggi setiap tahunnya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan

peternak.

Page 20: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

6

Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri

pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi

perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor

sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang

bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput).

Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 21 ekor, terdiri dari 14

ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Rata-rata produksi susu segar yang

dihasilkan E-coFarm sebanyak 60-80 liter perhari.

Produk yang dihasilkan dan dijual oleh E-coFarm tidak hanya susu segar

tetapi juga produk olahan susu berupa susu pasteurisasi, yoghurt, dan puding.

Produk berupa susu segar sebagian dijual ke D-Farm Fapet IPB dan beberapa

konsumen lain yang memiliki usaha pengolahan susu yang berskala rumah

tangga. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk membuat produk olahan yang

kemudian dijual di wilayah Kampus IPB.

E-coFarm memiliki harapan untuk bisa memproduksi dan menjual lebih

banyak produk olahan. Usaha pengolahan sendiri memiliki manfaat untuk

mendapatkan nilai tambah dari susu murni yang dihasilkan. Tetapi pada

kenyataannya sampai saat ini E-coFarm belum mampu untuk memenuhi

harapannya dalam hal memproduksi lebih banyak produk dan memperluas

wilayah pemasaran. E-coFarm yang wilayah pemasarannya hanya disekitar

Kampus IPB ini, memproduksi produk olahan berdasarkan stok yang tersedia.

Dengan demikian, E-coFarm tidak bisa meningkatkan produksi produk olahannya

walaupun E-coFarm memiliki bahan baku utama yaitu susu segar yang cukup

banyak. Sebagai contohnya, E-coFarm rata-rata hanya menggunakan 76 liter susu

per bulan untuk menghasilkan 140 liter yoghurt, sedangkan E-coFarm mampu

memproduksi susu segar sebanyak 60-80 liter perhari. Selain itu E-coFarm belum

memiliki tempat penyimpanan susu yang memadai. Susu segar yang dihasilkan

harus segera diolah atau disimpan di mesin pendingin agar susu tidak rusak.

Kondisi inilah yang menyebabkan E-coFarm tidak memiliki pilihan selain

menjual susu segarnya ke konsumen yang juga melakukan usaha pengolahan

susu.

Page 21: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

7

Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian adalah:

1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap usaha

E-coFarm, Darmaga-Bogor?

2. Bagaimana alternatif dan prioritas strategi yang tepat untuk di terapkan

pada pihak E-coFarm sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang

mempengaruhi pengembangan usaha E-coFarm.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak

E-coFarm.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak

diantaranya:

1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam

menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

2. Bagi E-coFarm, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai kondisi lingkungan usaha dan memberikan alternatif

perumusan strategi pengembangan usaha sehingga dapat dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai studi

strategi pengembangan usaha serta sebagai rujukan bagi penelitian

selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi studi

lingkungan usaha dan penyusunan strategi pengembangan melalui analisis faktor-

faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh E-coFarm. Penelitian ini hanya

sampai pada formulasi dari manajemen strategis. Sedangkan untuk tahap

implementasi strategi merupakan wewenang manajemen perusahaan.

Page 22: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Ternak Sapi Perah

Berdasarkan skala usahanya peternakan sapi perah di Indonesia

diklasifikasikan menjadi perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi

perah rakyat (Sudono, 1999). Perusahaan peternakan merupakan peternakan yang

dikelola oleh suatu perusahaan komersial dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya dan mempunyai izin usaha serta sudah

menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya. Sedangkan peternakan

rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disamping usaha taninya,

sehingga sifat pengelolaannya masih tradisional dengan kepemilikan sapi perah

kurang dari 20 ekor.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan

sapi perah adalah pada pemberian pakan. Sapi perah dapat berproduksi tinggi jika

mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga

menghasilkan susu yang optimal. Cara pemberian pakan yang salah dapat

menyebabkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan bisa

menyebabkan kematian (Sudono et al. 2003).

Sudono (1999), menyatakan ada beberapa keuntungan yang diperoleh

dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah, yaitu:

1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap

2. Sapi perah merupakan ternak yang paling efisien dalam mengubah pakan

menjadi protein hewani dan kalori

3. Memberikan jaminan pendapatan

4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap sepanjang tahun

5. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi

perah sebagai pupuk.

2.2. Susu

Menurut Edelsten (1988), secara umum susu adalah sekresi kelenjar

ambing dari hewan yang menyusui anaknya. Rahman et al. (1992) menambahkan,

secara kimia susu didefinisikan sebagai emulsi lemak dalam air yang mengandung

gula, garam-garam, mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Menurut

Page 23: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

9

SNI No 01-3141-1998 (Dewan Standardisasi Nasional 1998) susu murni adalah

cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh

dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu

murni yang disebutkan di atas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali

proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.

2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu

adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus,

umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana

pemberian pakan (Sudono et al. 1999). Menurut Imelda dan Edward (2007),

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas atau mutu air susu yang dihasilkan

antara lain kondisi sapi, kebersihan kandang dan lingkungan sekitar serta pakan

yang diberikan.

Tabel 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan

Produksi Air Susu (liter) Frekuensi Pemerahan (kali)

5 1

5-10 2

10-20 3

20-40 4 Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat (2002)

Frekuensi atau banyaknya dilakukan pemerahan setiap hari pada sapi

ditentukan oleh jumlah air susu yang dihasilkan, pemberian pakan, pemeliharaan

dan tenaga kerja. Produksi susu bertambah dengan meningkatnya frekuensi

pemerahan, bahkan hal ini terjadi juga pada sapi yang produksi susunya rendah.

Frekuensi pemerahan pada umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada

pagi dan sore hari. Jika jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang

dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu pada sore hari. Pada saat

dilakukan pemerahan, ambing dan tangan atau alat pemerah harus bersih agar

susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang

dapat menurunkan produksinya (Sudono et al. 2003).

Page 24: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

10

Susu segar yang baru diperah harus segera mendapatkan penanganan

karena sifatnya yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang

digunakan untuk menampung susu disebut milk can. Sebelum dimasukkan ke

dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran

seperti bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu. Pendinginan susu pada

suhu 4°C yang bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak

mudah berkembang biak (Sudono et al. 2003).

2.4. Produksi Susu

Produksi susu di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan

dan permintaan konsumen. Hal ini antara lain disebabkan jumlah/populasi ternak

yang masih kurang, selain daya produksi susu per ekor yang belum mencapai titik

optimum (Sudarwanto 1999). Rataan produksi susu sapi Fries Holstein (FH)

adalah 10.209,96 Kg per laktasi. Total produksi susu umumnya bertambah untuk

bulan pertama setelah melahirkan, kemudian perlahan-lahan berkurang pada bulan

laktasi berikutnya (Ensminger dan Tyler 2006). Sebagaimana yang dinyatakan

Schmidt (1971) sebelumnya bahwa produksi susu relatif banyak dan akan

bertambah empat sampai enam minggu setelah melahirkan, kemudian produksi

susu menurun sampai berakhirnya periode laktasi. Menurut Sudono et al. (2003),

produksi susu sapi FH di Amerika serikat rata-rata 7.425 kg per laktasi dan di

Indonesia 10 liter per ekor per hari atau lebih kurang 3.050 kg per laktasi.

2.5. Susu Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku

dengan suhu dibawah titik didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan

pangan seperti susu. Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi

hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh sebab itu, proses

ini sering diikuti teknik lain misalnya pendinginan dan pemberian gula. Produk

pasteurisasi bila disimpan dalam suhu kamar hanya bertahan 1 sampai 2 hari

sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat tahan selama 1 minggu.

Pasteurisasi memiliki tujuan diantaranya adalah membunuh bakteri patogen yang

berbahaya bagi manusia, memperpanjang daya simpan, menimbulkan citarasa

yang lebih baik, dan dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase yang

membuat susu cepat rusak.

Page 25: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

11

Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan dengan menggunakan

metode high temperature short time. Suhu saat dilakukan pemanasan berkisar

antara 71oC sampai 75

oC agar dapat mematikan bakteri penyebab penyakit. Pada

suhu 4oC susu pasteurisasi dapat bertahan selama 5-7 hari. Susu pasteurisasi

memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah meningkatkan stamina dan

kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, mencegah osteoporosis, mencegah

kangker usus, membatu proses pertukaran zat dalam tubuh, sebagai sumber

vitamin, lemak dan protein.

2.6. Yoghurt

Menurut Rahayu dan Sudarmadji (1998), yoghurt adalah bahan pangan

hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophillus) yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat

dan halus, kompak dengan rasa asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh

bakteri asam laktat tersebut mengahasilkan bentuk atau konsistensi yang

menyerupai pudding.

Yoghurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi. Pembuatannya

telah berevolusi dari pengalaman dari beberapa abad yang lalu dengan

membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu panas,

sekitar 40°-50°C. Dalam pembuatan yoghurt secara alami, susu yang akan

difermentasi dipanaskan sampai 90°C selama 15-30 menit, kemudian didinginkan

sampai 43°C, diinokulasi dengan 2% kultur campuran Lactobacillus bulgaricus

dan Streptococcus thermophillus dan dibiarkan pada suhu ini selama kira-kira 3

jam sampai tercapai keasaman yang dikehendaki 0,85-0,90% dan pH 4,0-4,5.

Kemudian produk didinginkan sampai 5°C untuk dikemas (Buckle et al. 1987).

Tahapan pemanasan ini akan membunuh organisme pencemar,

menurunkan potensi redoks campuran tersebut dan menghasilkan faktor-faktor

dan kondisi menguntungkan untuk perkembangan bakteri yang dimasukkan

sebagai inokular. Pemanasan juga menyebabkan denaturasi sifat protein whey dan

perubahan menjadi casein yang memberi konsistensi yang lebih baik dan lebih

seragam pada produk akhir (Buckle et al. 1987).

Saat ini minuman Yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan

berkembang ke seluruh dunia. Berikut terdapat beberapa istilah yang digunakan

Page 26: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

12

untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara diantaranya adalah Jugurt

(Turki), Dahee (India), Fiilmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja

(Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba

(Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia),

Filli (Finlandia), dan Leban (Libanon) (Rahman et al. 1992).

2.6.1 Tipe Yoghurt

Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan

metode pembuatannya tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis yaitu set yoghurt dan

stirred yoghurt. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur

fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau

fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan

koagulannya tidak berubah. Sedangkan pada pembuatan stirred yoghurt, proses

fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar kemudian proses

pengemasan dilakukan setelah inkubasi sehingga memungkinkan koagulannya

pacah atau rusak sebelum pendinginan dan pengemasan selesai (Rahman et al.

1992).

Selain klasifikasi yoghurt berdasarkan metode pembuatannya, menurut

Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang

telah dimodifikasi antara lain:

a. Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu

dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya

b. Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku

c. Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah

laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein

d. Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24% atau

yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90-94%.

2.6.2. Manfaat Yoghurt

Yoghurt mengandung kalori, protein, karbohidrat, kalsium dan potasium

lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya lebih rendah.

Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi lainnya,

tetapi yoghurt tidak cukup mengandung vitamin C, vitamin B komplek dan

Page 27: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

13

mineral besi. Vitamin B komplek akan digunakan oleh bakteri dalam fermentasi,

sehingga yoghurt akan kekurangan vitamin B komplek. Hasil analisis kandungan

gizi susu dan yoghurt dalam Tamime dan Robinson (1989) dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt per 100 g

No Kandungan (unit/ 100g Susu Yoghurt

1 Kalori 67,5 72

2 Protein (g) 3,5 3,9

3 Lemak (g) 4,25 3,4

4 Karbohidrat (g) 4,75 4,9

5 Calsium (mg) 119 145

6 Sodium (mg) 50 47

7 Potasium (mg) 152 186 Sumber : Tamime dan Robinson (1989)

Yoghurt dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.

Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk membantu

melancarkan pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih dari 100

triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut

bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok mikroba di

dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau kadang-kadang secara

singkat hanya disebut sebagai flora usus (Winarno 1997).

Menurut Winarno (1997), mikroflora usus mengandung bakteri tertentu

yang dapat digolongkan ke dalam kelompok yang membantu kesehatan dan

kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan

(patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi

gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga

menyebabkan sakit. Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan,

sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci,

Enterococci dan Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui

mampu menekan produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu

menstimulasi respon imunitas sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai

penyakit infeksi dapat ditangani.

Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan

(Theraupeticpurpose) yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi susu

Page 28: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

14

fermentasi, yaitu: memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan

dan penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja

usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat

mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan

mengatasi srtess, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan

darah.

Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa

susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan kekurangan enzim

pencerna yaitu laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi

glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno (2002), susu yang telah mengalami

fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada dan tersisa sekitar

75 persen, sehingga penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk

fermentasi susu dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan.

2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt

Pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal

sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt.

Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula, pemanasan awal,

homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi

(Tamime dan Robinson 1989). Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan

susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata.

Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya

mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses

pemanasan awal sebelum masuk mesin homogen (Tamime dan Robinson 1989).

Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen

dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Homogenisasi bertujuan untuk menurunkan

diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki

viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorpsi lemak terhadap misel

kasein menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran

lebih homogen (Tamime dan Robinson 1989).

Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses

pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk 1) mendenaturasi whey

protein (albumin dan globulin) agar susu yang dihasilkan kental, 2)

Page 29: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

15

menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar

pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, 3)

mengurangi jumlah O2 dalam susu yang secara normal bersifat mikroaerofilik

sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan 4) merusak

protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah

oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson 1989).

Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu pasca pasteurisasi secara

cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45°C.

Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan

starter yoghurt yang ditambahkan. Penambahan kultur starter ke dalam susu

menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang

ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (Tamime dan Robinson 1989).

Tahap terakhir adalah inkubasi yang merupakan proses fermentasi yang

dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses

fermentasi (inkubasi) dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang yang

menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6.

Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang kemudian

disimpan pada suhu dingin (Tamime dan Robinson 1989).

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Indriyani

(2009), yaitu meneliti tentang Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt

(Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, Desa Benteng

Ciampea, Bogor-Jawa Barat). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk

mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pada Unit

Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, serta merumuskan alternatif strategi yang

dapat diterapkan pihak perusahaan dengan kondisi lingkungan usaha, serta

menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yoghurt yang dapat diterapkan

oleh Dafarm. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan

konsep manajemen strategis. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk

Page 30: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

16

mengetahui lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sedangkan analisis

kuantitatif digunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

Berdasarkan analisis lingkungan usaha, lingkungan Dafarm terbagi

menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal memiliki

kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama Dafarm yaitu produk bersertifikat halal

dan memiliki mutu yang relatif baik, sedangkan kelemahan utamanya adalah

produk belum memiliki izin dari BPOM dan labelisasi kemasan yang belum

lengkap. Pada lingkungan eksternal faktor-faktor yang menjadi peluang utama

adalah permintaan produk yang seluruhnya terpenuhi, dan yang menjadi ancaman

utamanya adalah potensi persaingan industri yoghurt yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil analisis IFE, EFE, matriks IE dan SWOT, maka diperoleh

delapan alternatif strategi pengembangan usaha bagi Dafarm.

