analisis soal tes buatan guru biologi...
TRANSCRIPT
ANALISIS SOAL TES BUATAN GURU BIOLOGI
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SE-JAKARTA SELATAN
BERDASARKAN ASPEK KOGNITIF TAKSONOMI BLOOM
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-
syarat meraih gelar sarjana pendidikan
Oleh
NOPITALIA
103016127097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nopitalia NIM : 103016127097 Jurusan/semester : Pendidikan IPA Biologi / XIV Angkatan tahun : 2003 Alamat : Jl. Thamrin Rt 01/04 No. 34 Kel. Ketapang,
Kec. Cipondoh, Kota Tangerang 15147
Menyatakan dengan sesungguhnya
Bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Soal Tes Buatan Guru Biologi Madrasah
Tsanawiyah Negeri Se-Jakarta Selatan Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi
Bloom”, adalah benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan:
1. Nama : Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd
NIP : 196501151987031020
2. Nama : Yanti Herlanti, M.Pd
NIP : 197101192008012010
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya saya
sendiri.
Jakarta, Oktober 2010 Yang menyatakan,
Nopitalia
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, maha suci Allah SWT yang jiwaku
ada dalam genggaman-Nya. Alhamdulillah dengan rahmat dan kasih sayang-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan salam penulis sampaikan
kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
umat manusia dari jalan jahiliyah ke jalan ilmu pengetahuan, beserta keluarga dan
pada sahabatnya.
Berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi yang berjudul
“Analisis Soal Tes Buatan Guru Biologi Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Jakarta
Selatan Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom” ini dapat diselesaikan
oleh penulis. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih,
penghargaan serta rasa hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hanna Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA.
4. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd., Pembimbing I yang telah membimbing
dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Pembimbing II yang telah membimbing dan
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di
Jurusan Pend. IPA (Biologi) yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya.
iv
7. Kepala sekolah, Guru dan Staf di MTs Negeri Se-Jakarta Selatan,
khususnya guru Biologi yang telah banyak membantu penulis selama
penelitian.
8. Bapak, ibu, Suami Tercinta (Doni Husein) dan adik-adikku (Ahmad
Fauzan, Zulkifly dan Imam Faidzin), atas dorongan moril dan materil serta
doa yang selalu berlimpah.
9. Sahabat seperjuanga yang tercinta Ika, Tina, Jubet, Zaki, Sarah, Irma,
Anita, Melly, Helly, Sofi, Puroh, Wahyu, Novi, dan Ari, serta teman-
teman biologi, fisika, dan kimia angkatan 2003, terima kasih banyak atas
bantuan, semangat, dan kebersamaan yang diberikan selama ini, yang
takkan pernah terlupakan.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas amal
baik.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
Jakarta, Oktober 2010
Penulis
i
ABSTRAK
Nopitalia, Analisis Soal Tes Buatan Guru Biologi Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Jakarta Selatan Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tes buatan guru biologi berdasarkan kesesuaiannya dengan dimensi kognitif taksonomi Bloom . Subjek penelitian ini adalah tujuh MTs Negeri yang berada di Jakarta Selatan. Dari ke tujuh MTs Negeri tersebut, terdapat dua belas orang guru biologi. Data yang berupa soal buatan guru biologi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu, soal obyektif berbentuk pilihan ganda dan soal berbentuk essay. Topik soal dibatasi pada materi bioteknologi yang telah diajarkan. Data tersebut dianalisis sesuai dengan tingkatan taksonomi Bloom serta mengelompokkan data sesuai topik dan memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Selain dianalisis sesuai dengan tingkatan taksonomi Bloom, data dianalisis sesuai dengan silabus dan rencana pembelajaran yang dibuat guru. Hasil analisis tersebut menggambarkan bahwa soal-soal tersebut didominasi pada ranah kognitif pengetahuan (C1) dengan persentase 60,26%, pemahaman (C2) 38,46%, dan analisis (C4) 1,28% serta kesesuaian soal buatan guru dengan silabus dan rencana pembelajaran secara keseluruhan mencapai 83,33% dengan persentase 85,3% untuk butir soal pilihan ganda dan 70% untuk butir soal uraian.
Kata kunci: Soal tes buatan guru, Aspek kognitif taksonomi Bloom Revisi.
ii
ABSTRACT Nopitalia, Problem Analysis Artificial Test of State Islamic Junior High
School Biology Teacher in South Jakarta Based on Cognitive Aspects of Bloom's Taxonomy, Biological Program Study, Majors Education of IPA, Faculty Science of Tarbiyah and Teachership of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This study aims to determine the quality of teacher-made tests for conformance with a biology based on Bloom's taxonomy. The subjects are seven Islamic Junior High Schools in South Jakarta. From the seven schools, there are twelve a biology teachers. The data that form the artificial problem of biology teachers are devided into two parts, namely, about the objective form of multiple choice questions and essay form. Topics about biotechnology is limited to material that has been taught. Data is analyzed according to the levels of Bloom's Taxonomy and classifying of data according to topic and select or sort the data so that only data used just left. Besides, it is analyzed according to the Bloom's taxonomy, the data is also analyzed according to the rules of writing based on the silabus and RPP. The results of the analysis illustrates that the questions focused 60.26% on knowledge aspect of the cognitive (C1), 38,46% on understanding aspect (C2), and 1,28% on analysis aspect (C4) and the result of the analysis illustrates that the question based on the silabus and RPP is 83,33% with specifically 85,3% to multiple choice questions and 70% to essay form. Keywords: teacher-made tests, the cognitive aspect of Bloom's Revised Taxonomy.
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ……………………………………………………………..... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL ....…….…………………………….………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN .…………………………………….………… ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………..…… 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ……..…….….. 3
C. Pembatasan Fokus Penelitian ..……………………… 4
D. Perumusan Masalah …....………………….………………. 4
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian .……….……… 4
BAB II. DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Tes…….………….………………..………………………… 5
a. Pengertian Tes……….……………………………..……... 5
b. Fungsi Tes………………………………………………… 10
2. Soal……………………………………………..………….… 15
a. Kaidah Penulisan Soal………………………………….... 15
b. Soal yang Bermutu Baik………...…………....……….… 17
c. Teknik Penulisan Soal….………………………..…….… 18
d. Langkah-langkah Penyusunan Soal ……..….………..… 19
e. Penyusunan Butir Soal yang Menuntut
Penalaran Tinggi………….………………………………… 19
f. Perakitan Butir Soal ………………….……………….. 21
3. Pengertian dan Tugas Utama Guru............………….……. 22
4. Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Benyamin
S. Bloom .…..…………………………………... 29
5. Pengertian Perencanaan Pembelajaran...........………….……. 37
vi
6. Hakikat Biologi ………………..…………………….. 39
7. Bioteknologi Sebagai Salah Satu
Cabang Ilmu Biologi ………..…………………….. 40
B. Kerangka Berpikir …………………………..………….. 42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………. 44
B. Metode Penelitian ……………………….…………….... 44
C. Populasi dan Sampel ..……………………………………… 45
D. Objek Penelitian ……………….………..........…...….. 45
E. Teknik Pengumpulan Data ..……………….……………..… 45
F. Instrumen Penelitian ……………….………..........…...….. 46
G. Teknik Analisis Data ………………….………………...….. 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Soal Tes Buatan Guru ...……………..………. 48
2. Tingkat Kesinergian Soal Buatan Guru Dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ……………………………………….. 49
3. Pengelompokan Pengelompokan Soal Tes Buatan Guru Biologi
Berdasarkan Tingkatan Kognitif Menurut Taksonomi Bloom….. 50
4. Pengelompokan Topik Berdasarkan Taksonomi Bloom ….. 52
5. Kesesuaian Soal Buatan Guru Biologi MTs Negeri
se-Jakarta Selatan dengan Silabus dan Rencana Pembelajaran……. 53
6. Kesesuaian Soal Buatan Guru Biologi MTs Negeri
se-Jakarta Selatan dengan Kaidah Penulisan Soal Menurut
Departemen Pendidikan Nasional .………………………........ 54
7. H
asil Wawancara dengan Guru Biologi MTs Negeri Se-Jakarta
Selatan............…………….........…….………………...….......... 54
B. Pembahasan……………………..…………………………………..57
vii
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………….………………61
B. Saran ……………………………………………………….61
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………62 LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1), pendidikan adalah :2
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam keberhasilan pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata
menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek
pembangunan.3 Disinilah peran penting pendidikan dalam menentukan
keberhasilan pembangunan yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Menurut Ahmad Sofyan indikator yang paling mudah dilihat adalah
prestasi belajar atau lebih umum orang menyebutnya dengan hasil belajar siswa di
setiap jenjang dan jalur pendidikan selama ini yang belum memenuhi harapan”.4
Keberhasilan atau kegagalan proses pendidikan sangat tergantung pada
faktor berikut : peserta didik, instrument pembelajaran, instrument penunjang, dan
penggerak proses pendidikan. Keempat faktor tersebut menentukan keberhasilan
pembangunan.
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2004), cet. Ke-9 (revisi), hal. 10 2 Ibid, hal. 1 3 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:Rineka Cipta,2003), hal. 130 4 Ahmad Sofyan, Jurnal Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN, (Jakarta:FITK UIN Syahid, 2003), hal. 63
2
Instrument pembelajaran utama yang menjadi penentu keberhasilan proses
pendidikan adalah guru. Ukuran keberhasilan guru dalam mengajar dapat dilihat
dari motivasi siswa dalam belajar.
Adams dan Dickley mengemukakan bahwa guru berperan sebagai
instructor (pengajar), counselor (pembimbing), scientist (ilmuan), dan person
(pribadi). Guru sebagai pengajar bertugas memberikan pengajaran di dalam kelas,
mengelola kelas, dan mengevaluasi kemajuan hasil belajar siswa.5
Pengevaluasian belajar siswa berfungsi melihat hasil-hasil belajar yang
dicapai langsung, bertalian dengan penguasaan tujuan-tujuan pembelajaran yang
menjadi target. Selain itu, menilai unsur-unsur yang relevan pada urutan
perencanaan dan pelaksanaan pengajaran.6
Alat evaluasi dalam pengajaran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : tes
dan non tes. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan guru kepada peserta didiknya, dalam jangka waktu
tertentu. Untuk keperluan evaluasi proses belajar mengajar, dapat digunakan tes
yang telah distandardisasikan (Standardized test), maupun tes buatan guru sendiri
(Teacher-made test). Standardized test adalah tes yang telah mengalami proses
standardisasi, yakni proses validitas dan reliabilitas, sehingga tes tersebut benar-
benar valid (shahih) dan reliable (ajeg) untuk suatu tujuan dan bagi kelompok
tertentu. Standardized test oleh pemerintah pusat digunakan dalam Ujian
Nasional. Sedangkan tes buatan guru sendiri adalah suatu tes yang disusun oleh
guru sendiri untuk mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar. Biasanya
tes buatan guru sendiri banyak dipergunakan di sekolah-sekolah. Tes buatan guru
sendiri ini biasanya terbatas pada suatu kelas atau sekolah.7
Soal-soal yang dibuat guru IPA di Indonesia masih sangat
mengkhawatirkan. Hal ini terbukti dari ketidaksiapan siswa-siswi Indonesia untuk
bersaing di kancah global, pencapaian hasil Ujian Nasional yang memprihatinkan,
5 Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta:2005), hal. 71-72 6 Ibid, hal. 95 7 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:Rineka Cipta,2006), hal. 278-279
3
dan terus terpuruknya Indonesia diposisi papan bawah dalam berbagai tes
berstandar internasional (International standardized test) yang pernah diikuti.8
Berdasarkan Programme for International Student Assesment (PISA)
tahun 2006, peringkat Indonesia untuk IPA turun dari 36 dari 40 negara (2003)
menjadi 54 dari 57 negara (2006) dengan skor rata-rata turun dari 395 (2003)
menjadi 393 (2006). Hasil yang kurang lebih sama juga terlihat dari kajian Trends
in International Mathematics an Science Study (TIMSS) tahun 2003, dimana
Indonesia berada diurutan 34 dari 45 negara. Untuk IPA, skor rata-rata siswa
Indonesia hanya 395, sementara Thailand 429, Singapura 473, Malaysia 510.
rendahnya skor ini hanya salah satu gambaran dari kualitas pendidikan di
Indonesia yang memprihatinkan.9
Ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal seperti yang tersaji
dalam PISA dan TIMSS, tidak lepas dari kebiasaan siswa mengerjakan soal-soal
yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas
bagaimana kualitas soal-soal yang dibuat guru. Selanjutnya masalah tersebut yang
dituangkan dalam penulisan skripsi dengan judul : “Analisis Soal Tes Buatan
Guru Biologi Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom (Studi Kasus di
MTs Negeri Se-Jakarta Selatan).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka hal yang ingin diketahui adalah
bagaimana kualitas soal tes buatan guru biologi MTs Negeri di Jakarta Selatan?
apakah sudah memenuhi aspek kognitif taksonomi Bloom? apakah soal yang
dibuat guru sudah sesuai dengan rencana pembelajaran dan silabus ?
