analisis sperma

Upload: melinda-oktafiani

Post on 30-Oct-2015

205 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sebuah laporan tentang analisis sperma ikan lele

TRANSCRIPT

ANALISIS SPERMA

Oleh Melinda Oktafiani1114111034

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum analisis sperma pada hari Senin, tanggal 6 Mei 2013 di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Sperma atau spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdiferensiasi, satu satunya sel yang memiliki jumlah sitoplasma yang terperass dan nyaris habis. Fungsinya untuk mengantarkan material genetis jantan ke betina dan mengaktifkan program perkembangan telur. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp) baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Digunakan ikan lele karena mudah dibedakan antara jantan dan betina, proses pembuahan di luar tubuh ikan lele, dan sperma yang dhasilkan banyak. Metode yang dilakukan ialah pengambilan sperma ikan lele jantan dengan cara membedah ikan dan diambil spermanya, lalu dilakukan pengamatan warna, bau, dan pH, kemudian sperma dipotong potong dan cairannya diambil menggunakan spuit injeksi, kemudian diencerkan dan dihitung volumenya, terakhir dilakukan uji motilitas spermatozoa. Hasil yang didapat ialah sperma yang berwarna putih susu, berbau amis dengan pH basa (pH 9) dan non motil ketika diamati. Sperma yang didapat sebanyak 0,3 ml dengan pengenceran 1 : 9, sehingga didapat volume pengenceran 2,7 ml.

Kata kunci : sperma, ikan lele, motilitas, genetis, terdiferensiasi

I. PENDAHULUAN

Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi, satu-satunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya sangat khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu mengantarkan material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan program perkembangan telur.

Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses pembuahan, pewaktuan setiap tahapan pembuahan, dan dapat menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam pembuahan.

Praktikum kali ini menggunakan sperma dari ikan lele (Clarias sp.) dengan alasan karena ikan lele mudah didapatkan, mudah dibedakan antara jantan dan betina, proses pembuahan di luar tubuh ikan lele, dan sperma yang dhasilkan banyak. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa hidup, jumlah spermatozoa mati, dan motilitas.

Tujuan praktikum analisis sperma adalah menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp.) baik secara makroskopis maupun mikroskopis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Kematangan Sperma1. TKG I (belum matang)Gonad kecil dengan panjang 5-12 mm, berwarna putih, dan permukaan gonad mulai tidak rata.2. TKG II (mulai matang)Gonag semakin besar dengan panjang 12-30 mm, warna mulai berubah putih jernih, dan berbentuk gerigi mulai terlihat jelas.3. TKG III (matang)Gonad lebih besar, dengan panjang 20-45 mm dan mengisi dua pertiga rongga perut. Warna jernih dan gerigi pada gonad semakin besar.4. TKG IV (matang sekali)Gonad besar dan panjang, mengisi dua pertiga rongga perut. Gonad mengembung dan berwarna jernih (Khairuman dan Amri, 2007).

B. Reproduksi Ikan LeleLele berkembang biak secara ovipar (eksternal), yaitu pembuahan terjadi di luar tubuh. Artinya, spermatozoa membuah telur di luar tubuh ikan. Untuk membuahi telur, spermatozoa harus bergerak. Spermatozoa pada induk jantan tersebut bersifat immotile dalam cairan plasmanya dan akan bergerak apabila bercampur dengan air. Dalam proses pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang microphyle yang terdapat pada chorion. Tetapi spermatozoa mempunyai kesempatan yang sama untuk membuahi satu telur. Telur dan sperma yang baru di keluarkandari tubuh induk, mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan (Effendie, 1997).

C. Pengertian dan Fungsi SpermatozoaSpermatozoa merupakan sel gamet jantan yang sangat terdiferensiasi. Fungsinya adalah untuk mengantarkan material genetis jantan ke betina dan mengaktifkan program perkembangan telur. Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui serta menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam pembuahan. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa hidup, jumlah spermatozoa mati, motilitas, morfologi (Yatim, 1982).