Berdasarkan analisis matriks QSP, urutan prioritas strategi pengembangan

usaha bagi Dafarm adalah sebagai berikut: 1) melengkapi label produk dan

mengurus perizinan ke BPOM, 2) merekrut manajer profesional, 3) meningkatkan

kapasitas produksi melalui peningkatan kerja sama dengan peternak mitra untuk

memenuhi seluruh permintaan, 4) mempertahankan harga jual produk dan terus

berupaya meningkatkan mutu produk, 5) meningkatkan pelayanan kepada

pelanggan (distributor), 6) menciptakan diferensiasi produk, 7) melakukan

promosi dan sosialisasi manfaat yoghurt secara intensif dan 8) memperluas

wilayah pemasaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Risman (2009) yaitu mengenai Strategi

Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Daru

Fallah Kecamatan Ciampea. Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian IE yang

menunjukkan kuadran V (bertahan dan memelihara)

Kajian Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan

Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilakukan oleh Soleh (2009).

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal

dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha ternak sapi perah di Kecamatan

Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dan merumuskan alternatif strategi yang tepat

dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur.

Metode analisis yang digunakan antara lain analisis deskriptif usaha peternakan

Page 31: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

17

sapi perah, dan analisis strategi pengembangan usaha ternak. Proses penyusunan

strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap

pemasukan data, tahap pemaduan data dan tahap keputusan. Alat yang dipakai

untuk analisis lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan alat

untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan

strategi usaha digunakan analisis SWOT serta untuk memprioritaskan strategi alat

yang digunakan adalah QSPM.

Alternatif strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan usaha ternak

sapi perah di Kecamatan Sukaresmi berdasarkan analisis SWOT adalah

meningkatkan skala usaha, memperbaiki manajemen usaha, membuat diversifikasi

produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, mempermudah akses

permodalan dan memperkuat peran kelompok ternak. Berdasarkan hasil analisis

QSPM diperoleh urutan strategi yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan.

Urutan prioritas strategi tersebut adalah meningkatkan skala usaha, membuat

diversifikasi produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, memperbaiki

manajemen usaha, membuka akses ke perbankan untuk meningkatkan

permodalan, dan memperkuat fungsi kelompok ternak.

Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi dilakukan oleh

Tagor (2004). Penelitian tersebut dilakukan pada Firma Surya Dairy Farm yang

berlokasi di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor

lingkungan internal dan eksternal perusahaan, merumuskan strategi usaha yang

dapat di terapkan bagi perusahaan dan memilih perioritas strategi yang paling

tepat diterapkan oleh Firma Surya Dairy Farm. Alat yang dipakai untuk analisis

lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, untuk mengetahui jenis strategi

yang baik bagi perusahaan digunakan matriks IE, untuk menyusun strategi yang

cocok digunakan matriks SWOT, serta untuk memprioritaskan strategi alat yang

digunakan adalah QSPM.

Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi Firma Surya Dairy Farm adalah

krisis ekonomi yang berangsur-angsur pulih di Indonesia, konsumsi masyarakat

akan susu olahan cair, daerah pemasaran produk yang masih luas, tersedianya

tenaga kerja yang potensial, perkembangan tingkat harga produk susu cair olahan,

serta pasokan bahan baku yang kontinyu. Ancaman perusahaan adalah kondisi

Page 32: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

18

politik dan keamanan negara yang tidak stabil, banyaknya produk substitusi di

pasar, pasokan susu segar impor yang lebih berkualitas, dan perkembangan jenis

penyakit pada hewan ternak sapi perah.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah produk yang berkualitas,

lokasi kantor pemasaran yang strategis, pelayanan konsumen yang sudah baik,

pertumbuhan laba bersih usaha dalam 5 tahun terakhir, kemampuan memberikan

kesejahteraan yang relatif memadai bagi karyawan, dan pengalaman perusahaan

yang lebih dari 37 tahun. Kelemahan yang dimiliki adalah sifat produk yang

mudah rusak, kurangnya promosi, produksi belum optimal, jangkauan pemasaran

yang masih terbatas, dan teknologi produksi yang relatif sederhana.

Hasil analisis menggunakan matriks IE menunjukkan strategi perusahaan

yang paling tepat adalah strategi hold and maintain. Kemudiah setelah

menghasilkan strategi, maka urutan strategi bagi Firma Surya Dairy Farm adalah

memelihara kualitas serta mutu pelayanan kepada konsumen, mengoptimalkan

litbang untuk menghasilkan diversifikasi produk, mengoptimalkan volume

produksi serta melakukan efisiensi biaya produksi dan pemasaran, memantapkan

pijakan pasar pada daerah pemasaran yang sudah ada serta memperluas jaringan

distribusi pemasaran, merekrut karyawan sebagai staf pemasaran serta

meningkatkan kerja divisi pemasaran, dan melakukan kegiatan promosi melalui

iklan secara gencar dan efektif.

Mahmud (2002), meneliti tentang strategi pemasaran produk susu cup.

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Pangalengan

Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari bauran pemasaran produk

susu cup yang telah dilakukan ole KPBS Pangalengan, mengidentifikasi dan

menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal usaha produk susu

cup, dan mengajukan alternatif strategi pemaaran dalam upaya mempertahankan

dan meningkatkan posisi usaha.

Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode SWOT

(Strenght, Weekness, Opportunity, Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

berdasarkan analisis daur hidup produk , KPBS memiliki perkembangan volume

penjualan dan waktu. Volume penjualan produk susu memiliki nilai yang terus

meningkat sejak mulai diproduksi pada tahun 1997, hingga akhir tahun 2000.

Page 33: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

19

Sampai dengan akhir tahun 2000, perusahaan berada pada tahap pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alternatif strategi pemasaran berupa

diversifikasi dari segi rasa, menetapkan harga yang terjangkau bagi konsumen,

penjualan melalui toko-toko atau supermarket, dan strategi promosi melalui

promosi langsung kepada konsumen.

Manfaat ekonomis yang dirasakan adalah sebanyak 80 persen responden

berpendapat bahwa harga beli susu oleh KPBS lebih tinggi daripada di luar.

Setelah adanya produk susu cup, sebanyak lebih dari 80 persen menyatakan

volume susu yang disetorkan sama. Semua responden menyatakan pendapatan

meningkat karena harga beli susu oleh koperasi semakin meningkat. Manfaat dari

segi sosial adalah sebanyak 66,7 persen menyatakan puas atas pelayanan koperasi.

Sebanyak 60 persen responden menjawab pernah mendapatkan pembinaan

khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ternak. Sedangkan yang

berpendapat pernah melakukan kerjasama dengan anggota lain sebanyak 44,3

persen. Dalam partisipasi anggota sebanyak 13,3 persen menyatakan selalu hadir,

66,7 persen tidak selalu hadir dan 20 persen tidak pernah hadir. Dari segi

permodalan sebanyak seratus persen membayar simpanan pokok dan simpanan

wajib secara teratur. Sebanyak 43,3 persen memiliki simpanan sukarela. Serta

sebanyak 76,67 persen responden pelanggan tetap koperasi.

Page 34: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategis

Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk

memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi

yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis

berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,

produksi atau operasi, penelitian dan pengambangan, serta sistem informasi

komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategis

adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk

masa mendatang, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, mencoba untuk

mengoptimalkan kecenderungan sekarang untuk masa datang (David 2006).

Proses manajemen strategis menurut David (2006), terdiri atas tiga tahap:

formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi, dengan alur proses

manajemen strategi seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategi (David 2006)

Menjalankan

Audit Eksternal

Menjalankan

Audit Internal

Menetapkan

Tujuan Jangka

Panjang

Merumuskan,

Mengevaluasi

dan Memilih

Strategi

Implementasi

Strategi-Isu

Manajemen

Implementasi

Strategi Isu-isu

Pemasaran,

Keuangan,

Akuntansi,

Penelitian dan

Pengembangan,

Sistem

Informasi

Manajemen

Mengukur dan

Mengevaluasi

Kinerja

Mengembangkan

Pernyataan Visi

dan Misi

Page 35: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

21

3.1.2. Perencanaan Strategi Bisnis

Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat

secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal perusahaan, sehingga

perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perencanaan

strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk

yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari

sumber daya yang ada.

Menurut Porter (1997) perencanaan strategis adalah proses manajerial

untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumberdaya

organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan

strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk

perusahaan sehingga memenuhi target laba pertumbuhan. Perencanaan strategis

memerlukan tiga kegiatan kunci, yaitu:

1. Perusahaan mengelola usahanya sebagai portofolio investasi. Setiap usaha

memiliki potensial laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki

perusahaan harus dialokasikan dengan tepat.

2. Perusahaan mengevaluasi setiap unit usaha secara tepat dengan

mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian

perusahaan dalam pasar tersebut.

3. Perusahaan harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai

tujuan jangka panjang dan menentukan strategi apa yang paling sesuai dari

sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan

sumberdayanya.

3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita

tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh

personel perusahaan. Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang

kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi. Sedangkan

misi merupakan penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah

dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar 2008). Visi diperlukan

untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif, visi bersama antara manajer dan

karyawan menciptakan perhatian bersama yang dapat mengangkat pekerja dari

Page 36: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

22

kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan

ancaman (David, 2006). Tujuan perusahaan menerjemahkan pernyataan misi ke

dalam sasaran organisasi yaitu berfokus pada kinerja, khususnya kinerja yang

dapat diukur. Dalam menetapkan tujuan, organisasi memformulasikan metode-

metode tentang pengejaran misi yang dapat diukur.

Misi mengartikulasi tentang perusahaan yang sebenarnya dan apa yang

dapat dicapai. Misi timbul bukan sebagai suatu konsep tetapi sebagai suatu

pernyataan. Pernyataan misi perusahaan menyajikan suatu artikulasi tentang

sasaran umum ke dalam tema utama strategi perusahaan. Pernyataan misi

mencerminkan pernyataan strategi perusahaan yang luas dan merupakan alat

penting untuk ahli strategi. Pernyataan misi yang jelas diperlukan sebelum strategi

alternatif dapat dirumuskan dan diimplementasikan. Pernyataan misi yang baik

mengungkapkan pelanggan, produk atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk

bertahan hidup, falsafah, konsep, pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran

untuk karyawan (David, 2006).

3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan

Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam berbagai

bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan

perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap

pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kelemahan

perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan

dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Faktor-faktor

yang termasuk dalam faktor internal perusahaan adalah faktor manajemen, faktor

pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan akuntasi, faktor produksi, faktor

penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi (David, 2006).

1. Faktor Manajemen

Faktor manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pemotivasian, pengontrolan, dan pengendalian. Perencanaan

mencakup semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan

menghadapi masa depan. Pengorganisasian termasuk dalam semua aktivitas

manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang.

Page 37: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

23

Pemotivasian adalah termasuk usaha yang diartikan untuk membentuk tingkah

laku manusia. Sedangkan pengendalian merujuk pada semua aktivitas yang

diarahkan yang memastikan hasil dan dapat konsisten dengan hasil yang

diharapkan. Agar setiap fungsi dalam manajemen dapat berjalan dengan baik dan

sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka diperlukan koordinasi yang baik

dan efesien. Koordinasi fungsional harus ditingkatkan apabila berbagai unit

organisasi menjadi lebih sering tergantung, ukuran dan fungsinya menjadi lebih

luas agar organisasi dapat mencapai sasarannya.

2. Faktor Pemasaran dan Distribusi

Pemasaran dan distribusi adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

penyediaan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang memungkinkan

pembeli melakukan pembelian dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan

pembelian. Pemasaran dan distribusi memerlukan analisis pelanggan, riset

pemasaran, biaya input dan produksinya, perencanaan pengembangan produk,

penetapan harga dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi, serta

tanggungjawab sosial dan lingkungan.

3. Faktor Keuangan dan Akuntansi

Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari

posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Laporan keuangan

merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan dan

sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan usaha.

Sistem keuangan harus dikelola dengan baik, sehingga seluruh dana dapat

diedarkan ke semua bagian kegiatan. Kelebihan atau kekurangan dana

menandakan kurang tepatnya pengelolaan sistem keuangan (David, 2006).

4. Faktor Produksi

Faktor produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang

mengubah masukkan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi menangani

masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antara industri dan pasar.

Aktivitas dalam memproduksi merupakan bagian terbesar dari aset manusia dan

modal. Faktor produksi terdiri dari proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan

mutu. Kekuatan dan kelemahan dalam faktor produksi akan menentukan sukses

atau gagalnya perusahaan.

Page 38: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

24

5. Faktor Penelitian dan Pengembangan

Perusahaan yang dikelola dengan baik akan berusaha mengatur aktivitas

penelitian dan pengembangan (litbang) dengan cara memecahkan keterisolasian

litbang dari bagian perusahaan yang lain dan mendorong semangat kemitraan

antara manajer litbang dan manajer lain dalam perusahaan. Organisasi melakukan

investasi dalam litbang karena investasi tersebut dapat mengarah pada barang atau

jasa superior dan mendapat keunggulan bersaing.

Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum

pesaing melakukannya, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses

manufaktur untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang menjalankan strategi

pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan

yang kuat.

6. Faktor Sistem Informasi

Informasi mengikat semua fungsi bisnis menjadi dasar untuk semua

keputusan manajerial. Informasi mewakili sumber utama keunggulan dan

kelemahan bersaing. Tujuan sistem informasi adalah memperbaiki prestasi

perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan manajerial, karena organisasi

menjadi lebih kompleks, terdesentralisasi, dan tersebar secara global, sehingga

faktor sistem informasi menjadi sangat penting. Sistem informasi merupakan

sumberdaya strategi utama, mengikuti perubahan lingkungan, mengenali ancaman

persaingan, dan membantu dalam implementasi, evaluasi dan mengendalikan

strategi.

3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

Menurut David (2006), analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan

untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan,

sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu

strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi terhadap

peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan.

Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) Lingkungan Jauh Perusahaan

Menurut Pearce and Robinson (2009) lingkungan jauh eksternal terdiri

dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan

Page 39: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

25

dengan situasi operasional perusahaan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya,

demografi, teknologi atau sering disebut PEST.

a. Faktor Politik

Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang

membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui

keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program

perpajakan, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif

dan berbagai tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen,

masyarakat umum dan lingkungan. Faktor politik dapat memberikan dan menjadi

peluang atau ancaman bagi suatu perusahaan.

b. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan erat dengan sifat dan arah sistem ekonomi

tempat suatu perusahaan beroperasi. Pola konsumsi dipengaruhi oleh

kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strateginya

perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen

yang mempengaruhi industri. Faktor-faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan

adalah tingkat penghasilan yang dapat dibelanjakan (disposable income),

kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju

inflasi serta kecenderungan pertumbuhan pendapatan nasional bruto (PNB)

(Pearce dan Robinson 1997).

c. Faktor Sosial Budaya

Kekuatan sosial selalu berubah sebagai akibat upaya seseorang

memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan

penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Perubahan sikap sosial diiringi

dengan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang dan jasa.