8 Sri Hartati Samhadi, (2007). Mengukur Kualitas Tes. (Tersedia online) di www.kompascetak.com. Akses tanggal 7 Mei 2008 9 Ibid
4
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih fokus dan sistematisnya penulisan skripsi ini, penelitian ini
hanya terbatas pada permasalahan tes buatan guru biologi pada konsep
bioteknologi jika ditinjau dari taksonomi yang dikemukakan oleh Benjamin S.
Bloom pada dimensi kognitif serta ditinjau dari kesesuaian terhadap rencana
pembelajaran dan silabus yang dibuat oleh guru.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : “Bagaimana soal tes buatan guru biologi MTs Negeri yang ada di Jakarta
Selatan berdasarkan aspek kognitif taksonomi Blooms serta kesesuaiannya
terhadap rencana pembelajaran dan silabus yang telah dibuat?”
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tes buatan guru biologi
berdasarkan kesesuaiannya dengan aspek kognitif taksonomi Bloom serta
terhadap rencana pembelajaran dan silabus yang telah dibuat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis
dalam upaya perbaikan pembelajaran biologi, yaitu :
1. Bagi guru, hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan
khususnya guru biologi dalam membuat tes yang sesuai dengan rencana
pembelajaran dan silabus.
2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti tentang bagaimana kondisi soal-soal yang dibuat
guru MTs Negeri di Jakarta Selatan.
3. Berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada
pembaca serta bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya dan kebijakan pendidikan selanjutnya.
5
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS DAN KERANGKA PIKIR
A. Deskripsi Teoretis
1. Tes
a. Pengertian Tes
Menurut Anas Sudjiono tes merupakan alat untuk mendiagnosis atau
mengukur keadaan individu.10 Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa
Perancis Kuno : testum dengan arti “piring untuk menyisihkan logam-logam
mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat
diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi), sedangkan dalam
bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”.11
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan
uraian di atas, yaitu istilah test, testing, tester, dan testee, yang masing-masing
mempunyai pengertian berbeda. Test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan
dalam rangka pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan
tes atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan
(eksperimen); sedangkan testee adalah pihak yang sedang dikenai tes(=peserta
tes=peserta ujian), atau pihak yang sedang dikenai percobaan (=tercoba).12 Tes
dalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau dengan nilai standar yang ditetapkan.13
Dengan menekankan syarat kualitas utama, tes pada dasarnya merupakan
suatu pengukuran yang obyektif dan standar terhadap sampel perilaku. Tes
10 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007), hal. 65 11 Ibid. hal. 66 12 Ibid 13 Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2000), hal. 25
6
merupakan sebuah prosedur yang sistematik guna mengukur sampel perilaku
seseorang.14 Tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-
muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya, dalam jangka waktu tertentu.15
Di dalam pendidikan terdapat bermacam-macam alat penilaian yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan
terhadap anak didik.
Untuk melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar, seorang guru
dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan
(standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test). Yang
dimaksud dengan standardized test ialah tes yang telah mengalami proses
standardisasi, yakni proses validasi dan keandalan (reliability) sehingga tes
tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok
tertentu. standardized test pada umumnya dibuat oleh para ahli psikologi dan
banyak dipergunakan di lembaga-lembaga pemerintah yang memerlukannya,
yaitu untuk mengetes para calon pegawai di suatu kantor dan perusahaan,
mengetes orang-orang yang akan masuk tentara, dan sebagainya.16
Tes buatan guru yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru yang
mempergunakan tes tersebut.17 Sehubungan dengan pengertian-pengertian tes
yang telah diutarakan di atas, dapat disimpulkan dengan lebih khusus lagi yaitu
bahwa tes merupakan suatu prosedur yang harus dilaksanakan guru dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Achievement test yang biasa dilakukan guru
dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni tes lisan (oral test) dan tes tertulis
(written test). Tes tertulis dapat dibagi atas tes essay atau essay examination dan
tes objektif atau disebut juga short-answer test.18
14 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Edisi II, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003), hal.3 15 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 33. 16 Ibid. hal.33-34 17 Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana. Op.cit. hal .26 18 Ngalim Purwanto, op.cit. hal 35
7
Ciri-ciri teacher-made test, yaitu :
1. Berdasarkan isi dan tujuan-tujuan khusus untuk kelas atau sekolah di tempat
guru itu mengajar.
2. Dapat menyangkut topic, kecakapan, atau keterampilan khusus dan tertentu,
tetapi dapat juga menyangkut bagian-bagian yang lebih luas dari pengetahuan
dan keterampilan.
3. Biasanya dikembangkan oleh seorang guru dengan sedikit atau tanpa bantuan
dari luar.
4. Menggunakan item-item yang jarang atau tidak pernah di-tryout-kan,
dianalisis, atau direvisi sebelum menjadi bagian dari tes tersebut.
5. Memiliki keandalan yang rendah atau sedang saja.
6. Biasanya terbatas pada suatu kelas atau sekolah sebagai kelompok
pemakainya.19
Bagi sebagian besar pendidik, istilah tes, pengukuran, dan penilaian adalah
istilah yang sering digunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar.
Namun pengertian yang sebenarnya sering dipertukarkan. Dari ketiga istilah
tersebut masyarakat luas lebih banyak memakai istilah penilaian.
Ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diberikan, tes hasil belajar yang
biasa dipergunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar siswa-siswa di sekolah
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
2) Tes Obyektif
Tes obyektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan
memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia atau
dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol.
Kebaikan tes obyektif yaitu dapat dijawab dengan cepat oleh siswa, reliabilitas
skor yang diberikan terhadap pekerjaan siswa dapat dijamin sepenuhnya,
jawaban-jawaban tes obyektif dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat dengan
mempergunakan kunci jawaban. Kelemahan tes obyektif yaitu kemungkinan
untuk menerka dan mencontek jawaban sangat besar, biaya administrasi yang
19 Ibid. hal.34-35
8
dibutuhkan untuk mencetak tes tersebut cukup besar. Tipe-tipe tes obyektif yaitu
true-false, multiple-choice, completion, dan matching.
3) Tes Essay
Tes Essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau
suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif
panjang. Kebaikan tes essay yaitu cocok untuk mengukur hasil dari suatu belajar
yang kompleks yang sukar diukur dengan menggunakan tes obyektif, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan jawaban sesuai dengan jalan
pikirannya sendiri, kemungkinan untuk menerka dan mencontek jawaban sangat
kecil. Kelemahan tes essay yaitu pemberian skor terhadap jawaban tes essay
kurang reliabel, waktu yang diperlukan lebih banyak karena tes essay
menghendaki jawaban-jawaban yang relatif panjang sehingga dalam satu periode
tes hanya dapat diberikan beberapa buah item saja, pengkoreksiannya
memerlukan waktu yang cukup lama.
Berdasarkan uraian-uraian tentang kelemahan dan kebaikan tes obyektif
dan tes essay, guru selaku evaluator hendaknya dapat memilih bentuk tes seperti
apa yang cocok diterapkan pada suatu konsep tertentu agar dapat diukur dengan
mudah seberapa besar pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil
belajar adalah sebagai berikut :
1. Menentukan/ merumuskan tujuan tes
2. Mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur dengan tes tersebut
3. Menentukan hasil belajar yang spesifik, yang sesuai dengan tujuan
instruksional khusus
4. Merinci bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu
5. Menyiapkan table spesifikasi
9
6. Menggunakan table spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes20
Untuk dapat merumuskan tujuan tes dengan baik, seorang guru atau
pengajar perlu memikirkan apa tipe dan fungsi tes yang akan disusunnya sehingga
selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan
dibuatnya. Perlu diketahui bahwa tes itu mempunyai beberapa fungsi, bergantung
pada tipe atau kegunaannya. Diagram di bawah ini menunjukkan apa tipe dan
fungsi tes serta bagaimana ciri-ciri soalnya.
Tabel 4.1. Ciri-ciri dari Empat Tipe Achievement Test
Tipe Tes Fungsi Tes Konsiderasi Sampel Ciri-ciri
Placement
Mengukur
prerekuisit entry
skills
Menentukan entry
formance tentang
tujuan pelajaran
Mencakup tiap-tiap
prerekuisit entry
behavior
Memilih sampel yang
mewakili tujuan
pelajaran
Items mudah dan
criterion-
referenced
Items memiliki
range kesukaran
yang luas dan
norm-referenced
Formatif
Sebagai balikan
bagi siswa + guru
tentang kemajuan
belajar
Jika mungkin,
mencakup semua unit
tujuan (yang esensial)
Items memadukan
kesukaran unit
tujuan dan
criterion-
referenced
Diagnostik
Menentukan
kasulitan belajar
yang sering muncul
Mencakup sampel
tugas-tugas yang
berdasarkan sumber-
sumber kesalahan
belajar yang umum
Items mudah dan
digunakan untuk
menunjuk sebab-
sebab kesalahan
yang spesifik
Sumatif Menentukan
kenaikan
Memilih sampel
tujuan-tujuan
Items memiliki
range kesukaran
20 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal .286.
10
tingkat/kelas atau
kelulusan pada
akhir program
pengajaran
pelajaran yang
representatif
yang luas dan
norm-referenced
Hakikat evaluasi dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan hanya
siswa, tetapi juga system pengajarannya. Karena itu, dalam proses belajar
mengajar terdiri dari rangkaian tes yang dimulai dari tes awal untuk mengatahui
mutu atau isi pelajaran apa yang sudah diketahui oleh siswa dan apa yang belum,
terhadap rencana pembelajaran yang diajarkan.
Ada empat cara untuk menilai tes, yaitu:
a. Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat
diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf
kesukaran dan lain-lain keadaan soal tersebut
b. Mengadakan analisis soal (terms analysis). Analisis soal adalah suatu
prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang
sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun. Faedah mengadakan analisis
soal yaitu membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek,
memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan
soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut, dan memperoleh gambaran secara
selintas tentang keadaan yang kita susun.
c. Mengadakan checking validitas.
d. Mengadakan checking realiabilitas.21
b. Fungsi tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu :
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai
21 H.M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2004), hal. 177-179
11
oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang
telah ditentukan, telah dapat dicapai.22
Agar tes sesuai dengan fungsinya, maka sebelumnya penyusun tes harus
mengetahui bagaimana ciri-ciri hasil tes belajar yang baik. Setidak-tidaknya ada
empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes
tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu :
a. Bersifat valid atau memiliki validitas. Kata “valid” sering diartikan dengan;
tepat, benar, shahih, absah; jadi kata validitas dapat diartikan dengan
ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan dan tes hasil belajar dapat
dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat pengukur
keberhasilan belajar peserta didik) secara tepat, benar, shahih, atau absah
telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai
oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
b. Bersifat reliable. Kata “reliabilitas” sering diterjemahkan dengan keajegan
(=stability) atau kemantapan (=consistency). Apabila istilah tersebut dikaitkan
dengan fungsi tes sebagai alat pengukur mengenai keberhasilan belajar
peserta didik, maka sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliable apabila
hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut
secara berulang kali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan
hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu
ujian dikatakan telah memiliki reliabilitas (=daya keajegan mengukur) apabila
skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan
ujiannya, adalah stabil, kapan saja, dimaa saja, dan oleh siapa saja ujian itu
dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.
c. Bersifat obyektif. Dalam hubungan ini sebuah tes hasil belajar dapat
dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif, apabila tes hasil belajar 22 Anas Sudjiono. Op.cit. hal. 67
12
tersebut disusun dan dilaksanakan “menurut apa adanya”. Ditinjau dari segi
isi atau topik tesnya, maka istilah “apa adanya” itu mengandung pengertian
bahwa topik tes tersebut adalah diambilkan atau bersumber dari topik atau
bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan indikator
yang telah ditentukan. Bahan pelajaran yang telah diberikan atau
diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik itulah yang dijadikan acuan
dalam pembuatan atau penyusunan tes hasil belajar tersebut. Ditilik dari segi
pemberian skor dan penentuan nilai hasil tesnya, maka dengan istilah “apa
adanya” itu terkandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor
dan penentuan nilainya terhindar dari unsur-unsur subyektifitas yang melekat
pada diri penyusun tes.
d. Bersifat praktis (practicability) dan ekonomis. Bersifat praktis mengandung
pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah,
karena tes itu : (a) bersifat sederhana, dalam arti tidak memerlukan peralatan
yang banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya ; (b) lengkap, dalam arti
bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk mengenai cara
mengerjakannya, kunci jawabannya dan pedoman scoring serta penentuan
nilainya. Bersifat ekonomis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar
tersebut tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga
serta biaya yang banyak.23
Setelah mengetahui bagaimana ciri-ciri tes yang baik, penyusun tes harus
mengetahui bagaimana teknik penyusunan kisi-kisi dan naskah soal yang akan
diujikan.
