analisis strategi pengembangan bisnis pt.taf (toyota astra...
TRANSCRIPT
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur yang cukup pesat di era pemeritahan saat ini
diharapkan berdampak pada pergerakan ekonomi yang akan mengarah ke trend
positif. Perkembangan industri pun juga diharapkan mampu menjadi penggerak
ekonomi nasional. Salah satu sektor yang akan mendapatkan dampak adalah
sektor otomotif, di mana dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol di
berbagai pulau serta pembangunan sarana transportasi alternative diharapkan
mampu menjadi pemecah solusi kemacetan dan mahalnya biaya transportasi untuk
pengiriman barang. Hal ini juga akan mengurangi ketimpangan harga antara satu
daerah dengan daerah yang lain.
Industri otomotif khususnya roda empat sempat mengalami peningkatan di
tahun 2017 dibandingkan dengan penjualan di tahun 2016. Berdasarkan data dari
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo),
penjualan wholesales kendaraan roda empat sepanjang 2017 lalu mencapai
1.079.308 unit. Pencapaian ini meleset dari target penjualan yang sudah
ditetapkan Gaikindo sebanyak 1,1 juta unit. Meski begitu, angkanya masih lebih
baik dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 1.062.716 unit. Tidak mengherankan
jika dukungan transportasi untuk memudahkan pergerakan manusia dan barang dalam
dunia bisnis menjadi salah satu faktor sukses perekonomian (Adisasmita 2010). Detail
penjualan tersebut terdiri dari beberapa brand seperti pada table berikut :
Sumber : Gaikindo (2018)
Gambar 1 Grafik penjualan mobil tahun 2017
Dengan adanya pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan oleh
pemerintahan saat ini, maka diharapkan di 2018 pertumbuhan penjualan otomotif
khususnya roda empat juga dapat meningkat dan mencapai target 1,1 juta unit.
Diharapkan jika target angka ini dapat terealissi, maka akan diikuti oleh
perkembangan di sektor lainnya seperti perdagangan komoditas dan lain lain.
Untuk market share selama 5 tahun ke belakang tidak banyak berubah, di mana 3
besar pemilik market share adalah Toyota, Honda, dan Daihatsu. Melihat potensi
2
dan segmen pasar yang ada di Indonesia saat ini, untuk beberapa tahun ke depan
segmen pasar terbesar masih akan diduduki oleh 3 produsen terbesar tersebut.
Dalam proses pembelian kendaraan baik motor atau mobil, konsumen
dapat melakukan pembelian dengan tunai (cash) ataupun kredit. Jika konsumen
membeli dengan tunai, maka konsumen dapat langsung membayarkan ke pihak
dealer untuk uang sesuai dengan harga mobil yang dikehendaki. Namun bagi
konsumen yang tidak memiliki uang tunai untuk membeli kendaraan, maka
konsumen dapat memiliki kendaraan dengan cara kredit. Proses kredit ini
dilakukan oleh konsumen dengan mengajukan pembiayaan ke perusahaan
pembiayaan yang ada. Nantinya jika aplikasi kredit yang diajukan disetujui, maka
konsumen bisa membawa pulang kendaraan dengan hanya membayarkan DP
(Down Payment) ke pihak dealer dan nantinya membayarkan angsuran sesuai
dengan tanggal jatuh tempo setiap bulannya. Untuk menggambarkan proses yang
ada di perusahaan pembiayaan dan juga proses pengajuan kredit untuk pembelian
mobil dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 2 Proses bisnis PT TAF
3
Gambar 3 Proses kredit mobil
Gambar 3 Proses bisnis PT TAF
Saat ini di Indonesia ada banyak sekali perusahaan pembiayaan yang aktif
membiayai kredit kendaraan bermotor untuk konsumen di Indonesia. Ada
perusahaan yang mempunyai induk perusahaan perbankan seperti BCA, Mandiri,
Niaga, dan lain-lain. Namun ada juga perusahaan yang murni merupakan
perusahaan pembiaayaan. Di dalam perbankan seperti BCA, salah satu cara
memiliki mobil dapat diperoleh dengan melalui produk KKB (Kredit Kendaraan
Bermotor) yang bisanya juga ditawarkan oleh pihak Bank kepada beberapa
nasabah terpilih. Salah satu perusahaan yang murni merupakan perusahaan
pembiayaan adalah TAF. TAF yang merupakan join company antara Astra
Internasional dan juga Toyota Financial Services (anak perusahaan dari Toyota
Motors Corporation) merupakan perusahaan pembiayaan yang memberikan
dukungan terhadap penjualan kendaraan secara kredit untuk kendaraan baru
Toyota dan Daihatsu (sejak akuisisi Daihatsu oleh Toyota pada tahun 2016).