Perusahaan harus dapat memanfaatkan perubahan kekuatan sosial sebagai peluang

untuk melakukan ekspansi. Berbagai faktor sosial yang mempengaruhi suatu

perusahaan antara lain kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup masyarakat

di lingkungan ekstern perusahaan, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan

etnik.

Page 40: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

26

d. Faktor Teknologi

Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin

mempengaruhi industri untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi.

Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk

baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik

produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat memberikan peluang berupa

membuka pasar dan produk yang canggih, dan dapat berupa ancaman terhadap

fasilitas produksi.

2) Lingkungan Industri

Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan

aturan permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial

tersedia bagi perusahaan. Menurut Porter (1997), keadaan persaingan dalam suatu

industri tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok, yang diperlihatkan pada

Gambar 3. Gabungan dari kelima kekuatan ini menentukan potensi laba akhir

dalam industri. Lima kekuatan persaingan yaitu masuknya pendatang baru,

ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawaar-

menawar pemasok (suppliers), serta persaingan di antara para pesaing yang ada.

Kelima hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa persaingan dalam suatu

industri tidak hanya terbatas pada para pemain yang ada. Kelima kekuatan

persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan

kemampuan dalam industri, atau kekuatan yang paling besar akan menentukan

serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi (Porter 1997).

Menurut David (2006), persaingan antar perusahaan sejenis biasanya

merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang

dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan

keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan oleh perusahaan

pesaing. Kelima kekuatan persaingan menurut Porter (1997) ditunjukkan pada

Gambar 2.

Page 41: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

27

Gambar 2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri

(Sumber : Porter 1997)

3.2. Kerangka Operasional

Unit Peternakan E-coFarm memiliki usaha pengolahan susu yang cukup

berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun di sisi lain unit usaha ini harus

menghadapi persaingan usaha dan berbagai kondisi yang ada dalam lingkungan

internal maupun eksternal. Potensi E-coFarm yang belum dimaksimalkan dan

diiringi dengan permasalahan internal yang muncul menjadi salah satu alasan

mengapa analisis strategi pengembangan usaha perlu dilakukan.

Langkah awal yang dilakukan untuk memformulasikan strategi adalah

mengidentifikasi visi, misi dan tujuan organisasi. Perumusan strategi

pengembangan usaha selanjutnya akan dikaji berdasarkan kondisi eksternal dan

internal E-coFarm. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Perumusan strategi dilakukan

dengan menggunakan tiga tahap yang teridiri atas tahap pertama yang merupakan

tahap input (input stage), tahap dua merupakan tahap pencocokkan (matching

stage), dan tahap terakhir adalah tahap keputusan (decision stage).

Pesaing Industri

Persaingan di antara

perusahan yang telah ada

Ancaman Produk

pengganti (subtitusi)

Kekuatan

Tawar-menawar

Pembeli

Kekuatan

Tawar-menawar

Pemasok

Ancaman

Pendatang baru

yang potensial

Page 42: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

28

Tahap pertama dalam kerangka kerja perumusan strategi adalah dengan

mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan. Pada tahap kedua

digunakan matriks SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi. Tahap ketiga

adalah menentukan prioritas alternatif strategi yang tepat untuk bisa digunakan

oleh perusahaan. Secara lengkap kerangka pemikirian operasional penelitian

dijelaskan pada Gambar 3.

Page 43: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

29

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Unit Petenakan E-coFarm

E-coFarm belum mampu memaksimalkan usahanya

Dibutuhkan Analisis Strategi Pengembangan Usaha

Identifikasi Visi, Misi dan Tujuan Unit Peternakan E-coFarm

Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal E-coFarm

Identifikasi Faktor-faktor Internal:

Manajemen

Pemasaran dan Distribusi

Faktor Keuangan dan Akuntansi.

Produksi

Sumber Daya Manusia

Identifikasi Lingkungan Eksternal:

1. Lingkungan Jauh (ekonomi, sosial budaya, teknologi

dan politik)

2. Faktor Lingkungan Industri

Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Kekuatan Tawar Menawar

Pemasok

Ancaman Produk Pengganti

Ancaman Pendatang Baru

Persaingan dalam Industri

Kekuatan dan Kelemahan

Alternatif Strategi

Prioritas Strategi Pengembangan

Strategi Pengembangan Usaha

Peluang dan Ancaman

Matriks SWOT

Page 44: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di E-coFarm (Education Corporate Farming)

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor. E-

coFarm bergerak dibidang penjualan dan pengolahan susu segar. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

E-coFarm merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam penjualan dan

pengolahan susu segar dibawah naungan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Selain itu pertimbangan lain

berupa adanya ketersediaan data yang dibutuhkan dan kesediaan manajemen

perusahaan menjadikan perusahaan tersebut sebagai lokasi penelitian.

Pengumpulan data dilakukan sejak Desember 2009 sampai Mei 2010.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Menurut david

(2006), dalam analisis ini untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal

yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di bidangnya.

Responden adalah orang-orang yang mengenal betul dinamika dan keadaan bisnis

yang dijalani. Responden dalam penelitian ini terdiri dari dua orang responden

yang berasal dari internal dan eksternal yaitu manajer lapang E-coFarm dan

pesaing terdekat pada unit usaha yaitu D-Farm. Adanya keterlibatan pihak

eksternal dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan alternatif strategi yang

lebih objektif.

4.3. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari perusahaan (E-coFarm) baik

dari hasil wawancara dan dari hasil observasi langsung yaitu dengan melihat dan

mengamati situasi perusahaan, mengumpulkan dan mencatat data penjualan

produksi susu. Data primer berupa faktor-faktor strategis internal dan eksternal

diperoleh dengan cara wawancara menggunakan responden sebagai narasumber.

Narasumber dalam pengambilan informasi tentang faktor-faktor internal dipilih

Page 45: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

31

dari pihak perusahaan. Tujuan dari pemilihan responden tersebut adalah dengan

anggapan bahwa pihak perusahaan akan lebih mengetahui faktor-faktor internal

dan eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan. Wawancara juga

dilakukan dengan pesaing terdekat untuk membandingkan kondisi eksternal

usaha.

Data sekunder dapat diperoleh dari beberapa buku yang terkait dengan

penelitian, studi pustaka, literatur dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat

Statistik (BPS), Ditjen Peternakan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi, jurnal dan artikel. Data sekunder berupa pendukung penelitian melalui

penelitian-penelitian sebelumnya dapat diperoleh dari skripsi sebelumnya dan

browsing internet guna mencari data yang mendukung penenlitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai Mei 2010 di

E-coFarm (Fapet IPB). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

dengan metode observasi langsung, wawancara, studi pustaka, literatur dari BPS,

Ditjen Peternakan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, jurnal dan

arikel serta browsing internet.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.

Tujuan metode deskriptif adalah untuk memberikan gambaran secara sistematis,

aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara

fenomena yang diteliti. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif

melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis kualitatif digunakan

untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yaitu menggunakan analisis

SWOT dalam penentuan alternatif strategi.

4.5.1. Analisis SWOT

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka

dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi

alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu

menganalisis peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Untuk menentukan

Page 46: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

32

faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman dilakukan

wawancara interatif dengan pihak perusahaan. Pada proses awal wawancara

peneliti berusaha mencari informasi keadaan internal diantaranya mengenai

manajemen, pemasaran dan distribusi, keuangan dan akuntansi, produksi dan

sumberdaya manusia. Setelah informasi tersebut terkumpul kemudian peneliti

membuat daftar faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan yang kemudian

dikonfirmasikan kembali dengan pihak perusahaan dengan tujuan memastikan

bahwa daftar kekuatan dan kelemahan yang dibuat tersebut sudah

menggambarkan kondisi internal perusahaan. Kemudian peneliti juga melakukan

wawancara untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi perusahaan berdasarkan lingkungan jauh dan lingkungan industri.

Pada tahapan ini peneliti memberikan panduan secara umum tentang faktor-faktor

yang ada didalam lingkungan jauh dan lingkungan industri. Kemudian pihak

perusahaan memberikan penjelasan tentang pengaruh faktor-faktor tersebut

terhadap perusahaan. Dari hasil penjelasan yang didapat peneliti membuat daftar

peluang dan ancaman yang kemudian di konfirmasikan kembali dengan pihak

perusahaan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak pesaing terdekat

untuk mendapatkan informasi apakah faktor yang menjadi peluang dan ancaman

pada E-coFarm juga berpengaruh terhadap usaha yang dijalankan pihak pesaing.

Setelah mendapatkan data peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, tahap

yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT.

Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan bagi para manajer dalam

mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-

peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan

faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk

mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik, dan tidak

ada satu pun kecocokan terbaik (David 2006). Matriks SWOT menggambarkan

secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dapat disesuaikan dengan kekuatan

dan kelemahan.

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal

perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi

Page 47: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

33

kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan

memanfaatkan peluang eksternal.

Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan

perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal

ini tidak berarti bahwa organisasi yang pasti selalu menghadapi ancaman frontal

dalam lingkungan eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman

merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal

dan menghindari ancaman lingkungan.

Matriks SWOT menampilkan sembilan sel, yaitu empat sel faktor kunci

yang menentukan, empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT,

dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci yang diberi nama S,

W, O, dan T, dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel

strategi yang diberi nama dengan Penyusunan matriks SWOT dapat dilihat pada

Gambar 4.

Faktor-faktor

Internal

Faktor-faktor

Eksternal

Kekuatan (S)

Daftar kekuatan

Kelemahan (W)

Daftar kelemaha

Peluang (O)

Daftar peluang-peluang

Strategi S-0

Membuat strategi dengan

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi W-O

Membuat strategi yang

memanfaatkan peluang

untuk mengatasi

kelemahan

Ancaman (T)

Daftar ancaman-ancaman

eksternal

Strategi S-T

Membuat strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk menghindari

ancaman

Strategi W-T

Membuat strategi yang

meminimumkan

kelemahan dan

menghindari ancaman.

Gambar 4. Matriks SWOT Sumber: David (2006)

Berdasarkan Gambar 4. diperoleh delapan langkah dalam menyusun matriks

SWOT, yaitu:

1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan

2. Menentukan faktor-faktor ancaman organisasi atau perusahaan

3. Menentukan faktor-faktor kekuatan organisasi atau perusahaan

4. Menentukan faktor-faktor kelemahan organisasi atau perusahaan

Page 48: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

34

5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi S-O. Catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan.

6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi W-O. Catat hasil strategi WO dalam sel yang

ditentukan.

7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi S-T. Catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan.

8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi WT. Catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.

4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi

Penentuan alternatif strategi ini dilakukan dengan cara wawancara secara

langsung dengan manajer perusahaan. Wawancara yang dilakukan bertujuan

untuk mengetahui alternatif strategi yang bisa dijalankan oleh perusahaan dengan

mengacu pada hasil analisis SWOT, kemudian menentukan alternatif strategi yang

mungkin untuk terlebih dahulu dijalankan secara berurutan.

Page 49: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm

Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri

pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi

perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor

sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang

bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput).

Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 20 ekor, terdiri dari 14

ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Jumlah pegawai yang sekarang

bekerja di E-coFarm berjumlah 10 orang yaitu 1 orang penanggung jawab, 1

orang manajer, 6 orang bagian peternakan dan 2 orang tenaga kerja bagian

pengolahan dan pemasaran. Produksi rata-rata susu segar yang dihasilkan E-

coFarm sebanyak 60-80 liter perhari.

E-coFarm merupakan kegiatan usaha peternakan dalam kawasan

pendidikan yang melibatkan peternak sebagai pelaku bisnis atau peserta

pembelajaran dan menitikberatkan pada proses pendidikan dengan semua kegiatan

yang berbasis pada penelitian dan output utamanya adalah sumberdaya manusia

peternakan yang semakin berkualitas. Program yang direncanakan dalam E-

coFarm meliputi program pembelajaran bagi peternak pada fasilitas produksi

Fakultas Peternakan (IPB) dan program usaha unit produksi yang dilakukan oleh

peternak atau calon peternak yang akan dikembangkan. Dengan berbagai potensi

yang dimiliki, seperti ketersediaan bahan baku dan sumberdaya peternak (tenaga

kerja), E-coFarm memiliki peluang untuk menjadi salah satu sentra pengolahan

susu sapi bukan hanya di lingkungan kampus IPB tetapi juga di daerah Bogor.

5.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Adapun visi dan misi yang terdapat dalam program Education Corporate

Farming (E-coFarm) adalah:

1. Pendidikan (Education); program ini menitikberatkan pada proses

pendidikan yang digambarkan dengan semua kegiatan yang berbasis pada

penelitian dan output utamanya adalah sumberdaya manusia peternakan

yang semakin berkualitas,

Page 50: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

36

2. Perusahaan (corporate); semua alokasi sumberdaya ditujukan untuk

mencapai keuntungan maksimal yang menitikberatkan pada entitas

manajemen profesional, dan

3. Budidaya (farming); kegiatan yang dijadikan penggerak keberlanjutan

program, sekaligus dijadikan dasar tolok ukur keberhasilan.

Beberapa Tujuan dari E-coFarm adalah :

1. Meningkatkan kemampuan bisnis peternak dan memperbaiki pendapatan

peternak,

2. Mencetak peternak baru yang memenuhi standar dan kualifikasi yang

diharapkan untuk menjalankan unit usaha peternakan,

3. Meningkatkan kompetensi Mahasiswa dan Dosen Fakultas Peternakan (IPB)

dibidang peternakan melalui real lesson learn process,

4. Mengembangkan sistem komunikasi dua arah antara peternak, Perguruan

Tinggi dan Pemerintah dalam upaya mengembangkan IPTEK dan model

pembinaan,

5. Mengembangkan pasar potensial di kawasan Perguruan Tinggi dan

sekitarnya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi civitas akademika dan

pegawai Perguruan Tinggi (IPB) terhadap produk pangan asal hewan, dan

6. Membangun jaringan kerjasama antara Departemen Pertanian (Direktorat

Jenderal Peternakan) dan Departemen Pendidikan Nasional dalam rangka

membangun SDM yang tangguh dan berdaya saing tinggi.

E-coFarm bertindak sebagai lembaga pendidikan yang memiliki

kompetensi peternakan dalam bidang pengembangan sapi perah dan produksi susu

segar serta hasil olahannya.