Sebagaimana tertuang dalam Pasal 63 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005, standar penilaian adalah standar penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil belajar ini dilakukan
secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan kenaikan
kelas. Penilaian yang menekankan pada proses ini bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik, yang digunakan sebagai bahan penyususnan 23 Ibid. hal. 93-97
13
laporan kemajuan belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Standar
penilaian ini memberikan dua hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam
melakukan penilaian, yaitu penilaian menekankan pada proses dan bukan output
semata, dan penilaian perlu dilakukan sesuai dengan standar isi dan standar
kompetensi lulusan yang terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
proses pembelajaran yang dilakukan.24Penilaian merupakan salah satu kegiatan
utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana
pengajar (guru ) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan
yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan
pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau
tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat
dinyatakan dengan nilai.25
Hasil penilaian digunakan untuk membuat suatu kebijakan atau keputusan,
misalnya, penilaian hasil belajar di sekolah digunakan untuk menentukan
keberhasilan peserta didik dalam menguasai berbagai kemampuan yang dirancang
berdasarkan kurikulum; penilaian suatu projek bermuara pada suatu kepetusan
mengenai keberhasilan mencapai tujuan yang dirancang sejak semula. Dengan
kata lain, pelaksanaan penilaian tidak bias lepas dari tujuan kegiatan yang dinilai.
Petugas penilai sebelum memulai merancang aktivitas penilaian selalu
memelukan informasi tentang tujuan kegiatan yang akan dinilai. Jadi untuk
melakukan penilaian prosedur pertama dan utama yang harus dikerjakan adalah
menentukan tujuan kegiatan dan tujuan sasaran yang akan dinilai. Prosedur
lainnya adalah penentuan alat ukur yang tepat, mengembangkan kisi-kisi,
pengumpulan data, pengolahan data, dan penulisan laporan. 26
24 Baedhowi, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan”Kebijakan Assesment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”, (Jakarta:Balitbang,2006), hal. 816-817 25 Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press,2006), hal.4. 26 Noehi Nasution. Evaluasi pembelajaran Kimia. (Jakarta: Univ.Terbuka, 2007). Hal. 1.47
14
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-
soal yang diperlukan oleh suatu tes atau ujian. Kisi-kisi atau Blueprint atau Tabel
of Spesification bermanfaat untuk menjamis sampel soal yang baik, dalam arti
mencakup semua kompetensi secara proporsional. Agar butir-butir tes mencakup
keseluruhan topik secara proporsional maka sebelum menulis butir-butir tes
terlebih dahulu harus dibuat kisi-kisi sebagai pedoman. Sebuah kisi-kisi memuat
jumlah butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal, untuk setiap kompetensi
atau setiap aspek kemampuan yang akan diukur.
Kriteria kisi-kisi yang baik, yaitu :
a. Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat
b. Komponennya banyak dan rinci
c. Komponennya jelas dan mudah dipahami
d. Dapat disusun soalnya
Kriteria pemilihan bahan ajar/topik asensial pada kisi-kisi :
a. Urgensi : yakni secara teoretis kompetensi tersebut merupakan konsep
dasar yang harus dikuasai oleh siswa
b. Kontinuitas : merupakan kelanjutan atau pendalaman dari konsep yang
sudah dipelajari sebelumnya
c. Relevansi : merupakan kompetensi yang terkait dengan pemahaman
terhadap bidang studi lain (kompetensi lintas)
d. Keterpakaian : memiliki nilai aplikasi yang tinggi dalam kehidupan sehari-
hari
Berdasarkan kisi-kisi dalam bentuk tabel spesifikasi yang tersedia, maka
dibuat butir-butir soal atau item-item tes. Banyaknya butir yang harus dibuat
untuk setiap bentuk soal, untuk setiap aspek kemampuan atau kompetensi yang
hendak diukur harus disesuaikan dengan yang tercantum dalam kisi-kisi.
Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal atau
item-item tes, yaitu :
a. Soal yang dibuat harus valid dalam arti mampu mengukur tercapai
tidaknya indikator kompetensi yang dirumuskan
15
b. Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu
kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi oleh kemampuan lain yang tidak
relevan. Oleh karena itu maka soal yang dibuat harus menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir atau tafsir ganda.
c. Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan
langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang sesungguhnya.
Untuk soal bentuk uraian, dari penyelesaian dengan langkah-langkah
lengkap tersebut dapat dikembangkan pedoman penilaian untuk setiap
soal.
d. Dalam membuat soal, hindari sejauh mungkin kesalahan-kesalahan ketik
betapapun kecilnya, karena hal itu akan mempengaruhi validitas.
e. Tetapkan sejak awal aspek kemampuan yang harus diukur untuk setiap
soal yang dibuat.
f. Berikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan jelas untuk setiap
bentuk soal dalam suatu tes.27
2. Soal
a. Kaidah Penulisan Soal
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus
memperhatikan kaidah penulisannya.28 Di bawah ini akan diuraikan kaidah
penulisan soal bentuk uraian dan pilihan ganda.
Adapun kaidah penulisan soal bentuk Pilihan ganda adalah sebagai berikut :
a. Soal harus sesuai dengan indikator
b. Pengecoh harus berfungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal
hanya mempunyai satu jawaban. Maksudnya kunci jawaban benar tidak lebih
dari satu atau kurang dari satu.
27 Ibid. hal. 93-97. 28 Safari. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Depdiknas,2005), hal. 48.
16
d. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
e. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
f. Pokok soal jangan memberi petunjuk kea rah jawaban yang benar
g. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negative ganda.
h. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi topik.
i. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama.
j. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “semua pilihan jawaban di
atas salah/benar”
k. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
l. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi.
m. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna
tidak pasti
n. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
o. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
p. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah
dimengerti warga belajar/siswa.
q. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
r. Pilihan jawaban jangan meengulaang kata/frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.29
Adapun kaidah penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut :
a. Soal harus sesuai dengan indikator
b. Setiap pertanyaan harus diberikan jawaban yang diharapkan
c. Topik yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran
d. Topik yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas
e. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai 29 Ibid. hal.55-67
17
f. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
g. Ada pedoman penskorannya
h. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan
terbaca
i. Rumusan kalimat soal harus komunikatif
j. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku)
k. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian
l. Tidak mempergunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
m. Tidak mengandung kata /ungkapan yang menyinggung perasaan siswa30
b. Soal yang Bermutu Baik
Bahan ujian atau soal yang bermutu baik dapat membantu para guru dalam
meningkatkan pelaksanaan proses belajar mengajar. Soal yang bermutu baik dapat
memberikan informasi dengan tepat tentang siswa mana yang belum atau sudah
memahami topik yang telah diajarkan. Salah satu ciri soal yang bermutu baik
adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan siswa. Semakin
tinggi kemampuan siswa dalam memahami topik yang telah diajarkan itu.
Semakin rendah kemampuan siswa dalam memahami topik yang telah diajarkan,
maka semakin kecil pula peluang menjawab benar suatu soal yang menanyakan
topik yang telah diajarkan.
Syarat soal yang bermutu baik adalah bahwa soal harus shahih (valid),
handal (reliable), dan adil (fairness). Shahih maksudnya bahwa setiap alat ukur
(butir-butir soalnya hanya mengukur satu dimensi/aspek saja. Handal maksudnya
bahwa setiap alat ukur (tes) harus dapat memberikan hasil pengukuran (skor/nilai)
yang tepat, cermat, dan ajek. Adil maksudnya bahwa alat ukur yang dipergunakan
berlaku sama bagi setiap peserta tes (tidak membeda-bedakan satu sama
lainnya).31
30 Ibid. hal.49-54 31 Ibid. hal.12
18
Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes perlu dilakukan analisis
butir soalnya karena kegunaan analisis butur soal diantaranya adalah:
a. Dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atau tes yang diterbitkan,
sangat relevan bagi penyusunan tes-tes informal dan local seperti kuis, ujian
yang disiapkan guru untuk siswa di kelas
b. Mendukung penullisan butir soal yang efektif
c. Secara topik dapat memperbaiki tes-tes di kelas
d. Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas32
c. Teknik Penulisan Soal
Ada beberapa langkah penting yang dapat dilakukan dalam penulisan soal, yaitu:
a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap
tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes
prestasi belajar, diagnostic, atau seleksi.
b. Memperhatikan standar kompetensinya. Standar merupakan acuan/target
utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi
dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
c. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan
keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan indikator/topik
penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah
indikator/topik yang diujikan harus urgensi (wajib dikuasai siswa),
kontinuitas (merupakan topik lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata
pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK).
Setelah menerapkan topik berdasarkan UKRK, langkah selanjutnya adalah
menentukan jenis tesnya dengan menanyakan apakah topik tersebut tepat
diujikan secara tertulis/lisan? Bila jawabannya tepat, maka topik yang
bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau
uraian? Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah jenis tes
32 Ibid. hal.15
19
perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product),
atau lainnya.
d. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya.
Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan
soal.33
d. Langkah-langkah Penyusunan Soal
Agar soal yang dipersiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan
ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka dalam mempersiapkannya harus
dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu:
a. menentukan tujuan tes
b. menentukan kompetensi/indikator sangat essensial yang akan diujikan
c. menentukan topik yang diujikan
d. menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, topik, dan bentuk
tesnya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian, tes praktik: kinerja,
penugasan, hasil karya, dan pengamatan sikap/minat)
e. menyusun kisi-kisinya
f. menulis butir soalnya
g. memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif
h. merakit soal menjadi perangkat tes
i. menyusun pedoman penskornya
j. uji coba butir soal
k. analisis butir soal secara kuantitatif dari data empiric hasil uji coba
l. perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.
e. Penyusunan Butir Soal yang Menuntut Penalaran Tinggi
33 Ibid. hal.18
20
Pada penulisan butir soal, penulis soal memilliki kecenderungan untuk
menulis butir-butir soal yang menuntut perilaku “ingatan”. Disamping mudah
penulisan soalnya, topik yang hendak ditanyakan juga mudah diperoleh dari buku
pelajaran. Untuk menuliskan butir soal yang menuntut penalaran tinggi, penulis
soal biasanya agak kesulitan dalam mengkreasinya. Disamping sulit menentukan
perilaku, juga uraian topik yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran
tinggi) tidak selalu tersedia didalam buku pelajaran, sehingga beberapa penulis
soal enggan menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi. Akibatnya siswa
di dalam kelas selalu dikondisikan dengan pola “ingatan”. Artinya siswa selalu
menerima contoh-contoh soal yang berpola ingatan, mengerjakan pekerjaan
rumah, tugas-tugas, ulangan harian, atau lainnya selalu hanya menuntut
berpikir”ingatan”. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat dijadikan
pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut penalaran
tinggi. Caranya adalah seperti berikut ini:
a. Topik yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman, penerapan,
sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan). Perilaku ingatan juga
diperlukan, namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum siswa
dapat memahami, menerapkan, menyintesiskan, menganalisis, dan
mengevaluasi topik yang diperoleh dari guru. Uraian tentang perilaku ini
dapat dilihat pada perilaku kognitif yang dikembangkan oleh Benjamin S.
Bloom.
b. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus). Agar butir soal yang
ditulis dapat menuntut penalaran tinggi, maka setiap butir soal selalu
diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan
seperti: teks bacaan, paragraph, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng,
puisi, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol, contoh,
peta film, atau suara yang direkam.
c. Mengukur kemampuan berpiir kritis. Ada 12 keterampilan berpikir kritis
yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal yang menuntut penalaran
tinggi, yaitu: membandingkan, hubungan sebab akibat, memberi alasan
21
(justifying), meringkas, menyimpulkan, berpendapat(inferring),
mengelompokkan, menciptakan, menerapkan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
d. Mengukur keterampilan pemecahan masalah. Ada 17 keterampilan
pemecahan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal yang
menuntut penalaran tinggi, yaitu: mengidentifikasi masalah, merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan, memahami kata dalam konteks,
mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai, memilih masalah sendiri,
mendeskripsikan berbagai strategi, mengidentifikasi asumsi, mendeskripsikan
masalah, member alas an masalah yang sulit, memberi alasan solusi, member
alas an strategi yang digunakan, memecahkan masalah berdasarkan data dan
masalah, membuat strategi lain, menggunakan analogi, menyelesaikan secara
terencana, mengevaluasi kualitas solusi, mengevaluasi strategi
sistematikanya.34
f. Perakitan Butir Soal
Merakit soal adalah menyusun soal yang siap pakai menjadi satu
perangkat/paket tes atau beberapa paket tes parallel. Dasar acuan dalam merakit
soal adalah tujuan tes dan kisi-kisinya. Untuk memudahkan pelaksanaannya, para
tutor/guru harus memperhatikan langkah-langkah perakitan soalnya. Pemeriksaan
terhadap jawaban warga belajar/siswa dan pemberian angka merupakan langkah
untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing warga balajar/siswa.