4
Dengan posisi kedua produsen tersebut menempati 3 besar penguasa pasar di
Indonesia, maka peluang untuk TAF semakin berkembang dan tumbuh juga
sangat besar. Meskipun pada kenyataannya hal ini juga diikuti oleh beberapa
resiko yang muncul. Hal ini tidak terlepas karena TAF merupakan perusahaan
pembiayaan yang dimiliki oleh Toyota dan Astra (Captive Finance Company).
Dengan model bisnis yang ada saat ini, maka ketergantungan TAF terhadap pihak
dealer sangatlah besar, hal ini mengakibatkan kemampuan tawar TAF ke pihak
dealer sangatlah lemah. Ini menjadi masalah klasik yang sampai saat ini masih
dihadapi oleh banyak perusahaan pembiayaan termasuk TAF meskipun memiliki
label sebagai Captive Finance Company.
TAF memiliki visi “To be preferred financing solution for Toyota
ownership through Service Excellence” dan juga memiliki misi sebagai berikut :
1. To provide best value to customers
2. Being a partner of Toyota to achieve long term success
3. To provide best value creation to shareholders
4. Being an employer of choice
5. To share prosperity to community
Sedangkan dalam menjalankan perusahaan, ada 4 value yang diterapkan oleh
TAF. Keempat value tersebut adalah Professionalism, Good Relations, Excellence,
Customer Focus. Dengan value yang diusung TAF, manajemen yakin perusahaan
akan menjadi pilihan konsumen dalam memilih perusahaan pembiayaan kredit
yang akan diambil. Saat ini TAF sendiri sudah memiliki 37 cabang yang dibagi
menjadi 3 area yaitu Area 1 (DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat), Area 2 (Sumatra,
Batam, Jawa Tengah), dan Area 3 (Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi).
Sebaran cabang TAF dapat dilihat pada gambar berikut :
Sumber : TAF (2018)
Gambar 4 Cabang TAF di seluruh Indonesia
Sampai dengan tahun 2018 ini sudah hampir seluruh kota besar di
Indonesia sudah terdapat kantor cabang perwakilan TAF. Kedepannya TAF masih
5
akan mengembangkan lagi perusahaan dengan merencanakan menambah cabang
di Indonesia bagian timur dan juga beberapa cabang tambahan di kota besar di
Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa merupakan perusahaan yang masih akan
berkembang lebih besar lagi.
Dalam perkembangan bisnisnya, TAF sebagai sebuah perusahaan sudah
mengalami masa pasang surut dalam dunia usaha. Seiring dengan perkembangan
industry otomotif di Indonesia, maka pertumbuhan usaha TAF pun turuut
berkembang. Hal ini dapat kita lihat dari grafik penjualan TAF seperti pada grafik
berikut:
2013 2014 2015 2016 2017
Unit 61,640 68,933 65,252 81,525 72,738
AF (Bio) 9,368 10,297 9,850 13,482 12,248
61,640
68,933 65,252
81,525
72,738
9,368 10,297 9,850 13,482 12,248
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Data Penjualan Taf
Sumber : TAF (2018)
Gambar 5 Grafik penjualan TAF periode 2013-2017
Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa tren penjualan TAF jika dilihat
dari jumlah unit kendaraan yang dibiayai maupun jumlah pembiayaan yang
disalurkan mengalami peningkatan. hal ini menunjukkan bahwa secara bisnis TAF
sebenarnya mampu mengikuti perkembangan bisnis otomotif yang ada di
Indonesia. Dengan adanya penjualan yang bagus tentu saja diharapkan mampu
memberikan dampak positif bagi perusahaan, dalam hal ini diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang positif terhadap laba perusahaan.