5.3. Lokasi Perusahaan

Unit usaha E-coFarm terletak di Jalan Kayu Manis Blok A, Kampus IPB

Darmaga-Bogor. Lokasi ini terletak di dalam wilayah laboratorium lapangan

Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Page 51: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

37

5.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan hubungan tanggung

jawab dan wewenangan yang ada pada perusahaan. Awal mula berdirinya E-

coFarm bermula dari Fakultas Peternakan IPB mengadakan kerja sama dengan

Departemen Pertanian dalam upaya menggairahkan usaha peternakan khususnya

sapi perah. Fakultas peternakan bertanggung jawab atas terlaksananya usaha ini

kepada Deptan. Dalam rangka menjalankan usaha ini, Dekan Fakultas Peternakan

menunjuk seorang penanggung jawab langsung E-coFarm untuk bisa menjalankan

usaha ini dengan baik. Penanggung jawab E-coFarm dibantu oleh seorang

manager yang berfungsi untuk menggerakan beberapa divisi yaitu ; divisi

produksi, divisi pengolahan, divisi pakan, dan divisi pemasaran. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. Berikut dibawah ini:

Gambar 5. Struktur Organisasi E-coFarm

Dekan Fakultas

Peternakan

Penanggung

Jawab

Unit Usaha

E-coFarm

Manager

Divisi

Produksi Divisi

Pengolahan

Divisi

Pakan

Divisi

Pemasaran

Departemen

Pertanian

Page 52: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

38

5.5. Produk Perusahaan

E-coFarm saat ini menjual susu segar dan produk olahannya. Produk hasil

pengolahan yang dilakukan oleh E-coFarm adalah susu pasteurisasi, yoghurt dan

puding. Susu pasteurisasi terdiri dari susu pasteurisasi rasa yang dikemas dengan

cup 200 ml dan plastik 500 ml dan 100 ml serta susu pasteurisasi plain yang

dikemas dengan plasik 100 ml, 500 ml dan 1000 ml. Yoghurt yang dihasilkan

diantaranya yoghurt cup 100 ml dan yoghurt stik 50 ml dan 30 ml. Sedangkan

puding dikemas dengan cup 100 ml.

Page 53: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA

Analisis lingkungan usaha adalah proses awal dalam manajemen strategi

yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan

mencakup semua faktor, baik yang berada didalam maupun diluar perusahaan

yang dapat memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara

garis besar analisis lingkungan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian besar

yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan.

6.1. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki oleh E-coFarm. Aspek lingkungan internal yang akan dikaji meliputi

manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan sumberdaya

manusia (SDM).

6.1.1. Manajemen

Aspek manajemen yang dikaji meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengelolaan staf, pemberian motivasi dan pengendalian.

a. Perencanaan

E-coFarm memiliki visi dan misi usaha . Hal ini menunjukkan bahwa E-

coFarm memiliki perencanaan jangka panjang sebagai bagian dari cita-cita dan

tujuan usaha di masa yang akan datang. Secara umum, E-coFarm belum

melakukan fungsi perencanaan seperti yang seharusnya. Hal ini terlihat dari belum

adanya perencanaan usaha yang tersusun jelas dan tertulis, baik untuk

perencanaan jangka pendek maupun jangka menengah. Seluruh kegiatan

perencanaan dilakukan oleh manajer lapang diantaranya perancanaan dalam hal

produk, distribusi dan harga. Pada perancanaan produk manajer merencanakan

dan menentukan kuantitas produk yang diproduksi berdasarkan stok produk yang

ada. Pada perencanaan distribusi manajer melakukan perencanaan yang meliputi

wilayah distribusi dan sistem pendistribusiannya. Dan perencanaan harga yang

dilakukan adalah menetapkan harga produk sesuai dengan biaya produksi yang

dikeluarkan.

Page 54: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

40

b. Pengorganisasian

Pada dasarnya E-coFarm belum memiliki pengelolaan kompeten yang

benar-benar fokus menangani usaha. Hal ini menyebabkan fungsi

pengorganisasian E-coFarm belum berjalan dengan baik. Pembagian kerja pada

divisi peternakan dan pengolahan sudah terorganisasi dengan baik. Tetapi

E-coFarm belum memiliki divisi yang khusus menangani distribusi. Manajer

E-coFarm yang memimpin seluruh divisi bertanggung jawab sebagai perencana

dan pengelola keuangan perusahaan. Manajer lapang membuat laporan produksi

dan keuangan yang kemudian dilaporkan kepada penanggung jawab E-coFarm.

Tetapi laporan produksi dan keuangan masih sederhana yaitu dalam bentuk

laporan harian produksi, pengolahan dan pendapatan harian. Selain itu

pengelolaan keuangan lain seperti pembayaran upah karyawan dan persediaan

bahan baku juga dilakukan oleh manajer.

c. Pengelolaan Staf

Pengelolaan staf dalam perusahaan terkait dengan budaya atau iklim kerja

yang diterapkan oleh perusahaan. Budaya atau iklim kerja ini adalah harapan serta

kebiasaan masing-masing orang yang ada di perusahaan tersebut yang pada

umumnya tetap dipertahankan. Pada E-coFarm, budaya atau iklim kerja yang

terjadi lebih cenderung kearah kekeluargaan. Dengan kondisi seperti ini

komunikasi manajer dan pekerja lainnya tidak bersifat kaku sehingga

memudahkan manajer dalam melakukan pembagian tugas kepada karyawan. Dan

begitu juga sebaliknya, karyawan tidak merasa malu dan ragu bila ingin

menyampaikan sesuatu kepada manajer terkait dengan masalah pekerjaan. Selain

itu perusahaan juga berupaya untuk memberikan motivasi kepada karyawannya.

Upaya motivasi yang dilakukan oleh E-coFarm kepada para karyawan adalah

dengan pemberian insentif disamping memberikan gaji pokok setiap bulannya.

Karyawan E-coFarm memperoleh tunjangan kesehatan untuk biaya pengganti

pengobatan. Selain itu diberikan tunjangan lainnya (THR) berupa uang yang

diberikan e-coFarm pada saat menjelang hari raya.

Page 55: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

41

d. Pengendalian

Pada umumnya E-coFarm melakukan pengendalian hanya terbatas pada

bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan

pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan

karena terkait langsung dengan proses pengolahan, sehingga kontinuitas

pembuatan produk olahan tetap terjaga. Sama halnya dengan pengadaan bahan

baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting dilakukan karena terkait

dengan kualitas atau mutu yoghurt yang dihasilkan.

6.1.2. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,

menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang

dan jasa. Aspek pemasaran dikaji melalui pendekatan bauran pemasaran yang

meliputi analisis terhadap produk, harga, distribusi dan promosi. Bauran

pemasaran yang dijalankan oleh e-coFarm adalah sebagai berikut:

1. Produk

E-coFarm sebagai salah satu perusahaan pengolahan susu yang sedang

berkembang, selalu berusaha mempertahankan mutu produk dan pelayanan.

Untuk dapat mempertahankan mutu produknya E-coFarm sangat memperhatikan

kegiatan usahanya, terutama kegiatan pengolahan yang sangat berpengaruh

terhadap produk yang dihasilkan. Upaya mempertahankan pelayanan dilakukan

dengan cara membina hubungan baik konsumennya dengan cara memberikan

diskon atau potongan harga untuk pembelian dalam jumlah tertentu. Dengan

demikian diharapkan mampu meningkatkan penjualan produk yang akhirnya akan

meningkatkan pendapatan E-coFarm. Produk yang dijual E-coFarm diantaranya

adalah susu segar, susu pasteurisasi, yoghurt dan puding. Produk tersebut dikemas

dengan menggunakan plastik dan cup. Dari segi kemasan, E-coFarm hanya

memasang merek produk tanpa dilengkapi izin edar dari BPOM maupun

sertifikasi halal dari MUI serta informasi produk lainnya.

Page 56: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

42

Berdasarkan undang-undang No. 7 tahun 1998 tentang pangan, label suatu

produk harus memuat sekurang-kurangnya keterangan mengenai:

a. Nama produk

b. Daftar bahan yang digunakan

c. Berat bersih atau isi bersih

d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi

e. Keterangan tentang halal

f. Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa

2. Harga

Harga merupakan unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan

penerimaan bagi perusahaan dan menunjukan posisi perusahaan dalam

persaingan. Dalam menetapkan harga produknya, E-coFarm memperhitungkan

biaya produksinya kemudian ditambah jumlah tertentu untuk mendapat laba yang

dikehendaki untuk produk tersebut. Harga jual untuk produk E-coFarm berbeda-

beda tergantung jenis dan ukuran produknya. Berikut ini merupakan gambaran

umum mengenai harga jual produk E-coFarm.

Tabel 9. Harga Jual Produk E-coFarm

Produk Bentuk Kemasan Harga Jual (Rp)

Susu segar Plastik 1000ml 5000

Susu pasteurisasi Cup 200 ml 2500

Plastik 100 ml 1000

Plastik 500 ml 5000

Plastik 1000 ml 8000

Yoghurt Stik 30 ml 500

Stik 50 ml 1000

Cup 100 ml 2500

Puding Cup 100 ml 2500

Sumber: E-coFarm, 2010

Page 57: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

43

3. Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya

kepada konsumen. Secara umum, pihak perusahaan dalam mendistribusikan

produknya melalui dua pola saluran yaitu penjualan secara langsung kepada

konsumen yang dilakukan di tempat usaha dan penjualan oleh distributor atau

pengecer yang datang langsung ke E-coFarm. Distributor atau pengecer yang

datang langsung ke E-coFarm bukan distributor tetap. Waktu pembelian yang

dilakukan oleh distributor atau pengecer tersebut sangat jarang. Saat ini E-coFarm

hanya mampu mendistribusikan produknya di wilayah lingkar Kampus IPB,

Darmaga saja. E-coFarm belum memiliki tenaga kerja atau agen distribusi yang

mampu mendistribusikan produknya ke wilayah yang lebih luas.

4. Promosi

Kegiatan promosi yoghurt sejauh ini belum banyak dilakukan oleh E-

coFarm. Promosi yang dilakukan oleh E-coFarm adalah melalui informasi dari

mulut ke mulut. Pengunjung atau pelanggan dapat menjadi sumber informasi

mengenai keberadaan produk yoghurt E-coFarm. Selain itu, promosi di lakukan

dengan menggunakan brosur atau selebaran mengenai profil produk dan usaha

yoghurt E-coFarm. E-coFarm belum memiliki media promosi yang lebih baik.

E-coFarm seharusnya bisa memanfaatkan teknologi internet sebagai media

promosi produknya dengan cara membuat website. Dengan demikian E-coFarm

dapat memperkenalkan dengan mudah dan dapat membantu konsumen yang ingin

melakukan pemesanan secara online. E-coFarm juga pernah mempromosikan

produknya pada kegiatan pameran yang diadakan oleh Fakultas Peternakan.

6.1.3. Keuangan

Modal merupakan bagian penting dari suatu usaha. Modal awal pendirian

E-coFarm berasal dari kerjasama antara Departemen Pertanian dan fakultas

peternakan IPB. Modal tersebut berupa investasi peternakan sapi perah. Kemudian

setelah peternakan sapi perah berkembang dan memberikan keuntungan E-coFarm

melakukan pengembangan usaha pengolahan susu. Dengan kata lain untuk

berkembang E-coFarm harus bisa mengelola keuangan hasil pendapatannya.

Page 58: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

44

E-coFarm yang saat ini telah menjalankan usaha pengolahannya, masih kesulitan

untuk melakukan pengembangan usaha karena hasil penjualan yang didapat tidak

mencukupi untuk mengambil langkah-langkah yang mengarah ke pengembangan

usaha.

Sistem pencatatan keuangan E-coFarm sudah dilakukan dengan baik.

Pencatatan keuangan berupa catatan penjualan harian dan bulanan serta laporan

rugi laba sudah dilakukan oleh manajer E-coFarm. Tetapi laporan keuangan yang

dibuat masih sederhana. E-coFarm belum memiliki tenaga ahli yang khusus untuk

menangani sistem akuntansi keuangan perusahaan. Pencatatan keuangan

sebaiknya dilakukan sesuai standar. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

perusahaan khususnya UKM dalam melakukan peminjaman modal dengan pihak

perbankan. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar dalam pengambilan

keputusan, antara lain dalam pengembangan usaha dan penetapan harga.

6.1.4. Produksi

Bahan baku susu yang digunakan dalam pengolahan menjadi yoghurt

berasal dari unit peternakan E-coFarm. Unit peternakan E-coFarm mampu

menghasilkan susu sapi segar rata-rata 60-80 liter perhari. Susu segar tersebut

tidak seluruhnya digunakan untuk pembuatan produk olahan. Sebagian susu segar

dijual karena keterbatasan kapasitas produksi. Bahan penolong dalam produksi

yoghurt terdiri dari gula sebagai bahan penolong utama, essense dan kultur bakteri

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kultur bakteri tersebut

diperoleh dari Laboratorium Bagian IPT Perah Fakultas Peternakan IPB dan Balai

Penelitian Pasca Panen IPB Cimanggu, Bogor. Dalam proses pengolahan susu

pasteurisasi, yoghurt dan puding E-coFarm menggunakan bahan bakar berupa gas

elpiji 12 kilogram. Proses pengemasan menggunakan plastik dilakukan secara

manual sedangkan untuk kemasan cup digunakan mesin sealer. E-coFarm sangat

mengutamakan kebersihan dalam kegiatan pengolahannya karena hal ini sangat

berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Kontaminasi bibit penyakit

dapat merusak kualitas produk dan dapat membahayakan konsumen yang

membeli produk E-coFarm.

Page 59: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

45

6.1.5. Sumberdaya Manusia

Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan

bisnisnya, umumnya ditunjang oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki.

Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas tenaga

kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam

menentukan kemajuan suatu usaha.

Sumberdaya manusia unit peternakan E-coFarm pada tingkat pegawai

terbagi menjadi dua divisi yaitu pegawai bagian peternakan dan pegawai bagian

pengolahan susu. Jumlah pegawai pada bagian peternakan terdiri dari enam orang

(4 orang pegawai kandang dan 2 orang pencari rumput). Pegawai pada bagian

pengolahan susu terdiri dari 2 orang pegawai harian.

Latar belakang pendidikan penanggung jawab dan manajer E-coFarm

adalah profesor dan pasca sarjana. Manajer pelaksana bertugas untuk mengatur

dan melakukan kontrol serta evaluasi kegiatan. Penanganan di lapangan baik

untuk bagian budidaya dan pengolahan susu ditangani oleh manajer pelaksana.

Kompleksitas pengelolaan usaha peternakan dan pengolahan susu sangat

membutuhkan sumberdaya manusia yang berpengalaman dan kompeten, dalam

hal ini E-coFarm memiliki sumberdaya tersebut. Namun, pada bagian teknis

produksi pengolahan susu berlatar belakang pendidikan SMP dan SD.

Kemampuan pegawai tersebut sudah memiliki keterampilan teknis yang baik hasil

binaan Fakultas Peternakan IPB.

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengembangkan faktor-

faktor yang terbatas mengenai peluang yang dapat memberikan manfaat bagi

suatu usaha dan faktor-faktor ancaman yang harus dihadapi. Menurut Umar

(2008), lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori yaitu lingkungan jauh

dan lingkungan industri.