D. Fungsi Larutan Fisiologis AquadesAquadestilata (aquades) adalah air dari hasil penyulingan (diuapkan dan disejukan kembali) dan memiliki kandungan murni H2O, sedangkan air mineral tidak murni H2O. Aquades merupakan air murni, dengan asumsi hanya berisi molekul molekul H2O tanpa adanya penambahan unsur lain seperti ion. Air suling memiliki rumus kimia H2O yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal. Sifat dari aquadest yaitu merupakan hasil air sulingan yang murni dan tidak mengandung kandungan logam logam ataupun anion, dan mempunyai pH 7 atau netral. Karena aiquadest merupakan air murni yang sering disebut dengan liquid (Sukarsono, 2008).

E. Fungsi Larutan RingerLarutan ringer atau NaCl fisiologis adalah larutan isotonik yang terbuat dari NaCl 0,9% yang sama dengan cairan tubuh atau darah. Penggunaan larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan urea karena dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit (Amriel, 2013). Menurut Rustidjo (2000), larutan ringers merupakan bahan pengencer paling baik dibandingkan dengan larutan fruktosa dan larutan NaCl fisiologis dalam mempertahankan motilitas spermatozoa, fertilitas dan daya tetas telur ikan mas.

III. METODELOGI

A. Waktu dan TempatPraktikum analisis sperma dilakukan pada hari Senin tanggal, 6 Mei 2013 jam 15.00 17.00 WIB, di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya, alat bedah, gelas obyek, gelas penututp, pH indicator/kertas pH, gelas pengaduk, kerta tissue, bak preparat, cawan petri, spuit injeksi tanpa jarum, pipet tetes, botol film, dan baki/nampan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sperma ikan lele (Clarias sp.) yang telah masak, larutan ringer, dan aquades.

C. Prosedur KerjaAdapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:1. Cara Stripping Ikan dibedah dari bagian anus ke operkulum, kemudian diambil spermanya. Sperma ikan dipotong potong hingga hancur dan cairan berwarna putih susu (milt) keluar. Milt yang keluar langsung disedot dengan menggunakan spuit injeksi tanpa jarum.

2. Volume Milt ikan lele yang tertampung pada spuit injeksi diukur volumenya dengan langsung membaca skalanya.

3. Warna Diamati secara visual dengan latar belakang warna putih.

4. Bau Dibaui dengan cara dikipas kipaskan dengan tangan, jangan dihirup langsung.

5. pH derajat keasaman diukur dengan kertas pH , dengan cara mencelupkan kertas H ke dalam sampel sperma, diamkan beberapa saat, kemudian cocokkan perubahan warna yang terjadi dengan tabel.

6. Cara pengenceran milt Sampel sperma diambil 1 ml dimasukkan di dalam cawani. Larutan ringer sebanyak 9 ml dicampurkan ke dalam cawan (perbandingan antara sampel dengan larutan ringer harus selalu 1 : 9). Diaduk aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai benar benar homogen. Sperma yang sudah diencerkan ini merupakan sperma dengan pengenceran 10 kali. Sperma pengenceran 10x diambil dengan menggunakan spuit yang lain sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan yang berbeda. Larutan ringer 9 ml dicampurkan ke dalam sperma tersebut. Sperma dengan pengenceran dua kali ini, merupakan sperma dengan pengenceran 100x. Pengenceran dilakukan lagi untuk mendapatkan sperma dengan pengenceran 1000x dan 10.000x.

7. Motilitas Spermatozoa Milt yang sudah diencerkan 1000x diambil dengan menggunakan pipet tetes. Milt diteteskan di atas gelas obyek. Ditetesi dengan aquades, kemudian dihomogenkan. Ditutup dengan cover glass dan diamati dengan menggunakan mikroskop. Bergerak atau tidak bergerak, ditentukan persentase motilitasnya.