Laba yang besar merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan. Sama
halnya dengan TAF yang menginginkan laba besar agar perusahaan semakin besar
dan juga tumbuh berkesinambungan. Apalagi dengan adanya akuisisi Daihatsu
oleh Toyota, maka peluang TAF untuk dapat mengembangkan perusahaan tentu
saja menjadi semakin terbuka lebar. Hal ini dikarenakan jika dulunya TAF hanya
bisa membiayai kredit kendaraan Toyota baru, namun saat ini dpat membiayai
Daihatsu juga. Dimana di Indonesia saat ini Toyota dan Daihatsu merupakan
merek dengan penjualan tertinggi di Indonesia (Toyota peringkat 1 dan Daihatsu
di peringkat 3).
Pada tahun 2016 kebijakan manajemen TAF untuk mulai membiayai low
segment customer, hal ini mengingat pada tahun 2016 industri otomotif nusantara
mulai diramaikan dengan munculnya kendaraan roda empat dengan konsep LCGC
6
(Low Cost Green Car), dimana segmen ini menyasar pada kelas menengah ke
bawah dan konsumen yang membeli mobil untuk pertama kali. Namun hal ini
juga memunculkan tantangan tersendiri untuk TAF, dimana selain asset yang
meningkat dikarenakan peningkatan penjualan, namun jumlah kredit yang
bermasalah juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat dari
pertumbuhan asset dan persentase jumlah kredit bermasalah yang ada di TAF.
Gambaran kondisi tersebut dapat kita lihat seperti tampak pada grafik berikut :
2013 2014 2015 2016 2017
Aset (OSAR) 14,736 17,662 19,264 25,036 25,863
% Balance Over 30 days 1.90% 2.29% 2.96% 3.42% 3.88%
% Balance Over 60 days 0.63% 0.88% 1.22% 1.47% 1.90%
% Balance Over 90 days 0.32% 0.42% 0.66% 0.79% 1.10%
14,736 17,662 19,264 25,036 25,863
1.90%
2.29%
2.96%
3.42%
3.88%
0.63%0.88%
1.22%1.47%
1.90%
0.32% 0.42%0.66%
0.79%
1.10%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
4.50%
Aset dan Balance Overdue
Sumber : TAF (2018)
Gambar 6 Grafik asset dan kredit bermasalah TAF 2013-2017
Peningkatan pada jumlah kredit yang bermasalah tentu menimbulkan
dampak yang kurang baik untuk perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan
kredit seperti TAF. Peningkatan asset yang sangat pesat di tahun 2016, diikuti
dengan jumlah kredit bermasalah yang juga meningkat drastis. Hal ini pada
akhirnya berdampak pada kerugian yang harus ditanggung perusahaan. Untuk
kedaraan yang mengalami permasalahan atau macet lebih dari 5 bulan, maka akan
dihapus bukukan dan diakui sebagai kerugian oleh TAF. Sebagaimana penjualan
yang agresif di semester kedua di tahun 2016, maka sebagian besar dampak
kerugian TAF dirasakan di tahun 2017. Hal ini dapat kita lihat pada grafik berikut
7
Sumber : TAF (2018)
Tidak bisa dipungkiri jika peningkatan Net Loss yang terjadi dalam kurun
waktu 2013-2017, khususnya yang terjadi pada tahun 2017 berakibat pada
penurunan keuntungan bersih (Net Profit) yang dibukukan oleh perusahaan.