6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh

Analisis lingkungan jauh mengkaji empat faktor penting yaitu ekonomi,

sosial, politik dan teknologi.

Page 60: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

46

6.2.1.1. Faktor Ekonomi

Aspek ekonomi berpengaruh penting terhadap kelangsungan suatu usaha.

Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana

suatu perusahaan akan atau sedang beroperasi. Faktor ekonomi yang

mempengaruhi E-coFarm antara lain:

1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi

Kondisi perekonomian Kabupatn Bogor secara agregat menunjukkan

adanya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun maka digunakan indikator Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai

dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini

merupakan pertumbuhan sektor ekonomi Bogor pada tahun 2003 sampai tahun

2007 (Tabel 10).

Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga

Konstan Kabupaten Bogor pada Tahun 2003-2007 (Jutaan Rupiah)

Tahun Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan (Jutaan Rp)

2003 881.718,49

2004 940.062,95

2005 1.002.371,89

2006* 1.059.336,89

2007** 1.126.541,95

Sumber : Badan Pusat Statistik Bogor, 2007

Keterangan : *) angka diperbaiki

**) angka sementara

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa nilai PDRB atas dasar harga

konstan yang dihasilkan oleh Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari

tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya korelasi yang positif

antara laju pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB yang dihasilkan, dimana

Page 61: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

47

laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2007 semakin baik yang

diiringi dengan peningkatan nilai PDRB yang dihasilkan.

2. Kenaikan Harga Bahan Baku

Beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan perkembangan harga

yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi yaitu harga gula dan bahan

bakar gas.

a. Harga Gula

Pada proses pengolahan produk, perusahaan menggunakan bahan

penolong berupa gula. Harga gula di Indonesia selalu mengalami perubahan. Hal

ini akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan. Perkembangan harga gula

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perkembangan Harga Rata-Rata Gula Bulan Januari 2008-Bulan Februari 2009

Tahun Harga Rata-Rata Gula (Rp/Kg)

Januari 2008 6.415

Februari 2008 6.430

Maret 2008 6.437

April 2008 6.301

Mei 2008 6.440

Juni 2008 6.502

Juli 2008 6.441

Agustus 2008 6.463

September 2008 6.446

Oktober 2008 6.426

November 2008 6.434

Desember 2008 6.481

Januari 2009 6.649

Februari 2009 7.502

Sumber: Departemen Perdagangan RI, 2009

Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa terjadi kenaikan harga gula pada

tahun 2009. Kondisi ini dapat mengancam keberadaan industri minuman jadi yang

menggunakan gula sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan produknya.

Page 62: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

48

Hal ini karena dengan adanya kenaikan harga gula maka akan meningkatkan biaya

produksi.

b. Harga Bahan Bakar Gas

Bahan bakar gas juga memiliki fungsi yang sama pentingnya dalam proses

pengolahan. Bahan bakar gas ini digunakan untuk melakukan pemanasan pada

susu segar. Tabel 12 menunjukkan perkembangan harga gas elpiji tahun 2005-

2008.

Tabel 12. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg)

Tahun Harga Gas Elpiji

3 Kg 6 Kg 12 Kg 50 Kg

2005 - 25500 51000 212500

2006 - 25500 51000 212500

2007 12750 25500 51000 312950

Jan-08 12750 25500 51000 396600

Apr-08 12750 25500 51000 340150

Jul-08 12750 31500 63000 343900

Aug-08 12750 - 69000 362750 Sumber: PT. Pertamina, 2009

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung

mengalami kenaikan. Kondisi ini tentunya dapat mengancam pelaku usaha yang

menggunakan gas elpiji untuk kelangsungan proses produksinya karena dapat

menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemerintah

harus selalu waspada terhadap fluktuasi harga yang terjadi sehingga kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat menjamin kelangsungan hidup para

pelaku usaha.

3. Kebijakan Skim Kredit

Kebijakan skim kredit yang ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga

keuangan untuk industri kecil merupakan peluang untuk meningkatkan modal

kerja sehingga dapat mengembangkan usahanya. Sebagai contoh skim kredit yang

ditawarkan oleh Bank Negara Indonesia dalam menargetkan penyerapan kredit

bagi usaha kecil menengah di Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran UMKM di

provinsi Jawa Barat ditingkatkan dari Rp. 1,6 miliar menjadi 1,8 milliar3.

Page 63: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

49

6.2.1.2. Faktor Sosial

Faktor Sosial dapat mempengaruhi suatu usaha karena selalu terjadi

perubahan sebagai akibat dari upaya individu ataupun sekelompok orang untuk

memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui pengendalian dan penyesuaian diri

terhadap lingkungan. Dewasa ini meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya kesehatan memberikan kesempatan kepada produk hasil pengolahan

susu ataupun minuman kesehatan lainnya untuk masuk dalam persaingan sebagai

minuman dengan nilai gizi tinggi tentunya dengan jaminan keamanan untuk

dikonsumsi. Selain itu semakin tinggi tingkat pendidkan masyarakat juga

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat akan minuman kesehatan. Hal

ini terkait dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya

pemenuhan gizi bagi kesehatan. Tabel 13 menunjukkan konsumsi dan

pengeluaran rata-rata minuman kesehatan per kapita sebulan tahun 2008.

Tabel 13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita

Per bulan Tahun 2008

Golongan Pengeluaran Konsumsi Rata-Rata Minuman Kesehatan

Per Kapita Perbulan (%)

Kurang dari 100.000 -

100.000-149.999 0,007

150.000-199.999 0,008

200.000-299.999 0,013

300.000-499.999 0,022

500.000-749.999 0,039

750.000-999.999 0,078

1.000.000 dan lebih 0,104

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa semakin tinggi golongan

pengeluaran maka konsumsi rata-rata masyarakat untuk minuman kesehatan juga

semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran masyarakat lebih besar

dan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi akan mengalokasikan pengeluarannya

untuk mengkonsumsi minuman kesehatan.

Page 64: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

50

6.2.1.3. Faktor Politik

Kondisi politik dapat memberikan pengaruh kepada suatu usaha. Bentuk

hukum, perundang-undangan hingga badan/instansi pemerintah lainnya yang

mempengaruhi kelancaran organisasi merupakan aspek-aspek yang harus

diperhatikan oleh para pelaku usaha (Amir, 2005). Kondisi politik di Indonesia

saat ini mulai membaik, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hal ini dapat dilihat dari menguatnya nilai rupiah terhada US dollar dan

berkembangnya investasi di berbagai bidang. Tetapi kondisi politik di Indonesia

sejauh ini tidak berpengaruh besar terhadap industri pengolahan susu di Indonesia

terutama pada E-coFarm yang merupakan suatu usaha kecil yang juga bergerak

dibidang pengolahan susu.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 19/PMK.011/2009 tentang

Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu. Dalam

peraturan ini ditetapkan bahwa tarif bea masuk untuk skim milk powder,

fullcream milk, yoghurt, buttermilk dan produk susu lainnya adalah 0% terhitung

mulai 13 Februari 2009. Peraturan tersebut merupakan pelindung bagi perusahaan

besar produk susu olahan di Indonesia. Dengan demikian, jumlah susu impor yang

di jual di Indonesia aka sangat banyak dan tentunya dengan harga yang lebih

murah sehingga mempermudah para investor untuk membuka usaha pengolahan

susu.

Ada beberapa peraturan yang memiliki pengaruh pada E-coFarm,

diantaranya adalah label halal dari MUI, izin BPOM dan Tanda Daftar Industri. E-

coFarm sampai saat ini belum memiliki label halal dari MUI begitu juga dengan

izin dari BPOM. Izin dari BPOM ini terkait dengan izin edar suatu produk dan

keamanan pangan. Produk pangan yang beredar harus lolos dari uji laboraturium

BPOM. Peraturan selanjutnya adalah peraturan pemerintah daerah tentang Tanda

Daftar Industri yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3

tahun 2002 tentang Pengelolaan Usaha Industri dan Perdagangan dan Perda

Kabupaten Bogor Nomor 7 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri. Tiga

peraturan tersebut bisa menjadi penghalang jika E-coFarm ingin memasarkan

produknya ke pasar yang lebih luas.

Page 65: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

51

6.2.1.4. Faktor Teknologi

Perkembangan teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang pesat.

Kemajuan teknologi dapat membantu meningkatkan produktivitas suatu usaha

termasuk industri pengolahan susu. Penerapan teknologi pada industri

pengolahan sangat membantu dalam proses produksi yaitu dengan meningkatkan

efisiensi.

Penerapan teknologi pada pengolahan susu di E-coFarm masih tergolong

sederhana, diantaranya belum memiliki inkubator untuk menyimpan bakteri pada

suhu tertentu agar tidak mati, alat pasteurisasi yang digunakan adalah panci

aluminium, lemari es/freezer dan kompor gas. Pada proses memanaskan susu

digunakan kompor gas karena lebih efisien dan menghemat biaya produksi.

6.2.2. Analisis Lingkungan Industri

6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Susu pasteurisasi dan yoghurt merupakan produk olahan susu yang sudah

lama dikenal masyarakat. Proses pembuatannya relatif mudah karena tidak

membutuhkan teknologi yang terlalu canggih.Produk tersebut dapat dibuat dengan

menggunakan peralatan dapur sederhana. Bahan baku pembuatan yoghurt mudah

didapat, hanya saja pada starter bakteri sulit didapat mengingat pada proses

pembiakan bakteri yang tidak jarang mengalami kegagalan. Selain itu modal yang

dibutuhkan untuk melakukan usaha pengolahan ini tidak terlalu besar. Oleh

karena itu, hambatan masuk industri pengolahan susu menjadi rendah.

Rendahnya hambatan masuk pada industri pengolahan susu menjadi

ancaman besar bagi perusahaan yang sudah berjalan saat ini termasuk bagi E-

coFarm. Perusahaan dengan modal besar maupun kecil akan dengan mudah

memasuki industri ini. E-coFarm memiliki modal usaha yang terbatas sehingga

akan rentan terhadap industri pengolahan lainnya yang memiliki modal yang

lebih besar.

6.2.2.2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Analisis kekuatan tawar menawar pemasok ditujukan untuk melihat

kemampuan pemasok dalam mempengaruhi suatu industri melalui

Page 66: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

52

kemampuannya memenuhi kebutuhan konsumennya. Pemasok merupakan pihak

yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan baku untuk kelangsungan proses

produksi. E-coFarm membutuhkan pemasok bahan penolong seperti gula, esense,

gas elpiji, kemasan plastik dan cup, sedangkan bahan baku utama berupa susu

mudah diperoleh yakni dari dari unit peternakan E-coFarm sendiri sehingga dapat

terpenuhi kebutuhan untuk produksi. Bahan penolong seperti gula, esense, gas

elpiji, kemasan plastik dan cup bisa diperoleh dari toko-toko langganan di pasar.

E-coFarm memiliki banyak pilihan dalam menentukan pemasok bahan penolong

sehingga kekuatan tawar menawar pemasok tidak dirasakan oleh E-coFarm.

6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Kekuatan pembeli dalam industri ditentukan oleh karakter pasarnya dan

kepentingan relatif pembeli dari industri yang bersangkutan. Sasaran utama

yoghurt E-cofarm adalah mahasiswa IPB khusunya mahasiswa Fakultas

Peternakan dan FKH. Produk E-coFarm merupakan jajanan sehat dengan harga

terjangkau semua kalangan.

Banyaknya pilihan produk dengan berbagai rasa dan kemasan

menyebabkan pembeli dihadapkan pada beberapa pilihan tergantung selera dan

tingkat kesukaan pembeli. Oleh karena itu pembeli memiliki posisi tawar

menawar yang kuat. Hal ini dapat menjadi ancaman E-coFarm karena konsumen

saat ini belum memiliki loyalitas terhadap merek produk E-coFarm.

Berkembangnya industri yang bergerak dibidang pengolahan minuman

kesehatan pada saat ini menguntungkan pembeli karena banyaknya perusahaan

yang menawarkan produk-produk yang relatif sama. Kondisi ini menyebabkan

pembeli memiliki pilihan produk yang banyak, sehingga pembeli dengan mudah

dapat berpindah dari suatu produk ke produk lainnya jika kebutuhan atau

permintaan mereka tidak dapat dipenuhi.

6.2.2.4. Ancaman Produk Pengganti

Mengenali produk-produk pengganti merupakan persoalan mencari produk

lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri.

Faktor harga dan kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari poduk

pengganti. Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti

Page 67: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

53

relatif lebih murah. Pada industri pengolahan susu, produk yang digolongkan ke

dalam produk pengganti adalah minuman susu fermentasi dan minuman kesehatan

lainnya seperti yakult, vitacham, yoghurt cimori, kefir, activia dan lain-lain. Hal

ini dikarenakan perusahaan memberikan positioning untuk produknya bahwa

produk yang dihasilkan merupakan minuman kesehatan.Tingginya produk

substitusi dari yoghurt memberikan ancaman bagi perusahaan untuk menguasai

pasar dengan inovasi produk, sehingga konsumen bebas memilih produk

minuman kesehatan sesuai dengan selera masing-masing.

6.2.2.5. Persaingan di Antara Para Pesaing yang Ada

Persaingan yang terjadi dalam industri pengolahan susu cukup kompetitif.

Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya produk yang dipasarkan di wilayah

Bogor, khususnya di sekitar kampus IPB terdapat beberapa indutsri pengolahan

yoghurt yaitu D-Farm dan Daffarm dengan menawarkan produk yang sama

dengan harga bersaing.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bogor,

jumlah pelaku usaha yang begerak pada bidang pengolahan susu dan terdaftar

dalam dinas hanya terdiri atas enam pelaku usaha. Salah satu faktor penyebabnya

adalah pelaku usaha menganggap usaha pengolahan susu yang mereka jalankan

masih berskala kecil sehingga mereka tidak mendaftarkan produknya ke Dinas

keamanan pangan terkait. Meskipun jumlah pelaku usaha yang terdaftar hanya

sedikit, namun produk olahan berbahan baku susu dari luar Bogor juga

memasarkan produknya ke wilayah Bogor, terutama perusahaan-perusahaan besar

yang memiliki jaringan distribusi yang luas. Bertambahnya jumlah perusahaan

dalam industri pengolahan susu menunjukkan semakin tingginya tingkat

persaingan yang terjadi antar produsen. Selain itu, skala usaha yang dijalankan

juga beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, menengah sampai besar.