IV. PEMBAHASAN

Teknik pengambilan sperma ialah dengan melakukan pembedahan pada ikan lele dari arah anus ke operkulum. Kemudian sperma diambil dan diletakkan ke cawan petri dan lakukan pengamatan warna, bau, dan pH, baru kemudian dipotong potong hingga keluar cairan berwarna putih susu (milt) yang kental. Cairan milt ini diambil menggunakan spuit injeksi tanpa jarum dan dilihat volumenya. Volume sperma yang didapat sebanyak 0,3 ml. Sedangkan pada pengenceran milt, digunakan perbandingan milt dan larutan ringer 1 : 9, sehingga didapat volume pengenceran yaitu 2,7 ml. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, volume sperma yang dihasilkan berbeda dengan pustaka, yang menyatakan bahwa sperma yang normal (normospermia) volumenya antara 1 s.d. 6 ml, sehingga sperma yang dihasilkan ikan lele tergolong hypospermia karena volumenya kurang dari 1 ml.

Motilitas milt ikan lele yang diperoleh adalah persentasi sperma motil sebesar 0% dan pesentasi sperma non motil sebesar 100%. Kematian sperma ini disebabkan karena selama melakukan pengenceran, waktu yang digunakan terlalu lama dan milt ikan juga sudah terkena kontak dengan cahaya. Hal ini mengakibatkan kematian spermatozoa. Berdasarkan literatur, durasi motilitas terjadi dalam periode yang sangat pendek pada ikan air tawar. Pergerakan aktif spermatozoa ikan sekitar 1 2 menit dan tidak ada pergerakan lagi setelah 5 menit.

Hasil yang didapat ialah sperma berwana putih susu dan berbau amis dengan pH 9 atau basa. Berdasarkan literatur, warna dan bau sudah sesuai, namun ada perbedaan pada pH. Sperma yang normal memiliki pH antara 7,2 7,8, sedangkan pH lebih dari 8 menunjukkan adanya penyakit kronis pada kelenjar kelamin atau epididymis. pH dapat berubah satu jam sesudah ejakulasi.

Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses pembuahan, pewaktuan setiap tahapan pembuahan, dan dapat menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam pembuahan. Metode yang dilakukan ialah striping, yaitu dengan mengambil sperma dan dipotong potong hingga keluar milt, lalu milt disedot dengan spuit injeksi tanpa jarum dan diukur volumenya dengan langsung membaca skalanya. Pengamatan warna dilakukan secara visual dengan latar belakang warna putih. Pengamatan bau dengan cara milt dikipas kipaskan dengan tang, tapi tidak dihirup langsung.

Cara pengenceran milt yaitu dengan menambahkan larutan ringer ke dalam milt dengan perbandingan 1 : 9. Di sini milt yang didapatkan sebanyak 0,3 ml, sehingga volume pengenceran yang didapat 2,7 ml. Pengenceran dilakukan sebanyak 3 kali atau pengenceran 1000x.

Pada uji motilitas spermatozoa, milt yang sudah diencerkan 1000x diambil dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan ke gelas objek lalu ditetesi aquades dan ditutup dengan gelas penutup.lalu diamati di bawah mikroskop. Hasil yang didapat ialah 0% spermatozoa motil karena semu sperma telah mati.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini antara lain: Volume sperma yang dihasilkan adalah 0,3 ml. Bau sperma yang dihasilkan adalah bau amis. Warna sperma yang dihasilkan adalah putih susu. pH sperma 9 yang berarti basa. Persentase sperma motil adalah 0 % dan sperma non motil adalah 100 %.

Saran yang dapat diberikan dari praktikum ini anara lain: Sebaiknya pengamatan motilitas spermatozoa segera dilakukan setelah pengenceran supaya masih dapat terlihat sperma yang motil. Ikan yang digunakan harusnya yang telah matang gonad sehingga tidak menyulitkan ketika pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Amriel. 2013. Laporan Kontraksi Otot Jantung. http://amrielmasihkepompong.blogspot.com/. Diakses tanggal 2 Mei 2013.

Effendi, MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Utama. Yogyakarta.

Khairuman dan Amri. 2008. Budidaya Ikan Mas. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Mahyuddin, Kholish. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta..

Rustidja. 2000. Prospet Pembekuan Sperma Ikan. Universitas Brawijaya. Malang.

Sukarsono, Kristantyo, dkk. 2008. Studi Efek Kerr untuk Pengujian Tingkat Kemurnia Aquades, air PAM dan Air Sumur, Berkala Fisika. Universitas Diponegoro. Semarang.

Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito. Bandung.

LAMPIRAN