Pada prinsipnya, penskoran soal harus diusahakan agar dapat dilakukan secara
objektif. Artinya, apabila penskoran dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang
sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan skor atau angka yang sama, atau
jika orang yang sama mengulangi proses penskoran akan dihasilkan skor yang
sama. Agar para tutor/guru dapat merakit soal menjadi satu paket tes yang tepat,
maka para tutor/guru harus memperhatikan langkah-langkahnya seperti berikut
ini:
34 Ibid. hal.120-125
22
a. Mengelompokkan soal-soal yang mengukur kompetensi dan topik yang sama,
kemudian soal-soal itu ditempatkan dalam urutan yang sama.
b. Member nomor urut soal didasarkan pada nomor urut soal dalam kisi-kisi
c. Mengecek setiap soal dalam satu paket tes apakah soal-soalnya sudah bebas
dari kaidah “setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal
yang lain”
d. Membuat petunjuk umum dan khusus dalam mengerjakan soal
e. Membuat format lembar jawaban
f. Membuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiannya
g. Menentukan/menghitung penyebaran kunci jawaban (untuk bentuk
objektif)dengn menggunakan rumus berikut:
Penyebaran kunci jawaban = jumlah soal ± 3 Jumlah pilihan jawaban
h. Menentukan soal inti (ancor item) sebanyak 10 % dari jumlah soal dalam satu
paket
i. Menetukan besarnya bobot setiap soal (untuk soal bentuk uraian)
j. Menyusun tabel konversi skor35
3. Pengertian dan Tugas Utama Guru
Pendidikan sejak awal kelahirannya adalah merupakan proses
penyempurnaan manusia sebab pendidikan adalah proses memanusiakan manusia
dan berusaha mengangkat untuk mencapai derajat ketinggiannya secara total.36
Profesi guru tentu tidak terlepas dari kegiatan pengukuran dan penilaian
(mengukur, menakar, dan menimbang) kemampuan peserta didiknya. Seperti
halnya pedagang, guru juga sudah selayaknya menyimak peringatan Allah dalam
Al-Qur’an QS. Al-Isra’ (17) ayat 35 berikut ini :
35 Ibid. hal.131-132 36 Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta:Pustaka Harapan,1995), hal. 32-33
23
Artinya: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan
timbanglah dengan neraca yang benar, itulah yang lebih utama bagimu dan lebih
baik akibatnya”
Mengingat betapa pentingnya kegiatan mengukur dan menilai kompetensi
peserta didik, maka sudah seharusnya setiap guru memiliki pengetahuan tentang
konsep dasar penilaian serta keterampilan mengaplikasikannya dalam kegiatan
pembelajaran. Kenyataan yang terjadi selama ini, masih banyak guru yang belum
dapat menampakkan kemampuan tersebut, terlebih lagi dalam menilai kompetensi
pada ketiga ranah.37. Sementara, ranah kognitifnya saja pun belum dapat
dilaksanakan dengan sempurna.
Guru adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Dalam pendidikan formal, guru bahkan menjadi syarat mutlak bagi
berlangsungnya proses pendidikan. Guru dalam masyarakat kita dianggap sebagai
manusia sumber dan guru adalah inti dari setiap proses pendidikan.38Guru sebagai
pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di
luar sekolah.
Pada zaman sekarang ini, pengertian tentang guru sebagai manusia sumber
sebenarnya sudah tidak diakui, karena sumber belajar pada saat ini tidak hanya
dominan pada guru. Akan tetapi, pendidikan berisikan komponen-komponen
terkait yang apabila kehilangan salah satu komponennya, pendidikan tidak dapat
berjalan dengan sempurna. Walau demikian, guru masih tetap eksis sebagai
sumber belajar di daerah-daerah pelosok yang tidak memiliki keragaman sumber
belajar.
Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu oleh
unsure lain seperti oleh media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Mendidik
adalah pekerjaan professional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama
pendidikan merupakan pendidik professional. Sebagai pendidik professional, guru
37 Ahmad Sofyan, dkk. Op.cit. hal 2 38 Hadi Supeno, Op.Cit. . hal. 43
24
bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan professional.39
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas
tiga dimensi umum kemampuan, yaitu:
a. Kemampuan professional, yang mencakup: penguasaan topik pelajaran,
penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, dan
penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
b. Kemampuan social, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan
kerja dan lingkungan sekitar
c. Kemampuan personal, yang mencakup: penampilan sikap yang positif
terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan
situasi pendidikan; pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai
yang seyogianya dimiliki guru; dan penampilan upaya untuk menjadikan
dirinya sebagai anutan dan teladan bagi para siswanya.40
Lebih lanjut Depdikbud (1980) merinci ketiga kelompok kemampuan
tersebut menjadi 10 kemampuan dasar, yaitu:
a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya
b. Pengelolaan program belajar-mengajar
c. Pengelolaan kelas
d. Penggunaan media dan sumber pembelajaran
e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan
f. Pengelolaan interaksi belajar-mengajar
g. Penilaian prestasi siswa
h. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah
j. Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan
untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.41
39 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 191 40 Ibid. hal 192 41 Ibid. hal193
25
Guru pada umumnya mengharapkan agar murid-murid mempelajari apa
yang diajarkan dan ditugaskannya. Guru yang baik adalah guru yang dapat
memelihara disiplin dalam kelasnya dan peran guru sangat mempengaruhi
kelakuannya.
Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan
penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah
pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional, guru berperan sebagai mitra
belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru lebih berperan sebagai
pengarah, pendorong dan pembimbing.42
Kewajiban yang harus diperhatikan oleh guru menurut pendapat Imam
Gozali, yaitu :
a. Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memperlakukan
mereka seperti perlakuan anak sendiri.
b. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terimakasih, tetapi
bermaksud dengan mengajar itu mencari keridhoan Allah dan
mendekatkan diri kepada-Nya.
c. Berikanlah nasehat kepada murid pada setiap kesempatan bahkan
gunakanlah setiap kesempatan untuk menasehati dan menunjukinya.
d. Mencegah murid dari sesuatu akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran
jika mungkin dan jangan dengan cara terus terang dalam arti dengan jalan
halus dan jangan mencela.
e. Perhatikan tingkat akal pikiran anak murid dan berbicara dengan mereka
menurut kadar akalnya.
f. Jangan ditimbulkan rasa benci pada diri murid dengan mengenai suatu
cabang ilmu yang lain.
g. Berikan pelajaran yang jelas dan pantas untuk murid yang masih dibawah
umur.
h. Guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlain kata dengan
perbuatannya. 42 Ibid. hal 194
26
Rasulullah SAW. Bersabda :
ŃɆŁǹ łȼŁȶƋȲŁȝŁȿ LjȷǓŃȀNJȪǐȱǟ ŁȴƋȲŁȞŁǩ ŃȸŁȵ ŃȴNJȭłȀ)ȴȲȆȵ Ȼǟȿǿ (
Artinya : “Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Muslim)
Keutamaan profesi guru sangatlah besar sehingga Allah SWT. Menjadikannya
sebagai tugas yang diemban Rasulullah SAW, sebagaimana diisyaratkan lewat
firman-Nya :
Artinya : “Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam
kesesatan yang nyata “. (Q.S. Ali Imran : 164)
Dari gambaran ayat di atas, guru memiliki beberapa fungsi, di antaranya :
a. Fungsi penyucian : artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih
diri, pemeliharaan diri, pengembang, serta pemelihara fitnah manusia.
27
b. Fungsi pengajaran : artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai
ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka
menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah mengetahui tentang siapa guru, apa tugas dan kewajibannya, serta
bagaimana keutamaan profesinya, didapatlah sebuah pernyataan bahwa menjadi
seorang guru ternyata tidak sebatas menjelaskan dan mengevaluasi mata
pelajaran, tetapi juga unsur mendidiknya yang harus ditekankan. Menjadi guru
pun harus profesional dalam segala hal.
Dikarenakan pekerjaan guru adalah pekerjaan professional maka untuk
menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya
ialah :
1. Harus memiliki bakat sebagai guru
2. Harus memiliki keahlian sebagai guru
3. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
4. Memiliki mental yang sehat
5. Berbadan sehat
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
8. Guru adalah seorang warga Negara yang baik43
Setiap guru professional harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam
spesialisasinya. Penguasaan pengetahuan baik ilmu-ilmu keguruan pada umumnya dan
didaktik pada khususnya merupakan syarat yang penting disamping keterampilan-
keterampilan lainnya. Oleh sebab dia berkewajiban menyampaikan pengetahuan,
pengertian, keterampilan dan lain-lain kepada peserta didiknya.
Dengan kehadiran kompetensi dalam kurikulum, tugas utama guru dalam
mengajar bukan hanya menuntaskan semua topik pelajaran dan mengajarkan topik
43 Departemen Agama RI. Wawasan dan Tugas Guru. (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam,2005). Hal .66.
28
kesukaan guru, tetapi sekarang adalah memaksimalkan kemampuan siswa
terhadap topik yang diajarkan agar tercapai target kompetensinya secara tuntas.
Topik yang diajarkan harus berdasarkan indikator/topik yang urgensi, kontinuitas,
relevansi, dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Oleh
karena itu, tugas utama guru dalam proses belajar mengajar adalah:
a. menyusun silabus
b. menetapkan model pembelajaran
c. menyusun rancangan pembelajaran
d. menyiapkan bahan ajar
e. menyiapkan sarana pembelajaran
f. melaksanakan proses belajar mengajar
adapun tugas utama guru dalam penilaian adalah:
a. menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM)
b. menetapkan model penilaian
c. menyiapkan perangkat alat ukur
d. melaksanakan penilaian
e. menganalisis hasil pencapaian kompetensi siswa
f. membuat laporan hasil belajar siswa44
Pengajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks, oleh
sebab banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat
didalamnya. Dikatakan sangat penting, sebab pengajaran adalah usaha
membentuk manusia yang baik. Kegagalan pengajaran dapat merusak satu
generasi masyarakat.
Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya
berhasil. Salah satu faktor yang bias membawa keberhasilan itu, ialah guru
tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya. Pada garis
besarnya, perencanaan mengajar berfungsi sebagai berikut :
1. Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah
dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan itu 44 Safari. Op.cit. hal.10
29
2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya
terhadap pencapaian tujuan pendidikan
3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan
prosedur yang digunakan.
4. Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik,
minat-minat peserta didik, dan mendorong motivasi belajar.
5. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar dengan
adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yang tepat dan
menghemat waktu
6. Para peserta didik akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh
mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka.
7. Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan
perkembangan profesionalnya.45
Dalam membuat rencana pembelajaran, ada guru yang membuat rencana
secara terperinci, tetapi da juga yang hanya menyusun rencana dalam garis
besarnya saja. Bentuk rencana ini menentukan nilai atau fungsi dari suatu rencana.
4. Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Benyamin S. Bloom
Bloom, seperti yang dikutip oleh Donald Clark, mengklasifikasikan
tujuan-tujuan pengajaran (Tujuan Instruksional) menjadi tiga aspek atau bidang
(domain), yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek
kognitif meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui
dan memecahkan masalah. Aspek afektif mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan
dengan sikap, nilai dan minat. Aspek psikomotor meliputi tujuan-tujuan yang
berhubungan dengan keterampilan manual dan motorik.46
45 Ibid. hal.85 46 Donald Clark, ISD Learning Activities, (www.nwlink.com,1999), p. 2
30
Ketiga aspek, memiliki hubungan yang kuat antara satu sama lain. Setiap
aspek mendukung aspek lainnya. Dalam satu situasi dan satu tujuan pengajaran,
salah satu aspek akan lebih penting dari yang lain.
Pada aspek kognitif, Bloom dan teorinya membagi enam tingkatan
pembelajaran, dari pengenalan atau daya ingat fakta yang sederhana, yang
merupakan tingkatan yang paling rendah, kemudian terus meningkat menjadi
lebih rumit ke yang paling tinggi seperti evaluasi.
Aspek kognitif berkaitan dengan aspek pengetahuan, pemikiran,
penalaran, pemecahan masalah, dan sebagainya. Hakikat kemampuan belajar
kognitif sebagaimana diungkapkan oleh Mulyati, Bloom menyusun taraf
kompetensi kognitif kedalam enam jenjang atau tingkatan yang paling sukar, yaitu
sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
a. Pengetahuan
Yang dimaksud dengan pengetahuan hafalan atau yang dikatakan
Bloom dengan istilah knowledge ialah tingkat kemampuan yang hanya
meminta responden atau testee untuk mengenal atau mengetahui adanya
konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai,
atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut
untuk menyebutkan kembali (recall) atau menghafal saja.47
Pengetahuan yang dimaksudkan sebagai ingatan terhadap topik atau
bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Ini mencakup segala hal dari
faktor yang sangat khusus sampai kepada teori yang kompleks. Termasuk
pula pengetahuan yang sifatnya faktual, disamping pengetahuan yang
berhubungan dengan hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan,
peristilahan, pasal, hukum, dan rumus. Pada jenjang pengetahuan ini,
penekanannya adalah pada proses psikologi ingatan.
Dibandingkan dengan tipe hasil belajar atau tingkat kemampuan
berpikir lainnya, tipe pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling
rendah. Meskipun demikian, pengetahuan yang lebih tinggi. Disesuaikan 47 Ngalim Purwanto. Op.cit. hal. 44
31
dengan perkembangan tingkat kemampuan berpikir siswa, soal-soal tes yang
banyak menuntut pengetahuan hafalan hanya cocok untuk murid-murid SD
kelas-kelas rendah. Untuk kelas-kelas yang lebih tinggi, seperti kelas V dan
VI SD, siswa-siswa SMP dan SMA, dan untuk para mahasiswa, proporsi
jumlah soal yang mengungkapkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi
harus semakin besar. Rumusan tujuan instruksional khusus yang mengukur
jenjang penguasaan yang bersifat ingatan biasanya menggunakan kata kerja
operasional, antara lain: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat
kembali, mendefinisikan.48
b. Pemahaman
Yang dimaksud dengan pemahaman atau komprehensi adalah tingkat
kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep,
situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, testee tidak hanya hafal
secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang
ditanyakan.49
Pemahaman adalah memahami atau mengerti tentang apa yang
dipelajari serta dapat melihatnya dari beberapa segi. Kemampauan
pemahaman ini umumnya mendapat penekanan proses belajar mengajar.
Siswa dituntut mengerti atau memahami apa yang diajarkan, mengetahui apa
yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa
keharusan menghubungkannya dengan topik lain atau melihatnya didalam
implikasi selengkapnya.
Pengetahuan komprehensi dapat dibedakan dalam tiga tingkatan,
yaitu:
1. Pengetahuan komprehensi terjemahan seperti dapat menjelaskan arti
Bhineka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu
tanaman
2. Pengetahuan komprehensi penafsiran seperti dapat menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat
48 Ibid. hal.44 49 Ibid.
32
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau dapat
membedakan yang pokok dari yang bukan pokok
3. Pengetahuan komprehensi ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi seseorang
diharapkan mampu melihat di balik yang tertulis, atau dapat membuat
ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat memperluas persepsinya
dalam arti waktu, dimensi, kasus, dan masalahnya.50
Kata kerja operasional yang biasa dipakai dalam rumusan tujuan
instruksional khusus untuk jenjang pemahaman, diantaranya : membedakan,
mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan,
menjelaskan, mendemonstrasikan, member contoh, memperkirakan,
menentukan, mengambil kesimpulan.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan.
Penerapan ini dapat berupa penerapan konsep, prinsip-prinsip, rumus, teori,
dan metode. Dalam tingkat aplikasi, testee atau responden dituntut
kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah
diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain,
aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus.
Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.51
Siswa dituntut untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-
metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.
Situasi dimana ide, metode, dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena
apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan
tetapi ingatan semata-mata.
Kata kerja operasional untuk rumusan tujuan instruksional khusus
tingkat penguasaan aplikasi, antara lain : menggunakan, menerapkan,
menggeneralisasikan, menghubungkan, memilih, mengembangkan,
mengorganisasi, menyusun, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
Pengetahuan aplikasi lebih tepat dan lebih mudah diukur dengan tes yang 50 Ibid. 51 Ibid. hal 45
33
berbentuk uraian (essay test) daripada dengan tes objektif. Bloom
membedakan delapan tipe alpikasi sebagai berikut:
1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai untuk situasi
yang baru dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan
untuk dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat
menetapkan prinsip yang sesuai.
2. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip
atau generalisasi mana yang sesuai.
3. Dapat memberikan spesifikasi batas relevansi suatu prinsip atau
generalisasi mana yang sesuai.
4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang menyimpang dari prinsip atau
generalisasi tertentu
5. Dapat menjelaskan suatu fenomena baru berdasarkan prinsip atau
generalisasi tertentu seperti melihat adanya hubungan sebab-akibat atau
menjelaskan proses terjadinya sesuatu.
6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip-prinsip
atau generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan
dapat ditunjukkan, mungkin berdasarkan perubahan kuantitatif atau
perubahan kualitatif.
7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi
situasi baru dengan menggunakan prinsip atau generalisasi yang sesuai.
8. Dapat menjelaskan alasan penggunaan suatu prinsip atau generalisasi bagi
situasi baru yang dihadapi.52
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk dapat menguraikan atau merinci
suatu bahan atau keadaan kedalam bagian-bagian yang lebih kecil
52 Ibid.
34
(komponen) atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami
hubungan antar komponen-komponen tersebut dalam organisasi. Tingkat
kemampuan analisis, yaitu tingkat kemampuan testee untuk menganalisis atau
menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-
komponen atau unsure-unsur pembentuknya. Pada tingkat analisis, testee
diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-milahnya menjadi
bagian-bagian. Hal ini dapat berupa kemampuan untuk memahami dan
menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu,
atau mungkin juga sistematikanya.53
Jenjang kemampuan ini menuntut seorang siswa untuk dapat menguraikan
suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-
komponen pembentuknya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut
menjadi lebih jelas.54 Kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan
instruksional khusus jenjang analisi, antara lain: membedakan, menemukan,
mengklasifikasikan, mengategorikan, menganalisis, membandingkan,
mengadakan pemisahan. Jika analisis telah dikuasai, yang bersangkutan akan
dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. Untuk membuat
soal tes tentang kecakapan analisis, penyususn tes perlu mengenal berbagai
kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis seperti berikut:
1. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pernyataan-
pernyataan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu
2. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara
jelas
3. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implicit atau yang
perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya
4. Dapat mengetengahkan pola atau tata susunan materi dengan
menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan keruntutan atau
sekuensi.
53 Ibid. hal. 46 54 David R. Krathwohl (ed)..et al., A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesing, (New York:Longman Group Limited,2001) Rev, hal. 79
35
5. Dapat mengenal organisasi prinsip-prinsip atau organisasi pola-pola dari
materi yang dihadapinya
6. Dapat meramalkan dasar sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan
dari materi yang dihadapinya.
e. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan memadukan unsur-unsur atau komponen-
komponen secara logis menjadi suatu bentuk atau pola yang baru secara
keseluruhan. Dalam pengertian lain, yang dimaksud dengan sintesis ialah
penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang
menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat
menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan
abstraksinya yang berupa integritas. Tanpa kemampuan sintesis yang tinggi,
seseorang hanya akan melihat unit-unit atau bagian-bagian secara terpisah
tanpa arti. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan
orang lebih kreatif. Dan berpikir kreatif ini merupakan salah satu hasil yang
dicapai dalam pendidikan.55
Pada jenjang ini seorang siswa dituntut untuk dapat menghasilkan
sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
Untuk merumuskan tujuan instruksional khusus tingkat penguasaan sintesis
digunakan kata kerja operasional, antara lain: menghubungkan,
menghasilkan, mengkhususkan, mengembangkan, menggabungkan,
mengorganisasi, menyintesis, mengklasifikasikan, menyimpulkan.
Kemampuan berpikir sintesis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe,
yaitu:
1. Kemampuan menemukan hubungan yang unik. Dengan suatu pandangan
yang unik, seseorang dapat menemukan hubungan unit-unit yang tak
berarti menjadi suatu integritas yang berarti dengan menambahkan suatu
unsure tertentu. Termasuk dalam tipe ini ialah kemampuan
mengkomunikasikan gagasan, perasaan, atau pengalamannya dalam
bentuk tulisan, gambar, symbol ilmiah, atau lainnya. 55 Ngalim Purwanto. Op.cit. hal. 46
36
2. Kemampuan menyusun suatu rencana atau langkah-langkah operasional
dari suatu tugas atau masalah yang diketengahkan.
3. Kemampuan mengabstraksi sejumlah besar fenomena, data, atau hasil
observasi, menjadi teori, proporsi, hipotesis, skema, model, atau bentuk-
bentuk lainnya.56
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan jenjang tertinggi dalam daerah kognitif, karena
melibatkan seluruh aspek di atas. Misalnya kemampuan menentukan
keputusan yang benar dan tepat dari masalah yang dihadapi. Dengan
kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang
suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasannya,
cara bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya.57
Bentuk evaluasi berdasarkan kriteria internal dapat berupa mengukur
probabilitas suatu kejadian; menerapkan kriteria tertentu pada hasil suatu
karya; mengenal ketepatan, kesempurnaan, dan relevansi data; membedakan
valid tidaknya generalisasi, argumentasi, dan semacamnya; mengetahui
adanya pengulangan yang tidak perlu. Bentuk evaluasi yang mendasarkan
kriteria eksternal, antara lain: mengembangkan standar sendiri tentang
kualitas karyaa kontemporer; membandingkan suatu karya dengan karya lain
yang berstandar tinggi; memperbandingkan berbagai teori, generalisasi, dan
fakta suatu budaya.58
Pada tahap ini siswa dituntut kesanggupannya dalam menilai suatu situasi,
keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.59
Kata kerja operasional yang biasanya dipakai untuk merumuskan tujuan
instruksional khusus jenjang evaluasi, diantaranya: menafsirkan, menilai,
menentukan, mempertimbangkan, membandingkan, melakukan, memutuskan,
56 Ibid. hal 46-47 57 Ibid. 58 Ibid. 59David R. Krathwohl (ed)..et al.,op.cit. hal. 84
37
mengargumentasikan, menaksir. Kemampuan evaluasi dapat diklasifikasikan
menjadi enam tipe seperti berikut:
1. Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen
(ketepatan internal, internal accuracy)
2. Dapat memberikan evaluasi tentang keajegan dalam memberikan
argumentasi, evidensi dan kesimpulannya, logika dan organisasinya
(keajegan internal)
3. Dapat memahami nilai serta sudut pandangan yang dipakai orang dalam
mengambil suatu keputusan (kriteria internal)
4. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan karya
lain yang relevan (kriteria eksternal)
5. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah
ditetapkan (kriteria eksternal)
6. Dapat memberikan evaluasi suatu karya dengan menggunakan sejumlah
kriteria yang eksplisit.60
Demikian uraian tentang tingkat-tingkat kemampuan kognitif menurut
Bloom yang sangat diperlukan bagi para guru dalam usaha menyusun tes-tes hasil
belajar yang lebih mengacu kepada tujuan pendidikan.
Dalam pembelajaran Biologi, perbedaan siswa perlu mendapat perhatian
guru. Setiap siswa di kelas sebenarnya merupakan pribadi yang unik. Sedekat
apapun hubungan keluarga tetap memiliki berbagai perbedaan, baik dalam hal
minat, sikap, motivasi, kemampuan dalam menyerap suatu informasi, gaya
belajar, dan sebagainya. Semua faktor siswa tersebut idealnya turut menjadi
perhatian guru dalam perencanaan dan pelaksanaan KBM. Salah satu faktor siswa
yang juga penting untuk diperhatikan guru adalah kognitif. Gaya kognitif
berhubungan dengan cara penerimaan dan pemprosesan informasi seseorang.
Gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam menerima dan mengorganisasi
informasi, kecenderungan perseorangan dalam melakukan pemprosesan
60 Ngalim Purwanto. Op.cit. hal. 47-48
38
informasi, dan gaya kognitif mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran.
Tahap perkembangan kognitif adalah suatu tahapan perkembangan tertentu
yang harus dilalui individu sejak lahir sampai dewasa. Ada empat tahapan
perkembangan kognitif yang akan dilalui individu, yaitu tahap sensori motor
dengan perkiraan umur 0-2 tahun, tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun), tahap
operasional konkret (7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional (11 atau 12 tahun
ke atas).
5. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang
akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah
seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan)
diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP
harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang
matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi
lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan
profesinya. 61
Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana pembelajaran
berbasis kompetensi melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru yang
akan melaksanakan pembelajaran di kelas yang berisi skenario tentang apa yang
akan dilakukan siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya. Secara teknis
rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen berikut:
1. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar.
2. Tujuan pembelajaran.
3. Materi pembelajaran.
4. Pendekatan dan metode pembelajaran.
61 Umar Al-Fath, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dapat diakses di
http://umarstain.blogspot.com/2009/10/perencanaan-pembelajaran.html
39
5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
6. Alat dan sumber belajar.
7. Evaluasi pembelajaran.
Berbeda dengan rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh paham
objektivis yang menekankan rincian dan kejelasan tujuan, rencana pembelajaran
kontekstual yang dikembangkan oleh paham konstruktivis menekankan pada
tahap-tahap kegiatan (yang mencerminkan proses pembelajaran) siswa dan media
atau sumber pembelajaran yang dipakai. Dengan demikian, rumusan tujuan yang
spesifik bukan menjadi prioritas dalam penyusunan rencana pembelajaran
kontekstual karena yang akan dicapai lebih pada kemajuan proses belajarnya.
Langkah yang patut dilakukan guru dalam penyusunan RPP adalah sebagai
berikut:
1. Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan
dalam pembelajaran.
2. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
unit tersebut.
3. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
4. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
tersebut.
5. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pem¬belajaran tersebut.
6. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
7. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan
tujuan pembelajaran.
8. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan
rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
9. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2
(dua) jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari
40
satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan
tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/ jenis materi pembelajaran.
10. Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.
11. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang
akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk
tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu
penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal
tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan/atau kunci jawabannya.
Jika penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-
masingnya.62
6. Hakikat Biologi
Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang dapat
diartikan sebagai kumpulan pengetahuan mengenai gejala alam yang menyangkut
makhluk hidup. Biologi sebagai ilmu dasar berupaya mengungkapkan fenomena
alam dalam memahami dan memanfaatkan keanekaragaman dan kemampuan
hayati, serta meningkatkan produktivitasnya dalam upaya memenuhi keperluan
dasar manusia dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Disamping itu,
dapat berkembangnya kuman kebal antibiotic jika pemakaian antibiotic tidak tepat
dan munculnya sifat alkoholisme pada masyarakat.63
Hakikat belajar ilmu pengetahuan alam berarti belajar untuk lebih
mengenal kehidupan sebenarnya di lingkungan, mengembangkan teknologi yang
berkaitan dengan kebutuhan manusia. Dalam pelajaran biologi yang dipelajari
tidak hanya berupa fakta-fakta yang ada saja tetapi juga berupa prinsip dan konsep
yang merupakan gabungan dari fakta yang semua itu harus benar-benar dapat
dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar
62 Ibid. 63 Djoko Arisworo dan Yusa, Op.cit. hal. 129
41
pemahaman siswa terhadap fakta-fakta, prinsip, dan konsep dalam pelajaran
biologi, guru harus mengukurnya dengan membuat tes sendiri.
7. Bioteknologi Sebagai Salah Satu Cabang Ilmu Biologi
Bioteknologi adalah suatu cara manusia untuk menghasilkan suatu produk
atau jasa menggunakan makhluk hidup atau bagiannya. Pemanfaatan
mikroorganisme untuk mengubah bahan baku menjadi suatu produk atau jasa
merupakan salah satu contoh penerapan bioteknologi.64 Bioteknologi merupakan
salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang pemanfaatan teknologi
terhadap makhluk hidup untuk lebih meningkatkan potensinya.
Tujuan bioteknologi antara lain :
a. Pengembangan pemanfaatan bioteknologi
b. Pengembangan proses biologi dalam bidang industri secara besar-besaran.
Bidang ilmu yang sangat berkaitan dengan bioteknologi yaitu biologi sel,
biokimia, fisiologi, mikrobiologi, genetika molekuler, biorekayasa.
Terdapat dua teknik yang diterapkan dalam bioteknologi, yaitu :
a. Bioteknologi Konvensional, yaitu bioteknologi yang dalam prosesnya
memanfaatkan jasa mikroorganisme. Bioteknologi konvensional
menggunakan metode fermentasi seperti pembuatan tempe, kecap,
yoghurt, tape, dan lain-lain.
b. Bioteknologi Modern, yaitu bioteknologi yang dalam prosesnya
melibatkan manipulasi susunan gen dalam kromosom organisme. Oleh
karena itu, bioteknologi modern juga dikenal dengan istilah rekayasa
genetika. Dalam rekayasa genetika terdapat tiga prinsip dasar yaitu : DNA
Rekombinan(melibatkan bakteri atau virus sebagai perantara) dengan
tahapan pertama mangisolasi DNA, kedua Transplantasi gen/DNA, dan
yang terakhir memasukkan DNA ke dalam sel hidup, Fusi Protoplasma
(penggabungan dua sel dari jaringan yang sama atau dua sel dari
organisme yang berbeda dalam suatu medan listrik, prinsip ini dapat
dilakukan pada sel hewan maupun sel tumbuhan), dan kultur jaringan. 64 Ibid. hal. 120
42
Contoh-contoh produk hasil bioteknologi, yaitu :
a. Bioteknologi dalam bidang pangan diantaranya yaitu : tempe dengan
bantuan jamur Rhizopus oryzae, tapai ketan dengan bantuan
Sacharomyces, yoghurt dengan bantuan Lactobacillus bulgaricus dan
streptococcus thermophillus, Nata de coco dengan bantuan Acetobacter
xylinum, keju dengan bantuan Penicillium camemberti.
b. Bioteknologi dalam bidang pertanian diantaranya yaitu : biopestisida,
biofertilizer, kultur jaringan.
c. Bioteknologi dalam bidang pertambangan diantaranya yaitu bakteri
Thiobacillus ferooxidans yang digunakan untuk melepaskan tambang dari
bijihnya. Mikroorganisme ini juga dapat digunakan untuk mengekstrak
mineral dan bijih yang berkadar rendah.
d. Bioteknologi dalam bidang kesehatan diantaranya yaitu pembuatan
antibiotic, interferon, antibody monoclonal, dan pembuatan insulin.
e. Bioteknologi dalam bidang lingkungan diantaranya yaitu pemanfaatan
mikroorganisme untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan
biogas.
Selain mendatangkan kesejahteraan manusia, bioteknologi juga
menimbulkan berbagai dampak. Dampak tersebut terutama berupa dampak
terhadap lingkungan, dampak dibidang social ekonomi, dan dampak terhadap
kesehatan. Dampak terhadap lingkungan dapat positif maupun negative.
Penemuan tumbuhan yang tahan serangga membuat lingkungan terbebas dari
dampak pestisida. Akan tetapi penanaman tanaman transgenic secara massal
dikhawatirkan mengganggu ekosistem. Dampak negative bioteknologi dalam
bidang social ekonomi yaitu munculnya kecemburuan terhadap penanam modal
besar yang memperoleh tanaman transgenic kualitas unggul, tetapi petani makin
terpuruk karena tidak mendapatkannya. Adapun dampak terhadap kesehatan yaitu
ditemukannya orang-orang yang alergi terhadap penggunaan insulin transgenik.
Dampak lain yang ditimbulkan dari penerapan bioteknologi yaitu
kebiasaan minum-minuman beralkohol yang tidak terkendali sampai melebihi
takaran atau di luar batas kebiasaan pergaulan dalam masyarakat yand disebut
43
alkoholisme. Alkoholisme merupakan penyakit kronis dengan gejala kelainan
tingkah laku. Selain itu, dampak negative dari produk bioteknologi adalah
pemakaian antibiotic yang tidak tepat. Antibiotic adalah suatu zat yang dihasilkan
oleh mikroorganisme, berfungsi membunuh bakteri patogendi dalam tubuh. Satu
jenis antibiotic hanya dapat menyembuhkan satu jenis penyakit tertentu yang
disebabkan bakteri tertentu. Antibiotic harus digunakan sampai habis, walaupun
sudah tidak merasa sakit. Hal ini bertujuan agar bakteri yang menginfeksi
penyakit tersebut dapat dimatikan sampai tuntas. Menghentikan pemakaian
antibiotic sebelum waktunya, dapat menyebabkan bakteri berkembang biak lagi.
Pemakaian antibiotic yang tidak sesuai dengan aturan dapat menyebabkan bakteri
menjadi kebal. Akibatnya, antibiotic tersebut tidak mampu lagi membunuh
bakteri, sehingga muncullah istilah yang disebut kuman kebal antibiotik.65
B. Kerangka Berpikir
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya, belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subjek yang menerima pelajaran (peserta didik), sedangkan mengajar menunjuk
pada apa yang harus dilakukan oleh guru.
Perlakuan siswa di dalam kelas merupakan tanggung jawab guru selaku
pembimbing di sekolah. Guru adalah sosok yang dapat merubah pola pikir siswa
pada suatu pelajaran tertentu. Perkembangan dari apa yang telah diubah pun tidak
boleh diabaikan begitu saja. Semua perkembangan itu harus diukur agar
perkembangan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan pada tujuan awalnya.
Pengukuran yang dilakukan guru dalam mengetahui perkembangan pola
pikir siswa dilakukan dengan membuat tes sendiri, karena hanya gurulah yang
dapat mengetahui seberapa banyak topik yang telah dipelajari, tidak tes yang
terdapat pada buku sumber.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka soal tes buatan guru biologi MTs
Negeri di Jakarta Selatan dianalisis berdasarkan aspek kognitif taksonomi Bloom
65 Djoko Arisworo dan Yusa. Op.cit. hal. 129-130
44
serta kesesuaiannya dengan rencana pembelajaran dan silabus yang telah dibuat
oleh guru.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
45
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di MTs Negeri se-Jakarta Selatan yang berjumlah
tujuh MTs Negeri, yaitu: MTsN 1 Pela-Mampang, MTsN 2 Ciganjur-Jagakarsa,
MTsN 3 Pd. Pinang- Kebayoran Lama, MTsN 4 Srengseng Sawah-Jagakarsa,
MTsN 13 Petukangan Utara-Pesanggrahan, MTsN 19 Cilandak-Pd. Labu, dan
MTsN 23 Pejaten Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap
tahun pelajaran 2008/2009.
B. Metode Penelitian
M. Mochtar mendefinisikan penelitian sebagai penyelidikan atau
pencarian yang seksama terutama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang
ilmu pengetahuan. Penelitian dilakukan secara sistemetis, artinya dilaksanakan
melalui pola tertentu menggunakan metode tertentu sehingga dapat dicapai hasil
secara efektif dan efisien. Selain itu penelitian harus dilakukan secara seksama,
artinya segala langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan cermat agar
kemungkinan bias (salah tafsir) dapat dihindari. Penelitian dilakukan secara kritis
artinya harus menggunakan analisis secara tajam dan mendalam,sedang penelitian
bersifat empiric artinya dilakukan berdasarkan fakta yang didapat dari lapangan.66
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non hipotesis dengan
menggunakan pendekatan survey, yaitu penelitian yang bersifat mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor pendukung tentang kualitas soal
tes yang dibuat oleh guru.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. Dengan pengolahan data melalui statistic deskriptif, data kualitatif
nantinya akan digunakan untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang
diperoleh dari analisis data kuantitatif.
C. Populasi dan Sampel
66 M. Mochtar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta:Instisut Ilmu Pemerintahan,2000), hal.16-17
46
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi merupakan keseluruhan subyek
penelitian.67 Populasi juga diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang merupakan kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Pada penelitian ini populasi target adalah tujuh MTs Negeri yang berada di
Jakarta Selatan. Dari tujuh MTs Negeri tersebut, terdapat empat belas orang guru
biologi dan yang menjadi sampel adalah guru yang mengajar di kelas IX yang
berjumlah tujuh orang guru dari seluruh MTs Negeri yang ada di Jakarta Selatan.
D. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah soal tes buatan guru biologi dengan
topik yang diambil adalah bioteknologi. Mengingat pentingnya sebuah tes yang
diberikan oleh seorang guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa,
maka soal tes buatan guru biologi menjadi objek dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui teknik survey dengan
mengumpulkan data berupa kumpulan soal tes buatan guru dan non tes dengan
instrument berupa pedoman wawancara. Data hasil survey meliputi 78 soal tes
buatan guru biologi tentang topik bioteknologi. Keseluruhan soal tersebut
dianalisis sesuai dengan tingkatan taksonomi Bloom yang di fokuskan pada
Tingkatan Taksonomi Bloom pada ranah kognitif dan dari 78 soal tersebut yang
gunakan untuk perhitungan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
beda hanya sejumlah 62 soal. Hal ini disebabkan karena sebagian dari soal-soal
yang terkumpul adalah soal yang sama.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument berupa pedoman wawancara dan
daftar cek untuk mengetahui kesesuaian antara soal tes dengan rencana
67 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 2002), hal. 108
47
pembelajaran yang dibuat guru. Pedoman wawancara berisi tujuh belas
pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam empat fokus pertanyaan. Diantaranya
yaitu profil guru, pembuatan soal, pembuatan rencana pembalajaran dan silabus,
dan buku sumber yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu :
1. Data hasil survey berupa soal tes buatan guru
Data tersebut dianalisis dengan langkah-langkah di bawah ini, yaitu :
1. Mengelompokkan data berdasarkan sumbernya.
2. Menstandarkan soal tes buatan guru dengan taksonomi Bloom seperti
yang terdapat pada tabel 3.1. di bawah ini:
Tabel 3.1. Taksonomi Bloom
Tingkatan Kognitif
Pengetahuan Pemahaman Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi
3. Prosentase, yaitu memprosentasekan soal tes buatan guru biologi yang
telah dikelompokkan dalam tabel 3.1 dengan rumus:
Prosentase (%) = Σ soal ditiap kotak tabel taksonomi bloom X 100% Σ soal objek penelitian
4. Mengelompokkan soal-soal yang sesuai dengan silabus dan rencana
pembelajaran dalam sebuah tabel.
5. Melakukan pengecekan kesesuaian antara soal tes dengan rencana
pembelajaran yang dibuat guru dengan pedoman berupa daftar cek
48
sebagai alat analisis. Format daftar cek yang disajikan sebagai berikut
:
Tabel 3.2. Kesesuaian soal dengan rencana pembelajaran
Kesesuaian No. Soal Sumber
Sesuai Tidak Sesuai
2. Data non tes berupa hasil wawancara
Data tersebut dianalisis berdasarkan pedoman wawancara dalam bentuk
“semi structured”. Selanjutnya, dituangkan pada sebuah tabel untuk
mempermudah dalam membuat interpretasi dalam bentuk narasi.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Soal Tes Buatan Guru
Setelah dilakukan analisis, ditemukan soal yang sama, dengan tingkat
kemiripan berbeda, yaitu:
1. Terdapat soal dengan redaksi sama persis sejumlah 8 soal atau 10,28%
dari 78 butir soal yang terkumpul dan dikelompokkan dalam 4 kelompok
soal (terlampir) dengan prosentase 25 % (2 soal) pada tingkatan kognitif
pengetahuan (C1) dan 75 % (6 soal) pada tingkatan kognitif pemahaman
(C2)
2. Terdapat soal dengan redaksi berbeda tetapi memiliki inti yang sama
persis dengan indikator taksonomi Bloom sama sejumlah 22 soal atau
28,20% dari 78 butir soal yang terkumpul dan dikelompokkan dalam 8
kelompok soal (terlampir) dengan prosentase 22,73 % (5 soal) pada
tingkatan kognitif pemahaman (C2) dan 77,27 % (17 soal) pada tingkatan
kognitif pengetahuan (C1)
Deskripsi analisis tersebut dituangkan dalam Tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Hasil analisis redaksi soal
No Hasil Analisis Jumlah Contoh Tingkatan
Taksonomi Bloom
50
1 Soal dengan redaksi
sama
8 soal Pemanfaatan mikroba dalam
bentuk minuman dari bahan
susu adalah …
a. Jamu
b. Yogurt
c. Keju
d. Kecap
Pengetahuan
2 Soal dengan redaksi
berbeda, tetapi
memiliki inti dan
tingkatan taksonomi
Bloom yang sama
22 soal Bercocok tanam dengan tidak
menggunakan media tanah
merupakan perbanyakan
tanaman dengan cara …
a. Kultur Jaringan
b. Hidroponik
c. Mutasi
d. Iradiasi
Pengetahuan
2. Pengelompokan Soal Tes Buatan Guru Biologi
Berdasarkan Tingkatan Kognitif Menurut Taksonomi Bloom
Setelah didapat data hasil survey kemudian data tersebut dikelompokkan
berdasarkan tingkatan kognitif menurut taksonomi Bloom dengan merincikan data
berdasarkan sumbernya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2. Perincian Data Menurut Sumbernya Berdasarkan
Tingkatan Kognitif Taksonomi Bloom
Dimensi Kognitif Taksonomi Bloom Sumber
Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6
MTsN A 7 5 2
MTsN B 10 5 4 1
MTsN C 10 8 2
MTsN D 6 2 4
MTsN E 25 15 10
51
MTsN F 5 4 1
MTsN G 15 8 7
Jumlah 78 soal 47 30 1
Prosentase 60.26% 38.46% 1.28%
Berdasarkan hasil penelitian soal tes buatan guru biologi jika ditinjau dari
aspek kognititf taksonomi bloom didapat bahwa 47 (60,26%) soal buatan guru
biologi didominasi pada tingkatan pengetahuan, 30 (38,46%) soal mencakup
tentang pemahaman, dan 1 (1,28%) soal mencakup tentang analisis.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya variasi soal buatan
guru biologi hal ini terlihat dari 6 pengelompokan hanya 3 pengelompokan atau
50% yang tercakup dalam soal buatan guru biologi, sisanya 3 kelompok atau 50%
tidak tersentuh sama sekali oleh pemikiran guru biologi untuk membuat soal yang
mencakup kelompok tersebut dan terpusatnya soal pada ranah kognitif
pengetahuan.
3. Pengelompokan Topik Berdasarkan Taksonomi Bloom
Mengacu kepada kelengkapan data penelitian, di bawah ini penulis
menyajikan table tentang pengelompokan topik berdasarkan taksonomi Bloom
dengan tujuan untuk memperjelas posisi butir-butir soal yang dibuat guru. (Tabel
terkumpul pada lampiran)
Agar data hasil penelitian ini menjadi sempurna, soal-soal yang telah
dikelompokkan sesuai tingkatan taksonomi bloom kemudian di dikelompokkan
lagi sesuai topik sehingga diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.3. Pengelompokan Topik Berdasarkan Taksonomi Bloom
Topik Dalam Bioteknologi No Tingk. Taks. Bloom
A B C D E Jml soal
1 Pengetahuan 26 6 15 1 1 47
2 Pemahaman 13 5 7 1 2 30
52
3 Analisis Konseptual 1 1
Prosentase 50% 14,10% 29,49% 2,56% 3,85% 100%
Keterangan :
A : Peranan Bioteknologi dalam meningkatkan nilai tambah bahan pangan
B : Peranan Bioteknologi dalam bidang kesehatan
C : Peranan Bioteknologi dalam peningkatan produksi pertanian dan
peternakan
D : Peranan Bioteknologi dalam bidang lingkungan
E : Dampak negatif yang ditimbulkan dari penerapan bioteknologi
4. Kesesuaian Soal Buatan Guru Biologi MTs
Negeri Se-Jakarta Selatan dengan Silabus dan Rencana Pembelajaran
Hasil analisis kesesuaian butir soal dengan indikator/tujuan pembelajaran
yang terdapat pada silabus dan rencana pembelajaran dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.4. Kesesuaian Butir Soal dengan Indikator/Tujuan
Pembelajaran
Bentuk soal pilihan
ganda Bentuk soal uraian
Sumber
Jumlah Sesuai Tidak
Sesuai
%
Jumlah Sesuai Tidak
Sesuai
%
MTsN A 7 6 1 85.7% - - - -
MTsN B 10 10 - 100% - - - -
MTsN C 10 9 1 90% - - - -
MTsN D 6 6 - 100% - - - -
MTsN E 20 17 3 85% 5 4 1 80%
MTsN F 5 3 2 60% - - - -
MTsN G 10 7 3 70% 5 3 2 60%
53
Jumlah 68 58 10 85.3% 10 7 3 70%
Silabus dan rencana pembelajaran adalah bagian penting dalam sebuah
kegiatan belajar mengajar. Tanpa keduanya, kegiatan belajar mengajar tidak akan
berjalan secara maksimal. Tetapi pada kenyataannya, yang menjadi pegangan
guru dalam mengajar hanya dominan pada buku sumber sedangkan silabus dan
rencana pembelajaran hanyalah sebagai pelengkap administrasi yang hanya
menjadi dokumen. Sebagian besar guru, mengandalkan teknologi internet dalam
membuat silabus dan rencana pembelajaran. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa
isi pembelajaran yang disampaikan guru sudah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, akan tetapi penggunaan teknologi internet dalam pembuatan silabus
dan rencana pembelajaran menyebabkan tidak berkembangnya pola pikir guru
dalam mengkreasikan metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang
terdapat di sekolah masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sekolah
yang memiliki rencana pembelajaran yang sama dan bersumber dari internet.
Demikian halnya dengan pembuatan soal, dari data yang diperoleh di
lapangan, penulis berasumsi bahwa dikarenakan bersumber dari buku dengan
penerbit yang sama dan rencana pembelajaran dari sumber yang sama, akibatnya
terdapat soal-soal yang memiliki redaksi sama. Berdasarkan hasil analisa
kesesuaian soal buatan guru dengan silabus dan rencana pembelajaran, diperoleh
65 soal yang sesuai dan 13 soal yang tidak sesuai dengan rincian soal yang sesuai
yaitu 58 untuk soal pilihan ganda dan 7 untuk soal uraian dengan persentase
85.3%, sedangkan soal yang tidak sesuai yaitu 10 untuk soal pilihan ganda dan 7
untuk soal uraian dengan persentase ketidak sesuaian 14.7%. Ketidak sesuaian
tersebut dikarenakan yang menjadi acuan guru dalam kegiatan belajar mengajar
bukan rencana pembelajaran melainkan buku sumber.
5. Hasil Wawancara dengan Guru Biologi MTs
Negeri Se-Jakarta Selatan
54
Hasil data non tes berupa hasil wawancara dengan Guru Biologi MTs
Negeri se-Jakarta Selatan dituangkan dalam tebel berikut ini :
Tabel 4.5. Hasil Wawancara
Fokus Pertanyaan Hasil Wawancara
Profil Guru -Pengalaman mengajar rata-rata diatas 10 tahun.
-Sebagian guru menyelesaikan program strata 1 di
perguruan tinggi negeri yaitu sebanyak 5 sampel
(GC,GD,GE,GF,GG) atau sekitar 71.43% dan sebagian
lagi yaitu sebanyak 2 sampel (GA,GB) menyelesaikan
program strata 1 di perguruan tinggi swasta atau sekitar
28.57% dengan program studi pendidikan biologi
sebanyak 6 sampel (GB,GC,GD,GE,GF,GG)) atau sekitar
85.71% dan program studi lain sebanyak 1 sampel (GA)
atau sekitar 14.29%
-Terdapat 1 sampel (GD) atau sekitar 14.29% guru yang
telah menyelesaikan program S2 dibidang pendidikan
Pembuatan soal -Butir soal yang dibuat adalah hasil karya sendiri
(GC,GD,GE,GF) yaitu sebanyak 57,14%
-Butir soal yang dibuat adalah hasil karya sendiri dengan
menyesuaikan dari internet dan buku sumber
(GA,GB,GG) yaitu sebanyak 42,86%
-Butir soal disesuaikan dengan panduan silabus dan
rencana pembelajaran yang telah dibuat
(GA,GB,GC,GD.GE.GF,GG) yaitu sebanyak 100%
-Tidak ada bank soal milik sekolah serta tidak ada soal
yang diulang-ulang untuk setiap tahun pelajaran
(GA,GB,GC,GD.GE.GF,GG) yaitu sebanyak 100%.
-Butir soal yang telah disajikan kepada peserta didik
dikoreksi sendiri oleh guru (GB,GC,GE,GF,GG) yaitu
55
sebanyak 71,43%
-Butir soal yang telah disajikan kepada peserta didik
dikoreksi oleh mesin computer (GA,GD) yaitu sebanyak
28,57%
-Tidak ada kendala dalam pembuatan soal
(GA,GB,GC,GD.GE.GF,GG) yaitu sebanyak 100%.
-Buku sumber dan LKS berperan sebagai literature dalam
pembuatan soal (GA,GB,GC,GD.GE.GF,GG) yaitu
sebanyak 100%.
Pembuatan RPP dan
Silabus
-Rencana pembelajaran dan silabus adalah hasil karya
sendiri (GC,GD,GE,GF) yaitu sebanyak 57,14%
- Internet dan buku sumber terkadang menjadi bahan
pertimbangan dalam pembuatannya (GA,GB,GG) yaitu
sebanyak 42,86%.
Buku sumber -Sebagian besar menggunakan LKS dari penerbit dalam
kegiatan belajar mengajar (GB,GE,GF,GG) atau sekitar
57,14%.
-Sebagian guru tidak menggunakan LKS dari penerbit
dalam kegiatan belajar mengajar (GA,GC,GD)atau sekitar
42,86%
-Macam-macam buku sumber yang digunakan yaitu
berasal dari penerbit Grafindo (GA, GD, GE), Bumi
aksara (GB), Tiga serangkai (GC,GG),Esis (GF), dan BSE
terbitan Diknas (GC,GF).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah disajikan pada tabel di atas,
menunjukkan bahwa guru/tenaga pengajar di MTsN se-Jakarta Selatan telah
memenuhi kualifikasi. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman mengajar yang rata-
rata sudah diatas 10 tahun dan pendidikan guru yang seluruhnya telah
menyelesaikan program strata 1 .
56
Dalam hal pembuatan soal, hasil wawancara menyatakan bahwa soal
dibuat sendiri oleh guru walaupun internet dan buku sumber menjadi literature
didalamnya. Kendala dalam pembuatan soal mencapai 0% sehingga dapat
diartikan bahwa keprofesionalan guru dalam membut soal tidak diragukan lagi.
Dalam hal pengkoreksian butir soal, guru bertanggung jawab terhadap tugasnya
yaitu sebagai penilai. Walaupun pekerjaannya diperbantukan oleh mesin computer
untuk butir soal pilihan ganda. Namun, semuanya dilakukan sendiri dalam arti
tidak melibatkan manusia lain dalam pelaksanaannya baik siswa maupun orang
lain kecuali untuk pengkoreksian LKS ada beberapa guru yang meminta bantuan
siswa.
Rencana Pembelajaran dan silabus merupakan komponen penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Hasil wawancara menyatakan bahwa guru di MTsN di
Jakarta Selatan membuat sendiri komponen ini sehingga guru benar-benar
mengetahui apa yang harus disampaikan kepada peserta didik dan hal-hal apa saja
yang harus diketahui oleh peserta didiknya.
Seluruh guru menggunakan buku sumber dalam kegiatan belajar mengajar
karena hal ini dianggap penting dalam kegiatan belajar mengajar. Buku sumber
yang digunakan guru sama dengan buku sumber yang digunakan peserta didik.
Akan tetapi, tidak semua guru menggunakan Lembar Kerja Siswa yang
dikeluarkan oleh sebuah penerbit. Sekitar 42,86% guru membuat lembar kerja
siswa sendiri dan menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan peserta didiknya.
Dari rangkaian hasil wawancara, pemberian evaluasi yang diimplementasi
dalam bentuk soal-soal evaluasi telah dibuat sesuai dengan indicator yang tertuang
dalam rencana pembelajaran yang dibuat guru. Soal-soal tersebut dibuat oleh guru
yang mengadaptasi dari berbagai sumber referensi baik dari internet maupun buku
sumber yaitu sebanyak 42,86% dan yang membuat soal sendiri sebanyak 57,14%,
B. Pembahasan
Semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi, semakin
meningkat pula kebutuhan manusia akan pendidikan yang berkualitas, terutama di
Negara Indonesia, yang merupakan satu dari deretan Negara dengan jumlah
57
penduduk terbanyak di dunia. Sudah semestinya menerapkan pendidikan yang
berkualitas guna mencegah ketertinggalan dalam hal ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
adalah dengan menerapkan segala bentuk perundang-undangan yang telah
disepakati, tidak hanya diciptakan konsepnya, namun pelaksanaan yang tepat dan
sesuailah yang akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang siap untuk
mengangkat nama Indonesia ke papan atas dalam hal ilmu pengetahuan dan
teknologi. Guru sebagai evaluator merupakan salah satu pencetak generasi
penerus bangsa. Oleh karenanya, agar generasi tersebut dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, evaluator berperan penting di
dalamnya.
Setelah memperoleh data yang tertuang dalam hasil penelitian, dapat
dinyatakan bahwa guru cukup kreatif dalam membuat soal. Hal ini didasarkan
pada temuan soal dengan redaksi sama dengan persentase 10,28%, hal ini
membuktikan bahwa 89,72% butir soal yang dibuat guru bervariasi walaupun
masih ada beberapa guru di MTs Negeri di Jakarta Selatan yang mengutip soal
dari sumber yang sama. Akan tetapi, jika ditinjau dari aspek kognitif taksonomi
Bloom, butir soal yang dibuat guru didominasi pada tingkat pengetahuan (C1)
yang berarti butir soal banyak yang terfokus pada topic yang sifatnya mengingat.
Dari sisi kualitas soal berdasarkan topik, dapat dinyatakan bahwa soal buatan guru
biologi MTs Negeri di Jakarta Selatan tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari
terfokusnya soal pada satu topic yaitu topic peranan bioteknologi dalam
meningkatkan nilai tambah bahan pangan sekitar 50% atau sebanyak 49 butir soal
sehingga ada beberapa topik yang terabaikan dan mengakibatkan kemampuan
siswa tidak terukur secara sempurna sehingga dapat dinyatakan bahwa evaluasi
tersebut belum dapat mengukur ketuntasan pembelajaran.
Berdasarkan tingkatan kognitif menurut Taksonomi Bloom, soal buatan
guru biologi di MTs Negeri di Jakarta Selatan hanya didominasi pada
pengetahuan (C1) sebanyak 47 soal, tingkat pemahaman (C2) sebanyak 30 soal
dan tingkat analisis (C4) sebanyak 1 soal. Sementara untuk tingkatan Aplikasi
58
(C3), sintesis (C5) dan evaluasi (C6), tidak tersentuh sama sekali. Dibandingkan
dengan tipe hasil belajar atau tingkat kemampuan berpikir lainnya, tipe
pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling rendah.68 Pendominasian pada
tingkat pengetahuan (C1) yang hanya pada tahap mengingat, nantinya akan
menyebabkan kemampuan berfikir siswa hanya sebatas ingatan yang dalam
jangka panjang akan berimbas kepada perkembangan otak anak didik untuk
cenderung mengingat saja sehingga upaya untuk memecahkan sebuah
permasalahan atau untuk menemukan hal-hal yang baru sangat kecil
kemungkinannya.
Jika ditinjau dari aspek pengelompokan topik pada butir soal yang
terkumpul, butir soal didominasi pada topik peranan bioteknologi dalam
meningkatkan nilai tambah bahan pangan dengan prosentase 50 % atau 39 soal.
Hal ini menyebabkan topic tidak tersebar secara merata dengan topic lain seperti
peranan bioteknologi dalam bidang kesehatan 14,10 %, peranan bioteknologi
dalam peningkatan produksi pertanian dan peternakan 29,49 %, peranan
bioteknologi dalam bidang lingkungan 2,56 % dan dampak negatif yang
ditimbulkan dari penerapan bioteknologi 3,85 % yang juga terdaftar dalam
rencana pembelajaran. Sehingga mengakibatkan hal-hal yang menjadi target yang
telah tersusun dalam rencana pembelajaran tidak terjangkau. Dalam hal ini, perlu
diadakannya pelatihan yang dapat mengembangkan wawasan guru guna
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dapat dinyatakan bahwa pemanfaatan
teknologi internet dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang
sangat diperlukan, agar informasi yang sampai kepada peserta didik sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi bukan berarti seluruh komponen
pembelajaran harus sama dengan internet, guru harus pandai memilih apa saja
yang diperlukan dan tidak diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar serta harus
menyesuaikan dengan kurikulum yang terdapat di sekolah dan yang tidak kalah
pentingnya adalah kekreatifan guru dalam menyusun komponen pembelajaran
yang harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik dan kondisi di sekolah 68 Ngalim Purwanto. Op.cit. hal.44
59
masing-masing sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih berarti dan
diharapkan dapat mencetak generasi penerus bangsa yang kreatif pula.
Pendidikan guru perlu memiliki suatu standar, yang akan menjadi acuan,
baik dalam pengembangan, pelaksanaan, maupun evaluasi program pendidikan
guru.69 Guru MTsN di Jakarta Selatan telah memenuhi kualifikasi sebagai tenaga
pengajar yang professional. Hal ini terbukti dengan pengalaman mengajar yang
rata-rata sudah diatas 10 tahun dan pendidikan guru yang seluruhnya telah
menyelesaikan program strata 1.
Ditinjau dari keterkaitan antara butir soal dengan rencana pembelajaran
yang dibuat guru, terdapat 85.3% untuk kesesuaian pada butir soal pilihan ganda
dan 70% untuk kesesuaian pada butir soal essay. Persentase maksimal seharusnya
ada didalamnya apabila rencana pembelajaran menjadi landasan dalam kegiatan
belajar mengajar maupun penulisan butir soal. Akan tetapi, di lapangan penulis
menemukan bahwa yang menjadi pegangan guru pada saat mengajar adalah buku
sumber yang senantiasa mengiringi langkah guru menuju ruang peserta didik.
Rencana pembelajaran hanya sebagai pelengkap administrasi guru pada saat-saat
tertentu saja. Semestinya telah kita ketahui bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang
akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas dan berdasarkan RPP inilah
seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan)
diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram.70
Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil
urutan pengajaran. Hasil-hasil yang dicapai, langsung bertalian dengan
penguasaan tujuan-tujuan yang menjadi target.71 Pada akhirnya, fungsi utama
dalam evaluasi tidak tercapai karena kegiatan belajar mengajar tidak disesuaikan
dengan rencana akan tetapi kegiatan belajar mengajar disesuikan dengan bab
perbab yang ada dalam buku sumber.
69 Nana Syaodih S. Op.Cit. hal .204. 70 Umar Al-Fath, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dapat diakses di
http://umarstain.blogspot.com/2009/10/perencanaan-pembelajaran.html 71 Departemen Agama RI. Op.Cit. hal. 95
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan soal tes buatan guru Madrasah
Tsanawiyah Negeri di Jakarta Selatan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Soal buatan guru biologi MTs Negeri di Jakarta Selatan didominasi pada
aspek kognitif tingkat pengetahuan (C1) dengan persentase 60,26% atau
sebanyak 47 butir soal, tingkat pemahaman (C2) 38,46% atau sebanyak 30
butir soal, dan tingkat analisis (C4) 1,28% atau sebanyak 1 butir soal untuk
soal pilihan ganda dan essay
2. Kesesuaian butir soal dengan indikator yang tertuang dalam rencana
pembelajaran diperoleh sebanyak 63 butir soal yang sesuai atau 83,33%.
dengan 85.3% atau sebanyak 58 butir soal untuk kesesuaian pada soal pilihan
ganda dan 70% atau sebanyak 7 butir soal untuk kesesuaian pada soal essay
B. Saran
Berdasarkan temuan pada penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Perakitan butir soal harus memperhatikan tingkatan taksonomi Bloom
61
2. Manajemen perakitan butir soal yang baik akan memberikan dampak yang
positif terhadap hasil belajar yang ingin dicapai.
3. Perumusan soal hendaknya mengikuti kaidah penulisan soal yang telah
ditetapkan secara jelas dan terarah, agar kualitas soal semakin baik.
4. Silabus dan rencana pembelajaran harus menjadi pedoman dalam kegiatan
belajar mengajar.
5. Hendaknya para guru berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas
pembelajarannya, dengan menerapkan evaluasi yang sesuai aturan, sehingga
kemampuan siswa terukur secara sempurna dan tercapainya tujuan
pembelajaran.
6. Hendaknya MGMP dijadikan wadah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Ciri-ciri dari Empat Tipe Achievement Test.......................................... 9
Tabel 3.1. Taksonomi Bloom ................................................................................ 46
Tabel 3.2. Kesesuaian soal dengan rencana pembelajaran...................................... 47
Tabel 4.1. Hasil analisis redaksi soal ..................................................................... 48
Tabel 4.2. Perincian Data Menurut Sumbernya Berdasarkan Tingkatan
Kognitif Taksonomi Bloom ................................................................. 49
Tabel 4.3. Pengelompokan Topik Berdasarkan Taksonomi Bloom ........................ 50
Tabel 4.4. Kesesuaian Butir Soal dengan Indikator/Tujuan Pembelajaran.............. 51
Tabel 4.5 Hasil Wawancara.................................................................................. 52
Tabel 1. Hasil Analisa Soal dengan Redaksi Sama ............................................. 65
Tabel 2. Hasil Analisa Soal dengan Redaksi Berbeda tetapi memiliki inti
dan taksonomi Bloom yang sama.......................................................... 67
Tabel 3. Kesesuaian soal-soal buatan guru MTsN se-Jakarta Selatan dengan
Silabus dan Rencana Pembelajaran .......................................................71
Tabel 4. Kumpulan soal-soal buatan guru MTsN se-Jakarta Selatan ...................89
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisa Soal.............................................................................. 65
Lampiran 2. Kesesuaian soal-soal buatan guru MTsN se-Jakarta Selatan dengan
Silabus dan Rencana Pembelajaran.................................................... 71
Lampiran 3. Kumpulan soal-soal buatan guru MTsN se-Jakarta Selatan.................89
Lampiran 4. Pedoman wawancara ..........................................................................106
Lampiran 5. Hasil Penelaahan Soal ........................................................................107