Secara umum, persaingan yang terjadi pada industri pengolahan susu

adalah persaingan pasar, mutu dan harga jual produk. Persaingan pasar terjadi jika

jumlah pelaku usaha yang beroperasi semakin banyak sehingga para pelaku usaha

harus jeli dan hati-hati dalam menentukan wilayah pemasaran produk yang

dihasilkan. Selain itu, terdapat persaingan mutu produk karena setiap pelaku usaha

Page 68: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

54

berlomba-lomba dalam mempromosikan produk yang dijualnya agar dapat

diterima oleh konsumen baik kualitas rasa, variasi bentuk kemasan maupun

ukuran. Oleh karena itu, agar produknya dapat diterima dengan baik oleh

konsumen maka para pelaku usaha harus mampu melihat selera konsumen

terhadap produk yang dihasilkan.

Harga jual produk juga salah satu faktor persaiangan diantara pesaing yang

ada. Biasanya persaingan dalam penentuan harga sering terjadi sebagai dampak

persaingan pasar maupun mutu produk. Persaingan yang terjadi dalam suatu

industri merupakan hal yang wajar, dengan demikian para pelaku usaha diajak

untuk berpikir kreatif dalam memposisikan produknya dibenak konsumen dan

berupaya agar produknya dapat diterima oleh pasar.

Page 69: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI

7.1. Identifikasi Faktor Internal

Berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi faktor

kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain: faktor manajemen,

pemasaran, produksi/operasi, sumberdaya manusia dan keuangan dan akuntansi.

Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan E-

coFarm yang diperoleh dengan pengisian kuesioner yang diperkuat melalui

wawancara dan observasi langsung ke unit usaha E-coFarm.

7.1.1. Kekuatan Perusahaan

Kekuatan merupakan potensi yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat

digunakan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman sehingga dapat

mencapai suatu tujuan usaha. Kekuatan yang dimiliki oleh E-coFarm adalah sebagai

berikut:

1. Adanya Hubungan yang Baik antara Pekerja dengan Penanggung Jawab E-oFarm

E-coFarm merupakan suatu unit usaha berbasis pendidikan dengan skala

usaha tergolong kecil dimana unit usaha E-coFarm masih menempatkan sistem padat

karya dalam menegelola usahanya sehingga hubungan kerja antara pekerja dan

pemilik tidak ada kesenjangan melainkan terjalin dengan baik. Hal ini terjadi karena

adanya kesadaran saling membutuhkan satu sama lain, yakni penanggung jawab

E-coFarm membutuhkan pekerja untuk memperlancar proses produksi sedangkan

pekerja membutuhkan lapangan pekerjaan untuk mendapatkan upah. Adanya suasana

kekeluargaan diantara pekerja dan pemilik yaitu, pada saat pengambilan keputusan

dengan mempertimbangkan masukan dari para pekerja meskipun pengambilan

keputusan lebih dominan dipegang oleh pemilik usaha. Selain itu, hubungan baik

antara pekerja dan pemilik terlihat dari adanya bonus/THR yang diberikan pada saat

hari raya.Besarnya THR diberikan kepada pekerja tergantung dari besarnya

keuntungan yang diperoleh. Perhatian yang diberikan pemilik kepada pekerjanya

akan membuat karyawan lebih nyaman dan menikmati apa yang dikerjakan.

2. Memiliki Inovasi Produk

Faktor kekuatan pada E-coFarm adalah adanya inovasi produk. Inovasi

produk merupakan hal yang penting dilakukan oleh produsen untuk menjaga

Page 70: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

56

kesetiaan konsumen. Konsumen biasanya memiliki selera yang berbeda-beda

terhadap suatu produk mulai dari rasa, bentuk, ukuran, dan juga kemasan

kemasannya. E-coFarm melakukan inovasi produk dengan menjadikan selara

konsumen sebagai sumber inspirasi. E-coFarm membuat produk dengan berbagai

rasa, bentuk dan ukuran yang berbeda sehingga dapat memenuhi selera konsumen

dan diharapkan dapat menjangkau semua konsumen.

3. Harga Jual Produk yang Terjangkau dan Potongan Harga.

E-coFarm menetapkan harga dengan mempertimbangkan biaya produksi

pembuatan yoghurt. E-coFarm menetapkan harga jual yang berbeda kepada

konsumen langsung dan distributor. Harga konsumen langsung untuk setiap produk

dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan untuk harga distributor atau konsumen yang

membeli pada jumlah tertentu akan mendapatkan potongan harga. Untuk susu

pasteurisasi cup 250 ml, plastik 100ml, 500ml, dan 1000 ml adalah Rp2000, Rp. 800,

Rp. 4500 dan Rp. 7000. Untuk yoghurt cup 100 ml ,stik 30 ml, dan 50 ml dijual

dengan harga Rp. 2000, Rp 350 dan Rp. 700. Dan untuk harga puding dijual dengan

harga Rp. 2000. Harga harga jual produk tersebut cukup terjangkau dibandingkan

harga yang ditetapkan para oleh para pesaing. Sebagai contoh harga pasteurisasi

ukuran 150 ml yang ditetapkan KPS Bogor untuk konsumen langsung dan distributor

adalah sebesar Rp.1200 dan Rp. 900. Pada Rinadya Yoghurt, harga yang ditetapkan

untuk yoghurt 100 ml dijual dengan harga Rp. 2500 atau sama dengan harga yang

ditetapkan oleh E-coFarm.

4. Kemudahan Akses Bahan Baku Utama

E-coFarm memiliki unit peternakan sapi perah dengan jumlah susu yang

dihasilkan per hari yang dapat memenuhi kebutuhan produksi yoghurt. Setiap

harinya dilakukan dua kali pemerahan yaitu pada pagi hari dan sore hari. Susu yang

dihasilkan langsung dibawa ke tempat pengolahan susu yang berjarak sekitar 50

meter dari perkandangan. E-coFarm belum pernah membeli susu dari peternakan

lain, bahkan E-coFarm mampu untuk menjual susu murni yang dihasilkan.

5. Hubungan yang Baik dengan Konsumen

E-coFarm selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan

mengutamakan keramahan dalam pelayanan pada konsumen. E-coFarm juga

berusaha untuk terus memperbaiki kinerja usahanya dengan bantuan dari konsumen

Page 71: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

57

melalui kritik dan saran melalui kotak saran yang disediakan di tempat E-coFarm.

Sampai saat ini E-coFarm belum pernah menerima keluhan-keluhan tentang

pelayanan dan kualitas produk. E-coFarm juga sering terlibat dengan kegiatan

kewirausahaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Kegiatan tersebut biasanya bertujuan

untuk penggalangan dana yang dilakukan dengan cara menjual kembali produk yang

dibeli dari E-coFarm dengan harga yang lebih murah dari harga yang ditetapkan oleh

distributor (E-coFarm).

6. Ketersediaan Tenaga Kerja yang berada di sekitar Unit Usaha.

Tenaga kerja yang dimiliki oleh E-coFarm saat ini adalah penduduk yang

berada di sekitar Kampus IPB Darmaga. Tenaga kerja ini sengaja diambil dari daerah

sekitar dengan tujuan untuk memberdayakan ketersediaan jumlah tenaga kerja dan

melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan usaha khususnya dibidang peternakan.

Tenaga kerja tersebut dibina langsung oleh Fakultas Peternakan sehingga memiliki

keahlian sesuai dengan divisi masing-masing. Ketersediaan tenaga kerja ini

merupakan kekuatan bagi E-coFarm pada saat melakukan pengembangan usahanya.

7.1.2. Kelemahan Perusahaan

1. Pemilik Usaha Kurang Fokus terhadap Usaha

Pada awalnya E-coFarm dibentuk dari kerjasama antara Departemen

Peratanian dan Fakultas Peternakan, sehingga status kepemilikan diserahkan kepada

Fakultas Peternakan yang kemudian menunjuk penanggung jawab perusahaan.

Semua kegiatan di perusahaan dipercayakan kepada seorang manager lapangan mulai

dari proses produksi di peternakan sampai proses produksi pengolahan. Manager

lapangan E-coFarm memiliki peran yang cukup besar dalam kelangsungan

perusahaan dibandingkan pemilik perusahaan. Manager lapangan harus melakukan

pencatatan produksi, melakukan pengontrolan dan membuat pembukuan keuangan

setiap harinya dan dibuat menjadi laporan bulanan yang diserahkan kepada kepada

pemilik atau penanggung jawab perusahaan.

Pemilik atau penanggung jawab perusahaan biasanya hanya datang langsung

ke lapangan jika terjadi masalah yang tergolong beresiko tinggi terhadap

kelangsungan produksi. Selebihnya pemilik hanya melakukan pengontrolan dari hasil

laporan keuangan per bulan yang dibuat oleh manager lapangan.

Page 72: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

58

2. Sistem Akuntansi Keuangan yang Sederhana.

E-coFarm sudah memiliki laporan pengeluaran dan pendapatan serta laporan

produksi tetapi bentuk laporannya masih sangat sederhana. Laporan tersebut dibuat

oleh manajer lapang yang kemampuan dalam bidang akuntansinya masih kurang

baik. Sistem akuntansi keuangan sebaiknya dibuat sesuai dengan standar yang ada,

karena didalam sistem akuntansi keuangan merupakan sumber informasi tentang

kondisi perusahaan dan dapat membantu seorang manajer atau pemilik usaha dalam

melakukan pengambilan keputusan. Selain itu, sistem akuntansi keuangan yang

sesuai standar dibutuhkan dalam upaya mendapatkan pinjaman modal dari pihak

perbankan.

3. Tidak memiliki Distributor

E-coFarm tidak memiliki distributor tetap yang menjual produknya ke luar

secara berkelanjutan. Ada beberapa konsumen yang membeli yoghurt dari E-coFarm

yang kemudian dijual lagi ke luar, konsumen ini tidak melakukannya secara teratur.

Dalam waktu satu bulan biasanya hanya datang 1-2 kali. E-coFarm sudah membuat

perencanaan untuk mendistribusikan produk yoghurtnya, tetapi hal tersebut belum

bisa dilakukan karena kurangnya modal dan tenaga kerja yang mampu untuk

mendistribusikan produk. Padahal E-coFarm memiliki peluang yang cukup besar

untuk meningkatkan pendapatannya jika mampu menjual produknya ke daerah

sekitar kampus IPB Darmaga. Saat ini E-coFarm hanya menjual produknya di

wilayah laboratorium lapangan Fakultas Peternakan IPB sehingga pemasarannya

masih belum luas.

4. Kurangnya Ketersediaan Modal

Modal usaha yang dimiliki E-coFarm untuk mengembangkan usahanya

sangatlah sedikit. Hasil keuntungan yang didapat E-coFarm sampai saat ini belum

mampu untuk membantu mengembangkan usaha. Manager lapangan sudah

bersusaha untuk mendapatkan tambahan modal usaha. Manager lapangan pernah

mengajukan proposal penambahan modal usaha ke Fakultas Peternakan, tetapi hasil

yang didapat sangat jauh dari yang diharapkan. Manager lapangan juga pernah

berusaha mengajukan pinjaman modal ke sebuah lembaga keuangan, tetapi lembaga

keuangan tersebut tidak dapat memberikan pinjaman modal dengan alasan resiko

usaha.

Page 73: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

59

5. Penggunaan Peralatan Produksi Masih Sederhana

Peralatan produksi yang dimiliki E-coFarm masih belum memadai. Kegiatan

produksi yang dilakukan hanya menggunakan peralatan rumah tangga sederhana. E-

coFarm hanya memiliki beberapa alat yang cukup baik seperti mesin sealer dan

mesin pendingin. Penggunaan mesin pengolahan yang sangat sederhana ini memiliki

resiko kontaminasi bakteri yang dapat merusak produk atau bahkan sampai

membahayakan konsumen. Pada perusahaan besar biasanya kegiatan produksi sudah

dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sudah modern seperti mesin

pasteurisasi dan mesin inkubator yang dapat mempengaruhi kualitas produk.

6. Produk Belum Memiliki Izin dari BPOM dan Belum Bersertifikat Halal

E-coFarm sampai saat ini belum memiliki izin edar dari BPOM dan setifikasi

halal. Untuk memiliki izin edar, produk olahan susu yang dimiliki oleh E-coFarm

harus lulus dari uji laboratorium yang dilakukan oleh BPOM pusat dengan cara

mengirimkan sample dan kemudian dilakukan uji laboratorium lanjutan dilokasi

usaha. Proses untuk mendapatkan izin edar ini memang tergolong rumit dan

membutuhkan waktu yang lama tetapi harus dilakukan untuk menjaga keamanan

pangan. Sertifikasi halal yang didapatkan dari MUI juga sangatlah penting dilakukan

karena penduduk di Indonesia merupakan mayoritas muslim. Izin BPOM dan

sertifikasi halal MUI bisa menjadi penghambat usaha jika para konsumen cukup

kritis dalam memilih produk sehingga dapat menimbulkan anggapan bahwa produk

tersebut tidak baik untuk dikonsumsi.

Page 74: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

60

Tabel 14. Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan

Bidang Fungsional Kekuatan Kelemahan Manajemen - Hubungan baik antara pekerja

dan pemilik usaha

-Pemilik usaha kurang fokus

terhadap bisnis yang dijalankan

Pemasaran -Harga terjangkau dan adanya

diskon/potongan harga

-Hubungan yang baik dengan

konsumen

-Tidak memiliki distributor

-Produk belum memiliki izin

dari BPOM dan belum

bersertifikat halal

Produksi -Memiliki inovasi produk

-Kemudahan akses bahan baku

utama

-Penggunaan peralatan produksi

masih sederhana

Keuangan dan Akuntansi -Sistem akuntansi keuangan

masih sederhana

-Kurangnya ketersediaan modal

Sumber Daya Manusia

(SDM)

-Memiliki tenaga kerja yang

murah dan berada di sekitar unit

usaha

7.2. Identifikasi Faktor Eksternal

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal diperoleh beberapa faktor yang

menjadi peluang dan ancaman bagi E-coFarm. Berikut akan dijelaskan peluang dan

ancaman E-coFarm

7.2.1. Peluang Perusahaan

1. Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi

minuman kesehatan

Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan memberikan

kesempatan kepada produk-produk olahan berbahan baku susu atau minuman

kesehatan lainnya untuk masuk dalam persaingan sebagai minuman dengan nilai

gizi tinggi dengan jaminan keamanan untuk dikonsumsi. Selain itu, semakin tinggi

tingkat pendidikan masyarakat juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

masyarakat akan minuman kesehatan. Gaya hidup sehat dimulai dari mengkonsumsi

minuman atau makanan yang sehat.

Produk-produk olahan susu sudah lama dikenal oleh masyarakat dan

memiliki manfaat penting bagi kesehatan, sehingga ada baiknya dikonsumsi secara

teratur. Pemahaman masyarakat mengenai manfaat dari mengkonsumsi susu dan

produk olahannya dapat meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk-

produk tersebut.

Page 75: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

61

2. Peningkatan Jumlah Penduduk Indonesia pada umumnya dan kabupaten

bogor pada khususnya

Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan memberikan dampak

yang signifikan terhadap perkembangan produk yoghurt karena adanya peluang

konsumen baru. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk juga menjadi peluang

bagi setiap usaha karena akan memberikan implikasi pada peningkatan pangsa pasar

suatu produk.

Berdasarkan data BPS (2008), Jumlah penduduk Indonesia tahun 2008

mencapai 228.523,3 ribu jiwa dan laju pertumbuhan penduduk tahun 2000-2008

sebesar 1,36 persen per tahun. Besarnya jumlah penduduk Indonesia secara umum

memperlihatkan peluang pasar yang terbuka luas dan menunjukkan pasar tenaga

kerja yang cukup.

3. Perkembangan Teknologi di Bidang Informasi, Komunikasi dan Distribusi

Suatu usaha dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi dibidang

informasi, komunikasi dan distribusi yaitu dibutuhkan dalam mempengaruhi strategi

perusahaan untuk memproduksi dan memasarkan produknya. Adanya alat

komunikasi seperti telepon, telepon seluler serta media internet dapat memperlancar

proses komunikasi antara produsen dengan konsumen dan pemasok yang

merupakan salah satu peluang dalam kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan

informasi. Sedangkan peluang dalam bidang teknologi produksi dan distribusi yaitu

tersedianya peralatan yang modern serta jasa pengiriman untuk mempermudah

kegiatan pendistribusian barang.

4. Banyak Kredit Bagi Usaha Kecil Menengah

Adanya kebijakan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga

keuangan untuk industri kecil merupakan peluang bagi industri kecil untuk

meningkatkan modal kerja sehingga dapat mengembangkan usahanya. Sebagai

contoh, kredit yang ditawarkan oleh BNI dalam menargetkan penerima kredit bagi

usaha mikro kecil menengah di Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran UMKM di

provinsi tersebut ditingkatkan dari Rp. 1,6 miliar menjadi 1,8 miliar. Bank BRI juga

mempunyai Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dinikmati oleh usaha kecil.

Bank Mandiri dalam wirausaha mandiri membantu dalam pinjaman kredit bagi

wirausaha muda yang kreatif. Bank Mandiri juga meneyediakan Kredit Usaha Mikro

Page 76: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

62

bagi yang membutuhkan Kredit Investasi (KI) dan atau Kredit Modal Kerja (KMK)

untuk pengembangan usaha produktif maupun konsumtif skala mikro. Fasilitas

pembiayaan ini dapat diberikan kepada semua pemilik usaha mikro dan usaha rumah

tangga baik berbentuk perusahaan, kelompok usaha, dan perorangan (seperti

pedagang, petani, peternak, dan nelayan).

7.2.2. Ancaman Perusahaan

1. Perubahan Tarif Impor Susu menjadi 0%

Kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang berhubungan

dengan industri susu yaitu mengenai kebijakan tarif impor susu dalam negeri.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 19/PMK.011/2009 tentang Penetapan Tarif

Bea Masuk Atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu. Dalam peraturan ini

ditetapkan bahwa tarif bea masuk untuk skim milk powder, fullcream milk, yoghurt,

buttermilk dan produk susu lainnya adalah 0% terhitung mulai 13 Februari 2009.

Peraturan tersebut merupakan pelindung bagi industri besar produk susu olahan di

Indonesia. Adanya perubahan tarif impor produk susu ini menyebabkan banyaknya

susu impor yang dijual di pasar Indonesia tentunya dengan harga yang lebih murah,

sehingga sangat mudah para investor atau pengusaha untuk membuka usaha

pengolahan susu.

2. Meningkatnya Biaya Bahan Baku (gula dan BBG)

Dalam proses produksi yoghurt yang dilakukan, E-coFarm menggunakan

gula sebagai bahan baku penolong dan gas elpiji dalam proses pengolahan bahan

baku utama yaitu susu. E-coFarm kurang lebih menggunakan gula 1/3 dari bahan

baku utama susu dalam proses pembuatan yoghurt. Untuk gas elpiji, E-coFarm

menggunakan gas 12 kg untuk memproses susu murni sebelum diolah menjadi

yoghurt. Jika terjadi peningkatan harga dari gula dan gas, tentunya akan

meningkatkan biaya produksi yang harus ditanggung oleh E-coFarm. Data kenaikan

harga gula dan gas elpiji dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

3. Adanya Kebijakan Keamanan Pangan Bagi Suatu Produk

Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengolahan makanan dan

minuman yaitu tentang perlindungan masyarakat dari produk pangan olahan yang

membahayakan bagi kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69

tahun 1999 yang berisikan kewajiban pendaftaran produk pangan olahan. Peraturan

Page 77: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

63

ini berlaku bagi semua produk pangan yang dikemas dan menggunakan label sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga adanya peraturan ini

dapat menjadi ancaman bagi usaha kecil yang umumnya sebagian besar belum

memiliki label dan perizinan dari dinas setempat dikarenakan keterbatasan modal.

4. Pembeli Memiliki Kekuatan untuk Menentukan Pilihan diantara Jumlah

Perusahaan yang Semakin Banyak

Banyaknya perusahaan yang menawarkan produk-produk yang relatif sama

dan dengan harga yang bersaing menyebabkan pembeli memiliki pilihan produk

yang banyak, sehingga pembeli dengan mudah berpindah dari produk suatu

perusahaan ke produk perusahaan lainnya jika kebutuhan atau permintaan mereka

tidak dapat terpenuhi. Hal ini merupakan ancaman bagi E-coFarm yang berada dalam

industri pengolahan susu. Produk yang dihasilkan E-coFarm akan bersaing dengan

produk dari perusaan lain baik produk yang sudah terkenal dan juga produk yang

dihasilkan dari perusahaan kecil lainnya.

5. Kecilnya hambatan bagi pendatang baru industri pengolahan susu

Kemudahan dalam proses dan modal yang tidak terlalu besar memungkinkan

para pengusaha untuk ikut bersaing di dalam industri yoghurt. Penggunaan peralatan

sederhana, bahan baku yang mudah didapat dan proses pembuatan yang tidak sulit

menjadi faktor kecilnya hambatan dalam industri yoghurt. Hal ini tentunya menjadi

ancaman yang cukup serius bagi E-coFarm yang sudah terlebih dahulu menjalankan

usaha yoghurt.

6. Berkembangnya produk dengan beragam inovasi

E-coFarm saat ini hanya menjual produk dalam area pemasaran yang kecil

dengan sedikit pesaing. Tetapi pada saat E-coFarm memperluas area pemasarannya,

akan banyak sekali produk dari berbagai perusahaan yang akan menjadi produk

pesaing dari E-coFarm, terutama produk-produk susu dan olahannya yang diproduksi

oleh perusahaan terkenal. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal dan

tenaga ahli akan dengan mudah melakukan inovasi terhadap produknya. Hal ini akan

menjadi ancaman bagi perusahaan-perusahaan kecil seperti E-coFarm yang memiliki

keterbatasan modal dan tenaga ahli.

Page 78: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

64

7. Jaringan distribusi pesaing yang lebih luas

Pada saat memasuki pasar yang lebih luas perusahaan harus mampu

memanfaatkan market share semaksimal mungkin. Jaringan distribusi yang luas

memungkinkan perusahaan untuk menjual produknya keseluruh wilayah dan

menjaga kontinuitas ketersediaan produk yang dijual. Perusahaan-perusahaan besar

biasanya melakukan dengan cara memperbanyak agen penjual, mendirikan toko dan

menyediakan freezer untuk toko-toko yang bersedia menjadi distributor perusahaan.

Dengan demikian perusahaan yang memiliki jaringan distrubusi yang luas memiliki

peluang yang sangat besar untuk dapat menguasai pasar disuatu wilayah.

Tabel 15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman

Bidang Fungsional Peluang Ancaman Ekonomi -Banyak kredit bagi usaha

kecil menengah

-Meningkatnya biaya bahan

baku (gula dan BBG)

Sosial Budaya -Peningkatan kesadaran

masyarakat akan kesehatan

dengan mengkonsumsi

minuman kesehatan

-Peningkatan jumlah

penduduk Indonesia pada

umumnya dan Kabupaten

Bogor pada khususnya

Teknologi -Perkembangan teknologi

dibidang informasi, produksi,

komunikasi dan distribusi

Politik dan Kebijakan

Pemerintah

-Adanya kebijakan keamanan

pangan bagi suatu produk

-Perubahan tarif import susu

menjadi 0 persen

Kekuatan tawar menawar

pembeli

-Pembeli memiliki kekuatan

untuk menentukan pilihan

diantara jumlah perusahaan

yang semakin banyak

Ancaman produk pengganti -Berkembangnya produk

dengan beragam inovasi

Ancaman pendatang baru -Kecilnya hambatan bagi

pendatang baru untuk

memasuki industri

pengolahan susu

Persaingan diantara para

pesaing

-Jaringan distribusi pesaing

lebih luas

Page 79: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

65

7.3. Analisis SWOT

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka

dapat diformulasikan alternatif strategi yangdapat dilaksanakan. Formulasi strategi

ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Formulasi strategi pada E-coFarm dapat

dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapat diperoleh

adalah sebagai berikut:

1. STRATEGI S-O

a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt

Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas E-coFarm dapat

memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahaan sebagai contoh dengan

adanya hubungan baik antara pekerja dan pemilik usaha. Dengan adanya

hubungan baik antara pekerja dan pemilik akan menciptakan suasana kerja

yang baik, sehingga baik pekerja maupun pemilik bisa saling mendukung

dan saling mengingatkan untuk bisa mempertahankan kualitas produk yang

dihasilkan, dan dengan adanya hubungan baik ini para pekerja tidak enggan

untuk menyampaikan ide-ide yang dapat membantu meningkatkan kualitas

produk.

b. Memperluas wilayah distribusi produk.

Adanya peluang seperti peningkatan kesadaran masyarakat dengan

mengkonsumsi minuman kesehatan, peningkatan jumlah penduduk dan

perkembangan teknologi membuka kesempatan bagi perusahaan untuk dapat

mendistribusikan produknya ke wilayah yang lebih luas. E-coFarm yang

wilayah pemasaran produknya masih sangat kecil harus dapat memanfaatkan

peluang tersebut seoptimal mungkin. Sebagai contoh, E-coFarm dapat

memanfaatkan perkembangan teknologi informasi seperti internet untuk

mencari distributor yang mampu mendistribusikan produknya paling tidak

untuk wilayah sekitar kampus IPB Darmaga.

Page 80: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

66

c. Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan maupun dinas

terkait.

E-coFarm yang memiliki keinginan untuk terus mengembangkan usahanya

harus dapat menjaga hubungan yang baik dengan pekerja, pelanggan

maupun dinas terkait. Hubungan yang baik dengan pekerja akan

memudahkan pemilik dalam mengatur manajemen perusahaan terutama di

sektor produksi. Hubungan yang baik dengan pelanggan akan menjaga dan

meningkatkan penjualan produk sehingga dapat meningkatkan pendapatan

perusahaan.

d. Meningkatkan kegiatan promosi.

Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi merupakan

peluang yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan promosi. Salah

satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat website yang memuat

informasi tentang kegiatan usaha dan produk yang dihasilkan E-coFarm.

Kemudian dengan memanfaatkan kekuatan yang ada, E-coFarm dapat

merekrut tenaga kerja baru yang bertugas untuk melakukan promosi dengan

cara mengedarkan selebaran di wilayah Kampus IPB Darmaga. Dengan

adanya kegiatan promosi tersebut diharapkan masyarakat di wilayah IPB

mengetahui keberadaan E-coFarm dan menimbulkan minat untuk membeli

produk dan bahkan melakukan kerja sama untuk melakukan penjualan.

2. STRATEGI W-O

a. Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha.

Keterbatasan modal yang dimiliki oleh E-coFarm sangat berpengaruh

terhadap perkembangan usaha yang dijalankan. E-coFarm belum mampu

berproduksi secara optimal karena peralatan yang digunakan masih

saderhana. E-coFarm juga membutuhkan modal untuk memdistribusikan

produknya. Untuk mengatasi permasalahan ini E-coFarm dapat

memanfaatkan skim kredit yang diberikan oleh perbankan terutama kredit

bagi usaha kecil dan menengah. Tetapi E-coFarm juga memiliki kelemahan

lain yang bisa menghambat disetujuinya permohonan tambahan modal kredit

oleh pihak perbankan. Kelemahan itu adalah E-coFarm belum memiliki

Page 81: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

67

sistem akuntansi keuangan yang baik, sedangkan salah satu syarat dalam

mengajukan kredit adalah perusahaan harus memiliki sistem pencatatan

keuangan yang sudah tertata dengan baik.

b. Memperbaiki kemasan dengan memberikan merek dan labelisasi halal.

Kemasan sebuah produk memiliki banyak fungsi diantaranya melindungi

produk, daya tarik, pembeda, dan juga bisa dijadikan sebagai sarana

promosi. Selain itu kemasan merupakan sumber informasi dari sebuah

produk. Pada produk yang dihasilkan E-coFarm, khususnya produk stik dan

yang dikemas dengan plastik tidak tertera merek dan informasi produk. Jika

produk ini dijual ke wilayah yang lebih luas, tentunya akan sulit bersaing

dengan produk-produk lain yang sudah memiliki kemasan yang lebih baik.

Selain itu, E-coFarm harus secepatnya mendaftarkan produknya ke BPOM

untuk mendapatkan izin edar dan mengurus labelisasi halal yang dikeluarkan

oleh MUI sehingga pada saat didistribusikan ke wilayah yang lebih luas

produk dari E-coFarm sudah siap bersaing dari segi kemasan dengan produk-

produk lainnya.

3. STRATEGI S-T

a. Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen.

Dengan adanya rancangan strategi baru yang memungkinkan untuk

diaplikasikan oleh perusahaan tentunya akan meningkatkan biaya produksi

yang pasti berpengaruh terhadap tingkat harga produk. E-coFarm harus bisa

memperkirakan tingkat kenaikan harga yang sesuai sehingga kenaikan harga

yang mungkin terjadi tidak terlalu besar dan memberatkan konsumen untuk

untuk membeli. E-coFarm juga harus dapat memanfaatkan kekuatan yang

dimilikinya untuk memperkecil peluang terjadinya penurunan tingkat

pembelian sebagai efek dari peningkatan harga. Kekuatan perusahaan seperti

hubungan yang baik dengan konsumen bisa membantu memperkecil peluang

tersebut. Selain itu pelayanan kepada konsumen harus bisa dipertahankan

atau bahkan ditingkatkan. Sebagai contoh, E-coFarm memiliki konsumen

yang membeli yoghurt untuk dijual kembali. Tetapi waktu pembelian yang

dilakukan konsumen ini tidak tetap, dalam artian dalam 1 bulan konsumen

ini hanya datang sebanyak 2-3 kali untuk membeli kembali. E-coFarm bisa

Page 82: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

68

menawarkan pelayanan pengantaran yoghurt kepada konsumen ini, sehingga

membantu mengurangi beban biaya transportasi pembelian produk yang

harus ditanggung konsumen. Selain dapat membantu konsumen cara tersebut

dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang peluang

pasar yang ada di daerah konsumen tersebut.

b. Melakukan diferensiasi produk dan terus melakukan upaya inovasi untuk

menghadapi pesaing dan pendatang baru

Diferensiasi produk dilakukan untuk membedakan produk yang dimiliki

suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Untuk melakukan diferensiasi

produk perusahaan harus memiliki pengetahuan tentang produk pesaingnya,

sehingga perusahaan bisa membuat suatu produk yang lebih unik.

Perusahaan yang siap bersaing harus mampu untuk terus melakukan inovasi

terhadap produknya sehingga pada saat memasuki sebuah pasar yang,

produk tersebut memiliki daya tarik berbeda dibandingkan dengan produk

yang sudah terlebih dahulu ada. Selain itu inovasi suatu produk dilakukan

untuk dapat mempertahankan minat konsumen menciptakan minat

konsumen baru terhadap suatu produk. Sebagai contoh, memperbanyak rasa

atau aroma buah-buahan pada produk yang dibuat.

4. STRATEGI W-T

a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

Kualitas sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan sangat

mempengaruhi perkembangan perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang ada saat ini, E-coFarm bisa memberikan

pelatihan-pelatihan kepada para pekerjanya sesuai dengan pekerjaan yang

ditanganinya saat ini. Sedangkan untuk menutupi kelemahan yang dimiliki,

E-coFarm bisa melakukan perekrutan pekerja baru sesuai dengan bidang

yang saat ini dibutuhkan.

b. Pengelolaan keuangan perusahaan.

Menghadapi kelemahan perusahaan khususnya permasalahan kurangnya

modal usaha, E-coFarm harus bisa mengatur keuangan perusahaan sebaik

mungkin. E-cofarm dapat melakukannya dengan cara mengalokasikan modal

yang ada secara tepat sehingga setiap unit usaha di E-coFarm dapat terus

Page 83: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

69

berjalan. Dengan demikian diharapkan E-coFarm dapat terus menjaga dan

mempertahankan usahanya. Untuk bisa melakukan hal tersebut, pemilik dan

pekerja yang ada di E-coFarm harus bisa saling mendukung, terutama

pemilik atau penanggung jawab utama untuk bisa lebih fokus terhadap usaha

ini, demi kepentingan bersama dan keberlangsungan usaha.

7.4. Pemilihan Strategi

Pemilihan strategi merupakan tahap pengambilan keputusan yang dilakukan

dengan cara wawancara langsung dengan manajer lapang E-coFarm. Pemilihan

strategi ini bertujuan untuk menentukan strategi yang bisa dijalankan oleh

perusahaan dan menentukan strategi mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan

dalam dengan tujuan pengembangan usaha. Berikut ini adalah urutan prioritas

strategi yang bisa dijalankan E-coFarm secara berurutan:

1. Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha

2. Mempertahankan dan meningkatakan kualitas/mutu produk

3. Memperluas wilayah distribusi produk

4. Meningkatkan kegiatan promosi

5. Melakukan pengaturan dalam pengelolaan keuangan perusahaan

6. Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal

7. Melakukan diferensiasi produk yang berkualitas dan terus melakukan upaya

inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru

8. Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen

untuk menghadapi persaingan

9. Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait

10. Meningkatkan kualitas SDM

Page 84: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan identifikasi faktor-faktor internal E-coFarm, perusahaan

memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan perusahaan antara

lain, hubungan baik antara pekerja dan pemilik usaha, harga lebih

terjangkau dan adanya diskon/potongan harga, hubungan yang baik dengan

konsumen, memiliki inovasi produk, kemudahan akses bahan baku utama,

dan memiliki tenaga kerja yang murah serta berada di sekitar unit usaha.

Sedangkan kelemahan perusahaan antara lain, pemilik usaha kurang fokus

terhadap bisnis yang dijalankan, tidak memiliki distributor, produk belum

memiliki izin BPOM dan belum bersertifikat halal, penggunaan peralatan

produksi masih sederhana, sistem akuntansi keuangan masih sederhana dan

kurangnya ketersediaan modal.

2. Berdasarkan identifikasi faktor-faktor eksternal E-coFarm yaitu

lingkungan makro dan lingkungan industri, perusahaan menghadapi

berbagai peluang dan ancaman. Adapun peluang bagi perusahaan antara

lain, banyaknya kredit bagi usaha kecil menengah, peningkatan kesadaran

masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi minuman kesehatan,

peningkatan jumlah penduduk indonesia pada umumnya dan kabupaten

bogor pada khususnya, dan perkembangan teknologi dibidang informasi,

produksi, komunikasi dan distribusi. Sedangkan ancaman yang dihadapi

oleh E-coFarm antara lain, meningkatnya biaya bahan baku (gula dan

BBM), adanya kebijakan keamanan pangan bagi suatu produk, perubahan

tarif impor susu menjadi 0 persen, pembeli memiliki kekuatan untuk

menentukan pilihan diantara jumlah perusahaan yang semakin banyak,

berkembangnya produk dengan beragam inovasi, kecilnya hambatan bagi

pendatang baru untuk memasuki industri pengolahan susu dan jaringan

distribusi pesaing yang lebih luas.

3. Penentuan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT

dihasilkan sepuluh strategi yang diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan

cara melakukan wawancara secara langsung dengan manager lapang.

Page 85: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

71

Urutan prioritas strategi yang dilaksanakan adalah memanfaatkan skim

kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha, mempertahankan dan

meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt, memperluas wilayah

distribusi produk, meningkatkan kegiatan promosi, melakukan pengaturan

dan pengelolaan keuangan perusahaan, memperbaiki kemasan produk

dengan memberikan merek dan labelisasi halal dari dinas terkait,

melakukan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dan dan terus

melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru,

mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen

untuk menghadapi persaingan, mempertahankan hubungan baik dengan

pekerja, pelanggan dan dinas terkait dan meningkatkan kualitas SDM.

8.2 Saran

Usaha yang dijalankan E-coFarm selama ini memiliki beberapa

kelemahan, terutama modal usaha yang terbatas. E-coFarm memanfaatkan

pendapatan dari penjualan produknya untuk menutupi biaya produksi usahanya

sehingga mengalami kesulitan pada saat ingin mengembangkan usahanya.

E-coFarm sebaiknya dapat memanfaatkan skim kredit yang diberikan pemerintah

untuk meningkatkan kapasitas usahanya. Dengan demikian E-coFarm diharapkan

dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilakan serta

memperluas wilayah distribusi produknya sekaligus melakukan kegiatan promosi

sehingga dapat membantu meningkatkan pedapatan usahanya. Kemudian secara

bertahap E-coFarm dapat melakukan perbaikan pada produknya mulai dari

pemberian merek dan labelisasi halal dari dinas terkait serta melakukan

diferensiasi produk dan terus melakukan upaya inovasi produknya.

Page 86: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2009. http://www.tambangnews.com/berita/nasional/1458-pertamina-akan-

naikan-harga-gas-elpiji.html. [ 21 Desember 2009].

[BPS] Badan Pusat Statistik. Kota Bogor dalam Angka 2007.Bogor: BPS Kota Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2000. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Populasi Sapi Perah Tahun 2005-2009. Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2010. Bogor:

BPS Kabupaten Bogor.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M.Wooton. 1987. Ilmu Pangan.

Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

David F.R. 2006. Manajemen Stategi, Terjemahan : PT Indeks Kelompok Gramedia .

PT Gramedia. Jakarta.

Dewan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Mutu Produk Susu dan Olahannya. SNI

01-3141-1998. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. 2009. Data Usaha Kecil dab

Menengah yang Memiliki TDI (Tanda Daftar Industri) di Kabupaten Bogor.

Bogor.

Direktorat Jendral Peternakan. 2009. Statistik Pertanian. Jakarta.

Edelsten, D. 1988. Composition of milk. In: H. R. Cross (Editor). Meat Science, Milk

Science and Technology. Elsevier Science Publisher B. V., New York.

Ensminger, M. E., dan H. D. Tyler. 2006. Dairy Cattle Science. Fourth Edition. Upper

Saddle River, New Jersey.

Helferich W, Westhoff D. 1980. All About Yoghurt. Prentice-Hall, Inc., Englewood

Cliffs, New Jersey.

Imelda dan Edward. 2007. Berternak Sapi Perah. PT Sinergi Pustaka Indonesia.

Bandung. Analisi

Indriyani. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada

Unit Peternakan Darul Fallah Desa Benteng Ciampea, Kabupaten Bogor-Jawa

Barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Mahmud SS. 2002. Analisis Strategi Pemasaran Produk Susu pada Koperasi

Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Page 87: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

73

Pearce dan Robinson. 2009. Competetive Strategy.

Porter, M. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.

Jakartat: Erlangga.

Rahayu K, Sudarmadji S. 1989. Mikrobiologi Pangan, Fermentasi Pangan dari Protein

Hewani. Yogyakarta : PAU Universitas Gajah Mada.

Rahman, A., S. Fardiaz, W. P. Rahaju, Suliantari dan C. C. Nurwitri 1992. Teknologi

Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor : IPB.

Risman. 2009. Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan

Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan, Ciampea Kabupaten Bogor.

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Robinson RK. 1999. Encylopedia of Food Microbiology (eds). Academic Press.

Saragih S008. Kerja Besar, Resiko Besar, Perlu Orang Besar. Trobos, September

2008. Hlmn 60.

Schmidt, G. H. 1971. Biology of Lactation. W.H. Freeman and Company, San

Fransisco.

Simatupang RMA. 2004. Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Kemasan

Yoghurt Menggunakan Kemasan Semi Kaku pada CV Bintang Tiga. [Skripsi].

Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Soleh, Jamaludin. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di

Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor:

Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor.

Sudarwanto, M. 1999. Usaha peningkatan produksi susu melalui program

pengendalian mastitis subklinis Disampaikan pada Orasi Ilmiah Guru Besar

Tetap Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB di Bogor (22 Mei

1999).

Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.

Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudono, A., R.F Rosdiana dan B.S Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara

Intensif. Agromedia Pustaka. Depok.

Tagor Ricky. 2004. Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi pada

Firma Surya Dairy Farm, Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Tamime AY, Robinson RX. 1989. Yoghurt Science and Technology. Pergamon Press

Ltd.

Page 88: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

74

Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page 89: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

Lampiran 1. Analisis SWOT

Kekuatan (Strengths-S)

1. Hubungan baik antara pekerja

dan penanggung jawab

E-coFarm

2. Harga jual terjangkau dan

adanya diskon/potongan harga

3. Hubungan yang baik dengan

konsumen

4. Memiliki inovasi produk

5. Kemudahan akses bahan baku

utama

6. Ketersediaan tenaga kerja

yang berada di sekitar unit

usaha

Kelemahan (Weaknesses-W)

1. Pemilik usaha kurang fokus

terhadap bisnis yang dijalankan

2.Tidak memiliki distributor

3. Produk belum memiliki izin dari

BPOM dan belum bersertifikat halal

4. Penggunaan peralatan produksi

masih sederhana

5. Sistem akuntansi keuangan masih

sederhana

6. Kurangnya ketersediaan modal

Peluang (Opportunities-O)

1. Banyak kredit bagi usaha

kecil menengah

2. Peningkatan kesadaran

masyarakat akan kesehatan

dengan mengkonsumsi

minuman kesehatan

3. Peningkatan jumlah

penduduk Indonesia pada

umumnya dan kabupaten

Bogor pada khususnya

4. Perkembangan teknologi

dibidang informasi,

produksi, komunikasi dan

distribusi

Strategi S-O 1.Mempertahankan dan

meningkatkan kualitas/mutu

produk

(S1,S2,S4,S5,S6,O1,O2, dan

O4)

2. Memperluas wilayah

distribusi produk

(S2, S3,S6,O1,O2,O3, dan O4)

3. Mempertahankan dan

meningkatkan hubungan baik

dengan pekerja, pelanggan dan

dinas terkait

(S1,S2,S3,S6, dan O1)

4. Meningkatkan kegiatan

promosi

(S2,S3,S4,S6,O1,O2,O3dan O4)

Strategi W-O 1. Memanfaatkan skim kredit untuk

meningkatkan kapasitas usaha

(W1,W2,W3,W4,W5,W6,O1,O2,O3,

dan O4)

2. Memperbaiki kemasan produk

dengan memberikan merek dan

labelisasi halal dari dinas terkait

(W5,W6,O1 dan O4)

Ancaman (Threats-T)

1.Meningkatnya biaya bahan

baku (gula dan BBM)

2. Adanya kebijakan

keamanan pangan bagi suatu

produk

3. Perubahan tarif import

susu menjadi 0 persen

4. Pembeli memiliki

kekuatan untuk menentukan

pilihan diantara jumlah

perusahaan yang semakin

banyak

5. Berkembangnya produk

dengan beragam inovasi

6. Kecilnya hambatan bagi

pendatang baru untuk

memasuki industri

pengolahan susu

7. Jaringan distribusi pesaing

lebih luas

Strategi S-T

1. Mempertahankan tingkat

harga bersaing dan pelayanan

kepada konsumen untuk

menghadapi persaingan

(S1,S2,S3,S4,S5,S6,T1,T3,T5,T

6 dan T7)

2. Melakukan diferensiasi

produk yang berkualitas dan

terus melakukan upaya inovasi

untuk menghadapi pesaing dan

pendatang baru

(S2,S4,S5,T2,T3,T4,T5 dan T6)

Strategi W-T

1. Meningkatkan kualitas SDM

(W1,W2,W5,W6,T2,T5,T6, dan T7)

2. Pengelolaan keuangan perusahaan

(W1,W3,W4,W5,W6,T1,T3,T4,T5 dan

T6)

Page 90: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

Lampiran 2. Alternatif Strategi Analisis SWOT

Berdasarkan Analisis SWOT diperoleh 10 alternatif strategi berikut ini:

Strategi 1: Mempertahankan dan meningkatakan kualitas/mutu produk yoghurt

untuk memenuhi permintaan konsumen

Strategi 2: Memperluas wilayah distribusi produk

Strategi 3: Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas

terkait

Strategi 4: Meningkatkan kegiatan promosi

Strategi 5: Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha

Startegi 6: Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi

halal/kemasan pangan dari dinas terkait

Strategi 7: Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen

untuk menghadapi persaingan

Strategi 8: Meningkatkan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dengan terus

melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru

Strategi 9: Meningkatkan kualitas SDM

Strategi 10: Melakukan pengaturan dalam pengelolaan keuangan perusahaan

Page 91: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

Lampiran 3. Kemasan Produk E-coFarm

Keterangan: Gambar diatas merupakan bentuk kemasan produk E-coFarm.

Page 92: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

Lampiran 4. Tempat Penyimpanan Produk

Keterangan: Produk E-coFarm disimpan dalam freezer dan lemari pendingin.

Page 93: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada e Cofarm Kampus Ipb Darmaga Bogor

Lampiran 5. Kegiatan Produksi E-coFarm

Keterangan: Gambar diatas merupakan aktivitas pengemasan produk E-coFarm.