Bahkan pada tahun 2017 profit perusahaan turun drastic jika dibandingkan dengan
profit yang dibubukan di tahun 2016. Tidak main-main penurunan profit dari
tahun 2016 ke tahun 2017 mencapai 95%. Profit TAF sepanjang periode tahun
2013-2017 dapat kita lihat dalam grafik berikut ini :
2013 2014 2015 2016 2017
Net Profit (Bio) 265.3 278.5 306.3 350.5 17.6
265.3 278.5 306.3 350.5 17.6 -
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
Net Profit (Bio)
Sumber : TAF (2018)
Gambar 8 Grafik net profit TAF 2013-2017
Gambar 7 Grafik net loss TAF 2013-2017
8
Perumusan Masalah
Berdasarkan data-data perusahaan PT TAF di atas, dimana pada tahun
2017 TAF mengalami masa yang sulit dengan net loss yang tinggi dan juga
penurunan net profit yang drastis bahkan mencapai 95%. Selain itu model bisnis
di industri otomotif khususnya bagi industry pembiayaan saat ini membuat posisi
tawar dari perusahaan pembiayaan sangat lemah di depan konsumen maupun di
depan dealer, maka peneliti ingin meneliti apa saja yang masih bisa
dikembangkan TAF untuk mengembangkan bisnisnya menjadi lebih besar dan
lebih baik lagi ke depannya. Selain itu juga tren yang terjadi pada industri
otomotif yang ada di Indonesia serta optimisme mengenai tingkat penjualan
kendaraan yang ada di Indonesia, maka TAF sebagai salah satu perusahaan
pembiayaan resmi yang dimiliki oleh Toyota (sebagai pemegang market share
terbesar di Indonesia) memiliki peluang yang besar juga untuk dapat berkembang
semakin besar dan maju. Namun hal ini tentunya membutuhkan konsep bisnis dan
strategi yang tepat sehingga perusahaan mampu beroperasi lebih baik dan efektif,
serta efisien. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana model bisnis yang ada di PT TAF saat ini?
2. Apa saja faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
hambatan yang mempengaruhi model bisnis PT TAF?
3. Bagaimana strategi dan program perbaikan yang dapat dirumuskan untuk
manajemen PT TAF?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi model bisnis PT TAF saat ini.
2. Menganalisis faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
hambatan yang mempengaruhi model bisnis PT TAF.
3. Merumuskan strategi dan program perbaikan yang dapat dirumuskan
untuk manajemen PT TAF.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan mmapu menjadi
bahan pertimbangan dan referensi dalam mengambil keputusan
untuk mengembangkan strategi bisnis yang ada.
9
2. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
acuan untuk kajian teoritis tentang strategi pengembangan bisnis
untuk perusahaan sejenis.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur
pengembangan materi pendidikan maupun pengajaran yang
berkaitan dengan objek penelitian yaitu yang berkaitan dengan
bidang perusahaan pembiayaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi hanya menganalisa model bisnis kanvas (BMC) di
PT TAF dengan melakukan analisa terhadap sembilan elemen kunci (customer
segments, value propositions, channels, customer relationship, revenue streams,
key resources, key activities, key partnership, dan cost structure) yang
digabungkan dengan melakukan analisis SWOT untuk melihat kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada sehingga mampu menghasilkan
rekomendasi berupa strategi penyempurnaan bisnis model yang baru yang dapat
menjadi implikasi manajerial untuk pengembangan bisnis PT TAF.
2 TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU
Manajemen Strategis
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai
tujuan. Menurut Pearch dan Robinson (1997) dikatakan bahwa manajemen
stratejik adalah kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan
(formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang
untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Sedangkan pengertian manajemen
strategis menurut Nawawi adalah perencanaan berskala besar (disebut
perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh
(disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan
yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi
secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan
operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan
strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organsasi.
Menurut Nawawi (2003) manajemen strategis adalah perencanaan berskala
besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan
yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi
(keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi
berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu
(perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan atau jasa serta
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB